Selasa, 24 Februari 2015

MENGGAPAI AMPUNAN

Alhamdulillah, was sholatu was salamu ala Rosulillah, wa ba'du; 

Sesungguhnya manusia adalah makhluk yang lemah, aniaya, dan bodoh yang senantiasa terjerumus dalam lembah kemaksiatan baik di waktu pagi dan petang, betapa tidak, manusia diberikan sifat oleh Allah Ta'ala dalam firman Nya, "Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh ". ( QS Al - Ahzab 72 ). 

Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, "  كل ابن آدم خطاء ، وخير الخطاءين توابون ".  

" Setiap anak cucu Adam senantiasa berbuat kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah orang yang mau bertaubat ". ( HR Tirmidzi dan Ibnu Majah ). 

Allah Ta'ala berfirman, " Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar ". ( QS Taha 82 ).

Allah Ta'ala berfirman, " Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Aku-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ". ( QS Al - Hijr 49 ).

Allah Ta'ala mensifati diri Nya, " Yang Mengampuni dosa dan Menerima taubat lagi keras hukuman-Nya. Yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nya-lah kembali (semua makhluk). ( QS Ghafir 3 ). 

Allah Ta'ala berfirman, " Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ". ( QS Az-Zumar 53 ). 

Shahabat ‘Abdullah bin ‘Abbas pernah mengabarkan bahwa ada sekelompok orang dari kalangan musyrikin yang telah melakukan banyak pembunuhan dan perzinaan. Kemudian mereka mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya apa yang engkau katakan dan engkau dakwahkan sangat baik, kiranya engkau memberitahu kami apa yang bisa menjadikaffarah (penghapus dosa) atas perbuatan-perbuatan kami tersebut?”

Seketika itulah, Allah menurunkan ayat-Nya (yang artinya), " Katakanlah: “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az-Zumar: 53) (HR Bukhari dan Muslim)

Allah Ta'ala berfirman, " Mereka meminta kepadamu supaya disegerakan (datangnya) siksa, sebelum (mereka meminta) kebaikan, padahal telah terjadi bermacam-macam contoh siksa sebelum mereka. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mempunyai ampunan (yang luas) bagi manusia sekalipun mereka zalim, dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar sangat keras siksanya ". ( QS Ar-Ra'ad 6 ).

Allah Ta'ala berfirman dalam hadist Qudsi, "   يا عبادي ! انكم تخطءون بالليل والنهار وانا أغفر الذنوب جميعا فاستغفروني اغفر لكم  ".  

Artinya, " Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya kalian senantiasa berbuat kesalahan dan kealpaan sepanjang malam dan siang, dan Aku niscaya memberikan ampunan semuanya, maka mohonlah ampunan, niscaya Aku ampuni ". ( HR Muslim ). 

Merupakan tanda keberuntungan bagi seorang hamba, sekiranya ia melakukan suatu dosa, maka ia bersegera kembali ke jalan yang lurus dan bertaubat serta memohon ampunan kepada Allah Ta'ala, karena Dia adalah Dzat Penerima Taubat. 

Allah Ta'ala berfirman, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal ". ( QS Ali-Imran 133 - 136 ).

Sesungguhnya sebab-sebab diampuninya suatu dosa dan kesalahan diperoleh dengan beberapa cara diantaranya adalah berdoa, beristigfar dan memohon ampunan serta mengesakan Allah Ta'ala dengan bertauhid secara benar.  

عَنْ أَنَسِ بنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : (( قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَـى : يَا ابْنَ آدَمَ ، إنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ فِيْكَ وَلَا أُبَالِيْ ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ، ثُمَّ اسْتَغفَرْتَنِيْ ، غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِيْ ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ، ثُمَّ لَقِيتَنيْ لَا تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا ، لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابهَا مَغْفِرَةً )).

