Jumat, 03 April 2015

UJIAN

As-Saikh Prof.DR Abdurrozak Al-Badr hafidhohullah Ta'ala. 

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala ' Rosulillah, wa ba'du;  

Sesungguhnya kehidupan di dunia ini adalah kehidupan yang penuh cobaan dan ujian, tiada manusia yang tinggal di bumi ini kecuali pasti mendapatkan ujian, kemudian ia akan kembali kehadapan Allah Ta'ala , sebagaimana firman Allah Ta'ala, 

وَلِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ لِيَجْزِىَ ٱلَّذِينَ أَسَٰٓـُٔوا۟ بِمَا عَمِلُوا۟ وَيَجْزِىَ ٱلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ بِٱلْحُسْنَى ﴿٣١﴾

Artinya : " hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga)."
(Q.S.53 : An-Najm : 31)

Allah Ta'ala berfirman, 

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ ﴿٣٥﴾

Artinya : " Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan."  (Q.S.21: Al-Anbiya : 35 ) 

Ujian yang Allah Ta'ala turunkan kepada hamba-Nya didunia ini terkadang berupa kesenangan dan kegembiraan dan terkadang dengan keburukan dan petaka, seseorang di uji dengan sehat dan sakit, di uji dengan kekayaan dan kemiskinan, maka setiap mukmin pasti mendapatkan bagian dari cobaan dan ujian, dengan kesenangan dan kesengsaraan, dan semua adalah membawa baik dan kebaikan dalam setiap ujian yang ia terima, sebagaimana telah diriwayatkan dalam musnad Imam Ahmad rahimahullah, dari hadist Anas radhiyallahu anhu, bahwasanya Rosulillah Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, "  

 : ((عَجَبًا لِلْمُؤْمِنِ !! لَا يَقْضِي اللَّهُ لَهُ شَيْئًا إِلَّا كَانَ خَيْرًا لَهُ ))؛

Artinya : " Mengherankan perkara orang-orang mukmin, tidaklah Allah Ta'ala memutuskan suatu perkara baginya, kecuali kembali padanya suatu kebajikan ". 

Sabda Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, " Suatu perkara baginya " , ini menunjukkan kepada bentuk cobaan yang bisa berbentuk kesenangan dan keburukan, dan apa yang menimpa seorang mukmin semuanya adalah baik bagi dirinya, hal ini dikarenakan bahwasanya seorang mukmin jika ia tertimpa suatu keburukan, musibah, menderita sakit, mengalami kefakiran, dan semisalnya dari sesuatu yang tidak disenangi, ia mampu bersabar, sehingga ia menggapai pahala orang-orang yang sabar, demikian juga tatkala ia diberikan ujian yang berupa sesuatu yang menyenangkan seperti kegembiraan, diberikan kemudahan dalam urusan nya, dilimpahkan kesehatan, kekayaan, ia dapat melalui ujian ini dengan berbuat syukur kepada Allah Ta'ala, sehingga ia tergolong dari para hamba yang mampu bersyukur. 

Sebagaimana telah tetap riwayat dari sahabat Syuhaib ibnu Sinan radhiyallahu anhu, bahwasanya Rosulillah Sallallahu alaihi wa sallam bersabda,  

: (( عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ !! إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ ؛ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ ))

Artinya : " Mengherankan perkara yang menimpa seorang mukmin, sesungguhnya segala urusannya kembali kepada kebaikan, dan hal itu hanya terjadi pada seorang mukmin, sekiranya ia ditimpa suatu kebahagiaan, maka ia bersyukur, maka ini adalah kebaikan untuk nya, dan jika ia ditimpa musibah dan bersabar, maka ini adalah kebaikan untuk nya ". 

 Kandungan dalam hadist ini menunjukkan bahwa orang yang sedang tertimpa musibah dan ia mampu untuk bersabar maka ini merupakan kebaikan untuk dirinya karena ia mendapatkan pahala orang yang bersabar, dan jika ia mendapatkan  ujian yang berupa kesenangan, kelonggaran, keluasan dan bersyukur, maka ia mendapatkan pahala orang yang bersyukur, sehingga ia nenggapai antara pahala sabar dan syukur dalam setiap ujian dan cobaan, sebagaimana dua perkara ini tergabung dalam empat tempat didalam Al-Qur'an Al-Karim, 

  إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ

" Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur."
(Q.S.31: Luqman : 31) 

Didalam ayat mulia ini terkumpul dua kemuliaan dan pujian yang keduanya memiliki kedudukan yang tinggi lagi agung, yaitu kedudukan sabar di waktu susah dan kedudukan syukur di waktu gembira. 

