Jumat, 27 September 2013

PERINGATAN DARI BERBUAT DZALIM

Berbuat dzalim termasuk dari perbuatan dosa besar yang keji dan akan mendatangkan akibat yang sangat buruk, Allah Ta'ala berfirman: "Dan barangsiapa berbuat kedzaliman diantara kalian niscaya akan Kami timpakan kepadanya siksa yang besar".(QS.Al-Furqon: 19).

Allah Ta'ala berfirman: "Dan orang-orang yang berbuat dzalim mereka tidak memiliki kekasih juga tidak memiliki penolong". (QS.As-Syuro: 8).

Melakukan perbuatan dzalim adalah suatu kemungkaran yang amat besar dan ancamannya keras, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jauhilah oleh kalian perbuatan dzalim, sesungguhnya kedzaliman adalah kegelapan di hari kiyamat".

Disebutkan pula dalam hadist qudsi, Allah Ta'ala berfirman: "Wahai para hambaku! Aku telah haramkan perbuatan kedzaliman atas diri-Ku, dan aku jadikan kedzaliman tersebut haram atas kalian, maka janganlah kalian saling berbuat dzalim".

Maka kewajiban seorang muslim adalah menghindari perbuatan dzalim kepada seluruh manusia. Tidak mendhzalimi keluarga, istri, anak, ayah, ibu, tetangga, rekan, teman, dan lainnya. Tunaikan hak-hak mereka dengan baik, jangan sampai mendzalimi harga diri, harta, dan darah kaum muslimin.

Akibat berbuat dzalim sangatlah buruk, Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: "Sesungguhnya do'a orang yang didzalimi tiada penghalang antara dirinya dan Allah". Bahkan Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam memberikan peringatan, "Takutlah kalian dari doanya orang yang terdzalimi".

Dari sini bisa dipahami bahwa orang yang terdzalimi tatkala dia tidak memiliki kuasa untuk mengambil haknya maka dibolehkan berdoa kepada Allah sesuai kadar kedzaliman yang diperlakukan kepada dirinya. Akan tetapi jika ia memaafkannya, sungguh itu merupakan kemuliyaan dan pahala yang amat besar.

Allah Ta'ala berfirman: "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, akan tetapi barangsiapa yang memaafkan dan berbuat baik maka sungguh pahalanya dari Allah, sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang dzalim. Dan bagi orang-orang yang membela diri setelah didzalimi, maka tidak ada alasan untuk menyalahkan mereka. Sesungguhnya kesalahan hanyalah ada pada orang-orang yang berbuat dzalim kepada manusia dan melampui batas di muka bumi tanpa kebenaran. Mereka itulah akan mendapat siksaan yg pedih. Adapun bagi siapa saja yang bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan yang muliya. Dan barangsiapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak ada baginya pelindung setelah itu. Kamu akan melihat orang-orang dzalim ketika mereka melihat adzab berkata, Adakah kiranya jalan untuk kembali ke dunia ???". (QS.Asy-Syuro: 40-44).

Minggu, 22 September 2013

SALING MENGINGATKAN & MENJALIN PERSAUDARAAN KARENA ALLAH

Alhamdulillah, wash sholatu was salamu 'ala Rosulillah, wa ba'du.

Sesungguhnya saling menasehati dan mengingatkan satu dengan lainnya serta merajut persaudaraan di atas naungan Allah adalah ibadah yang paling utama yang akan mengantarkan kepada ketaatan kepada Allah. Diantaranya meliputi saling kerja sama dan ta'awun di atas ketaqwaan dan kebaikan, yang senantiasa dipuji dan disanjung Allah Ta'ala atas para pelakunya dan dikabarkan bahwa mereka adalah yang mendapatkan keberuntungan.

Allah Ta'ala berfirman: "Dan bekerjasamalah kalian di atas kebaikan dan ketaqwaan, dan jangan bekerjasama di atas dosa dan permusuhan". (QS.Al-Ma'idah: 2).

Allah Ta'ala berfirman: "Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yg senantiasa beriman dan beramal saleh dan saling menasehati di dalam kebenaran dan menasehati dalam kesabaran". (QS.Al-Asr: 1-3).

