Sabtu, 21 Mei 2016

SABAR DAN MURAH HATI

As-Saikh Prof.DR Abdurrozak Al-Badr hafidhohullah Ta'ala. 

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du; 

Diriwayatkan oleh Abu Ya'la dalam musnad-nya, dan Ibnu Abi Syaibah dalam mushonaf-nya, dari Sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhuma:

أنّ النَّبيّ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- سُئِل: أيُّ الإيمان أفضل؟ قال: الصَّبر والسَّماحة

 bahwasanya Nabi Sallallahu alaihi wa sallam suatu hari ditanya tentang Iman yang bagaimanakah yang paling utama? Maka beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Sabar dan murah hati ". 

Hadist ini adalah hadits yang derajatnya hasan yang sah riwayatnya dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan memiliki jalur riwayat yang lain yang menguatkan. 

Diantara nya yang diriwayatkan oleh Sahabat Ubadah ibnu Shomith radhiyallahu anhu yang dibawakan oleh Imam Ahmad dalam Musnad nya no : 22717.

Diantara nya yang diriwayatkan oleh Sahabat Amrin ibnu Absah radhiyallahu anhu yang tercantum dalam kitab Musnad Imam Ahmad no : 19435.

Diantara nya pula yang diriwayatkan oleh Sahabat Qotadah Al-Laitsy radhiyallahu anhu yang dibawakan oleh Imam Al-Hakim dalam kitab Mustadrak nya : 3 / 626.

Tentu sebahagian dari kita bertanya-tanya : Mengapa sabar dan murah hati memiliki kedudukan yang tinggi dari perkara iman dan begitu istimewa dalam cakupan agama. ..?

Jawabannya adalah : bahwasanya sabar dan murah hati adalah perangai jiwa manusia yang sangat dibutuhkan dalam seluruh sendi - sendi agama dan segenap maslahat yang berkaitan dengan amalan atau perbuatan. 

Maka sesungguhnya tidak dapat seseorang meninggalkan sabar dan murah hati dalam segala urusan, sehingga dibutuhkan dalam semua perkara yang bersangkutan dengan perkara agama. 

Oleh karena itu Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata : 

وهـذا من أجمع الكَلام وأعظمه بُرهانًا وأوعبه لمقامات الإيمان من أوّلها إلى آخرها؛ فإنَّ النَّفس يُراد منها شيئان:

* بذْل ما أُمِرت به وإعطاؤه، فالحامل عليه السَّماحة.
* وترك ما نُهيت عنه والبُعد منه فالحامل عليه الصَّبر

"  Dan ini merupakan ungkapan yang paling sederhana lagi memiliki makna yang dalam yang sangat agung, yang sangat terang dan luas dalam cakupan agama dari pertama hingga paling terakhir, dikarenakan jiwa manusia dituntut dua perkara, yaitu :

● Berusaha menunaikan sesuatu yang diperintahkan sehingga membutuhkan untuk bermurah hati agar mampu melaksanakan.

● Meninggalkan sesuatu yang dilarang dan berusaha untuk menjauhi nya, maka ini membutuhkan kesabaran ". 

وقد سُئل الحسن البصري -رحمه الله تعالى- وهو أحد روَّاة هـذا الحديث قيل له: ما الصَّبر وما السَّماحة؟

قال: ((الصبر عن معصية الله، والسماحة بأداء فرائض الله عز وجل)) رواه أبو نعيم في الحلية (2/156).

Al-Imam Al - Hasan Al-Basri rahimahullah - salah satu perawi hadist ini - pernah ditanya tentang arti : Sabar dan Murah hati.. .? 

Maka beliau menjawab : " Sabar adalah sabar dari tergiur untuk bermaksiat kepada Allah Ta'ala, dan Murah hati tatkala menjalankan kewajiban yang Allah Ta'ala fardhukan ". ( HR. Abu Nuaim dalam Al-Hilyah 2 / 156 ).

Jika kita merenungkan tentang hadist yang agung ini dan kandungan nya yang sangat agung, maka sesungguhnya hadist ini mencakup seluruh perkara agama semuanya, dikarenakan seorang mukmin senantiasa diperintahkan untuk melakukan perbuatan ketaatan dan ibadah yang beraneka ragam dan ini membutuhkan untuk bermurah hati. Dan asal kata murah hati adalah mudah, semangat dan tekun, jika hati seseorang sedemikian rupa keadaan nya maka niscaya ia akan tunduk dan patuh serta mampu merealisasikan segala perintah dan tidak membantah atau menolak. 