Dari Anas bin Mâlik Radhiyallahu anhu ia berkata, “Aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Allâh Azza wa Jalla berfirman, ‘Hai anak Adam! Sesungguhnya selama engkau berdo’a dan berharap hanya kepada-Ku, niscaya Aku mengampuni dosa-dosa yang telah engkau lakukan dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Seandainya dosa-dosamu setinggi langit, kemudian engkau minta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam ! Jika engkau datang kepadaku dengan membawa dosa-dosa yang hampir memenuhi bumi kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun, niscaya Aku datang kepadamu dengan memberikan ampunan sepenuh bumi.” (HR. at-Tirmidzi )

Doa merupakan sebab untuk menghapus dosa, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman, " Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu ". ( QS Ghafir 60 ).

Allah Ta'ala berfirman, " Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji". Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik". ( QS Ali-Imran 192-195 ).

Nabi sallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada umatnya tentang doa permohonan ampunan yang paling utama, yaitu lafal : 

اللّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَاْ عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ لَكَ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ، فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إَلَّا أَنْتَ

Allaahumma Anta Rabbii laa ilaaha illaa anta, khalaqtanii wa ana ‘abduka, wa ana ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastatha’tu, a’uudzu bika min syarri maa shana’tu, abuu`u laka bi ni’matika ‘alayya, wa abuu`u laka bi dzanbii faghfir lii, innahu laa yaghfirudz dzunuuba illaa anta

“Ya Allah, engkau adalah Rabb ku tidak ada yang berhak disembah selain engkau, engkau yang telah menciptakanku dan aku adalah hambamu, dan aku berada di atas perjanjian-Mu semampuku, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang aku perbuat, aku mengakui nikmatmu atas ku dan aku mengakui dosa-dosaku maka ampunilah aku, sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa selain-Mu”. 

( HR Bukhary ). 

Suatu hari sahabat muliya Abu Bakar As-Siddik radhiyallahu anhu berkata, wahai Rasulullah , ajarkan kepadaku suatu doa yang aku panjatkan dalam sholalku, maka Nabi Sallallahu alaihi wa sallam mengajarkan doa : 

اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيْرًا وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ اللهَ، فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِي إِنَّكَ أَنْتَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ“  

Artinya ; " Ya Allâh! sesungguhnya aku telah menzhalimi diriku dengan kezhaliman yang banyak dan tidak ada Yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allâh, maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu, dan kasihilah aku, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih”.  ( HR Bukhary dan Muslim ). 

                                  ~▪▪▪~

Rabu, 18 Februari 2015

TELADAN SEORANG ULAMA


Alhamdulillah, was sholatu was salamu ala Rosulillah, wa ba'du;

Para ulama merupakan pewaris para Nabi dan Rasul Sallallahu alaihi wa sallam, dan mereka adalah makhluk paling tahu tentang kebenaran dan penuh kasih dan sayang kepada sesama makhluk.

Telah dikisahkan oleh Abu Islam Sholih bin Taha Abdul Wa'hid, murid  As Syaikh Muhammad Na'siruddin Al - Albany rahimahullah berkata, suatu hari aku mengerjakan sholat subuh di masjid dekat rumah ku,  kemudian aku menuju ke rumah As-Syaikh, maka aku menjumpai beliau berada di maktabah (perpustakaan dirumah ) seperti biasanya, kemudian aku bertanya-tanya tentang masalah ilmiah, dan setelah usai aku berkata kepada beliau, wahai As-Saikh, aku memohon kepada Syaikh agar memberikan nasihat khusus untuk diriku.

Asy-Syaikh berkata, " Aku nasihatkan kepada dirimu, sebagaimana aku menasihati untuk diriku sendiri, dan ada tiga perkara; 

* Pertama, agar mengamalkan ilmu sekuat tenaga dan kemampuannya, karena Allah Ta'ala telah memberikan pujian bagi orang-orang yang mengamalkan ilmu mereka, sebagaimana firman Allah Ta'ala, " (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran ". ( QS. Az-Zumar 9 ).

Dan sebaliknya, Allah Ta'ala memberikan celaan dan cercaan kepada mereka yang tidak beramal untuk ilmu yang telah diketahui, sebagaimana firman Allah Ta'ala, " Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? ". ( QS Al - Baqarah 44 ).

Allah Ta'ala berfirman, " Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim ". ( QS. Al- Jumu' ah 5 ).

Berkata Abu Dar'da' radhiyallahu anhu, "  Sesungguhnya aku merasa takut dihadapan Allah Ta'ala pada hari kiamat, sekiranya Aku dihadapkan para makhluk semua dan dikatakan, " Wahai manusia, apa yang telah kamu amalkan dari ilmu yang telah kau ketahui. .? ". ( Sohih targhib dan tarhib ).

Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Sungguh tidak akan bergeser kaki seorang hamba kelak pada hari kiamat hingga ia ditanya empat perkara, diantaranya, tentang ilmu yang ia dapatkan, apa yang sudah ia amalkan. .? ". ( HR. Tirmidzi ).

Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Perumpamaan seorang yang memiliki ilmu yang mengajarkan kepada para manusia dan melupakan diri sendiri, ibarat lilin yang menerangi manusia dan membinasakan diri sendiri ". ( HR. Thobroni ).

Dahulu Nabi Sallallahu alaihi wa sallam senantiasa memanjatkan doa perlindungan kepada Allah Ta'ala dari ilmu yang tidak bermanfaat, "  اللهم إني أعوذ بك من علم لا ينفع،  ومن قبل لا يخشع،  ومن نفس لا تشبع، ومن دعوة لا يستجاب لها  ". ( HR. Muslim ).

Yang artinya, " Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusuk,  dari jiwa yang tidak merasa puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan ".

Wahai para saudaraku, dahulu Syaikh Al Albany rahimahullah merupakan sosok ulama yang senantiasa mengamalkan ilmunya, kita bisa melihat bagaimana pakaian, makanan, minuman, tidurnya, bangunnya, canda nya, sholat, puasa, ibadah, dan seluruh kehidupannya bahkan wafat nya pun diatas As-Sunnah.

Suatu hari kita dalam suatu rombongan mengadakan kegiatan di suatu tempat bertepatan dengan hari senin, kita dibikin heran ketika beliau berpuasa sedangkan usia beliau lebih dari delapan puluh tahun.

Suatu ketika, tatkala kita dalam serangkaian acara, setelah usai tanya jawab, dan dijumpai salah seorang dari mereka membawa senapan berburu, dan disana diletakkan suatu target untuk membidik nya, maka tak seorang dari rombongan dapat membidik sasaran dengan baik, hingga akhirnya As-Syaikh mengambil gilirannya, dan ditembak kan senapan tersebut tepat mengenai sasaran hingga semua merasa heran, mengiranya hanya sekedar kebetulan, dan diulangi kembali menembak sasaran dan tepat mengenai nya, dan hal ini mengamalkan firman Allah Ta'ala, "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya ". ( QS. Al-Anfal 60 ).
Dan didalam As-Sunnah disebutkan tafsir ayat tersebut Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Ketahuilah,bahwa kekuatan adalah melemparkan senjata ". (panah dan semisalnya). (HR. Muslim ).

Tatkala hal ini di tanyakan kepada putra As-Saikh tentang kejadian tersebut, maka ia bercerita sesuatu yang lebih mengherankan, yaitu tatkala dahulu selagi tinggal di Syam, ketika aku mengendarai mobil dan As-Saikh duduk dibelakang dan membuka kaca, seraya membidik seekor burung dan mengenai tepat sasaran sedang mobil dalam kondisi berjalan ".

* Perkara kedua, As-Saikh memberikan nasihat, agar diriku tidak banyak berharap terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain, sebagaimana hal ini, pernah seseorang sahabat meminta wasiat kepada Nabi Sallallahu alaihi wa sallam , wahai Rosulillah, berikan kepada diriku sebuah wasiat yang singkat, maka Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Hendaknya dirimu berputus asa dari sesuatu yang ada ditangan para manusia ". ( HR. Ahmad dan Ibnu Majah ).

Hal ini dikarenakan, tidak berharap terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain akan menumbuhkan kemandirian dan kemuliaan jiwa, sebagaimana Malaikat Jibril berpesan kepada Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, " Ketahuilah, bahwa kemuliaan seorang mukmin adalah mendirikan shalat malam dan merasa tidak butuh kepada para manusia " . ( HR. Hakim dan Thobroni ).

Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada seseorang sahabat yang meminta kepada Nabi agar ditunjukkan kepada suatu amalan jika ia mengerjakan nya niscaya mendapatkan kecintaan Allah Ta'ala dan kecintaan para manusia, maka Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Berbuat zuhud lah engkau didunia niscaya akan dicintai Allah Ta'ala, dan jauhkanlah dirimu dari meminta apa yang ada ditangan para manusia, niscaya engkau akan dicintai manusia ". ( HR. Hakim dan Ibnu Majah ).

Selagi seseorang menjauhi dari sikap meminta - minta kepada manusia, sehingga akan melahirkan penghormatan dan kemuliaan.
Suatu hari datang seorang arab badui ke kota Bashroh, dan bertanya kepada para penduduknya, siapa orang yang paling mulia di kota ini ? , maka para penduduk berkata, " Al - Hasan " . Kemudian ia bertanya kembali, apakah yang menjadikan Al - Hasan mulia ? , kemudian dijawab ; " Para manusia butuh terhadap ilmunya, sedangkan ia tidak butuh terhadap apa apa yang dimiliki oleh para manusia " .

Dengan demikian sebagai halnya para Nabi dan Rasul, mereka merupakan makhluk yang paling zuhud dan tidak butuh terhadap apa yang dimiliki oleh manusia, menebarkan ilmu dengan tanpa imbalan, dan senantiasa menjunjung tinggi firman Allah Ta'ala, "Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun dari padamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)". ( QS Yunus 72 ).

Para saudaraku, As-Saikh rahimahullah tergolong sosok yang paling zuhud dan merasa tidak tertarik dengan apa yang ditangan manusia, dan beliau bercerita, “ Alhamdulillah dengan taufiq Allah Ta'ala aku diberikan kemampuan semenjak usia muda untuk mempelajari dan menguasai ilmu tentang memperbaiki jam tangan, yang sama membutuhkan ketelitian dan ketekunan sebagai halnya mendalami ilmu As-Sunnah An-Nabawiyah, yang mana aku selalu menyisihkan waktu dalam sepekan selain hari selasa dan jum'at tiga jam di siang hari, yang dari nya aku dapat mencukupi kebutuhan harian diriku dan keluarga ku, dan hal ini berdasarkan sabda Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, " Sebaik-baik rizki adalah merasa cukup ". ( silsilah sohihah 1834 ).

Dan tidaklah diragukan lagi, bahwa merasa cukup adalah berbeda antara satu dengan lainnya, berdasarkan waktu, tempat, individu, dan keadaan. Sepantasnya orang yang cerdas meletakkan sesuatu sesuai porsi masing masing, tidak kurang dan tidak lebih, dengan demikian sedikit orang yang selamat dari bencana menumpuk harta, terlebih dimasa sekarang ini, yang mana telah terbuka pintu fitnah, semoga kita diberikan penjagaan dan diberikan kecukupan sebagai rizki di kehidupan kita.

Dan suatu hari beliau di tanyakan tentang hak cipta karya beliau, kemudian menjawab;  Itu merupakan penghasilan yang toyyib/baik.
Dan beliau tidak pernah mematok harga dari buku buku karya beliau, akan tetapi beliau sering kali mengatakan kepada pencetak buku, " Tentukanlah harganya sebagaimana yang engkau pandang layak hal tersebut ".

* Perkara ketiga, hendaknya engkau tidak berbicara dan berbuat sesuatu kemudian merasa menyesali di hari esok, hal ini sebagai mana sabda Nabi Sallallahu alaihi wa sallam kepada para sahabatnya, " Jika engkau mengerjakan sholat, maka tunaikanlah sholat tersebut seakan akan itu merupakan sholat yang terakhir kali engkau kerjakan, dan janganlah kamu berbicara dengan suatu kalimat yang engkau esok hari menyesali nya, dan berputus asa lah dari apa yang dimiliki tangan manusia ". ( HR. Ahmad dan Ibnu Majah ).