Seyogyanya seorang hamba Allah yang mukmin mengetahui bahwa sebagian hamba Allah Ta'ala yang diberikan kenikmatan, kelonggaran, lebih dalam harta, kecukupan dalam rizki, diberikan kesehatan, diberikan karunia keluarga dan keturunan, atau semisalnya dari kenikmatan, hal ini bukanlah pertanda dan dalil bahwasanya Allah Ta'ala ridho kepadanya, dan memberikan kemuliaan pada dirinya, sebagaimana pula ketika Allah Ta'ala menimpakan musibah, mempersempit rizkinya, mengurangi kesehatan dirinya, dan memberikan keterbatasan dalam segala urusannya, bukan pertanda dan dalil bahwa Allah Ta'ala tidak cinta dan meridhai dirinya dan Allah Ta'ala menghinakan dirinya. 

Prasangka buruk yang ada pada sebagian manusia ini telah dijelaskan oleh Allah Ta'ala tentang ketidak benarannya, sebagaimana di firmankan, 

فَأَمَّا ٱلْإِنسَٰنُ إِذَا مَا ٱبْتَلَىٰهُ رَبُّهُۥ فَأَكْرَمَهُۥ وَنَعَّمَهُۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَكْرَمَنِ ﴿١٥﴾

وَأَمَّآ إِذَا مَا ٱبْتَلَىٰهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُۥ فَيَقُولُ رَبِّىٓ أَهَٰنَنِ ﴿١٦﴾

Artinya : 15. " Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku".  16. " Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: "Tuhanku menghinakan ".
(Q.S.89: Al-Fajri :15-16)

Maka Allah Ta'ala sangkal tentang prasangka yang demikian dengan firman Nya,  
كَلَّا ۖ
Artinya : "Sekali-kali tidak (demikian),  yaitu, tidak seperti yang kalian sangkakan, sesungguhnya orang yang Allah Ta'ala berikan kelonggaran harta, kesehatan, keturunan dan semisalnya, bukan merupakan dalil dan pertanda bahwa Allah Ta'ala ridho dan memuliakan orang tersebut, dan sebaliknya, jika Allah Ta'ala memberikan kesempitan harta dan semisalnya bukan menjadi pertanda bahwa Allah Ta'ala menghinakan orang tersebut, keduanya adalah ujian dan cobaan, ini di berikan ujian harta, kesehatan, keturunan, serta aneka karunia dan satunya diberikan ujian fakir, sakit serta beragam keterbatasan. 

Oleh karena itu, para ulama berbeda pendapat tentang kedua kelompok tersebut, mana yang paling afdal dan utama disisi Allah Ta'ala antara orang kaya lagi bersyukur atau orang fakir nan sabar ?

Jawaban yang tepat adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah Ta'ala diantara keduanya, sekiranya dalam ketakwaan sama maka keduanya memiliki pahala yang sama, karena salah satunya diberikan ujian kekayaan dan bersyukur, dan satunya di berikan ujian fakir dan sabar, keduanya meraih keberhasilan, keduanya melaksanakan ubudiyah di setiap ujian mereka, keberhasilan pahala syukur dan keberhasilan pahala sabar. 

Kemudian akhir dari semua perjalanan ini adalah :  وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ  ,

Yaitu, semua akan kembali kehadapan Allah Ta'ala. 

Dengan demikian segala bentuk ujian dan cobaan yang ditimpakan kepada para hamba, ia akan menerima balasan dari Allah Ta'ala, balasan baik kepada orang yang berbuat kebajikan, dan siksa kepada orang yang berbuat keburukan, maka sepantasnya kita bertakwa kepada Allah Ta'ala dan kita bermujahadah terhadap diri kita masing-masing dalam mengarungi kehidupan ini, sehingga kita tergolong sebagai hamba-Nya yang beruntung dan selamat dari ujian dan cobaan yang bersifat kesenangan dan kesedihan, dan Allah Ta'ala semata yang memberikan limpahan taufiq dan tiada sekutu bagi-Nya. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar