Rabu, 29 Juni 2016

BERBAGI DAN BERDERMA DI BULAN SUCI RAMADAN

BERBAGI DAN BERDERMA DI BULAN SUCI RAMADAN 

Makkah, 19 Ramadhan 1437 H.
24 Juni 2016 M.

KHUTBAH JUM’AT
OLEH: AS-SAIKH  DR. SHALIH BIN ABDULLAH BIN HUMAID 

Khutbah Pertama :

*الْحَمْدُ ِللهِ، الْحَمْدُ ِللهِ خَلَقَ الْخَلْقَ لِيَعبُدُوْهُ، وَشَرَعَ لَهُمْ الدِّيْنَ لِيَتَّبِعُوْهُ، وَرَزَقَهُمْ وَأَنْعَمَ عَلَيْهِمْ لِيَشْكُرُوْهُ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ عَلَى مَا هَدَى وَكَفَى، وَأَشْكُرُهُ عَلَى مَا أَجْزَلَ وَأَعْطَى، وَنِعَمُ رَبِّي لاَ تُحْصَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ تَوْحِيْدٍ وَإِخْلاَصٍ، تُؤْنِسُ الْوَحْشَةَ فِي ظُلُمَاتِ الْقُبُوْرِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ بِالْحَقِّ وَالْهُدَى وَالنُّوْرِ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ أَصْحَابِهِ مَنَائِرِ الْهُدَى وَمَصَابِيْحِ الدُّجَى وَالْفَضْلِ الْمَشْهُوْرِ، وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا مَزِيْدًا إِلَى يَوْمِ النُّشُوْرِ، أَمَّا بَعْدُ:*  

*فَأُوْصِيْكُمْ -أَيُّهَا النَّاسُ- وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوْا اللهَ -رَحِمَكُمُ اللهُ-، وَاسْتَعِدُّوْا لِيَوْمٍ بَضَائِعُهُ الأَعْمَالُ، وَشُهُوْدُهُ الْجَوَارِحُ وَالأَوْصَالُ، وَحَاكِمُهُ اللهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ. يَوْمٌ لاَ يُقَالُ فِيْهِ مَنْ نَدِمَ، وَلاَ عَاصِمَ فِيْهِ مِنَ الله إِلاَّ مَنْ رَحِمَ.* 

*تَزَوَّدُوْا -رَحِمَكُمُ اللهُ-، فَقَدْ دَنَتِ الآجَالُ، وَجِدُّوْا وَاجْتَهِدُوْا، فَقَدْ أَزِفَ الاِرْتِحَالُ، وَادَّخِرُوْا ِلأَنْفُسِكُمْ صَالِحَ الأَعْمَالِ، {يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبَّ الْعَالَمِيْنَ} [المطففين: 6]، وَيُجِيْبُوْنَ الدَّاعِي مُسْتَمِعِيْنَ مُهْطِعِيْنَ، وَيَتَعَلَّقُ الْمَظْلُوْمُوْنَ بِالظَّالِمِيْنَ، وَالْحِسَابُ عِنْدَ أَسْرَعِ الْحَاسِبِيْنَ، {كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (3) ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (4) كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ (5) لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ (6) ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ (7) ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنْ النَّعِيمِ} [التكاثر: 3- 8]*

Al Hamdulillah. Segala puji hanya bagi Allah yang menciptakan makhluk agar beribadah kepada-Nya, yang menetapkan syariat agama agar diikuti, memberikan rezeki dan nikmat agar disyukuri. Aku memuji Allah Yang Maha Suci atas petunjuk dan kecukupan yang diberikan-Nya. Aku juga bersyukur kepada-Nya atas anugerah yang Dia limpahkan dan berikan, sementara nikmat-nikmat Tuhanku tak terhitung banyaknya. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata tiada sekutu bagi-Nya, kesaksian tauhid dan keikhlasan yang akan menemani kesendirian di dalam gelapnya kuburan. Aku juga bersaksi bahwa Junjungan dan Nabi kita, Muhammad, adalah hamba Allah dan utusan-Nya, yang diutus dengan kebenaran, petunjuk, dan cahaya. Semoga Allah melimpahkan shalawat, salam, dan keberkahan kepada beliau, keluarga beliau, para sahabat yang menjadi menara petunjuk, pelita kegelapan, dan anugerah terbaik, juga kepada tabiin, dan orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan. Tak lupa pula salam penghormatan tercurah sebanyak-banyaknya kepada beliau hingga Hari Berbangkit. Amma ba’d: 

Saudara-saudaraku! 
Aku berwasiat kepada Anda dan diriku agar bertakwa kepada Allah. Bertakwalah kepada Allah —semoga Allah merahmati Anda— dan persiapkanlah diri Anda menyambut hari yang barang dagangannya adalah amal perbuatan, saksinya adalah anggota tubuh dan persendian, serta hakimnya adalah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Hari dimana hamba yang menyesal tak lagi diajak bicara atau pun tak ada lindungan dari Allah kecuali bagi hamba yang dirahmati-Nya. 

Persiapkanlah bekal Anda —semoga Allah merahmati Anda— karena ajal semakin dekat! Bersungguh-sungguh dan berjuanglah karena perjalanan waktu keberangkatan telah tiba! Tabunglah amal shalih untuk kebaikan diri Anda, “hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.” (Qs. Al Muthaffifiin [83]: 6)  Hari manusia menjawab sang penyeru dengan penuh khidmat dan merendahkan diri, hari orang-orang yang dizhalimi bergantung pada orang-orang yang menzhalimi, sedang hisab saat itu milik Dzat yang paling cepat menghisab. “Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ainul yaqin. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang nikmat (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).” (Qs. At-Takaatsur [102]: 3-8) 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Semoga Allah  menerima puasa, shalat, dan seluruh ibadah kita semua. 

Dalam Islam ada ketetapan syariat yang tujuannya adalah, mewujudkan solidaritas sosial sesama umat, menempa jiwa agar berbuat baik, dan melakukan yang makruf. Untuk itu, janji yang diberikan adalah balasan terbesar dan ganjaran melimpah. 

Bulan Ramadhan yang penuh berkah ini adalah bulan berbagi, berderma, bermurah hati, dan berempati. Berbicara tentang kedermawanan di bulan Ramadhan adalah topik yang selalu menimbulkan ketakjuban. Bagaimana bisa ketakjuban itu sirna sementara kedermawanan yang dimiliki Nabi  layaknya hembusan angin, dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan. 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Konsep kedermawanan tidak hanya sebatas mendonasikan harta semata, tetapi lebih luas dan komperhensif lagi pemahaman tersebut. Kedermawanan, kemurahan hati, dan kebaikan hati adalah ungkapan yang menafsirkan dan menjelaskan maknanya satu sama lain. Itulah kata-kata mulia yang digunakan untuk mengungkapkan beragam kebaikan, kemuliaan, dan pemberian yang terpuji. 

Salah seorang ulama berkata, “Kemurahan hati adalah istilah yang digunakan untuk segala bentuk perbuatan yang istimewa dan ia merupakan kata yang maknanya mencakup kelapangan jiwa, pengorbanan, dan santunan.” 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Kemurahan hati dan kedermawanan adalah konsep yang memiliki cakupan luas. Seorang hamba akan menjadi mulia bersama Tuhannya ketika dia memiliki akidah yang benar, baik dalam menjalankan ibadah, dan ikhlas hanya karena Allah . 

Seorang hamba akan menjadi mulia bersama Nabinya  ketika dia mampu meneladani, mencintai, dan menghormati beliau dengan baik. Seorang hamba akan menjadi mulia dengan dirinya ketika dia mampu memposisikan dirinya pada tempat mulia dan terhormat serta menghindarkan dirinya dari tempat hina dan terhina. 

Allah  berfirman, 

*{وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا}* [الفرقان: ٦٣] 

“Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (Qs. Al Furqaan [25]: 63) 

*{وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا}* [الفرقان: ٧٢] 

“Apabila bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat, mereka lalui (begitu saja) dengan menjaga kehormatan diri.” (Qs. Al Furqaan [25]: 72)

Seorang hamba akan menjadi mulia bersama keluarga, karib kerabat, dan seluruh manusia ketika dia mampu berinteraksi dengan baik, berbagi, berbuat kebajikan, dan memikul tanggung jawab. Hamba yang rela mengorbankan kenyamanan hidupnya demi kemaslahatan orang lain dan saudara-saudaranya adalah hamba yang melakukan pengorbanan terbesar. Hamba yang menghabiskan seluruh waktunya untuk melayani orang-orang yang memerlukan bantuan adalah orang yang dermawan dan murah hati. 

Hamba yang menggunakan kedudukannya untuk berbuat kebaikan, memberikan bantuan yang baik, menolong pihak yang teraniaya, menghilangkan kezhaliman, membantu yang lemah, dan berjalan bersama orang-orang yang tak berdaya untuk menghadap penguasan dan orang-orang terhormat, adalah orang yang murah hati. 

Hamba yang menggugurkan piutangnya dari saudaranya dan membebaskan tanggungan saudaranya adalah hamba yang sangat dermawan. 

Dengan kebaikan hati dan ketinggian akhlak yang dimiliki seseorang sudah cukup sebagai kegembiraan, senyuman, kesabaran, kelembutan, maaf, dan bentuk tanggung jawab, serta menjauhkan dirinya dari hasad, iri, dan dengki. Slogan yang diusungnya adalah, cintailah saudaramu seperti halnya engkau mencintai diri sendiri. Hamba seperti ini pasti gembira dengan kegembiraan saudara-saudaranya, sedih dengan kesedihan yang mereka alami, dan menjaga kehormatan diri dari apa yang mereka miliki. 

Wujud kemurahan hati dalam harta adalah dengan mendermawakannya. Wujud kemurahan hati dalam ilmu adalah dengan menyebarkannya. Wujud kemurahan hati dalam nasihat adalah dengan memberikannya. Wujud kemurahan hati dalam jiwa adalah dengan mengarahkannya. Wujud kemurahan hati yang paling mulia adalah akhlak yang baik.

Saudara-saudaraku yang menjalankan ibadah puasa dan shalat! 
Kemurahan hati, kedermawanan, dan kebaikan hati adalah karakter yang mengarahkan seseorang untuk berbagi kebaikan tanpa mengungkit kebaikan tersebut. 

Berkenaan dengan hal ini Ja’far bin Muhammad Ash-Shadiq  berkata, “Allah  memiliki agen di tengah-tengah makhluk-Nya. Dia sengaja menciptakan mereka untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Mereka melihat kedermawanan sebagai sebuah keluhuran dan kemuliaan. Mereka juga melihat sikap mengutamakan orang lain sebagai sebuah peluang yang sangat berharga dan Allah  mencintai akhlak yang terpuji.” 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Kemurahan hati, kedermawanan, pengorbanan, dan pemberian yang dimiliki seseorang adalah tanda keislamannya yang baik, keimanannya yang sempurna, dan indikasi prasangka baiknya kepada Allah . 

Salah satu bentuk pemahaman agama yang dimiliki orang shalih dahulu terwujud dalam ungkapan, “Aku meminta agar Allah  menganugerahkan surga kepada saudara-saudaraku saat shalat. Layakkah aku kikir kepada mereka dalam shalatku?!” 

Abdullah bin Ja’far berkata, “Berbuat baiklah kepada orang lain layaknya hujan yang turun. Jika seorang hamba memperoleh kemurahan dari Allah, maka orang lain adalah pihak yang lebih berhak menerimanya. Jika seorang hamba memperoleh celaan, maka Andalah yang lebih berhak menerimanya. Siapa yang memuliakan diri Anda maka muliakanlah dirinya, dan siapa yang memandang rendah diri Anda, maka muliakanlah diri Anda dengan tidak membalas hinaan tersebut.” 

Ali  berkata, “Berinfaklah ketika Anda memiliki kemewahan dunia, dengan begitu kebaikan tersebut tidak akan hilang. Tetaplah berinfak meskipun Anda tidak memiliki kemewahan dunia, sebab kondisi tersebut pasti berlalu. Jika Anda tidak menginfakkan harta, maka harta itu tidak Anda miliki, dan jika Anda menginfakkannya maka harta itu menjadi milik Anda. Kemurahan hati majikan sangat disukai oleh budak-budaknya dan kekikiran seseorang sangat tidak disukai oleh anak-anaknya. Siapa yang dermawan maka dia pasti unggul. Kedermawanan adalah penjaga kehormatan.” 

Ibnu As-Simak berkata, “Aku takjub dengan orang yang membeli budak dengan hartanya, namun tidak membeli orang merdeka dengan kebaikannya.” 

Saudara-saudaraku! 
Kemurahan hati semakin terlihat jelas dalam situasi dan kondisi yang membuat seseorang menjadi sosok yang mulia, seperti bertekad untuk berinfak, memandang apa yang telah diberikan sebagai sesuatu yang tidak ada artinya, segera berinfak, dan tidak mengungkit pemberian, dibarengi dengan perbuatan yang menyenangkan hati seperti kenikmatan memberi santunan, mudah berbagi, tawadhu’, membuka pintu bagi orang-orang yang memerlukan bantuan, serta memilih ungkapan dan cara yang senantiasa menjaga kehormatan orang yang meminta. 

Orang yang memuliakan dirinya dan semakin berbaik hati dan dermawan cukup sebagai contoh bagi Anda, agar bisa melihat bahwa karunia dan anugerah sebenarnya milik orang yang membutuhkan dan yang mencari kebaikan. Orang-orang seperti inilah yang jarang ditemukan dan memiliki kemurahan hati yang tak ada bandingannya. Dari situ, dia semakin membumbung tinggi hingga mencapai martabat lebih mengutamakan orang lain daripada diri sendiri. Sikap seperti itulah yang pernah ditunjukkan oleh para sahabat meskipun mereka berada dalam kondisi sangat membutuhkan. 

Allah  berfirman, 

*{وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ}* [الحشر: ٩] 

“Siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Qs. Al Hasyr [59]: 9) 

Singkatnya, kebaikan hati diwujudkan dengan mendermakan harta secara suka rela kepada orang lain dan menjaga kehormatan diri dari harta orang lain. 

Selain itu, orang yang dermawan juga hendaknya berhati-hati agar tidak menggunakan jalan yang hina dan tidak baik agar bisa berbagi dan memberi. Jadikanlah kedermawanan sebagai kemuliaan dan keinginan, bukan celaan dan ketakutan. 

Ungkapan bijak mengatakan, jangan jadikan dirimu seperti pemburu yang menebarkan umpan bukan untuk berbagi tetapi untuk kepentingan diri sendiri. 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Bulan yang mulia ini adalah bulan berkorban, berderma, dan berbuat baik. Kondisi orang-orang miskin, orang-orang yang membutuhkan, dan anak-anak yatim semestinay menumbuhkan benih keimanan dalam jiwa orang beriman dan menimbulkan perasaan belas kasihan, sehingga pikiran dan jiwanya merasa tidak tenang sampai apa yang mereka butuhkan dipenuhi dan musibah yang menimpa mereka terangkat. Seperti inilah ajakan untuk saling berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan dan mulia yang diajarkan oleh agama kita. 

Saudara-saudaraku yang menjalankan ibadah puasa! 
Berkata pertolongan Allah , amal kebajikan yang dilakukan orang-orang yang dermawan dan murah hati tak ubahnya tangan kasih sayang yang diulurkan Allah  supaya tersebar di seluruh permukaan bumi dan memenuhi semua penjuru, untuk menghapus air mata anak-anak yatim, menghilangkan kesedihan kaum wanita yang kehilangan anaknya, meringankan penderitaan kaum janda, melindungi generasi penerus, mengasihi para pengungsi dan yang tertimpa musibah, mengobati yang sakit, serta menyebarkan ilmu di tengah-tengah orang-orang bodoh. 

Saat ini kondisi tersebut terjadi di Palestina, Syam, Irak, Yaman, Burma, Afrika Selatan, dan wilayah lainnya, baik dalam maupun luar negeri. 

Saudara-saudaraku yang dermawan! 
Memang benar bahwa Allah  pasti mengganti apa yang Anda infakkan. Berapa banyak korban yang jatuh akibat peperangan?! Berapa banyak orang yang tertimpa musibah lantaran musim panas yang ekstrem?! Berapa banyak orang yang hidup dalam kemiskinan?! Berapa banyak tragedi pengungsian dan pengusiran terjadi?! Berapa banyak orang yang jatuh miskin lantaran kezhaliman?! 

Kemudian datanglah saudara-saudara kita yang baik dan dermawan menyebarkan relawan serta organisasi sosialnya untuk memberikan solusi setelah sekian lama hidup dalam kesulitan, membawa kegembiraan setelah sekian lama hidup dalam kesedihan, dan menghadirkan senyuman setelah sekian lama berlinang air mata, dengan sentuhuan dan belaian kasih sayang, serta aksi mulia, agar mereka bisa melupakan kerasnya hari-hari yang dilalui. 

Berbahagialah orang-orang yang berderma dan selamat atas pahala yang mereka harapkan dari Yang Maha Bajik lagi Maha Murah hati. 

Allah  berfirman, 

*{وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ}* [سبأ: ٣٩] 

“Barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah pasti menggantinya dan Dia-lah sebaik-baik pemberi rezeki.” (Qs. Saba` [34]: 39) 

Saudara-saudaraku yang tercinta! 
Pengorbanan yang disertai dengan solidaritas adalah indikasi kebersihan jiwa, kebeningan sanubari, dan kebaikan hati. Semua makhluk sangat membutuhkan Allah dan makhluk yang paling dicintai-Nya adalah, yang paling bermanfaat bagi makhluk-Nya yang membutuhkan. Jangan pernah merasa rendah meskipun yang diberikan sedikit, sebab tidak memberi lebih rendah dari pemberian yang sedikit. Jangan pula pernah merasa cukup karena telah banyak memberi, karena Anda lebih banyak membutuhkan kebaikan tersebut. 

Pemberian yang luas dalam keikhlasan dan kasih sayang mampu membersihkan dosa dan menghapus kesalahan. Ingatlah, bahwa perbuatan baik yang dilakukan mampu melindungi seseorang dari berbagai keburukan, sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi mampu memadamkan murka Allah , dan silaturrahim mampu memperpanjang usia hidup. 

Allah  berfirman, 

*{الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ}* [البقرة: ٢٧٤] 

“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan siang hari secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Qs. Al Baqarah [2]: 274)  

*نَفَعَنِيَ اللهُ وَإِيَّاكُمْ بِالْقُرْآنِ الْعَظِيِمْ، وَبِهَدْيِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ وَخَطِيْئَةٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.* 

Semoga Allah memberikan manfaat kepada aku dan Anda dengan Al Qur`an yang agung dan petunjuk Muhammad . Aku cukupkan khutbahku sampai di sini. Aku memohon ampun kepada Allah untuk diriku, Anda, dan seluruh kaum muslimin dari semua dosa dan kesalahan, maka mintalah ampun dari-Nya sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.

Khutbah Kedua :

*الْحَمْدُ ِللهِ الْوَاسِعِ الْجُوْدِ، الْكَرِيْمِِ الْوَهَّابِ، أَحْمَدُهُ وَأَشْكُرُهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ، يَدُهُ مَلْأًى، لاَ تَنْقُصُهَا نَفَقَةٌ سَحَّاءَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْحَمْدُ فِي الآخِرَةِ وَالأُوْلَى، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدََنا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ جَاءَ مِنْ رَبِّهِ بِالْهُدَى، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ ذَوِي الْفَضْلِ الأَسْمَى، وَأَصْحَابِهِ ذَوِي الْخُلُقِ الأَسْنَى، وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ وَسَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ فَاهْتَدَى، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا مَزِيْدًا أَبَدًا، أَمَّا بَعْدُ:*     

Segala puji hanya bagi Allah, Yang Maha Luas, Maha Dermawan, Maha Mulia lagi Maha Memberi. Aku memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya yang memberikan rezeki kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya tanpa ada batasannya, tangan-Nya selalu penuh dan nafkah apa pun yang diberikan sepanjang malam dan siang tidak akan mengurangi jumlahnya. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata tiada sekutu bagi-Nya yang memiliki pujian di akhirat dan di dunia. Aku juga bersaksi bahwa Junjungan dan Nabi kita, Muhammad, adalah hamba Allah dan utusan-Nya, yang membawa petunjuk dari Tuhannya. Semoga Allah melimpahkan shalawat, salam, dan keberkahan kepada beliau, keluarga beliau yang memiliki keutamaan tertinggi, para sahabat yang memiliki akhlak termulia, tabiin, dan orang yang mengikut jalan mereka lalu mendapat hidayah. Tak lupa pula salam penghormatan sebanyak-banyaknya tercurah kepada beliau selamanya. Amma ba’d: 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Apabila Allah  menghendaki kebaikan kepada hamba-Nya, maka Dia menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Memberi makan kepada orang lain adalah jalan mulia menuju Darussalam (surga). Berinfak di jalan Allah hanya akan menambah keberkahan rezeki dan umur, mensucikan dan membersihkan jiwa dari kotoran invidualisme dan kekikiran. 

Saudara-saudaraku sekeyakinan! 
Di antara kita masih ada yang salah memahami, bahwa kedermawanan diukur dari kuantitas atau bahwa orang yang banyak memberi adalah orang yang dermawan. Kedermawanan sejatinya membersihkan jiwa dari sesuatu yang haram dan kekikiran dirinya dari harta yang dimiliki. Jika itu yang dijadikan ukuran maka berlebih-lebihan dan berlaku boros dalam menggunakan harta adalah kemurahan hati, kedermawanan, dan kebaikan hati. 

Saat ini banyak pemahaman masyarakat tentang kemurahan hati dan kedermawanan yang bertentangan dengan konsep syariat yang lurus dan logika yang benar. Oleh karena itu, sikap berlebih-lebihan mereka menjadi tercela, sikap boros mereka dimurkai, pembelanjaan mereka tidak tepat, serta acara walimah mewah yang mereka selenggarakan dan hidangan makanan yang mereka sediakan hanya mengundang orang yang tidak membutuhkan sedang orang yang memerlukan tidak diundang.   

Kondisi seperti ini biasanya dibarengi dengan sikap ingin dipuji, membanggakan diri, dan mencari popularitas. Berbagai makanan dan sajian yang dihidangkan hanya bertujuan mencari pujian orang lain. Ketika dirinya telah merasa puas dengan pujian orang lain, maka dia pun membuang sisa makanan ke tong sampah. Kami berlindung kepada Allah dari perbuatan kufur nikmat sepert ini. 

Padahal di belahan dunia Islam yang lain, kaum muslimin sedang menderita kelaparan, hidup menderita, miskin dan terisolir. Allah , orang-orang beriman, dan orang yang memiliki fithrah yang baik pasti memandang kondisi ini sebagai ladang untuk berderma. Demi Allah, orang-orang yang hidup berlebih-lebihan dan boros pasti dimintai pertanggungjawabannya atas nikmat yang dikecapinya. 

Orang yang memandang enteng perbuatan tersebut dan berpendapat bahwa ini hanya ladang infak yang tidak benar, riya, dan sum’ah, maka dia telah kufur nikmat, membahayakan diri sendiri sehingga hukuman diturunkan, dan menghilangkan nikmat jika memang tidak bertobat kepada Allah , sadar, dan memohon ampun dari-Nya. Seperti itulah Sunnatullah yang berlaku bagi orang-orang yang berlebih-lebihan dalam menggunakan harta dan Allah  tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Tempat mereka adalah neraka. Bulan Ramadhan adalah bulan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa bukan bulan untuk berpesta pora dengan makanan. 

Maka dari itu, bertakwalah kepada Allah —semoga Allah merahmati Anda—. Setiap harta yang didonasikan pasti diketahui Allah  dan Dia pasti memberi gantinya. Bertakwalah kepada Allah dalam berbagi kebaikan sebelum diminta, memberi makan orang lain saat sulit dan membutuhkan, serta mengasihi orang yang meminta bantuan. Sejatinya, harta hanya berarti ketika digunakan untuk berbagi dan berderma dengan kemurahan hati dan tangan terbuka. 

*هَذَا، صَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى الرَّحْمَةِ الْمُهْدَاةِ، وَالنِّعْمَةِ الْمُسْدَاةِ: نَبِيِّكُمْ مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، فَقَدْ أَمَرَكُمْ بِذَلِكَ رَبُّكُمْ، فَقَالَ فِي مُحْكَمِ تَنْزِيْلِهِ –وَهُوَ الصَّادِقُ فِي قِيْلِهِ- قَوْلاً كَرِيْمًا: {إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} [الأحزاب: ٥٦]* 

Demikianlah! Bacalah shalawat dan salam kepada rahmat yang diberi hidayah dan nikmat yang dianugerahkan, yaitu Nabi Anda, Muhammad Rasulullah, sebab Tuhan Anda telah memerintahkan Anda melakukan hal tersebut. Dia berfirman dalam Kitab-Nya —dan Dia Maha Benar dalam firman-Nya—,  “Sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Qs. Al Ahzaab [33]: 56) 

*اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ نَبِيِّنَا مُحَمدٍ الْحَبِيْبِ الْمُصْطَفَى، وَالنَّبِيِّ الْمُجْتَبَى، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ أُمُّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ اْلأَرْبَعَةِ الرَّاشِدِيْنَ: أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِعَفْوِكَ وَجُوْدِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ اْلأَكْرَمِيْنَ.* 

Ya Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan keberkahan kepada hamba dan utusan-Mu, Nabi kita Muhammad, sang kekasih yang terbaik dan Nabi terpilih, juga kepada keluarganya yang baik lagi suci, istri-istrinya Ummahatul Mukminin. Ya Allah, ridhailah keempat Khulafaurrasyidin, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Ridhai pula seluruh sahabat, tabiin, dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan hingga Hari Kiamat. Ridhai juga kami bersama mereka dengan ampunan, kedermawanan, dan kebaikan-Mu, wahai Dzat yang paling pemurah dari semua yang paling pemurah. 

*اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وأذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَاخْذُلِ الطُّغَاةَ وَالْمُلاَحِدَةَ وَسَائِرَ أَعْدَاءِ الْمِلَّةِ وَالدِّيْنِ.* 

Ya Allah, muliakanlah Islam dan umat Islam. Ya Allah, muliakanlah Islam dan umat Islam. Ya Allah, muliakanlah Islam dan umat Islam, hinakanlah kesyirikan dan orang-orang musyrik, serta hancurkanlah para penindas, orang-orang atheis, serta seluruh musuh Islam.  

*اللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا، وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلاَةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ، وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.* 

Ya Allah, hadirkanlah rasa aman di tanah air kami. Ya Allah, perbaikilah imam dan pemimpin kami, serta serahkanlah tampuk kekuasaan kami kepada orang yang takut kepada-Mu, bertakwa, dan mencari keridhaan-Mu, wahai Tuhan semesta alam.

*اللَّهُمَّ وَفِّقْ إِمَامَنَا وَوَلِيَّ أَمْرِنَا بِتَوْفِيْقِكَ، وَأَعِزَّهُ بِطَاعَتِكَ، وَأَعْلِ بِهِ كَلِمَتَكَ، وَاجْعَلْهُ نُصْرَةً لِلإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَلْبِسْهُ لِبَاسَ الصِّحَّةِ وَالْعَافِيَةِ، وَمُدَّ فِي عُمْرِهِ عَلَى طَاعَتِكَ، وَوَفِّقْهُ وَنَائِبَيْهِ وَإِخْوَانَهُ وَأَعْوَانَهُ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَخُذْ بِنَوَاصِيْهِمْ لِلْبِرِّ وَالتَّقْوَى.* 

Ya Allah, berilah taufik kepada imam dan pemimpin kami dengan taufik-Mu, kuatkanlah dia dengan taat kepada-Mu, tinggikanlah kalimat-Mu dengannya, jadikanlah dia sebagai kejayaan bagi Islam dan umat Islam, kenakanlah pakaian sehat dan keselamatan baginya, serta panjangkanlah usianya untuk taat kepada-Mu. Berilah taufik pula kepada kedua penggantinya, saudara-saudaranya dan para pembantunya kepada apa yang Engkau cintai dan ridhai, serta arahkanlah dia kepada kebajikan dan ketakwaan. 

*اللَّهُمَّ وَفِّقْ وُلاَةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ للْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَبِسُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَاجْعَلْهُمْ رَحْمةً لِعِبَادِكَ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَاجْمَعْهُمْ عَلَى الْحَقِّ وَالْهُدَى وَالسُّنَّةِ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.* 

Ya Allah, berilah taufik kepada para pemimpin umat Islam untuk mengamalkan Kitab-Mu, mengikuti Sunnah Nabi-Mu Muhammad , jadikanlah mereka sebagai rahmat bagi hamba-hamba-Mu yang beriman, dan satukanlah kalimat mereka di atas kebenaran, petunjuk, serta Sunnah, wahai Tuhan semesta alam. 

*اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالِ الْمُسْلِمِيْنَ، اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالِ الْمُسْلِمِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، وَاحْقِنْ دِمَاءَهُمْ، وَاجْمَعْ عَلَى الْحَقِّ وَالْهُدَى وَالسُّنَّةِ كَلِمَتَهُمْ، وَوَلِّ عَلَيْهِمْ خِيَارَهُمْ، وَاكْفِهِمْ شِرَارَهُمْ، وَابْسُطِ الأَمْنَ وَالْعَدْلَ وَالرَّخَاءَ فِي دِيَارِهِمْ، وَأَعِذْهُمْ مِنَ الشُّرُوْرِ وَالْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ.* 

Ya Allah, perbaikilah kondisi umat Islam. Ya Allah, perbaikilah kondisi umat Islam di setiap tempat, lindungilah darah mereka, satukanlah kalimat mereka di atas kebenaran, hidayah dan Sunnah, angkatlah yang terbaik dari mereka sebagai pemimpin, hindarkanlah mereka dari orang-orang yang jahat dari mereka, berikanlah kedamaian, keadilan, dan kesejahteraan di negeri mereka, serta lindungilah mereka dari keburukan dan fitnah, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. 

*اللَّهُمَّ مَنْ أَرَادَنَا وَأَرَادَ دِيْنَنَا وَدِيَارَنَا وَأَمْنَنَا وَأُمَّتَنَا وَوُلاَةَ أَمْرِنَا وَعُلَمَاءَنَا وَأَهْلَ الْفَضْلِ وَالصًّلاَحِ وَالاِحْتِسَابِ مِنَّا، وَرِجَالَ أَمْنِنَا وَقُوَّاتِنَا وَوِحْدَتَنَا وَاجْتِمَاعَ كَلَمَتِنَا بِسُوْءٍ اللَّهُمَّ فَأَشْغِلْهُ بِنَفْسِهِ، اللَّهُمَّ فَأَشْغِلْهُ بِنَفْسِهِ، وَاجْعَلْ كَيْدَهُ فِي نَحْرِهِ، وَاجْعَلْ تَدْبِيْرَهُ تَدْمِيْرًا عَلَيْهِ يَا قَوِيُّ يَا عَزِيْزُ.*  

Ya Allah, sibukkanlah orang yang menginginkan keburukan pada agama kami, negeri kami, ketenangan kami, umat kami, para pemimpin kami, ulama kami, orang-orang terhormat, baik lagi istimewa dari kami, aparat keamanan kami, kekuatan kami, persatuan dan kesatuan kami, dengan dirinya. Ya Allah, sibukkanlah dia dengan dirinya sendiri, jadikanlah tipu dayanya berbalik menyerangnya, dan rencana jahatnya menjadi kehancuran bagi dirinya, wahai Yang Maha Kuat, wahai Yang Maha Perkasa. 

*اللَّهُمَّ يَا نَاصِرَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ، وَمُنْجِيَ الْمُؤْمِنِيْنَ! انْتَصِرْ ِلإِخْوَانِنَا الْمُسْتَضْعَفِيْنَ الْمَظْلُوْمِيْنَ فِي فَلِسْطِيْنَ، وَفِي سُورِيَا، وَفِي بُورْمَا، وَفِي أَفْرِيْقِيَا الْوُسْطَى، وَفِي كُلِّ مَكَانٍ قَدْ مَسَّهُمُ الضُّرُّ، وَحَلَّ بِهِمُ الْكَرْبُ، وَاشْتَدَّ عَلَيْهِمُ الأَمْرُ، اللَّهُمَّ فَانْتَصِرْ لَهُمْ، وَتَوَلَّ أَمْرَهُمْ، وَاكْشِفْ كَرْبَهُمْ، وَارْفَعْ ضُرَّهُمْ، وَعَجِّلْ فَرَجَهُمْ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ، وَاجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ، اللَّهُمَّ مُدَّهُمْ بِمَدَدِكَ، وَأَيِّدْهُمْ بِجُنْدِكَ، وَانْصُرْهُمْ بِنَصْرِكَ.*  

Ya Allah, wahai Penolong orang-orang yang tertindas dan Penyelamat orang-orang beriman! Tolonglah saudara-saudara kami yang tertindas lagi teraniaya di Palestina, Suria, Burma, Afrika Tengah, dan di setiap tempat. Sungguh, marabahaya telah menimpa mereka, malapetaka turun pada mereka, dan kondisi mereka semakin sulit. Ya Allah, menangkanlah mereka, mudahkanlah urusan mereka, hilangkanlah musibah mereka, angkatlah marabahaya dari mereka, segerakanlah jalan keluar bagi mereka, damaikanlah hati mereka, dan satukanlah kalimat mereka. Ya Allah, ulurkanlah bantuan-Mu kepada mereka, kuatkanlah mereka dengan bala tentara-Mu, dan tolonglah mereka dengan pertolongan-Mu. 

*اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ لَهُمْ نَصْرًا مُؤَزَّرًا، وَفَرَجًا وَرَحْمَةً وَثَبَاتًا، اللَّهُمَّ سَدِّدْ رَأْيَهُمْ، وَصَوِّبْ رَمْيَهُمْ، وَقَوِّ عَزَائِمَهُمْ.*  

Ya Allah, sesungguhnya kami meminta dari-Mu pertolongan yang kuat, jalan keluar, rahmat, dan keteguhan untuk mereka. Ya Allah, luruskanlah pandangan mereka, tepatkanlah sasaran mereka, dan kuatkanlah tekad mereka.

*اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالطُّغَاةِ الظَّالِمِيْنَ، وَمَنْ شَايَعَهُمْ وَمَنْ أَعَانَهُمْ، اللَّهُمَّ فَرِّقْ جَمْعَهُمْ، وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ، وَمَزِّقْهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍٍ، اللَّهُمَّ وَاجْعَلْ تَدْمِيْرَهُمْ فِي تَدِبْيِرْهِمْ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.* 

Ya Allah, hukumlah para penindas lagi zhalim, dan orang-orang yang mendukung serta membantu mereka. Ya Allah, cerai-beraikanlah kesatuan mereka, lemahkanlah kekuatan mereka, dan cabik-cabiklah mereka sehancur-hancurnya. Ya Allah, jadikanlah kehancuran mereka berada di balik rencana jahat mereka, wahai Tuhan semesta alam. 

*اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالْيَهُوْدِ الْغَاصِبِيْنَ، اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالْيَهُوْدِ الْغَاصِبِيْنَ الْمُحْتَلِّيْنَ، فَإِنَّهُمْ لاَ يُعْجِزُوْنَكَ، اللَّهُمَّ وَأَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِي لاَ يُرَدُّ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَدَرْأُ بِكَ فِي نُحُوْرِهِمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شُرُوْرِهِمْ.*

Ya Allah, hukumlah orang-orang Yahudi yang merampas. Ya Allah, hukumlah orang-orang Yahudi yang merampas lagi menjajah, sebab mereka tak mampu melemahkan-Mu. Ya Allah, turunkanlah siksaan-Mu yang tidak bisa ditolak dari para pelaku dosa. Ya Allah, sesungguhnya kami menjadikan-Mu sebagai tameng untuk menghadapi mereka, dan kami berlindung kepada-Mu dari perbuatan jahat mereka. 

*اللَّهُمَّ وَفِّقْنَا لِلتَّوْبَةِ وَالإِنَابَةِ، وَافْتَحْ لَنَا أَبْوَابَ الْقَبُوْلِ وَالإِجَابَةِ. اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ صِيَامَنَا، وَقِيَامَنَا، وَدُعَاءَنَا، وَسَائِرَ طَاعَاتِنَا، وَأَصْلِحْ أَعَمْالَنَا، وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا، وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.*  

Ya Allah, berilah taufik kepada kami untuk bertobat dan kembali kepada-Mu. Bukakanlah pintu penerimaan dan pengabulan untuk kami. Ya Allah, terimalah puasa kami, ibadah kami, doa kami, dan seluruh ketaatan kami. Perbaiki pula amal perbuatan kami, hapuslah dosa-dosa kami, terimalah tobat kami, ampunilah kami dan sayangilah kami, wahai Dzat yang paling menyayangi dari semua yang menyayangi.  

*{رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الخَاسِرِينَ}* [الأعراف: ٢٣]  

“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami serta memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.” (Qs. Al A’raaf [7]: 23) 

*{رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ}* [البقرة: ٢٠١]

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta peliharalah kami dari siksa neraka.” (Qs. Al Baqarah [2]: 201)  

*سُبْحَانَ رَبِّنَا رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، والْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.* 

Maha Suci Tuhan kami, Pemilik kemuliaan dari semua yang manusia sifatkan kepada-Nya. Salam penghormatan kepada para rasul, dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

Minggu, 19 Juni 2016

AL QUR'AN DAN GENERASI SALAF

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du; 

Bulan Ramadhan merupakan bulan Al-Qur'an yang mana didalam nya diturunkan ayat ayat Al-Qur'an, sebagaimana firman Allah Ta'ala : 

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ  ﴿١٨٥﴾

" (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).  (Q.S. Al-Baqorah :185)

Para Salafus-Sholih rahimahumullah  sangat bersemangat untuk memperbanyak membaca Al-Qur'an pada saat bulan Ramadhan. 

Diriwayatkan dari Ibrahim An-Nakh'i rahimahullah berkata : " Dahulu Al-Aswad ibnu Yazid senantiasa mengkhatamkan bacaan Al-Qur'an pada bulan Ramadhan setiap dua hari sekali, dan ia hanya tidur antara magrib dan isya' . Adapun diluar bulan Ramadhan ia mengkhatamkan bacaan Al-Qur'an setiap enam hari sekali ".

Diriwayatkan dari Abdul Malik ibnu Abi Sulaiman rahimahullah berkata, dari Said ibnu Jubair, bahwasanya ia senantiasa mengkhatamkan bacaan Al-Qur'an setiap dua hari sekali ".

وقيل: كان الخليفة الوليد بن عبد الملك يختم في كل ثلاثٍ، وختم في رمضان سبع عشرة ختمة

Dikatakan : " Dahulu Kholifah Al-Walid ibnu Abdul Malik senantiasa mengkhatamkan bacaan Al-Qur'an setiap tiga hari sekali, dan mengkhatamkan pada saat bulan Ramadhan sebanyak tujuh belas kali khatam ". 

وقال مسبِّح بن سعيد: "كان محمد بن إسماعيل البخاري يختم في رمضان في النهار كل يوم ختمة، ويقوم بعد التراويح كل ثلاث ليالٍ بختمة".

