Rabu, 27 Mei 2015

HARAMNYA DARAH, HARTA DAN KEHORMATAN SEORANG MUSLIM

As-Saikh Prof.DR Abdurrozak Al-Badr hafidhohullah Ta'ala. 

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du; 

Sesungguhnya suatu perkara yang sangat ditekankan oleh Nabi Sallallahu alaihi wa sallam dalam wasiat tatkala menunaikan haji wada' setelah mengingatkan tentang perkara tauhid dan ikhlas memurnikan ibadah hanya kepada Allah Ta'ala, adalah menyinggung tentang penjagaan hak-hak kaum muslimin dan peringatan dari menerjang haramnya  sesuatu yang  berkaitan dengan darahnya, hartanya, maupun hargadiri seorang muslim.

Dan barangsiapa yang merenungkan isi khutbah haji wada ' niscaya akan menjumpai betapa dalamnya kandungan yang diungkapkan dalam permasalahan ini dan sangat perhatiannya Nabi Sallallahu alaihi wa sallam dalam perkara ini, dan marilah kita merenungkan sejenak sabda Nabi Sallallahu alaihi wa sallam pada hari Arofah di hari Nahr atau hari-hari penyembelihan hewan kurban di permulaan tiga hari tasyrik : 

Diriwayatkan dari sahabat Jabir radhiyallahu anhu dalam perjalanan haji wada' Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, "  .....Hingga  ketika matahari telah tergelincir, memerintahkan para rombongan agar berhenti di tengah lemah dan berkhotbah dihadapan seluruh manusia seraya bersabda, " Wahai para manusia, sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian, haram atas kalian, seperti halnya hari kalian ini, bulan kalian ini, ngeri kalian ini. ....". ( HR Muslim ) 

Diriwayatkan dari sahabat Abdullah ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkhotbah dihadapan para manusia ketika hari Nahr, " Wahai para manusia, hari apakah hari ini. .? Mereka menjawab, Hari haram . Tempat apakah ini. .? Mereka menjawab, Tempat haram . Bulan apakah ini. .? Mereka menjawab, Bulan haram. Kemudian Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Sesungguhnya darah-darah kalian, harta-harta kalian, kehormatan kalian adalah haram atas diri diri kalian, seperti halnya haramnya hari kalian in, tempat kalian ini, bulan kalian ini.....dan ungkapan ini senantiasa diucapkan berulang-ulang , kemudian Nabi Sallallahu alaihi wa sallam mengangkat kepala menghadap langit seraya berkata, " Ya Allah, Aku telah sampaikan ini kepada mereka, Ya Allah, Aku telah sampaikan ini kepada mereka. ....Berkata Ibnu Abbas, Sungguh ini adalah wasiat Beliau kepada umat ini. ...Kemudian Nabi melanjutkan sabdanya, "  Hendaknya yang menyaksikan menyampaikan kepada orang-orang yang tidak datang, dan janganlah kalian kembali kedalam kekafiran, saling bunuh membunuh diantara kalian. .." ( HR Al-Bukhary ) 

Diriwayatkan dari sahabat Abi Bakroh radhiyallahu anhu berkata, " Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam berkhotbah dihadapan kami pada hari Nahr, " Tahukah kalian hari apa ini...? Mereka menjawab, Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Kami semua terdiam, dan mengira bahwa Nabi hendak memberikan nama lain yang baru , kemudian Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Bukankah hari ini hari Nahr..? Mereka menjawab, benar, kemudian bertanya kembali, " Bulan apa ini..? Mereka menjawab, Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Kami semua terdiam, dan mengira bahwa Nabi hendak memberikan nama lain yang belum kami ketahui. Kemudian Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Bukankah ini bulan Dzulhijjah..? Mereka menjawab, iya benar. Kemudian Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bertanya, " Negri apa ini.. ? Mereka menjawab, Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Dan kita semua terdiam, dan mengira bahwa Nabi hendak memberi tahu nama lain yang belum pernah kita ketahui. Kemudian Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Bukankah ini negeri haram..? Mereka menjawab, iya benar. Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Sesungguhnya darah - darah kalian , harta - harta kalian, haram atas kalian seperti haramnya hari ini, seperti haramnya bulan ini, dan seperti haramnya ngeri ini, hingga kalian berjumpa dengan Robb kalian, bukankah telah Aku sampaikan hal ini kepada kalian...? Mereka menjawab, iya benar. Kemudian bersabda, " Ya Allah , saksikanlah hal ini, Hendaknya yang datang menyampaikan berita ini kepada yang berhalangan hadir, dikarenakan bisa jadi orang yang disampaikan kepada nya lebih mengerti dari yang mendengar, janganlah kalian kembali kepada kekufuran sepeninggalku , saling membunuh diantara kalian....." (HR Al-Bukhary dan Muslim)

Diriwayatkan oleh Sahabat Abdullah ibnu Umar radhiyallahu anhuma, Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda ketika berada di Mina, " Tahukah kalian, hari apa ini...?  Para Sahabat menjawab, “  Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Maka Nabi bersabda, " Ini adalah hari harom ". Tahukah kalian, tanah apakah ini. ..? , mereka mengatakan, " Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu ".  Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, "  Bukankah ini tanah harom ". Tahukah kalian, bulan apakah sekarang. ..? , mereka menjawab, “ Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu ". Kemudian Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Bukankah sekarang bulan harom  ! , Sesungguhnya Allah Ta'ala telah mengharamkan darah-darah kalian dan harta-harta kalian dan kehormatan kalian sebagaimana haramnya hari ini, haramnya bulan ini, dan sebagaimana tanah ini ". ( HR Al-Bukhary ) 

Diriwayatkan oleh Sahabat Jarir ibnu Abdullah Al-Bajaly radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi Sallallahu alaihi wa sallam berkata kepadanya tatkala haji wada' ," Perintahkan para manusia agar diam, kemudian beliau bersabda, " Janganlah kalian kembali kepada kekufuran sepeninggalku, saling membunuh diantara kalian ". ( HR Muttafaq Alaih ) 

Diriwayatkan oleh Sahabat Fudholah ibnu Ubaid radhiyallahu anhu, ia berkata, bersabda Rosulillah Sallallahu alaihi wa sallam ketika menunaikan haji wada'  , " Ketahuilah aku kabarkan kepada kalian, tentang siapa sejatinya seorang yang mukmin. ..?  Yaitu orang-orang yang senantiasa orang lain merasa aman atas harta harta mereka dan jiwa jiwa mereka. Sedangkan orang muslim adalah orang-orang yang senantiasa orang lain selamat dari lisan dan perbuatannya. Dan  mujahid adalah orang orang yang senantiasa memerangi dirinya sendiri diatas ketaatan. Sedangkan muhajir adalah orang orang-orang yang senantiasa menjauhi dan meninggalkan kesalahan dan dosa ". ( HR Ahmad ) 

Diriwayatkan oleh Sahabat Salamah ibnu Qois Al-Asyja'i radhiyallahu anhu, ia berkata, bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ketika haji wada '  , " Ketahuilah, sesungguhnya disana ada empat perkara, janganlah kalian menyekutukan Allah Ta'ala sedikitpun, janganlah kalian membunuh jiwa yang telah Allah haramkan kepada kalian kecuali dengan cara yang hak, janganlah kalian melakukan zina, dan janganlah kalian mencuri  ". ( HR Ahmad ) 

Dan didalam larangan Nabi Sallallahu alaihi wa sallam agar tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah Ta'ala, merupakan penjelasan tentang betapa dahsyat haramnya darah orang muslim, dan larangan berbuat zina adalah penjelasan tentang haramnya harga diri dan kehormatan orang lain, dan larangan dari mencuri merupakan penjelasan tentang haramnya harta orang lain. 

Barangsiapa yang merenungkan tentang hadits-hadits yang agung ini, dan ucapan ucapan yang diulang ulang dari Nabi Sallallahu alaihi wa sallam ketika menunaikan haji wada ' tentang perkara perkara ini, niscaya ia dapat merasakan betapa agungnya wasiat ini, dan bahwasanya darah, harta dan kehormatan adalah haram dan terpelihara, dan tidak diperkenankan untuk diterjang dan dirampas dengan cara apapun. 

