Kamis, 26 Maret 2015

TATKALA GELISAH MENGHAMPIRI


Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala ' Rosulillah, wa ba'du; 

Sesungguhnya kehidupan dunia tidak luput dari perasaan gelisah dan kesedihan, sedangkan manusia diciptakan dalam keadaan lelah dan letih.

Allah Ta'ala berfirman dalam surat Al-Balad :4 ,

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي كَبَدٍ

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.

Hati manusia terkadang diselimuti ketakutan dan terbayangi terhadap perkara yang telah dikerjakan sehingga mendatangkan kesedihan, demikian pula Kawatir terhadap urusan yang akan datang menghampirinya sehingga menimbulkan kegelisahan, dan terkadang ia sedang terbelit suatu urusan yang ia hadapi, sehingga mengakibatkan kegundahan.

Hal semacam ini terjadi kepada siapa saja, termasuk orang-orang salih di zaman dahulu.

Allah Ta'ala berfirman mengisahkan tentang Nabi Ya'qub alaihi salam dalam surat Yusuf : 85-86 :

قَالُوا۟ تَٱللَّهِ تَفْتَؤُا۟ تَذْكُرُ يُوسُفَ حَتَّىٰ تَكُونَ حَرَضًا أَوْ تَكُونَ مِنَ ٱلْهَٰلِكِينَ ﴿٨٥﴾     قَالَ إِنَّمَآ أَشْكُوا۟ بَثِّى وَحُزْنِىٓ إِلَى ٱللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ ﴿٨٦﴾

Artinya :
Mereka berkata: "Demi Allah, senantiasa kamu mengingati Yusuf, sehingga kamu mengidap penyakit yang berat atau termasuk orang-orang yang binasa".  86. Ya'qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya".

Jika kita tertimpa kesedihan dan kegundahan maka seyogyanya memohon perlindungan kepada Allah Ta'ala, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Sallallahu alaihi wa sallam senantiasa mengucapkan doa :

اللَّهُمَّ إني أعوذ بك من الهم والحزن .

Artinya : " Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kegundahan dan kegelisahan ".

Allah Ta'ala berfirman dalam surat fa'thir : 34 ,

وَقَالُوا۟ ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِىٓ أَذْهَبَ عَنَّا ٱلْحَزَنَ ۖ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ ﴿٣٤﴾

" Dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampum lagi Maha Mensyukuri."

Sepantasnya seorang muslim tidak berlarut dalam kesedihan, dikarenakan Allah Ta'ala telah menulis suratan takdir setiap makhluk, dan segala kebaikan dan keburukan tidak akan menimpa hamba kecuali atas takdir Allah Ta'ala semata, apa yang dikehendaki oleh Allah Ta'ala pasti akan terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki oleh Allah Ta'ala tidak akan menimpa dirinya, dan barangsiapa yang ridho terhadap putusan Allah Ta'ala maka baginya keridhoan, dan barangsiapa yang berkeluh kesah dan benci, maka baginya kebencian.

Diantara petunjuk yang dianjurkan dalam agama islam, ketika seseorang mendapatkan kesedihan, hendaknya ia mengucapkan doa-doa berikut ini :

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ، إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ،

Artinya : " Tiada Ilah yang hak kecuali hanyalah Engkau ya Allah, Maha Suci Diri-Mu, sesungguhnya aku termasuk dari golongan hamba-Mu yang telah berbuat aniaya ".

اللَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِي بِيَدِكَ مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ ال...ْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي وَنُورَ صَدْرِي وَجِلَاءَ حُزْنِي وَذَهَابَ هَمِّي

Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu, dan anak hamba perempuan-Mu. Ubun-ubunku berada di tangan-Mu. Hukum-Mu berlaku pada diriku. Ketetapan-Mu adil atas diriku. Aku memohon kepada-Mu dengan segala nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau Engkau turunkan dalam Kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu, agar Engkau jadikan Al-Qur'an sebagai penyejuk hatiku, cahaya bagi dadaku dan pelipur kesedihanku serta pelenyap bagi kegelisahanku ".

