Sesungguhnya
mempelajari siroh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang suci merupakan
santapan bagi hati, menentramkan, membahagiakan, serta melapangkannya, bahkan
mempelajarinya merupakan bagiyan dari agama dan ibadah kepada Allah,
dikarenakan kehidupan Nabi kita adalah perjuangan, pembelaan terhadap agama dan
sabar di atasnya yang merupakan perealisasian ubudiyah kepada Allah dan dakwah
di jalan-Nya, sehingga ketika kita mempelajari siroh dan sejarah Nabi terdapat
banyak faidah dan manfaat yang sangat besar. Dan akan kita bahas sebagiannya
dalam rangka menarik semangat sehingga kita bisa sabar dan melanjutkan
perjuangan serta istiqomah mempelajari siroh Nabawiyah ini.
Diantara fawaidnya sebagai berikut:
1. Nabi kita muhammad adalah uswah dan teladan bagi seluruh alam semesta, baik
dalam akidah, ibadah, akhlak, sebagaimana firman Allah Ta’ala, QS Al Ahzab: 21,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ
فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ
الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah”.
Merealisasikan ayat di atas dengan meneladani dan menyusuri petunjuk Nabi
bersandar sejauh mana ia mengetahui siroh dan hadyu Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
2. Bahwasanya siroh dan petunjuk Nabi merupakan timbangan bagi amal amal para
manusia, sekiranya sesuai dan serasi dengan siroh dan petunjuk Nabi, niscaya
amalnya akan diterima, dan sekiranya bertentangan dan berlawanan maka akan
tertolak.
Berkata Sufyan At tsaury yang diriwayatkan Al Khotib Al Bagdady di dalam
mukodimah kitab Al Ja’mi’ li akhlak ar ro’wi wa adab as sa’mi’, ”Sesungguhnya
Nabi adalah timbangan yang paling besar, dengannya ditimbang segala sesuatu
dengan akhlaknya, sirohnya, petunjuknya, selagi sesuai maka itu kebenaran, dan jika berseberangan
maka itu adalah kebathilan“.
3. Di dalam mempelajari siroh Nabi merupakan
sarana untuk memudahkan memahami kitab Allah, dikarenakan perangai Nabi
merupakan praktik terhadap isi Al Qur’an Al Karim, sebagaimana dikatakan oleh
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ”Akhlak dan perangai Nabi adalah Al Qur’an“. Allah berfirman dalam QS. Al Qolam: 4,
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
Dan yang dimaksud khuluqin disini adalah perangai agama, yaitu dalam
keadaan sempurna agamanya, dikarenakan Nabi telah menjalankan seluruh perintah
agama dan menjauhi seluruh larangannya, serta mengamalkan adab-adab dan
perangai di dalam Al Qur’an, oleh karenanya kehidupan Nabi dan perjalanannya
merupakan praktek sempurna terhadap kitab Allah, sehingga tatkala seorang
muslim mempelajari shiroh ini secara otomatis akan memudahkan baginya memahami
kitab Allah. Tatkala engkau membaca buku buku tafsir terlebih berkaitan dengan
asbabun nuzul, maka niscaya engkau akan jumpai hubungan yang sangat erat antara
sebab turunnya ayat dengan shiroh dan perjalanan Nabi shalallahu ‘alaihi wa
sallam, yang ini merupakan bukti kuat bahwa dibutuhkannya mempelajari siroh
dalam rangka tafakuh fid-din dan memahami kitab Allah.
4. Mempelajari siroh Nabi merupakan bentuk mahabah dan kecintaan kepada Nabi
ini, sebagaimana tertuang dalam sabdanya, ”Tidak akan kalian beriman hingga Aku
dicintai melebihi cintanya kepada orangtuanya, anaknya dan manusia seluruhnya“.