Jika sekiranya kita melihat keadaan kaum muslimin , terlebih di zaman sekarang ini, niscaya kita jumpai para manusia telah meremehkan dan tidak menghiraukan sedikitpun tentang urusan darah, harta dan kehormatan dengan tidak merasa takut sedikitpun kepada Allah Ta'ala dan pengawasan Nya, bahkan melupakan bahwasanya kelak ia akan berdiri di hadapan Allah Ta'ala untuk dimintai pertanggungjawaban , sebagaimana firman Allah Ta'ala, "  

وَسَيَعْلَمُ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓا۟ أَىَّ مُنقَلَبٍ يَنقَلِبُونَ ﴿٢٢٧﴾

Artinya : "  Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali." (Q.S.26: As-Syuaro' : 227)

Barangsiapa yang memahami perkara ini dan mengetahui besar nya urusan ini, niscaya ia mendapatkan ilmu yang banyak, dan sebagai penutup, marilah kita renungkan sejenak kisah berikut ini:  " Suatu hari , seseorang menulis surat kepada Abdullah ibnu Umar radhiyallahu anhuma,《 agar menuliskan seluruh ilmu  semuanya 》, maka beliau menuliskan jawaban , "《 Bahwasanya ilmu itu sangat banyak sekali, akan tetapi sekiranya engkau mampu berjumpa dengan Allah Ta'ala pada hari kiamat dengan beban ringan di punggung mu dari urusan darah darah kaum muslimin, perutmu yang kosong dari harta harta kaum muslimin, menjaga lisanmu dari kehormatan kaum muslimin, berpegang teguh dengan jamaah mereka, maka lakukanlah  》".

Dalam kisah ini digambarkan oleh sahabat muliya radhiyallahu anhuma, tentang tiga perkara : menjaga keharaman darah, menjaga keharaman kehormatan, dan menjaga keharaman harta, dan ketiga ini merupakan ilmu yang sangat agung, dan barangsiapa yang diberikan taufiq untuk menjauhi ketiga ini, sungguh ia mendapatkan kebajikan yang sangat luar biasa, maka seyogyanya kita memperhatikan perkara ini dengan penuh kehati-hatian, dan hendaknya kita menghindari dari bertemu dengan Allah Ta'ala pada hari kiamat kelak, sedangkan diri kita berlumuran dengan sesuatu yang telah diharamkan dari haramnya darah, haramnya kehormatan, atau haramnya harta, sesungguhnya perkara ini bukanlah perkara yang ringan, dan marilah kita memohon kepada Allah Ta'ala agar kita dijauhkan dan diselamatkan dari perkara-perkara ini, dan semoga Allah Ta'ala memperbaiki urusan kita semua , sesungguhnya Dia adalah Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan. 

Kamis, 21 Mei 2015

TELADAN PARA SALAFUS - SHOLIH

As-Saikh Prof.DR Abdurrozak Al-Badr hafidhohullah Ta'ala. 

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du; 

Dijumpai banyak sejarah para generasi terdahulu dari Salafus-Sholih dan para ulama , sekiranya kita menelaah kehidupan mereka niscaya kita mendapatkan aneka ragam kemuliaan, keteladanan, perbuatan bijak, semangat yang tinggi, kemauan yang kuat dalam istiqomah dan berpegang teguh dalam setiap langkah dan sendi kehidupan mereka dengan As-Sunnah An-Nabawiyah. 

Dan kesempatan ini akan kita bahas contoh keteladanan mereka yang telah diabadikan dalam sejarah, betapa gigihnya mereka dalam berpegang teguh pada sunnah dan semangat istiqomah diatas ketaatan menjalankan kebajikan dalam perkara yang dianjurkan dan perkara  mustahabaat, dengan demikian bisa di bayangkan bagaimana sikap mereka tatkala dihadapkan dengan sesuatu kewajiban dan faridhoh...?

 Dikarenakan di masa sekarang kita jumpai sebagian manusia  tatkala mendengar hadist tentang suatu kewajiban atau faridhoh, kemudian ia tidak memiliki semangat dan tergugah bahkan tergerak hatinya untuk mengamalkan kewajiban tersebut, sehingga tepat jika sekiranya kita membahas dan membaca siroh perjalanan mereka para Salafus-Sholih agar kita dapat meneladani jejak-jejak mereka dan bermujahadah untuk meniru mereka, dikarenakan barangsiapa yang mengetahui siroh kehidupan mereka para Salafus-Sholih, niscaya akan mudah bagi kita untuk meniru mereka, dan menuju kesempurnaan akan lebih mendekat .

Imam Ibnu Taimiyyah berkata:

 «وأكمل هذه الأمة في ذلك أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم ومن كان بهم أشبه»

"  Generasi yang paling sempurna dari umat ini mereka adalah para sahabat Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, dan orang-orang yang menyerupai mereka ".

Diantara teladan para Salafus-Sholih yang terukir sejarah, sebagai berikut : 

عن النعمان بن سالم عن عمرو بن أوس قال حدثنى عنبسة بن أبى سفيان فى مرضه الذى مات فيه بحديث يتسار إليه قال سمعت أم حبيبة تقول سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول « من صلى اثنتى عشرة ركعة فى يوم وليلة بنى له بهن بيت فى الجنة ».
قالت أم حبيبة فما تركتهن منذ سمعتهن من رسول الله -صلى الله عليه وسلم-.
وقال عنبسة فما تركتهن منذ سمعتهن من أم حبيبة.
وقال عمرو بن أوس ما تركتهن منذ سمعتهن من عنبسة.
وقال النعمان بن سالم ما تركتهن منذ سمعتهن من عمرو بن أوس.

● Dari An-Nu'man ibnu Saalim, dari Amru ibnu Austh  berkata, menceritakan kepadaku Anbasah ibnu Abi Sufyan, didalam sakitnya yang ia meninggal karenanya, ia berkata, aku mendengar Ummu Habibah radhiyallahu anha berkata, bahwasanya beliau mendengar Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Barangsiapa yang mengerjakan sholat dua belas rekaat pada waktu siang dan malam hari, niscaya Dia akan dibangunkan baginya rumah di surga ".

Ummu Habibah berkata, "  Aku tidak pernah meninggalkan sholat tersebut    semenjak aku mendengar hadist ini dari Rosulillah Sallallahu alaihi wa sallam ".

Anbasah bercerita, " Semenjak mendengar hadist ini dari Ummu Habibah, aku tidak pernah meninggalkan sholat tersebut ".

Amru ibnu Austh berkata, " Aku tidak pernah meninggalkan sholat tersebut semenjak mendengar hadist ini dari Anbasah ".

An-Nu'man ibnu Saalim berkata, " Aku tidak pernah meninggalkan sholat ini semenjak aku mendengar hadist ini dari Amru ibnu Austh ". ( HR. Muslim ) 

وعن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما أنه سمع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال « ما حق امرئ مسلم له شىء يوصى فيه يبيت ثلاث ليال إلا ووصيته عنده مكتوبة »
قال عبد الله بن عمر ما مرت على ليلة منذ سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- قال ذلك إلا وعندى وصيتى.

● Diriwayatkan oleh sahabat Abdullah ibnu Umar radhiyallahu anhuma, bahwasanya beliau mendengar Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Tidaklah seorang muslim yang memiliki kemampuan untuk berwasiat, kemudian ia bermalam tiga hari, kecuali seyogyanya wasiat tersebut telah ditulis disisinya " .

Abdullah ibnu Umar mengatakan, " Tidaklah terlewatkan dalam suatu malam, semenjak aku mendengar Rosulullah Sallallahu alaihi wa sallam bersabda tentang ini, kecuali telah aku tulis wasiat dan berada di sisiku ". ( HR Muslim ) 

وعن علي بن أبي طالب أن فاطمة - رضي الله عنهما - أتت النبي صلى الله عليه وسلم تسأله خادما فقال ألا أخبرك ما هو خير لك منه تسبحين الله عند منامك ثلاثا وثلاثين وتحمدين الله ثلاثا وثلاثين وتكبرين الله أربعا وثلاثين ، ثم قال سفيان إحداهن أربع وثلاثون - فما تركتها بعدُ، قيل ولا ليلة صفين قال ، ولا ليلة صفين.

● Diriwayatkan oleh sahabat Aly bin Abi  Tho'lib  radhiyallahu anhu , bahwasanya Fa'thimah radhiyallahu anhuma mendatangi Rosulillah Sallallahu alaihi wa sallam meminta agar diberikan pembantu, maka Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Maukah aku berikan kepada dirimu sesuatu yang lebih baik dari pada yang engkau minta?  Engkau mengucapkan Tasbih kepada Allah Ta'ala tiga puluh tiga kali sebelum engkau tidur, dan mengucapkan Hamdalah kepada Allah tiga puluh tiga kali, dan mengucapkan Takbir kepada Allah tiga puluh empat kali " .

kemudian Sufyan berkata, " Salah satunya mengucapkan sebanyak tiga puluh empat kali. ..".

Semenjak Aku mendengar hadist ini aku tidak pernah meninggalkan nya , 

Dikatakan kepadanya, walaupun tatkala terjadi perang Siffiin...? Maka dijawab, Ya, walaupun disaat terjadi  perang Siffiin ". ( HR Al-Bukhary dan Muslim ) 

وعن ابن عمر رضي الله عنهما قال بينما نحن نصلى مع رسول الله -صلى الله عليه وسلم- إذ قال رجل من القوم الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا.
فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- « من القائل كلمة كذا وكذا »
قال رجل من القوم أنا يا رسول الله.
قال « عجبت لها فتحت لها أبواب السماء »
قال ابن عمر فما تركتهن منذ سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول ذلك.

