Rabu, 31 Juli 2013

SETAN TERBELENGGU DI RAMADHON

Salah satu keistimewaan bulan suci Ramadhon adalah dibelengunya para setan dan jin durhaka. Diriwayatkan dari Abu Huroiroh radhiyallahu'anhu dari Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Bila telah masuk bulan puasa maka dibuka pintu-pintu surga dan ditutup pintu neraka dan dibelengu para setan". (HR.Bukhary dan Muslim). Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ini bulan Ramadhon telah datang, dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka dan setan-setan dibelenggu". (HR.Ahmad dan Nasa'i).

Berkata Syaikhul Islam, "Makna dari dibelenggu para setan yaitu hingga melemah kekuatan mereka serta perbuatan mereka lantaran terborgol, maka tidak bergerak bebas di bulan puasa seperti di waktu lain. Tidak dikatakan 'para setan mati atau terbunuh'. Akan tetapi 'dibelenggu', yaitu bahwa setan menganggu akan tetapi lebih ringan di bulan ini bila di banding bulan lainnya, maka dari sini tergantung kekuatan orang yang puasa itu sendiri, semakin sempurna maka gangguan ringan tidak seperti yang nilai puasanya kurang.

Di zaman sekarang ini banyak manusia tidak mengenal tipu daya setan, atau melupakannya, hingga tidak kenal sejauh mana bahaya permusuhannya dengan anak cucu adam, yang senantiasa ingin menjerumuskan ke dalam kemurkaan Allah dan menjauhkan dari rahmat Allah.

Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya setan adalah musuh bagi kalian, maka jadikanlah mereka musuh bagimu, sesungguhnya mereka menyeru para pengikutnya agar menjadi penghuni neraka". (QS Fathir: 6). Permusuhan dengan mereka kekal hingga hari kiamat, maka barangsiapa yang senantiasa bersibuk di bulan suci ini dengan tidak menjalankan ketaatan, bahkan dengan maksyiat, perbuatan sia-sia, banyak bicara, maka sungguh ia terjerumus dalam godaan setan, dan godaan mereka tidak pernah berhenti.

Ibnul Qoyyim berkata, "Diantara tipu daya setan adalah menghiasi keburukan menjadi terlihat baik, kemudian baru menampakkan buruknya, dan mencampakkannya dan menertawakannya, menghiasi perbuatan mencuri, membunuh, berzina, kemudian mencampakkannya seorang diri, sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Dan ingatlah ketika setan menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan dosa, mereka mengatakan, 'Tidak ada yang dapat mengalahkan kamu pada hari ini, dan sungguh, aku adalah penolongmu'. Maka ketika kedua pasukan itu telah saling berhadapan, setan berbalik ke belakang seraya berkata, 'Sesungguhnya aku berlepas diri dari kalian, aku melihat apa yang kalian tidak lihat (melihat malaikat menolong pasukan mukmin) sesungguhnya aku takut pada Allah, Allah sangatlah keras siksa-Nya". (QS. Al Anfal: 48).

Dikisahkan pasukan musyrikin melihat setan menuju Badar dalam wujud manusia yang bernama Suroqoh ibnu Malik seraya berkata, "Aku penolong kalian". Akan tetapi tatkala melihat pasukan Allah dari kalangan malaikat maka setan lari terbirit-birit. Demikian pula perlakuan setan kepada rohib yang digoda sampai berbuat mabuk, berzina, dan membunuh, kemudian mengancam jika enggan sujud padanya maka akan menyebarkan perbuatannya kepada manusia, maka tatkala dia sujud kepada setan maka setan pun mencampakkannya, di dalamnya Allah turunkan firman-Nya, "Seperti bujukan setan ketika ia berkata pada manusia, 'Kafirlah kamu' maka tatkala manusia itu menjadi kafir ia berkata 'Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam' ". (QS Al Hasyr: 16). Hal ini umum bagi siapa saja yang mentaati setan dalam urusannya, kemudian setan pun berlepas diri seraya menertawakannya.

Allah Ta'ala kisahkan, "Tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan sekedar aku membujukmu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu jangan kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu, aku tidak dapat menolongmu dan kamupun tidak dapat menolongku, sesungguhnya aku mengingkari perbuatanmu mempersekutukan aku dengan Allah sejak dahulu". (QS.Ibrohim: 22).

Berkata sebagian salaf tentang tipu daya setan, "Tidaklah Allah memerintahkan suatu perkara kecuali setan memiliki celah untuk menggelincirkan pelakunya; baik dengan cara meremehkan atau berlebih-lebihan, maka setan tidak peduli jeratan mana yang ia dapat".

Maka masing masing kita hendaknya muhasabah dalam perbuatannya, adakah dirinya telah terjaring jeratan setan maka agar segera sadar dan bertaubat kepada Allah tidak mengulangnya lagi dan menyerukan perang terhadap musuh nyata ini. Ataukah selama ini Allah telah menjaga darinya maka hendaknya bersukur dan memohon keteguhan dan berusaha menambah perbuatan sholih.

Dan dahulu Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam senantiasa banyak berlindung kepada Allah dari godaan setan, dan mengajarkannya kepada para sahabat. Allah Ta'ala berfirman: "Katakanlah, 'Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung pula kepada Engkau Ya Tuhan ku, agar mereka para setan tidak mendekatiku". (QS.Al Mukminun: 97-98). Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari godaan setan yang terkutuk dari bisikannya dan bujukannya.

~ disarikan dari tulisan Asy Syaikh Abdurrozaq hafidzahullah di www.al-badr.net ~

Selasa, 30 Juli 2013

LAILATUL QODAR

Sesungguhnya  Allah adalah Maha Esa dalam menciptakan dan memilih sesuatu yang dikehendaki, sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Dan Tuhanmu menciptakan segala sesuatu dan memilih apa yang Dia kehendaki".(QS.Al-Qoshos: 68).

Maksud dari 'memilih' adalah melebihkan dan memberikan keutamaan. Dengan kesempurnaan hikmah Allah dan qudroh-Nya serta kesempurnaan ilmu-Nya, Dia melebihkan sebagian dari waktu, tempat, hamba dengan beragam keutamaan. Ini merupakan kesempurnaan Rububiyah Allah dan saksi atas keesaan-Nya dan kesempurnaan sifat-sifat-Nya. Allah Ta'ala berfirman: "Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan pemilik langit dan bumi, Tuhan semesta alam. Dan hanya bagi-Nya segala keagungan di langit dan di bumi, dan Dia lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana". (QS Al-Jasiyah: 36-37).

Dan apa yang Allah lebihkan dari waktu-waktu yang ada dengan berbagai keutamaan adalah bulan puasa dari bulan-bulan lainnya, dan terlebih khusus keutamaan sepuluh terakhir di bulan puasa dari malam-malam sebelumnya, dan paling khusus adalah malam Lailatul Qodar yang memiliki keutamaan lebih baik dari seribu bulan, yang malam itu merupakan malam turunnya wahyu dari Dzat Al-Hakim yang merupakan petunjuk bagi orang yang bertaqwa, cahaya, rahmat bagi semesta alam.

Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya Kami menurunkan (Al-Qur'an) pada malam yang diberkahi, sungguh, Kami lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. Yaitu urusan dari sisi Kami, sungguh, Kami lah yang mengutus rasul-rasul.......". (QS.Ad-Dukhon: 3-8).

Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya Kami turunkan Al-Qur'an pada malam Lailatul Qodar. Dan tahukah kamu apa malam Lailatul Qodar? Malam lailatul Qodar itu adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Malam itu turun para malaikat, dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahtera malam tersebut hingga terbit fajar". (QS Al-Qodr: 1-5).

