Jumat, 30 Agustus 2013

SUARA WANITA AUROT ??

Ajaran agama islam menjunjung tinggi nilai kesopanan, serta berusaha sejauh mungkin dari terjerumus ke dalam fitnah dan aneka nafsu dengan mempersempit ruang lingkup kesamaran, kenistaan dan segala pintu-pintunya. Dengan memberikan solusi selebar-lebarnya hubungan pria dan wanita dengan jalan yang syar'i hingga meraih buah yang diharapkan.

Segala jalan yang mengarah kepada rendahnya kesopanan dari antara dua lawan jenis seperti melepaskan pandangan tanpa penjagaan, mengumbar perasaan tanpa kejelasan, kecuali ajaran islam telah melarang dan menutupnya dengan rapat.

Sebagaimana diketahui bersama, bahwa peran para wanita dalam menyulut api syahwat lebih dominan bila dibandingkan dari sisi laki-laki, oleh karenanya islam memberikan perhatian khusus dalam gerak-gerik para wanita dan memberikan batasan yang sangat ketat, seperti dalam menampakkan aurat dan perhiasan dirinya secara langsung maupun tidak secara langsung, dan ajaran islam telah mencegah keduanya.

Islam melarang kaum wanita menampakkan perhiasan yang tidak tampak kecuali kepada orang-orang tertentu yg terabadikan dalam surat An-Nur. Bahkan tidak hanya sampai disitu, islam juga melarang kaum wanita untuk menampakkan suara perhiasan yang tersembunyi, Allah berfirman: "Dan janganlah mereka menghentakkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan, dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang yang beriman, agar kalian beruntung". (QS.An-Nur: 31).

Berkata Imam Al Qurtuby dalam tafsirnya, "Yaitu, janganlah kalian para wanita melangkahkan kaki dengan menghentakkannya, hingga terdengar suara gelang kakinya, maka bisa disimpulkan bahwa memperdengarkan suara perhiasan yang tersembunyi yang ia kenakan hukumnya sama dengan menampakkan perhiasan, bahkan lebih parah, sedang yang diperintahkan adalah menyembunyikannya".

Suara memiliki daya tarik tersendiri dalam membangkitkan fitnah. Sebagian manusia tergerak syahwatnya dan mengencang urat syarafnya tatkala membayangkan sosok wanita atau godaan suara perhiasan yang dikenakan atau hanya sekedar melihat baju nya atau merasakan aroma parfumnya dan semisalnya, hingga ia berangan-angan. Sebagaimana seseorang tergoda melalui pandangan mata, ada juga yang tergoda melalui pendengaran dan indra lainnya.

Ayat diatas, sebagaimana dikatakan oleh Imam Al-Ma'wardy, terajud suatu kaidah kulliyah: "Setiap perbuatan wanita bila membangkitkan indra dan perasaan para lelaki, bukan hanya sekedar mata dan pendengaran, maka hal tersebut hakikatnya adalah dilarang sebagaimana dilarangnya para wanita menampakkan perhiasan miliknya".

Dahulu para wanita jahiliyah mengenakan gelang kaki, dan setiap melewati kerumunan para lelaki maka wanita tersebut menghentakkan kakinya, maka terdengar suara gelang kakinya, hingga menarik perhatian para lelaki, kemudian para wanita muslimah dilarang melakukan hal itu".

Bisa disimpulkan, setiap apa yang dilakukan wanita di perjalanan yang mampu menarik perhatian kepada lelaki, maka perkara tersebut dilarang di dalam syariat sebagaimana dilarangnya wanita menggunakan wewangian di luar rumah.

Sebagaimana pula islam melarang wanita mengeraskan suara selagi tidak ada hajat hingga terdengar para lelaki asing. Termasuk pula dalam hal yang bersifat ibadah, mereka diperintahkan agar memelankan suara hingga tidak terjadi fitnah, dikarenakan suara wanita memiliki daya tarik dan berpengaruh dalam menggerakkan syahwat.

Di waktu sholat, bila imam lupa dalam gerakan sholat maka diperintahkan lelaki agar bertasbih dan wanita menepukkan telapak tangan, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Melafalkan tasbih bagi lelaki dan bertepuk bagi wanita". (HR.Bukhary dan Muslim).

Di dalam ibadah haji, para lelaki diprintahkan mengeraskan suara dalam bertalbiyah, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Datang Jibril kepadaku dan memerintahkan aku agar menyampaikan kepada para sahabatku supaya mengeraskan suara tatkala bertalbiyah". (HR.Ibnu Majah dan Ahmad dan Al Hakim). Adapun bagi wanita maka diperintahkan agar merendahkan suara.

Berkata Ibnu Abdil Barr, "Para ulama telah ijma'(sepakat) atas sunnahnya para wanita agar tidak mengeraskan suara tatkala bertalbiyah, akan tetapi cukup untuk didengar sendiri saja, hingga tidak masuk dalam perintah mengeraskan suara sebagaimana lelaki". Demikian pula dalam tilawah Al-Qur'an dan bertakbir di hari raya dan semisalnya.

Berkata Abu Bakar Al-Jashosh dalam tafsirnya, "Di dalam ayat diatas menunjukkan bahwa wanita dilarang mengeraskan suara hingga terdengar lelaki yg bukan mahromnya, dikarenakan suara yang muncul dari lisannya lebih mendatangkan fitnah dari hanya sekedar suara gelang kakinya. Sebagaimana pula para pengikut imam Abu Hanifah mengharamkan adzan bagi wanita, karena dibutuhkan untuk mengeraskan suara dan kaum wanita dilarang dari hal ini. Dan menunjukkan pula tentang dilarangnya melihat wajah wanita yang akan menimbulkan syahwat, karena paling tidak akan menjerumuskan pada perkara yang samar dan akan menimbulkan banyak fitnah".

 - Sumber: dari tulisan Syaikh Abdullah ibnu Sholih Al-Fauzan -

Kamis, 29 Agustus 2013

PERSATUAN

Tidak diragukan lagi bahwa kaidah ajaran Islam terbesar, pondasi yang sangat mendasar, adalah menjaga hati dan menjalin persatuan di atas kebenaran, berpegang di atas jama'ah, serta memperbaiki hubungan diantara sesama seakidah. Dikarenakan perkara tersebut mendatangkan maslahat yang amat besar, berpahala melimpah, dan keutamaan yang banyak. Sebaliknya perpecahan, perselisihan, akan mendatangkan keburukan dan petaka serta menggugurkan banyak hukum-hukum.

Allah Ta'ala berfirman: "Dan berpegang teguhlah kalian di atas tali Allah dan janganlah berpecah belah". (QS.Ali-Imron: 103).

Allah Ta'ala berfirman: "Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan diantara sesama kalian". (QS. Al Anfal: 1)

Kandungan ayat muliya di atas terkadang tidak terfikirkan kebanyakan para manusia yang berusaha memecah keutuhan kalimat dan para provokator yang tidak memiliki kecenderungan untuk tegaknya keutuhan. Para ulama islam sepakat akan menjaga utuhnya kalimat dan berusaha menguatkan asas ini. Diantara teladan dari para ulama antara lain:

1. Dikisahkan dari banyak riwayat ungkapan para ulama, "Marilah kita memohon kepada Allah agar disatukan hati-hati kami dan kalian, memperbaiki hubungan diantara kita semua, serta menunjuki kita kepada jalan yang selamat dan mengentaskan kita dari jalan kesesatan menuju jalan kebenaran. Dan tujuan terbesar kita adalah memperbaiki hubungan diantara kita seraya melembutkan hati-hati kita.

2. Tatkala Sulthon An-Na'sir dimasa Ibnu Taimiyah memberikan persetujuan untuk memberikan hukuman penggal bagi para hakim yang menentang dan membangkang dan meminta fatwa kepada Ibnu Taimiyah, maka seraya memberikan jawaban, "Jika engkau penggal mereka niscaya engkau tidak menjumpai seperti mereka sepeninggalnya". Sulthon bertanya kembali, "Sesungguhnya mereka telah menyakitimu dan berusaha untuk membunuhmu berulang kali". Maka Ibnu Taimiyah menjawab," Barangsiapa yang telah menyakitiku maka hari ini aku telah maafkan dan barangsiapa menyakiti Allah dan Rasul-Nya maka Allah akan murka kepadanya dan aku tidak akan mencari kemenagan untuk diriku pribadi. Dan senantiasa mengulang-ulang pernyataannya hingga melembut dan As-Shulthon memaafkannya.

3. Para ulama memberi peryataan, "Kewajiban bagi seorang muslim jika telah menempati suatu wilayah dari wilayah kaum muslimin maka hendaknya ia menunaikan sholat jamaah dan jum'ah bersama masyarakat sekitar, mencintai dan loyal kepada kaum mukminin serta tidak memusuhinya. Jika sekiranya menjumpai diantara mereka ada yang sesat dan terjerumus dalam kesesatan yang memungkinkan diberi nasihat dan diarahkan kepada petunjuk yang lurus maka dilaksanakan, jika tidak mampu maka sesungguhnya Allah tidak membebani suatu jiwa melainkan apa yang ia mampu.