Di dalam ayat pertama diperintahkan agar kita saling bekerjasama dalam kebaikan dan ketaqwaan, termasuk di dalamnya saling menasehati dan mengarahkan di jalan kebaikan, 'amar ma'ruf nahi munkar, birrul walidain dan semisalnya yang membawa manfaat kepada para hamba. Dan dilarang bekerjasama dalam dosa dan permusuhan.Terkandung di dalamnya pula segala apa yang mendatangkan kemurkaan Allah, seperti saling membantu dalam mengerjakan kemaksyiatan dan kedholiman. Maka seorang muslim dilarang saling membantu dalam perbuatan dosa, akan tetapi seyogyanya jangan sampai terlambat dalam berbuat kebaikan dan ketakwaan.

Adapun di dalam surat Al-'Asr dijelaskan tentang perangai orang-orang yang beruntung dan menggapai keselamatan, mereka adalah orang yang beriman dan beramal shaleh serta saling menasehati di jalan kebenaran dan kesabaran. Yaitu keimanan kepada Allah dan Rasul Nya dengan keimanan yang benar dan jujur, yang disertai amal, dikarenakan amal merupakan buah dan hasil dari keimanan, yang berupa menjalankan segala perkara fardhu dan menghindar dari perkara yang telah diharamkan, dan diiringi dengan bersegera menyusuri jalan-jalan kebaikan dari aneka ragam ibadah yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Setelah itu hendaknya saling menasehati di jalan yang haq dengan beramar ma'ruf dan nahi munkar. Serta saling mewasiatkan dalam kesabaran, dikarenakan segala perkara yg muliya tidaklah akan diraih tanpa kesabaran.

Keempat perkara ini merupakan sarana untuk menggapai kebahagiaan dan keberuntungan. Jika perkara ini tumbuh dalam suatu masyarakat, niscaya akan mengantarkan masyarakat madani yang shaleh. Terlebih bilamana melihat keadaan zaman yang banyak muncul fitnah dan keburukan, tersebarnya kebodohan dan kejahilan, sedikitnya ilmu, banyak sarana-sarana yang mengelincirkan, bahkan tersebar kekufuran dan kefasikan, oleh karenanya sangat dibutuhkan diantara mukmin satu dengan lainnya saling menasehati dan mengajak kebaikan dan ketaqwaan serta bersabar diatasnya.

Allah Ta'ala berfirman: "Dan mukmin laki-laki dan mukmin wanita, satu sama lainnya, mereka adalah kekasih, hendaknya saling beramar ma'ruf dan nahi munkar, saling mengajak mendirikan sholat, menunaikan zakat, taat kepada Allah dan Rosul-Nya, merekalah orang-orang yg dirahmati Allah, sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Hikmah". (QS.At-Taubah: 71).

Ini adalah gambaran dari sifat seorang mukmin dan ini adalah akhlaknya, antara satu dengan lainnya tidak saling dengki, tidak iri dan hasad, tidak curang dan khiyanat, tidak memberikan julukan buruk, merendahkan dan tidak pula hal lain yang mendatangkan perpecahan dan permusuhan. Akan tetapi hendaknya mereka satu sama lain saling cinta-kasih karena Allah semata, saling mewasiatkan dalam jalan yang hak dan diatas kesabaran dalam segala kebaikan.

Tujuan utama mereka adalah menegakkan syari'at Allah, dengan mendirikan sholat, menunaikan zakat, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, senantiasa membaca Kitab Allah Al-Qur'an Al-Karim dengan penuh tadabur. Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya Al-Qur'an ini menunjuki kepada jalan yang lebih sempurna dan memberikan kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebaikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar ". (QS.Al-Isra': 9).

Sabtu, 21 September 2013

UJUB DAN PENAWARNYA

Ujub atau bangga diri merupakan penyakit yang menghancurkan amal seorang hamba. Berikut diantara penawarnya:

~ Hendaknya banyak mengingat kekurangan yang ada pada diri pribadi, sebagaimana jika ia bangga akan ibadah yang ia lakukan, maka hendaknya ia ingat akan kekurangan yang ada pada dirinya pada sisi lain, hingga ia sibuk memperbaiki kekurangan tersebut dan melupakan dari berbangga diri. Akhirnya ia lebih giat dan tekun dalam beribadah dan termasuk dari golongan hamba yang mendapat taufiq Allah Ta'ala.

