Kamis, 31 Desember 2015

MEMOHON KEPADA ALLAH TA'ALA SURGA & BERLINDUNG DARI NERAKA

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du; 

Diriwayatkan dari Nabi Sallallahu alaihi wa sallam , beliau bersabda, " 

" احتجت الجنةوالنار، فقالت النار : في الجبارون و المتكبرون. وقال الجنة : في ضعفاء الناس ومساكنيهم. فقضى الله بينهما؛  إنك الجنة رحمتي أرحم بك من اشاء، وأنك النار عذابي أعذب بك من اشاء،  ولكليكما على ملؤها ". 

" Surga dan neraka saling beradu hujjah, maka neraka berkata : Aku merupakan tempat bagi orang-orang yang merasa berkuasa dan sombong. Dan surga berkata : Aku merupakan tempat bagi orang-orang yang lemah dan miskin. Maka Allah Ta'ala memberikan putusan kedua-nya seraya berfirman, " Engkau wahai surga, merupakan rahmat - Ku, akan Aku berikan kepada orang-orang yang Aku kehendaki, dan engkau wahai neraka, merupakan siksa yang akan Aku timpakan kepada orang-orang yang Aku kehendaki, dan wahai surga dan neraka,  Aku yang akan menjadikan kalian berdua penuh ". ( HR. Muslim ) 

Surga merupakan tempat yang penuh kenikmatan-kenikmatan yang tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, terpikirkan oleh hati manusia, yang diperuntukkan bagi para hamba yang Mentauhidkan serta meng - esakan Allah Ta'ala. 

Neraka merupakan tempat yang penuh siksaan, adzab yang pedih yang tidak mengetahui dahsyatnya kecuali hanya Allah Ta'ala, yang dipersiapkan bagi orang-orang yang durhaka.

Suatu hari Rosulullah shalallahu alaihi wa sallam bercerita kepada para sahabat : 

عرضت علي الجنة والنار، فلم أرى كاليوم من الخير والشر، ولو تعلمون ما أعلم لضحكتم قليلا ولبكيتم كثيرا 

" Aku telah diperlihatkan surga dan neraka, dan aku tidak pernah melihat suatu keburukan dan kenikmatan seperti yang aku lihat hari ini, sekiranya kalian mengetahui apa yang telah aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan akan lebih banyak menangis ". ( HR. Al-Bukhari dan Muslim ) 

Allah Ta'ala berfirman, 

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ ﴿١٨٥﴾

" Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (Q.S. Ali Imran :185)

Allah Ta'ala berfirman, 

لَا يَسْتَوِىٓ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ وَأَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِ ۚ أَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِ هُمُ ٱلْفَآئِزُونَ ﴿٢٠﴾

" Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni jannah; penghuni-penghuni jannah itulah orang-orang yang beruntung." (Q.S . Al-Hasyr :20)

Seorang muslim yang berakal senantiasa berusaha di setiap waktu dan keadaannya untuk dapat selamat dari ancaman api neraka dan masuk ke dalam surga, berpegang teguh dengan iman dan akidah yang benar, beramal saleh dan memanjatkan doa. 

Ini yang menjadikan amalan keseharian para Sahabat Nabi Sallallahu alaihi wa sallam. 

 قال النبي صلى الله عليه وسلم لرجل : ما تقول في الصلاة ؟  قال : اتشهد ثم أسأل الله الجنة وأعوذ به من النار 

Suatu hari, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bertanya kepada salah seorang sahabat, " Apa yang engkau ucapan dalam sholat ? Ia menjawab, ” Aku membaca bacaan Tasyahud kemudian berdoa memohon kepada Allah Ta'ala agar diberikan surga dan terhindar dari neraka ". ( HR. Abu Dawud ) 

عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : من سأل الله الجنة ثلاث مرات،  قالت الجنة : اللهم أدخله الجنة. ومن استجار من النار ثلاث مرات،  قالت النار : اللهم أجره من النار 

Diriwayatkan bahwasanya Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, ” Barangsiapa yang meminta kepada Allah Ta'ala agar diberikan kepada nya surga dan ia mengulang ulang tiga kali, maka surga memohon kepada Allah Ta'ala, Ya Allah, masukkan ia kedalam surga. Dan barangsiapa yang berlindung kepada Allah Ta'ala dari siksa api neraka dan ia mengucapkan tiga kali, maka neraka berkata : Ya Allah, selamatkanlah ia dari siksa api neraka ". ( HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah ) 

عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ما استجار عبد من النار سبع مرات إلا قالت النار : يارب ! إن عبدك فلانا استجار مني فاجره. ولا يسأل عبد الجنة سبع مرات إلا قالت الجنة : يارب ! إن عبدك فلانا سالني،  فادخله الجنة 

Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda, " Tidaklah seorang hamba berlindung kepada Allah dari siksa neraka, dan mengulang-ulang ucapan nya tujuh kali, kecuali neraka memohon kepada Allah, Ya Allah, sesungguhnya hamba Mu  fulan telah berlindung kepada Mu dari neraka, maka aku mohon agar Engkau memberikan perlindungan kepada nya. Dan tidaklah seorang hamba memohon kepada Allah agar di masukkan ke dalam surga, dan ia mengulang-ulangi sejumlah tujuh kali, kecuali surga memohon kepada Allah, Ya Allah, sesungguhnya hamba-Mu fulan memohon kepada Mu surga, maka masukkan ia kedalam surga ".

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِلَّهِ مَلَائِكَةً يَطُوفُونَ فِي الطُّرُقِ يَلْتَمِسُونَ أَهْلَ الذِّكْرِ فَإِذَا وَجَدُوا قَوْمًا يَذْكُرُونَ اللَّهَ تَنَادَوْا هَلُمُّوا إِلَى حَاجَتِكُمْ قَالَ فَيَحُفُّونَهُمْ بِأَجْنِحَتِهِمْ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا قَالَ فَيَسْأَلُهُمْ رَبُّهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ مِنْهُمْ مَا يَقُولُ عِبَادِي قَالُوا يَقُولُونَ يُسَبِّحُونَكَ وَيُكَبِّرُونَكَ وَيَحْمَدُونَكَ وَيُمَجِّدُونَكَ قَالَ فَيَقُولُ هَلْ رَأَوْنِي قَالَ فَيَقُولُونَ لَا وَاللَّهِ مَا رَأَوْكَ قَالَ فَيَقُولُ وَكَيْفَ لَوْ رَأَوْنِي قَالَ يَقُولُونَ لَوْ رَأَوْكَ كَانُوا أَشَدَّ لَكَ عِبَادَةً وَأَشَدَّ لَكَ تَمْجِيدًا وَتَحْمِيدًا وَأَكْثَرَ لَكَ تَسْبِيحًا قَالَ يَقُولُ فَمَا يَسْأَلُونِي قَالَ يَسْأَلُونَكَ الْجَنَّةَ قَالَ يَقُولُ وَهَلْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُ فَكَيْفَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَوْ أَنَّهُمْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدَّ عَلَيْهَا حِرْصًا وَأَشَدَّ لَهَا طَلَبًا وَأَعْظَمَ فِيهَا رَغْبَةً قَالَ فَمِمَّ يَتَعَوَّذُونَ قَالَ يَقُولُونَ مِنَ النَّارِ قَالَ يَقُولُ وَهَلْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْهَا قَالَ يَقُولُونَ لَوْ رَأَوْهَا كَانُوا أَشَدَّ مِنْهَا فِرَارًا وَأَشَدَّ لَهَا مَخَافَةً قَالَ فَيَقُولُ فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ قَالَ يَقُولُ مَلَكٌ مِنَ الْمَلَائِكَةِ فِيهِمْ فُلَانٌ لَيْسَ مِنْهُمْ إِنَّمَا جَاءَ لِحَاجَةٍ قَالَ هُمُ الْجُلَسَاءُ لَا يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ 