4. Fatwa dari para ulama menyatakan, "Barangsiapa yang diundang pada suatu hidangan dan samar padanya, maka tidak mengapa menyantap makanan sersebut walau hanya sedikit. Jika di sana terdapat maslahat yang dominan seperti untuk melunakkan hati dan semisalnya".

5. Sesungguhnya dianjurkan bagi seseorang untuk menjinakkan dan melembutkan hati walau dengan meninggalkan suatu perkara yang mustahab, dikarenakan maslahat ta'lif qulub dalam timbangan agama lebih besar dari melakukan mustahab tersebut, dan yang utama adalah mengikuti petunjuk secara cermat dan berlembut serta melunakkan hati. Seperti mengeraskan bacaan basmalah dalam rangka menjaga keutuhan, seperti pula menyambung rekaat dalam sholat witir yang tiga rekaat dari pada memisahnya, sebagaimana imam Ahmad mengutamakan meninggalkan qunut dalam sholat witir dalam rangka melunakkan hati para makmumnya.

Bahkan Ibnu Taimiyah menganggap seseorang yang fanatik menyatakan basmalah adalah ayat dari kitab Allah yang wajib dibaca sebagai bentuk syiar perpecahan dan furqoh yang kita dilarang darinya. Sesungguhnya kerusakan yang akan timbul dari perpecahan ini jauh lebih dahsyat dari perbedaan pendapat di atas.

Ini merupakan ulasan singkat dari beberapa perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam masalah ta'liful qulub (melunakkan hati lawan) dan masalah menjaga persatuan, maka alangkah butuhnya di zaman seperti ini yang sangat merindukan pencerahan cinta kasih kepada sesama muslim, hingga terajut ikatan yang menjaga keutuhan bersama yang mampu mendekatkan yang jauh, dan menunjuki yang tergelincir diantara mereka.

Dan tiada henti setelah harapan taufiq dari Allah kita selalu berusaha menambah ilmu dan kesabaran serta takwa dan kebersihan hati dan memandang maslahat untuk umat.

dari tulisan DR Ahmad ibnu Ibrohim Al-Hamad.

Rabu, 21 Agustus 2013

6 PERANGAI YANG DIJAMIN SURGA

Sebagaimana diketahui semua, bahwa kalimat "Jaminan" sering dijumpai dan dipraktekkan dalam dunia perdagangan. Suatu barang bila mendapat jaminan pasti ia memiliki nilai yang tinggi dan amat berharga, berbeda jika tidak ada jaminan di sana. Hal ini menunjukkan pada kita betapa tinggi kepercayaan manusia terhadap barang jaminan, beda dengan sesuatu yang tiada jaminan, terlebih bila mana yang memberikan jaminan adalah terpercaya, amanah, dan menepati janji, dan senantiasa dijumpai kemudahan tidak berbelit-belit.

Bagaimana jika yang memberikan jaminan adalah Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, yang senantiasa terpercaya dan dipercayai, yang tidak berbicara dengan hawa, melainkan berdasarkan wahyu yang telah diwahyukan? Bagaimana jika barang jaminan tersebut adalah Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang tidak pernah terpandang mata, terdengar telinga, terdetak pikiran manusia? Dan bagaimana ternyata sesuatu yang akan mendapat jaminan adalah perkara yang mudah, singkat tidak membutuhkan banyak tenaga dan juga bukan perkara yang berat dan memberatkan?

Renungkanlah wahai hamba yang semoga dijaga Allah, apa yang dibawakan Imam Ahmad di dalam Musnadnya, Ibnu Hibban didalam Shohihnya, Al-Hakim di dalam Mustadroknya, dan dibawakan yang lainnya juga, dari Ubadah Ibnu Shomith radhiyallahu'anhu, dari Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam: "Berikan kepadaku jaminan enam perkara, niscaya aku jamin kalian masuk Surga, Jujurlah jika berbicara, penuhi janji bila berjanji, tunaikan amanah bila diberi amanah, jagalah kemaluan kPealian, tundukkan pandangan kalian, tahanlah tangan-tangan kalian (dari berbuat buruk)". Silsilah Al-Albany 1470.

Perkara ini adalah jaminan yang akan menghasilkan jaminan dan pemenuhan janji dengan pemenuhan janji. Enam perkara yang mudah, yang menjadi pintu kebaikan yang amat ringan, barangsiapa yang menjalankan disepanjang hidupnya hingga wafatnya, maka niscaya Surga menjadi jaminannya. Allah Ta'ala berfirman: "Dan dekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertaqwa pada tempat yang tidak jauh. Inilah nikmat yang dijanjikan kepadamu, yaitu kepada setiap hamba yang senantiasa bertaubat dan memelihara (aturan-aturan-Nya). Yaitu orang-orang yang takut kepada Ar-Rohman dalam keadaan ghoib, dan ia datang kepadanya dengan hati yang bertaubat. Masuklah ke dalam surga dengan aman dan damai, itulah hari yang abadi. Mereka di dalamnya memperoleh apa yang ia kehendaki, dan Kami memiliki tambahannya". (QS.Qof: 31-35).

- Perangai pertama, jujur dalam berbicara. Hendaknya seorang mukmin memiliki kejujuran yang tinggi, tidak dikenal berbohong dalam apapun, dan menjaga perkara ini disetiap kehidupannya hingga sampai menghantarkan ke dalam surga. Di dalam hadist dinyatakan, "Hendaknya kalian berkata jujur, sesungguhnya kejujuran membawa pada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan pada surga, dan senantiasa seseorang berkata jujur hingga dituliskan padanya di sisi Allah orang yang terpercaya". (HR.Muslim).

- Perkara kedua, menepati janji, dan senantiasa konsisten padanya. Ini merupakan perangai seorang mukmin, ciri khas muttaqin, yang tidak dikenal sebagai orang yang menyelisihi janji, di sekitar masyarakat muslim dalam segala bentuk muamalah, dikarenakan jika tenar dengan menyelisihi janji niscaya akan kehilangan kepercayaan, hingga saling berbuat buruk dan menghindar.

- Perangai ketiga menunaikan amanah, ini merupakan perangai yang paling agung yang diberikan pujian Allah kepada pelakunya, yang menunjukkan sempurnanya iman dan islam seseorang, dan dg amanah ini niscaya akan terjaga agama, harga diri, harta, nyawa. Di dalam hadist dinyatakan, "Seorang mukmin adalah orang yang dirasa aman atas harta dan jiwanya dari gangguan yang dilakukannya". (HR.Ahmad). Jika sikap amanah ini ada dalam suatu masyarakat niscaya kuat hubungan mereka dan menimbulkan banyak kebaikan dan barokah.

- Perkara ke empat, menjaga kemaluan, dari perbuatan yang tercela yaitu terjerumus dalam haram dan kebathilan. Allah Ta'ala berfirman: "Dan orang-orang yang menjaga farji mereka, kecuali kepada istri-istri mereka dan budak-budak miliknya, maka hal itu tidaklah tercela. Barangsiapa yang mencari dari selain tersebut maka sungguh ia telah melampaui batas". (QS.Al-Mukminun: 5-7). Menjaga farji membuahkan penjagaan terhadap nasab keturunan dan menjadi suci suatu masyarakat, serta terbebas dari aneka penyakit dan keburukan.

- Perangai ke lima adalah menjaga pandangan dari perkara yang terlarang, Allah Ta'ala berfirman: "Katakan kepada orang-orang mukmin agar mereka menahan pandangan dan farji-farji mereka, itu lebih suci bagi mereka, dan Allah Maha Tahu akan perbuatan mereka". (QS.An-Nur: 30). Menjaga pandangan akan mewariskan ketenangan hati dan merasakan manisnya iman, sucinya jiwa dan penjagaan diri dari terjerumus yang tidak baik.

- Perangai ke enam menahan gangguan. Bila seseorang melakukan gangguan kepada mukmin yang lainnya, niscaya Allah akan murka padanya, dan para manusia akan menjauh, karena ini menunjukkan akan buruknya akhlak lagi tidak beradab.

Sebaliknya jika ia mampu menahan diri darimemberikan gangguan kepada manusia, maka ini menunjukkan akan sempurnanya akhlak, baiknya perangai dan muamalahnya hingga mendatangkan kecintaan Allah. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Suatu hari seseorang lewat di jalan menjumpai dahan pohon melintang, lalu ia berkata, Demi Allah aku akan singkirkan gangguan yang melintang ini dari jalannya orang muslim hingga tidak menganggunya, maka Allah masukkan orang tersebut ke surga". (HR Muslim).

Ini adalah sebagian pintu-pintu surga yang disyariatkan kita agar menempuhnya, maka hendaknya kita berusaha melakukannya sebelum kehilangan kesempatan. Dan kita memperbanyak amal kebaikan, semoga Allah menolong kita untuk mampu melaksanakannya, memberi taufiq dalam segala kebaikan, dan semoga sholawat dan salam tercurah kepada Nabi kita Muhammad dan para sahabat semuanya.

~ disarikan dari tulisan Syaikh Abdurrozaq hafidzahullah di www.al-badr.net ~

Sabtu, 17 Agustus 2013

SERUAN DARI MASJID NABAWI UNTUK RAKYAT MESIR KEMBALILAH KE RUMAH RUMAH KALIAN

Syaikhuna Al-’Allaamah DR. Shalih bin Sa’ad As-Suhaimi hafizhahullah berkata pada majelis beliau di Masjid Nabawi, Madinah, kota Nabi shallallahu’alaihi wa sallam,

“Terjadinya banyak pembunuhan termasuk tanda-tanda kiamat, apa yang terjadi saat ini secara khusus di negeri-negeri muslim dan di dunia internasional termasuk tanda-tanda kiamat, yaitu banyaknya pembunuhan yang telah dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.