~ Hendak ia merasa bahwa apa yang ia lakukan semata-mata limpahan karunia Allah kepada dirinya. Sekiranya bukan karunia Allah, niscaya ia tidak mampu mengerjakannya.

Allah Ta'ala berfirman: "Dan mengapa ketika engkau memasuki kebunmu engkau tidak mengucap: 'Masya Allah la Quwwata illa billah' (Sungguh atas kehendak Allah, tiada kekuatan kecuali dari Allah semata)". (QS.Al-Kahfi: 39)

~ Hendaknya ia sadar bahwa masih banyak kekurangan yang ada walau ia telah berusaha maksimal dalam segala urusan, karena pastilah ada celah dan lobang, karena tiada manusia yang lepas dari kekurangan. Jika sekiranya menimbang antara kekurangan dan kelebihan niscaya akan muncul banyak kekurangnya.

Allah Ta'ala berfirman: "Dan Manusia diciptakan dalam kondisi lemah". (QS.An-Nisaa': 28).

Tiga perkara ini insyaa Allah akan mengobati penyakit ujub atau bangga diri. Secara umum hati ini butuh pembelajaran dan pembinaan serta pengobatan. Dan seorang hamba bila tidak mengkoreksi akan dirinya niscaya akan menyeret  ke jurang kesengsaraan dan kebinasaan. Kita berlindung kepada Allah dari sifat tercela ini, innahu Waliyyu dzalika wal Qaadiru 'alaihi

Selasa, 17 September 2013

MERENUNGLAH

Di dalam Al Qur'an terdapat banyak ayat yang menganjurkan kepada kita agar banyak merenung dan berfikir, dan ini merupakan perkara agung yang banyak memiliki faidah, Allah Ta'ala berfirman: "Demikianlah Allah memberikan penjelasan ayat-ayat kepada kalian agar kalian renungi". (QS.Al-Baqoroh: 219).

Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya di dalam perkara itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mau berfikir". (QS.Ar-Ro'd: 3), (QS.An-Nahl: 11).

Allah Ta'ala berfirman: "Apakah mereka tidak merenungi apa yang ada pada diri-diri mereka". (QS.Ar-Rum: 8).

Allah Ta'ala berfirman: "Dan permisalan-permisalan itu Kami berikan kepada para manusia agar mereka berfikir". (QS.Al-Hasyr: 21).

Ayat-ayat yang serupa diatas sangat sangat banyak sekali dan Allah memberikan pujian muliya kepada para hamba yang mau berfikir dan merenung. "Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang mau merenungi lagi berakal. Orang-orang yang senantiasa mengingat Allah baik ia berdiri, duduk, dan berbaring, dan merenungi penciptaan langit dan bumi, sungguh tiada dari ciptaan-Mu yang sia-sia, Maha Suci Engkau, dan hindarkan kami dari siksamu api neraka". (QS.Al-Imran: 191).

Merenung yang Allah anjurkan adalah kunci dari setiap kebaikan, asas dari keberuntungan, sumber dari segala keutamaan, yang merupakan ibadah hati yang muliya, yang memindahkan dari kelalaian kepada mengingat, dari maksyiat menuju taat, dari kehinaan menuju kemuliyaan dan keagungan. Barangsiapa merenungi keagungan Allah, bahwa Dia melihat kepada para hamba, tiada yang luput dari pengawasan-Nya, Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Mengetahui, Maha Mampu atas segala sesuatu, maka merenung yang seperti ini niscaya akan menghalangi dari terjerumus ke dalam maksyiat.

Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Allah hanyalah para hamba-Nya yang memiliki ilmu". (QS.Fathir: 28).

Barangsiapa merenungi kehidupan akhirat, sadar bahwa ia akan menuju padanya, kehidupan yang kekal abadi, merenungi akan kenikmatan di dalamnya, dan apa yang Allah siapkan bagi hamba-Nya, dari aneka balasan yang berlipat dan pahala yang melimpah, niscaya hal ini akan menjadikan dirinya bersiap dan berusaha menggapai kenikmatan di hari tersebut.

Barangsiapa merenungi akan hina dan rendahnya kehidupan dunia yang akan cepat sirna, niscaya ia tidak akan menggantungkan hati dan tujuan terakhir kepadanya. Barangsiapa merenungi besarnya bahaya dosa, akibat buruk darinya baik di dunia dan akhirat, maka niscaya ia akan berusaha menjauhinya.