Dan jiwa manusia juga diperintahkan untuk menjauhi dan meninggalkan segala larangan dan bentuk - bentuk maksiat, sehingga ia membutuhkan kepada kesabaran. 

Dan arti sabar adalah mencegah serta  menahan diri, jika jiwa ini tidak mampu mencegah dan menahan diri maksiat  maka niscaya ia akan terjerumus dan terjebak dari apa yang telah Allah Ta'ala larang. 

وبهذا يُعلم أنَّ من لا صبر عنده لا يستطيع أن يقاوم، ومن لا سماحة لديه لا يستطيع أن يقوم.

Dengan demikian maka diketahui bahwasanya orang-orang yang tidak memiliki kesabaran maka ia tidak mampu untuk menahan diri, dan barangsiapa yang tidak bermurah hati maka ia tidak akan mampu melaksanakan tugas dan perintah. 

نعم من لا صبر عنده لا يستطيع أن يقاوم النَّفس من رعونتها عند حلول البلاء، ولا يستطيع أن يقاوم النَّفس من انفلاتها عند دواعي الشَّهوات والأهواء.

Memang benar, barangsiapa yang tidak memiliki kesabaran maka ia tidak mampu untuk menahan diri tatkala dihadapkan kepada ujian dan cobaan, dan tidak dapat membentengi diri ketika syahwat dan hawa nafsu bergejolak. 

ومن كان لا سماحة لديه لا يستطيع أن يقوم؛ لأنّ نفسه غير السمحة لا تنهض للقيام بالأوامر والاستجابة لداعي الطَّاعات، فإذا دُعيت نفسه إلى طاعة شحَّت، وإذا أُمرت بفضيلة تأبَّت، وبهذا يكون من المحرُومين.

Dan demikian juga jika seseorang tidak bermurah hati maka ia tidak dapat membentengi diri, karena jiwa nya tidak memiliki kelonggaran sehingga tidak mampu untuk melakukan suatu perintah ketaatan dan memenuhi panggilan kebajikan, jika ia diajak berbuat taat maka ia akan berat, dan jika diperintahkan untuk perkara yang memiliki keutamaan niscaya ia akan meronta, sehingga ia tergolong sebagai orang-orang yang terharamkan kebajikan. 

فمن لا صبر عنده ولا سماحة لا يتأتى له النُّهوض بمصالحه والقيام بأعماله والامتناع عمَّا ينبغي عليه الامتناع منه.

Maka barangsiapa yang tidak memiliki kesabaran dan murah hati maka ia tidak akan bangkit untuk menggapai kebaikan dan menunaikan amalan amalan, dan menghindari apa yang menjadi larangan bagi jiwanya. 

فما أحوجنا إلى أن نكون من أهل الصّبر والسّماحة لتنهض نفوسنا قيامًا بطاعة الله جلَّ وعلا، ولتمتنع نفوسنا عمَّا نُهيت عنه من المحارم والآثام، والتَّوفيق بيد الله وحده لا شريك له، فنسأله سبحانه ونلجأ إليه وحده متوسِّلين إليه بأسمائه الحُسنى وصفاته العُليا أن يمنَّ علينا بهـذا الإيمان العظيم: الصّبر والسّماحة.

Maka alangkah butuh nya diri kita untuk menjadi golongan orang-orang yang sabar dan murah hati sehingga kita mampu untuk menegakkan segala perintah ketaatan kepada Allah Ta'ala dan menjauhi segala bentuk larangan dan dosa, dan sesungguhnya hidayah taufik semata-mata di Tangan Allah Ta'ala dan tiada sekutu bagi-Nya, maka kita sepantasnya memohon dan berharap kepada Allah Ta'ala dengan bertawasul memalui Nama-Nama Allah Yang Indah dan Sifat-sifat-Nya Yang Agung, agar kita diberikan limpahan iman, sabar dan murah hati. 

Jumat, 06 Mei 2016

KEDUDUKAN AHLI ILMU

As-Saikh Prof.DR Abdurrozak Al-Badr hafidhohullah Ta'ala. 

