Jumat, 25 April 2014

MEREDAM PAHITNYA MUSIBAH

Mimbar Jum’ah oleh: Asy-Syaikh Abdurrozaq Al-Badr hafidzahullah

Alhamdulillah, washsholatu wassalamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du;
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah, takwa yaitu melakukan ketaatan kepada Allah atas dasar petunjuk dari Allah, dengan mengharap pahala Allah, serta menjauhi maksyiat kepada Allah lantaran petunjuk dari Allah, dalam rangka takut akan siksa Allah.

Sesungguhnya diantara sunnah Allah yang berlaku pada para makhluknya, dari semenjak diciptakannya hingga hari kiamat adalah senantiasa dijumpai cobaan , ujian, musibah, agar nampak diantara para hamba mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang bersabar dan mana yang menggerutu, sebagaimana yang telah difirmankan Allah Ta’ala dalam  QS Al-Baqarah 155-156,

 وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَالَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ.
155. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. 156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" .

Adapun hasil dari datangnya musibah adalah sejauh mana ia mensikapi musibah tersebut, jika ia ridho maka baginya keridhoan, dan jika ia murka maka baginya adalah kemurkaan. Maka barang siapa yang tatkala ia mendapat musibah dan ia murka dan kufur, ia akan dituliskan di dalam golongan orang-orang yang binasa. Barang siapa yang berkeluh kesah serta lalai, maka ia akan dituliskan di dalam kelompok orang yang lalai, barang siapa yang murka dan menentang hikmah serta ketentuan Allah, maka ia digolongkan dalam kelompok orang yang merugi. Dan barang siapa yang ia ridho maka ia digolongkan dalam kelompok orang yang diridhoi. Barang siapa yang ia mampu bersabar, maka ia dikelompokkan dalam golongan orang yang sabar. Barang siapa yang ia mampu bersyukur, maka ia digolongkan pada kelompok orang yang bersyukur.

Tatkala manusia dihadapkan pada cobaan maka sebaiknya ia mengetahui adab islam dan bimbingan syari’ah, dikarenakan dalam suatu cobaan terdapat rasa sakit, berat, pahit, akan tetapi bagi seorang yang beriman jika ia telah mengetahui petunjuk agama, adab dan perangai islam, maka ia akan merasa terhibur dan mendapat hikmah dan kebaikan di dunia dan akhirat. Oleh karenanya bagi seorang muslim agar mempelajari adab, etika dan petunjuk agama agar dirinya mampu meredam pahitnya musibah, dan orang yang paling beruntung adalah orang yang diberi taufik Allah hingga ia dapat istiqomah tatkala musibah menghampirinya.

Diantara amalan yang utama dalam meredam pahitnya musibah adalah mengucapkan kalimat istirja’, yaitu ucapan “INNA LILLAHI WA INNAA ILAIHI ROJI’UUN”, sebagaimana yang telah Allah firmankan dalam QS. Al-Baqarah: 156,

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ
156. “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" .

Ini merupakan penawar yang utama, di saat ia tertimpa musibah maka ia ingat bahwa dirinya adalah seorang hamba milik Allah, dan ia akan dikembalikan kehadapan Allah, dengan ini ia akan merasa terhibur walaupun apa yang ia timpa adalah ujian yang berat dan besar.

Diantara peredam musibah adalah hendaknya ia mengetahui ilmu yakin tidak ragu walau sekecil apapun bahwa apa yang telah menjadi putusan Allah tidak akan luput baginya, dan apa yang bukan menjadi takdirnya maka tidak akan menghampirinya, Allah berfirman dalam QS. Al-Hadid: 22;

 مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”.

Diantara penawar musibah adalah merenungi dan membandingkan dengan musibah lain, yang mana ia akan mendapati bahwa di sana terdapat musibah yang jauh lebih besar, sehingga ia merasa terhibur.

Diantara penawar musibah adalah ia mengetahui bahwa tatkala ia berkeluh kesah dalam suatu cobaan, tidak akan merubah kenyataan, bahkan akan membawa kepada keburukan, kelemahan dan kesengsaraan.

Diantara penawar musibah adalah hendaknya ia mengilmui, bahwa hilangnya pahala dan balasan dari suatu musibah yang terjadi merupakan bentuk musibah yang paling besar, dikarenakan di sana telah Allah janjikan pahala bagi yang mampu bersabar, dalam firman-Nya;

أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ 
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al-Baqarah: 157). 

Diantara penawar musibah adalah berharap mendapat ganti dari sisi Allah Ta’ala, dikarenakan tatkala ia ditimpa musibah dan ia mengucap kalimat istirja’ niscaya ia akan mendapat ganti yang lebih baik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Tidaklah seorang hamba tertimpa suatu musibah, dan ia mengatakan ‘inna lillahi wa inna ilaihi roji’uun, Allahumma ajjurni fi mushibati wakhlufli khoiran minha’, kecuali ia akan diberikan pertolongan dan diberikan ganti yang lebih utama“.