● Diriwayatkan oleh Sahabat Abdullah ibnu Umar radhiyallahu anhuma, ia berkata, " Tatkala kami bersama Rosulillah Sallallahu alaihi wa sallam mengerjakan sholat, mendengar seseorang berkata:

"  الله أكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا  " ،  

Maka tatkala Nabi Sallallahu alaihi wa sallam mendengar ucapan ini beliau bertanya, " Siapa yang mengucapkan kata ini. . . dan ini...? 

Maka seseorang dari suatu kaum menjawab, “ Saya wahai Rosulullah, ...

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Aku sangat terheran ucapan tersebut, telah terbuka dengan kalimat tersebut pintu-pintu  langit ".

Abdullah bin Umar mengatakan, " Semenjak aku mendengar dari Nabi Sallallahu alaihi wa sallam tentang perkara ini, aku tidak pernah meninggalkan ucapan tersebut ". ( HR Muslim ) 

وعن أبي أمامة- رضي الله عنه - قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم « من قرأ آية الكرسي في دبر كلِّ صلاة مكتوبة لم يمنعه من دخول الجنة إلا أن يموت» رواه النسائي.
قال ابن القيم رحمه الله في زاد المعاد :وبلغني عن شيخنا أبي العباس ابن تيمية قدس الله روحه أنَّه قال: ما تركتها عقيب كلِّ صلاة .

● Diriwayatkan oleh Sahabat Abu Umamah radhiyallahu anhu, beliau berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Barangsiapa yang membaca Ayat Kursi setiap selesai sholat fardhu, niscaya ia tidak dihalangi untuk masuk surga sekiranya ia meninggal dunia ". ( HR An-Nasa'i )

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata didalam kitab nya -Zaa'dul Ma'ad - telah sampai kabar dari Syaikh kami  Abul Abbas Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, " Aku senantiasa tidak pernah meninggalkan amalan ini setiap selesai sholat ". 

وعن أبي سعيد الخدري- رضي الله عنه - أنَّ رسول الله صلى الله عليه و سلم قال : «غسل الجمعة واجب على كلِّ محتلم» رواه أحمد.
قال ابن عثيمين رحمه الله في شرحه لبلوغ المرام :الصواب عندي : أنَّ غسل الجمعة واجب على كلِّ إنسان ، وما تركته منذ علمت بهذا الحديث لا صيفاً ولا شتاء ، ولا حراً ولا برداً ، ولا إذا كان فيّ مرض أتحمل معه الاغتسال .

● Diriwayatkan oleh Sahabat Abi Sa id Al-Hudriy radhiyallahu anhu, bahwasanya Rosulillah Sallallahu alaihiwa sallam bersabda, " Mengerjakan mandi  pada hari Jum’at merupakan kewajiban bagi setiap orang yang telah dewasa ". ( HR Ahmad ) 

As-Saikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata tatkala memberikan keterangan dalam kitab syarah Bulugul Marom, "  Pendapat yang benar menurutku, bahwasanya mandi di hari Jum’at adalah wajib kepada setiap orang yang telah balig atau dewasa, dan aku tidak pernah meninggalkan mandi jum'at semenjak aku mengetahui hadist ini, sepanjang masa baik di musim gugur atau musim kemarau, udara panas maupun dingin, tatkala aku sedang sakit maka aku berusaha bertahan untuk tetap mandi ".

Dan contoh contoh yang semisalnya masih sangat banyak, dan yang menjadi maksud dan tujuan adalah agar kita berupaya meneladani mereka, dan semoga Allah Ta'ala mengelompokkan kita sebagai hamba -hamba-Nya yang sholih, dan memberikan taufiq untuk semua kebaikan atas rahmat dan kemuliaan -Nya. 

Jumat, 15 Mei 2015

JALAN SELAMAT DARI FITNAH


Alhamdulillah Robbil Alamin, wassholatu wassalamu ala Nabiyina Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam Al-Mab'uts rahmatan lil-Alamin, wa ba'du; 

Sesungguhnya Allah Ta'ala telah melimpahkan karunia-Nya kepada kita dengan menurunkan ajaran agama islam, sebagaimana firman Nya, 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ ﴿١٠٢﴾

وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿١٠٣﴾

وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ ﴿١٠٤﴾
وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ تَفَرَّقُوا۟ وَٱخْتَلَفُوا۟ مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلْبَيِّنَٰتُ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ ﴿١٠٥﴾

 Artinya : " Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". 

" Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk."  

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung."
"Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat". (Q.S.3: Ali-Imran : 102-105)

Allah Ta'ala berfirman, 

 ۚ ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًا ۚ 

Artinya : " Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu ". (Q.S.5 : Al-Maidah : 3)

Allah Ta'ala berfirman, 

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَٰمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ 

Artinya : " Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." ( Q.S.3 : Ali-Imran : 85)

Allah Ta'ala berfirman, 

وَجَٰهِدُوا۟ فِى ٱللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِۦ ۚ هُوَ ٱجْتَبَىٰكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِى ٱلدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ۚ مِّلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَٰهِيمَ ۚ هُوَ سَمَّىٰكُمُ ٱلْمُسْلِمِينَ مِن قَبْلُ وَفِى هَٰذَا لِيَكُونَ ٱلرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا۟ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ ۚ فَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱعْتَصِمُوا۟ بِٱللَّهِ هُوَ مَوْلَىٰكُمْ ۖ فَنِعْمَ ٱلْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ ٱلنَّصِيرُ 

Artinya : " Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong." (Q.S.22: Al-Hajj : 78)

Sesungguhnya nikmat islam merupakan nikmat yang paling agung tiada banding nya dengan segala nikmat yang ada, walaupun secara umum semua nikmat Allah Ta'ala sangat banyak dan luas tidak bisa diremehkan dan direndahkan, bahkan wajib untuk disebut dan disyukuri, akan tetapi nikmat islam lebih dari segala nya. 

Islam yaitu agama yang Allah Ta'ala mengutus Muhammad Sallallahu alaihi wa sallam sebagai nabi dan rasul Nya untuk menyampaikan Ad-Diin kepada umat manusia hingga akhir zaman. 

Dan pengutusan Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wa sallam sebagai rasul juga merupakan nikmat yang agung, sebagaimana firman Allah Ta'ala, 

لَقَدْ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبْلُ لَفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ 

Artinya : "Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (Q.S.3: Ali-Imran : 164)

Meskipun demikian, perlu diketahui bahwa disana terdapat penghalang dan aral melintang yang senantiasa menggoda dan menghalangi jalan islam bahkan menyeret seseorang  keluar dari ajaran agama islam yang sempurna ini. 

Disana terdapat banyak fitnah yang dihadapkan kepada manusia, sehingga wajib untuk diketahui dan berhati-hati serta dituntut untuk melewati nya dengan selamat, sebagaimana dahulu sahabat muliya Hudzaifah ibnu Yaman radhiyallahu anhu berkata, " Dahulu para manusia bertanya kepada Nabi Sallallahu alaihi wa sallam tentang jalan jalan kebajikan, dan aku bertanya tentang jalan keburukan, karena Kawatir terjerumus kedalamnya ".

Mengetahui agama islam, mendalami nya, mempelajari hukum hukum yang terkandung didalamnya secara rinci merupakan suatu perkara yang wajib, demikian pula mengetahui pembatal dan perusak pondasi agama serta mengetahui perkara baik dan buruk, manfaat dan mudhorot, termasuk dari bagian kewajiban, dikarenakan tatkala seseorang tidak mengenal jalan keburukan, bisa jadi ia akan terjerumus kedalamnya semantara dia tidak merasa, sedangkan Allah Ta'ala memerintahkan agar kita berpegang teguh hingga ajal menjemput. 

Allah Ta'ala berfirman , 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ 

Artinya : " Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (Q.S.3: Ali-Imran : 102)

Tidak diragukan lagi bahwa berpegang teguh pada ajaran agama islam hingga diwafatkan merupakan kuasa Allah Ta'ala semata, meskipun demikian kita diwajibkan untuk berusaha dan menjalani sebab-musabab  nya dengan menyusuri jalan ketaatan dan menjauhi segala keburukan, sekiranya kita telah mengambil sebab-sebab nya, niscaya Allah Ta'ala akan memberikan kesempurnaan dengan menganugerahkan khusnul khotimah, karena Allah Ta'ala adalah Dzat Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji, tatkala melihat hamba-Nya bersemangat diatas ketaatan dan menjauhi larangan, maka Allah-pun membalasi nya dengan meyempurnakan kebajikan nya serta menutup nya sebagai pungkasan bagi nya.  