Yaitu, hendaknya kita menjaga lisan, dan timbanglah suatu ucapan sebelum engkau lontarkan, sebelum mendapatkan penyesalan, akan menampakkan celah dan aib bagi yang merenungi nya.
Selagi engkau menahan ucapan, maka engkau masih selamat, dan renungkan apakah akan membawa hasil baik atau buruk, beruntung atau merugi, mendapat pahala atau dosa, sekiranya membawa dampak maslahat maka ucapkan, dan apabila menjerumuskan ke dalam keburukan maka cegahlah, dikarenakan setiap yang membawa keburukan, engkau pasti akan dicaci, dicela, dan mendapatkan dosa, sehingga engkau akan menyesali nya di lain waktu, dengan itu engkau menjadi rendah dah hina, dan, " tidak pantas seorang mukmin merendahkan jiwa nya ". ( HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah ).

Bisa jadi lantaran satu ucapan mewarisi kehinaan selama lama nya, pada hakikatnya engkau tidak membutuhkan hal itu, maka tidak ada cara selamat kecuali harus senantiasa berhati-hati dan bertutur kata yang baik, tinggalkan ucapan kotor, dan hindari sesuatu yang menghancurkan pahala dan penyesalan, dan berusaha mengamalkan firman Allah Ta'ala, " Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia  ". ( QS Al Isrā 53 ).

Alangkah indahnya suatu nasihat yang mengatakan :
" Sekiranya dirimu menghendaki selamat dari gangguan, perjalanan mu dikenang, dan harga dirimu terjaga dengan baik, hendaknya lisan mu jangan sekali kali merobek aurat manusia, karena tubuh mu penuh dengan aurat, sedangkan para manusia juga memiliki lisan ( dapat melakukan seperti apa yang engkau lakukan ).

Betapa bijak nya suatu ucapan yang mengatakan : " Sekiranya berbicara merupakan sebongkah perak, maka diam adalah sebongkah emas ".

Allah Ta'ala berfirman, " Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.  Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali ". ( QS An-Nisa ' 144-115 ).

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada seseorang yang menghendaki keselamatan maka bersabda, " Tahanlah lisanmu ini ". ( HR. Tirmidzi ).

"""" كتاب : حياة السعادء  17-24 """"

Minggu, 08 Februari 2015

HAK PENGUASA

As-Syaikh Abdurrozak Al-Badr hafidhohullah Ta'ala.

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du; 

Sesungguhnya agama islam yaitu agama Allah Ta'ala yang telah diridhoi untuk para hamba Nya agar dijadikan sebagai keyakinan dan tidak ridha dengan keyakinan selainnya, agama islam adalah agama yang sempurna dalam berbagai aspek, yang mengajak untuk menjunjung tinggi nilai keluhuran, ketenangan, keamanan, keselamatan, kebajikan, kebaikan, kebahagiaan, dunia dan akhirat, dan orang-orang yang beriman senantiasa dalam kondisi seperti diatas selagi berpegang teguh pada agama mulia ini dengan penuh ridho, iman, pasrah, dan berserah diri.

Diantara ajaran agama islam serta hidayah yang agung adalah penjelasan tentang hak penguasa dari para rakyat nya dan kewajiban rakyat terhadap para pemimpin mereka, yang mana tidak akan menggapai maslahat dan kebaikan bagi para manusia didunia dan diakhirat, kecuali dengan nya, dikarenakan para rakyat tatkala menjaga hak-hak penguasa niscaya akan terealisasi banyak maslahat seperti keamanan, ketenangan, keteraturan, terbebas dari keributan, kekacauan dan tertib nya segala urusan.

Diantara pokok yang mendasar dalam agama, bahwasanya tidak akan tegak suatu agama kecuali dengan jamaah, dan tidak akan berdiri suatu jamaah kecuali dengan adanya imam dan pemimpin, dan tidak ada suatu imam kecuali harus ditaati dan dipatuhi, dan antara satu dengan yang lainnya saling berkaitan yang semuanya harus berjalan dengan baik sehingga terlahirkan maslahat dalam segala urusan mereka.