Diantara penawar musibah adalah mengetahui bahwa jika ia tidak bersabar karena Allah dan mencari keridhoan dan pahala-Nya niscaya ia akan berhadapan dengan  kenyataan yang memaksanya sabar yang tidak berpahala, sebagaimana dikatakan, ”Barang siapa tidak bersabar dan merasa terhibur dalam musibah yang menimpanya dalam rangka mencari pahala Allah dan iman akan takdir-Nya maka ia akan terpaksa sabar dengan kesabaran binatang“.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya kesabaran hanyalah tatkala turunnya suatu musibah“.

Diantara penawar musibah adalah mengetahui bahwa  Allah Ta’ala tidak akan menurunkan musibah bagi seorang muslim dalam rangka membinasakan hambanya, akan tetapi diturunkan dalam rangka membersihkan seorang hamba dan membedakan antara hamba yang bersabar dan yang berkeluh kesah, oleh karena itu sepantasnya seorang hamba untuk memperhatikan perkara ini agar meraih pahala dan ganjaran Allah Ta’ala, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Mengherankan perkara seorang mukmin, setiap perkaranya adalah kebaikan, dan hal itu tidak ada kecuali bagi seorang mukmin, jika ia ditimpa sesuatu yang menyenangkan dia bersyukur, maka ini adalah kebaikan baginya. Jika ia ditimpa sesuatu yang tidak menyenangkan dia bersabar, maka ini adalah kebaikan baginya“.

Diantara penawar musibah adalah melihat dan merenungi  keadaan para manusia semuanya, jika ia melihat ia akan menjumpai banyak manusia yang diberikan ujian dan cobaan. Dan hendaknya ia sadar bahwa kesenangan hidup dunia adalah menyerupai mimpi dalam tidur dan bayangan yang akan lenyap. Berkata Abdullah ibnu Mas’ud, ”Disetiap kegembiraan terdapat pengorbanan, dan tidaklah suatu rumah terdapat banyak kegembiraan melainkan banyak dijumpai tetesan air mata“.

Diantara penawar musibah adalah seorang hamba mengetahui bahwa musibah adalah cobaan, dan Allah Ta’ala mengasihi seorang hamba atas apa yang menimpanya, hal ini dikarenakan jika hamba terus menerus dalam kesehatan dan ‘afiyah, melimpahnya harta bisa jadi akan lalai dan tertipu serta bangga diri yang akan menjadikan kebinasaan bagi dirinya. Akan tetapi bilamana Allah turunkan peringatan baik pada dirinya, hartanya, ataupun dalam urusannya, maka niscaya ia akan senatiasa tunduk dan rendah hati dan terjauhkan dari rasa ujub, maka Maha Suci Allah tatkala menurunkan suatu cobaan dan peringatan atas hamba-Nya.

Diantara penawar musibah adalah seorang hamba mengetahui tatkala dijumpai pahitnya musibah bila disertai kesabaran dan mencari pahala disisi Allah, niscaya akan berubah menjadi suatu yang manis terlebih pada hari kiamat, ia bersabar atas pahitnya ujian yang bersifat sementara dan akan meraih ganjaran kebahagiaan yang kekal abadi, jika tidak maka akan terjadi sebaliknya, dan kita berlindung kepada Allah dari hal ini.

Semoga kita diberikan akal sehingga dapat merenung dan berfikir dan semoga kita diberikan limpahan hidayah menuju jalan yang lurus. Dan semoga Allah memperbaiki urusan dan perkara kita semua, serta segala putusan-Nya baik bagi kita semua, dan kita meminta ampun kepada Allah atas dosa kita dan kaum muslimin seluruhnya, sesungguhnya Dia adalah Dzat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Alhamdulillah, wa sholatu wassalamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du;

Wahai para hamba Allah, jika seandainya kita dalam kesehatan dan ‘afiyah serta limpahan harta maka jangan sekali-kali kita tertipu dan terpedaya, bukankah orang yang kerkena musibah dan cobaan pada hari ini mereka dulunya dalam keadaan sehat dan ‘afiyah!! Oleh karena itu sepantasnya bagi orang yang berakal tatkala ia dalam keadaan sehat dan ‘afiyah tidak melupakan keadaan ini, dan seyogyanya ia tidak lupa terhadap para hamba Allah lainnya yang sedang mengalami musibah, sesungguhnya Allah senantiasa memberikan pertolongan bagi para hamba selagi mereka memberikan pertolongan terhadap sesama saudara mereka, dan jika hamba senantiasa memenuhi dalam hajat saudaranya, niscaya Allah akan memenuhi hajatnya disaat ia menjumpai perkara genting, dan perbuatan kebajikan akan menjadi perisai ketika keadaan buruk.

Wahai kaum mukminin, barang siapa yang melihat keadaan saudaranya dari kaum muslimin di berbagai penjuru, niscaya di sana dijumpai diantara mereka yang sedang mendapat ujian dan cobaan, maka sebaiknya kita  memberikan pertolongan dengan memanjatkan do’a kepada Allah agar mereka segera terbebas dari kesusahannya, dimudahkan urusannya, dan semoga Allah menjaga mereka, dan sepantasnya kita memberikan bantuan apa yang kita mampu untuk mereka dalam rangka menunaikan kewajiban dan mencari pahala disisi Allah Ta’ala.