Alangkah mulianya malam tersebut dan disana terdapat barokah serta keistimewaan dari beberapa sisi:
~ Satu malam yang lebih baik dari seribu bulan!! Artinya lebih utama dari tiga puluh ribu malam. Seribu bulan lebih dari 83 tahun, berarti ini adalah umur yang panjang. Yang sekiranya seorang muslim menghabiskan waktunya semua untuk taat kepada Allah, maka Lailatul Qodar semalam lebih utama dari ini. Dan hal ini adalah keutamaan yang amat agung. Berkata Mujahid, "Malam Lailatul Qodar lebih utama dari seribu bulan yang tidak terdapat padanya malam Lailatul Qodar". Demikian juga peryataan Qotadah, Syafi'i dan selainnya.
~ Pada malam ini banyak para malaikat turun karena banyaknya barokah. Juga dikarenakan malaikat turun bersamaan turunnya barokah dan rahmat, sebagaimana turun pada tilawah Al-Qur'an dan pada halaqoh dzikir.
~ Turun kesejahteraan hingga muncul fajar yaitu penuh kebaikan yang tidak ada keburukan hingga fajar.
~ Pada malam muliya penuh barokah ini ditulis perkara muliya, yaitu dituliskan suratan taqdir selama setahun ke depan dengan izin Dzat Yang Maha Perkasa dan Hikmah. Taqdir disini adalah taqdir tahunan, adapun yang ada di Lauhil Mahfudz tentu lebih dahulu dari penciptaan langit dan bumi semenjak lima puluh ribu tahun, sebagaimana dijelaskan dalam hadist.

Keutamaan malam Lailatul Qodar sebagaimana sabda Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam: "Barangsiapa yang menghidupkam malam Lailatul Qodar dengan penuh keimanan dan hanya mencari pahala Allah niscaya diampuni dosa-dosanya terdahulu". (HR. Bukhori dan Nasa'i).

Para ulama menyebutkan bahwa hikmah tersembunyinya malam tersebut dan tidak dipastikan waktunya dalam dalil, agar seorang muslim bersungguh-sungguh di semua malam sepuluh terakhir dengan aneka ibadah. Disunnahkan agar memperbanyak doa, dikarenakan di saat itu akan diijabahi.

Berkata 'Aisyah radhiyallahu'anha, "Wahai Rasulullah, sekiranya aku menjumpai malam Lailatul Qodar, apa yang harus aku panjatkan dalam doa? Maka bersabda Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, "Engkau mengatakan: 'Allahumma innaka 'Afuwwun tuhibbul 'Afwa fa'fu 'anni' (Ya Allah Engkau adalah dzat Maha Pengampun, gemar mengampuni, maka ampunilah diriku)". (HR.Ibnu Majah).

Makna doa ini sangat agung, malam tersebut adalah penulisan takdir setahun kedepan, maka jika ia tertuliskan ampunan pada malam tersebut, sangat beruntunglah ia. Ampunan itu tidak ternilai harganya, maka hendaknya memperbanyak pada malam itu ibadah sholat, menghidupkan malamnya, menunaikan zakat, bersedekah, menjauhi maksyiat, banyak bertaubat dari dosa dan kesalahan, dan banyak berdzikir dan tilawah Al-Qur'an.

Semoga kita diberi taufiq Allah untuk menghidupkan malam Lailatul Qodar, dan semoga kita tergolong hamba-Nya yang ihtisab dan terampuni dosa-dosa kita.

~ disarikan dari nasehat Syaikh Abdurrozaq hafidzahullah di www.al-badr.net ~

Senin, 29 Juli 2013

10 TERAKHIR DARI RAMADHON (Nasehat Syaikh Abdurrozaq hafidzahullah)

Sesungguhnya bulan ramadhon ada lah bulan yang semua hari-harinya membawa keberkahan dan rahmat di sepanjang siang dan malamnya. Dan terlebih khusus sepuluh terakhirnya dengan berlipat-lipat keutamaan dari sebelumnya. Oleh karenanya Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat sepeninggal beliau senantiasa menjaga hari-harinya dan lebih besungguh-sungguh di hari tersebut. 'Aisyah radhiyallahu'anha berkata, "Dahulu Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersungguh-sungguh di sepuluh terakhir tidak seperti hari-hari sebelumnya". (HR.Ahmad dan Muslim).

'Aisyah radhiyallahu'anha berkata, "Dahulu Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam apabila memasuki sepuluh terakhir maka beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malamnya, dan membangunkan keluarganya". (HR.Bukhary dan Muslim). Arti dari 'mengencangkan sarungnya', yaitu bersungguh-sungguh dalam ibadah dan menjauhi istri-istrinya, hingga tidak memfokuskan kecuali hanya bermunajat dan mendekatkan diri kepada Allah. Walau berhubungan antara pasutri adalah dibolehkan di malam bulan puasa, akan tetapi sengaja ditinggalkan hingga tidak menyibukkan dari ibadah dan ketaatan dalam rangka meraih pahala dan menjumpai malam Lailatul Qodr.

Makna arti 'menghidupkan malamnya' yaitu begadang di malamnya menjalankan ketaatan, hingga menghidupkan aktifitas malam dalam rangka mendekatkan diri dan menghadap kepada Allah. Karena tidur merupakan saudara dari kematian, ruh dan badan tidak beraktifitas, bahkan waktu dan umur lewat begitu saja. Akan tetapi hidupnya ruh dan badan dengan menjalankan ketaatan adalah kehidupan yang hakiki. Allah berfirman: "Dan apakah orang yang sudah mati lalu kami hidupkan dan kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, hingga ia tidak dapat keluar dari sana?". (QS.Al-An'aam: 122). Disebutkan jasad yang bergerak di bumi dengan makan dan minum saja sebagai orang mati, karena jauhnya dari ketaatan dan senantiasa berbuat fasik dan isyan.

Arti dari 'membangunkan keluarganya' yaitu untuk sholat dan ibadah di malam-malam tersebut. Dan ini menunjukkan semangat dan perhatian untuk keluarga dalam menunaikan kewajiban bibingan dan arahan hingga tergolong: "Barang siapa yang menganjurkan kebaikan maka ia mendapat pahalanya". Berkata Ibnu Hajar, "Di dalam hadist terdapat anjuran terus-menerus menghidupkan malam untuk ibadah di sepuluh terakhir, sebagai isyarat agar menyelesaikan pungkasan dengan baik dan agar Allah memberikan husnul khotimah di dalamnya, Amin...".

Dan dari kekhususan sepuluh akhir ini, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf bersama para sahabatnya. Berkata Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah, "Maksud dari i'tikaf adalah menyendiri dalam rangka ketaatan kepada Allah di masjid-Nya utk meraih keutamaan-Nya dan meraih malam Lailatul Qodr. Oleh karenanya dianjurkan agar bersibuk dengan dzikir, tilawah, sholat, ibadah, dan menjauhi dari kesibukan duniawy. Hukum keluar dari masjid ada tiga bentuk:
~ Keluar yang bersifat darurat secara syar'i semisal; buang hajat, wudhu' , mandi wajib, makan dan minum, maka ini dibolihkan. Dan sekiranya memungkinkan melakukannya di area masjid maka tidak diperlukan keluar jauh karena tidak adanya hajat yang mendesaknya.
~ Keluar dalam rangka ketaatan yang tidak wajib baginya, seperti menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, maka hendaknya tidak dilakukannya.
~ Keluar yang bentuknya bertolak belakang dengan niat i'tikafnya, seperti jual-beli, berdagang, berhubunan pasutri, maka ini tidak boleh dilakukannya, dan tidak boleh mensyaratkannya, karena tidak sesuai dari makna i'tikaf.
Dan keistimewaan sepuluh terakhir ini adalah adanya malam Lailatul Qodr. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Carilah malam Lailatul Qodr di malam ganjil sepuluh terakhir dari ramadhon". (HR.Bukhary).