Barangsiapa merenungi bentuk-bentuk ibadah, dan dirinya diciptakan untuk beribadah, maka niscaya ia berusaha sekuat tenaga untuk menjalankannya sebaik mungkin. Barangsiapa yang tidak menggunakan akal dan hatinya untuk merenung, yang akan membawa manfaat kebaikan di dunia dan akhirat, niscaya ia akan terjerumus bersibuk memikirkan keburukan dan kejahatan.

Oleh karena itu, para ulama memberikan permisalan akal ini seperti mesin putar penggiling, yang senantiasa akan berputar menggiling apa saja yang dilemparkan ke dalam mesin tersebut. Barangsiapa menaruh biji gandum maka niscaya akan menjumpai tepung yang amat bermanfaat, dan sebaliknya, barang siapa yang menaruh batu dan kotoran maka ia tidak menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Demikian juga jiwa manusia senantiasa berputar dengan banyak pikiran yang akan menghasilkan kehendak dan keinginan. Maka barangsiapa yang banyak merenungi kebaikan maka ia akan berjalan sebaik-baik keadaan. Dan barangsiapa merenungi perkara yang mengandung keburukan, akan timbul niat busuk, berusaha menjalankan amal kejahatan, apa yang akan diperoleh orang yang semisal ini?....

Renungilah kisah berikut ini, suatu saat Abdullah ibnu Muba'rok melihat rekannya berfikir merenung. Maka ia berkata padanya, sampai mana engkau merenung? Sampai mana engkau berkelana? Kemana engkau menuju? Sering ia bertanya demikian. Maka dijawab, "Sampai pada Shiroth (jembatan di akhirat)".

Sangatlah jauh berbeda antara orang yang merenungi sesuatu yang membawa manfaat di dunianya dan di hari perjumpaan Tuhan-nya dan senantiasa melihat ke depan hari esok hari perhitungan di hadapan Maha Kuasa dengan orang yang merenung keburukan.

Allah Ta'ala berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah, dan hendaknya kalian melihat suatu jiwa apa yang telah ia persiapkan untuk hari esok...". (QS.Al-hasyr: 18).

Alangkah butuhnya kita untuk memperbaiki cara pikir kita, memperbaiki perjalanan kita, bersungguh sungguh untuk melakukan kebaikan hingga kembali kepada diri kita banyak manfaat di dunia dan akhirat. Alangkah buruknya jika hati pikiran kita dikuasai syetan -wal 'iyadhubillah-. Pasrah akan tipu daya dan bujukan syetan akan mengantar dan mendorong kepada kemaksyiatan, hingga tersifati dengan pemikiran syetan, alangkah buruk dan kejinya hal ini.

Untuk memperbaiki hal ini pertama-tama hendaknya ia memohon pertolongan Allah Azza wa Jalla dan hendaknya ia bermujahadah terhadap jiwa ini, serta berusaha menjauhkan diri dari pintu-pintu keburukan dan banyak bersibuk dengan perkara kebaikan. Sebagai gambaran, mungkinkah seseorang yang mengumbar pendengaran dan penglihatan untuk menyaksikan segala perkara haram, hatinya akan bersih, suci dan jernih?! Padahal ia telah menerjang aneka larangan dan perkara keji...Maka barangsiapa yang bermujahadah terhadap jiwanya dan memohon pertolongan Tuhan-nya niscaya akan mendapat taufiq di setiap kebaikan.

Sejenak kita merenung, bagaimana seandainya jika mendapati seseorang yang kelaparan yang amat sangat, kemudian diletakkan dihadapannya suatu hidangan makanan yang membawa gairah makan seraya ia mengulurkan tangan untuk memungut makanan tersebut, maka tiba-tiba ada seruan peringatan, "Hidangan makanan itu beracun, jika engaku memakannya niscaya engkau akan mati sekarang juga". Apakah mungkin orang tersebut tetap menyantap makanan di hadapannya? Ataukah meninggalkannya?... Maha Suci Allah!!! Bagaimana mungkin seseorang bisa menghindari makanan yang akan mendatangkan madhorot walau ia menghendakinya!! Dan tidak bisa menghindari dosa yang akan mendatangkan kesengsaraan selamanya di akhirat !!?...