Diantara kandungan doa diatas sebagai berikut :

1). Merealisasikan ibadah hanya untuk Allah, merasa hina di hadapan-Nya, mengaku bahwa dirinya adalah makhluk ciptaan-Nya sekaligus hamba-Nya, baik dirinya maupun kakek dan nenek moyangnya, mulai dari bapak ibu kandungnya yang terdekat sampai berpangkal pada Adam dan Hawa. Semua adalah hamba dari Allah. Dialah yang menciptakan mereka, Rabb mereka, Penguasa mereka, yang menangani segala urusan mereka.
Di antara bentuk realisasi pengakuan-pengakuan di atas adalah konsistensi seorang hamba dalam beribadah kepadaNya yang terwujud dalam rasa keterhinaan dan ketundukannya kepada Allah, melaksanakan titah dan menjauhi laranganNya, selalu merasa butuh kepada-Nya, berlindung kepada-Nya, meminta pertolongan kepada-Nya, tawakkal kepada-Nya, meminta perlindungan kepada-Nya, dan agar hati tak bertaut pada selain-Nya, baik dalam hal kecintaan, rasa takut, maupun pengharapan.

2). Hendaknya seorang hamba mengimani qadha dan qadar Allah. Juga meyakini apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi, sedang yang tidak dikehendaki-Nya tak akan terjadi. Demikian pula bahwa tidak ada yang sanggup mengintervensi hukum Allah (merubah ataupun membatalkannya), tak ada pula yang dapat menolak keputusan-Nya. Allah Ta'ala berfirman dalam surat Fa'thir : 2 ,

مَّا يَفْتَحِ ٱللَّهُ لِلنَّاسِ مِن رَّحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا ۖ وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُۥ مِنۢ بَعْدِهِۦ ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ ﴿٢﴾

" Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."

Karena itulah, dalam doa tersebut dinyatakan, “Ubun-ubunku ada ditangan-Mu, ketentuan-Mu berlaku terhadapku, keputusan-Mu terhadapku adil semata.” Ubun-ubun seorang hamba, yakni kepada bagian depan, ada di tangan Allah. Allah memperlakukannya sekehendak-Nya; juga memberi ketentuan terhadapnya sesuai dengan yang Dia kehendaki. Tak ada yang bisa mencampuri ketentuan-Nya, tidak ada pula yang bisa menolak keputusan-Nya, tidak ada pula yang bisa menolak keputusan-Nya. Maka dari itu, kehidupan seorang hamba, kematiannya, kematiannya, kebahagiaannya, kesengsaraannya, kesehatannya, cobaan yang ia terima, semua itu kembali pada Allah, tak ada sama sekali yang menjadi wewenang hamba.

Bila seorang hamba percaya bahwa ubun-ubunnya dan juga ubun-ubun semua hamba lainnya ada di tangan Allah, Dia akan memperlakukan mereka sesuai dengan kehendak-Nya, maka setelah itu ia tidaklah takut kepada sesama hamba, tidak menaruh harap pada mereka, tidak memposisikan mereka sebagai pemilik dirinya, tidak menggantungkan asa dan harapannya pada mereka. Ketika itu, barulah tauhid, tawakkal dan penghambaannya kepada Alllah benar-benar terwujud. Sebagaimana firman Allah Ta'ala dalam surat Huud : 56 ,

إِنِّى تَوَكَّلْتُ عَلَى ٱللَّهِ رَبِّى وَرَبِّكُم ۚ مَّا مِن دَآبَّةٍ إِلَّا هُوَ ءَاخِذٌۢ بِنَاصِيَتِهَآ ۚ إِنَّ رَبِّى عَلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴿٥٦﴾

" Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus"."

Ungkapan dalam doa “ketentuan-Mu berlaku atas diriku” ini mencakup dua ketentuan; ketentuan dalam agama dan ketentuan dalam agama dan ketentuan takdir berkenaan dengan semesta. Dua ketentuan ini akan berlaku pada diri hamba, ia terima ataupun tolak. Hanya saja ketentuan takdir tidak mungkin untuk dilawan. Sedangkan ketentuan agama terkadang dilanggar oleh seorang hamba dan ia terancam mendapatkan hukuman siksa sesuai dengan pelanggaran yang ia lakukan.

Ungkapan “keputusan-Mu terhadapku adil semata”, ini mencakup semua keputusan Allah terhadap hamba-Nya dari segala sisi, baik sehat atau sakit, kaya atau miskin, rasa nikmat atau rasa nyeri, hidup atau mati, mendapat siksa atau mendapat ampun; semua yang Allah putuskan terhadap hamba itu adalah adil semata.

3). Hendaknya seorang hamba mempercayai nama-nama Allah yang indah (asmaul husna) dan sifat-sifat-Nya yang agung yang terdapat dalam al-Qur’an dan Sunnah; bertawassul kepada Allah dengan nama dan sifat-Nya. Ini sebagaimana firman Allah dalam surat Al-A'rof : 180,

وَلِلَّهِ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ فَٱدْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا۟ ٱلَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِىٓ أَسْمَٰٓئِهِۦ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ ﴿١٨٠﴾

" Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan."

Semakin kuat seorang hamba mengenal Allah, nama dan sifat-Nya, maka ia akan semakin takut kepada Allah, semakin besar merasakan pengawasan-Nya terhadap dirinya dan akan semakin jauh dari kemaksiatan dan hal-hal yang Allah murkai.

Karena itulah, hal terbesar yang dapat mengusir rasa resah, sedih dan gelisah adalah kala hamba mengenal Rabbnya, memenuhi hatinya dengan pengetahuan tentang Allah dan bertawassul kepada-Nya dengan nama dan sifat-Nya. Karena itulah dalam doa tersebut dinyatakan, aku memohon kepada-Mu dengan segenap nama milik-Mu yang Engkau sandangkan pada diri-Mu, atau yang Engkau turunkan di kitab-Mu, atau Engkau ajarkan pada seseorang dari sekalian hamba-Mu, atau yang Engkau simpan sendiri di ilmu gaib yang ada pada sisi-Mu. Ini adalah wasilah kepada Allah yang paling Allah cintai.

4 ). Memberikan perhatian pada al-Quranul Karim yang sama sekali tidak mengandung kebatilan sedikit pun, yang memuat petunjuk, kesembuhan, kecukupan dan keselamatan. Semakin besar perhatian seorang hamba pada al-Qur’an, baik dengan membaca, menghafal, mengkaji dan merenungkannya, mengamalkan, dan mengejawantahkannya, ia akan menggapai kebahagiaan, ketenangan, kelapangan dada, hilangnya resah, gelisah dan kesedihan sesuai dengan tingkat perhatiannya terhadap Kitabullah.

"لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ، وَرَبُّ الْأَرْضِ، وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ"

Artinya: “Tiada sembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah Yang Maha Agung, Maha Sabar, Tiada sembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah Rabb Al ‘Arsy Yang Agung, Tiada sembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah Rabbnya langit-langit dan Rabbnya bumi, Rabbnya “Arsy Yang Mulia.”

اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

Artinya: “Wahai Allah, Rahmat-Mu aku harapkan, maka janganlah sandarkan aku kepada diriku walau sekejap mata, perbaikilah keadaanku seluruhnya, tiada sembahan yang berhak disembah kecuali Engkau.”

Semoga kita diberikan perlindungan Allah Ta'ala dari segala keburukan dan dijauhkan dari kegelisahan dan kesedihan.

Kamis, 12 Maret 2015

PENGOBATAN RUQYAH NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM

As-Syaikh Prof.DR Abdurrozak Al-Badr hafidhohullah Ta'ala. 

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu 'ala Rosulillah, wa ba'du;

Pembahasan kali ini berkaitan dengan ruqyah atau pengobatan yang sangat agung yang telah terang diriwayatkan oleh Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam melalui para sahabat radhiyallahu anhum ajmaiin, dan dikatakan bahwa ini cara pengobatan Nabi Sallallahu alaihi wa sallam ketika menjenguk orang sakit atau didatangi oleh orang yang sedang sakit, dan yang digunakan oleh Ummul Mukminin 'Aisyah radhiyallahu anha untuk mengobati penyakit Nabi di waktu-waktu terakhir beliau sedang sakit shallallahu alaihi wa sallam, dan ini merupakan ruqyah yang agung, pengobatan yang mujarab, mengandung penyembuhan dan penawar bagi yang sakit dan terkena penyakit. 