Ketahuilah wahai kaum muslimin -semoga Allah menjaga kalian- bahwasanya sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan, dan setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat, dan hendaknya kalian bersama Al-Jama’ah, sesungguhnya tangan Allah berada di atas Jamaah.

Bersholawat dan salamlah kepada Nabi Muhammad ibnu Abdillah, sebagaimana diperintahkan Allah dalam firman Nya;

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً  

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi . Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab: 56).

......

Jumat, 18 April 2014

IKHLAS (bagian 2)

Oleh: Syaikh Husain Al-Awa’yisyah

BERTAWASUL DENGAN KEIKHLASAN KEPADA ALLAH DI DALAM AMALAN-AMALAN SHOLIH DIWAKTU TERTIMPA KESULITAN

Dalam risalah ini tidak terlupakan, akan saya bawakan faidah dan manfaat dari berbuat ikhlas tatkala di dunia sebelum di akhirat, dikarenakan memungkinkan bagimu untuk bertawasul kepada Allah Ta’ala dengan amal-amal yang kalian ikhlas di dalamnya, agar kalian selamat dari setiap petaka dan cobaan.

Diriwayatkan dari Abu Abdurrohman  ibnu Umar ibnu Khothob, radhiyallahu’anhuma, berkata, “Aku mendengar Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Dahulu ada tiga orang dari umat sebelum kalian melakukan perjalanan hingga mereka bermalam di dalam suatu goa, maka tiba-tiba goa tersebut tertutup oleh batu yang sangat besar hingga mereka tidak mampu keluar, maka berkatalah salah satu dari mereka, “Tidaklah kita selamat dari batu ini kecuali kalian berdoa kepada Allah melalui perantara amal sholih yang pernah kalian lakukan”. Maka berkata salah seorang dari mereka, “Ya Allah Ya Tuhan-ku, sesungguhnya aku memikili kedua orangtua yang sangat tua renta yang aku tidak pernah mengakhirkankan keduanya dalam segala urusan harta maupun keluarga, hingga pada suatu hari aku mencari kayu dan terlambat pulang dan aku menjumpai  keduanya sudah tidur dan aku memerah susu untuk persediaan minum keduanya, dan aku enggan untuk membangunkan mereka, dan aku tidak memberi minum susu itu kepada keluarga maupun kepada budak sebelum saya memberi minum kepada orang tua ku, hingga aku menunggu sampai terbit fajar sedangkan anak-anakku menangis karena lapar dan haus, mereka mengelilingi kakiku, setelah itu kedua orang tua ku bangun, dan kuberikan minuman susu kepada ayah dan ibuku. Ya Allah, jika aku melakukan tindakanku karena mengharapkan wajah-Mu, maka gerakkanlah batu yang menutup gua ini“. Maka bergeserlah batu itu akan tetapi ia belum bisa keluar dari goa itu .

Berkata orang yang kedua, ”Ya Allah Ya Tuhanku, sesungguhnya aku mempunyai saudara sepupu yaitu anak pamanku yang sangat aku cintai, -dalam riwayat lain dikatakan, aku mencintainya sebagaimana lazimnya seorang lelaki suka terhadap wanita-, hingga aku berkehendak akan kemolekanya, akan tetapi ia menolaknya, hingga pada tahun paceklik, ia mendatangiku dan aku berikan kepadanya 120 dinar dengan syarat ia rela berkholwat denganku, ia pun menyetujuinya, hingga aku disaat hampir melakukannya, -dalam riwayat dikatakan : tatkala aku berada diantara kakinya, - maka ia berkata : ‘Bertakwalah kamu kepada Allah dan jangan engkau merenggut kegadisan kecuali dengan cara yang hak’, maka aku tinggalkan dirinya, walaupun sesungguhnya aku sangat mencintainya, dan lempengan uang emas sengaja aku tinggalkan untuknya. Ya Allah Ya Tuhanku, jika aku melakukan itu karena mencari wajah-Mu, maka entaskanlah kami dari kesusahan ini”, maka bergeserlah batu tersebut, akan tetapi masih saja mereka belum bisa keluar dari goa tersebut.

Berkata orang yang ketiga, “Ya Allah, sesungguhnya aku mempekerjakan beberapa orang sebagai karyawan, dan aku telah berikan imbalan upah bagi mereka semua kecuali seseorang yang ia membiarkan upahnya tersimpan padaku dan pergi dengan tanpa kabar,  maka upahnya aku rawat dan aku ternak hingga berkembang biak menjadi sangat banyak, setelah beberapa lama ia datang dan berkata, “Wahai hamba Allah,  berikan upahku yang dulu”, maka aku katakan: “Ambil semua yang engkau lihat dari onta, sapi, kambing, para budak yang ada dihadapanmu“. Maka ia berkata: “Jangan engkau mengejekku”, maka aku katakan: “Aku tidak sedang mengejekmu, maka iapun bersegera menggiring seluruh hewan dan budak penjaga ternak tersebut tanpa menyisakan sedikitpun“. Wahai Allah, jika aku melakukan itu dalam rangka mencari wajah-Mu, maka tolonglah keberadaan kami ini“.  Maka bergeserlah batu itu, hingga mereka semua dapat keluar. (HR Bukhary dan Muslim).