(mutafaqun alaihi)
Diriwayatkan oleh Imam Bukhary, bahwa Umar ibnu Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata
kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, ”Wahai Nabi, engkau paling aku cintai
dari selainnya kecuali kepada diriku sendiri“. Maka berkata Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam, ”Tidak wahai umar, demi yang jiwaku ada ditangan-Nya, hingga
aku engkau cintai melebihi cintamu kepada dirimu”. Maka Umar berkata, “Sekarang
engkau aku cintai melebihi cintaku kepada diriku”. Maka berkata Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam, ”Sekarang wahai umar engkau sempurna keimananmu”.
Maka memperdalam dan menyempurnakan
kecintaan kepada Nabi di dalam hati, membutuhkan akan mempelajari siroh, perjalanan, serta kehidupan Nabi Sallallahu ‘alaihi
wa sallam.
Dahulu di
masa Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, dijumpai seseorang yang tidak ada di muka
bumi ini yang paling ia benci melebihi bencinya kepada Nabi, akan tetapi
tatkala ia melihat siroh dan perangai serta akhlaq Nabi, maka disaat itu pula ia berbalik arah
tidak ada yang di muka bumi ini yang paling ia cintai melebihi cintanya kepada
Nabi, sebagainama yang dikatakan oleh Tsumamah ibnu Atsal pemimpin penduduk
Yamamah tatkala ia masuk Islam, “Wahai Muhammad, demi Allah, dahulu tidak ada
dimuka bumi ini sesuatu yang aku benci melebihi benciku kepada dirimu, maka
sekarang engkau adalah yang paling aku cintai di muka bumi ini, melebihi
cintaku kepada diriku sendiri“. (HR.Ahmad)
Kita dapat
menyimpulkan bahwa di dalam perjalanan dan siroh Nabi terdapat banyak kasih
dan sayang saerta rahmat, kelembutan, muamalah yang indah, serta adab dan
perangai yang baik. Allah telah
berfirman dalam QS. Al Imran: 159,
فَبِمَا
رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ
لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ
فِي الأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّهِ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ
الْمُتَوَكِّلِينَ
159. “Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
Tatkala
Allah memuliyakan seorang hamba dengan diberikan taufiq untuk mencintai Nabi-Nya
shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam dengan kecintaan yang jujur, maka hal
ini akan membawa hamba tersebut kepada keberuntungan, dan akan dapat
membantunya merealisasikan dalam
menyusuri jejak dan manhaj Nabi yang muliya ini sholawatullah wa salamuhu ‘alaihi,
sebagai halnya keadaan para sahabatnya, dan para ta’biin yang Allah senantiasa
meridhoi mereka.
5. Dari manfaat mempelajari siroh Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
dapat menambah keimanan bagi seorang hamba, sebagaimana Allah berfirman dalam
QS Al Mukminun: 69,
أَمْ لَمْ يَعْرِفُوا رَسُولَهُمْ فَهُمْ
لَهُ مُنكِرُونَ
69.
“Ataukah mereka tidak Mengenal Rasul mereka, karena itu mereka
memungkirinya?”
Mengetahui sejarah dan siroh Nabi serta mengikuti petunjuk, adab, akhlaqnya
akan menghasilkan keimanan bagi seorang kafir yang belum beriman, dan akan
menambah kesempurnaan iman bagi orang yang mukmin. Betapa banyak orang yang
telah masuk agama Islam lantaran ia mempelajari sejarah Nabi yang muliya,
mengetahui akhlak, muamalah dan
perangainya, sholawatullahu wa salamuhu wa barokatuhu ‘alaihi.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari sahabat Anas radhiyallahu’anhu,
mengkisahkan seseorang yang datang dan meminta sesuatu kepada Nabi sallallahu
alaihi wa sallam, maka diberikan kambing yang sangat banyak yang sedang
digembala diantara dua bukit, maka ia kembali kepada kaumnya seraya berkata,
”Wahai kaumku masuklah kalian ke dalam ajaran islam, sesungguhnya Muhammad
memberikan pemberian yang ia tidak khawatir terhadap kefakiran”.