Barangsiapa yang diberikan taufiq untuk menghafal lafadz ini serta memahami makna yang terkandung didalamnya dengan penuh ketulusan dan kejujuran dalam memanjatkan dan bersandar dan tawakal sepenuhnya kepada Allah Ta'ala, niscaya akan diberikan kesembuhan, baik dari penyakit badan atau hati. 

Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhary di dalam kitab Sohihnya, dari 'Aisyah radhiyallahu anha, bahwa Nabi shollallahu alaihi wa sallam mengucapkan doa perlindungan kepada Allah Ta'ala untuk sebahagian sahabat dan mengusapkan dengan tangan kanan beliau seraya berkata,

 "  إذهب البأس رب الناس ، واشف أنت الشافي لا شفاء إلا شفاؤك ، شفاء لا يغادر سقما  ". 

 "Adzhibil ba’sa robbannas,  wa isyfi ‘antasyafiy laa syifaa’a ‘illa syifaa ‘uka syifaa’an laa yughoodiru saqomaa".

“Ya Allah, hilangkan penyakit ini, wahai Penguasa seluruh manusia, sembuhkanlah! Engkaulah yang menyembuhkan, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, sembuhkanlah dengan kesembuhan sempurna tanpa meninggalkan rasa sakit.” (HR. Al-Bukhary).

Dan dalam riwayat lain, bahwa Rosulullah Sallallahu alaihi wa sallam ketika menjenguk orang sakit mengucapkan doa ini. (HR. Muslim). 

Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam meruqyah dengan doa, " 

امسح البأس رب الناس ، بيدك الشفاء ، لا كاشف له إلا أنت ". 

"Imsahil ba'sa robban-nas, biyadikas-syifa', la ka'syifa lahu illa anta".

Artinya: "Ya Allah , hilangkanlah penyakit ini , wahai Penguasa manusia, di tangan-Mu lah kesembuhan, tiada yang mampu menyembuhkan kecuali Engkau". (HR. Mutafaqqun Alaihi). 

Di dalam riwayat Imam Muslim, berkata 'Aisyah radhiyallahu anha, "Dahulu Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam apabila didatangi oleh para sahabat yang sedang sakit maka beliau shallallahu alaihi wa sallam mengusap dengan tangan kanannya seraya berdoa dengan doa diatas, dan tatkala Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sakit dan terasa amat parah, maka aku gerakan tangan Nabi shallallahu alaihi wa sallam untuk mengusap sebagai mana dahulu beliau mengusap, kemudian beliau tiba-tiba menarik tangan beliau seraya berkata, "  

اللهم اغفر لي واجعلني مع الرفيق الأعلى  ".

Artinya: "Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan perkenankanlah aku berjumpa dengan-Mu Wahai Dzat Yang Maha Mendampingi lagi Maha Tinggi".

Kemudian 'Aisyah radhiyallahu anha berkata, "Dalam sekejap setelah beliau berdoa, maka beliau wafat, Sholawatullah wa Sallamuhu Alaihi. 

Diriwayatkan oleh Al-Imam Ibnu Majah dengan lafadz, " Aisyah radhiyallahu anha berkata, "Dahulu Nabi Sallallahu alaihi wa sallam berlindung kepada Allah Ta'ala dengan memanjatkan doa,

 "  إذهب البأس رب الناس ، واشف أنت الشافي لا شفاء إلا شفاؤك ، شفاء لا يغادر سقما  ".

Kemudian tatkala Nabi Sallallahu alaihi wa sallam sakit, yang menjadikan beliau wafat, Aku menggerakkan tangan beliau untuk mengusap dan aku mengucapkan doa diatas, tiba-tiba beliau sadar dan menarik tangan beliau seraya mengucapkan doa,  

" اللهم اغفر لي والحقني بالرفيق الأعلى "

 Artinya:  "Ya Allah, ampunilah dosa-dosa ku , dan aku memohon perjumpaan dengan Dzat Yang Maha Mendampingi lagi Maha Tinggi". 

Dan ini merupakan ucapan yang terakhir yang aku dengar dari Rosulullah shallallahu alaihi wa sallam. 

