Rabu, 27 Juli 2016

LOYALITAS DAN PERMUSUHAN

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du :

Sesungguhnya wala' atau loyalitas dan baro' atau permusuhan, merupakan rukun atau pondasi yang pokok dalam akidah dan menjadi syarat dari prasyarat kesempurnaan iman, yang kebanyakan para manusia lalai atau meremehkan perkara ini.

Adapun arti dari wala' atau loyalitas adalah : cinta kepada Allah Ta'ala dan Rasul-Nya beserta para sahabat dan orang-orang yang beriman yang merupakan ahli tauhid dan menolong mereka.

Baro' atau permusuhan adalah : memusuhi siapa saja yang memerangi Allah Ta'ala dan Rasul-Nya dan para sahabat dan kaum mukminin ahli tauhid, yaitu dari kalangan orang-orang kafir atau musyrik atau munafik serta pelaku bid'ah dan orang-orang fasik.

Maka, setiap mukmin ahli tauhid yang konsisten terhadap perintah dan menjauhi larangan syariat, wajib untuk di cintai dan loyal serta menolong mereka.

Dan setiap orang-orang yang menyelisihi mereka, wajib untuk di benci, dimusuhi dan menegakkan jihad terhadap mereka melalui lisan dan  hati kita, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki setiap masing masing.

Allah Ta'ala berfirman :

وَٱلْمُؤْمِنُونَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ ٱللَّهُ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ﴿٧١﴾

" Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (Q.S. At-Taubah :71)

Allah Ta'ala berfirman :

لَّا يَتَّخِذِ ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلْكَٰفِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ ٱلْمُؤْمِنِينَ ۖ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ ٱللَّهِ فِى شَىْءٍ إِلَّآ أَن تَتَّقُوا۟ مِنْهُمْ تُقَىٰةً ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ ٱللَّهُ نَفْسَهُۥ ۗ وَإِلَى ٱللَّهِ ٱلْمَصِيرُ ﴿٢٨﴾

"Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu)." (Q.S. Ali-Imran :28)

Allah Ta'ala berfirman :

لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ يُوَآدُّونَ مَنْ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَوْ كَانُوٓا۟ ءَابَآءَهُمْ أَوْ أَبْنَآءَهُمْ أَوْ إِخْوَٰنَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ كَتَبَ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلْإِيمَٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ مِّنْهُ ۖ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا ۚ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ حِزْبُ ٱللَّهِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ ﴿٢٢﴾

" Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung." (Q.S. Al-Mujadilah :22)

Allah Ta'ala berfirman :

۞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلْيَهُودَ وَٱلنَّصَٰرَىٰٓ أَوْلِيَآءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُۥ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ

" Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (Q.S. Al-Maidah :51)

Allah Ta'ala berfirman :

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَهُمْ رَٰكِعُونَ ﴿٥٥﴾  وَمَن يَتَوَلَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ فَإِنَّ حِزْبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلْغَٰلِبُونَ ﴿٥٦﴾

" Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah)."
" Dan barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang." (Q.S. Al-Maidah :55-56)

Allah Ta'ala berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُوا۟ دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِّنَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ مِن قَبْلِكُمْ وَٱلْكُفَّارَ أَوْلِيَآءَ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ﴿٥٧﴾

" Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman."
(Q.S. Al-Maidah :57)

Allah Ta'ala berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوٓا۟ ءَابَآءَكُمْ وَإِخْوَٰنَكُمْ أَوْلِيَآءَ إِنِ ٱسْتَحَبُّوا۟ ٱلْكُفْرَ عَلَى ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ﴿٢٣﴾

" Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (Q.S. At-Taubah :23)

Berloyal atau bermusuhan merupakan tali keimanan yang paling erat dan kokoh, yang merupakan amalan hati namun wajib untuk di nampakkan melalui lisan atau anggota badan .

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَوْثَقُ عُرَى اْلإِيْمَانِ: الْمُوَالاَةُ فِي اللهِ، وَالْمُعَادَاةُ فِي اللهِ، وَالْحُبُّ فِي اللهِ، وَالْبُغْضُ فِي اللهِ.

“Ikatan iman yang paling kuat adalah loyalitas yang kuat karena Allah dan permusuhan karena Allah, mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.” ( HR. Abu Dawud )

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“من أحب لله وأبغض لله وأعطى لله ومنع لله فقد استكمل الإيمان”

“Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan tidak memberi karena-Nya, maka sungguh telah sempurna keimanannya“. ( HR. Abu Dawud )

Adapun kedudukan wala' atau berloyal dan baro'atau bermusuhan dalam syariat islam memiliki kedudukan yang sangat agung, dikarenakan memiliki beberapa  sebab, yaitu :

● loyal atau bermusuhan merupakan bagian dari makna syahadat la ilaha illallah.