Adapun hak penguasa atas para rakyatnya teringkas dalam lima perkara yang selayaknya kita mengetahui dan mengamalkan nya:

* Pertama, memberikan nasihat kepada penguasa dan menghindari berbuat curang, khianat, hasad, dengki, dan semisalnya dari sifat yang tercela, yang ini merupakan bukan dari ajaran islam, bahkan ini merupakan perangai jahiliah, sebagaimana telah tetap dalam sohih Muslim, dari Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Agama adalah nasihat ", bertanya salah seorang sahabat, " nasihat bagi siapa ya Rasulullah? , " Nasihat kepada Allah, kepada Kitab Nya, kepada Rasul Nya, kepada pemimpin umat muslimin dan kepada para rakyat " .

Telah sah riwayat dari Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Tiga perkara yang tidak akan timbul kedengkian dalam hati seorang muslim,  yaitu ikhlas beramal semata karena Allah, memberikan nasihat kepada penguasa kaum muslimin dan berpegang teguh dengan jamaah kaum muslimin ". 

* kedua, berbaiat kepada imam yang telah disepakati oleh ahlil Hilli wal Aqdhi, yang mana mereka adalah para Ulama dan para Tokoh, adapun para rakyat mengikuti mereka.
Adapun menolak dan membelot maka ini merupakan perbuatan jahiliah, dan syariat telah melarang dan memberikan peringatan keras terhadap perbuatan tersebut, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam sohih nya, bahwa Nabi shollallahu alaihi wa sallam bersabda, " Barangsiapa yang melepas ketaatan dari penguasa, maka sungguh ia diberikan laknat oleh Allah pada hari kiamat sedangkan ia tidak memiliki hujjah, dan barangsiapa yang meninggal dunia sedangkan ia tidak berbaiat kepada penguasa, sungguh ia mati dalam keadaan perangai jahiliah ".
Sehingga berdasarkan dalil diatas, tidak layak dan halal bagi seorang muslim yang ia bermalam satu malampun, tidak berbaiat kepada imam yang telah sah disepakati oleh para Ahlil-Hilli wal-Aqdhi, sekiranya tidak melakukan, sungguh jika ia mati, ia dalam keadaan mati jahiliah.

* Taat dan patuh kepada penguasa baik dalam keadaan suka dan duka, senang atau susah dan sekalipun mendahulukan atas hak para manusia, selagi tidak memerintahkan untuk bermaksiat kepada Allah Ta'ala, sebagaimana telah sah riwayat imam Al Bukhary dan Muslim, dari sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma, bahwa Nabi shollallahu alaihi wa sallam bersabda, " Kewajiban seorang muslim adalah tunduk dan patuh kepada penguasa dalam keadaan suka dan duka selagi tidak memerintahkan kepada kemaksiatan, sekiranya memerintahkan kemaksiatan maka tidak ada ketundukan dan kepatuhan ".

Dalam riwayat yang sohih, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shollallahu alaihi wa sallam bersabda, " Kewajiban kalian (terhadap penguasa) adalah tunduk dan patuh dalam keadaan suka dan duka, senang atau susah dan walaupun mengalahkan hak dirimu ".

* Keempat, Menghindari dari memberontak dan membelot dan menentang baiat serta keluar dari kepemimpinan penguasa, dikarenakan ini merupakan perbuatan jahiliah dan sifat mereka. Dan banyak dijumpai banyak dalil dari Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, sebagaimana diriwayatkan dalam sohih, bahwa Nabi shollallahu alaihi wa sallam bersabda, " Barangsiapa yang tidak menyukai sesuatu dari penguasa, maka hendaknya ia bersabar, sesungguhnya tidaklah seseorang membangkang dari seorang penguasa walaupun sejengkal dan ia mati, maka kematiannya adalah kematian jahiliah " .