Terkadang pembunuh tidak tahu kenapa ia harus membunuh, ia melihat manusia melakukan sesuatu maka ia pun ikut membidikkan senjatanya sebagaimana kondisi orang-orang dari suku terasing Arab yang selalu berteriak layaknya binatang dan saling membunuh antara satu dengan yang lainnya hanya demi revolusi pemberontakan, sepotong roti, rasa lapar atau karena membela seorang tokoh, padahal bisa jadi tokoh tersebut adalah seorang thagut.

Dan semua yang mati dianggap syahid meski seorang Yahudi, Nasrani atau musyrik penyembah kubur, semua syahid menurutnya, yaitu menurut seorang –yang sayang sekali ia dianggap ulama oleh media, yang umurnya sudah sangat tua- ia selalu berbicara ngawur bahwa (orang-orang yang terbunuh karena revolusi pemberontakan, sepotong roti, rasa lapar atau karena membela seorang tokoh) adalah syuhada, bahkan ia meminta untuk mendapatkan kesyahidan seperti mereka, dan ini –kita berlindung kepada Allah- adalah penyimpangan dan kesesatan.

Sayangi dirimu wahai Akhi, sembahlah Robbmu, kembalilah kepada Allah ‘azza wa jalla, apalagi Anda sudah berumur 90 tahun lebih, meskipun semuanya pasti mati tanpa melihat usia tua atau muda. Akan tetapi engkau telah menghiasi kebatilan sehingga nampak sebagai kebenaran dan engkau melampaui batas dalam perkara ini, maka berhati-hatilah wahai Ikhwan.

Berdoalah kepada Allah untuk negeri-negeri Islam yang tersebar padanya kekacauan-kekacauan ini, dan berdoalah kepada Allah agar melindungi negeri-negeri kaum muslimin dari berbagai malapetaka ini, dimana seorang pembunuh tidak tahu kenapa ia membunuh dan yang terbunuh juga tidak tahu kenapa ia dibunuh, akan tetapi ia akan berdiri di hadapan Allah ‘azza wa jalla sambil membawa kepalanya dengan kedua tangannya dan mengatakan kepada pembunuh “Kenapa engkau membunuhku?”

Kemudian, kenapa engkau menambah kekacauan (demonstrasi) yang begitu banyak manusia telah terlibat ini, maka di manakah agama, di manakah Islam, di manakah akalmu?! Wahai Akhi, tatkala Sumayyah terbunuh dengan cara yang keji, kaum muslimin tidak melakukan demonstrasi dan turun serta berteriak-teriak di jalan-jalan. Tatkala orang-orang Yahudi berusaha membunuh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, kaum muslimin tidak melakukan demontrasi, tetapi menegakkan jihad di jalan Allah dan mengeluarkan Yahudi dari Madinah dengan perintah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.

Permasalahannya, dengan demonstrasi ini, kalian memenuhi lapangan-lapangan dengan laki-laki dan wanita, dan terjadilah penindasan dan pelanggaran kehormatan, perzinahan, khamar, kurangnya rasa malu, nyanyian dan ikhtilat (campur baur) antara laki-laki dan wanita, apakah ini dari agama Allah?!

Demi Allah, sesungguhnya Barat telah menipu kalian wahai orang-orang yang telah mati hatinya, yang berteriak-teriak di lapagan-lapangan seperti keledai.

Bertakwalah kepada Allah, kembalilah ke rumah-rumah kalian -sampaikan kepada mereka risalah ini wahai hadirin, katakan kepada mereka-hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan kembali ke rumah-rumah mereka, dan tetap tinggal di rumah-rumah mereka, daripada berteriak-teriak di jalanan.

Bertakwalah kepada Allah di bumi Kinanah, yang demi Allah bumi yang kami anggap mulia, akan tetapi banyak penduduknya yang tidak memuliakannya, andaikan mereka memuliakannya maka tentunya mereka tidak akan melakukan perbuatan ini.

Aku mohon kepada Allah agar melindungi mereka dari kejelekan fitnah ini, dan agar mengembalikan mereka kepada kebenaran dan menjauhkan mereka dari para pembuat onar di antara mereka, yang selalu mengobarkan kekacauan yang berbahaya ini.

Saat ini Barat, yaitu Amerika dan selain mereka mengatakan bahwa, “Kami yang akan mendamaikan antara kelompok-kelompok Islam yang bertikai.” Maka kalianlah yang menyebabkan mereka berani memasuki negeri kalian.

Masya Allah, sampai Yahudi penjajah Palestina pun berkata, “Kami akan masuk dan mendamaikan antara kelompok yang bertikai di negeri tersebut.”

Wahai manusia, kembalilah ke rumah-rumah kalian maka akan selesai masalah ini, dan bersabarlah menghadapi pemerintah kalian.

Benar, kami mengingkari kudeta militer yang mereka lakukan terhadap pemerintah sebelumnya, apa yang mereka lakukan adalah kebatilan. Akan tetapi setelah mereka berkuasa maka wajib bagi kita untuk diam, walaupun boleh kita menuntut dikembalikannya kekuasaan kepada yang berhak tetapi dengan cara yang syar’i, bukan dengan cara mengerahkan masa, membunuh dan menduduki berbagai fasilitas umum.

Adanya kelompok-kelompok yang berpecah ini sejatinya adalah kebatilan, semuanya adalah taklid kepada Yahudi dan Nasrani, meskipun mereka menamakan diri dengan kelompok Islam. Akan tetapi aku katakan, mereka tidak punya pilihan kecuali hendaklah mereka bertakwa kepada Allah ‘azza wa jalla.

Kemudian, menurut prinsip kelompok mereka (yang membolehkan pemilu) –meskipun aku tidak percaya dengan pemilu- hendaklah mereka bersabar menunggu pemilu berikutnya, sehingga mereka bisa memilih pemimpin selainnya. Walaupun hakikatnya sistem pemilu ini adalah thagut, aku tidak mempercayainya (hanya demi memperkecil mudarat).

Akan tetapi wahai Ikhwan, sampaikan kepada mereka (kelompok-kelompok yang mengatasnamakan Islam di Mesir), hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dalam menjaga darah kaum muslimin, dalam melindungi negeri mereka yang terjajah, negeri Kinanah.

Sampaikan kepada mereka risalah ini, kembalilah kepada akal sehat kalian, demi Allah tidak mungkin ada yang melakukan ini anak kecil, orang gila dan orang bodoh. Demonstrasi-demonstrasi ini adalah kerjaannya orang bodoh, orang gila dan tidak memiliki akal sama sekali, setiap mereka berteriak mendukung fulan, hidup fulan, jatuh fulan. Kita mohon kepada Allah ‘afiyah dan keselamatan.

Saudara-saudara kita yang menjauhi fitnah ini –segala puji hanya bagi Allah- mereka mengajak kepada agama Allah dan kepada sunnah, dan sampai hari ini mereka selamat dari ketergelinciran ke dalam fitnah ini dan selamat dari keterlibatan dalam membunuh kaum muslimin dan non muslim (yang belum pantas dibunuh) .

Aku mohon kepada Allah Al-Karim untuk menganugerahkan kebaikan kepada seluruh negeri kaum muslimin, merahmati mereka dan menyatukan kalimat mereka di atas tauhid.

Kembalilah kepada Sunnah wahai penduduk Kinanah (Mesir), kembalilah kepada tauhid, hancurkan kuburan yang disembah selain Allah, tinggalkan hizbiyah (fanatisme golongan) dan kelompok-kelompok sesat. Kembalilah kepada Rabb kalian, dan bersatulah dalam merealisasikan Laa ilaaha illallah dan Muhammadur Rasulullah.

Hendaklah kalian (hadirin) menyampaikan seruan ini meskipun hanya melalui sebagian website. Aku mohon kepada Allah agar menganugerahkan kebaikan bagi kaum muslimin di setiap tempat.

Diterjemahkan secara makna dari nasihat Syaikhuna Al-‘Allamah Shalih As-Suhaimi hafizhahullah pada majelis beliau di Masjid Nabawi Madinah, kota Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, yang ditranskrip oleh Abu AbdirRahman Usamah jazaahuLlaahu khayron.

nasihatonline.wordpress.com

MUQODDIMAH MUHADHOROH 'USHUL DAKWAH SALAFIYAH

Syaikh Abdussalam ibnu Barjas Al-Abdulkarim -rahimahullah- berkata: Wa ba'du, di dalam majlis ini kami akan berbicara tentang 'ushul yang tegak padanya dakwah salafiyah dan kami terangkan perbedaan dengan dakwah selainnya yang berseberangan dari jalan yang lurus, dan yang menjadi penyemangat akan kajian ini ada 2 perkara:

- Pertama, apa yang telah aku lihat dan juga lainnya dari penampakan ketergantungan jamaah hizbiyah yang jauh dari manhaj salaf dengan memakai nama dakwah salaf yang muliya ini dan penisbatan kelompok hizbiyah ini kepada salaf yang diridhoi Allah Ta'ala, yang mana Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentangnya: "Sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian setelahnya, kemudian setelahnya". Sedang kelompok ini menamakan dengan nama salaf dan ahlussunnah, dengan demikian mereka mencampurkan racun dengan madu yang murni, bersembunyi, berlindung didalamnya dalam rangka mengelabuhi dan menyesatkan manusia. Betapa banyak tulisan-tulisan mereka menyelisihi dan berseberangan dengan manhaj salaf, dan membela manhaj kholaf dan kelompok sesat seperti khowarij, mu'tazilah dan sufiyah dalam perkara ini.

- Kedua, mereka bergantung dengan nama salaf untuk tujuan tertentu. Mereka mengaitkan pendapatnya kepada seseorang yang sebenarnya orang tersebut berlepas diri dari pemikiran mereka. Agar semua jelas, bahwa kelompok Ikhwan Muslimin mereka berkedok dari dakwah Syaikh Muhammad ibnu Ibrohim yang berkaitan dengan Tauhid Hakimiyah, mereka mengembar-gemborkan seruan Hakimiyah, yang mana mereka berangapan bahwa dakwah Syaikh sama dengan tujuan mereka yang bathil yaitu pengkafiran negara dan dibolehkannya melakukan pemberontakan dan kudeta. Dengan demikian mereka berdusta dan mengelabuhi umat, demi Allah. Sikap Syaikh sangat jelas tidak ada kesamaran, tulisan dan karangan Syaikh memberikan kejelasan tentang ini, yang telah terangkum dalam mutiara nasihat yang telah aku susun dengan judul "Nasihat Penting Dalam Tiga Permasalahan".

Disitu diterangkan sikap Syaikh terhadap para penguasa agar wajib taat dalam perkara yang tidak ada kemaksyiatan kepada Allah Ta'ala. Dan ini yang ditulis oleh Syaikh dalam risalahnya dan tulisan-tulisan lainnya. Dan ini adalah inti rangkuman karya Syaikh dalam masalah Hakimiyah, akan tetapi mereka seperti orang ahli kitab yang menyumpal telinga mereka dengan jari-jari tangan mereka terhadap Ayat Taurat yang menerangkan hukum zina yang diharuskan hukum rajam, mereka menyembunyikannya dan menghapusnya -kita memohon kepada Allah keselamatan dan afiyah-. Sebagaimana diketahui penamaan istilah "Tauhid Hakimiyah" menuai kritikan dan sikap kritis dari berbagai kalangan, sebagai halnya menimbulkan kontroversi dari kalangan juru tulis dan mufakir itu sendiri. Berkata Doktor Muhammad Ammaroh, "Sesungguhnya kalimat tersebut adalah simbol yang dalam terhadap warisan lama dan perjuangan kami yang baru". Berkata juru tulis seperti Muhammad Said Al-Asymawy dan Ahmad Kamal dan Hafidz Iyab, "Bahwa syiar ini adalah sama dengan syiar para khowarij yang dijadikan panji yang ada di masa pemberontakan khilafah Ali bin Abi Tholib, yaitu kalimat 'Tidak ada hukum kecuali hukum Allah' ".

Maka kembali aku katakan, Tatkala aku melihat perbuatan keji ini dari kelompok tersebut mempengaruhi banyak pemuda dan menjerumuskannya, maka aku hendak mengingatkan 'ushul dakwah salaf, dengan ini nampak jelas perbedaan antara mereka dan dakwah salaf, kelompok yang benar dengan kelompok yang menyeleweng, penyeru kebenaran dan para pendusta...sebagian mereka mencatut nama salaf padahal bukan dan sebenarnya apa yang mereka catut berlepas diri dari mereka, sebagaimana Asy'ariyah mengaku sebagai Ahlussunnah padahal bukan, mereka berdusta....Sangat jauh sekali antara ahlussunnah dengan manhaj mereka dan dengan apa yang mereka lakukan.

Dan 'ushul yang akan kami jelaskan merupakan perkara yang mutafaq 'alaih -disepakati- oleh seluruh da'i manhaj salaf dahulu hingga sekarang. Dan sebelum aku mengulas perkara ini, aku tegaskan bahwa manhaj salaf yang kita menyeru padanya, bukanlah seperti jamaah(kelompok-kelompok) islam yang hizbi yang dijumpai di saat ini. Dikarenakan manhaj Salaf merupakan kelompoknya orang islam. Setiap siapa saja yang memiliki aqidah dan keyakinan Salaf dan ia konsisten dalam kenyataan kesehariannya, maka ia tergolong Salafi secara otomatis, tidak terbeda-bedakan antara satu dengan lainnya. Dan kita tidak memiliki keterkaitan selain kepada pemerintah dan penguasa kita dari para hakim dan ulama'. Dan kita tidak pernah menyembunyikan sesuatu dalam keyakinan kita, setiap yang ada tertulis dan terabadikan dalam kitab-kitab, terekam dalam audio, tidak ada yang rahasia dan politik bawah tanah, tidak ada kepemimpinan selain penguasa sah dari kepala negara dan semisalnya.

Dan kita merasa bergantung dengan para Ulama Salaf adalah perkara yang amat penting, terlebih dengan para imam dakwah dari Nejed (timur tengah) dan semisal mereka dan pengikutnya -rohimahumullah ajma'in- pada generasi akhir semacam ini. Kita menimba ilmu dari kalangan ulama yang ma'ruf dengan sunnah yang terjaga dari berbagai macam bid'ah dan selamat dari hawa. Dan mereka para ulama sangat banyak sekali, semisal: Syaikh Abdul Aziz Ibnu Baz, Syaikh Muhammad ibnu Nashiruddin Al-Albany, Syaikh Muhammad ibnu Sholih Al-Utsaimin, Syaikh Sholih ibnu Fauzan Al-Fauzan, Syaikh Abdullah ibnu Abdur Rahman Al-Ghudaiyyan, Syaikh Sholih ibn Abdur Rahman Al-Athrum, Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad, Syaikh Abdul Aziz ibn Abdullah Alu-Syaikh, Syaikh Bakr ibn Abdullah Abu Zaid, Syikh Sholih Muhammad Al-Luhaidan dan semisalnya dari kalangan para ulama yang berjalan di atas manhajnya, dan kita tidak meyakini mereka terbebas kesalahan, akan tetapi sebagaimana manusia biasa memiliki kesalahan dan kealpaan.

Kita menggeluti ilmu, bersibuk dengan ilmu dan mencari ilmu dari kalangan ulama semisal mereka dan yang bermanhaj seperti mereka. Kita mempelajari Hadist seperti Kutubus-Sittah beserta syarahnya yang terkenal, dan kitab-kitab Tafsir seperti Tafsir Ibnu Jarir, Baghowy, Ibnu Katsir, Ibnu As-Sa'di. Kita pelajari Aqidah salafiyah seperti kitab-kitab Sunnah secara umum, dan kitab Tauhid yang ditulis oleh Ibnu Huzaimah, dan kitab Tauhid Syaikh Muhammad Ibnu AbdulWahhab, dan kita pelajari seluruh karya Beliau, sebagaimana kita pelajari karya Syaikh Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim dan karya imam-imam Dakwah hingga saat ini seperti yang telah aku isyaratkan di atas. Kita pelajari pula Fiqih, bahkan menghafalnya dan menguasai dalil-dalilnya serta mengikutinya. Kita anti pada ta'asub (fanatik) selain kepada dalil, sebagaimana kita juga perhatian dengan Ilmu Nahwu dan Shorof dan Ilmu Adab dan Syi'ir.

Kita mendakwahkan kepada manusia untuk perbaikan diri dengan cara memperbaiki aqidah dan keyakinan serta akhlaq dan sungguh-sungguh dalam ibadah. Kita anjurkan manusia agar menyusuri jalan-jalan sunnah dan mengidupkannya. Dan kita meyakini bahwa siapa saja yang berusaha memunculkan dakwah salaf dengan bungkus kefanatikan seperti kelompok-kelompok Hizbi yang ada adalah salah dan keliru dan kita berlepas diri darinya. Inilah keyakinan kita dan kita memohon kepada Allah agar diberikan kebenaran dan menguatkan kita dan mendatangkan manfaat bagi kita. -Innahu waliyyu dzalika wa Qo'diru 'ala dzalik-

~disarikan dari tulisan Syaikh Abdussalam ibnu Barjas AbdulKarim rahimahullah di www.burjes.com~

Kamis, 08 Agustus 2013

BAGAIMANA SETELAH RAMADHON

Tidak diragukan lagi setiap orang yang berpuasa dan menghidupkan malam ramadhon pasti berharap dan memanjatkan doa agar semua amal shalehnya diterima dan mendapat pahala. Diterimanya amal memiliki ciri-ciri dan sifat yang dapat diharapkan, diantaranya: Menjumpai dirinya terdapat kebaikan dan istiqomah dalam ketaatan setelah sepeninggal bulan ramadhon dan lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Senantiasa mementingkan ibadah, dengan suka dan cita, menjaga amalan-amalan faridhoh atau kewajiban, seperti senantiasa menjaga sholat lima waktu di masjid dengan tetap berjamaah, cinta kema'rufan, mengamalkan dan mengajaknya, membenci munkar, menjauhi dan melarangnya.