Allah Ta'ala berfirman :

ٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ يُخْرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ ۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ أَوْلِيَآؤُهُمُ ٱلطَّٰغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ ٱلنُّورِ إِلَى ٱلظُّلُمَٰتِ ۗ أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ ﴿٢٥٧﴾

" Allah kekasih orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, kekasih-kekasihnya  adalah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya iman kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya." (Q.S. Al-Baqorah :257)

● wala' dan baro' merupakan syarat dalam keimanan.

Allah Ta'ala berfirman :

تَرَىٰ كَثِيرًا مِّنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ ۚ لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنفُسُهُمْ أَن سَخِطَ ٱللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِى ٱلْعَذَابِ هُمْ خَٰلِدُونَ ﴿٨٠﴾ وَلَوْ كَانُوا۟ يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلنَّبِىِّ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مَا ٱتَّخَذُوهُمْ أَوْلِيَآءَ وَلَٰكِنَّ كَثِيرًا مِّنْهُمْ فَٰسِقُونَ

" Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan."
" Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik." (Q.S. Al-Maidah :80-81)

● Akidah wala' dan baro' merupakan tali keimanan yang paling kokoh. Sebagai mana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَوْثَقُ عُرَى اْلإِيْمَانِ: الْمُوَالاَةُ فِي اللهِ، وَالْمُعَادَاةُ فِي اللهِ، وَالْحُبُّ فِي اللهِ، وَالْبُغْضُ فِي اللهِ.

“Ikatan iman yang paling kuat adalah loyalitas yang kuat karena Allah dan permusuhan karena Allah, mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.” ( HR. Abu Dawud )

يقول الشيخ سليمان بن عبدالله بن محمد بن عبدالوهاب - رحمهم الله - : ( فهل يتم الدين أو يُقام عَلَم الجهاد أو علم الأمر بالمعروف والنهي عن المنكر إلا بالحب في الله والبغض في الله ، والمعاداة في الله ، والموالاة في الله ، ولو كان الناس متفقين على طريقة واحدة ، ومحبة من غير عداوة ولا بغضاء ، لم يكن فرقانًا بين الحق والباطل ، ولا بين المؤمنين والكفار ، ولا بين أولياء الرحمن وأولياء الشيطان ) .

Berkata Asy-Syaikh Sulaiman ibnu Abdullah ibnu Abdul Wahab rahimahumullah : " Apakah akan sempurna suatu agama, atau tegak suatu panji jihad, atau panji amar makruf nahi mungkar, kecuali dengan kokohnya cinta karena Allah dan benci karena Allah, loyal karena Allah dan bermusuhan karena Allah, sekiranya seluruh manusia bersepakat untuk satu jalan atau satu sisi, dan hanya loyal tanpa memusuhi lawannya, maka tidak akan dijumpai perbedaan antara yang hak dengan yang bathil, tidak ada perbedaan antara orang-orang mukmin dan orang-orang kafir, dan tidak ada perbedaan antara kekasih Allah Dzat Yang Maha Rohman dan antara kekasih syaiton ".

● loyal karena Allah Ta'ala dan membenci karena Allah Ta'ala merupakan sebab untuk meraih manis nya iman.

Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda :

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ: مَنْ كَانَ اللَّهُوَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

“Ada tiga hal yang apabila seseorang mendapatkan dalam dirinya, niscaya ia akan merasakan manisnya iman: hendaklah Allah dan Rasulnya lebih ia cintai daripada dirinya sendiri, hendaklah ia tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah, hendaklah ia benci kepada kekufuran seperti bencinya untuk dilemparkan ke dalam neraka setelah Allah menyelamatkannya daripadanya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

● Wala' dan baro' merupakan pondasi dan kaidah pokok dalam membangun hubungan masyarakat muslim. 

Allah Ta'ala berfirman :

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴿١٠﴾

" Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat." (Q.S. Al-Hujurat :10)

● Merealisasikan ubudiyah wala' dan baro ' akan mendapatkan kecintaan Allah Ta'ala.

لما روى ابن عباس - رضي الله عنهما - قال : ( من أحب في الله وأبغض في الله ، ووالى في الله وعادى في الله ، فإنما تنال ولاية الله بذلك ) .