Berbeda tatkala melihat seorang hamba yang berpaling dan menolak hidayah, tidak bersemangat dalam kebajikan, tidak malu menerjang keburukan, maka Allah Ta'ala akan palingkan kemanapun ia berpaling, sebagai hukuman untuk dirinya dan balasan yang setimpal atas usaha nya . 

Allah Ta'ala berfirman, 

وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ ٱلْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِۦ جَهَنَّمَ ۖ وَسَآءَتْ مَصِيرًا 

Artinya : " Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali." (Q.S.4: An-Nisaa :115)

Dari ayat ini nampak jelas, bahwasanya  sebab musabab nya kembali kepada jati diri hamba tersebut, yaitu menentang utusan Allah dari para Nabi dan Rasul, serta menyelisihi jalan kaum mukminin dari generasi terdahulu para Salafus-Sholih para sahabat radhiyallahu anhum ajmaiin, sehingga muncul balasan yang layak untuk nya, sebagai hukuman dari Allah Ta'ala. 

Fitnah adalah ujian dan cobaan dengan ini akan terlihat mana yang benar diatas jalan keimanan dan jalan kemunafikan, sebagaimana firman Allah Ta'ala,  

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ فَإِذَآ أُوذِىَ فِى ٱللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ ٱلنَّاسِ كَعَذَابِ ٱللَّهِ وَلَئِن جَآءَ نَصْرٌ مِّن رَّبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا مَعَكُمْ ۚ أَوَلَيْسَ ٱللَّهُ بِأَعْلَمَ بِمَا فِى صُدُورِ ٱلْعَٰلَمِينَ 

Artinya : "  Dan di antara manusia ada orang yang berkata: "Kami beriman kepada Allah", maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: "Sesungguhnya kami adalah besertamu". Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia?" (Q.S.29: Al - An kabut :10)

Ayat ini merupakan gambaran bagi seseorang yang tidak sabar untuk menerima cobaan dan ujian hingga melepaskan iman dan jalan kebenaran, ia berlari bersama arus yang melalui nya, dengan itu ia merasa dapat menyelamatkan diri dari guncangan, hakikat nya ia keluar dari keburukan menuju kepada keburukan yang lebih dahsyat, ibarat seseorang lari dari kerikil yang menyala-nyala menuju gumpalan api yang hitam, ia mengira bahwa siksa manusia adalah adzab dari Allah Ta'ala, tentulah tidak dapat disamakan antara siksa Allah Ta'ala dengan gangguan manusia....? 

Sekiranya ia meninggalkan fitnah, kokoh dan melawan arus terhadap orang yang terlibat fitnah, hakikat nya ia telah selamat dari adzab Allah Ta'ala , walaupun secara fisik ia mendapatkan gangguan manusia dan mampu bersabar serta istiqomah diatas agama nya, niscaya gangguan tersebut hakikat nya ada terhitung sejenak dan sangat  singkat, jika dibandingkan dengan akibat yang ia petik setelahnya yang menggembirakan kekal abadi. Dan sebaliknya jika ia tidak bersabar dan hanyut bersama fitnah yang sesaat, ia akan mendapatkan penyesalan yang tiada henti selamanya. 

Maka jalan selamat dari fitnah adalah mendalami agama, yaitu dengan memahami hukum - hukum Allah Ta'ala yang tercantum didalam Al-Qur'an Al-Karim dan As-Sunnah An-Nabawiyah, yang menjadi petunjuk bagi manusia dalam segala urusan dunia dan akhirat nya, sebagaimana firman Allah Ta'ala, 

 ۗ وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ 

Artinya : " keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan," (Q.S.16: An-Nahl : 44)

Memperdalam agama berarti memahami dan mempelajari Al-Kitab dan As-Sunnah yang terkandung didalamnya penyelesaian serta jalan selamat dari fitnah, dan ini sangatlah penting dari setiap muslim. 

Allah Ta'ala berfirman, 

۞ وَمَا كَانَ ٱلْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُوا۟ كَآفَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوا۟ فِى ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُوا۟ قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوٓا۟ إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرون  .١٢٢

Artinya : " Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (Q.S.9: At-Taubah :122)

Fitnah sangat banyak sekali, terlebih di akhir zaman, manusia senantiasa berinteraksi dengan fitnah disegala sendi kehidupan nya, antara sedikit dan banyak .  

Allah Ta'ala berfirman, 

إِنَّمَآ أَمْوَٰلُكُمْ وَأَوْلَٰدُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَٱللَّهُ عِندَهُۥٓ أَجْرٌ عَظِيمٌ 

Artinya : "  Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar." (Q.S.64: At-Taghobun :15)

Allah Ta'ala berfirman, 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَٰلُكُمْ وَلَآ أَوْلَٰدُكُمْ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ 

Artinya : "  Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi." (Q.S.63 Al-Munafiqun :9)

Allah Ta'ala berfirman, 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّ مِنْ أَزْوَٰجِكُمْ وَأَوْلَٰدِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَٱحْذَرُوهُمْ ۚ وَإِن تَعْفُوا۟ وَتَصْفَحُوا۟ وَتَغْفِرُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ 

Artinya : "  Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S.64: At-Taghobun :14)

Allah Ta'ala berfirman, 

قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ 

Artinya : " Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (Q.S.9: At-Tawbah :24)

Makna ayat ayat diatas, bahwa harta dan anak merupakan fitnah yaitu suatu ujian, sekiranya seseorang cinta harta, anak, keluarga, perniagaan melebihi cinta kepada Allah Ta'ala dan Rasul-Nya, maka hal ini akan menjerumuskan ke dalam jurang kesengsaraan yang kekal abadi. 

Bukan maksud untuk berhati-hati terhadap mereka berarti menjauhi dan meninggalkan mereka semua, akan tetapi hendaknya memelihara dan senantiasa menjaga mereka agar tidak keluar dari jalan kebenaran dan istiqomah didalam  bertakwa kepada Allah Ta'ala. 

Kebaikan dan keburukan adalah suatu cobaan dan fitnah, sebagaimana firman Allah Ta'ala, 

 ۗ وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ 

Artinya : "  Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan." (Q.S.21: Al-Anbiya : 35)

Manusia antara satu dengan lainnya juga merupakan fitnah dan ujian, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman, 

 ۗ وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ ۗ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا 

Artinya : "  Dan kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. Maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu maha Melihat." (Q.S.25 Al-Furqoon :20)

Antara orang-orang kaya dan orang-orang miskin adalah fitnah. Allah Ta'ala berfirman , 

وَكَذَٰلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لِّيَقُولُوٓا۟ أَهَٰٓؤُلَآءِ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنۢ بَيْنِنَآ ۗ أَلَيْسَ ٱللَّهُ بِأَعْلَمَ بِٱلشَّٰكِرِينَ 

Artinya : " Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: "Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah Allah kepada mereka?" (Allah berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?""
(Q.S.6 Al - An ' am :53)

Fitnah yang sangat dahsyat adalah fitnah tafarruk atau perpecahan dan perselisihan diantara kaum muslimin, dengan munculnya banyak kelompok dan golongan yang berpecah belah diantara mereka. 

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam  menyatakan dalam hadits ‘Irbath bin Sariyah -radhiyallahu ’anhu- :

صَلَّى لَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ صَلاَةَ الصُّبْحِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً وَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوْبُ وَذَرِفَتْ مِنْهَا الْعُيُوْنُ فَقُلْنَا يَا رَسُوْلَ اللهِ كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا قَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُ مُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

“Rasulullah sholat bersama kami sholat Shubuh, kemudian beliau menghadap kepada kami kemudian menasehati kami dengan suatu nasehat yang hati bergetar karenanya dan air mata bercucuran, maka kami berkata : “Yaa Rasulullah seakan-akan ini adalah nasehat perpisahan maka berwasiatlah kepada kami”. Maka beliau bersabda : “Saya wasiatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah dan mendengar serta taat walaupun yang menjadi pemimpin atas kalian seorang budak dari Habasyah (sekarang Ethopia) karena sesungguhnya siapa yang hidup di antara kalian maka ia akan melihat perselisihan yang sangat banyak maka berpegang teguhlah kalian kepada sunnahku dan kepada sunnah para Khalifah Ar-Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah ia dengan gigi geraham dan hati-hatilah kalian dengan perkara yang baru, karena setiap perkara yang baru adalah bid’ah.”

Hadits ini merupakan kabar tentang terjadinya perpecahan diantara kaum muslimin, dikarenakan Nabi Sallallahu alaihi wa sallam tidak berkata dengan hawa nafsu, melainkan dengan wahyu yang diwahyukan kepada nya. 

