Minggu, 21 Desember 2014

BERKATA TANPA ILMU

Alhamdulillah, was sholatu was salam ala' Rosulillah, wa ba' du;

Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata, " Allah Ta'ala telah melarang para hamba dari berkata tanpa ilmu, baik dalam memberikan putusan hukum, berfatwa, bahkan perkara ini merupakan perbuatan yang paling besar keharaman nya, dan di jadikan urutan pertama dari perbuatan yang haram.

Allah Ta'ala berfirman, " Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui". ( QS Al - A'raaf 33 ).

Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu, ia berkata, Rosulullah Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Barangsiapa yang diberikan fatwa dengan tanpa ilmu, maka dosanya akan di timpakan kepada orang yang telah memberikan fatwa ". ( HR Abu Dawud ).

Berdasarkan hadist ini dan lainnya, para ulama enggan untuk memberanikan diri untuk memberikan fatwa dan lebih memilih untuk berdiam diri dan hal ini dikarenakan rasa takut dari berkata atas nama Allah Ta'ala dan atas perkara agama dengan tanpa berdasarkan ilmu.

Diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Amri ibnu Al-A'sh radhiyallahu anhuma, ia berkata, aku mendengar Rosulullah Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak mencabut ilmu dengan mencabut dari dada para ulama, akan tetapi mencabutnya dengan mewafatkan para ulama, sehingga jika tidak lagi tersisa dari kalangan para ulama, maka manusia akan menjadikan orang-orang jahil sebagai para pemimpin, sehingga tatkala ia ditanya, dan memberikan jawaban dengan tanpa ilmu, maka niscaya ia akan tersesat dan menyesatkan ". ( HR Bukhary dan Muslim ).

Berkata Abdurrahman ibnu Abi Laila, ia menceritakan keadaan para sahabat radhiyallahu anhum ajmaiin, " Dahulu jika salah satu diantara mereka ditanya tentang suatu permasalahan, mereka mengalihkan pertanyaan tersebut kepada seseorang, dan seseorang tersebut mengalihkan kepada lainnya, kemudian hingga kembali kepada orang pertama ". (Tarikh Bagdad 13/412 ).

Berkata Abu Hushain Utsman ibnu A'shim seorang ta'biin yang mulia rahimahullah, " Sesungguhnya salah satu diantara para sahabat apa bila hendak memberikan suatu fatwa, dan terdengar oleh Umar radhiyallahu anhu, niscaya dikumpulkan semua ahli Badr untuk berunding ". ( Tarikh Dimasyk 38/411 ).

Berkata Abdurrozak, diriwayatkan oleh Ma'mar, suatu hari seseorang datang kepada Amr ibnu Dinar, bertanya tentang suatu masalah, maka ia tidak memberikan jawaban, kemudian orang tersebut berkata, " Sesungguhnya aku merasa tidak nyaman pada diriku, maka berikanlah suatu jawaban ", kemudian ia berkata, sekiranya didalam dirimu terdapat ganjalan sebesar gunung Abu Khubhaisy, niscaya lebih ringan dari aku memberikan jawaban yang tidak benar walaupun sekecil biji gandum ". ( At-Thobaqot Al-Kubro 5/480 ).

Berkata Abdurrohman ibnu Mahdi rahimahullah, suatu hari seseorang bertanya kepada Imam Malik ibnu Anas rahimahullah tentang suatu permasalahan, maka pertanyaan tersebut diulang berkali kali dan imam Malik senantiasa mengalihkannya, dan mengesakan suara, " Masya Allah, orang ini , bukankah aku harus memberikan jawaban yang benar, sedangkan dalam perkara ini aku tidak mengetahui jawaban permasalahan mu ini. ..!  ". (Hilyatul Auliya' 6/323 ).

Berkata Abdullah ibu Wahab rahimahullah, Aku mendengar Imam Malik berkata, " Terburu-buru dalam memberikan fatwa adalah suatu kebodohan dan kepandiran, sebagaimana dikatakan, " Sikap berhati-hati datang dari Allah Ta'ala, dan sikap terburu-buru datang dari syaitan ". ( Al-Adab As-Syar'iyah 2/65 ).

Berkata Muhammad ibnu Mungkadir rahimahullah Ta'ala, " Seorang Alim adalah penengah antara Allah Ta'ala dan para makhluknya, maka hendaknya ia mencermati bagi mana ia memberikan penjelasan kepada mereka para hamba ". ( Al-Adab As-Syar'iyah 2 / 66 ).

Berkata Yahya ibnu Sa'id rahimahullah Ta'ala, " Dahulu Sa'id ibnul Musayyib rahimahullah hampir tidak memberikan fatwa, dan ia tidak berkata sesuatu kecuali senantiasa berdoa, " Ya Allah, berilah aku keselamatan dan selamatkan lah diriku ". ( Al-Adab As-Syar'iyah 2 / 66 ).

Terburu-buru dalam memberikan fatwa merupakan sikap yang dihindari oleh para Salafus-Sholih, terlebih jika seseorang menyadari bahwa dirinya merasa tidak pantas mengeluarkan fatwa dikarenakan tidak memiliki prasyarat kelengkapan fatwa atau terdapat sesuatu penghalang dan manusia tidak memahami hal ini, maka tanpa diragukan bahwasanya haram hukumnya mengumbar fatwa dihadapan manusia sedangkan keadaannya demikian, sedangkan orang yang berakal, niscaya ia mengalihkannya kepada orang yang lebih mampu untuk memberikan jawabannya.

Berkata Yahya ibnu Ma'in rahimahullah Ta'ala, " Orang yang menyampaikan suatu ilmu yang berada di suatu negeri, sedangkan ditempat tersebut dijumpai orang-orang yang lebih pantas menyampaikan nya, sungguh orang tersebut adalah pandir ". ( Al-Adab As-Syar'iyah 2 / 66 ).

Berkata Imam Malik rahimahullah Ta'ala, " Aku tidak memberikan suatu fatwa hingga tujuh puluh ulama memberikan kesaksian ( rekomendasi ) kepada diriku bahwa aku pantas untuk menyampaikan nya ". ( Al-Adab As-Syar'iyah 2 / 66 ).

Berkata Sufyan ibnu Uyyainah dan Sahnun rahimahumullah Ta'ala, " Orang yang paling menyesali dalam suatu fatwa adalah mereka yang paling sedikit ilmu mereka ". ( Al-Adab As-Syar'iyah 2 / 66).

Berkata Imam Sahnun rahimahullah Ta'ala, " Manusia yang paling merugi adalah orang yang menjual akhirat nya dengan imbalan dunia orang lain, dan fitnah memberikan jawaban yang benar lebih berat dari fitnah harta ". ( Al-Adab As-Syar'iyah 2 / 66).

Berkata Imam Sufyan rahimahullah, "Aku menjumpai para fuqoha' sedangkan mereka enggan untuk menjawab berbagai pertanyaan dan fatwa, hingga mereka terpaksa untuk memberikan jawaban. Dan orang yang paling alim adalah orang yang paling hati - hati menyampaikan suatu fatwa, dan orang yang paling bodoh adalah orang-orang yang terburu-buru menyebarkannya ". (Al-Adab As-Syar'iyah 2 / 66).

Suatu hari Imam Robi'ah rahimahullah menangis, kemudian ia ditanya apa yang membikin diri nya menangis? Ia menjawab seraya berkata, " Orang-orang yang tidak memiliki ilmu banyak yang diminta untuk memberikan fatwa, dan telah muncul dalam ajaran islam perkara yang sangat luar biasa, dan sesungguhnya sebahagian orang-orang yang memberikan fatwa disini lebih pantas untuk tinggal di penjara dari pada mereka para pencuri ". ( Al-Adab As-Syar'iyah 2 / 67 ).

Di riwayatkan dari sahabat Abu Musa radhiyallahu anhu, ia berkata, " Barangsiapa yang telah Allah anugrahkanlah kepada nya ilmu, hendaknya ia mengajarkan kepada para manusia, dan hendaknya ia menghindari dari berkata tanpa berdasarkan ilmu, sehingga ia tergolong sebagai orang yang mutakalif dan terlepas dari agama ". ( Sunan Ad-Da'rimy 173 ).

Berkata Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah, " Dahulu para salaf dari masa sahabat dan tabiin, mereka membenci (mengharamkan) untuk terburu-buru dalam memberikan fatwa, dan masing masing dari mereka merasa cukup jikalau saudaranya yang memberikan fatwa, hingga jika terasa terdesak untuk memberikan fatwa maka ia berusaha mengerahkan segala usahanya untuk mengetahui hukumnya dari Al-Kitab dan As-Sunnah dan Sunnah para khulafa' rosidiin kemudian memberikan suatu fatwa ". ( I'lamu Muwaqiin 1/33 ).

الكوابح     نفسك....كيف تضبطها؟  لفضيلة الشيخ محمد صالح المنجد  ص: 50-53.

Senin, 08 Desember 2014

PERJALANAN MENUJU ALLAH TA'ALA

As-Saikh Prof.DR Abdurrozak Al-Badr hafidhohullah Ta'ala.

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du;

Sesungguhnya seorang mukmin dalam mengarungi kehidupan dunia ini berjalan menuju suatu tujuan, dan tujuan ini adalah menggapai ketaatan Allah Ta'ala dan meraih keridhoan Dzat Yang Maha Agung serta merealisasikan ubudiyah penghambaan kepada Allah Ta'ala, sehingga ia berjalan didalam kehidupannya untuk mengenal Robb nya, nama dan Sifat-Sifat Nya yang menunjukkan akan kebesaran dan keagungan Tuhan nya dan mengesakan peribadatan murni ditujukan kepada Allah Ta'ala.

Allah Ta'ala berfirman, " Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)". Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan". ( QS Al - An ' am 162-164 ).

Jalan seorang mukmin dalam perjalanan ini memiliki dasar dan tujuan, adapun dasarnya adalah berjalan diatas ketaatan dan ubudiyah setahap demi setahap hingga ajal menjemput nya dalam keadaan istiqomah diatas ketaatan.

Allah Ta'ala berfirman, "  Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan. maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat). dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) ". ( QS Al-Hijr 97-99 ).

Adapun tujuan akhir bagi seorang mukmin adalah surga Allah Ta'ala.
Allah Ta'ala berfirman, " Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa ". ( QS Ali-Imran 133 ).

Sesungguhnya surga merupakan tujuan dari cita-cita dan pungkasan akhir, yang di dalamnya terdapat kenikmatan yang kekal abadi, kesenangan yang hakiki, suatu tempat yang suci, tidak pernah dipandang oleh mata, terdengar di telinga, terpikirkan oleh pikiran.

Jika penduduk surga telah memasuki surga maka Allah Ta'ala berfirman kepada para penduduk nya, sebagaimana diriwayatkan dalam shohih Muslim, " Apakah kalian menghendaki agar Aku menambah kenikmatan?....Mereka mengatakan: " Bukankah Engkau telah menjadikan wajah kami bercahaya dan Engkau telah masukkan kami kedalam surga dan dijauhkan dari neraka. ..?", Maka dibukalah hijab, dan tidak ada kenikmatan yang lebih mereka sukai dari melihat kepada wajah Allah Azza wa Jalla ".
Kita memohon kepada Allah Ta'ala agar merasakan kelezatan melihat wajah Nya, dan rindu bertemu dengan Nya.