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala memiliki malaikat-malaikat yang berkelana di jalan-jalan mencari Ahli Dzikir. Jika mereka telah mendapatkan sekelompok orang yang berdzikir kepada Allah,  mereka duduk bersama dengan orang-orang yang berdzikir. Mereka saling mengajak: "Kemarilah kepada hajat kamu". Maka para malaikat mengelilingi orang-orang yang berdzikir dengan sayap mereka sehingga sampai langit dunia. Kemudian Allah Azza wa Jalla bertanya kepada mereka, sedangkan Dia lebih mengetahui daripada mereka, "Apa yang diucapkan oleh hamba-hamba Ku?" Para malaikat menjawab, "Mereka mensucikan Mu, mereka membesarkan Mu, mereka memuji Mu,  mereka mengagungkan-Mu". Allah bertanya, "Apakah mereka melihat Ku?" Mereka menjawab, "Tidak, demi Alah, mereka tidak melihat Mu’. Allah berkata, "Bagaimana seandainya mereka melihat Ku?" Mereka menjawab, "Seandainya mereka melihat Mu, tentulah ibadah mereka menjadi lebih kuat kepada Mu, lebih mengagungkan kepada Mu, lebih mensucikan kepadaMu". Allah berkata, " Lalu, apakah yang mereka minta kepada Ku?" Mereka menjawab, "Mereka minta surga kepada Mu".

Allah bertanya, " Apakah mereka melihatnya?" Mereka menjawab, "Tidak, demi Allah, Wahai Rabb, mereka tidak melihatnya". Allah berkata, "Bagaimana seandainya mereka melihatnya?" Mereka menjawab, "Seandainya mereka melihatnya, tentulah mereka menjadi lebih semangat dan lebih banyak meminta serta lebih besar keinginan.”

Allah berkata: “Lalu, dari apakah mereka minta perlindungan kepadaKu?” Mereka menjawab, ”Mereka minta perlindungan dari neraka kepadaMu.” Allah bertanya, "Apakah mereka melihatnya?” Mereka menjawab, "Tidak, demi Allah, wahai Rabb. Mereka tidak melihatnya.” Allah berkata, ”Bagaimana seandainya mereka melihatnya?” Mereka menjawab, ”Seandainya mereka melihatnya, tentulah mereka menjadi lebih menjauhi dan lebih besar rasa takut (terhadap neraka).” Allah berkata, ”Aku mempersaksikan kamu, bahwa Aku telah mengampuni mereka.” Salah satu diantara para malaikat berkata,”Di antara mereka ada Si-Fulan. Dia tidak termasuk dari mereka. Sesungguhnya dia datang hanyalah karena satu keperluan.” Allah berkata, "Mereka orang-orang yang duduk, tidak akan memberikan celaka kepada teman duduk mereka ". ( HR. Al-Bukhari dan Muslim ) 

Diantara do'a-do'a yang diajarkan oleh Nabi Sallallahu alaihi wa sallam adalah sebagai berikut : 

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِى خَيْرًا

“Allahumma inni as-alukal-jannah, wa maa qorroba ilaihaa min qoulin aw ‘amal, wa a’udzu bika minan-naari wa maa qorroba ilaiha min qoulin aw ‘amal, wa as-aluka an taj’ala kulla qodho-in qodhoitahu lii khoiroo”

Artinya : " Ya Allah, aku meminta surga pada-Mu serta perkataan atau amal yang mengantarkan padanya. Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari neraka serta perkataan atau amal yang mengantarkan padanya. Ya Allah, jadikanlah setiap takdir yang Engkau peruntukkan untukku adalah baik ". (HR. Ibnu Majah dan Ahmad )

وعَنْ أَنَسٍ رَضي اللِه عَنْهُ، قَالَ : كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِِ النَبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم :

اللَّهُمَّ آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ 

زَادَ مُسلِمٌ في رِوايتِهِ قَال :وكَانَ أَنَسٌ إِذا أَرَاد أَنْ يَدعُوَ بِدعوَةٍ دَعَا بها، وَإِذا أَرَادَ أَن يَدعُو بدُعَاءٍ دَعا بهَا فيه .

Dari Anas Radhiyallahu anhu berkata: Doa yang paling sering dibaca Nabi Sallallahu alaihi wa sallam adalah: 

" Rabbana a'tina fiddun-ya hasanah, wa fil-a'khirati hasanah, waqina 'adzabannar ".

Artinya : " Ya Allah Tuhan kami, berikanlah kebaikan kepada kami di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari siksa neraka ".

Muslim dalam riwayatnya menambahkan: berkata: Anas apabila ia akan berdoa dengan sesuatu doa, maka berdoa dengan doa tersebut. Juga apabila berkehendak memohonkan sesuatu permohonan yang lain, maka menyertakan doa tersebut juga ". (HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan  Ahmad )

وَعَن عَائِشَةَ رَضِيَ الله عَنْهَا، أَنَّ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم كَانَ يَدعو بهؤُلاءِ الكَلِمَاتِ :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ النَّارِ، وَعَذَابِ النَّارِ، وَمِنْ شَرِّ الغِنَى وَالفَقْرِ 

Dari Aisyah Radhiyallahu anha, bahwa Nabi shollallahu alaihi wa sallam berdoa dengan kalimat-kalimat ini.

" Allahumma inni audzubika min fitnatin-naari, wa adzaban-naari, wa min syarril-ghinaa wal-fakri ".

Artinya : 

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah neraka dan siksa neraka, juga dari keburukan kekayaan dan kefakiran". ( HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi ) 

وَعَن ابْنِ مَسْعُودٍ، رَضِيَ الله عَنْهُ، قَالَ : كَانَ مِن دُعَاء رَسُولِ الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم :

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ، وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ، والسَّلامَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ، والغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍ، وَالفَوْزَ بِالجَنَّةِ، وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ 

Dari Ibnu  Mas'ud radhiyallahu anhu  berkata: " Diantara dari doa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah doa berikut : 

" Allahumma inni as'aluka mujibaati rahmatika, wa azaaimu magfirotika was - salaamata min kulli itsmin wal-ghoniimata min kulli birrin wal-fauza bil-jannah wan-najaatan min-naar ".

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu hal-hal yang mendatangkan rahmat-Mu, hal-hal yang mendatangkan ampunan-Mu, keselamatan dari setiap dosa, keuntungan dari setiap ketaatan, mendapatkan surga dan selamat dari neraka ". ( HR. Al-Hakim ) 

Dan dibawah ini terdapat petunjuk Nabi Sallallahu alaihi wa sallam tentang amalan amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga dan menjauhkan diri dari ancaman api neraka : 

Dari Abu Hurairah, ia berkata,

سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ »

" Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka, jawab beliau, “Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan.” (HR. At-Tirmidzi  dan Ibnu Majah) 

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ وَيُبَاعِدُنِي عَنِ النَّارِ، قَالَ : لَقَدْ سَأَلْتَ عَنْ   عَظِيْمٍ، وَإِنَّهُ لَيَسِيْرٌ عَلىَ مَنْ يَسَّرَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَيْهِ : تَعْبُدُ اللهَ لاَ تُشْرِكُ  بِهِ شَيْئاً، وَتُقِيْمُ الصَّلاَةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُوْمُ رَمَضَانَ، وَتَحُجُّ  الْبَيْتَ، ثُمَّ قَالَ : أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى أَبْوَابِ الْخَيْرِ ؟ الصَّوْمُ جُنَّةٌ، وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ، وَصَلاَةُ الرَّجُلِ فِي جَوْفِ   اللَّيْلِ، ثُمَّ قَالَ : } تَتَجَافَى جُنُوْبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ.. –حَتَّى بَلَغَ-  يَعْمَلُوْنَ{ُ ثمَّ قَالَ : أَلاَ أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الأَمْرِ وُعَمُوْدِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ ؟ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : رَأْسُ اْلأَمْرِ اْلإِسْلاَمُ وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ. ثُمَّ قَالَ: أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ ؟ فَقُلْتُ : بَلىَ  يَا رَسُوْلَ اللهِ . فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ وَقَالِ : كُفَّ  عَلَيْكَ هَذَا. قُلْتُ : يَا نَبِيَّ اللهِ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ بِمَا نَتَكَلَّمَ بِهِ ؟ فَقَالَ : ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ، وَهَلْ   يَكُبَّ النَاسُ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ –أَوْ قَالَ : عَلىَ مَنَاخِرِهِمْ – إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ . 