Semoga Allah memberi taufiq kita untuk menegakkan sepuluh akhir ini, dan semoga Allah menutup puasa kita ini dengan amal sholih dan menerima amal kita.

~ disarikan dari nasehat Syaikh Abdurrozaq hafidzahullah di www.al-badr.net ~

SAHUR DAN BERBUKA

Banyak dijumpai dalil dari Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam berkenaan dengan bersegera dalam berbuka dan mengakhirkan sahur, baik diperintah secara langsung, atau dengan menjelaskan keutamaannya, dengan menjelaskan akan hikmahnya, atau dengan larangan tatkala meninggalkannya. Hal ini menunjukkan akan pentingnya sebagaimana yang tercantum dalam Shohihain bahwa
Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Apabila malam datang dari sini dan siang pergi dari sana dan telah tengelam matahari maka sungguh datang waktu berbuka". (HR.Bukhary dan Muslim).

Dari sahabat Anas bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam berbuka dengan beberapa ruthob sebelum melaksanakan sholat, jika tidak menjumpai ruthob maka dengan kurma, dan jika tidak ada kurma maka dengan beberapa teguk air". (HR.Abu Dawud dan Tirmidzy). Tetap dari Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau tidak mengerjakan sholat Maghrib hingga berbuka puasa, walaupun dengan beberapa teguk air minum. (HR Hakim).
Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Senantiasa umat ini berada dalam kebaikan selagi mendahulukan berbuka puasa". (HR Ahmad).

Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Hendaknya kalian memakan makanan sahur, karena sahur adalah makanan barokah". (HR.Nasa'i dan Ahmad). Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Janganlah kalian meninggalkannya walau hanya beberapa teguk air, sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya mendoakan orang yang bersahur". (HR.Ahmad). Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda ," Barangsiapa hendak berpuasa maka sahurlah dengan sesuatu". (HR.Ahmad). Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tiga perangai dari akhlak Mubuwah, bersegera dalam berbuka, mengakhirkan sahur, dan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri tatkala sholat". (HR Thobrony).

Hadist-hadist di atas menunjukkan atas pentingnya perkara tersebut, dan cukup bermutaba'ah kepada Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam dan menjalankan perintahnya sebagai hikmah yang besar dan agung yang mampu mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala dan memperolh keridhoan-Nya. Allah Ta'ala berfirman dalam hadist Qudsy, "Yang paling Aku cintai dari para hamba-Ku adalah orang yg paling bersegera dalam berbuka puasa". (HR.Tirmidzy).

Makan sahur merupakan makanan yang barokah dan mendatangkan keberkahan. Dan keberkahan ini datang dari berbagai sisi: barokah di dalam makanan, barokah di dalam perbuatan, barokah pada waktunya. Barokah artinya turun kebaikan dan keutamaan Ilahy pada sesuatu, yang akan menjadi bertambah, bermanfaat dan berpahala besar padanya.

Meski demikian banyak manusia yang tidak faham akan perkara ini lantaran kejahilan, atau lebih mendahulukan perkara yang tidak penting atasnya, seperti mendahulukan tidur lantaran sebelumnya begadang -wal 'iyadubillah- terlebih begadang dalam urusan yang haram, kita berlindung kepada Allah dari seperti ini.

Waktu sahur adalah waktu barokah dan waktu yang paling afdhol dan utama, yang mana Allah memberikan pujian bagi yang beristigfar di waktu itu dan di waktu itu pula Allah Ta'ala turun ke langit dunia untuk menerima ampunan bagi yang meminta ampun, mengijabahi doa bagi yang berdoa, memberi pahala bagi yang sedang beribadah. Bagaimana seorang hamba mengharamkan atas dirinya di waktu mulia seperti ini?! Terlebih di bulan puasa bulan pembebasan dari api neraka!! Tatkala hamba menjaga waktu mulia ini, berarti ia menjaga kemuliyaan atas umat manusia, karena ini sebabnya. Disamping itu ia menjaga kekuatan jasad, dan mengusir kemalasan.

Perbedaan umat ini dengan umat sebelumnya dari yahudi dan nasrani adalah dengan menjalankan sahur. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Perbedaan puasa kita dan puasa ahlul kitab adalah makan sahur". (HR.Muslim). Berkata Syaikhul Islam tentang hadist ini, "Ini merupakan dalil bahwa agama ini akan jaya dengan menyegerakan berbuka dalam rangka menyelisihi yahudi dan nasrani, karena menyelisihi mereka adalah sebab jayanya agama, maka sungguh hal ini seperti maksud dari diutusnya Rosul, yaitu agar agama ini jaya diatas agama lain nya. Maka bisa disimpulkan bahwa menyelisihi mereka merupakan maksud terbesar dari pengutusan Rasul".

Semoga Allah Ta'ala menetapkan hati kita di atas agama, dan kita diberi taufiq untuk mengikuti syariat-Nya. Dan semoga kita terhindar dari akhlak yang buruk dan dari hawa nafsu dan segala penyakit hati.

- disarikan dari tulisan Syaikh Abdorrozaq hafidzahullah di www.al-badr.net -

Minggu, 28 Juli 2013

I'TIKAF

I'tikaf artinya berdiam diri dan menempati suatu tempat tertentu. Yang secara Syar'i adalah berdiam diri di dalam masjid untuk ibadah kepada Allah. Hikmah disyariatkan ibadah ini karena mengandung faidah yang agung, dikarenakan disaat seseorang menyendiri disuatu tempat melepas segala beban duniawi, dan hiruk-pikuknya dunia, serta urusan makhluk dan hanya menghadap kepada Allah, terlebih di sepuluh hari terakhir bulan puasa niscaya akan menyempurnakan berbagai kekurangan yang ia lakukan di saat berpuasa, di lain sisi akan mendapatkan ketenangan jiwa dan membersihkan hati. Singkat kata i'tikaf adalah meninggalkan segala urusan para makhluk dan hanya menghadap kepada Allah untuk mengabdikan diri kepada sang Kholiq.

Bisa kita simpulkan hikmah ibadah ini ialah mengkhususkan waktu untuk ibadah berupa sholat, berdzikir, tilawah dan semisalnya. Hal ini tidak mungkin dilakukan dengan baik kecuali dengan menyendiri dari keramaian manusia, dan menyendiri ini tentu membutuhkan tempat yang khusus, dan yang paling cocok tempat tersebut adalah masjid.

Hukum ibadah ini sebagaimana jumhur ulama menyatakan sunnah secara mutlak di sepanjang waktu, dan menjadi sunnah muakadah di sepuluh hari terakhir di bulan puasa. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam senantiasa melakukan i'tikaf hingga ajal menjemputnya. Berkata A'isyah radhiyallahu'anha, "Dahulu Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam beri'tikaf di sepuluh hari terakhir di bulan puasa hingga Allah mewafatkannya". (HR.Bukhary dan Muslim).

Waktu yang utama melakukan i'tikaf adalah bulan ramadhon, sebagaimana mencontoh Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam. Dan tidak pernah Nabi i'tikaf di luar bulan puasa.

Adapun tempat, maka masjid merupakan tempat i'tikaf, sebagaimana firman Allah Ta'ala di dalam Surat Al-Baqoroh ayat 187, "Dan janganlah kalian gauli istri-istri kalian sedang kalian beri'tikaf di dalam masjid-masjid". Berkata Imam Al-Qurtuby, "Para ulama sepakat bahwa tidak dibolehkan melakukan i'tikaf kecuali di dalam masjid, berdasarkan firman Allah Ta'ala diatas".