Sesungguhnya perjalanan menuju Allah Ta'ala membutuhkan penggerak dan penyemangat, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama bahwa penggerak hati seorang mukmin yang jujur ada tiga perkara yaitu: mahabbah atau rasa cinta, roja' atau berharap, dan khouf atau rasa takut.

Adapun mahabbah, maka sesungguhnya rasa cinta ini yang akan menjadikan seseorang mukminin berjalan di atas shiroth Al mustakim yaitu jalan yang lurus dan senantiasa istiqomah berjuang diatas nya.

Adapun roja' atau berharap merupakan nakhoda bagi seorang mukmin dalam mengarungi suatu perjalanan hidup.

Adapun khouf maka ini merupakan kendali yang akan menahan diri dari terjerumus kedalam jalan yang bengkok.

Tiga perkara ini terkumpul dalam firman Allah Ta'ala, " Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti ". ( QS Al - Isra' 57 ).

Dalam perjalanan menuju Allah Ta'ala disana dibutuhkan amalan yang menjadi tonggak dan pilar utama yaitu fardhu-fardhu dan wajibat yang dijumpai dalam ajaran agama islam serta menjauhi segala larangan dan dosa yang akan mendatangkan kemurkaan Dzat Al-Malik Al- Allam.

Tiada sesuatu yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala dari menjalankan perkara fardhu dan kewajiban agama.

Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhary dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, bahwa Allah Ta'ala berfirman, " Barang siapa yang memusuhi para wali-Ku, sungguh Aku telah mengumandangkan peperangan terhadap nya, dan tidaklah seseorang hamba mendekatkan diri kepada Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai dari pada melakukan perbuatan wajib yang Aku perintahkan atasnya dan senantiasa hamba Ku mendekatkan diri kepada Ku dengan mengerjakan amalan amalan sunnah hingga Aku mencintai nya, sekiranya Aku mencintai nya niscaya Aku sebagai pendengaran nya tatkala ia mendengar, sebagai penglihatan nya tatkala ia melihat, sebagai tangan nya tatkala ia memegang, sebagai kakinya tatkala ia melangkah, jika ia meminta kepada-Ku, niscaya akan Aku penuhi, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, niscaya akan kuberikan perlindungan kepada nya ". ( HR Bukhary ).

Dalam suatu perjalanan menuju Allah Ta'ala tentu disana dijumpai hambatan yang senantiasa akan menghampiri nya sehingga seseorang sepantasnya memiliki rasa harapan terhadap rahmat Allah Ta'ala dan cemas akan hukuman yang Allah timpakan kepada dirinya.

Secara singkat, bahwa hambatan dan rintangan yang utama ada tiga perkara, yaitu:

Pertama, perbuatan syirik dan menyekutukan Allah Ta'ala, dan agar kita selamat dari nya hendaknya senantiasa Mengikhlaskan diri kepada Allah Ta'ala semata murni agama.

Kedua, adalah perbuatan bid'ah dan perkara yang diada-adakan, dan supaya bisa terhindar darinya adalah senantiasa mengikuti petunjuk Rosulillah Sallallahu alaihi wa sallam.
Ketiga, yaitu perbuatan maksiat dengan aneka ragam nya, jika kita terjebak di dalamnya maka jalan keluar nya adalah bertaubat dari dosa tersebut dan berniat kuat agar menjauhi segala perbuatan yang menjerumuskan kepadanya.

Jalan menuju Allah Ta'ala disana dijumpai banyak penghalang dan aral melintang yang sepatutnya seorang mukmin berhati-hati agar perjalanannya tidak putus ditegah jalan.

Diantara penghalang utama adalah setan yang terkutuk -semoga kita diselamatkan Allah Ta'ala dari godaan nya- sehingga banyak dijumpai ayat dalam Al-Qur'an yang memberikan peringatan akan makar dan tipu daya setan yang menjadi musuh bebuyutan anak cucu Adam yang senantiasa menggoda dari sisi depan, belakang, kanan, kiri, dan berusaha untuk menjerumuskan kedalam kesesatan hingga berpaling dari agama Allah Ta'ala dan menjauh dari jalan yang lurus dan ketaatan.

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Sesungguhnya setan senantiasa berusaha untuk menjerumuskan anak cucu Adam dengan beraneka ragam cara ".
Yaitu ia berusaha menggoda dan mencegah manusia yang berbuat ketaatan hingga merasa bosan dan meninggalkan ketaatan.

Demikian juga dijumpai bala tentara setan dari jin dan manusia yang sangat banyak sekali tidak terhitung semoga kita diberikan perlindungan Allah Ta'ala dari gangguan mereka.

Untuk menempuh perjalanan menuju jalan Allah Ta'ala tidak sepantasnya kita berlambat lambat, malas, bosan, akan tetapi hendaknya bersemangat dan bersegera dan berlomba didalam ketaatan sehingga akan meraih kemenangan dan keberuntungan yang besar.

Seorang manusia dalam mengarungi kehidupan dunia ini dibatasi dengan ajal, sehingga jika ajal seseorang telah datang maka tidak mungkin untuk ditunda.

Dan orang yang beruntung adalah orang yang senantiasa mempersiapkan diri dengan amal sebelum ajal menjemput nya.
Semoga Allah Ta'ala memberikan kekuatan untuk memperbanyak amal kebajikan hingga kita menggapai ridho Allah Ta'ala dan semoga kita dapat istiqomah diatas jalan yang lurus.

Jumat, 05 Desember 2014

MEREDAM AMARAH


Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du;

Amarah dan kemurkaan merupakan celah kelemahan suatu jiwa, yang akan digunakan oleh setan untuk menguasai tubuh manusia, sehingga sekiranya kita mengetahui peredam dan penawar kemarahan merupakan sesuatu yang lazim, dan diantara cara untuk meredam amarah diantaranya sebagai berikut :

* Mengetahui keutamaan meredam amarah.

Sekiranya kita mengetahui keutamaan sesuatu maka niscaya akan mempermudah untuk mengapai nya.
Diriwayatkan dari Sahlin ibnu Mu'adz ibnu Anas dari ayahnya, bahwa Rosulillah Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Barang siapa yang mampu menahan amarahnya sedangkan dirinya mampu untuk melakukan nya, niscaya Dia akan dipanggil Allah Ta'ala kelak hari kiamat dihadapan seluruh para makhluk untuk diberikan kesempatan untuk memilih bidadari yang ia kehendaki ". ( HR Abu Dawud dan Tirmidzi ).

Dari sahabat Abdullah bin Umar mengatakan, bahwa Rosulillah Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Tidaklah seorang hamba menahan sesuatu yang akan mendapatkan pahala besar disisi Allah Ta'ala dari menahan amarahnya karena semata mata mencari ridho Allah Ta'ala " . ( HR Ibnu Majah ).

* Menjauhi perkara yang dapat mendatangkan kemarahan dan berusaha untuk mencegahnya.

Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata, suatu hari seseorang datang kepada Nabi Sallallahu alaihi wa sallam untuk meminta wasiat, maka Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Janganlah kamu marah ". Dan wasiat ini diulang berkali kali diucapkan Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, " Janganlah kamu marah ". ( HR Bukhary ).

Imam Ibu Rojab rahimahullah berkata, " Wasiat Nabi Sallallahu alaihi wa sallam kepada orang tersebut memiliki dua makna:

Yang pertama, maknanya adalah perintah agar menjaga perilaku yang baik, seperti pemurah, dermawan, santun, menjaga rasa malu, rendah hati dan tawadhu' , menahan diri dari amarah, memaafkan kesalahan, bermuka ceria, dan semisalnya. ...dari akhlak dan perangai yang terpuji, sekiranya seseorang memiliki perangai tersebut dan menjadi kebiasaan rutin, niscaya Dia akan dapat meredam amarah dan dampak negatif dari nya.

Yang kedua, maknanya adalah tidak melakukan aktivitas yang timbul dari kemarahan, sehingga ia mengekang diri dan bermujahadah untuk meninggalkan kemarahan.

* Berlindung kepada Allah Ta'ala dari godaan setan yang terkutuk.

Sesungguhnya setan adalah sumber keburukan dan petaka, sehingga kita diperintahkan oleh Allah Ta'ala agar berlindung dari keburukan nya.
Allah Ta'ala berfirman, " Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ". (QS Al-A'rof 200 ).

Diriwayatkan dari sahabat Sulaiman ibnu Dhurod radhiyallahu anhu berkata, suatu hari ada dua orang saling mencaci maki dihadapan Rosulillah Sallallahu alaihi wa sallam yang keduanya merah kedua matanya dan tegang urat saraf nya, maka Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Sesungguhnya aku mengetahui suatu kalimat sekiranya ia mengucapkan kalimat tersebut niscaya akan lenyap apa yang ada pada dirinya, yaitu kalimat " أعوذ بالله من الشيطان الرجيم  ". ( HR Bukhary dan Muslim ).

*  Diam ketika marah dan menjaga lisan.

Diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma, ia berkata, bahwa Rosulillah Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Jika seandainya engkau marah, maka diamlah, jika seandainya engkau marah, maka diamlah, jika sekiranya engkau marah, maka diamlah ". ( HR Ahmad dan Bukhary dalam adabul mufrod).

* Merubah posisi.

Diriwayatkan dari sahabat Abu Dzar radhiyallahu anhu berkata, bersabda Rosulillah Sallallahu alaihi wa sallam, " Jika sekiranya kalian marah dan dalam keadaan berdiri, maka hendaknya ia duduk, jika amarahnya belum hilang, maka hendaknya ia berbaring ". ( HR Abu Dawud ).

* Mengetahui akibat buruk dari dampak kemarahan.

Seseorang bisa jadi mendapatkan kerugian yang besar ketika ia tidak dapat meredam waktu amarahnya menghampirinya, betapa banyak terjadi perceraian antara pasangan suami istri akibat marah, seseorang terpisahkan antara orang tua dan anak, hilangnya hak-hak manusia.
Maka barangsiapa yang mengetahui dampak negatif dan keburukan yang timbul dari kemarahan, niscaya ia akan berusaha untuk menahan angkara murka nya.

Kamis, 27 November 2014

ZIARAH KUBUR

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah wa ba ' du;

Ziarah kubur merupakan perkara yang sunnah yang dianjurkan oleh Nabi Sallallahu alaihi wa sallam yang dahulu sebelum nya merupakan perkara yang dilarang agama sebagai mana tercantum dalam kitab kitab sunnah seperti hadist yang berbunyi, " Dahulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur, maka sekarang pergilah untuk berziarah kubur, karena sesungguhnya ziarah kubur akan mengingatkan kalian tentang akhirat ". (HR Muslim).

Maka melakukan ziarah kubur untuk mengingatkan kita akan terjadinya hari akhir dan mengambil pelajaran dari suatu kematian adalah perkara yang sunnah dan dianjurkan. Karena seorang manusia jika ia datang untuk ziarah kubur mengenang masa sebelumnya ia bersama nya makan, minum, bersenang senang dengan duniawi sekarang telah berubah dan menerima balasan jika amal perbuatannya baik maka ia mendapatkan kebajikan dan jika ia dahulu beramal buruk maka ia mendapatkan balasan keburukan, dengan demikian itu seseorang akan sadar bahwa hidup adalah sementara dan hendaknya ia dapat mengambil pelajaran dan segera bertaubat dari berbuat maksiat menjadi berbuat taat kepada Allah Ta'ala.