Dari Mu’adz bin Jabal radhiallahu ‘anhu, ia berkata : Aku berkata : “Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku suatu amal yang dapat memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkan aku dari neraka”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Engkau telah bertanya tentang perkara yang besar, dan sesungguhnya itu adalah ringan bagi orang yang digampangkan oleh Allah ta’ala. Engkau menyembah Allah dan jangan menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan, dan mengerjakan haji ke Baitullah”. Kemudian beliau bersabda : “Inginkah kuberi petunjuk kepadamu pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah perisai, shadaqah itu menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seseorang di tengah malam”. Kemudian beliau membaca ayat. “Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya….” Hingga firman-Nya, “…sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan,” (As-Sajdah 16-17).. Kemudian beliau bersabda: “Maukah bila aku beritahukan kepadamu pokok amal tiang-tiangnya dan puncak-puncaknya?” Aku menjawab : “Ya, wahai Rasulullah”. Rasulullah bersabda : “Pokok amal adalah Islam, tiang-tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad”. Kemudian beliau bersabda : “Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabku : “Ya, wahai Rasulullah”. Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda : “Jagalah ini”. Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut dan disiksakarena apa yang kami katakan?” Maka beliau bersabda : “Ibu mu akan menyesali mu wahai Mu'adz,  bukankah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya di dalam neraka, melainkan hasil dari ucapan lidah mereka?” (HR. At-Tirmidzi)

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ سَلَامٍ قَالَ: لَمَّا قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِيْنَةَ ، اِنْجَفَلَ النَّاسُ إِلَيْهِ ، وَقِيْلَ : قَدِمَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَجِئْتُ فِي النَّاسِ لِأَنْظُرَ إِلَيْهِ ، فَلَمَّا اسْتَبَنْتُ وَجْهَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَرَفْتُ أَنَّ وَجْهَهُ لَيْسَ بِوَجْهٍ كَذَّابٍ ، فَكَانَ أَوَّلَ شَيْءٍ تَكَلَّمَ بِهِ أَنْ قَالَ: (( يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، أَفْشُوْا السَّلَامَ ، وَأَطْعِمُوْا الطَّعَامَ ، وَصِلُوْا الْأَرْحَامَ ، وَصَلُّوْا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ ، تَدْخُلُوْا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ )).

Dari ‘Abdullah bin Salâm radhiyallahu anhu ia berkata: “Ketika Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, orang-orang segera pergi menuju beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada yang mengatakan: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah datang, lalu aku mendatanginya ditengah kerumunan banyak orang untuk melihatnya. Ketika aku melihat wajah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , aku mengetahui bahwa wajahnya bukanlah wajah pembohong. Dan yang pertama kali beliau ucapkan adalah, " Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikan makan, sambunglah silaturrahim, shalatlah di waktu malam ketika orang-orang tertidur, niscaya kalian akan masuk Surga dengan selamat.” (HR. At-Tirmidzi, Ad-Dârimi, Ibnu Mâjah, Al-Hakim , dan Ahmad ) 

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، " أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَخْبِرْنِي بِعَمَلٍ يُدْخِلُنِي الْجَنَّةَ، قَالَ: مَا لَهُ، مَا لَهُ، وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَنَّ  تَعْبُدُ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ "

Dari Abu Ayyuub radliyallaahu ‘anhu : Bahwasannya ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Beritahukanlah kepadaku satu amalan yang dapat memasukkanku ke dalam surga”. Seseorang berkata : “Apa yang ia tanyakan, apa yang ia tanyakan. ..?”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab : “ Amal yang dapat memasukkanmu ke dalam surga adalah engkau beribadah kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung silaturahim”. ( HR. Al-Bukhary dan Muslim ) 

عَنْ أَبِي مُوسَى أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْجَنَّةَ "

Dari Abu Muusaa radhiyallahu anhu berkata, Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Barangsiapa yang shalat pada dua waktu dingin yaitu Shubuh dan ‘Ashar, niscaya Dia akan masuk surga ". ( HR. Al-Bukhari dan Muslim ) 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلَّا وَاحِدًا مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ "

Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barangsiapa yang menghitungnya dan beramal sesuai kandungan maknanya niscaya ia masuk surga”. ( HR. Al-Bukhari dan Muslim ) 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,

مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,

مَنْ قَرَأَ آيَةَ الْكُرْسِي دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ لَمْ يَمْنَعُهُ مِنْ دُخُوْلِ الْجَنَّةَ إِلاَّ أَنْ يَمُوْتَ

“Barangsiapa yang membaca Ayat Kursi setiap selesai shalat, maka tidak ada yang dapat menghalanginya untuk masuk surga kecuali jika dia mati.” (HR An-Nasa'i) 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,

مَرَّ رَجُلٌ بِغُصْنِ شَجَرَةٍ عَلَي ظَهْرِ طَرِيقٍ فَقَالَ وَاللهِ لأُنَحِّيَنَّ هَذَا عَنْ المُسْلِمِينَ لَا يُؤذِيهِمْ فَأُدْخِلَ الجَنَّةَ

“Ada seorang lelaki berjalan melewati ranting pohon yang ada di tengah jalan, lalu dia berkata, ‘Demi Allah, sungguh aku akan singkirkan ranting ini dari kaum muslimin agar tidak menganggu mereka.’ Maka dia pun dimasukkan ke dalam surga.” ( HR Muslim )

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,

مَنْ رَدَّ عَن عِرْضِ أَخِيهِ رَدَّ اللهُ عَن وَجْهِهِ النَّارَ يَوْمَ القِيَامَةِ

“Barangsiapa membela harga diri saudaranya, niscaya pada hari kiamat Allah akan memalingkan wajahnya dari api neraka.” ( HR. At-Tirmidzi ) 

 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,

مَنْ وَقَاهُ اللهُ شَرَّ مَا بَيْنَ لَحيَيْهِ وَ شَرَّ مَا بَيْنَ رِجْلَيْنِ دَخَلَ الجَنَّةَ

“Barangsiapa yang Allah lindungi dari keburukan apa yang ada di antara kedua rahangnya yaitu mulut dan keburukan yang ada di antara dua pahanya yaitu kemaluannya, niscaya dia akan masuk surga.” ( HR. At-Tirmidzi )

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, 

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

“Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah rumah di bagian teratas surga bagi orang yang membaguskan akhlaknya.” ( HR. Abu Dawud )

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, 

يَا بِلاََلُ حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الإِسْلاَمِ فَإِنِّي سَمِعْتُ دُفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ قَالَ مَا عَمِلْتُ عَمَلاً أَرْجَى عِنْدِي أَنِّي لَمْ أَتَطَهَّرْ طُهُوْرًا فِي سَاعَةِ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِلاَّ صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطَّهُوْرِ مَا كُتِبَ لِي أَنْ أُصَلِّي

“Wahai Bilal, ceritakanlah kepadaku amalanmu dalam Islam yang paling sering engkau lakukan . Karena sesungguhnya aku mendengar suara terompahmu di hadapanku dalam surga.” Bilal berkata, ”Tidaklah aku mengamalkan suatu amalan yang lebih aku lakukan melainkan setiap kali aku bersuci pada malam atau siang hari aku selalu mengerjakan shalat yang bisa aku lakukan.” ( HR. Al-Bukhari dan Muslim )

عن أبي هريرة رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم قَالَ: وَ إِنَّ اْلعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِاْلكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ تعالى لاَ يُلْقىِ َلهَا بَالاً يَهْوِى بِهَا فىِ جَهَنَّمَ

Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba mengatakan suatu kalimat yang mendatangkan murka Allah ta’ala yang ia tidak menaruh perhatian padanya namun mengakibatkannya dijerumuskan ke dalam neraka Jahannam”. ( HR. Al-Bukhari , At-Tirmidzi  dan Ibnu Majah )

عن أبي هريرة رضي الله عنه قَالَ: قِيْلَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ فُلاَنَةً تَقُوْمُ اللَّيْلَ وَ تَصُوْمُ النَّهَارَ وَ تَفْعَلُ وَ تَصَدَّقُ وَ تُؤْذِي جِيْرَانَهَا بِلِسَانِهَا ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: لاَ خَيْرَ فِيْهَا هِيَ مِنْ أَهْلِ النَّارِ قَالُوْا: وَ فُلاَنَةً تُصَلِّى اْلمَكْتُوْبَةَ وَ تَصَدَّقُ بِأَثْوَارٍ وَ لاَ تُؤْذِي أَحَدًا؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: هِيَ مِنْ أَهْلِ اْلجَنَّةِ

Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu berkata, pernah ditanyakan kepada Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam, “Wahai Rosulullah, sesungguhnya si Fulanah suka sholat malam, berpuasa  di siang hari, mengerjakan berbagai kebaikan dan bersedekah, hanyasaja ia suka mengganggu para tetangganya dengan lisannya?”. Bersabda Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam, “Tiada kebaikan padanya, dia termasuk penghuni neraka”. Mereka bertanya lagi, “Sesungguhnya si Fulanah yang lain mengerjakan hanya sholat wajib dan bersedekah dengan sepotong keju, namun tidak pernah mengganggu seorangpun?”. Bersabda Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam, “Dia termasuk penghuni surga”. ( HR Al-Bukhari fi al-Adab , Ahmad, Al-Hakim ) 

عن أبي هريرة رضي الله عنه أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم قَالَ: لاَ يَدْخُلُ اْلجَنَّةَ مَنْ لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ

Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu bahwasanya Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk ke dalam surga, seseorang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatan-kejahatannya”. ( HR. Al-Bukhari, Muslim dan Al-Hakim ) 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ : إِنَّ اَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيْكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ: كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ ِلأَنْ يُقَالَ جَرِيْءٌ, فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأََ اْلقُرْآنَ فَأُُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَعَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيْكَ اْلقُرْآنَ, قَالَ:كَذَبْتَ, وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ وَقَرَأْتَ اْلقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِىءٌٌ ، فَقَدْ قِيْلَ ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى اُلْقِيَ فيِ النَّارِ, وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ وَاَعْطَاهُ مِنْ اَصْْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيْهَا؟ قَالَ: مَاتَرَكْتُ مِنْ سَبِيْلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيْهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيْهَا لَكَ, قَالَ: كَذَبْتَ ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيْلَ, ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ.  

Dari Abi Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan  yang diberikan di dunia, lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya : 'Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?' Ia menjawab : 'Aku berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.' Allah berfirman : 'Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani. Memang demikianlah yang telah dikatakan tentang dirimu.' Kemudian diperintahkan kepada  malaikat agar menyeret orang itu atas mukanya  dengan tertelungkup, lalu dilemparkan ke dalam neraka. Berikutnya orang yang diadili adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca al Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: 'Amal apakah yang telah engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?' Ia menjawab: 'Aku menuntut ilmu dan mengajarkannya, serta aku membaca al Qur`an hanyalah karena engkau.' Allah berkata : 'Engkau dusta! Engkau menuntut ilmu agar dikatakan seorang ‘alim yang berilmu dan engkau membaca al Qur`an supaya dikatakan sebagaiseorang qari' atau ahli pembaca al Qur`an yang baik. Memang begitulah yang dikatakan tentang dirimu.' Kemudian diperintahkan kepada malaikat agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka. Berikutnya yang diadili adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia pun mengenalinya dan mengakuinya. Allah Ta'ala bertanya : 'Apa yang engkau telah lakukan dengan nikmat-nikmat itu?' Dia menjawab : 'Aku tidak pernah meninggalkan shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku melakukannya semata-mata karena Engkau.' Allah berfirman : 'Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya dikatakan seorang dermawan atau murah hati dan memang begitulah yang dikatakan tentang dirimu.' Kemudian diperintahkan kepada malaikat agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka ". (HR. Muslim dan An-Nasa'i )

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, 

"Dahulu di kalangan umat Bani Israil terdapat dua orang lelaki, salah seorangnya rajin beribadah, sedangkan yang lainnya zalim terhadap dirinya sendiri yakni ia ahli maksiat, keduanya sudah seperti saudara. Orang yang rajin ibadah selalu melihat saudaranya berbuat dosa dan mengatakan kepadanya, "Hai kamu, hentikanlah perbuatanmu." Tetapi saudaranya itu menjawab, "Biarlah aku dan Tuhanku, apakah kamu ditugaskan untuk terus mengawasiku?" Hingga pada suatu hari yang rajin beribadah melihat saudaranya ahli maksiat itu melakukan suatu perbuatan dosa yang menurut penilaiannya sangat besar. Maka dia berkata kepadanya, "Hai kamu, hentikanlah perbuatanmu." Dan orang yang ditegurnya menjawab, "Biarlah aku, ini urusan Tuhanku, apakah engkau diutuskan sebagai pengawasku?" Maka yang rajin beribadah berkata, "Demi Allah, semoga Allah tidak memberi ampunan kepadamu, atau semoga Allah tidak memasukkanmu ke syurga untuk selama-lamanya."

Abu Hurairah melanjutkan kisahnya, bahawa setelah itu Allah Ta'ala mengutus malaikat untuk mencabut nyawa kedua orang tersebut, dan keduanya berkumpul di hadapan Allah Ta'ala. Maka Allah Ta'ala berfirman kepada orang yang berdosa, "Pergilah, dan masuklah ke dalam syurga kerana rahmat-Ku." Sedangkan kepada yang lainnya Allah Ta'ala berfirman, "Apakah kamu merasa alim, apakah kamu mampu meraih apa yang ada di tangan kekuasaan-Ku? Bawalah dia ke dalam neraka!"

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Demi Tuhan yang jiwa Abul Qasim berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya orang tersebut (yang masuk neraka) benar-benar mengucapkan suatu kalimah yang menghancurkan dunia dan akhiratnya." (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Mubarak, dan Ibnu Abi Dunya, dan Al-Baghawi)

Ada tujuh puluh macam dosa besar yang disebut dalam kitab Al-Kabair oleh Al-Imam Adz-Dzahabi rahimahullah, yang wajib untuk dihindari dan ditinggalkan bagi setiap muslim agar terhindar dari ancaman neraka, ulasan secara ringkas sebagai berikut :