Berkata Abdullah ibnu Abbas radhiyallahu anhuma : " Barangsiapa yang cinta karena Allah, benci karena Allah, loyal karena Allah, memusuhi karena Allah, maka sesungguhnya kecintaan dari Allah diraih dengan cara ini ".

● Menyelisihi kaidah wala' dan baro' akan menyeret seseorang kedalam jurang kekufuran.

Allah Ta'ala berfirman :

۞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلْيَهُودَ وَٱلنَّصَٰرَىٰٓ أَوْلِيَآءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُۥ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿٥١﴾

" Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (Q.S. Al-Maidah :51)

● Wala' dan baro' merupakan barometer keimanan, jika lemah, maka lemah pula kadar keimanan seseorang.

Allah Ta'ala berfirman :

وَدُّوا۟ لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا۟ فَتَكُونُونَ سَوَآءً ۖ فَلَا تَتَّخِذُوا۟ مِنْهُمْ أَوْلِيَآءَ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَخُذُوهُمْ وَٱقْتُلُوهُمْ حَيْثُ وَجَدتُّمُوهُمْ ۖ وَلَا تَتَّخِذُوا۟ مِنْهُمْ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا ﴿٨٩﴾

" Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong". (Q.S. An-Nisaa ’ :89)

يقول الشيخ حمد بن عتيق - رحمه الله - : ( فأما معاداة الكفار والمشركين فاعلم أن الله سبحانه وتعالى قد أوجب ذلك ، وأكد إيجابه ، وحرم موالاتهم وشدد فيها ، حتى أنه ليس في كتاب الله تعالى حكم فيه من الأدلة أكثر ولا أبين من هذا الحكم بعد
وجوب التوحيد وتحريم ضده ) .

Asy-Syaikh Hamad ibnu Atiiq rahimahullah berkata : "  Adapun memusuhi orang-orang kafir dan musyrik, maka ketahuilah bahwasanya Allah Ta'ala telah mewajibkan hal itu, dan telah menegaskan kewajiban tersebut, serta telah mengharamkan berloyalitas kepada mereka, dan menegaskan perkara tersebut, bahkan tidak dijumpai di dalam kitab Allah suatu hukum yang berdalil yang lebih tegas dan lebih banyak dijumpai, dari perkara ini setelah anjuran tauhid dan larangan lawan dari tauhid ".

وقال شيخ الإسلام ابن تيمية : ( إن تحقيق شهادة أن لا إله إلا الله يقتضي أن لا يحب إلا لله ، ولا يبغض إلا لله ، ولا يواد إلا لله ، ولا يُعادي إلا لله ، وأن يحب ما أحبه الله ، ويبغض ما
أبغضه الله ) .

Asy-Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata : " Sesungguhnya merealisasikan syahadat la ilaha illallah mengharuskan untuk tidak mencintai sesuatu kecuali hanya karena Allah Ta'ala semata, dan tidak membenci sesuatu kecuali hanya karena Allah Ta'ala semata, dan tidak loyal kecuali hanya karena Allah Ta'ala, dan tidak memusuhi kecuali karena Allah Ta'ala serta mencintai apa yang dicintai oleh Allah Ta'ala dan membenci apa yang di benci oleh Allah Ta'ala ".

Perbuatan loyal atau cinta  dan benci atau memusuhi orang-orang kafir dan orang-orang musyrik ada dua bentuk dan keduanya memiliki hukum yang berbeda, yaitu sebagai berikut :

■  At-Tawalli , yang berarti mencintai perbuatan syirik dan pelakunya, atau menolong, membantu dan mendukung mereka untuk melawan orang-orang mukmin, maka ini hukumnya adalah kekafiran yang besar yang dapat menyebabkan seseorang keluar atau murtad dari agama Islam.

Allah Ta’ala berfirman :

وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ

“Barangsiapa di antara kamu menjadikan mereka sebagai kekasih atau teman dekat, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka". (Q.S  Al-Maidah :51).

Al-Imam Al-Bhaghawy rahimahullah  berkata: “Keimanan seorang mukmin akan rusak dengan dia mencintai orang-orang kafir”.

As-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah telah menyebutkan hal ini termasuk hal-hal yang membatalkan keislaman seseorang dan beliau berargumentasi dengan ayat di atas.

■   Al-Muwa'laah, yang berarti saling berkasih-sayang dan bersahabat, lawannya saling bermusuhan dan membenci.

Asy-Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Sesungguhnya Al-wilaayah yaitu loyalitas atau kecintaan adalah lawan dari Al-ada'wah yaitu  permusuhan, dan Al-wilaayah mengandung konsekwensi kecintaan dan kecocokan, sedangkan Al-‘ada'wah mengandung konsekwensi kebencian dan ketidak cocokan”.