Diriwayatkan dari Ishaq ibnu Rohuyyah dalam musnadnya, bahwa 'Aisyah radhiyallahu anha berkata, "Aku mengucapkan doa kesembuhan untuk Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam sakitnya yang terakhir, yaitu doa:

إذهب البأس رب الناس ، أشفق أنت الشافي ، اشف شفاء لا يغادر سقما ، الشفاء بيدك

'Aisyah radhiyallahu anha berkata, "Aku mengucapkan doa ini ketika beliau wafat karena sakit, maka Nabi Sallallahu alaihi wa sallam berkata, "Berhentilah untuk berdoa, sesungguhnya doa ini bermanfaat selama ajal belum datang, yaitu selagi masih bisa hidup di dunia ini". 

Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad di dalam musnad-nya, dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu berkata, "Dahulu Nabi Sallallahu alaihi wa sallam apabila menjenguk orang sakit beliau berdoa,

اللهم رب الناس ، مذهب البأس ، اشف انت الشافي ، لا شفاء إلا أنت ، شفاء لا يغادر سقما  " .

Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bazzar didalam musnad-nya, dari sahabat Ammar ibnu Yasir radhiyallahu anhu berkata, "Suatu hari Nabi shallallahu alaihi wa sallam datang kepada dirinya dan mengucapkan doa: 

« أذهب البأس رب الناس ، واشف أنت الشافي لاَ شفاء إلا شفاؤك ، شفاءً لاَ يغادر سقما» 

Diriwayatkan oleh Al-Imam At-Thobrony dalam kitab do'a , dari sahabat Abdullah ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu, dahulu ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam datang menjenguk orang sakit beliau berdoa : 

 « أذهب البأس رب الناس ، واشف أنت الشافي لا شفاء إلا شفاؤك ، شفاءً لا يغادر سقما » 

Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad didalam musnad-nya , berkata Muhammad bin Ha'tib , suatu hari tanganku terkena tumpahan panci, yaitu masakan yang panas mendidih, kemudian ibuku membawaku ke hadapan Nabi Sallallahu alaihi wa sallam mengucapkan doa : 

«أَذْهِبْ الْبَأسْ رَبَّ النَّاسْ » 

Dan aku mendengar pula ucapan doa : 

 «اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي» 

Dan beliau sallallahu alaihi wa sallam mengusap dengan tangan beliau.  

Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad didalam musnad-nya dari Muhammad bin Ha'tib dari ibu nya Ummu Jamil binti Mujjalil radhiyallahu anha, ia bercerita, " Suatu hari aku membawa mu dari ngeri Habasya hingga pada suatu saat sampai ke kota Madinah, di malam pertama atau malam kedua, aku memasak suatu masakan, dan di waktu tersebut aku kehabisan kayu bakar, dan aku pergi untuk mencari kayu bakar, kemudian engkau mendekati panci besar tersebut, sedangkan engkau saat itu masih kecil, kemudian panci tersebut tumpah mengenai tangan bagian lengan mu, kemudian aku membawamu ke hadapan Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, kemudian aku berkata, wahai Rasulullah, ini Muhammad bin Ha'tib ( terkena tumpahan masakan mendidih ), kemudian Nabi Sallallahu alaihi wa sallam meniup dan mengusap kepala mu dan berdoa seraya mengusap bagian tangan mu, dengan mengucapkan doa : 

 «أَذْهِبْ الْبَاسْ رَبَّ النَّاسْ ، وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ ، شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا» 

Kemudian ibunya berkata, " Tidaklah aku bangkit dari duduk ku hingga aku melihat tangan mu yang terluka menjadi sembuh ". 

Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah berkata, " Didalam hadist ini dikisahkan bahwa Nabi shollallahu alaihi wa sallam melakukan rukyah kepada orang yang terkena luka bakar, akan tetapi hal ini tidak menjadikan ruqyah khusus untuk yang terkena luka bakar, akan tetapi umum untuk orang-orang yang terkena apa saja dari suatu gangguan ".

Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad didalam musnad-nya, dari Abdurrahman ibnu Sa'ib, putra dari saudara Maimunah Al-Hilaliyah , ia bercerita, wahai putera saudara ku, maukah saya ajarkan ruqyah yang dahulu di ajarkan oleh Rosulullah Sallallahu alaihi wa sallam, maka ia menjawab, iya. 