Adapun jika seseorang tersebut setelah bulan ramadhon keadaannya sama seperti sebelumnya, bahkan lebih buruk, terus menerus dalam kobangan dosa dan kesesatan, malas dalam menjalankan kewajiban, tertawan dalam jeratan maksyiat, maka semacam ini adalah alamat kesengsaraan dan tidak menggapai keuntungan. Ia tidak mampu menggunakan kesempatan emas yang sangat berharga dikarenakan tidak meminta kepada Allah magfiroh dan menjalani sebab-sebab magfiroh di bulan nan penuh keridhoan. Maka alangkah meruginya ia dan betapa besar musibah yang ia tanggung.

Ramadhon yang penuh berkah merupakan musim untuk membiasakan diri menjalankan ketaatan dan berjuang dalam ibadah dan berlomba dalam kebaikan. Dan sangatlah mengecewakan bagi seorang muslim meninggalkan ibadah selepas perginya bulan ramadhon, yang mana ia tak kenal ibadah kecuali di bulan itu saja, dan seperti mereka itu pantas untuk dikatakan: "Wahai orang yang kenal kepada Allah di bulan ramadhon, kenapa kaliyan lupa terhadap Tuhan sepeninggal ramadhon ?! Wahai orang-orang yang mengetahui Allah memfardhukan sholat lima waktu di bulan ramadhon, kenapa kalian berubah setelah romadhon pergi ?! Wahai orang-orang yang sadar bahwa Allah mengharamkan maksyiat di bulan ramadhon, kenapa kalian berpura-pura lupa setelah ramadhon?! Wahai orang-orang yang sadar disana ada neraka dan surga di bulan ramadhon, apa sebabnya kalian berpura-pura tidak ingat setelah ramadhon?! Maka alangkah mengherankan manusia-manusia tidak kenal agama kecuali di bulan puasa saja. Dan sebagian salaf mencela orang semacam ini seraya berkata, "Celaka suatu kaum yang tidak kenal Allah kecuali di bulan ramadhon saja".

Sesungguhnya yang menjadi Tuhan baik di bulan ramadhon, syawal, atau sya'ban hakikatnya sama. Sebaiknya seorang muslim menjalankan ibadah, menjauhi maksyiat adalah di setiap waktu. Allah Ta'ala memerintahkan para hamba dalam firman-Nya: "Dan beribadahlah kalian kepada Tuhanmu hingga datang pada kalian Yakin". (QS Al Hijr: 99). Yaitu, terus meneruslah beribadah dan berinabah kepada Allah diseluruh kehidupanmu hingga ajal menjemputmu. Karena kehidupan manusia semata-mata milik Allah dan Allah menghendaki kalian agar menghabiskan umur dalam ketaatan.

Allah berfirman: "Katakanlah, 'Sesungguhnya sholatku, berkorbanku, hidupku, matiku hanyalah milik Allah Robb Semesta Alam". (QS. Al an'am: 162).
Allah Ta'ala berfirman,"Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah dan jangan sekali-kali mati kecuali kalian islam berserah diri". (QS Al Imron: 102).

Berkata Ibnu Katsir, "Yaitu jagalah diri kalian di atas ajaran islam di waktu sehat kalian agar ketika wafat kalian tetap dalam kondisi islam, sesungguhnya Allah akan membalas sesuai apa yang ada padanya. Dan barangsiapa hidup dalam keadaan tertentu, pasti ia mati dalam keadaan tersebut, dan barangsiapa mati dalam keadaan tertentu, ia akan dibangkitkan padanya, maka kita berlindung dari menyelisihi islam".

Diantara doa yang mencakup segala kebaikan adalah ucapan Nabi Yusuf 'alaihissalam, "Wahai Allah, Engkau adalah pelindungku di dunia dan akhirat, wafatkan aku dalam keadaan islam dan pertemukan aku dengan orang-orang shalih". (QS. Yusuf: 101). Sesungguhnya tiada kebaikan dan ketentraman di dunia dan akhirat kecuali dengan cara istiqomah terhadap agama dan syariatnya, bahkan baiknya perkara dunia tergantung pada baiknya urusan agama.

Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam berdoa, "Ya Allah, perbaiki untukku perkara Agamaku, yang menjadi tonggak segala urusanku, dan perbaikilah urusan duniaku, yang menjadi ladang kehidupanku, dan dan perbaikilah perkara akhirotku yang menjadi tempat kembaliku, jadikanlah dunia sebagai bekal bagiku disetiap kebaikan, dan jadikan matiku peristirahatan dari segala keburukan". (HR Muslim).

Maka barang siapa berkehendak hidup dengan kenyamanan di seluruh sisa umurnya wajib baginya agar berpegang teguh dengan islam dan iman, menjauh dari syirik, kufur, bid'ah dan maksiyat. Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhanku adalah Allah kemudian ia istiqomah, maka para malaikat turun menghampirinya seraya berkata, 'Janganlah kalian takut dan bersedih, bergembiralah dengan surga yang dijanjikan untuk kalian. Kami adalah kekasih kalian di dunia dan di akhirat,....". (QS Fushilat: 30-33).

Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam berpesan, "Barangsiapa menginginkan agar dijauhkan dari neraka dan dimasukkan surga, maka hendaknya di saat kematian menjemputnya, ia dalam keadaan beriman kepada Allah dan hari akhir, dan memperlakukan manusia dengan apa yang ia sukai untuk dirinya diperlakukan". (HR.muslim).

Kita memohon agar dihidupkan istiqomah diatas islam, dan diwafatkan dalam keadaan iman, dan diberi istiqomah dalam kebenaran dan petunjuk hingga kita diwafatkan.

~ disarikan dari tulisan Syaikh Abdurrozaq hafidzahullah di www.al-badr. net ~

Selasa, 06 Agustus 2013

KEWAJIBAN DI PENGHUJUNG BULAN RAMADHON

Sungguh hari-hari di bulan nan suci ini dipenuhi dengan amal puasa, dzikir, tilawah. Sedang malam-malamnya senantiasa diisi ketaatan seperti sholat malam dan ibadah. Begitu cepat hari dan malam berlalu penuh kenangan, seolah hanya sekejab dari bagian siang dan malam. Tiada kata yang pantas kita ucapkan melainkan panjatan doa dan harapan agar hari yang terlewat mendatangkan barokah di hari-hari selanjutnya kedepan. Dan agar kita diberi taufiq mampu menyempurnakan bulan ini dengan membawa rahmat, ampunan, magfiroh serta dibebaskan dari neraka. Dan semoga kita diberi kesempatan menjumpai ramadhon berikutnya tahun depan hingga kita dipertemukan dalam iman salamah dan islam.

Allah Ta'ala mensyariatkan di penghujung bulan ini ibadah muliya sehingga menambah iman dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhannya, diantaranya:

√ Zakat fitri, dimana Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam memfardhukan satu sok dari makanan, diriwayatkan dari Abdullah ibnu Umar radhiyallahu'anhu berkata, "Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam memfardhukan zakat fitri satu sok dari kurma atau satu sok dari gandum kepada setiap manusia merdeka atau budak, laki atau perempuan, besar atau kecil dari muslimin, dan memerintahkan agar ditunaikan sebelum pergi menuju sholat ('ied)". (HR Bukhary dan Muslim).

Dari Abu said Al Khudriy radhiyallahu'anhu berkata, "Kita di masa Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam menunaikan zakat fitri satu sok dari makanan, dan makanan kita adalah gandum, zabib, keju dan kurma". (HR Bukhary dan Muslim).

Berkata Ibnu Abbas radhiyallahu'anhu, "Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam memfardhukan zakat fitri sebagai penyuci bagi orang yang berpuasa dari perkara yang sia-sia, perbuatan laghwi dan sebagai persediaan makan bagi orang miskin. Maka barangsiapa yang menunaikannya sebelum sholat maka itu adalah zakat yang diterima, dan barangsiapa yang menunaikannya setelah sholat maka itu hanyalah sedekah seperti sedekah yang ada". (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Zakat fitrah wajib ditunaikan seorang muslim untuk dirinya pribadi dan orang-orang yang dibawah naungan nafkahnya seperti anak, istri, dan yang dinafkahi lainnya. Adapun janin di dalam perut tidak wajib dizakati, akan tetapi bila tetap dizakati hukumnya istihab (sunnah).

Dan hendaknya ia menunaikan zakat di tempat ia berada selama sebulan terakhir. Jika ia berada disuatu negeri/ wilayah tertentu, sedang keluarganya di negeri berbeda, maka ia membayarkan zakat untuk dirinya dan keluarganya di tempat ia berada. Dan dibolehkan minta tolong keluarganya agar membayarkan zakat untuk dirinya dan diri mereka di tempat mereka tinggal.

Waktu menunaikan zakat dimulai dari tengelamnya matahari malam 'ied hingga menjelang sholat. Dan dibolehkan ditunaikan sehari atau dua hari sebelum 'ied, yaitu tgl 28, 29 Ramadhon. Adapun sebelumnya lagi maka tidak dibolehkan. Mengakhirkan pembayaran zakat menjelang sholat ini yang paling afdhol, dan jika mengakhirkan hingga setelah sholat tanpa udzur, maka ia berdosa, dan wajib mengqhodho' setelahnya.