1. Menyekutukan Allah Ta'ala atau berbuat syirik
2. Membunuh manusia tanpa hak
3. Melakukan perbuatan sihir
4. Meninggalkan shalat
5. Tidak mengeluarkan zakat
6. Durhaka kepada kedua orang tua 
7. Memakan harta riba 
8. Memakan harta anak yatim 
9. Berdusta atas nama Nabi Sallallahu alaihi wa sallam 
10. Tidak puasa bulan ramadan tanpa udzur 
11. Lari dari medan perang 
12. Berzina 
13. Pemimpin yang khianat dan dzalim 
14. Minum khomer atau arak 
15. Sombong dan bangga diri 
16. Kesaksian palsu 
17. Melakukan homo seksual 
18. Menuduh wanita baik-baik melakukan zina 
19. Mengambil harta rampasan perang atau zakat atau baitul mal
20. Berbuat dzalim mengambil harta orang lain secara bathil 
21. Mencuri 
22. Merampok 
23. Bersumpah dengan dusta 
24. Gemar berbohong 
25. Bunuh diri 
26. Ber hukum dengan selain apa yang Allah turunkan 
27. Membiarkan terjadi perbuatan keji dan fahisyah terhadap para istri 
28. Wanita yang menyerupai kaum lelaki dan lelaki yang menyerupai kaum wanita 
29. Menjadi lelaki sewaan untuk menghalalkan mantan suami pertama 
30. Memakan bangkai, darah dan babi 
31. Tidak bersuci dari air kencing 
32. Melakukan pungutan liar 
33. Berbuat riya dan suka pamer 
34. Berkhianat 
35. Mencari ilmu karena dunia dan menyembunyikan ilmu 
36. Mengungkit ungkit pemberian 
37. Mendustakan takdir 
38. Mencuri pendengaran rahasia orang lain 
39. Melontarkan kalimat laknat kepada orang muslim lainnya 
40. Menjaga amanah dan tidak berkhianat 
41. Membenarkan ucapan dukun 
42. Wanita yang durhaka kepada suaminya 
43. Memutuskan silaturrahmi 
44. Menggambar makhluk hidup yang bernyawa 
45. Adu domba 
46. Meratapi musibah kematian 
47. Mencaci maki nasab keturunan 
48. Berbuat aniaya dan kerusakan di muka bumi 
49. Memberontak kepada penguasa 
50. Menggangu dan berbuat aniaya kepada orang muslim 
51. Berbuat aniaya kepada kekasih Allah Ta'ala 
52. Memanjangkan pakaian melewati mata kaki karena ini bentuk dari kesombongan 
53. Memakai sutera dan emas bagi lelaki 
54. Budak yang melarikan diri dari majikannya 
55. Menyembelih binatang untuk selain dari Allah Ta'ala 
56. Merubah batasan tanah 
57. Mencela para sahabat 
58. Membenci kaum Anshar 

59. Mengajak kepada kesesatan 
60. Menyambung rambut, ber tato, merubah alis dan gigi untuk kecantikan 
61. Mengacungkan senjata kepada orang muslim 
62. Menisbatkan nasab keturunan kepada yang bukan bapaknya 

63. Pesimis dan menggantungkan nasib kepada benda 
64. Minum dengan menggunakan bejana emas dan perak 
65. Berdebat kusir dan berbantah-bantahan tanpa ilmu kebenaran 
66. Mengebiri atau memotong anggota badan budak atau hewan 
67. Curang dalam timbangan dan takaran 

68. Merasa aman dari makar Allah Ta'ala 

69. Putus asa dari rahmat Allah Ta'ala 

70. Mengingkari kebaikan orang lain 

71. Bakhil terhadap air 

72. Menandai wajah hewan ternak dengan besi panas 

73. Berjudi 

74. Berbuat kufur dan aniaya di tanah haram 

75. Meninggalkan sholat jum'at secara sengaja 

76. Memata-matai kaum muslimin dan menyebarkan kelemahan mereka. 

         ...........☆☆☆☆☆...........

Minggu, 27 Desember 2015

SURAT AT-TAKAATSUR

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du; 

Dahulu para sahabat Nabi Sallallahu alaihi wa sallam menamakan surat Al Makbaroh atau pekuburan. 

Surat ini merupakan surat makiyah, dan  sebagian yang lain menyatakan bahwa surat ini adalah madaniyah, dimana surat ini turun pada dua kabilah kaum Anshar dari Bani Haaritsah dan Bani Al Harts. 

 عن ابن عمر رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : “ لا يستطيع أحدكم أن يقرأ ألف آية في كل يوم؟   قالوا : ومن يستطيع ان يقرأ ألف اية؟ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : أما يستطيع أحدكم أن يقرأ 《 ألهاكم 

التكاثر》

Diriwayatkan oleh sahabat Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Apakah seseorang diantara kalian tidak sanggup membaca seribu ayat setiap hari? ”. Para sahabat bertanya, ” Apakah ada yang sanggup membaca seribu ayat setiap hari wahai Rasulullah? ”.  Maka Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Apakah diantara kalian tidak ada yang sanggup membaca surat Alhaakumut Takaatsur....? ". ( HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi )

Allah Ta'ala berfirman, 

أَلْهَىٰكُمُ ٱلتَّكَاثُرُ ﴿١﴾

" Bermegah-megahan telah melalaikan kamu".

Maksud dari ayat ini adalah, larangan dari berbuat kelalaian yang tidak membawa manfaat, yang menyibukkan dan menelantarkan tujuan dari diciptakan nya manusia, yaitu mengabdikan diri kepada Allah Ta'ala, sebagaimana firman Allah Ta'ala, 

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ﴿٥٦﴾

" Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (Q.S. Adz-Dzariyaat:56)

Sehingga segala yang memalingkan dari tujuan ini maka terjerumus dalam larangan tersebut, seperti sibuk dengan urusan dunia dan aneka ragamnya, dari cinta harta, tahta, kedudukan, makanan, pakaian, tempat tinggal, dan seterusnya.

Disebutkan dalam sebab turunnya ayat ini, bahwasanya sebahagian kaum merasa bangga terhadap kelompok lainnya, dan mereka bermegah-megah dengan pangkat dan nasab bangsa mereka, dan  berkata, "  Apakah kelompok kalian terdapat orang seperti fulan ibnu fulan dan fulan ibnu fulan. ..? Dan yang lainnya juga mengatakan yang demikian. Tatkala mereka berbangga terhadap orang-orang yang hidup, maka kemudian berpindah ke kuburan seraya berbangga bangga dengan orang-orang yang telah mati, " Apakah diantara kalian terdapat seperti fulan ibnu fulan dan fulan ibnu fulan. ..? Yaitu mereka berbangga dan bermegah-megah terhadap orang-orang yang hidup hingga orang-orang yang telah mati. 

Kandungan makna ayat ini adalah umum, sebagaimana pendapat jumhur ahli tafsir, yaitu : kalian bermegah-megahan hingga lalai dan sibuk dengan urusan dunia yang fana, dari harta, benda, keturunan, dan kesenangan dunia hingga sampai dengan liang kubur, hingga kalian mati dan telah dikuburkan, dan ini merupakan kebanyakan keadaan para manusia, mereka mati sedangkan angan-angan masih tersimpan di dalam hati, mereka telah menggunakan segala kesempatan untuk mencari dunia tanpa kenal waktu bahkan kematian pun tidak dapat memisahkan antara impian dan ajal, serta mati dalam keadaan bergelimang dengan urusan dunia. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يَقُولُ الْعَبْدُ مَالِى مَالِى إِنَّمَا لَهُ مِنْ مَالِهِ ثَلاَثٌ مَا أَكَلَ فَأَفْنَى أَوْ لَبِسَ فَأَبْلَى أَوْ أَعْطَى فَاقْتَنَى, وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهُوَ ذَاهِبٌ وَتَارِكُهُ لِلنَّاسِ

“Seorang hamba berkata, “Harta-hartaku.” Bukankah hartanya itu hanyalah tiga: yang ia makan dan akan habis, yang ia kenakan dan akan usang, yang ia berikan dan tidak tersisa, 

Harta selain itu akan sirna dan akan menjadi warisan bagi orang-orang yang ia tinggalkan.” (HR. Muslim, At-Tirmidzi dan An-Nasa'i).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لوأَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِىَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا ، وَلَوْ أُعْطِىَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

Seandainya manusia diberi satu lembah penuh dengan emas, ia tentu ingin lagi yang kedua. Jika ia diberi yang kedua, ia ingin lagi yang ketiga. Tidak ada yang bisa menghalangi isi perutnya selain tanah. Dan Allah Maha Menerima taubat siapa saja yang mau bertaubat.” (HR. Al-Bukhari ) 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلاَثَةٌ ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى مَعَهُ وَاحِدٌ ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ ، وَيَبْقَى عَمَلُهُ

“Yang akan mengiringi mayit hingga ke kubur ada tiga. Yang dua akan kembali, sedangkan yang satu akan menemaninya. Yang mengiringinya tadi adalah keluarga, harta dan amalnya. Keluarga dan hartanya akan kembali. Sedangkan yang tetap menemani hanyalah amalnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu  berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam suatu ketika melewati pasar, sementara orang-orang ada di sekitar beliau. Beliau melintasi bangkai seekor anak kambing yang kecil atau terputus telinganya dan cacat, Beliau memegang telinga bangkai tersebut seraya berkata, " 

أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ؟ فَقَالُوا: مَا نُحِبُّ أَنَّهُ لَنَا بِشَيْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ؟ قَالَ: أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ؟ قَالُوا:وَاللهِ، لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيهِ لِأَنَّهُ أَسَكُّ فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ؟ فَقَالَ: فَوَاللهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ

“ Siapa di antara kalian yang suka memiliki anak kambing ini dengan membayar seharga satu dirham?” Mereka menjawab, “Kami tidak ingin memilikinya dengan harga semurah apapun. Apa yang dapat kami perbuat dengan bangkai ini?” Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam kemudian berkata, “Apakah kalian suka bangkai anak kambing ini menjadi milik kalian?” “Demi Allah, seandainya pun anak kambing ini masih hidup, tetaplah ada cacat, karena telah terputus telinganya. Apa lagi ia telah menjadi seonggok bangkai,” jawab mereka. Beliau pun bersabda setelahnya, “Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi Allah daripada hinanya bangkai ini bagi kalian.” (HR. Muslim)

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam  bersabda, 

لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ

“ Seandainya dunia punya nilai di sisi Allah Ta'ala,  walau hanya menyamai nilai sebelah sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir seteguk air pun.” (HR. At-Tirmidzi)

Suatu ketika sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu  melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidur di atas selembar tikar. Ketika bangkit dari tidurnya tikar tersebut meninggalkan bekas pada tubuh beliau. Berkatalah para sahabat yang menyaksikan hal itu, “Wahai Rasulullah, seandainya boleh kami siapkan untukmu kasur yang empuk!” Beliau menjawab,

مَا لِي وَمَا لِلدُّنْيَا، مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

“Ada urusan apa aku dengan dunia? Aku di dunia ini tidak lain kecuali seperti seorang pengendara yang mencari teteduhan di bawah pohon, lalu beristirahat, kemudian meninggalkannya.” (HR. At-Tirmidzi)

Umar ibnul Khaththab radhiyallahu anhu pernah menangis melihat kenyamanan dan kesederhanaan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,  sampai-sampai beliau hanya tidur di atas selembar tikar tanpa dialasi apapun. Umar radhiyallahu anhu  berkata,

فَرَأَيْتُ أَثَرَ الْـحَصِيرِ فِي جَنْبِهِ فَبَكَيْتُ. فَقَالَ: مَا يُبْكِيكَ؟ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّ كِسْرَى وَقَيْصَرَ فِيمَا هُمَا فِيهِ وَأَنْتَ رَسُولُ اللهِ. فَقَالَ: أَمَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ لَـهُمُ الدُّنْيَا وَلَنَا الْآخِرَةُ؟

Aku melihat bekas tikar di lambung dan rusuk beliau sallallahu alaihi wa sallam, maka aku pun menangis, hingga mengundang tanya beliau, “Apa yang membuatmu menangis?” Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, sungguh Kisra raja Persia, dan Kaisar raja Romawi, berada dalam kemegahannya, sementara engkau adalah utusan Allah Ta'ala ". Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Tidakkah engkau merasa ridha, mereka mendapatkan dunia sedangkan kita mendapatkan akhirat?” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

 Sahabat Umar ibnul Khaththab radhiyallahu anhu berkata kepada Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, 

ادْعُ اللهَ فَلْيُوَسِّعْ عَلَى أُمَّتِكَ فَإِنَّ فَارِسَ وَالرُّومَ وُسِّعَ عَلَيْهِمْ وَأُعْطُوا الدُّنْيَا وَهُمْ لَا يَعْبُدُونَ اللهَ. وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ: أَوَفِي شَكٍّ أَنْتَ يَا ابْنَ الْخَطَّابِ، أُولَئِكَ قَوْمٌ عُجِّلَتْ لَـهُمْ طَيِّبَاتُهُمْ فِي الْـحَيَاةِ الدُّنْيَا

“Wahai Rasulullah, berdoa kepada Allah agar Allah memberikan kelapangan hidup bagi umatmu. Sungguh Allah telah melapangkan dan memberi kemegahan kepada Persia dan Romawi, padahal mereka tidak beribadah kepada Allah Ta'ala.” Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kemudian meluruskan duduknya, kemudian berkata, “Apakah engkau dalam keraguan, wahai putra Al-Khaththab? Mereka itu adalah orang-orang yang disegerakan kesenangan dan kenikmatan di dalam kehidupan dunia?” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam  bersabda,

مَا الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ تَرْجِعُ

“Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan. Maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari tersebut ketika diangkat?” (HR. Muslim)

حَتَّىٰ زُرْتُمُ ٱلْمَقَابِرَ ﴿٢﴾

" Sampai kamu masuk ke dalam kubur."

Orang-orang yang telah di kubur, memiliki hukum sebagai orang yang berkunjung, karena kuburan bukan tempat yang kekal, seseorang dikubur dan ia akan dibangkitkan dari kuburan, sebagaimana orang yang berkunjung, ia akan pergi meninggalkan nya, dan berpindah ke tempat yang kekal abadi yaitu akhirat. 

Ziarah kubur memiliki banyak hikmah dan manfaat, di antara yang terpenting adalah:

● Ia akan mengingatkan akhirat dan kematian sehingga dapat memberikan pelajaran dan ibrah bagi orang yang berziarah. Dan itu semua tentu akan memberikan dampak positif dalam kehidupan, mewariskan sikap zuhud terhadap dunia dan materi.

●  Mendo'akan keselamatan bagi orang-orang yang telah meninggal dunia dan memohonkan ampunan untuk mereka agar mereka selamat dari siksa kubur. 

● Termasuk mengamalkan dan menghidupkan sunnah yang telah diajarkan oleh Rasulullah dan para shahabatnya.

● Untuk mendapatkan pahala dan balasan kebaikan dari Allah dengan ziarah kubur yang dilakukan.

Diantara adab dan tata cara ziarah  kubur adalah sebagai berikut:

■ Ziarah kubur dapat dilakukan kapan saja, tidak harus mengkhususkan hari atau waktu tertentu karena salah satu inti dari ziarah kubur adalah agar dapat memberi pelajaran dan peringatan agar hati yang keras menjadi lunak, tersentuh hingga menitikkan air mata. Selain itu agar kita menyampaikan do'a dan salam untuk mereka yang telah mendahului kita memasuki alam kubur.

■ Dianjurkan ketika pergi untuk ziarah kubur hadir dalam benak kita rasa takut kepada Allah, merasa diawasi oleh-Nya dan hanya bertujuan mencari keridhaanNya semata.

■  Disunnahkan kepada peziarah kubur untuk menyampaikan salam kepada ahli kubur, mendoakan mereka agar mendapatkan rahmat, ampunan dan afiyah dan keselamatan. 

Di antara doa yang dianjurkan untuk dibaca adalah:

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَاللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِيْنَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِيْنَ أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ.

“Semoga kesejahteraan untukmu, wahai penghuni kubur dari kaum mukminin dan muslimin. Sesungguhnya kami Insya Allah akan menyusul,  semoga Allah Ta’ala memberikan rahmat kepada orang-orang yang telah meninggal terlebih dahulu diantara kami dan orang-orang yang akan datang." ( HR. Muslim ) 

Perlu untuk diingat bahwa ziarah kubur pada mulanya adalah dilarang sebelum akhirnya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam mengizinkan untuk melakukannya.

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda,

 «كنت نهيتكم عن زيارة القبور فزوروها» وفي بعض الروايات «فإنها تذكر الآخرة أو تذكركم بالآخرة»

 

" Dahulu aku melarang kalian dari berziarah kubur, akan tetapi sekarang berziarah lah ". 