Waktu melaksanakan ibadah ini adalah sebelum tenggelamnya matahari malam ke-21. Dan diperkenankan keluar i'tikaf tatkala hendak melaksanakan sholat 'ied di pagi hari. Dan sebagian ulama berpendapat dibolehkan meninggalkan tempat i'tikaf tatkala terbenam matahari malam hari raya, karena hari terhitung selesai dengan tengelamnya matahari. Ini pendapat yang kuat dan rojih. Diantara ahkam i'tikaf adalah:
√ Memilih masjid yang ditegakkan di dalamnya sholat Jum'at dan jamaah, agar ibadah sunnah ini tidak meninggalkan kewajiban Jum'at dan jamaah.
√ Dibolehkan mu'takif keluar dari masjid dalam rangka suatu hajat, seperti buang air besar dan kecil, makan, minum, mandi dst.
√ Jika mengalami sakit maka dibolihkan keluar masjid untuk berobat dan semisalnya.
√ Jika melakukan hubungan badan dengan pasangannya maka batal i'tikaf nya.
√ Hendaknya menyibukkan diri untuk ibadah seperti sholat, dzikir, tilawah dan sedekah. Adapun menuntut ilmu, mempelajari tafsir, fikih, hadist, duduk di majlis ilmu, maka ini terdapat khilaf diantara ahli ilmu, dan yang utama ditinggalkan kecuali bila tidak terlalu sering.
√ Hendaknya tidak memuaskan diri untuk tidur di siang harinya, akan tetapi memanfaatkan waktu dengan ibadah.
√ Tidak menyibukkan diri dengan ponsel dan semisalnya, karena ibadah ini tujuannya adalah melepas hiruk pikuk dunia dan hanya menghadap kepada Allah.
√ Jika keluarga membutuhkan keberadaan anda seperti dalam kedaan sakit maka hendaknya ia mendahulukan keluarganya, akan tetapi bila ia hidup dalam kelonggaran maka disyariatkan baginya menunaikan ibadah muliya ini.

- Disarikan dari karya Syaikh Abdullah Al Fauzan di www.alfuzan.islamlight.net -

WAHAI PELAKU KEJAHATAN BERHENTILAH

Sesungguhnya disetiap malam bulan puasa ramadhon malaikat menyeru, "Wahai pelaku kebaikan bersegeralah, wahai pelaku keburukan berhentilah".

Dalam perbincangan yang lampau kita ulas tentang berlomba dalam kebaikan dan ketaatan di bulan nan suci lagi barokah ini, namun tak lupa bulan suci ini juga ladang yang sangat baik untuk menghentikan segala bentuk keburukan dan maksyiat, dan sarana untuk menjauh dan menghindar dari dosa yang mengantarkan kepada kebinasaan serta akibat dari Dzat Yang Maha Kuasa.

Bulan ini merupakan musim taubat, inabah dan rujuk ke jalan yang lurus. Juga musim berlomba bagi yang sebelumnya telah istiqomah. Meski demikian ada saja seorang hamba yang senantiasa terus menerus terjerumus ke dalam lembah hitam, kemaksyiatan dan kenistaan di bulan ketaatan dan ampunan ini?! Mereka ini yang dimaksudkan dalam Hadist: "Wahai pelaku keburukan, behentilah!", yaitu, perintah agar bertaubat kepada Allah dan meninggalkan perbuatan kejinya agar tidak menyesal sebelum kehilangan kesempatan. Bisa jadi engkau tutup usia dalam kedaan melakukan keburukan atau bulan suci ini terlewatkan akan tetapi tidak menambah pada dirimu melainkan kejelekan. Maka alangkah buruk nasibmu disaat bulan ramadhon ini.

Diketahui semua bahwa keburukan dan kejelekan semuanya haram dilakukan kapanpun baik berkaitan dengan jiwa pribadi atau yang lainnya dari hak para makhluk, yang berupa perkataan dan perbuatan bahkan keburukan yang terselib dalam hati sekalipun. Demikian juga yang bersifat bacaan, pendengaran serta tayangan.

Allah berfirman, "Katakanlah, Tuhanku hanya mengharamkan segala perbuatan keji yang terlihat dan yang tersembunyi, perbuatan dosa, perbuatan zalim tanpa alasan yang benar, dan mengharamkan kamu jikalau mempersekutukan Allah dengan sesuatu, sedang Dia tidak menurunkan alasan untuk itu, dan mengharamkan kamu berkata tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui". (QS Al- A'raf: 33).

Berkata Ibnul Qoyyim, "Pondasi kemaksyiatan yang besar maupun kecil ada tiga perkara: bergantungnya hati kepada selain Allah, mengikuti kekuatan angkara murka dan mengikuti gejolak syahwat. Secara rinci yaitu syirik, kedzaliman dan fahisyah. Akibat dari bergantung kepada selain Allah adalah syirik dan menyeru sesembahan lain. Akibat mengikuti kekuatan angkara murka adalah membunuh. Dan akibat mengikuti gejolak syahwat adalah zina. Oleh karenanya Allah kumpulkan tiga perkara ini dalam Ayat, "Dan orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar dan tidak berzina. Dan barang siapa melakukan yang demikian itu niscaya ia menceburkan diri kedalam Ðosa". (QS Al-Furqon: 68).

Ketiga perkara ini akan saling berkaitan satu dengan yang lainnya, sebagai contoh dosa syirik akan menyeret dalam kedzaliman dan fahisyah, sebagaimana Tauhid akan membentengi dari keduanya. Allah Ta'ala berfirman "Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh ia(Yusuf) tergolong hamba Kami yang terpilih". (QS Yusuf: 24). Demikian pula kedzaliman akan menghantarkan pada kesyirikan dan fahisyah, karena syirik adalah kedzaliman yang terbesar, sebagaimana Tauhid adalah keadilan yang terbesar. Juga tidak terlewatkan bahwa syahwat akan mengantarkan pada kesyirikan dan kedzaliman, terlebih bila kuat keinginan keburukannya hingga menempuhnya dengan menumpahkan darah bahkan meminta bantuan sihir dan setan.

Ketahuilah bahwa menjaga diri dari keburukan dan maksyiat memiliki buah yang sangat agung diantaranya menjaga muru'ah dan harga diri, melanggengkan harta, jabatan dan kedudukan, mendatangkan kecintaan makhluk, ketenangan jiwa, aman dari musibah dan petaka, mendatangkan cahaya di dunia dan alam kubur bahkan di akhirat, yang terbesar adalah mendapat ridho Allah dan selamat ke surga kekal abadi.

~disarikan dari artikel Syaikh AbdurRozaq Al Badr hafidzahullah ~www.al-badr.net~



Sabtu, 27 Juli 2013

WAHAI PECINTA KEBAIKAN DATANGLAH

Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzy dan Ibnu Majah, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu'anhu berkata, bersabda Nabi shalallahu'alaihi wa sallam, "Bila datang malam pertama di bulan Ramadhon, maka dibelenggulah para syaiton dan jin yang durhak, ditutuplah pintu neraka, hingga satu pun tak terbuka, dan dibuka pintu-pintu surga, maka tidak tertutup satu pintupun. Dan menyerulah suatu makhluk dengan seruan "Wahai pecinta kebajikan, berlombalah! Wahai pelaku keburukan, berhenti lah! Dan sesungguhnya Allah Ta'ala telah menyiapkan hamba-hamba yang dibebaskan dari sentuhan neraka!" Dan yang demikian setiap malam. HR Tirmidzy dan Ibnu Majah.

Dan ditegaskan dalam riwayat Imam Ahmad dalam Musnadnya, bahwa makhluk yang menyeru tersebut adalah Malaikat dari malaikat-malaikat Allah Ta'ala, dan hal itu dilakukan setiap malam di bulan Ramadhon setiap harinya hingga usai Ramadhon. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Dan malaikat menyeru, 'Wahai pelaku kebajikan, bersegeralah! Wahai pelaku keburukan, berhentilah!'. Hal ini hingga romadhon selesai". (HR Ahmad).