Ucapan : 

" بِسْمِ اللَّهِ أَرْقِيكَ وَاللَّهُ يَشْفِيكَ مِنْ كُلِّ دَاءٍ فِيكَ أَذْهِبْ الْبَاسَ رَبَّ النَّاسِ وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شَافِيَ إِلَّا أَنْتَ ".

Diriwayatkan oleh Al-Imam Ad-Dhobby dalam kitab do'a, dari Sahim ibnu Naufal, ia berkata, " Tatkala aku bersama Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu , tiba-tiba datang seorang budak wanita berkata kepada majikannya, apa yang membikin diri mu termenung, carilah orang yang bisa meruqyah, sesungguhnya kuda peliharaan yang engkau miliki terkena penyakit ain, maka Abdullah berkata, janganlah mencari orang yang dapat meruqyah, akan tetapi datangi kudamu, dan tiuplah pada bagian kanan empat kali, dan bagian kiri tiga kali dengan mengucapkan doa : 

بسم الله لا بأس أذهب البأس رب الناس واشف أنت الشافي لا يكشف الضر إلا أنت .

Maka ia berkata,  "Tidaklah aku melakukan perintah nya sehingga aku melihat kuda tersebut seolah-olah terbebas dari ikatan , ia mampu makan dan minum dan mengeluarkan kotoran". 

Do'a ini merupakan ruqyah yang sangat agung, yang mengandung tawasul dan permohonan perlindungan kepada Allah Ta'ala Dzat Yang Maha Agung yang menguasai langit dan bumi, dan tiada yang dapat memberikan kesembuhan penyakit kecuali hanya Allah Ta'ala semata, maka barangsiapa yang diberikan taufiq untuk menghafalkan do'a ini dan memahami kandungan isi nya, meyakini dengan tulus dan semata-mata bertawakal kepada Allah Ta'ala , percaya dan yakin bahwa kesembuhan hanya datang dari Allah Ta'ala, niscaya ia akan diberikan kesembuhan dari penyakit apa saja yang ia derita, dengan izin Allah Ta'ala kesembuhan akan menghampiri nya, sesungguhnya Allah Ta'ala adalah Dzat Yang Memberi kesembuhan, tiada kesembuhan kecuali datang dari Nya, marilah kita memohon kepada Allah Ta'ala dengan Nama-Nama Nya Yang Indah dan Sifat-Sifat Nya yang Mulia, tiada Ilah yang hak kecuali Dia , Dia Penguasa manusia, Memberikan kesembuhan, agar memberikan kesembuhan kepada kita dan segenap kaum muslimin, dengan kesembuhan yang tidak meninggalkan gangguan. 

Jumat, 06 Maret 2015

KIAT SUKSES PEDAGANG MUSLIM

As-Syaikh Prof.DR Abdurrozak Al-Badr hafidhohullah Ta'ala. 

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du;  

Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad didalam musnad-nya dari hadist Abdullah bin Amru, bahwasanya Rosulillah Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Empat perangai, sekiranya terdapat dalam jiwa kalian, maka janganlah merasa risau seandainya  terlewatkan oleh kalian perkara dunia, yaitu, menjaga amanah, jujur dalam berbicara, akhlak yang mulia, dan berhati-hati dalam menjaga makanan ". 

Hadis ini sangat agung kandungan maknanya, seyogyanya para pelaku bisnis mengindahkan dan senantiasa menjadikan kekang dihadapan nya, bahkan selayaknya disebarluaskan kepada para pelaku usaha, pemilik bisnis, kantor perdagangan, agar dapat meluruskan bagi setiap siapa saja yang hendak menerjuni dunia perniagaan dan usaha, yang mana ke-empat pondasi ini dijadikan sebagai asas dan ideologi yang tidak tergeser walaupun disana dijumpai gemerlap keuntungan yang fantastis, dan didalam hadist terdapat solusi yang agung untuk memperbaiki kerusakan yang parah yang terjadi pada diri manusia tatkala berhadapan dengan dunia serta aneka gemerlap nya dan cara mengais rizkinya, dimana seseorang tidak akan selamat dari bencana buruk tersebut kecuali dengan menjaga empat pondasi diatas dalam hadist, dan tidak bergeser sedikitpun dari keempat perkara ini, walaupun ia kehilangan dunia dan keuntungan yang menggiurkan, dan senantiasa mengingat sabda Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, " Maka janganlah merasa risau seandainya terlewatkan oleh kalian perkara dunia ", yaitu jangan anda bersedih, merana, galau, disaat berpegang teguh dengan pondasi ini, terlewatkan gemerlap duniawi. 