Orang yang berhak menerima zakat fitrah adalah orang yang berhak menerima zakat mal pula sama tidak berbeda. Maka dibolehkan memberikannya secara langsung atau diwakilkan ketika menunaikannya. Besaran zakat ini adalah satu sok (±2,5 - 3 kg ) dari gandum, tepung, kurma, zabib, keju, dan semisal dari makanan pokok di suatu daerah yang ia tinggali seperti beras, jagung, sagu, dan semisalnya. Tidak boleh menunaikan dengan diuangkan sebagai ganti dari makanan pokok tersebut, dikarenakan hal ini menyelisihi petunjuk Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam dan menyelisihi amal para sahabat, yang tidak mengenal pembayaran melalui mata uang, walau di saat itu juga dijumpai mata uang. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa melakukan perbuatan yang bukan dari perintah Kami maka tertolak ". (HR Muslim).

√ Bertakbir menjelang 'ied, disyariatkan mulai terbenamnya matahari pada malam 'ied. Allah Ta'ala berfirman: "Dan agar kalian membesarkan nama Allah atas limpahan hidayah pada kalian dan agar kalian bersyukur". (QS Al Baqoroh: 185).

Disunnahkan agar mengeraskan suara bagi lelaki baik di masjid, pasar, rumah, sebagai pengumandangan pengagungan kepada Allah dan menampakkan ibadah dan syukur. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam dahulu pergi menuju sholat 'ied dan bertakbir sampai di tempat dan hingga usai sholat. Jika sholat 'ied telah ditunaikan maka berhenti dari takbirnya". (HR Ibnu Abi Syaibah).

Sifat takbirnya adalah: "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaaha Illallahu Wallahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil hamd". Setiap muslim mengucapkan untuk dirinya sendiri. Adapun berjamaah dengan satu suara dari pertama hingga akhir maka ini tdk sesuai sunnah, dan tidak dilakukan para salaf, sedang jalan yang baik adalah mengikuti jejak para salaf sholih. Adapun untuk para wanita hendaknya bertakbir secara pelan, dikarenakan mereka dianjurkan agar merendahkan suara sebagaimana menutup anggota badan.

√ Pelaksanaan sholat 'ied. Disunnahkan agar mandi sebelum melaksanakan sholat ied, dan berpakaian yang paling indah yang ia miliki. Tidak dibolehkan memakai sutra, berpakaian isbal, pakaian ketat dan tipis, berpakaian menyerupai kaum kafir, mencukur jenggot, meniru wanita dan kufar, dan supaya mengikuti petunjuk sunnah. Wanita juga dianjurkan pergi menuju tempat sholat dengan tanpa berhias, tanpa memakai wewangian, jangan sampai ia pergi dalam rangka menjalankan ketaatan akan tetapi kenyataannya bermaksyiat kepada Allah seperti bertabaruj, berhias di hadapan lelaki yang bukan mahromnya.

Dari umi Athiyah radhiyallahu'anha berkata, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kita para wanita agar pergi melaksanakan 'ied fitri dan 'adha, baik yang tidak berhalangan, maupun yang berhalangan haid, termasuk para wanita muda, adapun yang berhalangan haid maka diperintahkan agar memisahkan diri dari sholat dan tetap menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum muslimin. Bertanya ummu Athiyah radhiyallahu'anha, "Bagaimana jika salah satu dari kita tidak memiliki jilbab?" Maka dijawab, "Hendaknya saudari lainnya dari kaum muslimin memberikan jilbab kepadanya". (HR Muslim).

Disunnahkan agar memakan kurma pada waktu 'iedul fitri sebelum berangkat menuju tempat sholat, sebagaimana dilakukan Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam. Dan disunnahkan agar berbeda antara jalan ketika berangkat dan ketika pulang, dan tidak ada sholat sunnah apapun sebelum dan sesudah sholat 'ied.

Kita memohon kepada Allah agar memungkasi bulan Ramadhon ini dengan keridhoan-Nya, dari seluruh amal dan ucapan kita , dan mengahiri perbuatan kita dengan khotimah yang baik.

~ disarikan dari tulisan Syaikh Abdurrozaq hafidzahullah di www.al-badr.net ~

Senin, 05 Agustus 2013

PUASA DAN PENGAGUNGAN ALLAH

Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Berfirman Allah Ta'ala, 'Semua amal anak adam akan kembali pada pelakunya, kecuali puasa, sesungguhnya puasa untuk-Ku, dan Aku akan membalasinya. Puasa adalah perisai, jika kalian berpuasa maka janganlah kalian berbuat sia-sia, dan angkara, jika kalian dicela atau diajak berperang maka katakan aku sedang berpuasa. Demi jiwa-Ku yang ada di Tangan-Nya, sungguh aroma mulut orang yang puasa lebih harum dari misik kasturi. Dan orang yang puasa mendapat dua kegembiraan, disaat berbuka ia gembira dengan berbukanya dan disaat berjumpa dengan Allah, ia gembira akan amal puasanya". (HR Bukhary dan Muslim).

Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Setiap amal anak adam akan dilipatgandakan, satu kebaikan dilipatkan 10 kali lipat hingga 700 kali lipat, kecuali puasa, sesungguhnya amal puasa untuk-Ku, ia meninggalkan makan dan syahwatnya karena Aku". (HR Muslim). Allah Ta'ala memberikan keutamaan dan keagungan bagi orang yang berbuat kebaikan, memberikan lipat ganda pahala, satu kebaikan dibalasi 10 kali lipat hingga 700 kali lipatnya atas amal perbuatannya dari menjalankan ketaatan, baik berupa kewajiban, menjauhi keharaman, menghindar dari perkara makruh, serta berlomba dalam sunnah, nawafil dan mustahabah.

Adapun amal puasa disandarkan kepada Allah Ta'ala, ini dikarenakan keistimewaan dan tingginya derajat ibadah puasa. Dan Allah janjikan dalam firman-Nya, "Aku akan membalasinya". Alangkah besar dan agung pahala puasa hingga tidak tergambarkan dengan beberapa kali lipat. Tidak seorang makhlukpun sanggup menghitung balasan tersebut. Tetapi jika diketahui yang memberikan janji adalah Robb Yang Maha Karim, maka tentu balasan tersebut amatlah sangat besar, hingga mendatangkan kegembiraan. Betapa tidak, Allah adalah Dzat Yang Maha Hidup dan Menghidupi para makhluk-Nya, Dzat Yang Maha Besar, Maha Agung, Maha Kuat, Maha Perkasa, Maha Kaya, tiada yang mampu melemahkan, merepotkan, sesuatu apapun di langit dan di bumi. Tidak terpengaruh maksyiatnya orang yang bermaksyiat, dan taatnya orang yang taat dan tidak terkurangi kemuliyaan Allah atas segala nafakoh yang diberikan kepada seluruh makhluk-Nya. Allah adalah Dzat yang memberikan karunia, rizki, pemberian, hidayah dan segala nikmat. Dan anugrah yang terbesar adalah memberi petunjuk hidayah pada Agama yang muliya ini, serta dengan diutusnya Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam dengan membawa Al Qur'an di bulan Ramadhon sebagai petunjuk bagi umat manusia dan mengentaskan mereka dari jurang kegelapan menuju cahaya.

Allah Ta'ala memberikan pahala sebagai balasan amal mereka. Bisa jadi antara amal manusia dengan pemberian-Nya berupa nikmat dunia yang begitu banyak silih berganti tidak pernah sebanding. Apalagi pahala yang diberikan, semata-mata karunia untuk mereka. Karena Allah Ta'ala adalah yang menciptakan, yang memberi taufiq dan kemudian membalasi dengan pahala yang berlipat, maka alangkah agungnya kemuliaan Allah Ta'ala.

Puasa adalah ibadah mendekatkan diri kepada Allah. Dan ini merupakan ibadah rahasia antara diri manusia dan Allah, mengandung ibadah ikhlas, khosyah dan muroqobah. Dimana terkumpul antara ibadah lahiriyah dan bathiniyah, seluruh anggota badannya tunduk kepada Allah, sedang hatinya terkumpul rasa cinta, ikhlas, inabah dan tawakkal. Seorang hamba semakin mengenal Allah dan mengilmui di dalam hatinya, maka semakin memiliki ketergantungan terhadap Tuhan-Nya, rindu, berharap, cinta, semakin mengharap balasan surga dan khawatir akan neraka.

Dan tingkatan semacam ini antara satu dengan lainnya berbeda-beda. Berkata Ibnul Qoyyim, "Di antara manusia ada yang hanya mengenal Allah dengan mengetahui bahwa Allah adalah Dzat Yang maha Baik, Dzat Yang Maha Pemberi. Sebagian yang lain hanya tahu bahwa Allah adalah Dzat Pengampun, Pemaaf, Belas kasih. Sebagian lagi hanya mengetahui bahwa Allah adalah Dzat Maha Keras siksa-Nya. Sebagian lagi hanya kenal bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha mengabulkan doa dan permintaan dst.... Dan yang paling luas ma'rifahnya adalah yang mengetahui Kalam Allah yang meyakini bahwa Allah adalah Dzat Yang terkumpul segala sifat sempurna dan muliya, yang terhindar dari segala sifat kurang dan permisalan buruk. Bagi-Nya setip nama adalah baik dan sempurna, Maha Mampu atas segala sesuatu, Maha Besar, Maha Sempurna, Arhamur Rohimin, Ahkamul Hakimin. Dan Al Qur'an diturunkan agar para hamba mengetahui hal ini". (Al Fawaid/ kitab shaum: 258)

Adapun orang-orang yang berpuasa merekalah yang paling berhak tentang ma'rifat Allah, hingga mendapat pahala besar kelak di akhirat. Semakin faham semakin besar limpahan pahalanya. Dengan pengetahuan ini pula ia semakin yakin dalam menjalankan ibadah puasanya, dan semakin mengagungkan kepada Tuhan-Nya.