Sekiranya orang-orang yang beriman tidak mendengar seruan malaikat tersebut, akan tetapi hendaknya seruan tersebut dirasakan nyata secara yakin, karena yang memberikan kabar adalah makhluk yang jujur yang wajib dibenarkan yang tidak bicara melalui hawa, akan tetapi wahyu yang diwahyukan. Maka hendaknya seorang muslim bisa merasakan di malam-malam ramadhon yang penuh barokah dengan seruan malaikat yang muliya ini. Dan hendaknya mampu merealisasikan di dalam kehidupan kesehariannya, dalam akhlak dan seluruhnya. Hendaknya membandingkan dirinya di jalan manakah ia menempuhnya? Keduanya adalah seruan, dan keduanya dimaksudkan untuk kelompok manusia tertentu. "Wahai pelaku kebajikan.... Wahai pelaku keburukan.....".

Di dalam hadist ini menunjukkan bahwa hati manusia ada dua jenis, hati yang berkeinginan kebaikan, melakukannya, dan berusaha diatas kebaikan. Dan hati yang lain wal-iyadhubillah- hati yang berkeinginan keburukan, berbuat dan bersibuk dengan keburukan. Keduanya tidak pernah sama, antara hati yang baik dan hati yang lain yang senantiasa bergelimang kejahatan. Bagi yang memiliki hati mulia yang senantiasa bergerak dalam kebaikan, maka gunakanlah kesempatan bulan ramadhon ini dengan baik, menghadap kepada Allah sepenuh hati, menjalankan ketaatan, berbanyak ibadah, memanfaatkan musim kebaikan ini dengan perkara-perkara sunnah dan mustahabah.

Disebutkan dalam hadist Qudsy, berfirman Allah Ta'ala, "Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang Aku lebih cintai dari menjalankan kewajiban yang Aku bebankan kepadanya, dan senantiasa hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan menjalankan perkara-perkara sunnah melainkan aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya ketika mendengar, menjadi pandangannya tatkala melihat, menjadi tangannya tatkala bergerak, menjadi kakinya tatkala melangkah, jika ia memohon, niscaya Aku kabulkan". (HR.Bukhary). Maka orang yang berbuat kebaikan hendaknya ia bersunguh-sungguh dalam hal yang wajib terlebih dahulu, kemudian berusaha untuk menyempurnakan kewajiban tersebut, baru kemudian berusaha menjalankan mustahabah dan sunnah.

Dan tidak diragukan lagi bahwa seruan malaikat tersebut terulang di setiap malam di malam-malam ramadhon yang mana hal tersebut akan menjadikan penyemangat dan pendorong kebaikan di bulan nan suci ini, seperti yang berkaitan dengan jiwa pribadi semisal sholat, puasa, menunaikan kewajiban, menjalankan mustahab, menjauhi perkara haram maupun makruh. Juga berkaitan dengan makhluk lain seperti menolong dan membantu orang lain, menunaikan nasihat, berbuat baik kepada orang tua, menyambung rohim, berbuat baik pada tetangga, menyantuni fakir dan yang memiliki hajat, serta menahan gangguan kepada mereka, dan ringan tangan, harta dan jabatan.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi shalallahu'alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik, terlebih di saat bulan puasa tatkala berjumpa Malaikat Jibril, dan setiap malamnya berjumpa Jibril mempelajari Al-Qur'an, sungguh Nabi adalah manusia terbaik dalam segala urusan kebaikan bila dibandingkan angin yang berhembus". (HR.Bukhary dan muslim).

Petunjuk Nabi shalallahu'alaihi wa sallam diantaranya memanjatkan doa, "Ya Allah aku memohon kepada-Mu segala kebajikan yang segera maupun yang akan datang, aku ketahui maupun tidak aku ketahui, dan aku berlindung kepada-Mu dari segala keburukan yang segera maupun yang tertunda yang aku tau maupun yang tidak kuketahui, Ya Allah aku memohon segala kebaikan yang diminta Nabi-Mu dan Rasul-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari segala kejelekan yang ditakutkan oleh hamba-Mu dan rosul-Mu, Ya Allah aku memohon surga kepada-Mu dan segala amal dan ucapan yang mendekatkan ke surga, dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan segala amal dan ucapan yang mendekatkan ke neraka, dan aku memohon kepada-Mu agar setiap putusan yang Engkau putuskan seluruhnya baik bagiku". (HR Ibnu Majah).

~disarikan dari artikel Syaikh Abdur Rozaq hafidzahullah dari www.al-badr.net ~

Kamis, 25 Juli 2013

BULAN PUASA BULAN BERDOA

Telah tetap dari riwayat An Nu'man ibn Basyir radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Doa adalah ibadah". Kemudian beliau membacakan ayat: "Dan berkata Tuhanmu: 'Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan, sesungguhnya orang-orang yang sombong dari beribadah kepada-Ku niscaya ia akan masuk ke Jahanam dalam keadaan hina' ". (QS.Al Ghofir: 60).

Doa merupakan ibadah utama dan muliya, dikarenakan merupakan hak Allah Ta'ala yang tidak boleh diperuntukkan kepada siapapun yang lain-Nya. Doa memiliki kedudukan tinggi dalam agama, dikarenakan di dalamnya mengandung unsur perendahan diri dan permohonan hajat kepada Allah, sebagaimana tatkala suatu ibadah yang mana menghadirkan sepenuh hati dan khusyu', maka ibadah tersebut semakin bernilai dan sempurna. Hal ini terdapat dalam doa, semakin khusyu' maka semakin memperoleh maksud dari doanya.

Doa mengandung rasa bersandar dan tawakal kepada Allah Ta'ala dan permohonan pertolongan kepada-Nya. Tawakkal artinya bersandarnya hati kepada Allah, merasa yakin kepada-Nya dalam meraih apa yang dicita-citakan dan terhindar dari apa yang dikhawatirkan.

Dalil-dalil yang menyebut keutamaan doa sangat banyak tak terhitung, dan dalam bulan puasa doa memiliki kehususan, dimana bagi orang yg berpuasa ia tidak akan tertolak doanya selagi ia mengikhlaskan diri dalam puasanya, menyempurnakan ibadah-ibadahnya dan jujur kepada Tuhan-nya. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tiga doa yang senantiasa terkabulkan, doa orang puasa, doa orang yang teraniaya(terdholimi), dan doa seorang yang bepergian(musafir)".(HR Thobrony).

Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda, "Tiga doa yang tidak tertolak, doa orang tua kepada anaknya, doa orang berpuasa dan doa seorang musafir". (HR Baihaqy). Dan apa yang menunjukkan keistimewaan doa di bulan puasa adalah firman Allah Ta'ala dalam surat Al Baqoroh ayat 186: "Dan apabila hamba-Ku bertanya tentang Aku maka katakan sesungguhnya Aku dekat dengan hamba-Ku, Aku penuhi seruan orang-orang yang berdoa tatkala mereka berdoa, hendaknya mereka memenuhi pangilan-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka mendapat petunjuk". Ayat ini terdapat di antara ayat yang menerangkan hukum puasa, dan ayat ini turun berkaitan kekhususan doa yang ada di antara ayat-ayat puasa, maka seolah olah ayat tersebut berkaitan dengan ibadah puasa yang menunjukkan keutamaannya di bulan puasa ini.

Seorang hamba di bulan nan berkah ini niscaya bercita-cita agar diberikan taufiq untuk menyelesaikannya dengan baik, dan hal ini tentu tidak mungkin ditempuh kecuali dengan memohon doa kepada Allah Ta'ala. Sebagaimana ia juga berkehendak untuk menjalankan berbagai ragam ketaatan dan ibadah dan berharap agar diterima Allah, dan tiada jalan kecuali dengan memanjatkan doa kepada Allah Ta'ala. Juga bisa jadi seorang hamba sebelum puasa berlumuran dosa dan di bulan suci ini ia berharap agar dihapus dosa-dosanya, dan tiada jalan kecuali ia harus memanjatkan doa dan taubat kepada Allah Ta'ala.