Dan dalam riwayat lain disebutkan, 

" Sesungguhnya ziarah kubur akan mengingatkan kalian kepada kehidupan akhirat ". ( HR. Muslim ) 

 Larangan tersebut memang sangat beralasan karena masalah kubur memang sangat rawan akan bahaya kesyirikan yang itu merupakan lawan dari dakwah beliau dakwah tauhid. Selain itu pada masa awal berkembangnya Islam kondisi keimanan para shahabat masih dalam tahap pembinaan, jadi sebagai tindakan preventif sangat wajar jika beliau melarang kaum muslimin melakukan ziarah kubur. Bahkan ketika para shahabat telah menjadi orang mukmin pilihan beliau masih tetap saja memperingatkan mereka dari bahaya kubur, sebagaimana tercermin dalam sabda beliau menjelang kewafatannya:

لعن الله اليهود و النصارى ، اتخذوا قبور أنبيائهم المساجد

"Laknat Allah kepada orang-orang Yahudi dan Nashrani yang telah menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid (tempat melakukan ibadah). " ( HR. Muslim ) 

Peringatan tersebut tentunya juga ditujukan kepada kita semua selaku umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang sudah berada jauh dari generasi shahabat, apalagi jika aqidah kita masih sangat pas-pasan bahkan cenderung masih lemah. Jangan sampai izin yang diberikan Rasulullah justru menjadi bumerang yang berbalik membinasakan kita. Bukannya pahala ziarah yang didapat namun malah terjurumus dalam jurang dosa bahkan dosa yang tak terampunkan yakni syirik. 

Diantara beberapa kekeliruan seputar ziarah kubur adalah sebagai berikut:

▪ Mengkhususkan hari-hari tertentu dalam melakukan ziarah kubur, seperti harus pada hari Jum'at, hari ke tujuh atau empat puluh hari setelah kematian, pada hari raya dan sebagainya. Semua itu tak pernah diajarkan oleh Rasulullah dan beliaupun tidak pernah mengkhususkan hari-hari tertentu untuk berziarah kubur.

▪  Thawaf atau mengelilingi kuburan, beristighatsah atau minta perlindungan kepada penghuninya terutama sering terjadi dikuburan orang shalih, ini termasuk syirik besar. Demikian pula menyembelih hewan disisi kuburan dan ditujukan karena si mayit.

▪ Menjadikan kuburan sebagai masjid-masjid untuk pelaksanaan ibadah dan acara-acara ritual seperti membaca Al-Qur'an, berdoa, berdzikir, sholat dan semisalnya. 

▪  Sujud, membungkuk kearah kuburan, kemudian mencium dan mengusapnya.

▪  Shalat di atas kuburan, ini tidak diperbolehkan kecuali shalat jenazah bagi yang ketinggalan dalam menyolatkan si mayit atau mayit telah di kubur namun belom ada yang mensholatkan. 

▪ Membagikan makanan atau mengadakan acara makan-makan di kuburan.

▪ Membangun kubur, memberi penerangan lampu dan semisalnya, memasang selambu atau tenda, tembok diatasnya.

▪ Menaburkan bunga-bunga dan pelepah pepohonan di atas pusara kubur. Adapun apa yang dilakukan Rasulullah ketika meletakkan pelepah kurma diatas kubur adalah kekhususan untuk beliau dan berkaitan denga perkara ghaib, karena Allah memperlihatkan keadaan penghuni kubur yang sedang disiksa dan hal ini tidak dapat ditiru oleh selainnya. 

▪  Memasang prasasti baik dari batu marmer maupun kayu dengan menuliskan nama, umur, tanggal lahir dan wafatnya si mayit.

▪ Mempunyai persangkaan bahwa berdo'a dikuburan itu mustajab sehingga harus memilih tempat tersebut.

▪ Membawa dan membaca Mushaf Al Qur'an diatas kubur, dengan keyakinan bahwa membaca di situ memiliki keutamaan. Juga mengkhususkan membaca surat Ya sin dan Al Fatihah untuk para arwah.

▪ Berulang ulang ziarahnya para wanita ke kuburan, padahal dalam hadits Rasulullah jelas-jelas telah bersabda:

لعن الله زورات القبور و الذين اتخذوا قبور أنبياء هم المساجد 

"Allah melaknat para wanita yang sering berziarah kubur dan orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid-masjid." (HR.  Ahmad )

▪ Meninggikan gundukan kubur melebihi satu dhira' (sehasta) yakni kurang lebih 40cm.

▪ Berdiri di depan kubur sambil bersedekap tangan layaknya orang yang sedang shalat .

▪  Buang hajat diatas kubur.

▪  Membangun kubah, menyemen dan menembok kuburan dengan batu atau batu bata.

▪  Memakai sandal,sepatu atau alas kaki ketika memasuki komplek pemakaman.

▪ Membaca dzikir-dzikir tertentu ketika membawa jenazah, demikian pula mengantar jenazah dengan membawa tempat pedupaan untuk membakar kayu cendana atau kemenyan.

▪ Duduk di atas kuburan.

▪ Membawa jenazah dengan sangat pelan-pelan dan langkah yang lambat, ini termasuk meniru ahli kitab Yahudi dan menyelisihi sunnah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam.

▪ Menjadikan kuburan sebagai ied dan tempat berkumpul untuk menyelenggarakan acara-acara ibadah disana.

كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿٣﴾ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿٤﴾ 

" Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu ). 

" Dan  janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui."
 

Kandungan ayat ini terdapat ancaman dan peringatan dari Allah Ta'ala, bahwa ketika kematian datang menjemput, orang akan sadar terhadap kelalaian nya, sadar bahwa apa yang dilakukan  lakukan adalah kesia-siaan. Barulah paham, bahwa harta yang telah susah payah  dikumpulkan akhirnya ditinggalkan, dan barulah ingat bahwa dunia itu amatlah singkat dan perjalanan akhirat yang kekal butuh perbekalan yang sangat banyak.

Dalam kondisi demikian, manusia semakin sadar dan semakin mengetahui, bahwa ketika ia telah masuk ke dalam kubur. Ia tidak lagi bisa memohon agar dikembalikan ke dunia, yang ada hanyalah pertanggung-jawaban kepada Allah Ta'ala. 

Sementara harta yang bertahun-tahun ia kumpulkan, saat itu sedang dibagi-bagi oleh keluarganya, sedangkan ia harus susah payah mempertanggung-jawabkan harta hasil jerih payahnya itu. harta dari yang halal akan diminta pertanggungjawaban dan harta dari yang haram akan mendapatkan siksa. 

Ayat ini terkandung penetapan adzab kubur, dan iman terhadap perkara ini adalah wajib dan membenarkan nya adalah suatu kelaziman, dan Allah Ta'ala akan menghidupkan seseorang didalam kuburnya dengan mengembalikan ruh pada jasadnya untuk diberikan ujian pertanyaan sehingga selamat orang yang mampu menjawabnya dan siksa bagi orang-orang yang tidak mampu menjawabnya. 

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, 

لَوْلَا أَنْ لَا تَدَافَنُوا لَدَعَوْتُ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُسْمِعَكُمْ من عَذَابَ الْقَبْرِ ما أسمعني

“Seandainya kalian tidak menguburkan orang yang telah wafat, tentulah aku akan berdoa kepada Allah agar memperdengarkan kepada kalian siksa kubur yang aku dengar.” (HR. Muslim dan Ahmad)

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَتْ عَلَىَّ عَجُوزَانِ مِنْ عُجُزِ يَهُودِ الْمَدِينَةِ فَقَالَتَا لِى إِنَّ أَهْلَ الْقُبُورِ يُعَذَّبُونَ فِى قُبُورِهِمْ ، فَكَذَّبْتُهُمَا ، وَلَمْ أُنْعِمْ أَنْ أُصَدِّقَهُمَا ، فَخَرَجَتَا وَدَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فَقُلْتُ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ عَجُوزَيْنِ وَذَكَرْتُ لَهُ ، فَقَالَ « صَدَقَتَا ، إِنَّهُمْ يُعَذَّبُونَ عَذَابًا تَسْمَعُهُ الْبَهَائِمُ كُلُّهَا » . فَمَا رَأَيْتُهُ بَعْدُ فِى صَلاَةٍ إِلاَّ تَعَوَّذَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

“Dari Aisyah Radhiallahu ‘anha, ia berkata: Suatu ketika ada dua orang tua dari kalangan Yahudi di Madinah datang kepadaku. Mereka berdua berkata kepadaku bahwa orang yang sudah mati diadzab di dalam kubur mereka. Aku pun mengingkarinya dan tidak mempercayainya. Kemudian mereka berdua keluar. Lalu Nabi shallallahu’alaihi wa sallam datang menemuiku. Maka aku pun menceritakan apa yang dikatakan dua orang Yahudi tadi kepada beliau. Beliau lalu bersabda: ‘Mereka berdua benar, orang yang sudah mati akan diadzab dan semua binatang ternak dapat mendengar suara adzab tersebut’. Dan aku pun melihat beliau senantiasa berlindung dari adzab kubur setiap selesai shalat”.  (HR. Al-Bukhary)

Sahabat Utsman bin Affan Radhiallahu’anhu berkata:

سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : « إن القبر أول منازل الآخرة فمن نجا منه فما بعده أيسر منه ، ومن لم ينج منه فما بعده أشد منه » قال : فقال عثمان رضي الله عنه : ما رأيت منظرا قط إلا والقبر أفظع منه

“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Alam kubur adalah awal perjalanan akhirat, barang siapa yang berhasil di alam kubur, maka setelahnya lebih mudah. Barang siapa yang tidak berhasil, maka setelahnya lebih berat’

Utsman Radhiallahu’anhu berkata, ‘Aku tidak pernah memandang sesuatu yang lebih mengerikan dari kuburan". (HR. At-Tirmidzi)

كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ ٱلْيَقِينِ ﴿٥》لَتَرَوُنَّ ٱلْجَحِيمَ ﴿٦﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ ٱلْيَقِينِ ﴿٧﴾

" Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin ".
" Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim ".
" Dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin."

Dalam ayat ini, Allah mengingatkan  segenap para manusia. Dan ini adalah bentuk kasih sayang Allah Ta'ala  kepada para hamba. Allah Ta'ala  ingatkan, janganlah kalian para hamba  disibukkan dengan perlombaan dunia, Jangan terlena dengan kemewahan yang semu, jangan haus akan kekayaan yang fana, karena hal demikian akan melalaikan dan melupakan kalian dari mencari bekal akhirat. Ketahuilah...sadarlah .....kemudian Yakinilah..... bahwa kematian itu pasti akan terjadi. Dan tidak ada seorang pun yang akan luput dari kejaran kematian. 

Adapun "Jahim" adalah nama dari nama-nama neraka, dan ayat ini merupakan penjelasan dari ancaman yang telah disebutkan diatas. Allah Ta'ala mengancam mereka dengan Neraka Jahim, yaitu saat ahli neraka melihat neraka yang sedang bergolak dengan dahsyat lagi menyala-nyala.

Dan saat dibangkitkan itulah pengetahuan manusia yang sebelumnya sebatas keyakinan berdasarkan kabar dari ilmu yaitu ilmu al-yaqin, berganti menjadi penginderaan ainu al-yaqin, yaitu menyaksikan dengan mata-mata kepala mereka tentang neraka dan adzab yang pedih. Pengetahuan akan hari kebangkitan yang sebatas keyakinan di dalam hati semakin dibuktikan dengan indera penglihatan. Semakin menyesallah orang-orang yang menyesal karena dilemparkan ke dalam neraka jahim yang menyala-nyala seraya merasakan adzab yang tidak pernah terpikir, terbayang dan terasa hingga merasakan hakul-yakin, dan  selamatlah orang-orang yang berbekal hingga masuk ke dalam surga. 

ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ ﴿٨﴾

" Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)."

Ayat ini memiliki kandungan makna yang umum, tatkala di akhirat segala bentuk nikmat niscaya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Ta'ala. Makanan, minuman, pakaian, kesehatan, kelonggaran, waktu luang, harta yang halal dan sedikit saja akan Allah Ta'ala tanyakan, lantas bagaimana dengan harta yang banyak yang dikumpulkan dalam perlombaan bermegah-megahan, serta kenikmatan-kenikmatan lain nya. 

لما نزلت هذه الآية، قال الناس: يا رسول الله، عن أي النعيم نسأل؟ فإنما هما الاسودان والعدو حاضر وسيوفنا على عواتقنا؟  قال: أن ذالك سيكون  

Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu, berkata, “Ketika ayat ini diturunkan ayat ini, orang-orang bertanya, Ya Rasul Allah, kenikmatan apakah yang akan ditanyakan kepada kami, padahal kami hanya punya dua benda hitam yaitu korma dan air, sementara musuh ada di hadapan kami, dan pedang-pedang ada di bahu kami ?” Rasul shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Sesungguhnya hal itu akan terjadi.” ( HR. At-Tirmidzi ) 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " إن أول ما يسأل عنه يوم القيامة أن يقال له : ألم نصح لك جسمك، ونرويك من الماء  البارد  

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, " Sesungguhnya hal yang pertama-tama akan ditanyakan kepada manusia pada hari kiamat ialah akan dikatakan kepadanya : “ Bukankah kami telah menjadikan tubuhmu sehat...., dan kami puaskan kamu meminum air yang sejuk. ...?” ( HR. At-Tirmidzi ) 

Dari Sahabat Abu Barzah, bahwasanya  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَ فَعَلَ ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ ، وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَ أَبْلَاهُ

" Tidaklah bergeser kedua kaki seorang hamba nanti pada hari kiamat, sehingga Allah akan menanyakan tentang empat perkara, tentang umurnya dihabiskan untuk apa, tentang ilmunya apa yang diamalkan , tentang hartanya, dari mana dia peroleh dan ke mana dia habiskan, dan tentang tubuhnya, untuk apa saja ia gunakan .” (HR. At-Tirmidzi ) 

Di dalam Shahih Muslim, Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, “Pada suatu siang atau malam hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar rumah. Kemudian beliau berpapasan dengan Abu Bakar dan Umar. Beliau bertanya, “Apa yang menyebabkan kalian keluar dari rumah kalian pada saat-saat seperti ini?”

Abu Bakar dan Umar menjawab, “Rasa lapar wahai Rasulullah.”

Beliau bersabda, “Demi yang diriku ada di Tangan-Nya, yang membuat aku keluar sama seperti yang menyebabkan kalian keluar. Mari berangkat”.

Maka Abu Bakar dan Umar beranjak bersama beliau. Beliau menemui seseorang dari kalangan Anshar, yang ternyata ia tidak berada di rumahnya. Ketika istrinya melihat kedatangan beliau, maka dia berkata, “Marhaban wa ahlan”.

Beliau bertanya, “Dimana suamimu?”

Wanita itu menjawab, “Dia pergi untuk mencari air tawar yang segar bagi kami.”

Pada saat itu sahabat yang dimaksudkan datang. Dia memandang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dua orang rekannya. Dia berkata, “Segala puji bagi Allah, pada hari ini aku tidak mendapatkan tamu-tamu yang lebih mulia selain diri tamuku.”

Lalu orang sahabat itu beranjak lalu datang lagi sambil membawa tandan yang di dalamnya ada korma segar dan korma yang sudah dikeringkan. Dia berkata, “Makanlah hidangan ini”. Lalu dia akan mengambilkan tempat minum.

Beliau bersabda, “Tak perlu engkau memerah air susu.”

Lalu orang sahabat itu menyembelih domba, dan mereka semua makan dan minum. Setelah mereka kenyang, beliau bersabda kepada Abu Bakar dan Umar, “Demi yang diriku ada di Tangan-Nya, kalian benar-benar akan ditanya tentang kenikmatan ini pada hari kiamat. Rasa lapar telah membuat kalian kelur dari rumah, kemudian kalian tidak kembali melainkan setelah mendapat kenikmatan ini.” ( HR. Muslim ) 

            .........☆☆☆☆☆☆.........