Alhamdulillah, was sholaatu was salaamu ala Rosulillah, wa ba'du; 

Tidak samar lagi bagi setiap muslim, bahwasanya para Ulama memiliki kedudukan yang tinggi dan agung, derajat yang mulia dan luhur, dikarenakan mereka merupakan pemimpin kebaikan, Imam yang di ikuti dalam pemikiran dan perbuatan, dimana para malaikat menurunkan sayap-sayap mereka sebagai penghormatan, dikarenakan ridho akan perbuatannya, dan segala makhluk darat dan laut memohonkan ampunan kepada mereka, termasuk ikan-ikan kecil di dasar laut, dimana ilmu yang mereka dapatkan menyetarai  kedudukan orang-orang yang baik dan derajat orang-orang yang bertakwa, sehingga sangat mulia dan agung kehormatan mereka. 

Allah Ta'ala berfirman : 

 يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ﴿١١﴾

" niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S. Al Muja'dilah :11)

Allah Ta'ala berfirman : 

  قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكر أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ

" Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (Q.S. Az-Zumar :9)

Al-Imam Abu Bakar Al-Ajjurry rahimahullah berkata tentang Ulama dan kedudukan mereka : " Para Ulama memiliki kedudukan yang lebih jika dibandingkan dengan seluruh kaum mukminin di setiap waktu dan zaman, mereka dilebihkan dikarenakan ilmu yang bermanfaat dan di hiasi dengan lemah lembut, melalui mereka dapat diketahui sesuatu yang halal dari yang haram, sesuatu kebenaran dari kebathilan, perkara yang bermanfaat dari perkara yang mendatangkan mudhorot, perbuatan yang baik dari yang jelek, kedudukan mereka tinggi dan agung, mereka adalah pewaris para Nabi dan cahaya, pelita serta penyejuk para kekasih Allah, ikan-ikan kecil memanjatkan istigfar untuk mereka, para Malaikat meletakkan sayapnya sebagai penghormatan untuk mereka, dan para Ulama berdiri dibelakang para Nabi turut serta memberikan syafa’at kepada umat manusia, majalis mereka dipenuhi dengan hikmah, amalan mereka membangkitkan orang-orang yang lalai, mereka lebih utama daripada seseorang yang ahli ibadah dan orang-orang yang ahli zuhud, keberlangsungan hidup mereka adalah suatu keberuntungan, dan wafat nya mereka merupakan suatu musibah, senantiasa mengingatkan orang-orang yang lalai dan mengajari orang-orang yang jahil, tidak ternilai jasa-jasa mereka, tidak pernah takut kepada apapun, .....

hingga beliau rahimahullah berkata : 
" Mereka adalah pelita bagi para hamba dan tonggak bagi negara, pemimpin umat, penebar hikmah, musuh bagi para setan, melalui mereka hidup hati orang-orang yang mengenal kebenaran, penegak hujjah bagi hati orang-orang yang menyeleweng, perumpamaan mereka di bumi ibarat bintang yang berada di langit, senantiasa bercahaya dan dijadikan sebagai penentu arah di daratan atau di lautan, menerangi kegelapan malam sehingga orang-orang dapat melihat dengan jelas. ....

Dan ungkapan para Salaf yang semisal nya sangat banyak. 

Jika orang-orang yang berilmu memiliki kedudukan yang tinggi derajat yang mulia semacam ini, maka menjadi kewajiban bagi selain mereka agar senantiasa menjaga dan mengagungkan keberadaan mereka. 

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : 

((لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ))  

" Bukankah termasuk dari umatku orang-orang yang tidak bersikap hormat kepada yang lebih tua dan tidak sayang kepada yang lebih muda, serta tidak memberikan hak-hak kepada yang memiliki Ilmu ". ( HR. Ahmad ) 

Diantara hak-hak orang-orang yang memiliki Ilmu yang wajib untuk dijaga baik dalam kondisi masih hidup atau telah wafat, berada di hadapan kita atau tidak adalah wajib untuk di cintai dan di hormati dalam setiap hati dan diberikan pujian dan sanjungan secara lisan bersamaan dengan bersemangat untuk senantiasa menimba ilmu-ilmu nya, mengambil manfaat dari adab dan akhlaknya, dan menjauhi dari berbuat menggunjing, mencerca, mencela berbuat tidak sopan kepada mereka, dikarenakan perbuatan semacam ini merupakan dosa terbesar dan keburukan yang dahsyat, sebab,  para Ahli Ilmu adalah Nakhoda bahtera keselamatan, penyampai jalan keberuntungan dan penunjuk arah kebenaran dalam kegelapan malam. 

Allah Ta'ala berfirman : 

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا۟ ۖ وَكَانُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا يُوقِنُونَ ﴿٢٤﴾

" Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami." (Q.S. As Sajadah :24)

Mereka para Ulama adalah hujjah Allah Ta'ala dimuka bumi dan mereka yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi kaum muslimin dalam urusan dunia dan akhirat nya, dikarenakan mereka telah di anugerahi ilmu dan pemahaman sehingga mereka dengan bekal ilmu yang sangat luas memberikan fatwa untuk umat dan dengan pandangan yang dalam mereka menetapkan suatu maslahat bagi umat serta dengan bekal ilmu fikih yang matang mereka menentukan hukum. Tidak dengan sembarang mereka mengeluarkan hukum, dan tidak memecah belah barisan kaum muslimin tatkala menyodorkan suatu fatwa, dan tidak terburu buru dalam memutuskan perkara tanpa analisis dan kajian yang matang dan tidak menyembunyikan kebenaran sehingga Allah Ta'ala perintahkan agar merujuk kepada mereka tatkala dijumpai suatu perkara yang tidak diketahui hukumnya. 

Allah Ta'ala berfirman : 

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِىٓ إِلَيْهِمْ ۚ فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ ﴿٤٣﴾

" Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui ". (Q.S. An Nahl :43)

Allah Ta'ala berfirman : 

وَإِذَا جَآءَهُمْ أَمْرٌ مِّنَ ٱلْأَمْنِ أَوِ ٱلْخَوْفِ أَذَاعُوا۟ بِهِۦ ۖ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى ٱلرَّسُولِ وَإِلَىٰٓ أُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ ٱلَّذِينَ يَسْتَنۢبِطُونَهُۥ مِنْهُمْ ۗ وَلَوْلَا فَضْلُ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُۥ لَٱتَّبَعْتُمُ ٱلشَّيْطَٰنَ إِلَّا قَلِيلًا ﴿٨٣﴾

" Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu)." (Q.S. An Nisa' :83)

Didalam ayat ini terkandung pelajaran bagaimana seorang muslim beradab, jika suatu urusan yang penting dan berdampak pada maslahat secara umum yang berkaitan dengan keamanan atau marabahaya bagi umat mukminin maka seyogyanya melakukan pemantauan dan  memberitahukan peristiwa ini kepada Rasul yaitu kembali kepada As-Sunnah dan kepada Ulil Amri dari kalangan Ulama dan Ahli Ilmu yang mereka mengetahui perkara untuk menanggulangi nya dan menjauhi mudhorot yang akan timbul karenanya. 

Maka barangsiapa yang mengambil nasihat mereka niscaya akan selamat, dan barangsiapa yang menyelisihi nya akan terjungkal dan mendapatkan mudhorot. 

 يقول ابن مسعود رضي الله عنه " إنها ستكون أمورٌ مشتبهات فعليكم بالتؤَدة ؛ فإنك أن تكون تابعاً في الخير خير من أن تكون رأساً في الشر " .

Sahabat Mulia Abdullah ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu berkata : " Sesungguhnya akan datang suatu masa yang disana terdapat perkara yang samar, maka hendaknya kalian berhati-hati, sekiranya kalian menjadi seorang pengikut dalam suatu kebenaran itu lebih baik dan mulia daripada engkau menjadi pemimpin dalam suatu keburukan ". 

Sesungguhnya merupakan tanda-tanda kesengsaraan bagi seorang hamba adalah ia menjauhkan diri dari Para Ulama dan meninggalkan nasihat dari fatwa Para Imam serta tidak mengikuti pemahaman Para Ahli Fikih. 

Dan tatkala umat ini kehilangan Ulama maka menjadilah umat ini seolah berada di tengah padang pasir yang tandus dan gersang berjalan tanpa pemimpin tanpa petunjuk arah sehingga ujungnya mengakibatkan kepada kesesatan dan kesengsaraan. 

Sesungguhnya Para Ulama mereka adalah orang yang pantas untuk melaksanakan tugas dakwah dan mengarahkan umat manusia dan menunjukkan kepada jalan kebenaran. 

Jika tidak demikian, niscaya para manusia menjadikan orang-orang bodoh sebagai pemimpin dan memberikan fatwa dengan tanpa ilmu dan pemahaman yang benar, maka tatkala itu kerusakan akan merajalela dan umat niscaya hancur. 

 يقول ابن مسعود رضي الله عنه " عليكم بالعلم قبل أن يُقبض وقبضه بذهاب أهله ، عليكم بالعلم فإن أحدكم لا يدري متى يُفتقر إلى ما عنده ، وستجدون أقواما يزعمون أنهم يدعون إلى كتاب الله وقد نبذوه وراء ظهورهم ، وإياكم والتبدُّع والتنطع والتعمق وعليكم بالعتيق " .

Sahabat Mulia Abdullah ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu berkata : " Hendaknya kalian berpegang erat dengan Ilmu sebelum ilmu tersebut di cabut dan di cabut nya dengan cara di wafatkan pemilik nya. Hendaknya kalian berpegang teguh dengan Ilmu, sesungguhnya diantara kalian tidak mengetahui kapan membutuhkan nya, dan akan datang suatu masa terdapat suatu kaum mereka mengaku menyeru kepada Kitab Allah akan tetapi mereka melemparkannya ke belakang punggung punggung mereka, jauhilah mengada adakan suatu perkara, berlebih-lebihan dan bersikap terlalu mendalam dan hendaknya kalian berpegang teguh dengan yang terdahulu  (Al-Qur'an dan As-Sunnah) ". 

 نسأل الله بأسمائه الحسنى وصفاته العلا أن يبارك لنا في علمائنا وأن يوفقنا لحسن الاستفادة منهم وسلوك طريقهم وأن يهدينا جميعا سواء السبيل .

Kita memohon kepada Allah Ta'ala dengan Nama-Nama Nya yang Indah dan Sifat-Sifat Nya yang Mulia, agar kita diberikan taufiq untuk dapat istifadah dengan baik kepada Para Ulama kita, dan kita diberikan kekuatan untuk menyusuri jalan mereka dan semoga Allah memberikan hidayah kepada kita jalan yang lurus. 

Senin, 02 Mei 2016

PANDANGAN PESIMIS


Oleh : As-Saikh Prof.DR Abdurrozak Al-Badr hafidhohullah Ta'ala .

Alhamdulillah wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du : 

Sesungguhnya agama islam datang dengan membawa arahan nasehat dan tujuan yang penuh barokah yang mengandung nilai-nilai yang luhur dan agung yang membawa keberuntungan dunia dan akhirat, bahkan keselamatan tidak akan dicapai kecuali dengan jalan islam, maka agama islam ini adalah agama yang sempurna dan agung. 

 Seorang muslim yang telah diberikan pintu hidayah islam dan hatinya tersinari dengan cahaya islam niscaya akan merasakan kemuliaan sesuai kadar nilai agama yang telah bercokol di dalam hatinya. Semakin sempurna maka semakin tinggi derajat kemuliaannya. 

Dan diantara larangan yang telah diharamkan dalam ajaran agama islam adalah : Pandangan Persimis terhadap suatu perkara,  keadaan dan suatu kejadian.

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda :  

 ((لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَيُعْجِبُنِي الْفَأْلُ )) قَالُوا : وَمَا الْفَأْلُ ؟ قَالَ : (( الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ )) 

" Tidak ada penyakit yang menular dan tidak ada kesialan terhadap sesuatu dan yang membuat aku takjub adalah Al-Fa'lu ". Mereka bertanya : Apakah Al-Fa'lu wahai Rasulullah. ..?  Maka dijawab : " Perkataan yang baik ". ( HR. Al-Bukhari dan Muslim ) 

At-Tiyaroh adalah merasa pesimis dan sial terhadap burung atau nama atau lafadz atau tempat atau selainnya, dan syariat telah melarang seseorang untuk melakukan nya dan ancaman bagi pelaku nya. 

Dan Nabi Sallallahu alaihi wa sallam mengemari perkataan yang baik dan membenci perasan pesimis , dikarenakan suatu perkataan atau ucapan yang baik tidaklah merusak akidah dan keyakinan seseorang serta tidak dijumpai ketergantungan hati kepada selain Allah Ta'ala, akan tetapi disana terdapat suatu maslahat yaitu memberikan dorongan dan mendatangkan support serta rasa gembira untuk hati dan menguatkan semangat serta cita-cita dan nawa-cita dan berusaha menggapai tujuan yang terpuji. Dan hal ini berbeda dengan pandangan pesimis, sesungguhnya ia merupakan pandangan yang menggoncangkan pikiran dan hati bahkan menumbuhkan rasa malas dan prasangka buruk, sehingga agama yang lurus ini memberikan celaan dan larangan serta memerangi cara pandang yang salah ini. 

Pandangan menyesatkan ini telah banyak menimbulkan kerusakan dan berujung pada suatu kehancuran baik kehancuran agama, seluruhnya atau sebahagian nya, kehancuran akhlak, moral, etika dan adab. 

Dan barangsiapa yang melihat sejarah terdahulu dan umat pada zaman dahulu, maka niscaya akan menjumpai sifat buruk ini melekat dalam hati orang-orang yang menjadi musuh-musuh para Rasul, dan melekat pada jiwa orang-orang yang lemah iman. 

Sebagai contoh marilah kita simak kejadian berikut ini : 

●   Allah Ta'ala berfirman : 

وَلَقَدْ أَخَذْنَآ ءَالَ فِرْعَوْنَ بِٱلسِّنِينَ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ ﴿١٣٠﴾  فَإِذَا جَآءَتْهُمُ ٱلْحَسَنَةُ قَالُوا۟ لَنَا هَٰذِهِۦ ۖ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُوا۟ بِمُوسَىٰ وَمَن مَّعَهُۥٓ ۗ أَلَآ إِنَّمَا طَٰٓئِرُهُمْ عِندَ ٱللَّهِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ ﴿١٣١﴾

" Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran." "Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: "Itu adalah karena (usaha) kami". Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (Q.S. Al-A'raaf :130-131)

Ayat yang mulia ini menerangkan bahwa bani Israel jika mendapatkan rizki yang melimpah, panen yang banyak, kesuburan yang mendatangkan kegembiraan, maka mereka mengatakan : " Itu adalah karena usahakami dan jerih payah kita ". Yaitu kami pantas untuk mendapatkan semua ini dan mereka lalai dari bersyukur kepada Allah Ta'ala. Akan tetapi jika mendapat kesengsaraan, gagal panen dan musim paceklik maka mereka seraya berkata : " Ini adalah dikarenakan kesialan yang dibawa oleh Musa dan orang-orang yang mengikuti ajaran nya ".

Maka Allah Ta'ala memberikan bantahan bahwasanya kesialan mereka merupakan takdir atau ketetapan dan keputusan Allah Ta'ala semata dan kebanyakan dari mereka tidak mengetahui nya . Dikarenakan dosa-dosa yang mereka lakukan dan kekufuran yang mereka terjang merupakan sebab terjadinya kesengsaraan dan musibah bagi umat tersebut. 

● Allah Ta'ala berfirman : 

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَآ إِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَٰلِحًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ فَإِذَا هُمْ فَرِيقَانِ يَخْتَصِمُونَ ﴿٤٥﴾  قَالَ يَٰقَوْمِ لِمَ تَسْتَعْجِلُونَ بِٱلسَّيِّئَةِ قَبْلَ ٱلْحَسَنَةِ ۖ لَوْلَا تَسْتَغْفِرُونَ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴿٤٦﴾  قَالُوا۟ ٱطَّيَّرْنَا بِكَ وَبِمَن مَّعَكَ ۚ قَالَ طَٰٓئِرُكُمْ عِندَ ٱللَّهِ ۖ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ تُفْتَنُونَ ﴿٤٧﴾

" Dan sesungguhnya Kami telah mengutus kepada (kaum) Tsamud saudara mereka Shaleh (yang berseru): "Sembahlah Allah". Tetapi tiba-tiba mereka (jadi) dua golongan yang bermusuhan."
" Dia berkata: "Hai kaumku mengapa kamu minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan? Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat".
" Mereka menjawab: "Kami mendapat nasib yang malang, disebabkan kamu dan orang-orang yang besertamu". Shaleh berkata: "Nasibmu ada pada sisi Allah, (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu kaum yang diuji".
(Q.S. An-Naml 45-47)

Ayat ini menerangkan bahwasanya umat Nabi Shaleh tidak pernah melihat kebaikan dan keberuntungan bagi Nabi Shaleh dan orang-orang yang beriman bersamanya, bahkan memberikan tuduhan bahwa kesenangan dan keinginan gemerlap dunia tidak mereka dapatkan disebabkan oleh perilaku Nabi Shaleh. 

Maka dijawab oleh Nabi Shaleh, bahwasanya nasib mereka berada di tangan Allah Ta'ala semata, yaitu apa yang menimpa dari berbagai musibah, cobaan, dan kesengsaraan, semua itu merupakan ketentuan Allah Ta'ala dan juga dikarenakan dosa-dosa dan berpaling dari agama Allah Ta'ala yang lurus, karena agama yang lurus tidak akan membawa kecuali kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. 

● Allah Ta'ala berfirman : 

وَٱضْرِبْ لَهُم مَّثَلًا أَصْحَٰبَ ٱلْقَرْيَةِ إِذْ جَآءَهَا ٱلْمُرْسَلُونَ ﴿١٣﴾  إِذْ أَرْسَلْنَآ إِلَيْهِمُ ٱثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوٓا۟ إِنَّآ إِلَيْكُم مُّرْسَلُونَ ﴿١٤﴾  قَالُوا۟ مَآ أَنتُمْ إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَا وَمَآ أَنزَلَ ٱلرَّحْمَٰنُ مِن شَىْءٍ إِنْ أَنتُمْ إِلَّا تَكْذِبُونَ ﴿١٥﴾  قَالُوا۟ رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّآ إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ ﴿١٦﴾ وَمَا عَلَيْنَآ إِلَّا ٱلْبَلَٰغُ ٱلْمُبِينُ ﴿١٧﴾  قَالُوٓا۟ إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ ۖ لَئِن لَّمْ تَنتَهُوا۟ لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُم مِّنَّا عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿١٨﴾  قَالُوا۟ طَٰٓئِرُكُم مَّعَكُمْ ۚ أَئِن ذُكِّرْتُم ۚ بَلْ أَنتُمْ قَوْمٌ مُّسْرِفُونَ ﴿١٩﴾

" Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka."
" (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang di utus kepadamu".
" Mereka menjawab: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka".

" Mereka berkata: "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu".

" Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas". 

" Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami".

" Utusan-utusan itu berkata: "Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas". (Q.S. Yaa siin : 13 -19)

Di dalam ayat ini, mereka menyikapi dakwah orang-orang yang telah diutus dengan membawa kepada jalan kebaikan yang lurus dengan pandangan pesimis dan penuh kesialan, seraya berkata : " Kami bernasib malang karena kamu ". Yaitu kedatangan kalian tidak membawa kita kecuali keburukan, dan sesungguhnya ungkapan ini adalah tidak sesuai dengan kenyataan, karena dakwah mereka merupakan nikmat yang paling agung dan sempurna dikarenakan menunjukkan kepada jalan kebenaran dan keselamatan dunia dan akhirat, akan tetapi justru mereka menganggap dakwah tersebut adalah mendatangkan kemalangan. Bahkan mereka memberikan ancaman siksa yang pedih dan akan merajam para utusan tersebut. 

Maka para utusan tersebut memberikan jawaban : " Sesungguhnya kemalangan kamu datang dari dirimu sendiri, disebabkan karena perbuatan syirik yang kalian lakukan, sehingga mendatangkan bencana, adzab dan kesengsaraan dan lenyap nya segala keberkahan dan kebaikan, bahkan kalian termasuk dalam umat yang telah melampaui batas ".

● Allah Ta'ala berfirman : 

أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّوٓا۟ أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ ٱلْقِتَالُ إِذَا فَرِيقٌ مِّنْهُمْ يَخْشَوْنَ ٱلنَّاسَ كَخَشْيَةِ ٱللَّهِ أَوْ أَشَدَّ خَشْيَةً ۚ وَقَالُوا۟ رَبَّنَا لِمَ كَتَبْتَ عَلَيْنَا ٱلْقِتَالَ لَوْلَآ أَخَّرْتَنَآ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ ۗ قُلْ مَتَٰعُ ٱلدُّنْيَا قَلِيلٌ وَٱلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ ٱتَّقَىٰ وَلَا تُظْلَمُونَ فَتِيلًا ﴿٧٧﴾  أَيْنَمَا تَكُونُوا۟ يُدْرِككُّمُ ٱلْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِى بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ وَإِن تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا۟ هَٰذِهِۦ مِنْ عِندِ ٱللَّهِ ۖ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا۟ هَٰذِهِۦ مِنْ عِندِكَ ۚ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِندِ ٱللَّهِ ۖ فَمَالِ هَٰٓؤُلَآءِ ٱلْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا ﴿٧٨﴾ مَّآ أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ ٱللَّهِ ۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَٰكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدًا ﴿٧٩﴾

" Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. Mereka berkata: "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun."
" Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?"
" Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi." (Q.S. An-Nisaa :77-79)

Dalam ayat ini dinyatakan : "Bahwasanya mereka orang-orang yang menentang, jika mereka mendapatkan suatu kebaikan seperti banyak melimpah nya harta, keturunan, kesehatan maka mereka mengatakan : " ini adalah datang dari sisi Allah ". 

Akan tetapi jika mereka mendapatkan kesengsaraan, kefakiran, musim paceklik, dan sakit atau kematian, maka mereka seraya mengatakan : " Ini datang dari sisi kamu ". Yaitu mereka menganggap kesialan datang dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, dan berpandangan pesimis terhadap ajaran yang dibawa oleh Nabi yang mulia, sebagaimana keadaan para ahli syirik terdahulu, bermiripan, antara satu dengan lainnya saling serupa dan sama dalam ucapan, perbuatan, pendapat dan cara berpikir mereka.  

 Pandangan pesimis yang mereka tonjolkan, ini merupakan gambaran tentang rendahnya cara berpikir mereka dan dangkal nya pemahaman yang mereka miliki, sehingga dalam pungkasan ayat diatas, Allah Ta'ala menutup firman-Nya dengan kata : 

 فَمَالِ هَؤُلَاءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا 

" Maka mengapa orang-orang itu hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?"

Yaitu : mereka tidak memahami pembicaraan sama sekali, ataupun memahami akan tetapi dengan pemahaman yang sangat lemah. Dan disini terkandung celaan dan cercaan bagi mereka yang tidak dapat memahami maksud apa yang Allah Ta'ala dan Rasul-Nya ajarkan kepada umat manusia. Dan di sisi lain mengandung pujian dan sanjungan bagi orang-orang yang beriman yang dapat memahami apa yang Allah Ta'ala turunkan melalui para Rasul dan menerima Al-Kitab dan As-Sunnah dengan penuh ridho dan pasrah tanpa tentangan atau sanggahan. 

Dan barangsiapa yang memahami agama Allah dengan benar dan sebenarnya, maka ia akan meyakini bahwasanya kebaikan dan keburukan, karunia ataupun petaka, semua adalah di tangan Allah Ta'ala semata bedasarkan keputusan dan takdir Allah Ta'ala, adapun para Rasul alaihimus Sholat  wa Sallam, tidak memiliki daya atau upaya untuk mendatangkan manfaat atau mudhorot kepada manusia, dan tidak akan mungkin membawa dampak keburukan sedikit pun, karena mereka di utus untuk memberikan hidayah dan petunjuk ke dalam jalan kebahagiaan dan keberuntungan, dunia dan akhirat. 

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : 

   إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِي إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ ، وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ 

" Sesungguhnya tidak seorangpun Nabi yang di utus sebelum-ku, kecuali ia menunjukkan jalan kebaikan dan kebajikan kepada umat nya apa yang mereka ketahui, dan memperingatkan perkara-perkara keburukan kepada umatnya dari apa yang mereka ketahui". ( HR. Al-Bukhari dan Muslim ) 

Maka sesungguhnya para Rasul alaihimus-Sallaam, merupakan pembawa petunjuk kebenaran dan jalan menuju keselamatan, bahkan tidak ada jalan selamat kecuali datang dari mereka para Rasul, dan tidak ada suatu jalan keburukan kecuali dikarenakan menyelisihi jalan para Rasul alaihimus-Sallam. 

Dan merupakan perkara yang sangat mengherankan, muncul orang-orang yang mengira dirinya memperjuangkan agama, ungkapan-ungkapan yang kotor memberikan penilaian terhadap perintah-perintah agama : " ini merupakan sebab sebab-sebab kemunduran dan keterbelakangan ", " mengekang kebebasan ber ekspresi ", " mendatangkan kendala dan permasalahan baru ", dan ungkapan yang semisalnya yang keji yang bersumber dari hati yang kosong dari agama, jahil terhadap keagungan syariat yang penuh berkah ini. 

Dan barangsiapa yang telah diberikan penjagaan dari melontarkan ungkapan semisal ini, hendaknya banyak banyak  memuji kepada Allah Ta'ala dan memohon agar diberikan keteguhan terhadap agama yang lurus ini.