Seakan-akan Allah Ta'ala memberikan petunjuk dan jalan kepada para hamba agar ditempuhnya, dengan jalan tersebut hamba akan diapuni dosa-dosanya, mendapat apa yang ia cita-citakannya, terhindar dari apa yang ia khawatirkan darinya. Maka seyogyanya seorang mukmin agar memperhatikan ibadah doa ini, mengunakan di waktu-waktu puasa ini dengan baik, senantiasa mengulang-ulang doa dengan penuh harapan, semoga tergolong orang yang beruntung dan terbebas dari neraka.

- dari sebagian tulisan Syaikh Abdur Rozaq hafidzahullah-

Sabtu, 20 Juli 2013

10 HARI TERAKHIR BULAN RAMADHON

Umat ini Allah muliyakan dengan datangnya Ramadhon, bulan yang dapat membersihkan jiwa dari dosa,dan perbuatan sia-sia. Adapun orang yang beruntung menggunakan waktu-waktunya untuk tilawah, berbuat taat, menebar sedekah, sehingga mampu menyulap amal dan hatinya menjadi suci, meraih ampunan dan mendapatkan ridwan serta keridhoan.

Hampir-hampir bulan nan suci meninggalkan kita dan hanya tersisa 10 hari darinya. Termasuk petunjuk Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, "Apabila masuk 10 hari terakhir di bulan Ramadhon, Beliau menghidupkan malamnya untuk ibadah, membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya". (HR.Bukhary Muslim).

Dan diriwayatkan, "Bila datang Ramadhon Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam bersungguh-sungguh dalam ibadah tidak seperti di hari lainnya, dan bila memasuki 10 terakhir, lebih bersungguh-sungguh tidak di seperti hari Ramadhon biasanya".( HR.Muslim).

Hasan Al-Basry berkata, "Tidaklah di suatu hari muncul fajar yang menyingsing, melainkan terdengar seruan dari langit, ‘Aku makhluk baru di hari ini, dan aku menjadi saksi atas amalmu, oleh karenanya berbekalah dengan kebajikan, sesungguhnya hari ini tidak akan terulang kembali selamanya' ".

Di dalam malam yang sepuluh ini, Allah menyebutnya dengan malam yang penuh barokah, yang mana diturunkan padanya suatu surat yang terbaca hingga hari kiamat, yaitu firman-Nya, "Sesungguhnya Kami menurunkannya(Al-Qur'an) pada malam kemuliyaan(Lailatul Qodar).(QS. Al Qodr: 1). Berkata Imam An Nakh'i, " Beramal di malamnya lebih muliya seribu bulan dari waktu lainnya".

Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa menghidupkan malam Lailatul Qodar penuh keimanan dan hanya mencari pahala dari Allah semata, diampuni dosa-dosanya yang telah lampau". (HR.Bukhary Muslim).

Di malam tersebut dibuka pintu-pintu langit, didengarkan segala permintaan hamba dan ditulis balasan-balasan bagi yang beramal. Disunnahkan banyak memanjatkan do'a, sebagaimana diriwayatkan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia bertanya kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, "Jikalau aku menjumpai Lailatul Qodar apa yang hendaknya aku ucapkan?”. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, "Katakan: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa'fu ‘anni( Ya Allah sesungguhnya engkau adalah Dzat Yang Maha Pemaaf menyukai maaf, maka maafkanlah segala dosa-dosaku)".(HR.Tirmidy).

Rabu, 17 Juli 2013

SHOLAT JAMA'AH

Para ulama' telah sepakat bahwa sholat jama'ah(bagi laki-laki) adalah disyariatkan dan merupakan syiar islam yang dhohir. Kemudian terjadi khilaf diantara ulama, apakah sholat jama'ah tersebut wajib diadakan dalam sholat lima waktu?
√ Sebagian berpendapat: ini merupakan fardhu kifayah.
√ Sebagian berpendapat: ini hanya sunnah.
√ Sebagian berpendapat: ini adalah sunnah muakkadah.
√ Sebagian berpendapat: ini adalah wajib fardhu 'ain.
Walaupun tidak berkaitan dengan sah/ tidaknya sholat, jika seseorang sholat sendiri tidak jama'ah meski mampu untuk mendatangi jama'ah ia berdosa lantaran meninggalkan jama'ah dan sholatnya sah. Dan yang akhir ini adalah pendapat yang dirajihkan ulama' diantaranya Imam Ahmad ibn Hanbal rahimahullah. Diantara dalilnya adalah:

 ~Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu dari Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya seberat-berat sholat bagi munafiqin adalah sholat Isya' dan Fajar, jikalau mereka mengetahui keutamaan yang ada padanya niscaya mereka akan datang walau dengan merangkak, dan sungguh aku berkeinginan agar sholat ditegakkan dan aku perintahkan seseorang mengimami manusia, dan aku beserta rombongan keliling membawa kayu bakar dan membakar rumah orang-orang yang tidak datang jamaah". (HR.Bukhary-Muslim).
~Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwasanya seseorang yang buta datang kepada Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam dan bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku tidak memiliki penuntun untuk ke masjid". Kemudian meminta keringanan untuk tidak ke masjid, dan diberi keringanan, tatkala ia berpaling ia dipangil kembali dan ditanya, "Apakah kamu mendengar pangilan adzan?". Ia berkata, "Iya". Maka Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Penuhi pangilan tersebut". (HR.Muslim).

Selasa, 16 Juli 2013

I'TIQOD

I'tiqod adalah mengikuti wazn(timbangan) iftial yang berupa masdar yang artinya ikatan. Yang dimaksud ikatan di sini adalah ikatan hati yang bersifat keyakinan yang pasti yang sesuai dengan kenyataan yang benar. Nama lain kalimat I'tiqod ini adalah kalimat: Tauhid, Sunnah, Syariah, Fikih Akbar, atau 'Ushulud Diin.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, "Dan merupakan kebiasaan penulis I'tiqod mereka mengkhususkan I'tiqod bagi keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama'ah, hingga membedakan dari keyakinan orang kafir dan ahlul bid'ah. Seperti contohnya: menetapkan Sifat bagi Allah Ta'ala, meyakini bahwa Al-Qur'an adalah kalam Allah Ta'ala, berbeda dengan keyakinan kelompok jahmiyah dari kalangan mu'tazilah".

Disebutkan pula dalam Masa'il I'tiqod, Allah Ta'ala menciptakan perbuatan hamba, dan kehendak Allah membawahi seluruh kehendak para makhluk-Nya, apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki tidak akan terjadi. Berbeda keyakinan Qodariyah dari kalangan Muktazilah dan yang lainnya".

Disebutkan pula diantara Masail I'tiqod, "Meyakini janji-janji Allah dan ancaman-ancaman-Nya, dan seorang mukmin tidak dikafirkan lantaran suatu dosa, dan tidak memberikan vonis kekal di neraka kepada seseorang, berbeda dengan keyakinan Khowarij dan Muktazilah.

Disebutkan pula, "Mengimani kekholifahan dan keutamaan Abu Bakar, Umar, Utsman dan 'Aly, berbeda dengan keyakinan Syi'ah dari Rafidhoh. Akidah hanya bersumber dari dalil Al-Qur'an dan As-Sunnah yang telah disepakati para Salaf (Taukify), tidak boleh bersandar dari selain keduanya, tidak boleh berlandaskan semata akal, angan-angan, perasaan, dan prasangka".