Jika kita mencermati, kedatangan orang tersebut hanyalah menginginkan perkara dunia, akan tetapi dalam sesaat, ia berubah mengutamakan akhirat daripada perkara dunia.
6. Mempelajari siroh Nabi sallallahu alaihi wa sallam adalah sarana yang
membantu dalam memahami agama secara keseluruhan, baik akidah, ibadah, akhlaq,
karena kehidupan Nabi adalah hidup di atas agama, mengamalkan, mendakwahkan,
dan berjuang untuk kemenangan akidah yang menjadi pondasi agama ini,
sebagaimana kita ketahui, bahwa perkara pertama yang diperjuangkan dalam dakwah
Nabi sallallahu ailaihi wa sallam adalah perkara akidah dan tauhid sebagaimana
yang telah Allah perintahkan, kemudian datanglah syariat perintah dan larangan
sedikit demi sedikit, maka terkandung dalam palajaran siroh ini pembelajaran akidah,
pembelajaran tahapan pensyariatan, pembelajaran turunnya kewajiban dan
faridhoh, pembelajaran ibadah, serta pembelajaran praktek amaliyah terhadap
perkara akidah, ibadah dan akhlaq.
Berkata Syaikh Muhammad ibnu Abdul Wahab rahimahullah dalam kitabnya Mukhtashor
As-Siroh hal 21, “Ketahuilah bahwa
apa yang disebutkan oleh para ahli ilmu dari sejarah Nabi sallallahu ‘alaihi wa
alihi wa sallam beserta kaumnya dan apa-apa yang terjadi di Makkah dan Madinah,
serta sejarah para sahabat adalah agar kaliyan dapat membedakan antara islam
dan kekafiran, dikarenakan ajaran Islam dimasa sekarang sangatlah terasa asing,
dan kebanyakan manusia tidak dapat membedakan antara perangai Islam dan
perangai kekufuran, dan inilah yang menjadikan kehancuran yang tidak ada kemungkinan
selamat”.
7. Di dalam siroh Nabawiyah terdapat pembelajaran terhadap manhaj yang hak di
dalam dakwah kepada jalan Allah di atas bashiroh, dan juru dakwah yang lurus
adalah mereka yang menyusuri petunjuk, perangai, manhaj Nabi salallahu ‘alaihi
wa sallam, Allah telah berfirman dalam QS. Yusuf: 108,
قُلْ هَـذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى
اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللّهِ وَمَا
أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
108. “Katakanlah: ‘Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci
Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik’.”
Maka dakwah di jalan Allah dengan bashiroh diharuskan mengetahui petunjuk,
perangai, manhaj Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan di dalam siroh Nabi
terdapat penjelasan petunjuk dan perangainya, seperti halnya diterangkan dengan
perkara Nabi berdakwah tatkala pertama kali, bagaimana metode dalam
berdakwah, bagaimana hendaknya berperangai,
barmuamalah dan berakhlaq, bagaimanakah menjaga diri, berlemah lembut, bersopan
santun, dan perkara-perkara lain yang hendaknya ada tatkala memulai dalam
berdakwah di jalan Allah Ta’ala.
8. Sejarah dan siroh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam merupakan ayat, tanda
dan bukti kenabian serta alamat akan kebenaran apa yang dibawa Nabi tersebut
yang merupakan penguat terbesar sehingga diterima dan diimani, semoga Allah
melimpahkan sholawat dan salam kepadanya.
Diantara cara membuktikan kebenaran ajaran yang dibawanya adalah dengan
mengenal sejarah dan sirohnya, serta apa yang didakwahkan, dan bagaimana ia
bermuamalah dengan para manusia, bagaimana ia berakhlak dan perangainya.