Diantara adab ziarah kubur adalah mengucapkan doa sebagai mana yang diajarkan oleh Nabi Sallallahu alaihi wa sallam yaitu, "  السلام عليكم دار قوم مؤمنين وانا أن شاء الله لاحقون يرحم الله المستقدمين منا ومنكم والمستاخرين نسأل الله لنا ولكم العافية اللهم لاتحرمنا اجرهم ولا تفتنا بعدهم واغفر لنا ولهم  .....".

Dan tidak ada petunjuk dari Nabi Sallallahu alaihi wa sallam untuk membaca Al-Fatihah tatkala datang untuk ziarah kubur, bahkan perbuatan ini adalah bertentangan dengan syariat Nabi Sallallahu alaihi wa sallam.

Adapun ziarah kubur bagi kaum wanita maka hal ini adalah perkara yang dilarang, karena Nabi Sallallahu alaihi wa sallam melaknati wanita wanita yang sering berziarah kubur dan menjadikan kuburan seolah olah dijadikan seperti masjid sebagai tempat ibadah dan menerangi kuburan di malam hari.

Maka wanita tidak halal baginya untuk berziarah kubur dengan niat keluar rumah untuk tujuan ziarah, adapun tatkala ia keluar dari rumah tanpa kesengajaan melalui suatu kuburan maka tidak mengapa baginya untuk berhenti sejenak mengucapkan doa seperti diatas.

Sehingga bisa dibedakan antara seorang wanita yang memiliki niat untuk pergi menuju kuburan dan antara seorang wanita yang keluar rumah untuk suatu tujuan kemudian melewati sebuah kuburan dengan tanpa kesengajaan. Yang pertama dilarang karena memaparkan dirinya untuk mendapatkan laknat, sedangkan yang kedua dibolehkan.
مجموع فتاوى ورسائل الشيخ محمد بن صالح العثيمين 2/244-246

Minggu, 23 November 2014

MENAHAN AMARAH

Alhamdulillah wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du;

Allah Ta'ala memberikan pujian kepada hamba-Nya yang beriman dikarenakan memiliki sifat mulia yang dikerjakan oleh mereka, diantaranya adalah menahan amarah dan kemurkaan.

Allah Ta'ala berfirman, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan ". ( QS. Ali Imran 133-134 ).

Di antara sifat yang terpuji adalah menahan amarah dan memberikan maaf kepada orang yang berbuat kesalahan walaupun sebenarnya ia mampu untuk menuntut balas dan berbuat ihsan dan kebaikan kepada orang yang telah berbuat jahat kepada dirinya.

Diriwayatkan dari sahabat Sahl ibnu Mu'adz ibnu Anas Al-Juhany dari ayahnya radhiyallahu anhum ajmaiin dari Rosulillah Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Barang siapa yang mampu menahan amarahnya sedangkan dirinya sanggup untuk menuntut balas maka kelak di hari kiamat Allah Ta'ala akan memanggil nama nya dihadapan seluruh para makhluk untuk diberikan kesempatan memilih bidadari sesuai yang ia kehendaki ". (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi ).

Dahulu para Salafus-Sholih memiliki banyak kisah dan cerita tentang menahan amarahnya, diantaranya adalah Ali bin Al-Husain Zainal Abidin yang dahulu ia memiliki seorang budak wanita yang senantiasa bertugas menyimpan air wudhu', maka pada suatu hari budak ini menumpahkan air dengan tanpa sengaja ke kepala dan wajah sang majikan yaitu Ali kemudian seraya budaya membaca ayat dalam surat Ali Imran 134, " Dan orang-orang yang menahan amarahnya ". Maka sang majikan berkata, " Aku telah berusaha menahan amarahku ". Kemudian budak tersebut membaca kembali ayat dalam surat Ali Imran, " Dan memaafkan (kesalahan) orang ". Maka sang majikan berkata, " Aku telah memberikan kepadamu maaf ". Kemudian hamba sahaya tersebut melantunkan ayat lanjutan yang berbunyi, " Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan ". Maka Majikan tersebut berkata, " Perglilah, sesungguhnya engkau mulai saat ini telah aku bebaskan dan menjadi orang yang merdeka ". ( Riwayat Al-Baihaqi dalam Syuabul Iman dan Ibu Asakir dalam Tarikhnya ).

Allah Ta'ala berfirman memerintahkan kepada Nabi agar memberikan maaf dan ampunan sebagai mana difirmankan, " Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh ". (QS. Al-A'rof 199 ).

Allah Ta'ala berfirman, " Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.  Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar ". (QS Fushilat 34-35 ).

Berkata Abdullah ibu Abbas radhiyallahu anhuma, " Yaitu hendaknya dirimu membalasi dengan kebijakan terhadap orang yang berbuat kebodohan yang ditimpakan untukmu ".

Berkata pula dalam riwayat lain, " Yaitu jika seseorang mencela saudaranya yang lain maka ia menjawab, " Sekiranya ucapan anda benar maka semoga Allah Ta'ala mengampuni dosa dosa ku, dan sekiranya ucapan kamu tidak benar, maka semoga Allah Ta'ala memberikan ampunan kepada dirimu ". ( Tafsir Al Qurthuby 15/361 ).

Para Nabi dan Rasul dalam perkara ini mereka adalah uswaun hasanah dan menjadi teladan bagi umat ini, sebagai mana diriwayatkan oleh sahabat Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu berkata, " Nabi kita Muhammad Sallallahu alaihi wa sallam pernah mengisahkan tentang seseorang nabi yang dianiaya oleh para kaumnya sehingga kepala nya mengucurkan darah dan mengusap darah yang mengalir seraya berkata, " Ya Allah, ampunilah kaumku, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang tidak mengetahui ". (HR Bukhary dan Muslim ).

Diriwayatkan dari sahabat Urwah ibnu Zubair bahwa suatu hari A'isyah radhiyallahu anha pernah bertanya kepada Nabi Sallallahu alaihi wa sallam tentang suatu kejadian yang sangat memukul hati beliau melebihi kejadian perang uhud, maka dijawab oleh Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, " Sungguh aku pernah suatu hari menimpa diri ku yang jauh lebih parah dari pertempuran uhud yaitu hari Aqobah, tatkala aku berjumpa dengan ibnu Abdul Yalil ibnu Abdul Khulal dan aku mengajak untuk masuk islam beserta kaumnya akan tetapi mereka menolak seraya mengusirku dan melempari batu-batuan kepada ku dan aku meninggalkan mereka dengan kondisi yang mengenaskan dan hatiku dalam keadaan gundah, tiba-tiba muncul gumpalan awan putih menaungi diriku maka aku melihat Jibril seraya berkata, " Sesungguhnya Allah Ta'ala telah mendengar ucapan kaummu dan melihat perlakuan mereka kepadamu, maka Allah Ta'ala telah mengutus malaikat penjaga gunung untuk mengabulkan permintaanmu. Maka malaikat penjaga gunung datang menyalami ku seraya berkata, " Wahai Muhammad, sungguh Allah telah mendengar dan melihat perbuatan keji kaummu dan aku adalah malaikat penjaga gunung telah diperintahkan Tuhanmu agar mengabulkan permintaan sesuai kehendakmu sekiranya engkau perintahkan agar menabrakkan dua gunung ini niscaya aku lakukan ".
Akan tetapi Nabi Sallallahu alaihi wa sallam berkata, " Aku berharap dan memohon kepada Allah Ta'ala agar muncul dari keturunan mereka generasi yang mengesakan dan beribadah kepada Allah Ta'ala semata dan tidak menyekutukan sedikit pun dengan lainnya ". (HR Bukhary dan Muslim ).

Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata, " Didalam hadist ini terdapat penjelasan tentang syafaat Nabi Sallallahu alaihi wa sallam kepada umatnya dan menerangkan tentang besarnya kesabaran dan sikap pemaaf yang beliau miliki dan hal ini sesuai dengan firman Allah Ta'ala dalam surat Ali Imran 159 ,"  Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka....".

Demikian pula dalam firman Nya, "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam ". (QS. Al-Anbiya' 107 ).

Nabi Yusuf alaihissalam memberikan maaf kepada para saudaranya yang dahulu berbuat jahat dan aniaya terhadap dirinya dan diabadikan dalam surat Yusuf , " Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata: "Hai Al Aziz, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang yang tak berharga, maka sempurnakanlah sukatan untuk kami, dan bersedekahlah kepada kami, sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bersedekah".  Yusuf berkata: "Apakah kamu mengetahui (kejelekan) apa yang telah kamu lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya ketika kamu tidak mengetahui (akibat) perbuatanmu itu?".  Mereka berkata: "Apakah kamu ini benar-benar Yusuf?". Yusuf menjawab: "Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami". Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik ". Mereka berkata: "Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas kami, dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)". Dia (Yusuf) berkata: "Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang". (QS. Yusuf 88-92 ).

Memberikan maaf merupakan sebab untuk meraih ketinggian derajat dan menggapai ketenangan dan ketenteraman serta kemuliaan jiwa yang tidak pernah dirasakan selain orang-orang yang berjiwa mulia.
(  الكوابح  ص : 19-21 لشيخ محمد صالح المنجد حفظه الله تعالى )

 

Minggu, 16 November 2014

KEDUDUKAN AHLI ILMU

As-Syaikh Prof.DR. Abdurrozak Al-Badr hafidhohullah Ta'ala.

Alhamdulillah wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba ' du;

Tidak diragukan bagi setiap muslim senantiasa mengetahui kedudukan para Ulama yang mereka memiliki derajat yang tinggi dan agung dikarenakan mereka adalah para pemimpin dalam kebajikan, senantiasa dijadikan kudwah hasanah dalam perbuatan dan akhlak, senantiasa dijadikan rujukan pendapat dan para malaikat meredupkan dan menundukkan sayapnya karena ridho akan perbuatannya,  dan segala makhluk termasuk ikan-ikan di perairan senantiasa memohonkan ampunan kepada Allah Ta'ala, bahkan dengan ilmu yang mereka miliki menyebabkan kedudukan mereka melebihi derajat muttaqin al-abror hingga sangat tinggi kedudukan mereka.

Allah Ta'ala berfirman, " Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan ". (QS Al-Mujadilah 11).

Allah Ta'ala berfirman, " Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran ". (QS. Az-Zumar 9).

Al-Imam Abu Bakar Al-Ajjurry rahimahullah menerangkan tentang kedudukan Ulama berkata, " Mereka diberikan keutamaan diatas seluruh kaum mukminin dan hal ini terjadi sepanjang waktu dan zaman, mereka dilebihkan dikarenakan ilmu dan berhias dengan kelembutan, melalui perantara mereka dapat diketahui halal dan haram, kebenaran dan kebathilan, sesuatu yang manfaat dan mudhorot, baik dan buruk, keutamaan mereka agung, jasa mereka besar, mereka adalah pewaris para Nabi, penyejuk pandangan hati, ikan-ikan di lautan memintakan ampunan kepada Allah Ta'ala, para malaikat meletakkan sayapnya, mereka para ulama berdiri dibelakang para Nabi memberikan syafaat, majalis mereka dipenuhi dengan hikmah, perbuatan mereka mejadikan jera orang yang lalai, mereka lebih utama daripada seseorang yang ahli ibadah dan orang-orang yang zuhud, hidup nya mereka merupakan suatu keberuntungan, dan wafat nya mereka merupakan suatu musibah, senantiasa mengingatkan orang orang yang lalai, mengajari orang orang yang bodoh,...........Mereka adalah pelita bagi para hamba, cahaya bagi bangsa, tonggak bagi umat, mengalirkan mutiara hikmah, mereka dimuka bumi seolah bintang dilanggit, memberikan petunjuk ddi gelap nya malam ditegah lautan, sekiranya bintang tersebut tidak nampak niscaya menjadikan manusia tidak mampu melihat dan jika muncul menerangi kegelapan menjadikan segala sesuatu terlihat dengan jelas ".