Berkata Syaikhul Islam, "Kewajiban bagi seorang muslim yang bersyahadat tidak ada sesembahan yang hak melainkan Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, hendaknya pondasi keyakinannya adalah: Pengesaan ibadah kepada Allah, tidak menyekutukan, taat kepada Allah dan taat kepada Rasul, dan senantiasa berpegang dengannya dimanapun berada, meyakini bahwa sebaik-baik makhluk setelah para nabi adalah para sahabat, tidak fanatik kecuali kepada Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, dan tidak fanatik kepada suatu kelompok kecuali kepada para sahabat, dikarenakan kebenaran melekat kepada Nabi dan para sahabatnya".

Berkata pula Syaikhul Islam, "Penyebab terjerumusnya seseorang dalam kesesatan dikarenakan berpaling dari pemahaman kitab Allah sebagaimana yang telah difahami para sahabat dan para tabi'in, dan ini bentuk pembangkangan kepada Allah dan Rasul-Nya".

Minggu, 14 Juli 2013

AGAMA FITRAH

Allah Ta'ala berfirman yang artinya, "Maka hadapkanlah wajahmu dengan tulus kepada agama (Islam) yang sesuai fitrah Allah yang Dia telah ciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (QS.Ar-Ruum: 30).

Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata, "Allah Ta'ala menerangkan bahwa arti 'menghadapkan wajah' adalah berbuat iklas dalam hati, dan berjuang untuk Agama Allah, yang mengandung atas kecintaan kepada-Nya, yang diwujudkan dengan beribadah sesuai kebenaran, hanya menghambakan diri kepada-Nya, dan berpaling dari selain-Nya. Dan ini adalah agama fitrah yang Allah telah ciptakan para hamba-Nya di atas fitrah ini.

Akan tetapi kemudian para manusia merusak fitrah tersebut, melumurinya dengan noda dan kotoran, sebagaimana Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Tidaklah seseorang yang dilahirkan kecuali ia di atas fitrah (agama tauhid) maka ayah mereka merubahnya menjadi yahudi, nasrani atau majusi". Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hadist Qudsi, Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya aku ciptakan manusia dalam keadaan lurus tidak condong, akan tetapi kemudian para syaiton datang dan menggoda mereka dari agamanya, mereka diperintah agar menyekutukan-Ku yang tidak ada dalil sedikitpun padanya". (HR. Muslim). - Bada'iut Tafsir 3/391 -

Jumat, 12 Juli 2013

SALAF DAN IKHLAS

Berkata Ya'kub: "Orang yang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan amal kebajikannya sebagaimana ia menyembunyikan keburukannya". Berkata As Susyi: "Orang yang ikhlas niscaya akan menghilangkan pandangan keikhlasan. Sesungguhnya barang siapa yang bersaksi tentang keikhlasan, maka sungguh keikhlasannya butuh pada ikhlas".

Apa yang disebutkan oleh para salaf adalah isyarat agar suatu amal hendaknya terbebas dari ujub dan bangga diri. Sesungguhnya orang yang memandang pada keikhlasan, maka ia terjerumus pada penyakit ujub dan bangga diri. Dan ini adalah jeratan syaithon, sedang orang yang ikhlas niscaya terbebas dari jeratan syaithon.

Berkata Ayyub: "Memurnikan niat dalam beramal merupakan perkara yang paling berat dari pada mengerjakan segala bentuk amalan". Berkata para salaf: "Melakukan Ikhlas sesaat, akan membawa keberuntungan selamanya, akan tetapi ikhlas itu amat berat". Dikatakan kepada Suhail, "Apa yang paling berat bagi jiwa?" Ia menjawab: "Ikhlas".

Berkata Al-Fudhail: "Meninggalkan amal lantaran manusia adalah riya'. Sedang beramal untuk manusia adalah syirik. Dan Ikhlas adalah bilamana Allah membebaskan hatimu dari keduanya".

- Tazkiyantun Nufus 17 -

Rabu, 10 Juli 2013

TUMBUHKAN SIFAT DERMAWAN DI BULAN RAMADHON

Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam adalah sosok teladan dalam segala jenis kebaikan, diantaranya dalam kedermawanan. Beliaulah yang paling karim, terlebih bila memasuki bulan suci ramadhon, bila memberi pasti lebih, bila menafkahi pasti sisa, bila bersedekah seolah-olah tidak takut faqir, bila ada yang meminta pasti beliau beri, tidak pernah menolak orang yang meminta pertolongan.

Bulan puasa merupakan musim untuk bersedekah, para salaf berlomba dan berebut infaq, memberi, menolong, mengulurkan tangan untuk para miskin, yatim, janda, hingga tidak tersisa lagi di hati mereka bakhil ataupun kikir.

Berkata imam Hasan Al-Basry rahimahullah, "Seburuk-buruk apa yang dimiliki anak adam adalah Dinar dan Dirham, tidak akan membawa kebaikan di akhirat kecuali bila disedekahkan dan diinfaqkan".

Allah Ta'ala berfirman, "Tidaklah kalian meraih surga sehingga menginfaqkan apa yang kalian cintai(harta), dan apa yang kalian infaqkan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui". (QS.Ali-Imran: 92).

Selasa, 09 Juli 2013

KEKUATAN DO'A DI SYAHRU RAMADHON

Doa menjadikan makhluk yang serba lemah menjadi kuat, bagi yang sedih akan mendatangkan kegembiraan, bagi yang susah akan mendatangkan jalan keluar dan segala urusan menjadi mudah.

Sejarah membuktikan tatkala nabiyullah Ayyub 'alaihissalam dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, maka ia bermunajat kepada Robb Tabaroka wa Ta'ala, "Wahai tuhanku sesungguhnya aku dalam keadaan yang susah(tertimpa penyakit) sedangkan Engkau adalah Dzat Yang Maha Penyayang dari semua yang Penyayang".(QS.Al-Anbiyaa':83). Maka Allah kabulkan permintaannya dan ia dikembalikan ke keluarganya dan Allah lipatgandakan jumlah mereka.

Dan Nabiyullah Zakariya 'alaihis salam yang ia tidak memiliki keturunan, kemudian berdoa kepada Allah, kemudian dikabulkan, "Kami anugrahkan kepadanya Yahya, dan Kami jadikan istrinya dapat mengandung". (QS.Al-Anbiyaa': 90).

Demikian pula Nuh, Yunus, Ibrohim dan para Anbiyaa' mereka bermunajat dan dikabulkan permohonannya. Terlebih di bulan nan suci ini, tatkala Allah menerangkan kewajiban puasa secara rinci (Qs Al-Baqoroh 183-187) dan menerangkan keutamaan romadhon, Allah menyisipkan suatu isyarat yang berbunyi, "Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (ya muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang-orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku". (Al-Baqoroh: 186)

PENGARUH KEBAIKAN DI BULAN NAN SUCI

Al Mu'tamir ibn Sulaiman At Tamimy berkata, "Kebaikan adalah cahaya di dalam hati, kekuatan di dalam amal. Sedang keburukan adalah kegelapan di dalam hati dan kelemahan di dalam amal". Hasan ibn Sholih berkata, "Menjalankan kebaikan adalah menimbulkan kekuatan di badan, cahaya di hati dan sinar di mata. Sedang mengerjakan keburukan adalah menimbulkan lemah di badan, kegelapan di hati dan kebutaan di mata".

-Hilyatul' Auliya' 7/330-

AS SUNNAH

As-Sunnah secara bahasa bermakna jalan atau perjalanan, yang tercela maupun yang terpuji. As-Sunnah memiliki makna, Segala sesuatu yang ada dalam pribadi Rosulullah shalallahu 'alaihi wa sallam dan para khalifah yang mendapat petunjuk setelahnya dan para salaf sholih dari keyakinan-keyakinan sebelum munculnya bid'ah-bid'ah dan perkara yang menyeleweng.

As-Sunnah juga bermakna segala sesuatu yang bersumber dari Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam dari selain Al-Qur'an, baik perkataan, perbuatan maupun ketetapan, sifat pribadi maupun akhlak, dan sirohnya semenjak diangkat menjadi nabi maupun sebelumnya.