Dan berkata Musabbih ibnu Said : " Dahulu Muhammad ibnu Ismail Al-Bukhari selalu mengkhatamkan bacaan Al-Qur'an setiap siang hari bulan Ramadhan sekali khatam, dan kemudian setiap tiga malam setelah tarawih juga mengkhatamkan ".

Sesungguhnya kesempatan pada bulan Ramadhan tidak akan terulang, dan bulan ini adalah bulan Al-Qur'an, maka sepantas nya seorang muslim untuk memperbanyak tilawah Al-Qur'an Al-Karim, sebagaimana keadaan para Salafus-Sholih terdahulu yang sangat besar sekali perhatian terhadap Kitab Allah Ta'ala, sebagaimana pula Malaikat Jibril mengajarkan Al-Qur'an kepada Nabi Sallallahu alaihi wa sallam pada bulan Ramadhan, dan Sahabat Utsman ibn Affan senantiasa mengkhatamkan bacaan Al-Qur'an setiap hari sekali, dan sebahagian Salaf setiap tiga malam mengkhatam kan,  ada pula yang mengkhatamkan setiap tuju hari, sebahagian mengkhatamkan setiap sepuluh hari dan membaca Al-Qur'an pada waktu sholat dan diluar sholat. 

كذلك كان للشافعي في رمضان ستون ختمة، يقرؤها في غير الصلاة.

 وكان قتادة يختم في كل سبع دائمًا، وفي رمضان في كل 

 ثلاث، وفي العشر الأواخر في كل ليلة.

 وكان الزهريُّ إذا دخل رمضان يفرُّ من قراءة الحديث، ومجالسة أهل العلم، ويُقبِل على تلاوة القرآن من المصحف.

 وكان سفيان الثوري إذا دخل رمضان ترك جميع العبادة وأقبل على قراءة القرآن

Demikian pula Al-Imam As-Syafi'i senantiasa mengkhatam kan bacaan Al-Qur'an pada bulan Ramadhan sebanyak enam puluh kali khatam, membaca nya diluar waktu sholat. 

Al-Imam Qotadah rahimahullah mengkhatamkan setiap tujuh hari sekali, dan dalam bulan Ramadhan mengkhatamkan setiap tiga hari sekali, dan jika memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan ia mengkhatamkan setiap malam sekali. 

Al-Imam Az-Zuhry rahimahullah jika telah datang bulan Ramadhan berhenti dari mengajarkan ilmu Hadits, dan menghentikan majlis ilmu, dan hanya fokus tilawah Al-Qur'an dari Mushaf .

Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah jika telah datang bulan Ramadhan maka menghentikan segala bentuk ibadah, dan hanya fokus untuk membaca Al-Qur'an. 

قال ابن رجب الحنبلي: "إنما ورد النهي عن قراءة القرآن في أقل من ثلاثٍ على المداومة على ذلك، فأما في الأوقات المفضَّلة كشهر رمضان، والأماكن المفضلة كمكة لمن دخلها من غير أهلها، فيستحبُّ الإكثار فيها من تلاوة القرآن؛ اغتنامًا لفضيلة الزمان والمكان، وهو قول أحمد وإسحاق وغيرهما من الأئمة، وعليه يدل عمل غيرهم، كما سبق"

Al-Imam Ibnu Rojab Al-Hambali rahimahullah berkata : " Adapun larangan untuk mengkhatamkan Al-Qur'an kurang dari tiga hari, hal ini jika dilakukan terus menerus, adapun jika bertepatan dengan waktu yang memiliki kehususan seperti bulan Ramadhan, dan tempat-tempat khusus seperti Makkah, bagi orang-orang yang bukan penduduknya, maka dianjurkan untuk memperbanyak membaca Al-Qur'an, dalam rangka menggunakan kesempatan berada di tempat dan waktu yang utama, dan ini merupakan pendapat Imam Ahmad dan Ishaq dan para Imam selainnya, dan sesuai dengan praktik amalan mereka sebagai mana terdahulu ".

رمضان شهر الذكر والعبادة وقراءة القرآن

كان الإمام أحمد يُغلِق الكتب ويقول: هذا شهر القرآن.

 وكان الإمام مالك بن أنس لا يفتي ولا يدرِّس في رمضان، ويقول: هذا شهر القرآن.

Bulan Ramadhan merupakan bulan untuk berdzikir dan ibadah serta membaca Al-Qur'an. 

Imam Ahmad dahulu  (jika memasuki bulan ramadan) maka menutup semua kitab kitab  (yang ia ajarkan kepada para murid murid) dan seraya berkata : " Ini merupakan bulan khusus Al-Qur'an".

Dahulu Imam Ma'lik ibnu Anas tidak memberikan fatwa dan tidak mengajarkan  (ilmu) jika telah memasuki bulan Ramadhan, seraya berkata  (kepada para murid-murid nya) : " Ini adalah bulan khusus untuk Al-Qur'an ".

وقد احتضر أحد السلف، فجلس أبناؤه يبكون، فقال لهم: لا تبكوا؛ فوالله لقد كنتُ أختم في رمضان في هذا المسجد عند كل سارية 10 مرات.

Sebahagian dari Salaf menjumpai sakaratul maut, dan ditunggu oleh para putra putra nya dengan menangis, maka ia pun berkata kepada para putra nya : " Janganlah kalian menangis, demi Allah, aku telah mengkhatamkan Al-Qur'an di masjid ini pada setiap tiang yang berdiri sebanyak sepuluh khataman pada bulan Ramadhan ".

Dan dalam masjid tersebut terdapat empat tiang penyangga, sehingga ia telah membaca dengan khatam sebanyak empat puluh kali pada bulan Ramadhan.