Manusia tentu diberikan ujian yang berat tatkala ia dihadapkan kepada dunia perbisnisan, terkadang ia untuk mendapatkan keuntungan yang fantastis ia rela untuk berbohong, berbuat curang, dan semisalnya, sehingga timbul didalam dirinya, apakah aku harus melakukan ini atau bagaimana? , atau harus berpegang kepada hadist ini, walaupun ia tidak beruntung, bahkan rela tidak terjual dan terpaksa mendapatkan kerugian?, ketahuilah, bahwasanya Allah Ta'ala akan memberikan ganti yang lebih utama dan lebih baik, dikarenakan rizki berada di tangan Allah Ta'ala. 

Sabda Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, " Maka janganlah kalian merasa risau seandainya terlewatkan oleh kalian perkara dunia ", ini merupakan jaminan dari Allah Ta'ala, dan Allah Ta'ala akan memberikan yang terbaik sekiranya diri mu berpegang teguh kepada hadist ini. 

Sepantasnya bagi orang-orang yang berkecimpung dalam dunia usaha hendaknya ia mencermati ke empat perkara ini. 

* Yang pertama, yaitu menjaga amanah,  yaitu seyogyanya ia dapat dipercaya didalam gerak geriknya, tidak berbuat curang, menipu, berbuat makar, bisa diberikan amanat, menunaikan hak hak orang lain, tidak menyia-nyiakan, menunaikan sebagaimana mestinya. 

Maka ini merupakan ujian bagi manusia, terkadang untuk mendapatkan keuntungan duniawi, seseorang tidak menjalankan amanah sebagaimana mestinya, demi sekelumit uang, ia mengorbankan amanah, dan banyak manusia yang terperosok dalam kobangan ini.

Terdapat pula golongan manusia yang menjalankan amanah dalam batasan yang sempit, yaitu hanya sebagai balasan yang setimpal, jikalau ia berhubungan dengan orang yang amanah, maka ia turut serta berbuat amanah, akan tetapi sekiranya berhadapan dengan orang yang khianat, maka ia berperilaku yang serupa. Dan ini bukanlah sifat mukmin yang sejati, sebagaimana didalam Musnad Imam Ahmad rahimahullah, dari hadist Anas bin Malik radiyallahu anhu, bahwa Nabi shollallahu alaihi wa sallam bersabda, " Tunaikanlah amanah kepada orang yang telah memberikan mandat amanat tersebut, dan janganlah  berkhianat kepada orang yang berbuat khianat kepada dirimu ".

Maka amanah dituntut disegala waktu dan keadaan, dan sebaliknya khianat adalah dilarang kapan pun dan dimana pun, dan perbuatan khianat adalah tercela, kapan pun dan dimana pun, sebagaimana sabda Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, " Janganlah berkhianat kepada orang yang berbuat khianat kepada dirimu ".  

Dibolehkan bagi seseorang untuk mengambil hak nya, akan tetapi tidak dengan berbuat khianat semisalnya, dikarenakan khianat merupakan keburukan kapan pun dan dimana pun. 