Wahai saudaraku, lihatlah bagaimana Allah memberikan pertolongan dengan menggerakkan batu kepada mereka lantaran doa yang dipanjatkan dengan menyertakan amal shalih dan keikhlasan mereka kepada Allah Ta’ala.

Betapa banyak sebab yang mendatangkan kehinaan dan kerendahan bagi hamba lantaran tidak berbuat ikhlas kepada Allah Ta’ala.  Wahai saudaraku, apakah kalian memiliki amal shalih yang dilandasi keikhlasan yang dapat engkau sertakan dalam doa yang kalian panjatkan untuk menolongmu dari kesusahan dan kesulitan....!!!

NABI YUSUF SELAMAT KARENA KEIKHLASAN

Lihatlah bagaimana cobaan yang menimpa nabi Yusuf ‘alaihissalam, ia diuji dengan diajak berbuat zina, kemudian lihatlah bagaimana banyak faktor pendorong, dan terkumpul pada dirinya, dan syaithon berkehendak untuk menjerumuskannya akan tetapi gagal. Diantara faktor pendorong adalah keberadaan dirinya seorang pemuda yang bujang, yang memiliki ketampanan, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Diberikan kepada Yusuf wajah yang tampan“. -Shohih jami’ 1073-

Keberadaan wajah yang tampan ini merupakan faktor ketertarikan lawan jenis, demikian halya yang dialami oleh istri Malik Aziz, dan keberadaan Yusuf yang hidup sebatang kara jauh dari sanak saudara memiliki andil besar untuk terjadinya kejahatan. Akan tetapi ia mampu menjaga diri karena taufik dan limpahan karunia Allah dan keutamaan-Nya. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Yusuf ayat 24 ,

٢٤. وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلا أَن رَّأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاء إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ 
“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya . Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih”.

Dengan berbuat ikhlas kepada Allah Ta’ala, maka nabi Yusuf selamat dari lembah kenistaan. Apakah kalian wahai para pemuda dapat mengambil pelajaran! Wahai kalian para pemudi hendaklah kalian dapat mengambil pelajaran! Betapa banyak pemuda dan pemudi yang tidak dapat menahan pandangan mereka, -dan yang lebih dari itu- dikarenakan lemahnya keikhlasan kepada Allah Ta’ala, hasbunallahu wa ni’mal wakil.  

KISAH PEMUDA YANG BERIMAN

Di dalam kisah ini terdapat pelajaran bagi yang memiliki hati, atau mencurahkan pendengaran sedangkan ia menyaksikannya, maka mari kita perhatikan dengan  bersama kisah ini, dengan harapan dapat mencermati makna yang agung dalam keikhlasan.

Diriwayatkan dari sahabat Syuhaib radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Dahulu di zaman sebelum kalian ada seorang raja yang memiliki tukang sihir, tatkala tua maka ia berkata kepada sang raja: ‘Aku telah menginjak usia tua, maka utuslah kepadaku seorang pemuda yang akan aku ajari ilmu sihir, maka diutuslah seorang pemuda dan diajari kepadanya tentang ilmu sihir, dan setiap kali pemuda tersebut datang menemui tukang sihir, di tengah perjalanan ia selalu melewati seorag Rohib, ia pun duduk mendengarkan pembicaraan Rohib tersebut sehingga ia kagum akan petuahnya. Maka setiap kali ia pergi menuju tukang sihir, ia selalu singgah kepada Rohib dan duduk bersamanya, hingga ia terlambat datang ke tukang sihir maka ia pun dipukul oleh Rohib, maka hal ini dikeluhkan di hadapan Rohib, maka dikatakan kepada pemuda tersebut: ‘Jika engkau takut terlambat menghadap tukang sihir maka katakan, aku tertahan oleh keluargaku, jika engkau takut terlambat sampai keluargamu, maka katakan aku tertahan oleh tukang sihir“.

Maka pada suatu hari ia menjumpai hewan melata yang sangat besar hingga menghalangi para manusia melewati jalan, maka ia bergumam, hari ini aku bisa membuktikan ilmu tukang sihir, ataukah ilmu Rohib yang utama?? Pemuda tersebut mengambil sebuah batu dan berkata: ‘Ya Allah, jika ajaran Rohib lebih engkau cintai dari ilmu tukang sihir maka bunuhlah hewan malata ini hingga manusia tidak terganggu olehnya. Maka dilemparlah batu tersebut dan membunuhnya, hingga para manusia melewati jalan tanpa ada gangguan, dan ia datang kepada Rohib dan diceritakan apa yang terjadi. Maka berkata Rohib: ”Wahai anakku, engkau sekarang lebih pandai dari pada aku,  telah sampai padamu perkara yang nampak bagiku, dan engkau pasti akan mendapat ujian, maka jika engkau mendapat cobaan, janganlah engkau memberitahukan kepada manusia tentang diriku. 

Hingga tersebar berita bahwa pemuda tersebut dapat menyembuhkan penyakit buta, kusta, dan dari segala jenis penyakit manusia, maka perkara ini terdengar oleh salah seorang pembesar kerajaan yang sakit buta, dan ia membawakan hadiah  yang sangat banyak seraya berkata: “Semua ini untukmu, jika engkau dapat menyembuhkanku“. Maka pemuda itu menjawab, ”Sesungguhnya aku tidak bisa menyembuhkan siapapun, yang bisa menyembuhkan hanyalah Allah Ta’ala, jika engkau mau beriman kepada Allah maka aku akan berdoa kepada Allah dan engkau akan sembuh”. Maka iapun beriman kepada Allah Ta’ala, dan ia sembuh. Kemudian ia datang menemui raja dan duduk sebagaimana biasanya, maka sang raja bertanya: “Siapa yang menyembuhkan penyakit butamu?” maka dijawab: “Robb-ku“. Sang raja berkata: “Apakah engkau mempunyai Tuhan selain aku?” jawabnya: “Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah”. Maka ia disiksa terus-menerus hingga ia menunjukkan sang pemuda, dan didatangkan dihadapan sang raja. Kemudian raja berkata: ”Wahai anakku, engkau telah memiliki kepandaian sihir hingga dapat menyembuhkan penyakit buta dan kusta dan sebagainya”. Sang pemuda berkata: “Aku tidak bisa menyembuhkan seorangpun, akan tetapi yang mampu menyembuhkan adalah Allah”. Maka pemuda itu disiksa terus-menerus hingga mau menunjukkan keberedaan sang Rohib, maka didatangkanlah si Rohib, dan dikatakan kepadanya: “Berhentilah dari agamamu!”, maka ia menolak, hingga raja meminta gergaji dan diletakkan di umbun-umbun kepalanya, dan dibelah tubuhnya menjadi dua bagian. Kemudian didatangkanlah pejabat kerajaan dan dikatakan padanya: ”Berhentilah dari agamamu!” maka ia menolak, sehingga gergaji diletakkan pada umbun-umbunnya, dan dibelah menjadi dua bagian. Kemudian dipanggillah sang pemuda, dan dikatakan padanya: ”Berhentilah dari agamamu!” maka ia menolak, dan diberikan kepada prajuritnya, agar membawanya ke gunung ini dan itu, jika telah sampai puncak gunung tanyakan kepadanya, jika ia mau meninggalkan agamanya, maka bebaskan, dan jika tidak maka lemparkan dia”. Maka pergilah prajurit tersebut ke puncak gunung, kemudian sang pemuda berdoa: ”Ya Allah, lindungi diriku dari mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki“.  Tiba-tiba terjadi gempa pada gunung tersebut, dan berjatuhanlah para prajurit itu, hingga sang pemuda kembali menghadap raja, maka dikatakan kepadanya: “Apa yang terjadi pada para pengawalmu?” maka dijawab: “Allah telah melindungiku dari tipu daya mereka”. Kemudian sang raja memerintahkan prajuritnya agar membawa pemuda ini menaiki perahu ke tengah lautan, jika ia meninggalkan ajarannya, maka ia dibebaskan, akan tetapi bila enggan, maka lemparkan pemuda itu ke dasar lautan. Dibawalah pemuda itu hingga ke tengah laut, kemudian sang pemuda bedoa: “Ya Allah, lindungilah aku dari mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki“, maka tiba-tiba perahu yang mereka naiki terbalik hingga semua tengelam, kecuali sang  pemuda selamat, dan kembali menemui raja, dan berkata sang pemuda: ”Engkau tidak dapat membunuhku, hinga engkau melakukan permintaanku”. Maka dijawab: “Apa permintaanmu?” Sang pemuda berkata: ”Kumpulkanlah semua manusia pada satu tempat, kemudian saliblah aku di pohon kurma, dan ambillah sebuah anak panah milikku, dan letakkan pada busurnya seraya ucapkan: ”BISMILLAH ROBBIL GHULAM“ (Dengan menyebut nama Allah Tuhan anak ini), lalu panahkan kepadaku, jika engkau melakukan ini niscaya dapat membunuhku. Maka dikumpulkanlah para manusia pada tanah lapang dan sang pemuda telah disalib dibatang pohon kurma, kemudian raja mengambil anak panah dan busurnya dan berkata lantang, “Bismillah Robbil ghulam“, dan dipanahkan hingga mengenai pelipisnya, dan pemuda itu meletakkan tangannya dipelipisnya kemudian ia mati. 

Maka para manusia mengatakan: ”Kami beriman terhadap Robbul ghulam”. Maka dikatakan kepada raja: ”Bukankah engkau melihat terhadap apa yang kamu khawatirkan selama ini, sekarang telah terjadi, seluruh manusia beriman“. Maka raja memerintahkan agar membikin galian lobang parit yang panjang, kemudian dinyalakan didalamnya api, seraya berkata: ”Barang siapa yang tidak kembali dari agamanya maka akan dilemparkan ke dalam parit berapi tersebut”. -dalam riwayat dikatakan: “Lemparkan ke dalam parit berapi”-. Maka dilemparkan satu persatu ke dalam api, hingga sampai pada seorang wanita bersamanya bayinya yang ketakutan ketika hendak dilemparkan ke dalam parit berapi, maka sang bayi berbicara: ”Wahai ibuku, bersabarlah, sesungguhnya dirimu berada diatas kebenaran ...!”. (HR Muslim).

Lihatlah dalam kisah ini, bagaimana Allah mengabulkan doa orang yang ikhlas, dan renungilah bahwa sunnatullah terhadap semesta ini dapat berubah karena sebab keikhlasan kepada Allah Ta’ala. Keberadaan sang pemuda dalam keadaan genting tatakala hendak dilemparkan dari atas gunung, maka ia berdo’a dengan penuh keikhlasan : “Ya Allah, lindungilah diriku dari mereka dengan sesuatu yang Engkau kehendaki“, maka berguncanglah gunung tersebut hingga para penjaga terjatuh, dan ia kembali dengan selamat kepada sang raja.

Sungguh, ikhlas dapat menyebabkan seorang  hamba selamat dari ancaman yang mematikan, dan dengan karunia Allah melalui perbuatan ikhlas, musuh-musuh Allah  dapat dibinasakan, kemudian rencana jahat kedua untuk membinasakan sang pemuda dengan dibawa ke tengah laut untuk dibinasakan, maka ia berdo’a kepada Allah dengan penuh ikhlas: ”Ya Allah, lindungi aku dari meraka dengan sesuatu yang engkau kehendaki“, maka terbaliklah perahu yang dikendarai hingga para penjaga tenggelam semua, dan ia datang menemui sang raja dalam keadaan selamat.

Ini adalah ikhlas yang Allah karuniakan kepada sang pemuda, hingga membawa kepada keselamatan tatkala datang bahaya besar yang mengancam, dan dengan sebab ikhlas ini juga musuh-musuh Allah dapat dibinasakan.

Renungilah bagaimana sang pemuda ini berbuat ikhlas hingga menjual dirinya kepada Allah dengan mati syahid, ia berkorban dengan nyawanya agar menjadikan kalimat ikhlas bergema dimuka bumi ini, yaitu para manusia mengatakan: “Ammanna bi robbil ghulam (Kami beriman terhadap Tuhan nya sang pemuda)”.

Hasil dari keikhlasan pemuda ini adalah berimannya seluruh penduduk, keimanan yang berdampak pada keteguhan tatkala mereka dilempar ke dalam parit berapi, hingga Allah berikan kemampuan pada sang bayi berbicara meneguhkan keimanan ibunya, tatkala ibu hendak berputus asa berhadapan dengan api yang menyala-nyala dengan ucapan: ”Wahai ibu, bersabarlah, sesungguhnya dirimu berada di atas jalan yang benar“. 

Senin, 14 April 2014

IKHLAS (bagian 1)

Oleh: Syaikh Husain Al-Awa’yisyah .

Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulullah.
Sesungguhnya manusia yang berada di muka bumi ini dengan segala perbedaan agama dan keyakinan, hawa dan keinginan, aneka perbuatan dan kelakuan, mereka mendambakan kebahagiaan, akan tetapi secara nyata  sedikit dari mereka merealisasikan jalan menuju kebahagiaan, mereka melangkahkan kaki  menuju jurang kesengsaraan yang amat dalam dan gelap tatkala di dunia, terlebih jika mendapat siksa di akhirat, yang sesungguhnya mereka berhak untuk mendapatkan ratapan, tangisan...Bagaimana mereka bisa tersesat sedangkan jalan yang lurus sangatlah jelas di hadapannya...? Kenapa mereka membelokkan arah sedangkan  jalan lurus membentang kedepan...?

Sesungguhnya tidaklah hati akan hidup, kebahagiaan akan tergapai, kecuali dengan keikhlasan hanya kepada Allah semata,  dan sepantasnya kita katakan bagi orang yang bersemangat untuk menggapai kebahagiaan tanpa dengan ikhlas, sebagaimana ungkapan sya’ir:

“Jika seorang pemuda tidak mendapat pertolongan dari Allah
Maka pertama kali kejahatan yang ia tempuh adalah usahanya“.

Semakin ia berusaha dan memeras tenaga dan pikiran dalam menggapai kebahagiaan tanpa ikhlas, maka ia semakin jauh,  sengsara dan tersiksa.

Apakah manusia sudah lupa, bahwasanya ikhlas kepada Allah telah menyelamatkan jiwa dan badan dari siksa....? Ini adalah bukan sekedar ucapan akan tetapi suatu kenyataan yang telah dibuktikan oleh manusia yang paling utama, yang dilakukan para Nabi dan Rasul......para Sahabat dan Tabiin....maka mereka berhasil dan selamat di dunia, adapun akhirat maka mereka mendapat surga yang tidak pernah telihat oleh mata, terdengar telinga dan tidak pernah terpikirkan oleh hati.   

KAPAN AMAL MANUSIA AKAN DITERIMA ? 

Wahai saudaraku, sepantasnya engkau mengenal jalan yang mengantarkanmu kepada keselamatan, maka janganlah terburu-buru ujub dan bangga dengan banyaknya amal, bisa jadi banyaknya amal akan tetapi tidak membawa manfaat kecuali hanya letih belaka di dunia dan siksa di akhirat. Maka seyogyanya engkau mengetahui syarat dari diterimanya suatu amal, yaitu jika terpenuhi dua perkara:
Hendaknya ia meniatkan dalam amalannya semata mencari wajah Allah Azza wa Jalla.
* Hendaknya amal tersebut sesuai terhadap apa yang disyariatkan Allah dalam Kitab-Nya dan sunnah Nabi-Nya.
Jika seandainya ia tidak memenuhi salah satu syarat diatas maka amal tersebut tidak tergolong amal shalih dan tidak diterima, sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam QS Al Kahfi: 110, 

 ١١٠. قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: ‘Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa’. Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".

Di dalam ayat ini, Allah Ta’ala memerintahkan agar kita beramal  shalih, yaitu dengan cara  mengikuti syariat, dan agar kita mengikhlaskan amal tersebut hanya kepada Allah semata, tidak berharap kepada selain-Nya.

Berkata Al Hafidz Ibnu Katsir di dalam tafsirnya, “Dan kedua ini merupakan rukun amal yang diterima, yaitu hendaknya ikhlas kepada Allah, dan sesuai syariat Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam, diriwayatkan semisal ini dari Kho’dhi ‘Iyadh rahimahullah dan lainnya juga“.

ANJURAN BERBUAT IKHLAS DAN ANCAMAN DARI BERBUAT RIYAK DAN SYIRIK  

Wahai saudaraku, dalam beramal disana dibutuhkan niat, sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya amal tergantung dengan niatnya, dan setiap manusia akan mendapat apa yang ia niatkan“. (HR Bukhary dan Muslim).

Maka di dalam melakukan apapun dianjurkan agar memurnikan niat dengan mengikhlaskan kepada Allah semata, sebagaimana firman Allah di dalam QS Al Bayinah: 5,

 ٥. وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”
Allah Ta’ala berfirman dalam QS. Ali Imran: 29 ,

 ٢٩. قُلْ إِن تُخْفُواْ مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللّهُ وَيَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ وَاللّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ   
“Katakanlah: ‘Jika kamu Menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah Mengetahui’. Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Allah Ta’ala telah memberikan peringatan dari berbuat riyak, sebagaimana  berfirman dalam QS Az Zumar: 65 ,
٦٥. وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. ‘Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi’.”

Demikian juga diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam melaksanakan ibadah haji, ”Ya Allah, ini adalah ibadah hajiku untuk-Mu, tidak riya’ dan sum’ah“.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Sesungguhnya perkara pertama yang akan diputuskan pada hari kiamat bagi umat manusia adalah seseorang yang dikatakan mati syahid, maka ia didatangkan dan diingatkan akan nikmat-nikmat yang ia dapat, dan dikatakan kepadanya: Apa yang engkau telah perbuat?“ Maka ia menjawab: “Aku berperang hingga mati syahid“. Maka dijawab, ”Engkau berdusta, akan tetapi engkau berperang agar dikatakan pemberani, dan telah dikatakan oleh para manusia!!”. Maka diperintahkan kepadanya agar ditelungkupkan, dan ia pun ditelungkupkan dengan wajahnya hingga ia dilemparkan ke dalam neraka“.

Yang kedua adalah seseorang penuntut ilmu, dan mengajarkan serta membaca Al Qur’an, maka iapun didatangkan dan diingatkan akan nikmat dan karunia yang ia peroleh maka ia mengakui akan nikmat tersebut, dan dikatakan kepadanya, “Apa yang telah ia kerjakan?”, maka ia menjawab, ”Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya, dan aku membaca Al Qur’an untuk-Mu Ya Allah”. Maka dijawab, ”Engkau berdusta, engkau mencari ilmu agar dikatakan orang yang berilmu, dan engkau membaca Al Qur’an agar dikatakan orang yang pandai membaca Al Qur’an!!, dan orang-orang telah mengatakannya”, maka diperintahkan kepadanya agar ditelungkupkan di atas wajahnya, serta dimasukkan ke dalam neraka”.

Yang ketiga adalah seseorang yang Allah berikan kepadanya kelonggaran dan kekayaan harta, ia pun didatangkan dan diingatkan akan karunia yang ia miliki, dan dikatakan, “Apa yang telah engkau perbuat dengan hartamu?”, maka ia menjawab, ”Aku tidak menjumpai suatu peluang untuk berinfak kecuali aku memberikan infak padanya”, maka dikatakan, ”Engkau berdusta, akan tetapi engkau berinfak agar dikatakan dermawan!!” Dan manusia telah mengatakannya, maka diperintahkan kepadanya agar ia ditelungkupkan diatas wajahnya dan dilemparkan ke dalam neraka “.(HR Muslim).       