Jika kedudukan para Ahli ilmu sedemikian tinggi, mulia dan agung nya, maka sesungguhnya wajib bagi selainnya agar menjaga kedudukan mereka, memporsikan dengan semestinya, sebagaimana telah dijelaskan di dalam hadist bahwasanya Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Bukanlah termasuk umatku, orang orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan kasih sayang terhadap orang yang lebih muda, dan tidak memporsikan ulama dengan hak hak mereka ". (HR. Ahmad).

Sepantasnya hak-hak para ahli ilmu agar dijaga dan dipelihara baik dalam keadaan hidup maupun setelah wafat nya dengan penuh penghormatan, pengagungan, kecintaan dan bersemangat untuk menimba dan mengambil fawaid dari mereka dengan penuh adab dan akhlak serta menjauhi sifat buruk kepada mereka dengan mencela dan meremehkan dan menjatuhkan kedudukan mereka, karena itu semua merupakan dosa yang terbesar dan keburukan yang sangat tercela.

Sesungguhnya para ulama merupakan pemim nakhoda bahtera keselamatan yang menghantarkan ke daratan yang aman dan sebagai pelita di gelap nya malam.

Allah Ta'ala berfirman, " Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami ". (QS. As-Sajadah 24 ).

Mereka para ulama merupakan hujjah Allah dimuka bumi dan mereka merupakan orang yang paling mengetahui kebaikan dan maslahat bagi kaum muslimin dalam urusan dunia dan akhirat nya karena ilmu  yang mereka miliki.

Para ulama memahami ilmu secara rinci dan memberikan fatwa berdasarkan dengan nya, dan pandangan yang dalam mereka menetapkan segala permasalahan, dan tidak meyampaikan suatu hukum dengan serampangan dan membikin umat berpecah belah sebagai fitnah dan tidak melontarkan fatwa dengan tanpa analisis dan pandangan yang detail karena meremehkan atau berlebihan, dan tidak menyembunyikan kebenaran kepada para manusia, sehingga Allah Ta'ala perintahkan agar merujuk kepada para ulama ketika terjadi suatu permasalahan dan kejadian.

Allah Ta'ala berfirman, " Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui ". (QS. An-Nahl 43).

Allah Ta'ala berfirman, " Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu) ". (QS. An-Nisa' 83).

Di dalam ayat mulia ini terdapat suatu adab bagi kaum mukminin bahwasanya apa bila terjadi suatu perkara yang genting dan urusan yang berkaitan dengan masyarakat secara umum yang bersangkutan dengan keamanan dan segala permasalahan yang mengkhawatirkan hendaknya mengembalikan kepada Rasul Sallallahu alaihi wa sallam ketika hidup dan kepada As-Sunnah tatkala sepeninggal nya dan merujuk kepada Ulil Amri di antara mereka dari kalangan para ulama yang mengetahui ilmunya yang senantiasa memberikan nasihat, berfikir dengan penuh kehati-hatian, membedakan mana maslahat dan mudhorot.

Maka barangsiapa yang merujuk kepada pendapat mereka niscaya akan selamat dan barang siapa yang meninggalkan nya akan mendapat mudhorot dan dosa.

Sahabat Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu berkata, " Sesungguhnya akan muncul di akhir zaman suatu perkara yang samar, maka hendaknya kalian berhati-hati, sesungguhnya jika kalian menjadi pengikut suatu kebajikan niscaya lebih utama daripada menjadi seorang pemimpin didalam keburukan ".

Sesungguhnya termasuk alamat kesengsaraan seorang hamba adalah sikap menjauh dari para ulama dan tidak merujuk kepada fatwanya serta tidak mencurahkan perhatian kepada mereka, dan tatkala umat ini menjaga jarak dengan ulama maka niscaya menjadikan umat ini gersang ibarat berjalan di lembah gurun pasir tanpa petunjuk arah dan juru penyelamat yang dijadikan sebagai pemimpin kafilah bahkan justru akan menggiring kepada jurang kebinasaan dan kehancuran.

Sinkat kata, para ulama merupakan juru penyelamat dalam berdakwah kepada umat ini, memberikan penerangan, pencerahan dalam kehidupan umat manusia, sekiranya para manusia menjadikan orang-orang jahil sebagai pemimpin sehingga bertanya dan diberikan fatwa tanpa ilmu dan pemahaman niscaya bahtera umat ini akan tenggelam.

Sahabat Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu anhu berkata, " Hendaknya kalian menimba ilmu sebelum ilmu ini diangkat, diangkat dengan diwafatkan nya pemilik nya, hendaknya kalian mencari ilmu, sesungguhnya kalian tidak mengetahui kapan ia dibutuhkan disisinya, kalian akan menjumpai suatu kaum yang mereka mengira menyeru kepada kitab Allah Ta'ala padahal sungguh ia telah menyerukan untuk menjauhi kitab Allah di belakang punggung mereka, jauhilah perbuatan bid'ah dan sikap berlebih-lebihan dan kembali lah kepada Al-Kitab yang terdahulu (Al-Qur'an Al-Karim).

Marilah kita memohon kepada Allah Ta'ala dengan Nama-Nama Nya Yang Indah dan Sifat-Sifat Nya Yang Agung agar kita di berikan keberkahan pada Ulama-Ulama kita dan diberikan taufiq agar kita dapat mengambil manfaat serta menyusuri jejak-jejak mereka dan memberikan hidayah kepada kita semua kepada jalan yang lurus.

Sabtu, 08 November 2014

BUAH KEBAJIKAN

Alhamdulillah,  wassholatu wassalamu ala' Rosulillah, wa ba' du ;

Allah Ta'ala berfirman,  " Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh) ". (QS. Ya-Sin 12).

Imam Ibu Qoyyim Al-Jauziyah berkata, " Didalam ayat mulia ini terkumpul dua kitab catatan amal manusia, yaitu kitab catatan amal yang telah ada sebelum diciptakan dan kitab catatan amal yang mengiringi amal perbuatan manusia. Didalam ayat ini dikabarkan bahwa Allah Ta'ala membangkitkan manusia setelah kematian dan membalasi amal perbuatannya sebagai mana telah tercatat dalam kitab catatan amal dan memberikan balasan atas apa yang mereka tinggalkan dari jejak jejak dan bekas-bekas yang baik dan buruk yang diikuti oleh para manusia sepeninggal hidupnya.

Ibu Abbas radhiyallahu anhuma berkata, " Bekas-bekas dan jejak jejak mereka adalah sesuatu yang mereka contohkan dan mereka kerjakan ketika masih hidup sehingga diikuti dan ditiru oleh para manusia setelah sepeninggal nya dari perbuatan baik dan buruk, sebagaimana difirmankan, " Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya ". (QS. Al-Qiyamah 13).

Di sini terdapat suatu faedah yaitu bahwa Allah Ta'ala telah menulis dan mencatat amal perbuatan hamba dan buah dari amalan tersebut, seakan akan buah dan hasil amalan nya juga telah mereka kerjakan.

Diriwayatkan dari Ikrimah, Ibu Abbas dan Anas berkata, ayat ini turun pada kabilah bani Salimah yang hendak berpindah rumah hingga dekat dengan masjid yang mana rumah mereka jauh darinya,  sehingga tatkala ayat ini turun mereka mengurungkan niat mereka untuk berpindah dan mereka berkata, " Kita tetap tinggal di tempat asal kita ". (HR. Bukhary dan Muslim).

Berkata Masruq, " Tidaklah seorang hamba melangkahkan kaki nya kecuali telah tertulis padanya suatu kebajikan atau keburukan ". (Bada'iut Tafsir 3/475-477).

Selasa, 21 Oktober 2014

MENYAMBUT TAHUN BARU

Alhamdulillah, was sholatu was salamu ala Rosulillah, wa ba`du;

Sesungguhnya siang dan malam menjadikan sesuatu yang jauh menjadi dekat, janji menjadi terwujud, dan seorang mukmin berada diantara dua kekawatiran, waktu yang terlewatkan yang ia tidak tahu apa balasan Allah terhadap diri nya, dan waktu yang tersisa yang ia tidak tahu takdir apa yang akan menghampiri nya, dan disetiap permulaan tahun di hamparkan kepada nya lembaran lembaran baru, apa yang seharusnya ia goreskan, sedangkan ajal mengintai dihadapan nya.

Dengan bertambahnya umur, berlalunya waktu sepantasnya seseorang untuk memperhitungkan dirinya, meminta apun atas segala dosanya, kembali kejalan Tuhannya, mengkalkulasi amalan amalan nya, apakah semakin bertambah kebaikannya, berkurang dosa dosanya, dan seorang manusia berada diatas petunjuk selagi mau mengkoreksi dirinya dan mengekang keinginan hawa nafsu nya.

Al Hasan Al Basri berkata, " Sesungguhnya manusia yang paling mudah hisabnya pada hari kiamat mereka adalah orang orang yang mau bermuhasabah tatkala ia didunia ini, sehingga ia mengkoreksi segala amal nya, jikalau ia hendak berbuat sesuatu hanya karena Allah, maka ia melanjutkan, jikalau berbuat bukan karena Allah maka ia berhenti, sesungguhnya orang yang berat hisab nya hari kiamat adalah orang yang berbuat sesuatu tanpa perhitungan, tanpa muhasabah, maka ia akan bertemu Allah dengan segala sesuatu terhitung tanpa terlewatkan sebutir debu pun".

Sesungguhnya hakikat umur manusia tidak terlepas dari hitungan tahun, dan hitungan tahun bukankah tersusun dari hitungan hari, dan hitungan hari bukankah dari hembusan nafas yang segera akan berlalu, sedangkan kejadian alam silih berganti sesuai takdir Ilahi, betapa banyak kawasan yang tadinya makmur menjadi hancur, seorang anak Adam di pagi hari dalam keadaan sehat dan sore hari terbujur kaku......

Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Tidaklah dunia dibandingkan dengan kehidupan akhirat, kecuali selayaknya salah satu jari tangan kalian dimasukkan ke dalam lautan kemudian segera di angkat keatas, apa yang tersisa dari air laut tersebut di jari nya....? ".(HR. Muslim).

Dunia, sesungguhnya hidup didalamnya antara cercaan dan kesenangan tidak akan berlangsung lama, kejernihan nya akan segera berubah menjadi keruh, tidak akan mampu membedakan antara manis dan pahitnya kehidupan dunia kecuali orang yang mampu bermuhasabah, jikalau sekiranya tidak, maka kehidupannya akan dipenuhi dengan ratapan dan rintihan.

Sesungguhnya berubahnya waktu, datangnya ajal, terputusnya amalan dan angan~angan, dan segala kejadian dunia, merupakan  gambaran bahwa manusia ini sangatlah lemah, dan sangat bergantung kepada sang pencipta Allah Ta`ala.