Semoga amal puasa kita diterima disisi Allah dan senantiasa dikaruniai keikhlasan di setiap amal dan terjauhkan dari riya', nifaq dan amal buruk.

~ disarikan dari tulisan Syaikh Abdurrozaq hafidzahullah di www.al-badr. net ~

Minggu, 04 Agustus 2013

NERAKA TEMPAT BAGI ORANG FAJIR

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu dari Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Puasa adalah perisai dan benteng yang tangguh dari siksa neraka". (HR Ahmad).
Dari Utsman ibnu Abi A'sh At-Tsaqofy ia mendengar Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Puasa adalah
tameng sebagaimana tameng salah seorang diantara kalian dalam perang". (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
Dari Jabir radhiyallahu'anhu bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Puasa adalah perisai yang akan menghalangi kalian dari api neraka, dan puasa tersebut adalah untuk-Ku dan Aku akan membalasinya". (HR Ahmad).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, bersabda Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, "Barangsiapa berpuasa sehari di jalan Allah, niscaya ia akan Allah jauhkan dari api neraka sejauh 70 khorif ". (HR Ahmad). Neraka -semoga kita dijauhkan darinya- merupakan tempat kehinaan, yang rendah, penuh dengan siksa dan keburukan, kesengsaraan yang tiada henti, kebinasaan yang mengerikan, tempat penyesalan dan tangisan, penuh rantai dan borgol, akan ditumpakan air dan cairan timah yang amat panas, atas, bawah, samping penuh dengan api menyala, yang akan mengelupaskan kulit dan tulang belulang, buah duri merupakan makanannya.

Tersiksa selamanya tidak akan pernah ada kematian. Siksa paling ringan adalah diletakkan terompah pada kakinya lalu mendidih kepalanya. Penghuninya adalah orang kafir, musyrik dan munafiqin, terdapat pula pelaku-pelaku maksyiat dan orang fasik. Saling melaknat satu dengan lainnya dan saling berlepas diri. Pemimpinnya adalah iblis seraya berlepas diri dari para pengikutnya, yang tersisa adalah penyesalan yang tidak berguna. Api yang menyala sangatlah panas tiada tara, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Api kalian ini adalah satu bagian dari 70 bagian dari panasnya neraka Jahanam". (HR Bukhary dan muslim).

Adapun bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan, Allah Ta'ala berfirman, "Dan takutlah kalian pada api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, yang disiapkan bagi orang yang kafir". (QS Al-Baqoroh: 24). Berkata Ibnu Jarir, "Jika dikatakan, bagaimana dikhususkan batu dan digabungkan dengan manusia untuk menyalakan neraka? Maka jawabnya: Batu tersebut adalah batu kibrit(bara) yang paling panas jika dinyalakan. Berkata Ibnu Mas'ud: itu adalah batu kibrit yang Allah ciptakan semenjak penciptaan langit dan bumi yang diperuntukkan bagi kafirin.

Berkata Imam Qurtuby, batu tersebut memiliki kekhususan dari batu lainnya, diantaranya:
√ Mudah menyala.
√ Memiliki aroma yang tidak enak.
√ Banyak asapnya.
√ Mampu menempel badan.
√ Sangat panas nyalanya.

Neraka merupakan adzab Allah bagi yang dikehendaki-Nya, tidaklah seseorang masuk dalamnya kecuali dikarenakan sebab amalnya yang penuh dosa dan kejelekan. Berkata Syaikhul Islam, "Amal penghuni neraka adalah kufur kepada Allah dan syirik, menentang para Rosul, hasad, khiyanat, kedholiman, perbuatan keji, bakhil, meninggalkan jihad, putus asa, mengeluh, menggerutu, meninggalkan kewajiban, riya', sum'ah, berbuat sihir, durhaka kepada orang tua, memakan harta yatim, dan seterusnya.

Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari neraka serta yang mendekatkan padanya dari ucapan dan perbuatan, Ya Allah bebaskan kami dari siksa neraka dibulan yg suci ini.

~ disarikan dari nasehat Syaikh Abdurrozaq hafidzahullah di www.al-badr.net ~

Sabtu, 03 Agustus 2013

SURGA BAGI ORANG BERTAQWA

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu berkata, bersabda Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, "Bila memasuki bulan Ramadhon, maka dibuka pintu-pintu surga, dan ditutup pintu neraka dan para setan dibelenggu". (HR Bukhary dan Muslim).

Surga merupakan rahmat Allah yang diberikan kepada para hamba yang dikehendaki-Nya, yang merupakan Darus Salam bagi kalangan Nabi, Sidiqin, Syuhada, Sholihin. Yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, istana yang terdiri dari emas dan perak, tumbuh-tumbuhan yang rindang, aneka macam buah, buah yang bersusun-susun, naungan yang terbentang luas, air yang mengalir tak henti. Penghuninya bersenang-senang dengan makan dan minuman, yang tidak akan merasakan kematian, muda tidak pernah tua, wajah-wajahnya bersinar berseri-seri, berpasang-pasang dengan bidadari, kenikmatan yang tak henti, yang tidak mampu dibayangkan dalam pikiran.

Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Allah Ta'ala berfirman, 'Aku siapkan bagi hamba-hamba-Ku yang sholih kenikmatan yang belum pernah terlihat mata, terdengar telinga, terkira di hati manusia'. Sekiranya kalian berkehendak bacalah firman Allah: 'Maka tidak seorangpun mengetahui apa yang tersembunyi untuk mereka dari aneka kenikmatan yang menyenangkan sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan' ". (QS.As-Sajadah: 17). (HR Bukhary dan Muslim).

Di Surga terdapat delapan pintu, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya di dalam surga terdapat delapan pintu, antara pintu satu dengan lainnya sejauh perjalanan kuda selama 70 tahun". (HR.Ahmad). Di antara pintu-pintu surga ada yang bernama pintu Royyan yang tidak memasukinya kecuali orang yang berpuasa. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa menafkahi dua istri di jalan Allah maka ia akan diseru dari pintu-pintu surga, 'wahai hamba Allah, ini adalah kebaikan'. Maka barangsiapa rajin sholat maka ia diseru dari pintu Sholat, barangsiapa yang berjihad, maka ia diseru dari pintu Jihad, barangsiapa yang rajin puasa ia diseru di pintu Royyan, dan barangsiapa yang rajin sedekah maka ia diseru di pintu Sedekah.

Berkata Abu Bakar radhiyallahu'anhu, "Wahai Rasulullah, apakah seseorang akan diseru dari seluruh pintu yang ada?" Bersabda Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, "Ya, aku berharap engkau tergolong dari mereka". (HR.Bukhary dan Muslim). Ibnu Hajar rahimahullah berkata, "Di dalam hadist dinyatakan sedikitnya orang yang diseru dari seluruh pintu, yang menjadi sandaran adalah menunaikan amal sunnah darinya, bukan yang wajib, dikarenakan semua orang tentunya menjalankan semua kewajiban, berbeda dengan amal sunnah, sedikit dari manusia yang memperbanyaknya, dan diserunya dari seluruh pintu adalah kemuliyaan baginya, dan ia akan memasuki dari pintu amal yang terbanyak diamalkanya.

Kenikmatan surga tidak pernah terputus, dan yang paling istimewa adalah melihat Allah Ta'ala di Surga, sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Dan bagi orang-orang yang telah berbuat baik baginya Surga dan tambahannya (kenikmatan melihat Allah)". (QS.Yunus: 26). Para ahli tafsir menyebutkan makna 'Tambahannya' adalah melihat Allah. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Apabila penduduk Surga telah masuk Surga, maka Allah berkata: 'Apakah kalian menginginkan tambahan?' Maka penduduk Surga berkata, "Bukankah Engkau Ya Allah, sudah menjadikan wajah kami bersinar, dan mengijinkan kami masuk Surga dan membebaskan kita dari siksa Neraka?!" Maka Allah menyingkap hijab, dan tiada kenikmatan yang ada di Surga yang melebihi dari melihat Allah Ta'ala. Kemudian membacakan ayat tersebut". (HR Muslim).

Surga merupakan kenikmatan yang amat mahal, yang tidak mungkin teraih dengan khayalan, akan tetapi dicapai dengan Tauhid Allah, beriman serta beramal sholih, sebagaimana yang terangkum dalam Al Kitab dan As Sunnah. Berkata Syaikhul Islam, "Amal dari penghuni Surga adalah iman dan taqwa, iman kepada Allah, malaikat, Hari Akhir, taqdir, syahadat, sholat, puasa, zakat, haji, berbuat ihsan, jujur, berbuat kebajikan kepada orangtua, kerabat, tetangga, ikhlas, tawakal, cinta kasih, syukur, tilawah, dzikir, doa, amar ma'ruf, nahi mungkar, jihad di jalan Allah, berinfaq, berbuat adil kepada semua makhluk dst... Sedangkan amal penghuni neraka adalah kekufuran, kefasikan dan kemaksyiatan.