Berkata Ibnu Mas'ud, Ubay bin Ka'ab dan Abu Darda' radhiyallahu 'anhum, "Bersederhana dalam menjalankan sunnah lebih muliya dari pada bersunguh-sungguh dalam mengerjakan perkara bid'ah".

Berkata Sufyan ibn Uyainah, "As Sunnah terdiri dari sepuluh bagian, barangsiapa sempurna mengerjakan, maka sempurnalah Sunnahnya. Dan barangsiapa meninggalkannya maka ia meninggalkan bagian dari Sunnah. Menetapkan keimanan terhadap Takdir, mendahulukan keutamaan Abu Bakar dan Umar atas sahabat lain, mengimani adanya Telaga di akhirat, Syafaat, Mizan/ Timbangan, Shirot/ Jembatan. Keimanan meliputi keyakinan, ucapan dan perbuatan, menetapkan bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah, mengimani hari kebangkitan dan tidak memberikan persaksian surga/ neraka atas seorang muslim".

Berkata Imam Syafi'i, "Sunnah yang aku yakini dan rekan-rekanku dari kalangan Ahli Hadist dan para salaf yang diambil ilmunya seperti Sufyan, Malik dan selainnya, menetapkan persaksian tiada sesembahan yang berhak diibadahi selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, dan meyakini bahwa Allah di atas Arsy di atas langit dekat dengan para hamba-Nya sesuai kehendak-Nya, dan meyakini Allah turun ke langit dunia sesuai kehendak-Nya dan keagungan-Nya".

Dari kalimat As Sunnah ini, banyak para ulama mengarang buku dengan judul kalimat ini, diantaranya Imam Abu Bakar Al Humaidy, Imam Ahmad ibn Hanbal, dan putranya Abdullah, imam Harb Al Kirmany, imam Abu Bakar Al Khollal, imam Ismail Al Muzany, imam Abu Bakr ibn Aby 'Ashim, imam Muhammad Al-Marwazy, Imam Al-Barbahary dengan kitabnya Syarhus Sunnah.

Selasa, 02 Juli 2013

'USHUL AHLIS SUNNAH

Allah Ta'ala berfirman, "Barangsiapa menentang Rasul setelah datangnya petunjuk, dan ia mengikuti selain jalannya Mukminin, maka Kami palingkan kemana ia berpaling, dan Kami akan masukkan ke jahanam dan seburuk-buruk tempat kembali baginya".(QS.An Nisaa: 115).

Allah Ta'ala berfirman, "Apa yang telah datang kepadamu dari Rasul maka ambillah, dan apa yang dilarang untukmu maka tinggalkanlah".(QS.Al Hasyr: 7). Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Setiap umatku akan masuk surga kecuali yang enggan". "Siapa yang enggan ya Rasulullah?" "Barang siapa taat kepadaku ia masuk surga, dan barangsiapa bermaksyiat ia telah enggan".

Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Hendaknya kalian berpegang teguh dengan sunnahku, dan sunnah para kholifah yang mendapat petunjuk setelahku". Dari dalil di atas, diketahui barangsiapa yang menghendaki keselamatan maka hendaknya ia berpegang dengan aqidah Salafus Sholih, dan istiqomah di atasnya. Dengan aqidah yang lurus akan mewariskan cinta kepada Allah, Muroqobah, Khosyah, dan menghindar dari syahwat dan syubhat, dan akhlak yang tercela.

Diantara pokok aqidah yang Lurus adalah:
√ Iman kepada Allah yang meliputi, Rububiyah, 'Uluhiyah, serta Asma' dan Sifat-Nya.
√ Iman kepada Malaikat, sebagaimana yang dicantumkan dalam Ayat dan Hadist yang shahih.
√ Iman kepada Kitab yang Allah turunkan sebagai hujjah para manusia, dan Al Qur'an secara khusus yang menjadi kitab suci pedoman para manusia hingga akhir zaman.
√ Iman kepada para Nabi yang diutus Allah Ta'ala, secara khusus nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam yang merupakan penutup Nabi dan Rasul.
√ Iman terhadap Adzab Kubur dan nikmatnya, dan hari-hari setelahnya dari hari akhir dari segala peristiwa yang terjadi yang ditetapkan Al Qur'an dan As Sunnah seperti dikumpulkannya manusia di padang Mahsyar hingga ditimbangnya amal mereka dan berujung surga maupun neraka.
√ Iman terhadap Taqdir yang Allah tentukan kepada para makhluk.
√ Iman adalah ucapan lisan, amalan anggota badan dan keyakinan dalam hati, iman tersebut naik dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksyiatan. Dan pelaku dosa besar seperti mencuri, makan riba, minum khomer tidak dikafirkan tanpa penghalalan, akan tetapi ia mukmin lemah imannya, terancam siksa, tergantung kepada Masyi'ah (kehendak) Allah Ta'ala, sekiranya di kehendaki ia disiksa kemudian ia dimasukkan surga, dan sekiranya dikendaki untuk diampuni maka Allah ampuni dosanya.
√ Kareteristik ahlus sunnah adalah taat penguasa dalam hal yang ma'ruf, diyakini ketaatan tersebut merupakan ibadah yang berpahala, walau penguasa tersebut dzalim dan aniaya. Tidak mencela penguasa, menggunjing, memprofokasi, mengkriminalisasi, serta tidak membangkang dan khuruj dengan hati, lisan, tangan dan pedang untuk berdemo maupun kudeta para pemimpin. Akan tetapi saling menasehati dan mengingatkan dan ta'awun di atas birr dan taqwa.

Ciri khas Ahlus Sunnah adalah menyeru kepada akhlak terpuji seperti mengajak amar ma'ruf nahi munkar, nasehat-menasehati, bersikap jujur, sopan, rendah hati, cinta-kasih, derma, dan lapang dada dst... Sesungguhnya akhlak mulia merupakan kesempurnaan aqidah yang lurus, dan sebaliknya akhlak yang buruk dan keji akan menjatuhkan derajat hamba di sisi Allah Ta'ala.

Semoga Allah Ta'ala menjadikan kita tergolong hamba yang senantiasa berpegang teguh terhadap aqidah para Salaf hingga kita diwafatkan. Dan semoga kita menjadi para pengajak kebajikan di batas ilmu dan bashiroh. Amin yaa Rabb 'alamiin...

TAUBAT

Taubat artinya kembali kepada Dzat Yang Maha Penutup aib Yang Maha Mengetahui Segala Sesuatu. Taubat merupakan permulaan jalan untuk mengapai kemuliyaan, modal utama bagi suatu keberuntungan, kunci menuju keistiqomahan.

Allah Ta'ala berfirman, "Dan bertobatlah kalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, semoga kalian beruntung".(QS.An-Nuur: 31). Ayat ini adalah surat madaniyah, yang ditujukan kepada ahli iman dari kalangan generasi manusia terbaik, agar mereka bertaubat setelah menuntaskan keimanan dan kesabaran, merealisasikan perintah jihad dan hijrah. Jikalau ayat ini turun kepada mereka umat yang dirahmati, maka sesungguhnya ayat ini lebih pantas bagi kita agar merealisasikannya.

Allah Ta'ala berfirman, "Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka sungguh ia termasuk orang yang dholim lagi aniaya".(QS.Al Hujurot: 11). Dari sini bisa disimpulkan bahwa manusia ada dua jenis, orang yang mau betaubat dan lawannya, orang yang tidak bertaubat, yaitu orang dholim. Dan disebut dholim, karena ia bodoh terhadap Tuhannya serta hak-hak-Nya.

Taubat adalah kembalinya seorang hamba kepada Allah, dengan penuh penyesalan atas dosanya, menjauh dan meninggalkan, serta tidak akan mengulang lagi di lain waktu.