Dunia dipenuhi dengan ujian dan cobaan, keletihan dan kesedihan,  kegundahan dan kesusahan, Allah Ta`ala berfirman, " Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorangpun yang berkuasa atasnya? Dan mengatakan: "Aku telah menghabiskan harta yang banyak".  Apakah dia menyangka bahwa tiada seorangpun yang melihatnya? ". (QS. Al Balad 4~7).

Sesungguhnya segala kenikmatan dunia akan sirna, kesenangannya akan berubah menjadi bencana, kemuliaan nya segera berganti dengan hina, kebahagiaan nya dipenuhi dengan tangisan dan ratapan, keberhasilan nya harus ditebus dengan kepahitan, keletihan, dan perjuangan.

Dikatakan kepada sahabat Aly bin Abi Thalib, gambarkan kepadaku tentang keadaan dunia? maka ia berkata, " Orang yang sehat didalamnya tidak akan sehat selama nya, orang yang sakit didalamnya ia akan meratapi nasib nya, orang yang merindukan gemerlap nya akan merana, orang yang mengejar nya akan terfitnah, dalam perkara halal nya terdapat hisab, dan barangsiapa yang menerjang haram nya mendapatkan adzab ".

Allah Ta`ala berfirman, " Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.  Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar ". (QS. Al Hadid 20~21).

Seseorang yang faham akan kehidupan dunia ia tidak akan bangga dengan kesenangan yang ada pada nya, bersedih atas cobaan yang menimpa nya, dikarenakan sesungguhnya kebahagiaan hakiki adalah istiqomah dalam jalan yang lurus.

Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Sekiranya dunia ini setara dengan sehelai sayap nyamuk disisi Allah Ta`ala, niscaya Allah tidak akan berikan kepada orang kafir untuk meneguk satu tegukkan dari air tawar ". (HR. Tirmidzi).

Dengan bergantinya tahun, mengingatkan kepada kita tentang cepatnya waktu berlalu, dan berkurangnya umur kita, dan dekatnya diri kita kepada kematian, gelap gulita nya liang kubur, sehingga imam Ibnu Jauzy berkata dalam suatu petuah nya, " Sesungguhnya sedikit orang tua yang meninggal dunia, dan betapa banyak anak muda yang telah mendahului kita, sehingga jarang dijumpai orang orang yang tua ".

Yahya ibnu Mua`dz berkata, " Orang yang cerdas adalah tiga golongan, yaitu orang yang senantiasa meninggalkan dunia sebelum dunia meninggalkan dirinya, dan orang yang mempersiapkan bekal dikubur nya sebelum ia dimasukkan kedalam nya, dan orang yang berusaha mencari keridhoan Tuhannya sebelum ia menghadap kepada Nya ".

Sesungguhnya orang yang menghendaki kehidupan akhirat ia akan memangkas angan~angan nya dengan mengingat kematian, memperbanyak menjenguk orang sakit, memandikan jenazah, dan menghantarkan ke liang kubur seraya memanjatkan doa dan ampunan kepada orang yang telah mendahului nya.

Allah Ta`ala berfirman, " Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni jannah; penghuni-penghuni jannah itulah orang-orang yang beruntung ". (QS. Al Hasyr 18~20).

Sabtu, 11 Oktober 2014

MAKRIFATULLAH

Alhamdulillah, was sholatu was salamu ala Rosulillah, wa ba`du;

Sesungguhnya mengenal Allah beserta nama dan sifat-sifat nya yang termaktub didalam Al Kitab dan As Sunnah memiliki kedudukan yang sangat agung lagi tinggi dan muliya didalam ajaran agama islam, bahkan ini merupakan asas dan pondasi agama. 

Betapa muliya nya dan sempurna nya tatkala seorang hamba mengenal Sang Pencipta, Maha Kuasa, Maha Pengatur, Maha segala-gala nya, mengenal Nama-nama dan sifta-sifat nya Yang Maha Tinggi.

Tidak diragukan lagi bahwa hal ini adalah ilmu yg paling muliya, tujuan yg agung lagi suci, dikarenakan berkaitan dengan Dzat Yg Maha Muliya Allah Azza wa Jalla, maka mempelajari perkara ini adalah suatu ibadah yg agung, pondasi ajaran Nabi Ibrahim yg lurus, yg merupakan keyakinan seluruh para nabi dan rusul, dan mereka sepakat mendakwahkan nya sejak pertama hingga yang terakhir Nabi Muhammad Semoga Sholawat dan Salam tercurah pada mereka semua.   

Berkata Allamah Ibnul Qoyyim ," Sesungguhnya dakwah para Rusul berkisar pada tiga pondasi, Mengenal Allah sebagai Dzat yg diseru melalui Nama dan Sifat Nya, Mengenal jalan yg mengantarkan kepada peribadatan yg lurus, semisal berdzikir, bersyukur, dan aneka ragam bentuk ibadah yg disertai sepenuh kecintaan dan ketundukan, serta mengenal alam yg kekal abadi hari pembalasan yaitu Da'rul Karomah yg penuh kenikmatan dan yg paling utama meraih keridhoan dan kenikmatan memandang Wajah Azza wa Jalla.                   
Dan Nabi kita Muhammad memiliki andil yg besar, memberikan penjelasan kepada umat akan Robb Sang Pencipta alam semesta, mengenalkan umat tentang Nama-nama dan Sifat-sifat Nya, hingga berbekas pada hati para hamba yg beriman, yang mampu mengeser segala bentuk keraguan, kenifakkan, hingga hati menjadi terang benderang.

Allah Ta`ala berfirman," Apakah tidak cukup bagi mereka bahwa Kami telah turunkan kepadamu Al-Kitab yg dibacakan kepada mereka? Sungguh, didalam (Al Qur'an) itu terdapat rahmat yg besar dan pelajaran bagi orang-orang yg beriman". (QS Al Ankabut 51).      
                          
Didalam Kitab Allah terdapat banyak ayat dan nash yg melimpah yg terkandung pada nya pengenalan kepada Allah beserta Nama dan Sifat Nya, dan dijelaskan pula akibat keberuntungan bagi orang-orang yg mengimani nya, serta akibat buruk bagi yg kufur dengan nya.                               
Allah Ta`ala berfirman," Dan Allah memiliki Asma'ul Husna (Nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada Nya dengan menyebut Asma'ul Husna itu, dan tinggalkanlah orang-orang yg menyalah artikan nama-nama Nya, mereka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yg telah mereka kerjakan ". (QS Al-A'raf 181).     
               
Allah Ta`ala berfirman," Katakanlah (Muhammad) "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman, dengan nama yg mana saja kamu dapat menyeru, karena Dia mempunyai nama-nama yg terbaik Asma'ul Husna ". (QS Al-Isra' 110).

Allah Ta`ala berfirman," Dia lah Allah yg tiada sesembahan yg hak kecuali Dia, Maha Raja Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara keslamatan, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Dia memiliki nama-nama yang indah". (QS Al-Hasryr 23-24).

Bahkan dijumpai didalam Al-Qur'an Al-Karim banyak Ayat yang sangat jelas menyeru agar mempelajari Nama dan Sifat Allah, mengkaji dan mengenal Allah Azza wa Jalla, yang jumlah nya lebih dari tigapuluh ayat.

Diantara nya firman Allah Ta`ala," Ketahuilah bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Hikmah ". (QS Al-Baqoroh 209).

Allah Ta`ala berfirman, " Ketahuilah bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Keras Siksa Nya dan Allah adalah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Penyayang ". (QS Al-Ma'idah 98).

Allah Ta`ala berfirman, " Ketahuilah bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kaya lagi maha Terpuji ". (QS Al-Baqoroh 265).                      
Ayat-ayat yang semakna dengan ayat ini sangat banyak sekali.       
                                 
Dengan ini kita ketahui alangkah mulianya mempelajari ilmu ini, yang menjadi asas yang agung atas tegaknya dakwah para rusul, yang merupakan jalan satu-satu nya utk meraih kemuliyaan dan kebaikan didunia dan diakhirat, maka dengan ini,barangsiapa yang didalam hatinya tersemai kehidupan, kecintaan kepada Allah, keinginan mencari keridhoan wajah Allah, rasa rindu utk berjumpa, walau serendah apapun bentuk nya, dan ia senantiasa berusaha untuk memperdalam pada bab ini, hingga menjadikan perkara ini menjadi tujuan terbesar nya, tuntutan pungkasannya, tujuan terakhirnya, maka bukankah hati yang suci lagi jiwa yang tenang merasa rindu akan hal ini, bahkan kebahagiyaan terbesarnya hanyalah ada disaat meraih kesempurnaan tentang makrifat ini.                           
Perlu diketahui, sesungguhnya mengenal nama dan sifat Allah Ta'ala, merupakan kunci kebahagiyaan, jalan menuju kesempurnaan, tangga meraih ketinggian, poros kesuksesan dunia dan akhirat, kemenangan yang tak terkalahkan, sedang manusia dalam hal ini, diantara tiga golongan, bersemangat, merasa cukup, dan terlalaikan hingga terharamkan, adapun keutamaan adalah ditangan Allah, yang senantiasa Allah limpahkan kepada para hamba yang Allah kehendaki, dan karunia Allah sangatlah besar.                                              Kapan saja seorang hamba kenal akan Tuhan nya, cinta kepada-Nya, tegak diatas ubudiyah-Nya, menjalankan segala perintah Robb nya, menghindar dari segala larangan nya, maka sungguh ia telah merealisasikan makrifat dan ubudiyah yg keduanya merupakan tujuan penciptaan dan pensyariattan yg menjadikan kesempurnaan manusia yg diharapkan, bahkan, bukankah hajat ruh yg terbesar adalah mengenal Sang Pencipta, menyebut dan menginggat Nya, dan tiada jalan yg dapat menyampaikan hal ini kecuali dg mengenal Nama dan Sifat Nya, selagi hamba lebih mengilmui tentang Robb Nya, maka semakin pula ia mengenal dan dekat kepada Tuhan nya.     

Mengenal Allah akan menguatkan rasa khouf dan murokobah, serta menumbuhkan kecintaan yang dalam dan berharab, menambah keimanan hamba dan membuahkan aneka ragam ibadah, hingga hati para manusia berjalan menuju keridhoan Robb dan tidak menoleh kekanan dan kekiri, dan taufik ditangan Allah dan tiada daya serta upaya melainkan dari-Nya Azza wa Jalla.                                                Makrifatul Robb merupakan pungkasan tujuan seorang hamba, dan ini merupakan pengetahuan yang paling utama dan diutamakan, paling muliya dan agung, tujuan yang akan membuahkan, perlombaan yang senantiasa diperlombakan, diperjuangkan olih hati orang yang salim, akan tergapai kebahagiyaan hidup, karena sesungguhnya kehidupan yang hakiki adalah kehidupan hati dan ruh, dan tak akan teraih kehidupan hati dan ruh tersebut melainkan dengan makrifatullah serta ber inabah, beribadah, tumakninah, hanya kepada Allah semata, dan barang siapa kehilangan kehidupan hati dan ruh ini niscaya ia kehilangan segala kebaikan, walau bergelimang padanya gemerlap dunia, bahkan semua isi dunia tidak akan sebanding dengan nilai kehidupan hati, maka segala sesuatu apapun akan jika lenyap akan tergantikan, akan tetapi bila kehidupan hati ini jika dicabut olih Allah, niscaya tak tergantikan olih apapun.       