Merenungi hal yang semacam ini niscaya akan membawa manfaat bagi manusia dalam menempuh sesuatu atau meninggalkannya, mencintainya atau membencinya, dan di setiap perkara-perkaranya. Kita memohon kepada Allah dengan menyebut Nama-Nama-Nya Yang Indah, Sifat-Sifat-Nya yang Muliya. Semoga kita diberikan rizki yang berupa hati yang bersih, lisan yang lurus, dan agar diberikan kebaikan dalam segala urusan kita, memberikan ketakwaan kepada hati kita dan mensucikannya, sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang mampu mensucikannya.

~ disarikan dari www.al-badr.net ~

Rabu, 11 September 2013

HIJAB SYAR'I

Hijab yang syar'i bagi wanita adalah apabila menutupi seluruh tubuhnya termasuk wajah dan telapak tangan beserta seluruh angota badannya, sebagaimana rumah merupakan hijab bagi para wanita. Allah Ta'ala berfirman: "Apabila kalian meminta sesuatu keperluan kepada mereka(istri-istri Nabi) maka mintalah dari belakang hijab(tabir)". (QS.Al-Ahzab: 53).

Dan diperkecualikan dibolehkan wanita keluar rumah jika ada hajat, sebagaimana sabda Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, "Sesengguhnya diperkenankan bagi kalian untuk keluar jika kalian ada hajat". (HR.Bukhary). Banyak dijumpai dalil dari Al-Kitab dan As-Sunnah agar wanita tinggal di dalam rumah, dan tidak keluar kecuali ada hajat. Termasuk dalam mengerjakan sholat, dianjurkan agar menunaikannya di dalam rumah.

Dan apabila ada hajat, maka hendaknya memperhatikan adab-adab berikut:
~ Konsisten dg hijab syar'i.
~ Tidak memakai wewangian.
~ Menundukkan pandangan.
~ Tidak banyak keluar dan berbicara melainkan sebatas hajat.
~ Aman dalam perjalanan.
~ Ada mahrom dan bukan dengan lelaki asing.

Allah Ta'ala berfirman: "Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, 'Hendaknya mereka menutupkan jilbab-jilbabnya keseluruh tubuh mereka', yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu". (QS.Al-Ahzab: 59).

Sebagaimana hijab merupakan ibadah, maka hijab juga merupakan penjagaan dan perlindungan bagi kaum wanita di dalam keluarga maupun masyarakat. Diantara manfaat hijab adalah sarana untuk membantu menahan dan menundukkan pandangan, yang telah Allah Ta'ala firmankan: "Katakanlah kepada kaum lelaki mukmin, agar mereka menahan pandangan-pandangan mereka, serta menjaga farji mereka". (QS.An-Nur: 30).

Termasuk diantara faidah hijab juga adalah untuk memutus mata rantai kerusakan, karena mampu menghalangi ketamakan para lelaki fasik, demikian pula upaya untuk menutup aurat serta memadamkan perasaan syahwat. Berbeda halnya jika wanita tersebut sering bepergian dengan membuka hijab.

Senin, 09 September 2013

MENGENAL ALLAH


Sesungguhnya mengenal Allah beserta nama dan sifat-sifat-Nya yang tercantum di dalam Al Kitab dan As Sunnah memiliki kedudukan yang sangat agung lagi tinggi dan muliya di dalam ajaran agama islam, bahkan ini merupakan asas dan pondasi agama.

Betapa mulianya dan sempurnanya tatkala seorang hamba mengenal Sang Pencipta, Maha Kuasa, Maha Pengatur, Maha segala-galanya, mengenal nama-nama dan sifta-sifat-Nya Yang Maha Tinggi. Tidak diragukan lagi bahwa hal ini adalah ilmu yang paling muliya, tujuan yang agung lagi suci, dikarenakan berkaitan dengan Dzat Yang Maha Muliya Allah Azza wa Jalla, maka mempelajari perkara ini adalah suatu ibadah yang agung, pondasi ajaran Nabi Ibrahim 'alaihis salam yang lurus, yang merupakan keyakinan seluruh para Nabi dan Rasul, dan mereka sepakat mendakwahkannya sejak pertama hingga yang terakhir Nabi Muhammad semoga sholawat dan salam tercurah pada mereka semua.