Jika kita kembali kepada sejarah Nabi, maka kita jumpai bahwa sejarah
beliau sangatlah harum, kehidupan yang penuh cahaya, kemuliyaan,
kedermawanan, kesantunan, dan adab-adab
lain yang sempurna, yang menjadikan bukti
nyata akan kebenaran ajarannya, bahkan telah diakui oleh para musuh-musuhnya
akan kesempurnaan sirohnya, semenjak
sebelum diangkat menjadi Nabi, sholawatullahu wa salamuhu wa barokatuhu ‘alaihi.
9. Mempelajari sejarah Nabi shalallahu ‘alaihi was sallam adalah pintu besar
yang mendatangkan kebahagiaan dan ketentraman hati, bahkan kebahagiaan yang
hakiki terletak pada sejauh mana ia mendalami sejarah Nabi, dikarenakan tiada
kebahagiaan tanpa mengikuti dan istiqomah dengan petunjuk Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullahu dalam kitab Zaadul Ma’ad, ”Dan
dari sini diketahui bahwa sangat
butuhnya seorang hamba untuk mempelajari siroh dan apa yang dibawa Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam, serta membenarkan khobar-khobar yang dibawa dan mentaati
perintah-perintahnya, dikarenakan tiada jalan keselamatan dan kebahagiaan di dunia
dan di akhirat kecuali melalui jalannya, -hingga beliau berkata- ”Jika jalan
kebahagiyaan hamba baik di dunia dan akhirat bergantung dengan petunjuk Nabi
sallallahu alaihi wa sallam, maka wajib bagi seseorang yang mengkehendaki keselamatan
hendaknya ia mempelajari sejarah, siroh, petunjuk, perangai Nabi, hingga ia
terjauhkan dari perangai jahiliyah dan masuk pada golongan pengikut setia Nabi
dan kelompoknya, dan para manusia dalam hal ini antara bersemangat dan kurang
bersemangat, bahkan ada pula yang menyia-nyiakan, dan keutamaan hanyalah berada
di tangan Allah, yang diberikan kepada para hamba-Nya yang dikehendaki, dan
keutamaan Allah sangatlah amat besar”.
10. Kehidupan dan perjalanan Nabi shalallahu ‘alaihi
wa sallam yang harum, merupakan garis kehidupan bagi setiap muslim, yang diharapkan
dari sana muncul suatu kebaikan dan kemuliyaan di dunia dan akhirat, dan dengan
itu hendaknya ia mendidik anak-anak muslim hingga muncul suatu generasi
pilihan, akan tetapi jika ia melenceng dari garis di atas, niscaya mucul
kerusakan, sebagaimana dijumpai banyak pemuda-pemudi yang terlena dengan
sejarah orang orang bodoh, cerita-cerita tidak bermanfaat hingga terjerumus
dalam akidah yang rusak dan kurofat, terpengaruh terhadap akhlaq dan perilaku
menyimpang, jauh dari keluhuran dan kemuliyaan, maka alangkah butuhnya para
pemuda ini untuk dikembalikan pada sejarah Nabi yang harum dan cemerlang,
hingga mampu menyusuri jalan dan jejak orang-orang yang medapat petunjuk, yang
telah maraih kebahagiyaan dan kemuliyaan, yang semua itu adalah atas kuasa
Allah, dan sebagaimana Allah telah kabarkan bahwa kebahagiaan hanyalah digapai
dengan mengikuti petunjuk Nabi-Nya, dan kesesatan dikarenakan menyeleweng dari
petunjuk Nabi dan mengikuti hawa, maka bagi mereka yang patuh, tunduk,
menyusuri petunjuk Nabinya akan mendapat keberuntungan, kemuliyaan,
pertolongan, kecintaan, kehidupan yang membahagiakan di dunia dan akhirat,
adapun yang menyimpang maka baginya kesesatan, kehinaan, kebinasaan,
kesengsaraan di dunia dan akhirat.