Sangat mengherankan dari keadaan kebanyakan manusia, waktu terlewat dengan sia-sia, umur semakin berkurang, sedang hatinya tertutup rapat tiada aroma kehidupan, masuk dan keluar dari dunia ini tanpa merasakan kebahagiyaan didalam nya, bahkan hidup layak nya binatang, berpindah dari kehidupan dunia bak layaknya orang yang bangkrut, hidupnya penuh keluh, matinya penuh kesah, dan kebangkitannya adalah penuh kerugiyan serta penyesalan.                                      Sebagaimana dikatakan oleh para salaf," mereka adalah orang-orang yg pantas dikasihani didunia ini, keluar dari kehidupan dunia tanpa merasakan suatu kemuliaan didalamnya". Dikatakan, apa kemuliaan tersebut?,  Dijawab, " Mengenal Allah dan cinta pada-Nya, merasakan ketenangan disaat mendekat-Nya, senantiasa rindu akan perjumpaan-Nya".                          
Singkat kata, kebahagiyaan yg sempurna, kegembiraan, ketenangan jiwa, sesungguhnya tergapai dengan mengenal Allah serta mengesakanNya, rindu di hari perjumpaanNya, dan sebaliknya, kehidupan yang paling celaka adalah bilamana hatinya galau, perasaannya tercabik-cabik tidak memiliki tujuan yang shohih, perjalanan yg suram, jalan yg berkelak-kelok, semuanya tak berujung,  yg tersisa hanyalah keraguan tanpa petunjuk arah, tiada ketenangan dan kesejahteraan, kecuali jika hanya menghadap kepada Allah Robb semesta alam, yang tiada selain-Nya wali dan pelindung  walau sekejab mata.

Kamis, 09 Oktober 2014

AMAL SHOLEH

Alhamdulillah, was sholatu was salamu ala Rosulillah, wa ba`du;

Amal sholeh merupakan suatu perniagaan yang menguntungkan dan bekal yang sangat berharga.

Allah Ta`ala berfirman, " Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri ". (QS. Fathir 29~30).

Amal sholeh senantiasa akan mendatangkan kebahagiaan dan mengusir segala bentuk keburukan.

Allah Ta`ala berfirman, " Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan ". (QS. An Nahl 96~97).

Amal sholeh merupakan bekal dan tabungan untuk hari esok di hari kiamat.

Allah Ta`ala berfirman, " Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak (kedatangannya): pada hari itu mereka terpisah-pisah.  Barangsiapa yang kafir maka dia sendirilah yang menanggung (akibat) kekafirannya itu; dan barangsiapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan). Agar Allah memberi pahala kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang ingkar ". (QS. Ar Rum 43~45).

Amal sholeh merupakan bekal untuk menggapai surga dan ridho Allah Ta`ala.

Allah Ta`ala berfirman, " Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya ". (QS. Al Bayyinah 7~8).

Amal sholeh dan hati yang bersih nan suci merupakan barometer bagi seorang hamba yang akan mendapatkan penilaian dari Allah Ta`ala dan mendapatkan pahala dan ganjaran.

Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Sesungguhnya Allah Ta`ala tidak melihat pada tampilan dan harta kalian, akan tetapi melihat pada hati dan amalan amalan kalian ".

Amal sholeh merupakan pendamping bagi kita dan sebaik baik rekan yang senantiasa mengiringi kita setelah mati.

Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Tatkala seseorang telah wafat maka akan menghantarkan jenazah nya adalah tiga bagian, dan dua akan kembali yaitu keluarnya dan hartanya dan yang akan tersisa mendampingi nya adalah satu, yaitu amalnya ".

Para salaf ditanya tentang siapa teman yang terbaik? Maka dijawab, " Amal sholeh ".

Maka renungkanlah bagaimana teman pendamping kita di hari kiamat di hari yang penuh kegundahan, kesendirian di liang kubur, sebagai mana diriwayatkan oleh sahabat Baro` ibnu A`zib dalam hadits yang panjang, Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Tatkala jasad seseorang diletakkan di liang kubur maka datanglah seorang yang wajah nya indah, pakaian nya indah dan seraya berkata, " Berbahagia lah akan janji yang Allah janjikan kepada dirimu ". Maka ia berkata, siapa dirimu? Maka ia menjawab: Aku adalah amal sholeh mu ".
Di hari itu ia akan berbahagia dengan pendamping nya, diwaktu orang lain dalam keadaan merugi dan menyesal atas kelalaian yang telah diperbuat.

Amal seseorang tidak akan menjadi sholeh kecuali apabila ia ikhlas dan beramal sesuai sunnah.

Sebagai mana firman Allah Ta`ala, "Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (QS. Al Kahfi 110).

Allah Ta`ala berfirman, "  Dia ~ Allah ~ Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun ". (QS. Al Mulk 2).

Berkata imam Fudhail ibnu Iyadh menafsirkan ayat ini, " Yaitu yang paling ikhlas dan sesuai dengan sunnah ".

Maka ditanya kenapa hal ini terjadi, maka dijawab, " Karena suatu amal ibadah jikalau ia ikhlas tetapi tidak sesuai sunnah maka tidak akan diterima, dan sebaliknya, jikalau suatu amal ibadah seseorang telah sesuai sunnah akan tetapi tidak ikhlas maka tidak akan pula diterima, sehingga menjadi satu amal ibadah yang ikhlas dan sesuai dengan sunnah, ikhlas artinya berbuat karena Allah Ta`ala, dan sesuai dengan sunnah yaitu mengikuti petunjuk Nabi ".

Semoga Allah Ta`ala menjadikan amalan kita menjadi amalan yang ikhlas karena Allah Ta`ala dan sesuai petunjuk Nabi sallallahu alaihi wa sallam.

www. albadr.net

SHOLAT GERHANA

Alhamdulillah, was sholatu was salamu ala Rosulillah, wa ba`du;

Gerhana adalah peristiwa tertutupnya cahaya sinar baik matahari atau bulan dikarenakan sebab yang tidak biasa terjadi. 
Dalam agama islam hal ini dinamakan khusyuf, dengan huruf kho` dan kaf .

Terjadinya gerhana merupakan kekuasaan Allah Ta`ala semata, dalam rangka agar para hamba takut dan kembali kepada Nya, sebagai mana sabda Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam, " Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan ayat dan tanda dari tanda kebesaran Allah Ta`ala, tidaklah terjadi suatu gerhana dikarenakan wafat atau hidup nya seseorang, akan tetapi Allah Ta`ala menakuti para hamba Nya dengan keduanya ". (HR. Bukhari dan Muslim).

Sholat gerhana adalah wajib menurut pendapat yang ditegaskan oleh Abu Awwanah dalam kitab shohih nya, sebagai mana diriwayatkan pula dari imam Abu Hanifah, dan imam Malik memberlakukan sebagai mana hukum sholat jumat, dan pendapat ini dikuatkan oleh imam Ibnu Qoyyim, serta di rojihkan Syeikh Muhammad bin sholih Al Utsaimin rohimahullahu, dikarenakan Nabi sallallahu alaihi wa sallam telah memerintahkan agar melaksanakan sholat ini dan Nabi keluar dari rumah dalam keadaan takut dan khawatir seraya bergegas menuju masjid.

Adapun waktu pelaksanaan sholat gerhana dimulai disaat terjadinya gerhana hingga selesai gerhana, sebagai mana sabda Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam, " Jikalau kalian melihat sesuatu dari gerhana maka lakukanlah sholat hingga gerhana tersebut menghilang ". (HR. Muslim).

Tata cara mengerjakan sholat gerhana yaitu dengan melakukan sholat dua rakaat, dalam rakaat pertama dengan membaca Al Fatihah dan surat panjang dan mengeraskan bacaan, baik terjadi gerhana disiang maupun malam hari, kemudian rukuk dengan waktu yang panjang, kemudian bangkit dari rukuk dan kembali membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang, akan tetapi lebih pendek dari bacaan surat yang pertama, kemudian rukuk yang panjang dan bangkit dari rukuk, kemudian sujud dengan dua kali sujud yang panjang dan duduk di antara dua sujud, dan bangkit menuju rakaat kedua melakukan seperti dalam rakaat pertama dengan membaca bacaan panjang dan kemudian melakukan duduk tahiyat membaca tasyahud dan salam.
Sebagai mana hal ini diriwayatkan oleh sahabat Jabir radhiyallahu`anhu yang tercantum dalam shohih Muslim.

Dan di sunnahkan bagi imam agar memberikan mauidzoh kepada para manusia setelah mengerjakan sholat gerhana, memperingatkan kepada mereka agar tidak lalai dan tertipu dengan kehidupan dunia dan urusan urusan nya, dan menganjurkan agar banyak ber istighfar dan taubat dan doa, sebagai mana diriwayatkan dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam dalam sabda nya, " Sesungguhnya matahari dan bulan merupakan tanda kebesaran Allah Ta`ala, tidak terjadi lantaran hidup dan mati nya seseorang, jikalau kalian menjumpai gerhana maka berdoa lah kepada Allah Ta`ala dan perbanyaklah bertakbir, sholat dan bersedekah ". (HR. Bukhari).

Jikalau telah selesai sholat gerhana namun belum selesai gerhana maka tidak dianjurkan untuk mengulang sholat gerhana, akan tetapi memperbanyak dzikir dan berdoa, sebagai mana pula jikalau gerhana telah selesai tatkala mengerjakan sholat maka tidak boleh memutus dan menghentikan sholat, akan tetapi menyempurnakan sholat nya hingga selesai.                                  ( Al Fikih Al Muyassar 131).

Selasa, 23 September 2014

BERKURBAN DI TEMPAT LAIN

oleh : Samahatus Syaikh Muhammad bin sholih Al Utsaimin, rohimahullahu.

Alhamdulillah hamdan katsiron toyyiban muba`rokan fihi, wa asyhadu an la ilaha illallahu wahdahu la syarikalah wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rosuluhu, sallallahu alaihi wa ala a`lihi wa ashabihi wa man tabiahum ila yaumiddin, wa ba`du;

Wahai kaum muslimin, Sesungguhnya beribadah kepada Allah Ta`ala dengan menunaikan kurban merupakan amalan yang utama dan mulia yang dapat mendekatkan diri kepada Allah Ta`ala, dan Allah gabungkan ibadah nahr (berkurban) dengan ibadah sholat, Allah Ta`ala berfirman, " Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah ". (QS Al Kautsar 2 ).
Allah Ta`ala berfirman, " Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam ". (QS Al An`am 162).

Maka menyembelih hewan kurban merupakan suatu ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah Ta`ala, dimana seseorang melakukan sendiri penyembelihan hewan ternak dengan niat ibadah kepada Allah semata, sehingga memiliki banyak larangan yang hendaknya dihindari oleh orang yang hendak berkurban.

Wahai kaum muslimin, sebagian saudara kita yang cinta kebaikan mengira bahwa maksud dari berkurban adalah memberikan manfaat kepada kaum fakir dari daging daging nya, sehingga kita jumpai pada kesempatan seperti ini, menyebarkan banyak proposal yang mengajak manusia agar menyerahkan hewan sembelihan agar dikirimkan ke negara afganistan atau negara lain yang fakir yang membutuhkan, dan aku tidak menyangka bahwa mereka melakukan itu kecuali karena mereka cinta kepada kebaikan, dan berijtihad akan tetapi ijtihad mereka ini salah, akan tetapi hendaknya setiap siapa saja yang memiliki niatan baik agar dibangun diatas kaidah kaidah syariat sehingga tidak sesat dan menyesatkan.