Berkata 'Allamah Ibnul Qoyyim, "Sesungguhnya dakwah para Rasul berkisar pada tiga pondasi, mengenal Allah sebagai Dzat yang diseru melalui nama dan sifat-Nya, mengenal jalan yang mengantarkan kepada peribadatan yang lurus, semisal berdzikir, bersyukur, dan aneka ragam bentuk ibadah yang disertai sepenuh kecintaan dan ketundukan, serta mengenal alam yang kekal abadi hari pembalasan yaitu Darul Karomah yang penuh kenikmatan dan yang paling utama meraih keridhoan dan kenikmatan memandang Wajah Azza wa Jalla".

Dan Nabi kita Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam memiliki andil yang besar, memberikan penjelasan kepada umat akan Robb Sang Pencipta alam semesta, mengenalkan umat tentang nama-nama dan sifat-sifat-Nya, hingga berbekas pada hati para hamba yang beriman, yang mampu menggeser segala bentuk keraguan dan kenifaqkan, hingga hati menjadi terang benderang.

Allah Ta'ala berfirman, "Apakah tidak cukup bagi mereka bahwa Kami telah turunkan kepada-Mu Al-Kitab yang dibacakan kepada mereka? Sungguh, di dalam (Al Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman". (QS.Al Ankabut: 51).

Di dalam Kitab Allah terdapat banyak ayat dan Nash yang melimpah yang terkandung padanya pengenalan kepada Allah beserta nama dan sifat-Nya, dan dijelaskan pula akibat keberuntungan bagi orang-orang yang mengimaninya, serta akibat buruk bagi yang kufur dengannya.

Allah Ta'ala berfirman: "Dan Allah memiliki Asma'ul Husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma'ul Husna itu, dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalah artikan nama-nama-Nya, mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan". (QS.Al-A'raf: 181).

Allah Ta'ala berfirman: "Katakanlah (Muhammad): 'Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman, dengan nama yang mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yang terbaik Asma'ul Husna". (QS Al-Isra': 110).

Allah Ta'ala berfirman: "Dia-lah Allah yang tiada sesembahan yang hak kecuali Dia, Maha Raja Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara Keslamatan, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Dia memiliki nama-nama yang indah". (QS. Al-Hasyr: 23-24).

Bahkan dijumpai di dalam Al-Qur'an Al-Karim banyak Ayat yang sangat jelas menyeru agar mempelajari Nama dan Sifat Allah, mengkaji dan mengenal Allah Azza wa Jalla, yang jumlahnya lebih dari tiga puluh ayat, diantaranya firman Allah Ta'ala:
"Ketahuilah bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Hikmah". (QS Al-Baqoroh: 209).
"Ketahuilah bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Keras Siksa-Nya dan Allah adalah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Penyayang".(QS Al-Ma'idah: 98).
"Ketahuilah bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kaya lagi maha Terpuji". (QS Al-Baqoroh: 265).

Ayat-ayat yang semakna dengan ayat ini sangat banyak sekali. Dengan ini kita ketahui alangkah mulianya mempelajari ilmu ini, yang menjadi asas yang agung atas tegaknya dakwah para Rasul, yang merupakan jalan satu-satunya untuk meraih kemuliyaan dan kebaikan di dunia dan di akhirat. Maka dengan ini, "Barangsiapa yang di dalam hatinya tersemai kehidupan, kecintaan kepada Allah, keinginan mencari keridhoan wajah Allah, rasa rindu untuk berjumpa, walau serendah apapun bentuknya, dan ia senantiasa berusaha untuk memperdalam pada bab ini, hingga menjadikan perkara ini menjadi tujuan terbesarnya, tuntutan pungkasannya, tujuan terakhirnya, maka bukankah hati yang suci lagi jiwa yang tenang merasa rindu akan hal ini, bahkan kebahagiaan terbesarnya hanyalah ada di saat meraih kesempurnaan tentang ma'rifat ini".

Perlu diketahui, sesungguhnya mengenal nama dan sifat Allah Ta'ala, merupakan kunci kebahagiaan, jalan menuju kesempurnaan, tangga meraih ketinggian, poros kesuksesan dunia dan akhirat, kemenangan yang tak terkalahkan, sedang manusia dalam hal ini terbagi menjadi tiga golongan, bersemangat, merasa cukup dan terlalaikan hingga terharamkan.