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, bersabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah Ta’ala berfirman, “Aku tidak membutuhkan sekutu dalam kesyirikan, barang siapa berbuat sesuatu menyekutukan terhadap-Ku, maka Aku tinggalkan perbuatannya dan sekutunya“. (HR Muslim).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Barang siapa mencari ilmu yang sepantasnya  hanya diperuntukkan mencari wajah Allah Azza wa Jalla, akan tetapi ia menuntut ilmu untuk mencari seklumit dunia, maka ia tidak akan mencium aroma surga pada hari kiamat“. (HR Abu Dawud).

PERINGATAN DARI TIPUDAYA SYAITHON

Jika kita telah mengetahui bahaya dari perbuatan riya’ dan tidak ikhlas, maka sepantasnya seorang muslim yang jujur berusaha menjauhi riya’ dan segala pembatal amal, dan kewajiban pertama baginya adalah hendaknya ia berhati-hati serta mengilmui sebab-sebab yang mendatangkan penyakit kronis ini, yaitu engkau mengetahui bahwa musuh utama bagimu adalah syaithon yang senantiasa berusaha agar amal yang telah engkau kerjakan berguguran lantaran riya’. Maka lihatlah banyak dalil yang mengingatkan kita dari tipu daya syaithon di dalam Al Kitab dan As Sunnah, yang akan menjadi obat dan penawar bagi penyakit tersebut.
Allah Ta’ala berfirman dalam surat Fathir ayat 6,

٦. إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوّاً إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”. 

Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al Baqoroh ayat 268,

٢٦٨. الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُم بِالْفَحْشَاء وَاللّهُ يَعِدُكُم مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلاً وَاللّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.”

Allah Ta’ala berfirman dalam surat Yusuf ayat 5 ,
٥.  ً إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلإِنسَانِ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia." 

Allah Ta’ala berfirman dalam surat An Nur ayat 21 ,

٢١. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَن يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar.”

Allah Ta’ala berfirman dalam surat An Naml ayat 24 ,

   ٢٤.  وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لَا يَهْتَدُونَ
“Dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk.”

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya syaithon senantiasa mendatangi seorang hamba dalam segala perkaranya, hingga ketika ia makan, jika ada makanan yang terjatuh darimu maka pungutlah dan bersihkan dari kotorannya dan makanlah, dan jangan sekali-kali engkau menyisakan untuk syaithon, jika selesai makan maka jilatlah jemarimu, karena engkau tidak mengetahui keberkahan makanan ada dimana“.(HR Muslim).  

Di dalam hadist di atas diterangkan bahwa syaithon senantiasa mendekati manusia dalam segala aktifitasnya, ia datang dalam rangka merusak niat, ucapan, amalan, jika engkau memiliki niat yang baik, maka syaithon berusaha menunjukkan kepada amalan yang tidak disyariatkan dalam niat baik tersebut, dan sebaliknya jika engkau beramal baik maka syaithon menggoda dengan merusak niat dalam hatimu, jika engkau berniat baik dan berkehendak beramal baik maka syaithon berusaha menggelincirkan agar dapat merusak hubungan diantara sesama manusia, dengan menimbulkan permusuhan, perselisihan dan kebencian dengan sekuat tenaga.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Tidaklah seseorangpun diantara kalian melainkan telah diberikan pendamping dari jin dan pendamping dari malaikat”, maka para sahabat bertanya: “Apakah engkau juga memiliki pendamping wahai Rosulullah?“, maka dijawab: “Iya, hanya saja Allah telah memberikan pertolongan kepadaku atas pendampingku hingga ia masuk islam, maka tidak mengajakku kecuali dalam kebajikan“. (Shahih Jami’ no: 5676).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Tidaklah diantara kalian kecuali bersama syaithon“, maka sahabat bertanya: “Apakah engkau juga wahai Rosulullah?” Maka dijawab, “Iya, akan tetapi Allah membantuku hingga ia masuk islam“. (Shahih Jami’ no: 5677).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya iblis meletakkan singasananya di atas air, kemudian mengirimkan para pengikutnya untuk berbuat kerusakan, paling ringan apa yang mereka kerjakan adalah merupakan fitnah yang sangat amat besar, datang salah satu diantara mereka dan mengatakan: “Aku telah melakukan ini dan itu“, maka berkata iblis, “Engkau belum berbuat sesuatu yang aku kagumi”, maka datang lainnya mengatakan: “Aku tidaklah meninggalkan manusia hingga aku pisahkan antara para suami dan istrinya”, maka iblis berkata, engkau telah berbuat sesuatu yang aku kagumi“. (HR Muslim). 

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya syaithon berjalan pada tubuh anak cucu Adam sebagaimana mengalirnya darah dalam tubuh mereka“. (HR Bukhary dan Muslim).


Maka seyogyanya kalian menjaga diri dari musuh bebuyutan kalian dan senantiasa memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala dalam segala urusan dan aktifitas, besar maupun sekecil apapun.