Di antara fitnah akhir zaman adalah fitnah syahwat dan syubhat dan betapa banyaknya,  sebagaimana telah diriwayatkan dari  sahabat muliya Hudzaifah Radhiyallahu Anhu, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: " Fitnah-fitnah akan mendatangi hati bagaikan anyaman tikar yang tersusun seutas demi seutas. Maka hati mana saja yang menyerapnya akan ditorehkan padanya satu titik hitam. Dan hati mana saja yang mengingkarinya akan ditorehkan padanya satu titik putih hingga menjadilah keadaan kedua jenis hati tadi, hati yang sangat putih bagaikan batu putih yang sangat licin ,tidak akan ada satu fitnahpun yang akan memudharatkannya selama langit dan bumi masih ada. Sedangkan hati yang lain adalah hati yang hitam dan kotor, bagaikan gelas yang terbalik. Hati yang tidak mengetahui perkara yang mungkar, kecuali yang mencocoki hawa nafsunya.”(HR. Muslim )

Bahkan manusia senantiasa berinteraksi dengan fitnah tatkala  ia dalam kondisi akhir hayatnya ketika ajal  menjemput nya, bahkan setelah diletakkan dalam liang kubur, ia juga dihadapkan kepada fitnah. 

Al-Imam Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah, serta yang selainnya, telah meriwayatkan dari hadits Al-Baro’ bin ‘Azib, bahwa suatu ketika para sahabat berada di pekuburan Baqi’ul ghorqod. 

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi mereka. Beliau pun duduk. Sementara para sahabat duduk disekitarnya dengan tenang tanpa mengeluarkan suara, seakan-akan di atas kepala mereka ada burung. Beliau sedang menanti penggalian kubur seorang yang baru saja meninggal.

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kepalanya dan mengucapkan:
أعوذ بِاللّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْر

“Aku berlindung kepada Allah dari adzab kubur.”

Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Setelah itu, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya bila seorang yang mukmin menghadap ke alam akhirat dan meninggalkan alam dunia, turun kepadanya sejumlah malaikat berwajah putih yang seolah-olah seperti matahari. Mereka membawa sebuah kain kafan dan minyak wangi dari surga. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh mata memandang. Lalu datanglah malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya. Malaikat pencabut nyawa berkata:

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطيبة، أخرجي إلي مغفرة من الله و رضوان

“Wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau kepada keampunan dan keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Maka nyawanya keluar dan mengalir seperti air yang mengucur dari mulut wadah. Lalu malaikat pencabut nyawa mengambilnya. Nyawanya tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangan malaikat pencabut nyawa dan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah putih tadi. Kemudian mereka meletakkannya pada kain kafan dan minyak wangi surga yang telah mereka bawa. Maka nyawanya mengeluarkan aroma minyak wangi misik yang paling terbaik di muka bumi. Lalu mereka menyertainya untuk naik ke langit. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya: “Siapakah nyawa yang baik ini?” Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan”, dan disebutkan namanya yang paling terbaik ketika mereka memanggilnya di dunia.

Tatkala mereka telah sampai membawanya kelangit, mereka meminta agar pintu langit dibukakan untuknya. Maka dari setiap langit dia diiringi oleh para penjaganya sampai ke langit berikutnya. Demikianlah yang akan terjadi hingga dia sampai ke langit yang disana ada Allah. Maka Allah berfirman:

اكتبوا كتاب عبدي في عليين, و أعيدوه إلى الأرض, فإني منها خلقتهم, وفيها أعيدهم, و منها أخرجهم تارة أخرى

“Catatlah oleh kalian bahwa hambaku (ini) berada di surga ‘illiyyin, dan (sekarang) kembalikanlah dia ke muka bumi. Sungguh darinya Aku telah menciptakan mereka, dan padanya Aku akan mengembalikan mereka, serta darinya pula Aku akan mengeluarkan mereka sekali lagi”.

Kemudian nyawanya dikembalikan ke dalam jasadnya. Lalu datanglah dua orang malaikat kepadanya. Keduanya bertanya, siapa Rabbmu? Maka dia menjawab, Rabbku adalah Allah. Keduanya kembali bertanya, apa agamamu? Maka dia menjawab, agamaku adalah islam. Keduanya kembali bertanya, siapa orang yang telah diutus di tengah kalian ini? Maka dia menjawab, beliau adalah utusan Allah. Keduanya kembali bertanya, siapakah yang telah mengajarimu? Maka dia menjawab, aku membaca kitab Allah, beriman kepadanya dan membenarkannya.

Kemudian terdengarlah suara yang menyeru dari langit, “Hambaku ini telah benar. Bentangkanlah untuknya permadani dari surga dan bukakanlah sebuah pintu ke surga”.
Maka harum wangi surga pun menerpanya dan kuburnya diperluas sejauh mata memandang. Lalu datang kepadanya seorang yang bagus wajahnya, pakainnya, dan harum wanginya. Orang itu berkata, bergembiralah dengan segala yang akan menyenangkanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah dijanjikan. Maka si mukmin bertanya kepadanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa kebaikan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang sholih.” Lalu si mukmin berkata, “Wahai Rabbku! Segerakanlah hari kiamat agar aku kembali kepada keluarga dan hartaku”.

Selanjutnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Adapun bila seorang yang kafir meninggalkan alam dunia dan menghadap ke alam akhirat, turun kepadanya dari langit sejumlah malaikat yang berwajah hitam legam. Mereka membawa sebuah kain kafan yang buruk dan kasar. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh mata memandang. Lalu datanglah malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya. Malaikat pencabut nyawa berkata,

“Wahai jiwa yang buruk, keluarlah engkau kepada kemurkaan dan kemarahan Allah”.

Maka nyawanya tercerai berai di dalam jasadnya. Kemudian malaikat pencabut nyawa merenggut nyawanya seperti mencabut besi pemanggang daging dari bulu domba yang basah. Setelah malaikat pencabut nyawa mengambilnya, tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangannya dan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah hitam legam tadi. Lalu mereka meletakkannya pada kain kafan (yang telah mereka bawa) itu. Sehingga keluarlah dari nyawanya seperti bau yang sangat busuk di atas muka bumi.
Kemudian mereka naik bersamanya. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya, siapakah nyawa yang buruk ini? Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan” dan disebutkan namanya yang paling terburuk ketika mereka memanggilnya di dunia.

Kemudian mereka membawanya naik sampai ke langit dunia dan dimintakan agar pintu langit di bukakan untuknya. Namun pintu langit tidak dibukakan untuknya”.

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi,

لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ

“Tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk surga sampai onta bisa masuk ke dalam lubang jarum.” (QS. Al-A’rof: 40)

Selanjutnya Allah Azza wa jalla berfirman,

“Catatlah oleh kalian bahwa ketetapannya berada di (neraka) Sijjiin, di bumi yang paling bawah”.

Setelah itu, nyawanya benar-benar dilemparkan. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi,

ۦ ۚ وَمَن يُشْرِكْ بِٱللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَتَخْطَفُهُ ٱلطَّيْرُ أَوْ تَهْوِى بِهِ ٱلرِّيحُ فِى مَكَانٍ سَحِيقٍ ﴿٣١﴾

Artinya : "  Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh." (Q.S.22: Al-Hajj : 31)

Demikianlah, nyawanya dikembalikan kedalam jasadnya. Maka dua orang malaikat mendatanginya lalu mendudukkannya. Keduanya bertanya, “Siapa Rabbmu?” Dia menjawab, “Hah.. hah..aku tidak tahu”. Keduanya kembali bertanya, “Siapa orang yang telah diutus ditengah kalian ini?” Dia menjawab, “Hah..hah..aku tidak tahu.” Kemudian terdengarlah suara yang menyeru dari langit, “Dia telah berdusta, bentangkanlah untuknya permadani dari api neraka dan bukakanlah sebuah pintu ke neraka.” Sehingga hawa panas dan racun neraka pun menerpanya dan kuburnya dipersempit sampai tulang-tulang rusuknya saling bergeser. Lalu datang kepadanya seorang yang buruk wajahnya, pakainnya, dan busuk baunya. Orang itu berkata, “Bergembiralah dengan segala yang akan memperburuk keadanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah dijanjikan.” Maka si kafir bertanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa keburukan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk.” Lalu si kafir berkata, “Wahai Rabbbku! Janganlah engkau datangkan hari kiamat”.

Sesungguhnya tidak ada jalan selamat dari semua fitnah tersebut kecuali dengan berpegang teguh pada wahyu Allah Ta'ala yaitu Al-Qur'an Al-Karim dan As-Sunnah An-Nabawiyah. 