Adapun keutamaan adalah di tangan Allah yang senantiasa Allah limpahkan kepada para hamba yang Allah kehendaki, dan karunia Allah sangatlah besar. Kapan saja seorang hamba kenal akan Tuhannya, cinta kepada-Nya, tegak diatas 'ubudiyah-Nya, menjalankan segala perintah Robb-nya, menghindar dari segala larangannya, maka sungguh ia telah merealisasikan ma'rifat dan 'ubudiyah yang keduanya merupakan tujuan penciptaan dan pensyariatan yang menjadikan kesempurnaan manusia yang diharapkan.

Bahkan, bukankah hajat ruh yang terbesar adalah mengenal Sang Pencipta, menyebut dan menginggat-Nya, dan tiada jalan yang dapat menyampaikan hal ini kecuali dengan mengenal Nama dan Sifat-Nya. Selagi hamba lebih mengilmui tentang Robb-Nya, maka semakin pula ia mengenal dan dekat kepada Tuhan-nya.

Mengenal Allah akan menguatkan rasa khouf dan murokobah, serta menumbuhkan kecintaan yang dalam dan berharab, menambah keimanan hamba dan membuahkan aneka ragam ibadah, hingga hati para manusia berjalan menuju keridhoan Robb dan tidak menoleh ke kanan dan ke kiri, dan taufiq di tangan Allah dan tiada daya serta upaya melainkan dari-Nya Azza wa Jalla.

Ma'rifatul Robb merupakan pungkasan tujuan seorang hamba, dan ini merupakan pengetahuan yang paling utama dan diutamakan, paling muliya dan agung, tujuan yang akan membuahkan perlombaan yang senantiasa diperlombakan, diperjuangkan oleh hati orang yang salim yang akan mencapai kebahagiaan hidup.

"Karena sesungguhnya kehidupan yang hakiki adalah kehidupan hati dan ruh, dan tak akan teraih kehidupan hati dan ruh tersebut melainkan dengan ma'rifatullah serta berinabah, beribadah, tumakninah, hanya kepada Allah semata, dan barangsiapa kehilangan kehidupan hati dan ruh ini niscaya ia kehilangan segala kebaikan, walau bergelimang padanya gemerlap dunia, bahkan semua isi dunia tidak akan sebanding dengan nilai kehidupan hati, maka segala sesuatu apapun akan jika lenyap akan tergantikan, akan tetapi bila kehidupan hati ini jika dicabut olih Allah, niscaya tak tergantikan olih apapun".

"Sangat mengherankan dari keadaan kebanyakan manusia, waktu terlewat dengan sia-sia, umur semakin berkurang, sedang hatinya tertutup rapat tiada aroma kehidupan, masuk dan keluar dari dunia ini tanpa merasakan kebahagiaan didalamnya, bahkan hidup layaknya binatang, berpindah dari kehidupan dunia seperti layaknya orang yang bangkrut, hidupnya penuh keluh, matinya penuh kesah dan kebangkitannya adalah penuh kerugian serta penyesalan".

Sebagaimana ungkapan para salaf, "Mereka adalah orang-orang yang pantas dikasihani di dunia ini, keluar dari kehidupan dunia tanpa merasakan apa yang paling bahagia di dalamnya". Dikatakan, apa yang paling bahagia di dalamnya? Dijawab, "Mengenal Allah dan cinta pada-Nya, merasakan ketenangan di saat mendekat-Nya, senantiasa rindu akan perjumpaan-Nya".

Singkat kata, kebahagiaan yang sempurna, kegembiraan dan ketenangan jiwa sesungguhnya tergapai dengan mengenal Allah serta mengesakan-Nya, rindu di hari perjumpaan-Nya, dan sebaliknya, kehidupan yang paling celaka adalah bilamana hatinya galau, perasaannya tercabik-cabik tidak memiliki tujuan yang shohih, perjalanan yang suram, jalan yang berkelak-kelok, semuanya tak berujung, yang tersisa hanyalah keraguan tanpa petunjuk arah, tiada ketenangan dan kesejahteraan, kecuali jika hanya menghadap kepada Allah Robb semesta alam, yang tiada selain-Nya wali dan pelindung walau sekejab mata.