Jika kita
melihat para manusia dalam menyusuri siroh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam,
keadaan mereka persis seperti yang digambarkan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah,
antara berlomba-lomba dan bersemangat untuk mempelajari siroh Nabi, ada yang
kurang bersemangat dan kurang tertarik, bahkan ada yang meninggalkannya.
Ringkas kata
mereka dalam hal ini, ada yang tidak kenal akan shiroh manusia pilihan yang
paling muliya sejagad ini, waktu, umur, dan kehidupannya lewat dengan begitu saja,
tidak pernah meluangkan untuk mempelajari sejarah Nabi muliya ini, yang dengan
menyusuri jalannya akan mengantarkan kepada ridho Allah, dan dengan ini pula Ibnul
Qoyyim memberikan isyarat pada judul bukunya yang bernama Za’dul Ma’aad fi
Makrifati Hadyi Khoirul Ibad, yang artinya bekal untuk kehidupan akhirat
dalam mengetahui petunjuk manusia yang terbaik yaitu Nabi shalallahu ‘alaihi wa
sallam, karena pengetahuan terhadap siroh dan sejarah Nabi akan menghasilkan
dan membuahkan amal yang menjadi bekal di kehidupan akhirat.
Ada pula
golongan manusia yang bersikap berlebih lebihan dan melampaui batas, hingga
menjadikan sejarah Nabi sarana pengkultusan, dan bersikap berlebihan yang
dilarang agama, serta mengadakan ritual-ritual bid’ah yang tidak ada dalilnya,
mengadakan musim-musim tertentu yang dijadikan peringatan dan perayaan untuk membaca
qosidah dan pujian dan mengkhususkan membaca siroh pada malam tertentu, bahkan
dijumpai mereka menyia-nyiakan dari ibadah sholat lima waktu, sedang ia tidak
tertinggal untuk melakukan kegiatan ini.
Dan kelompok ketiga diantara mereka yang terbaik yang tengah tidak berlebih-lebihan juga tidak kaku dan meremehkan, sebagaimana diketahui bersama sebaik-baik perkara adalah yang tengah.
Sepantasnya
diketahui, bahwa mempelajari sejarah dan shiroh Nabi shalallahu ‘alaihi wa
sallam, tidak hanya sebatas membaca buku yang berjudul Sejarah Nabi shalallahu
‘alaihi wa sallam, akan tetapi buku semisal ini yang ditulis para ahli ilmi
merupakan kumpulan dan ringkasan yang disusun agar mempermudah bagi pembacanya,
jika sekiranya kita menelaah kitab Shohih Bukhary, Shohih Muslim, Kutubus
Sittah dan kitab-kitab hadist secara umum misalnya, ini hakikatnya kita juga mempelajari
sejarah dan perangai Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian juga tatkala
kita menelaah buku-buku tafsir seluruhnya, merupakan referensi bagi
pembelajaran siroh Nabawiyah, seperti halnya jika seseorang memiliki kompeten
dalam Al Qur’an dan Al Hadist secara ilmu, amal dan pengamalan maka sungguh ia
dalam suatu kebaikan yang besar dalam pembelajaran shiroh Nabi shalallahu ‘alaihi
wa sallam. Dan buku-buku tersebut beragam bentuknya, ada yang mengupas secara
panjang lebar dan adapula yang singkat yang mengantarkan dalam banyak faidah,
yang buku tersebut disusun dimulai dari masa kelahiran Nabi shalallahu ‘alaihi
wa sallam, masa tumbuhnya, masa diutus, hingga perjalanan hijrah dan semisalnya
yang penuh pendidikan dan keberkahan.
Dan hanya
kepada Allah Yang Maha Muliya kita memohon taufiq agar diberikan pemahaman
dalam siroh Nabi-Nya, dan sunnah-sunnahnya, Ya Allah kami memohon keimanan
yang tidak sirna, kemuliyaan yang tidak lenyap, serta memohon agar kami dapat
mendampingi Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam di surga yang tinggi
kekal abadi.