Allah Ta'ala berfirman, 

الٓر ۚ كِتَٰبٌ أَنزَلْنَٰهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ ٱلنَّاسَ مِنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَٰطِ ٱلْعَزِيزِ ٱلْحَمِيدِ 

Artinya : "  Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji." (Q.S.14: Ibrahim:1)

Allah Ta'ala berfirman, 

ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ مِن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَ ۗ قَلِيلًا مَّا تَذَكَّرُونَ 

Artinya : "  Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya)."
(Q.S.7: Al - A'raaf : 3)

Allah Ta'ala berfirman, 

إِنَّ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ يَهْدِى لِلَّتِى هِىَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعْمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا 

Artinya : "  Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,"
(Q.S.17: Al-Israa : 9)

Khulashoh dari ayat-ayat diatas, bahwasanya Kitab Allah adalah cahaya dan petunjuk bagi umat manusia yang wajib untuk dibaca dan di tadaburi kandungan maknanya serta beramal sesuai petunjuk yang diajarkan didalam nya. 

Perkara diatas tidak mungkin dilakukan kecuali seseorang bertafaquh atau mendalami ilmu agama ini dengan cara  menuntut ilmu, dan tatkala ia menuntut ilmu hendaknya ia bersabar dengan menimba ilmu di hadapan para ahli ilmu secara bertahap dengan mendatangi halakoh ilmu baik di masjid, madrasah, kuliah, atau kesempatan yang serupa. 

Diantara jalan selamat dari fitnah adalah berpegang teguh pada Al-Jama'ah. 

Jama’ah secara lughoh : Dari kata Al-Jama’ bermakna menyatukan sesuatu yang terpecah, maka jama’ah adalah lawan kata dari perpecahan.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah , “Dan mereka dinamakan Ahlul Jama’ah karena Al-Jama’ah adalah persatuan dan lawannya adalah perpecahan.”

Adapun secara istilah para ulama berbeda penafsiran tentang makna jama’ah yang tersebut di dalam hadits-hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, di antara hadits-hadits itu adalah :

Wasiat Nabi kepada Hudzaifah dalam hadits riwayat Bukhory-Muslim ,  Sallallahu alaihi wa sallam  bersabda  :

تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَإِمَامَهُمْ

“Engkau komitmen dengan jama’ah kaum muslimin dan Imamnya .”

Hadits Ibnu ‘Abbas riwayat Bukhory-Muslim Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam  bersabda :

فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شَيْئًا فَمَاتَ مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِيَّةً

“Karena sesungguhnya siapa yang berpisah dengan Al-Jama’ah sedikitpun kemudian ia mati maka matinya adalah mati jahiliyah”.

 Hadits Ibnu ‘Abbas Rasulullah bersabda :

يَدُ اللهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ

“Tangan Allah di atas Al-Jama’ah”.

Dari hadits-hadits di atas dan yang semisalnya para ulama berbeda di dalam menafsirkan kalimat Al-Jama’ah yang terdapat di dalam hadits-hadits tersebut sehingga ditemukan ada enam penafsiran :

Pertama : Jama’ah adalah Assawadul A’zhom (kelompok yang paling besar dari umat Islam). Ini adalah pendapat Abu Mas’ud Al-Anshory, ‘Abdullah bin Mas’ud dan Abu Ghalib.

Kedua : Al-Jama’ah adalah jama’ah ulama ahli ijtihad atau para ulama hadits, dikatakan bahwa mereka ini adalah jama’ah karena Allah Ta'ala  menjadikan mereka hujjah terhadap makhluk dan manusia ikut pada mereka pada perkara agama.

Berkata Imam Al-Bukhory menafsirkan jama’ah : ”Mereka adalah ahlul ‘ilmi (para ulama)”.

Dan Imam Ahmad berkata tentang jama’ah : ”Apabila mereka bukan Ashhabul Hadits (ulama hadits) maka saya tidak tahu lagi siapa mereka”.

Dan Imam Tirmidzi berkata : ”Dan penafsiran jama’ah di kalangan para ulama bahwa mereka adalah ahli fiqh, (ahli) ilmu dan (ahli) hadits”.

Dan ini merupakan pendapat ‘Abdullah bin Mubarak, Ishaq bin Rahaway, ‘Ali bin Al-Madiny, ‘Amr bin Qais dan sekelompok dari para ulama salaf dan juga merupakan pendapat ulama ushul fiqh.

Ketiga : Al-Jama’ah adalah para sahabat. Hal ini berdasarkan hadits perpecahan umat yang di sebahagian jalannya disebutkan bahwa yang selamat adalah Al-Jama’ah dan dalam riwayat yang lain : “Apa-apa yang aku dan para sahabatku berada di atasnya”. Dan ini adalah pendapat “Umar bin ‘Abdil ‘Aziz dan Imam Al-Barbahary.

Keempat : Al-Jama’ah adalah jama’ah umat Islam apabila mereka bersepakat atas satu perkara dari perkara-perkara agama. Pendapat ini disebutkan oleh Imam Asy-Syathiby.

Kelima : Al-Jama’ah adalah jama’ah kaum muslimin apabila mereka bersepakat di bawah seorang pemimpin. Ini adalah pendapat Imam Ibnu Jarir Ath-Thobary dan Ibnul Atsir.

Keenam : Al-Jama’ah adalah jama’ah kebenaran dan pengikutnya. Ini adalah pendapat Imam Al Barbahary dan Ibnu Katsir.

Demikianlah penafsiran-penafsiran para ulama tentang makna Al-Jama’ah, yang semuanya itu akan membawa kepada kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut :

1. Penafsiran-penafsiran tersebut walaupun saling berbeda lafadz dan konteksnya akan tetapi tidak saling bertentangan bahkan saling melengkapi makna maupun kriteria Al-Jama’ah.

2. Maka jelaslah bahwa makna Al-Jama’ah yang dikatakan sebagai golongan yang selamat dan pengikut kebenaran adalah Islam yang hakiki yang belum dihinggapi oleh noda yang mengotorinya.

3. Mungkin bisa disimpulkan dari penafsiran-penafsiran Al-Jama’ah di atas bahwa makna Al- Jama’ah kembali kepada dua perkara :

Satu : Jama’ah yang berarti bersatu di bawah kepemimpinan seorang pemerintah sesuai dengan ketentuan syariat maka wajib untuk komitmen terhadap jama’ah ini dan diharamkan untuk keluar darinya dan mengadakan kudeta terhadap pemimpinnya .

Dua : Jama’ah yang berarti mengikuti kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, kemudian diikuti oleh para sahabatnya, para ulama ahli ijtihad dan ahlul hadits yang mereka itulah Assawadul A’zhom dan pengikut kebenaran.

Berkata ‘Abdullah bin Mas’ud tentang Al-Jama’ah :

الْجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الْحَقَّ وَإِنْ كُنْتَ وَحْدَك

“Al-Jama’ah adalah apa yang mencocoki kebenaran walaupun engkau sendiri”.

Berkata Abu Syamah , “Dan apabila datang perintah untuk komitmen terhadap Al-Jama’ah, maka yang diinginkan adalah komitmen terhadap kebenaran dan pengikut kebenaran tersebut walaupun yang komitmen terhadapnya sedikit dan yang menyelisihinya banyak orang. Karena kebenaran adalah apa-apa yang jama’ah pertama dan para sahabatnya berada di atasnya dan tidaklah dilihat kepada banyaknya ahlul bathil setelah mereka.”

Diantara jalan selamat dari fitnah adalah do'a, sepantasnya seorang muslim memanjatkan do'a kepada Allah Ta'ala agar diberikan istiqomah diatas agama islam serta dijauhkan dari segala bentuk fitnah. 

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda,  

استعذوا  بالله  من الفتن ، ما ظهر منها وما بطن  

" Berlindunglah Kalian kepada Allah dari segala bentuk fitnah, yang nampak ataupun yang tersembunyi ".

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam berdo'a dengan mengucapkan,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kebakhilan, aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut, aku berlindung kepada-Mu dari kepikunan, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan siksa kubur.” (HR. Al-Bukhari, Al-Tirmidzi, al-Nasai, dan Ahmad)

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam berdo'a dengan mengatakan, 

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ , وَمِنْ عَذَابِ اَلْقَبْرِ , وَمِنْ فِتْنَةِ اَلْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ , وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ اَلْمَسِيحِ اَلدَّجَّالِ

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari adzab Jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari keburukan fitnah Masih Dajjal." (Muttafaq 'alaih)

Seorang muslim hendaknya berdo'a kepada Allah Ta'ala di setiap waktunya, terlebih diwaktu waktu mustajab, memohon agar diberikan hidayah dan senantiasa istiqomah serta dijauhkan dari segala bentuk keburukan dan fitnah hingga ajal menjemput nya.  

Semoga Allah Ta'ala memberikan penjagaan kepada kita semua dan di tunjukkan kepada jalan yang lurus serta dihindarkan dari keburukan dan kemurkaan Nya.   

 وصلى الله على نبينا محمد ،وعلى آله وأصحابه أجمعين.  