Sesungguhnya agama islam tidak dibangun diatas perasaan juga hawa nafsu, Allah Ta`ala berfirman, " Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) akan tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu ". (QS Al Mukminun 71).

Sesungguhnya agama islam dibangun diatas kaidah yang agung yang kuat, yaitu sesuai dengan Al Kitab dan As Sunnah, dan sesungguhnya dakwah, bahkan seruan ini mengakibatkan hilangnya maksud dari menunaikan ibadah kurban, oleh karena nya aku nasihatkan kepada kaum muslimin agar tidak menoleh pada seruan ini, dan tidak mengirimkan uang mereka agar dibelikan di afghanistan atau negara lain akan tetapi hendaknya menyembelih hewan kurban mereka ditempat nya masing masing di negeri mereka, dan apabila hendak bertabarru` (sedekah) dinegeri tersebut maka sesungguhnya pintu sedekah terbuka lebar, dan berbuat sedekah untuk mereka terbuka bagi mereka dan hendaknya bersedekah dengan sesuai kehendak nya, adapun syiar agama maka hendaknya terjaga dan tetap diagungkan.

Sesungguhnya memindahkan hewan kurban ketempat lain disana mengakibatkan hilangnya banyak maslahat :

1). Menghilangkan penampakan syiar dari syiar syiar Allah Ta`ala, yaitu penyembelihan hewan kurban di setiap rumah menjadi tidak ada, bahkan tidak di jumpai di banyak rumah penduduk dari syiar ini, sebagai mana diketahui bahwa menyembelih kurban adalah syiar islam, bukan semata mata mendapatkan manfaat dari daging nya, sebagai mana Allah Ta`ala berfirman, " Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik ".(QS Al Hajj 37).

Nabi sallallahu alaihi wa sallam membedakan antara ibadah kurban dengan manfaat daging nya dalam sabda nya, " Barangsiapa yang mengerjakan shalat (ied) sebagai mana sholat kita dan melakukan penyembelihan hewan sebagai mana kita menyembelih, sungguh ia telah sesuai ibadah nusuk (berkurban) kita, dan barangsiapa yang menyembelih sebelum melakukan sholat (ied) maka itu merupakan sembelihan yang hanya mendapatkan daging nya saja ". (HR. Bukhari dan Muslim).

Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Barangsiapa yang menyembelih setelah mengerjakan sholat sungguh telah sempurna ibadah kurban nya, dan ia bertepatan dengan sunnah kaum muslimin ". (HR. Bukhari dan Muslim).

Renungkanlah bagaimana Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " ia bertepatan dengan sunnah nya kaum muslimin ", hal ini guna membedakan bahwa ini merupakan jalan nya kaum muslimin yaitu agar melakukan penyembelihan hewan kurban dan ini merupakan salah satu dari syiar islam.

Dari hadits ini menunjukkan dalil yang gamblang bahwasanya bukan maksud dari berkurban semata mata mendapatkan manfaat dari daging nya, jikalau demikian adanya, maka apa alasan membedakan antara menyembelih hewan kurban sebelum dan sesudah sholat, dan apa alasan dikhususkan menyembelih hewan ternak tertentu dari onta, sapi dan kambing, dan diberikan batasan umur tertentu, dan terbebas dari aib dan cacat dan dilakukan pada waktu tertentu, jikalau semata mata mendapatkan manfaat dari daging nya niscaya dibolehkan semua bintang untuk disembelih seperti ayam dan semisal nya.

Ibadah berkurban memiliki kedudukan yang tinggi dalam agama islam, sehingga bagi yang berkehendak menyembelih hewan kurban untuk menjauhi dari mencukur rambut, memotong kuku, mengelupas kulitnya, karena Nabi sallallahu alaihi wa sallam telah melarang dari perkara tersebut, jikalau sekiranya hanya sekedar memanfaatkan dagingnya niscaya tidak di larang akan hal ini, dikarenakan jika seseorang hendak bersedekah dengan jutaan hewan kambing atau sapi atau onta, sesungguhnya ia tidak diharamkan bagi nya untuk mencukur rambut dan memotong kuku nya.

Dari sini kita faham bahwa berkurban merupakan suatu ibadah yang dimaksudkan secara tertentu, yaitu mendekatkan diri kepada Allah Ta`ala.
Dan disini aku ingatkan, jikalau seseorang berniat untuk melakukan ibadah kurban maka hendaknya ia tidak mencukur rambut dan memotong kukunya atau kulitnya, adapun keluarga nya maka dibolehkan untuk melakukan hal itu, karena konteks hadits hanya melarang bagi orang yang hendak berkurban saja.

2). Menghilangkan maslahat untuk menyembelih secara langsung bagi pemiliknya, dikarenakan didalam sunnah dianjurkan agar masing masing menyembelih hewan kurban nya dengan niat mendekatkan diri kepada Allah Ta`ala dan meniru perbuatan Nabi sallallahu alaihi wa sallam, dimana telah menyembelih hewan kurban nya sendiri.
Dan berkata para ahli ilmu," Jikalau pemilik hewan kurban tidak bisa menyembelih sendiri hendaknya ia ikut serta datang untuk menyaksikan nya ".

3). Hilangnya perasaan melakukan ibadah kepada Allah dengan tidak menyembelih sendiri, karena menyembelih hewan secara langsung sendiri merupakan suatu ibadah yang agung sebagai mana ibadah sholat, sebagai mana firman Allah Ta`ala, " Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah ". (QS Al Kautsar 2).

Maka ibadah apa yang ia dapatkan ketika seseorang memindahkan hewan kurban ketempat lain yang ia tidak dapat langsung menyembelih dengan tangan nya dan tidak pula menyaksikan nya??.
Ibadah apa yang dirasakan hatinya jikalau sembelihan yang ia kurban kan di sembelih di ujung timur atau barat??...

4). Hilangnya maslahat melantunkan dzikir kepada Allah Ta`ala bagi orang yang hendak berkurban terhadap hewan kurban nya, sebagaimana Allah Ta`ala berfirman, " Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah) . (yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka. Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur.  Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik ". (QS. Al Hajj 34~37).

Dari sini menunjukkan kepada kita suatu dalil bahwa menyembelih hewan kurban dan menyebut nama Allah Ta`ala merupakan rangkaian ibadah yang utuh yang dimaksudkan secara dzat pelaksanaan nya, dan ini merupakan bentuk pengesaan kepada Allah Ta`ala dan bentuk  kesempurnaan berserah diri kepada Allah Ta`ala, dan hal ini jauh jauh lebih berharga daripada sekedar berbagi daging hewan kurbannya kepada kaum fakir.

Dan apabila kita cermati secara seksama hal ini tidak di dapatkan bagi mereka yang mengirimkan hewan kurban ketempat lainnya suatu wujud perasaan kesempurnaan tauhid dan berserah diri kepada Allah Ta`ala.

5). Hilangnya maslahat memakan sebagian dari daging sembelihan yang ia sembelih. Dikarenakan di sunnahkan bagi yang berkurban untuk memakan dari hewan sembelihannya, bahkan sebagian ulama berpendapat wajib, dan berdasarkan ayat Al Qur`an disana terdapat anjuran  agar memakan daging hewan kurban sebelum memberikan kepada kaum fakir miskin, sebagaimana firman Allah Ta`ala, "  Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir ". (QS Al Hajj 28).

Allah Ta`ala berfirman, " Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur ". (QS Al Hajj 36).

Dan sebagai mana diketahui bahwa menyembelih ditempat lain mengakibatkan tidak bisanya seseorang untuk memakan daging yang ia kurbankan, sehingga perkara ini menyelisihi perintah Allah Ta`ala sehingga ia berdosa menurut pendapat ulama dan ahli ilmu yang mengatakan wajib untuk memakan daging hewan kurban nya.

Dan jika sekiranya kurban tersebut merupakan wasiat, maka memindahkan hewan kurban ketempat lain mengakibatkan hilangnya maksud orang yang memberikan wasiat, karena tatkala orang tersebut berwasiat maka dalam benaknya ia berpikir bahwa kerabat nya akan melakukan sendiri tanpa mewakilkan wasiatnya dan kerabatnya akan dapat menikmati dagingnya, dan tidak pernah berpikiran jikalau wasiatnya dikerjakan oleh orang lain di luar tempat ia bertinggal, sehingga dengan demikian ia menyelisihi perintah orang yang berwasiat.

Disamping itu terdapat mafsadat yang besar, yaitu orang akan berpandangan bahwa ibadah yang bersifat materi hanyalah mengacu pada kebutuhan ekonomi saja, atau ibadah yang terbatas, yaitu hanya sekedar merasa berbuat ihsan dan kebaikan kepada orang lain, walaupun sebenarnya ibadah materi ini adalah mendekatkan diri kepada Allah Ta`ala dan mencari ridho Nya, dimana seseorang dapat merasakan kedekatan dirinya kepada Allah Ta`ala, bukan sekedar berbuat baik kepada saudaranya yang lain, dikarenakan ibadah materi memiliki dua sisi, yaitu mendekatkan diri kepada Allah Ta`ala dan berbuat ihsan kepada orang lain, sedangkan sisi pertama lebih tinggi dan berharga dari sisi yang kedua.

Dengan demikian memindahkan hewan kurban ketempat lain mengakibatkan hilangnya maksud ibadah ini dari enam bentuk, yaitu : menghilangkan syiar berkurban ditempat ia bertinggal, terhalang nya seseorang untuk menyembelih hewan kurban nya  secara langsung atau menyaksikan nya langsung, hilangnya perasaan ibadah kepada Allah dengan tidak menyembelih sendiri secara langsung, hilangnya maksud dari menyebut nama Allah Ta`ala pada hewan kurban tatkala menyembelih, hilangnya kesempatan untuk menikmati daging sembelihan yang hendaknya didahulukan sebelum membagikan nya kepada kaum fakir, dan jika kurban tersebut adalah wasiat maka hilangnya maksud dan tujuan dari orang yang telah memberikan wasiat, terlebih orang orang akan berpandangan negatif terhadap ritual kurban, karena hanya semata mata melakukan ibadah materi yang bertujuan untuk faktor ekonomi kemsyarakatan saja, dan dengan demikian akan menghilangkan nilai luhur suatu ibadah yaitu mendekatkan diri kepada Allah Ta`ala.

Wahai para hamba Allah, aku wasiatkan agar kita bertakwa kepada Allah Ta`ala, dan tidak melakukan suatu perkara kecuali berasaskan Al Kitab dan As sunnah, sehingga kita berada diatas bashiroh dan bayinah dan burhan.

Dan aku katakan sekali lagi, jangan kalian menyembelih di afghanistan atau tempat lain, akan tetapi berkurbanlah di negeri kalian tempat kalian berada, dengan disaksikan oleh keluarga kalian, sembelihlah untuk pribadi kalian dan keluarga kalian, adapun tempat lain yang membutuhkan bantuan seperti afghanistan atau negara lain maka aku anjurkan kalian agar membantu mereka dengan kemampuan kalian, Sesungguhnya bantuan memiliki nilai tersendiri dan ibadah kurban memiliki porsi sendiri, sehingga sepantasnya seseorang tidak menggampangkan ibadah ini.