* Yang kedua, yaitu jujur dalam berbicara, dengan tidak berdusta, akan tetapi senantiasa menjaga kejujuran, tatkala berhadapan dengan manusia dalam perniagaan, perdagangan, seperti ketika mengatakan, " Ini barang baru ", maka ia berkata sejujurnya bahwa barang tersebut benar-benar baru, dan tatkala ia mengatakan, " Ini barang asli ", maka ia berkata sebenarnya bahwa barang yang dijual adalah asli bukan tiruan, dan tatkala ia mengatakan, " Barang ini datang pada hari ini, bukan kemarin ", maka ia berkata sesuai dengan kenyataan yang ada, dan didalam hatinya berkata, " Apa yang saya dapatkan dari keuntungan satu atau dua atau sepuluh atau seribu atau lebih, jika aku harus kehilangan kejujuran dan aku menjadi seorang pendusta !, sedangkan Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Jauhilah kalian berbuat dusta, dikarenakan berdusta akan membawa kepada perbuatan dosa, dan perbuatan dosa akan menjerumuskan kepada neraka ", dan hendak nya ia merasa yakin bahwa rizki berada di tangan Allah Ta'ala, dan uang real atau dirham yang menggeser kejujuran pada dirinya, akan tetapi kejujuran adalah asas dan pondasi yang menjadi harga mati diatas segalanya, ia tak akan pernah menyia-nyiakan nya. 

Berbeda dengan kebanyakan manusia yang menjadi rusak ketika berinteraksi dengan perniagaan yang seolah ia merasa rakus terhadap gemerlap duniawi sehingga tergiur untuk memperkaya diri dengan cara berdusta, bahkan berani untuk bersumpah palsu dengan nama Allah Ta'ala. 

Nabi sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Tiga golongan yang ia tidak akan dilihat oleh Allah Ta'ala kelak hari kiamat, dan tidak akan diberikan kesucian dan baginya siksa yang pedih. ....di antara nya , seseorang yang memperjualbelikan dagangan nya dengan sumpah palsu ".

Ia rela berbuat dusta dan bersumpah palsu demi mendapatkan dunia yang semu wal-iyadhu billah. 

* Yang ketiga, berakhlak mulia, yaitu berinteraksi dengan para manusia dengan adab yang baik dalam menjalani perniagaan, akan tetapi banyak dijumpai diantara mereka yang berkecimpung urusan ini memiliki perangai yang buruk, berinteraksi dengan perdagangan dan jual beli mengakibatkan berpengaruh terhadap akhlak mereka, yaitu pengaruh negatif, selagi tidak mengindahkan wasiat yang tercantum dalam hadist, " Berakhlak mulia ", sehingga wasiat ini senantiasa memerintahkan kepada para pedagang untuk menjaga diri dan tidak menukar akhlak mulia ini, karena sebagian manusia tatkala memasuki pasar dan bergelut dengan perdagangan, berubah menjadi mudah berkata kotor, mudah mencaci maki, mudah mengucapkan laknat, dan berakhlak buruk. 

Pengaruh negatif ini ia peroleh lantaran terbawa arus ketika bergelut dunia perdagangan, tanpa mengindahkan pondasi agung ini. 

Adapun pedagang muslim yang sejati ia tidak akan merubah pola pikir dan akhlak nya, dikarenakan ia sangat memahami, apa untungnya jikalau ia bergelimang dengan harta yang melimpah, keuntungan yang berlipat, seandainya hal itu merubah akhlak dan fitrah yang ia miliki. 

* Yang keempat, berhati-hati dalam menjaga makanan, yaitu menjaga diri dari urusan makan, dengan berusaha mendapatkan harta halal dan menjauhi yang haram dan syubhat, sebagaimana Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Sesungguhnya perkara halal sangatlah jelas dan perkara haram sangatlah jelas dan diantara keduanya terdapat perkara perkara yang syubhat yang tidak diketahui oleh kebanyakan para manusia, maka barangsiapa yang berhati-hati menjauhi perkara syubhat, sungguh ia telah menjaga dirinya dalam agama dan martabat nya, dan barangsiapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, sungguh ia telah terjerembab dalam perbuatan haram, selayaknya seorang penggembala yang menggembalakan ternak nya di sekitar pagar yang niscaya ia akan terjerumus kedalamnya, ketahuilah bahwa setiap penguasa memiliki batasan, dan batasan Allah Ta'ala adalah perkara yang dilarang " . 

Yaitu, seseorang sepantasnya menjaga diri dalam perkara makan, berhati-hati tidak terjerumus dan tercampur dengan sesuatu yang haram, yang syubhat dan yang samar. 

Kita memohon kepada Allah Ta'ala agar senantiasa diberikan taufiq dan inayah serta dijauhkan dari segala perkara yang buruk, sesungguhnya Allah Ta'ala adalah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Mampu atas segala sesuatu.