* Kelima, menghindari dari mencaci maki, melaknati, mencela, menggunjing, merendahkan martabat penguasa, karena ini akan mendatangkan keburukan yang besar, sebagaimana terdapat banyak dalil tentang larangan ini.
Diriwayatkan dari Ibnu Abi A'shim didalam As-Sunnah, dari sahabat Anas bin Malik radiyallahu anhu berkata, " Telah melarang kami para sahabat sahabat Rosulillah Sallallahu alaihi wa sallam dan berkata, " Janganlah kalian mencaci penguasa kalian, berbuat curang, membenci mereka, akan tetapi hendaknya kalian bertakwa kepada Allah Ta'ala dan bersabar ".

Diriwayatkan dari sahabat Abu Darda' radhiyallahu anhu berkata, " Janganlah kalian melaknati para penguasa, karena laknat adalah membinasakan, dan kebencian adalah tikaman ".

Akan tetapi kewajiban rakyat kepada penguasa mereka adalah mendoakan kebaikan dan kebajikan serta hidayah dan keselamatan, dan perlu diketahui bahwasanya berdoa kebajikan kepada penguasa memiliki arti berdoa untuk diri sendiri dan umat, dengan demikian, baiknya penguasa adalah baiknya umat, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah," Sungguh aku senantiasa mendoakan kholifah sepanjang siang dan malam semoga dilimpahkan kepada nya kebajikan dan agar diberikan taufiq dan aku menganggap perkara ini adalah wajib bagi diriku ".

Dan hendaklah masing masing kita merenungkan kenikmatan yang Allah berikan kepada kita di negeri ini dari nikmat aman, ketenteraman, ketenangan, nikmat islam dan keselamatan, dan ini merupakan nikmat yang amat berharga dan mahal, sepantasnya kita semua mengenang nya dan bersyukur kepada Allah Ta'ala, dikarenakan dengan kita bersyukur niscaya akan bertambah.

Allah Ta'ala berfirman, " Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". ( QS. Ibrahim 7 ).

Kehidupan kita di negeri ini, hubungan antara rakyat dan penguasa dari saling cinta dan kasih sayang, saling mendoakan, merupakan nikmat yang agung, sebagaimana diriwayatkan dalam shohih Muslim, bahwasanya Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Sebaik-baik pemimpin kalian adalah pemimpin yang kalian cintai dan ia mencintai rakyatnya, kalian berdoa untuk mereka dan mereka berdoa untuk para rakyat nya ".

Dan marilah kita menghadap kepada Allah Ta'ala , memohon dengan Asma'ul  Husna, dan Sifat-Sifat Nya yang Agung, sesungguhnya tidak ada sesembahan yang hak melainkan hanya Allah Ta'ala semata, kita memohon agar diberikan keberkahan dan kesempurnaan di negeri ini dibawah naungan Malik Salman -Hafizhahullah- Dan dilimpahkan keamanan dan keselamatan, terjaga islam dan iman, kebajikan dan kebaikan serta ihsan, sesungguhnya Allah Ta'ala Maha Esa dan kepada Nya kita berharap.  صلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه.

Kamis, 05 Februari 2015

KEHIDUPAN MANUSIA


Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du; 

Sesungguhnya manusia telah Allah Ta'ala ciptakan ketika berada di dalam kandungan Ibu-ibu mereka dalam dua kelompok, kelompok yang hidup bahagia dan kelompok yang hidup sengsara, sebagaimana hal ini telah diterangkan dalam hadist yang shohih sebagai berikut: 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بنِ مَسْعوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قالَ: حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ: إنَّ أَحَدَكُم يُجْمَعُ خلقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ: بِكَتْبِ رِزْقِهِ، وَأَجَلِهِ، وَعَمَلِهِ، وَشَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ، فَوَاللهِ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ غُيْرُهُ، إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا. (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)

Dari Abu ‘Abdir-Rahman ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menuturkan kepada kami, dan beliau adalah ash-Shadiqul Mashduq (orang yang benar lagi dibenarkan perkataannya), beliau bersabda,"Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (bersatunya sperma dengan ovum), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) seperti itu pula. Kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) seperti itu pula. Kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya. Maka demi Allah yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Dia, sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli surga, sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka dengan itu ia memasukinya. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli neraka, sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli surga, maka dengan itu ia memasukinya". (HR.Bukhari dan Muslim).

Dan manusia yang hidup di dunia ini juga terdapat dua kelompok, sebagaimana yang telah sah dari Hadist riwayat Ali radhiyallahu anhu, ia berkata:

Kami sedang mengiringi sebuah jenazah di Baqi Gharqad (sebuah tempat pemakaman di Madinah), lalu datanglah Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam  menghampiri kami. Beliau segera duduk dan kami pun ikut duduk di sekeliling beliau yang ketika itu memegang sebatang tongkat kecil.

Beliau menundukkan kepalanya dan mulailah membuat goresan-goresan kecil di tanah dengan tongkatnya itu kemudian beliau bersabda: Tidak ada seorang pun dari kamu sekalian atau tidak ada satu jiwa pun yang hidup kecuali telah Allah tentukan kedudukannya di dalam surga ataukah di dalam neraka serta apakah ia sebagai seorang yang sengsara ataukah sebagai seorang yang bahagia.

Lalu seorang lelaki tiba-tiba bertanya: Wahai Rasulullah! Kalau begitu apakah tidak sebaiknya kita pasrah saja kepada takdir kita dan meninggalkan amal sholeh? Jawaban Rasulullah : Barang siapa yang telah ditentukan sebagai orang yang berbahagia, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang berbahagia. Dan barang siapa yang telah ditentukan sebagai orang yang sengsara, maka dia akan mengarah kepada perbuatan orang-orang yang sengsara.

Kemudian beliau melanjutkan sabdanya: Beramallah! Karena setiap orang akan dipermudah! Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang berbahagia, maka mereka akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang bahagia. Adapun orang-orang yang ditentukan sebagai orang sengsara, maka mereka juga akan dimudahkan untuk melakukan amalan orang-orang sengsara.

Kemudian beliau membacakan ayat berikut ini: ( QS Al - Layl 5-10 ), "Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar ". (HR.Muslim).

Dan manusia kelak di hari kiamat setelah hisab dan pembalasan, akan terpecah menjadi dua bagian kelompok,    yaitu kelompok yang bahagia dan kelompok yang sengsara, sebagaimana yang telah difirmankan Allah Ta'ala, " Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada azab akhirat. Hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpulkan untuk (menghadapi)nya, dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk). Dan Kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. Di kala datang hari itu, tidak ada seorangun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia. Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik nafas (dengan merintih). mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki. Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya ". (QS. Hud 103-108 ).

Kehidupan yang bahagia adalah ketika seseorang telah dijauhkan dari siksa neraka dan dimasukan kedalam surga, adapun orang yang sengsara adalah orang yang tidak diberikan ampunan dan tidak dihapus dosa dosanya, sehingga ia dimasukkan kedalam neraka. 

Kebahagiaan didunia dan akhirat diraih dengan iman dan amal saleh, sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik(bahagia) dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan ". (QS. An-Nahl 97 ).

Adapun kesengsaraan didunia dan diakhirat disebabkan oleh kekufuran dan kemaksiatan, serta berpaling dari peringatan Allah Ta'ala, sebagaimana firman Allah Ta'ala, " Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal ". ( QS.Taha 124-127 ).

Maka sepantasnya bagi yang menghendaki kehidupan yang bahagia hendaknya ia bersegera kembali ke jalan Allah Ta'ala yang lurus, dan sebagai penutup, marilah kita merenungkan firman Allah Ta'ala, " Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu. Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain disamping Allah (menyekutukan Allah).  Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu. Demikianlah tidak seorang rasulpun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan: "Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila". Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas. Maka berpalinglah kamu dari mereka dan kamu sekali-kali tidak tercela. Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh. Maka sesungguhnya untuk orang-orang zalim ada bagian (siksa) seperti bahagian teman mereka (dahulu); maka janganlah mereka meminta kepada-Ku untuk menyegerakannya. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang kafir pada hari yang diancamkan kepada mereka ".  ( QS. Adh-Dhāriyāt 50-60 ).