Aku memohon kepada Allah Ta`ala agar kita semua digolongkan sebagai hamba yang beribadah kepada Allah Ta`ala dengan bashiroh dan menyeru diatas jalan Nya dengan bashiroh.

Sumber: www.binothaimeen.com

Minggu, 14 September 2014

COBAAN & UJIAN

Alhamdulillah, was sholatu was salamu ala Rosulillah, wa ba`du;

Allah Ta`ala telah menciptakan makhluk nya dan menentukan takdir nya, menuliskan amalan amalan dan karunia rizkinya, dan menciptakan kehidupan dan kematian dalam rangka menguji para makhluk nya agar diketahui mana diantara mereka yang paling baik amalan nya.

Iman terhadap takdir merupakan salah satu rukun iman, dan segala urusan yang terjadi di muka bumi merupakan kehendak Allah Ta`ala yang memiliki hikmah yang sangat dalam bagi yang mau merenungi nya.

Allah Ta`ala berfirman , " Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ".(QS. Al Baqarah 155~157).

Allah Ta`ala memberikan ujian dan cobaan kapada para hamba agar mengetahui siapa diantara mereka yang jujur dan yang pendusta.
Allah Ta`ala berfirman, " Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.  Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput (dari azab) Kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu. Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.  Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam ". (QS. Al Ankabut 2~6).

Jiwa manusia senantiasa akan meraih derajat tinggi dan tidak akan menjadi suci kecuali bila ia diuji dan diberikan cobaan, dan bagaimana pun keadaan seorang manusia ia pasti memperoleh cobaan, baik ia beriman maupun kafir, dan tiada seorangpun terbebas dari ujian.
Imam Ibnul Jauzy berkata, " Barangsiapa yang menginginkan keselamatan dan terbebas dari ujian selama nya, maka hendaknya ia menjadi orang yang tidak mukalaf atau tidak hidup ".

Manusia merasakan kenikmatan dan cobaan silih berganti, terkadang menyongsong kebahagiaan dengan berkorban aneka pengorbanan, dan mendapatkan cobaan yang membuahkan suatu ketentraman dan kebahagiaan, dan Allah Ta`ala memberikan cobaan kapada seseorang Mukminin untuk mensucikan dari dosa, bukan suatu adzab kepada nya, dan suatu cobaan bisa berbentuk menyenangkan ataupun suatu kesulitan yang tidak menyenangkan.

Allah Ta`ala berfirman, "Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran) ". (QS. Al A`rof 168).

Allah Ta`ala berfirman, " Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui ". (QS. Al Baqarah 216).

Seorang mukmin yang kuat adalah tegar dalam menghadapi cobaan dan ujian, pendiriannya kokoh tidak goyah, lisan nya terkunci dari berkeluh kesah, senantiasa memandang kepada janji Allah Ta`ala yang disediakan bagi orang yang bersabar, sesungguhnya cobaan niscaya cepat berlalu, dan kesabaran merupakan pintu kemenangan.
Allah Ta`ala berfirman, " Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik. Agar Allah akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan ". (QS. Az Zumar 34~35).

Sahabat Sa`ad ibnu Abi Waqos rodhiyallahu anhu, ia bertanya kepada Nabi sallallahu alaihi wa sallam tentang siapa yang paling dahsyat cobaan dan ujian nya dari para manusia? Maka Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Para Nabi, kemudian orang orang soleh, kemudian dibawahnya, kemudian dibawahnya, seseorang diberikan ujian sesuai kadar agama nya, jikalau agama seseorang semakin kuat maka semakin berat ujian yang ia dapatkan, dan sekiranya lemah agama nya maka semakin ringan, dan senantiasa cobaan dan ujian menimpa kepada seorang hamba yang beriman, hingga ia berjalan dimuka bumi dengan tidak memiliki suatu dosa sedikit pun ". (HR. Bukhari).

Para Nabi memiliki cobaan yang sangat besar dan berat, Nabi Ibrahim diuji dengan dilempar ke dalam api yang menyala nyala, dan diperintahkan agar menyembelih semata wayangnya Ismail, Nabi Yunus diuji dengan dilempar ke lautan dan ditelan oleh ikan paus dalam waktu yang cukup lama, Nabi Yusuf dipisahkan oleh saudara saudaranya dari ayahnya dan dimasukkan ke dalam sumur hingga diperjualbelikan sebagai budak yang berakhir dengan hidup dalam penjara, dan Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam diberikan aneka cobaan dan ujian dengan kaum musyrikin Quraish, dan kalian sebagai seorang muslim yang taat kepada Allah Ta`ala pasti mendapatkan cobaan dan ujian.

Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Barangsiapa yang Allah Ta`ala kehendaki kepada nya suatu kebaikan, niscaya ia akan diberikan cobaan ". (HR. Bukhari).

Berkata para Ulama, " Barangsiapa yang Allah Ta`ala ciptakan untuk tinggal di dalam surga, niscaya ia merasakan perkara perkara makruh yang silih berganti mendatangi nya".

Sekiranya cobaan menghampiri kita, maka sesungguhnya segala puji hanya milik Allah Ta`ala semata, dan hendaknya tidak mengeluh kecuali hanya dihadapan Allah Ta`ala, dan berharap hanya kepada Allah semata dalam mengentaskan kesulitan dan kesusahan.

Allah Ta`ala berfirman, " Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya). Atau siapakah yang memimpin kamu dalam kegelapan di dataran dan lautan dan siapa (pula)kah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmat-Nya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Maha Tinggi Allah terhadap apa yang mereka persekutukan (dengan-Nya) ". (QS. An Naml 62~63).

Allah Ta`ala berfirman, " Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal". (QS. At Taubah 51).

Syuraih Al~Qo`dhi berkata, " Tidaklah seorang hamba berikan ujian dan cobaan kapada nya kecuali didalamnya terdapat tiga karunia, yang pertama: ujian tersebut tidak menimpa dalam agama nya, yang kedua: ia tidak mendapatkan ujian yang lebih berat dan besar dari apa yang ia terima, dan yang ketiga: bahwasanya Allah Ta`ala memberikan kesabaran kepada diri nya tatkala ia bersabar".

Kamis, 11 September 2014

SIFAT SYAITAN

Alhamdulillah, was sholatu was salamu ala Rosulillah, wa ba`du;

Allah Ta`ala menciptakan bangsa jin dari api yang menyala jauh jauh hari sebelum diciptakannya manusia, mereka hidup sebagaimana kita hidup, dan hidup bersama kita, akan tetapi tidak terlihat oleh manusia, hikmah diciptakan nya mereka adalah untuk beribadah kepada Allah Ta`ala, barangsiapa yang taat, akan masuk surga, dan barangsiapa yang durhaka maka masuk ke dalam neraka.

Allah Ta`ala berfirman, "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.  Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.  Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh ". (QS. Ad Dzariyat 56~58).

Bangsa jin memiliki banyak keragaman, diantaranya mereka ada yang istiqomah, ada pula menyeru kepada dholalah, ada yang muslimun sholihun, ada pula yang fasikun, ada yang menyeru dan berdakwah kepada iman terhadap Allah Ta`ala dan kitab suci Al Qur`an.

Allah Ta`ala berfirman, " Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya) lalu mereka berkata: "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)". Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.  Mereka berkata: "Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus.  Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.  Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata". (QS. Al Ahqof 29~32).

Iblis merupakan bapak moyang dari bangsa jin, ia diberikan Allah Ta`ala umur panjang hingga hari kiamat, iblis memiliki singgasana diatas lautan, ia mengendalikan bala tentaranya untuk menggoda dan mengganggu para manusia dengan aneka keburukan dan fitnah.

Syaitan merupakan makhluk yang buruk, bentuk yang keji, apabila seekor keledai melihatnya, niscaya akan meringkik.
Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Jikalau kalian mendengar suara ringkikkan keledai maka berlindunglah kepada Allah Ta`ala dari syaitan, karena sesungguhnya ia melihat syaitan ". (HR. Bukhari dan Muslim).

Syaitan memiliki hati, mata, telinga, suara, liur, jemari, dan matahari terbit diantara dua tanduk syaitan, makan dan minum dengan tangan kiri, mereka tinggal ditempat kotor dan najis, gemar duduk diantara tempat teduh dan terik sinar matahari, dan senantiasa mengikuti langkah para wanita jikalau keluar rumah.

Syaitan tertawa jikalau anak cucu Adam menguap dengan bersuara, dan menangis jikalau membaca ayat ayat yang terdapat perintah untuk sujud kemudian melakukan sujud, ia mengencingi telinga seorang hamba jikalau tidur hingga tidak mendengar adzan subuh.

Barangsiapa yang masuk rumah dan tidak berdzikir kepada Allah Ta`ala, niscaya syaitan ikut bersamanya masuk ke dalam rumah dan bersarang di lobang hidung anak cucu Adam.

Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Jika salah seorang di antara kalian bangun dari tidur maka hendaknya berwudhu, dan beristintsar (membersihkan hidung nya) tiga kali, karena syaitan bermalam di dalam lobang hidung nya ". (HR. Bukhari dan Muslim).

Syaitan senantiasa mengajak manusia agar melakukan keburukan dan kemungkaran, serta menghalangi dari kebajikan, memerintahkan berbuat bakhil dan kikir, menghiasi ajakan jahat dan keji seolah olah memberikan suatu nasihat yang suci, selalu berusaha menjerumuskan anak Adam agar masuk ke dalam neraka.

Allah Ta`ala berfirman, " Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: "Bersujudlah kamu kepada Adam", maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud.  Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah".  Allah berfirman: "Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina".  Iblis menjawab: "Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan".  Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh".  Iblis menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.   kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).  Allah berfirman: "Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya".  (Dan Allah berfirman): "Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim".  Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)".  Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua". (QS. Al A`raf 11~22).

Syaitan senantiasa memberikan gangguan kepada anak cucu Adam, tidak luput dari gangguan nya seorang bayi yang terlahir didunia ini kecuali syaitan menganggu nya hingga menangis kecuali maryam binti Imran dan putra nya Isa ibnu Maryam karena Allah Ta`ala mengabulkan panjatan doa orang tua nya seorang pasangan suami istri yang soleh.

Allah Ta`ala berfirman, " (Ingatlah), ketika isteri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".  Maka tatkala isteri 'Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: "Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk". Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik ...". (QS. Ali Imran 35~37).

Pada hari kiamat syaitan akan berlepas diri dari pengikutnya tatkala dihadapkan dihadapan api neraka yang menyala nyala.

Allah Ta`ala berfirman, " Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: "Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri". Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu". Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih ". (QS. Ibrahim 21~22).

Sesungguhnya jalan keselamatan dan penjagaan dari tipu daya syaitan adalah iltija` dan kembali kepada Allah Ta`ala dengan banyak berdzikir serta bermujahadah melawan syaitan dan bala tentaranya.

Imam Muja`hid rohimahullahu berkata, " Tidak ada suatu kalimat yang lebih dahsyat untuk menghancurkan tipu daya iblis dari kalimat " LHA ILAHA ILLALLAH ".

Memperbanyak tilawah Al Qur`an terlebih surat Al Baqarah, yang didalamnya terdapat ayat Kursi, dirumah tempat tinggal kita, dengan banyak membaca kitab Allah Ta`ala niscaya para malaikat akan turun dengan penjagaan dan menerangi serta meliputi dengan rahmat dan sakinah didalam rumah kita.