Hendaknya bagi yang telah mengetahui perkara ini saling berlomba agar menggapainya. Ya Allah kami memohon surga dan amal yang mendekatkannya dari perbuatan dan ucapan.

~ disarikan dari tulisan Syaikh Abdurrozaq hafidzahullah di www.al-badr.net ~

BAHAYA BERKATA DUSTA

Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu'anhu berkata, bersabda Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, "Barangsiapa yang tidak meninggalkan dusta dan beramal dengannya maka Allah tidak butuh atas perbuatannya mencegah makan dan minumnya". (HR.Bukhary).

Puasa disyariatkan Allah kepada para hamba untuk menyempurnakan jiwa serta meluruskan akhlak dan meraih taqwa, memperbaiki hati, badan, dan lisan. Seorang mukmin karena Allah hendaknya berusaha menjaga perbuatan, hati dan lisan dari perkara yang dimurkai-Nya. Berdoa dan berusaha agar hatinya diteguhkan di atas iman, tauhid dan keikhlasan. Amal anggota badannya mampu menjalankan ketaatan. Lisannya mampu melantunkan isi hati yang mendatangkan keridhoan Allah, seperti berdzikir dan tilawah. Hati merupakan kendali lisan dan badan, dengan bersihnya hati niscaya lisan dan badan akan lurus, hingga tidak berkata kecuali mengantarkan kebaikan.

Adapun dusta, kebohongan, ghibah, namimah, mencela, maka hendaknya ia mampu menjauhinya, dikarenakan akan mendatangkan bencana yang tiada tara. Lisan dari anak adam banyak yang menghantarkan kepada bebinasaan dan menjadikan terharamkan dari Surga, yang berlawanan dari tujuan ibadah puasa. Maka barangsiapa yang lisannya tidak berpuasa dari perkataan keji, hakikatnya ia tidak bisa mengambil pelajaran dari puasanya.

Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam berpesan kepada segenab sahabat seraya bersabda, "Jaga lisanmu ini!!" Maka sahabat bertanya, "Apakah kita dihisab lantaran ucapan mulut kita?" Bersabda Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, "Wahai Muadz, bukankah banyak manusia tertelungkup dengan bibirnya dineraka karena hasil dari lisannya?!". (HR.Tirmidzy). Berkata Ibnu Rojab, "Maksud dari perkataan 'hasil dari lisannya' adalah balasan dari ucapan yang haram. Dengan sebab manusia menanam kebaikan atau keburukan dengan lisan dan amalnya, kemudian ia akan mendapat hasil dari yang ia tanam. Maka barangsiapa yang menanam kebaikan maka ia memetik hasil kemuliyaan, dan barangsiapa menanam keburukan maka ia kelak akan menyesalinya".

Dan menurut petunjuk dari hadist, bahwa kebanyakan manusia akan masuk Neraka lantaran ucapan yang terlisankan. Dengan lisan manusia bisa saja terjerumus dalam kesyirikan, dan ini sebesar-besar dosa. Dan bisa jadi terjerumus berkata atas Allah tanpa ilmu, yang ini merupakan rekanan dosa syirik. Bisa juga dengan lisan manusia terjerumus dalam sihir, ghibah, namimah, dusta dan dosa-dosa besar lainnya maupun dosa kecil. Kewajiban seorang muslim hendaknya menjaga lisan, agar mampu merealisasikan ajaran islam secara kafah, dan mengantarkan ke Surga serta menjauhkan dari jeratan Neraka.

Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya berucap kebaikan atau diam". (HR Bukhary dan Muslim). Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa menjamin dari keburukan lisan dan farjinya niscaya aku jamin baginya surga". (HR.Bukhary).

Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tahukah kalian orang yang pailit?" Maka dijawab, "Orang yang tidak memiliki dinar atau dirham". Nabi bersabda, "Orang yang pailit dari umatku di hari kiamat adalah orang yang pada hari kiamat membawa pahala sholat, puasa, zakat, padahal ia dahulu di dunia mencela ini, mencerca itu, menuduh ini, makan harta itu, menumpahkan darah ini, memukul itu, maka yang itu diberikan pahala kebaikannya, yang ini juga diberikan pahalanya, hingga pahalanya habis tak tersisa. Hingga keburukan orang yang didholiminya tersebut dikurangi dan dikasihkan ke orang tersebut hingga ia dicampakkan ke Neraka". (HR muslim).

Mari kita memohon kepada Allah keselamatan dan 'afiyah, dan kita juga memohon agar kita diberikan taufiq untuk mampu menjaga lisan dan seluruh anggota badan kita.

 ~ nasehat Syaikh Abdurrozaq hafidzahullah di www.al-badr.net ~

Kamis, 01 Agustus 2013

ZAKAT DAN SEDEKAH

Sesungguhnya bulan Ramadhon adalah bulan yang penuh kebaikan, keberkahan, ketaatan, bulan puasa, memakmurkan sholat, bulan tarawih, memakmurkan tilawah, bulan yang penuh kemuliyaan dan ihsan. Dahulu Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam adalah manusia terbaik, terlebih di bulan puasa, dikarenakan puasa memiliki hubungan kuat dengan infaq dan sedekah.

Orang-orang kaya dapat merasakan sengsaranya menahan makan dan minum, dalam rangka ketaatan kepada Allah. Mereka dapat berbagi rasa kepada saudara-saudaranya kaum muslimin yang terbatas keadaannya selama ini, hingga terlahirkan belas kasih dan rahmat di hati mereka kepada para miskin tersebut, dan mendorong untuk menyalurkan hartanya untuk zakat, sedekah, dan nafakoh mustahabah.

Allah Ta'ala telah mefardhukan zakat dalam firman-Nya: "Sesungguhnya sodaqoh hanyalah teruntuk kepada orang fakir, miskin, para amil zakat, orang yang mualaf hatinya, para budak, orang-orang yang terlilit hutang, dan perang di jalan Allah, serta orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan, semua itu fardhu dari Allah, Allah adalah Dzat Yang Maha Mengetahui lagi Maha Hikmah". (QS.At-Taubah: 60).

Banyak ayat di dalamnya tentang perintah menunaikan zakat, menafkahkan sebagian rizki, tentang pujian kepada orang yang sedekah, dan ganjaran bagi yang berinfak. Dan dalam Sunnah diterangkan berbagai zakat, semisal zakat ternak, tumbuhan, harta, perdagangan, dan diterangkan secara rinci tentang perkara tersebut.

Diantara faidah sedekah adalah:
√ Bahwa sedekah adalah syi'ar agama sekaligus tanda adanya iman seseorang. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan, "Sedekah adalah burhan (petunjuk)". (HR.Muslim). Yaitu petunjuk yang menunjukkan keimanan pelakunya, dan dalil atas cintanya kepada Allah, karena ia berkorban dengan harta yang ia cintai kepada Allah.
√ Sedekah akan membersihkan dan menyucikan harta dan pelakunya, membersihkan dari perangai tercela seperti bakhil dan pelit, hingga menjadikan orang nya seorang dermawan lagi bersyukur dan berbuat ihsan. Demikian juga akan berkembang pahalanya berlipat-lipat, melapangkan dada, menghindarkan dari petaka, penyakit, cobaan dunia dan akhirat.

Harta tidak akan berkurang lantaran sedekah, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah harta berkurang karena sedekah". (HR.Muslim). Bahkan akan bertambah, Allah berfirman: "Dan apa yang kalian infaqkan dari sesuatu maka Allah akan menggantinya, Dia lah Dzat yang Sebaik-baik pemberi rizki". (QS.Saba': 39).

 Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Tidaklah disuatu hari kecuali ada dua malaikat turun seraya berkata, 'Ya Allah Berilah ganti yang berlipat bagi orang yg berinfaq, dan berilah orang yang pelit kesirnaan' ". (HR Bukhary dan Muslim). Dan kenyataan menjadi saksi atas itu, berapa banyak orang yang sedekah mendapat ganti yang lebih baik dan barokah dan dimudahkan baginya rizki.

Jika seorang hamba dimudahkan baginya sedekah maka hendaknya menghindari perbuatan riya', sum'ah, mengungkit-ungkit, dan bangga, karena semua itu dapat membatalkan pahala sekaligus melahirkan dosa. Allah Ta'ala berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian batalkan sedekah-sedekah kamu dengan menyebut-nyebut sedekah tersebut dan menyakiti orang yang kalian beri". (QS Al-Baqoroh: 264).

Ya Allah aku berlindung dari harta yang tidak mampu mendekatkan pada Diri Mu, dan aku memohon dari kebersihan jiwa dan hati dari kebakhilan. Semoga Engkau jadikan kami tergolong hamba-Mu yang mampu berinfaq dan bersedekah hingga mendapat balasan di sisi-Mu.

~ disarikan dari nasehat syaikh Abdurrozaq hafidzahullah di www.al-badr.net ~