Sabtu, 09 Mei 2015

TANDA KEBESARAN ALLAH DIMUKA BUMI

As-Saikh Prof.DR Abdurrozak Al-Badr hafidhohullah Ta'ala. 

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du; 

Sesungguhnya Allah Ta'ala telah menyeru kepada para hamba Nya dibanyak ayat dalam Al-Qur'an Al-Karim agar kita merenungkan tentang ayat-ayat Nya, bertafakur terhadap tanda-tanda kebesaran Allah Ta'ala yang terdapat pada makhluk - makhluk Nya, yang mengisyaratkan akan keagungan dan ke Esa-an Rububiyah, dan kesempurnaan Kha'lik Subhanahu wata’ala. 

Betapa banyak  ayat dan tanda kebesaran Allah Ta'ala yang menunjukkan kepada keagungan dan kesempurnaan Kha'lik Yang Maha Mengatur Subhanahu wata’ala. 

 

" Dalam segala sesuatu  terdapat tanda 

Menunjukkan bahwa Dia-lah Maha Esa"

Dan dari tanda kebesaran Allah Ta'ala dan  bukti keagungan Nya, yang menunjukkan kesempurnaan ciptaan Nya, adalah bumi ini yang menjadi pijakan kaki yang kita berjalan diatas nya, betapa banyak tanda kebesaran dan kesempurnaan Allah yang menciptakan nya, sebagaimana firman Allah Ta'ala, 

إِنَّ فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ لَءَايَٰتٍ لِّلْمُؤْمِنِينَ 

Artinya, "Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman." (Q.S.45: Al-Jaatsiyah : 3)

Allah Ta'ala berfirman, 

وَفِى ٱلْأَرْضِ ءَايَٰتٌ لِّلْمُوقِنِينَ 

Artinya, " Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin." (Q.S.51: Ad-Dzaariyaat : 20)

Allah Ta'ala berfirman, 

أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى ٱلْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ ﴿١٧﴾   وَإِلَى ٱلسَّمَآءِ كَيْفَ رُفِعَتْ ﴿١٨﴾   وَإِلَى ٱلْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ ﴿١٩﴾   وَإِلَى ٱلْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ ﴿٢٠﴾

Artinya, " Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan," . Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?" . Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?".  Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?" . ( Q.S. 88 Al-Ghosyiah : 17-20 )

Betapa agungnya ayat ini yang menunjukkan tentang kesempurnaan  dan kebesaran Allah Ta'ala, bumi yang diciptakan tidak sia-sia  dan tanpa guna, Maha Suci Allah dari segala kekurangan, akan tetapi diciptakan sebagai tempat hunian bagi manusia dan dikuasakan untuk mereka serta diberikan limpahan karunia didalam nya dengan tanpa terhitung dan terbatas. 

Allah Ta'ala berfirman, 

وَٱلْأَرْضَ وَضَعَهَا لِلْأَنَامِ ﴿١٠﴾   فِيهَا فَٰكِهَةٌ وَٱلنَّخْلُ ذَاتُ ٱلْأَكْمَامِ ﴿١١﴾  وَٱلْحَبُّ ذُو ٱلْعَصْفِ وَٱلرَّيْحَانُ ﴿١٢﴾   فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿١٣﴾

Artinya : " Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya)."  Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang."
 Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya." Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?" (Q.S.55: Ar-Rahmaan :10-13)

Diantara nikmat dan rahmat Allah Ta'ala kepada hamba-Nya, adalah diciptakan langit yang kokoh dan tegak tanpa penyangga yang tidak roboh jatuh menimpa bumi. 

Allah Ta'ala berfirman,  

۞ إِنَّ ٱللَّهَ يُمْسِكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ أَن تَزُولَا ۚ وَلَئِن زَالَتَآ إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِّنۢ بَعْدِهِۦٓ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا ﴿٤١﴾

Artinya : "Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap (gugur dan jatuh) dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun." (Q.S.35: Fa'thir : 41)

Allah Ta'ala berfirman, 

وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَن تَقُومَ ٱلسَّمَآءُ وَٱلْأَرْضُ بِأَمْرِهِۦ ۚ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِّنَ ٱلْأَرْضِ إِذَآ أَنتُمْ تَخْرُجُونَ 

Artinya : "  Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan iradat-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur)." (Q.S.30: Ar-Ruum : 25)

Betapa agungnya penciptaan langit dan bumi yang berdiri kokoh tanpa goncang dan roboh, yang menunjukkan kesempurnaan Allah Ta'ala Maha Suci Bagi Nya, dan bumi ini diberikan pasak sehingga terhampar dengan kokoh.

Allah Ta'ala berfirman,  

وَأَلْقَىٰ فِى ٱلْأَرْضِ رَوَٰسِىَ أَن تَمِيدَ بِكُمْ وَأَنْهَٰرًا وَسُبُلًا لَّعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ 

Artinya : " Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk," (Q.S.16: An-Nahl :15)

Allah Ta'ala berfirman, 

وَٱلْجِبَالَ أَرْسَىٰهَا 

Artinya : " Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh," (Q.S.79: An-Naa'ziat : 32)

Sungguh betapa agungnya kebesaran Allah Ta'ala, yang menjadikan gunung menancap dengan kokohnya ibarat pasak yang menancap dalam didasar hingga menjulang tinggi ke langit  mengokohkan bumi dari segala bentuk goncangan dan getaran serta pergerakan tanah. 

Kemudian Allah Ta'ala menjadikan bumi sebagai hamparan yang digunakan sebagai pijakkan kaki hingga para manusia dapat berjalan diatas nya. 

Allah Ta'ala berfirman, 

وَٱللَّهُ جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ بِسَاطًا ﴿١٩﴾  لِّتَسْلُكُوا۟ مِنْهَا سُبُلًا فِجَاجًا ﴿٢٠﴾

Artinya : " Dan Allah menjadikan bumi untukmu sebagai hamparan . Supaya kamu menjalani jalan-jalan yang luas di bumi itu". (Q.S.71: Nuh :19-20)

Allah Ta'ala berfirman,  

هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ ذَلُولًا فَٱمْشُوا۟ فِى مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا۟ مِن رِّزْقِهِۦ ۖ وَإِلَيْهِ ٱلنُّشُورُ 

Artinya : " Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan." (Q.S.67: Al-Mulk :15)

Allah Ta'ala berfirman, 

وَٱلْأَرْضَ مَدَدْنَٰهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَٰسِىَ وَأَنۢبَتْنَا فِيهَا مِن كُلِّ شَىْءٍ مَّوْزُونٍ 

Artinya : " Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran." (Q.S.15: Al-Hijr :19)

Maksud dari menghamparkan adalah membentangkan dan menjadikan nya jalan sehingga para makhluknya dapat berjalan diatas nya sehingga dapat mencari rizki dan karunia yang terdapat pada nya , betapa agungnya kesempurnaan Allah Ta'ala. 

Dan diantara tanda kebesaran dan keagungan Allah Ta'ala adalah menjadikan bumi ini kering kemudian Allah Ta'ala menghidupkan nya dengan diturunkan air hujan sehingga menjadi subur dan tumbuh aneka tumbuhan  yang lebat yang dijadikan sebagai makanan bagi manusia dan ternak mereka . 

Allah Ta'ala berfirman,  

 ۚ وَتَرَى ٱلْأَرْضَ هَامِدَةً فَإِذَآ أَنزَلْنَا عَلَيْهَا ٱلْمَآءَ ٱهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَأَنۢبَتَتْ مِن كُلِّ زَوْجٍۭ بَهِيجٍ ﴿٥﴾  ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْحَقُّ وَأَنَّهُۥ يُحْىِ ٱلْمَوْتَىٰ وَأَنَّهُۥ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ ﴿٦﴾  
وَأَنَّ ٱلسَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ ٱللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِى ٱلْقُبُورِ ﴿٧﴾

Artinya : " Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah."  Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu . Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur ". (Q.S.22: Al-Hajj : 5-7)

Ayat ini menunjukkan tentang kebesaran Allah Ta'ala dan Dia adalah Ilah yang hak Yang Maha Mampu atas segala sesuatu .

Dan tanda keagungan Allah Ta'ala yang menjadikan bumi terdapat bagian -bagian yang berdampingan dan serupa serta sejenis, kemudian Allah Ta'ala menurunkan air dan menumbuhkan aneka ragam tumbuhan yang berwarna warni dan beraneka bentuk yang berbeda, walaupun semua itu bersumber dari air yang satu yaitu air hujan dan tempat yang satu yaitu bumi. 

Allah Ta'ala berfirman, 

وَهُوَ ٱلَّذِى مَدَّ ٱلْأَرْضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَٰسِىَ وَأَنْهَٰرًا ۖ وَمِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ جَعَلَ فِيهَا زَوْجَيْنِ ٱثْنَيْنِ ۖ يُغْشِى ٱلَّيْلَ ٱلنَّهَارَ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ ﴿٣﴾   وَفِى ٱلْأَرْضِ قِطَعٌ مُّتَجَٰوِرَٰتٌ وَجَنَّٰتٌ مِّنْ أَعْنَٰبٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَىٰ بِمَآءٍ وَٰحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلَىٰ بَعْضٍ فِى ٱلْأُكُلِ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ ﴿٤﴾

Artinya : " Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan." Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir." (Q.S.13: Ar-Ra'ad : 3-4)

Diantara tanda kebesaran Allah Ta'ala adalah menjadikan bumi sebagai tempat tinggal bagi para makhluk.

Allah Ta'ala berfirman, 

ٱللَّهُ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ قَرَارًا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءً وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ وَرَزَقَكُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ ۚ ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمْ ۖ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلْعَٰلَمِينَ 

Artinya : " Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam." (Q.S.40: Ghaafir : 64)

Yaitu, sebagai tempat menetap dan tempat tinggal diatas nya, dan dapat berjalan dengan baik dan tidak goyah atau bergerak dan bukan tanah yang menenggelamkan kedalamnya, maka betapa agungnya kesempurnaan Allah Ta'ala. 

Di lain sisi disana tatkala Allah Ta'ala ciptakan bentuk tanah yang bergerak dan menenggelamkan serta terjadi gempa, sehingga para manusia merasa takut dan tidak nyaman lantaran pergerakan tanah sehingga tidak bisa manusia berjalan dan tinggal di atasnya bahkan akan membinasakannya, bahkan telah sering kita mendengar berita tentang gempa yang menimpa sebahagian tempat sehingga menimbulkan kegelisahan dan korban dan banyak dijumpai rumah roboh, pepohonan tumbang, jalan menjadi bongkah, bahkan dalam hitungan detik banyak dijumpai ribuan orang meninggal bahkan puluhan ribu, dan Allah Ta'ala semata yang memberikan penjagaan dan perlindungan, dan semoga kita diberikan penjagaan dan diwafatkan dengan keadaan iman dan diberikan kenyamanan. 

Diriwayatkan dari Ibnu Abi Dunya dalam kitab nya " Al-Ukubaat ", dari Shofiyah binti Abi Ubaid Ats-Tsaqofiyah, ia bercerita, " Terjadi gempa di madinah dimasa Khilafah Umar ibnu Khottob radhiyallahu anhu maka beliau berkata, " Wahai para manusia, apa yang terjadi ini, alangkah cepat nya kalian berbuat perubahan, sekiranya terulang kembali, niscaya aku tidak akan tinggal bersama kalian !!".

Tidak diragukan lagi bahwa kejadian ini merupakan tanda akan kebesaran Allah Ta'ala dan Dia adalah Dzat Yang Maha Mampu atas segala sesuatu, dan kita tidak boleh lupa dari firman Allah Ta'ala,  

وَمَا مَنَعَنَآ أَن نُّرْسِلَ بِٱلْءَايَٰتِ إِلَّآ أَن كَذَّبَ بِهَا ٱلْأَوَّلُونَ ۚ وَءَاتَيْنَا ثَمُودَ ٱلنَّاقَةَ مُبْصِرَةً فَظَلَمُوا۟ بِهَا ۚ وَمَا نُرْسِلُ بِٱلْءَايَٰتِ إِلَّا تَخْوِيفًا 

Artinya : " Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti." (Q.S.17: Al-Israa : 59)

Sesungguhnya didalam kejadian ini terdapat ibroh dan pelajaran berharga bagi kita semua, agar kita mengingat kebesaran Allah Ta'ala Sang Pencipta Dzat Yang Maha Mampu atas segala sesuatu dan Dzat Yang  Maha Agung.

Bukankah kita merenungkan nikmat Allah Ta'ala terhadap bumi yang menjadi pijakkan kaki dan tempat tinggal kita, sekiranya bumi ini bergerak terjadi gempa, longsor dan tenggelam? Apa yang yang terjadi pada rumah kita, kebun dan tempat kerja kita? Tentu semu akan hancur, terbengkalai dan kita tidak akan merasa tenang ditempat tersebut. Hendaknya kita berfikir dan merenung terhadap tanda kebesaran Allah ini hingga kita bisa mengambil pelajaran dan teguran dari Allah Ta'ala, sebagaimana para salaf rahimahullah  tatkala menjumpai gempa maka mereka berkata, "  Sesungguhnya Tuhan kalian memberikan teguran kepada kalian ". Yaitu teguran agar kalian kembali kepada jalan yang benar, dimana Allah Ta'ala menciptakan manusia agar menghambakan diri dan berbuat taat hanya kepada Allah Ta'ala. 

Hendaknya kita sadar bahwa kita diciptakan dari tanah dan akan kembali menjadi tanah, sebagaimana firman Allah Ta'ala, 

وَٱللَّهُ أَنۢبَتَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ نَبَاتًا ﴿١٧﴾  ثُمَّ يُعِيدُكُمْ فِيهَا وَيُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا ﴿١٨﴾

Artinya : " Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya. Kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya." (Q.S.71: Nuh :17-18)

Yaitu, bahwasanya Allah Ta'ala menciptakan manusia pertama yaitu Adam dari tanah, dan keturunannya diciptakan dari tulang sulbi nya, dan tatkala manusia mati akan dikebumikan di tanah kemudian kelak hari kiamat seluruh manusia akan dibangkitkan dari kubur mereka.

Allah Ta'ala berfirman, 

أَلَمْ نَجْعَلِ ٱلْأَرْضَ كِفَاتًا ﴿٢٥﴾  أَحْيَآءً وَأَمْوَٰتًا ﴿٢٦﴾

Artinya : " Bukankah Kami menjadikan bumi (tempat) berkumpul. orang-orang hidup dan orang-orang mati?" (Q.S.77:Al-Mursalat 25-26)

Yaitu bahwasanya bumi merupakan tempat tinggal mereka diatas nya dan  didalam nya baik dalam keadaan hidup dan mati. 

Allah Ta'ala berfirman,  

ثُمَّ يُعِيدُكُمْ فِيهَا وَيُخْرِجُكُمْ إِخْرَاجًا 

Artinya : " kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu (daripadanya pada hari kiamat) dengan sebenar-benarnya." (Q.S.71: Nuh :18)

Yaitu di hari kebangkitan tatkala manusia dibangkitkan dari kubur mereka serta di kumpulkan di padang mashyar untuk menghadap Allah Ta'ala sehingga ditimbang amalan kebajikan dan keburukan serta mendapatkan balasan atas segala amal perbuatannya, apakah dahulu di muka bumi mereka berjalan dengan tenang dan rendah hati penuh ketaatan kepada Allah, menjalankan segala perintah atau  tidak, sebagaimana firman Allah Ta'ala, 

وَعِبَادُ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى ٱلْأَرْضِ هَوْنًا 

Artinya : " Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati ". (Q.S.25: Al-Furqon : 63)

Atau mungkin ia berjalan di muka bumi dengan menebar kerusakan dan keburukan dengan segala keangkuhan dan kesombongan yang melampaui batas, sebagaimana firman Allah Ta'ala, 

وَيَسْعَوْنَ فِى ٱلْأَرْضِ فَسَادًا 

Artinya : " dan membuat kerusakan di muka bumi .... (Q.S.5: Al-Maidah : 33)

Dan ketika Allah Ta'ala membalasi amalan setiap manusia kelak di hari kiamat keadaan bumi telah berubah, sebagaimana firman Allah Ta'ala, 

يَوْمَ تُبَدَّلُ ٱلْأَرْضُ غَيْرَ ٱلْأَرْضِ وَٱلسَّمَٰوَٰتُ ۖ وَبَرَزُوا۟ لِلَّهِ ٱلْوَٰحِدِ ٱلْقَهَّارِ 

Artinya : " (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa." (Q.S.14: Ibrahim : 48)

Dengan demikian seyogyanya kita bertaubat kepada Allah Ta'ala dan merenungi segala nikmat dan karunia Allah Ta'ala kepada kita terlebih bumi yang kita diciptakan dari nya dan menjadi tempat tinggal kita serta berjalan diatas nya dengan segala kerendahan hati dan tentunya segala makhluk tunduk dan patuh kepada Allah Ta'ala, senantiasa takut dan berharap hanya kepada Nya, berserah diri kepada Nya, berharap atas rahmat Nya, dan semoga Allah Ta'ala senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah Nya kepada kita semua sehingga kita mampu menjalankan kebajikan dan bertakwa kepada Nya, dan tidak menyadarkan segala urusan kepada diri kita sendiri , dan semoga sholawat serta salam terlimpahkan kepada junjungan Nabi kita Muhammad Sallallahu alaihi wa sallam.