Kaidah  dalam menggolongkan suatu perbuatan terjerumus dalam al-Muwa'laah adalah : jika seseorang mencintai orang-orang yang berbuat syirik karena urusan dunia semata dan tidak ada didalam nya unsur menolong agama dan keyakinannya. Ini hukumnya termasuk perbuatan dosa besar yang tidak sampai menjerumuskan pada  kekafiran.

Allah Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan musuh-Ku dan musuhmu sebagai teman-teman dekat yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam)  karena rasa kasih sayang”. (Q.S  Al-Mumtahanah:1)

Asy-syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Terkadang seorang muslim mencintai orang kafir karena ada hubungan keluarga atau keperluan duniawi, maka kecintaan ini adalah perbuatan dosa yang mengurangi kesempurnaan imannya, akan tetapi tidak menjadikannya kafir yang mengeluarkan nya dari Islam, sebagaimana yang terjadi pada kisah  Ha'thib bin Abi Balta’ah ".

Maka perbedaan antara At-tawalli dan Al-muwa'laah adalah bahwa At-tawalli termasuk kekafiran besar yang menyebabkan pelakunya keluar atau murtad dari agama Islam, sedangkan Al-muwa'laah adalah dosa besar yang tidak sampai pada tingkat kekafiran.

Diantara contoh gambaran perbuatan Al-muwa'laah kepada orang-orang kafir sebagai berikut :

1. Meniru dan menyerupai orang-orang kafir dalam pakaian dan ucapan.
2. Tinggal di negri orang-orang kafir dan tidak hijrah ke negeri muslim dalam rangka menyelamatkan agama nya.
3. Bepergian dan berwisata ke negeri negeri kafir untuk memuaskan diri.
4. Menjadikan orang-orang kafir sebagai penasihat dan orang-orang kedekatan.
5. Menggunakan kalender orang-orang kafir serta menghidupkan adat mereka.
6. Memakai nama dengan nama-nama orang kafir.
7. Bangga dengan kemegahan dan akhlak orang kafir.
8. Memintakan ampunan dan mengucapkan salam kepada mereka.
9. Berbagi dan menerima pemberian serta hadiah yang mereka bagikan dalam hari-hari kebesaran mereka.

وعلى المسلم أن يحذر من أصحاب البدع والأهواء الذين امتلأت بهم الأرض ، ولْيتجنَّب الكفار وما يبثون من شبه وشهوات ، وليعتصم بحبل الله المتين وسنة نبيه الكريم . وعلى المسلم أن يفطِن إلى الفرق بين حسن التعامل والإحسان إلى أهل الذمة وبين بُغضهم وعدم محبتهم . ويتعيَّن علينا أن نبرهم بكل أمر لا يكون ظاهره يدل على مودات القلوب ، ولا تعظيم شعائر الكفر . ومن برهم لتُقبل دعوتنا : الرفق بضعيفهم ، وإطعام جائعهم ، وكسوة عاريهم ، ولين القول لهم على سبيل اللطف معهم والرحمة لا على سبيل الخوف والذلة ، والدعاء لهم بالهداية ، وينبغي أن نستحضر في قلوبنا ما جُبلوا عليه من بغضنا ، وتكذيب نبينا محمد - صلى الله عليه وسلم - .

Dan sepantasnya setiap muslim untuk senantiasa menjauh dari  orang-orang  kalangan ahli bid'ah dan pengikut hawa nafsu yang telah memenuhi penjuru dunia, dan terlebih orang-orang kafir yang telah menebarkan fitnah syubhat dan syahwat, dan masing-masing dari kita berpegang erat dengan tali Allah Ta'ala yang kokoh dan sunnah Nabi Sallallahu alaihi wa sallam yang terang benderang.

Dan setiap muslim hendaknya dapat membedakan antara perbuatan ihsan dan ber muamalah dengan baik kepada ahlu dzimmah yaitu orang-orang kafir yang tinggal di kekuasaan muslimin, dan antara membenci dan memusuhi mereka, dimana telah menjadi ketentuan bagi kita untuk berbuat baik kepada mereka selama tidak mengarah kepada condong dan loyal nya hati dan pengagungan terhadap panji-panji kekufuran.

Diantara perbuatan ihsan dan perilaku baik kepada mereka agar dakwah kita dapat diterima adalah : bersikap lembut terhadap orang-orang yang lemah diantara mereka, memberikan makanan kepada yang lapar, memberikan pakaian kepada yang membutuhkan, bertutur kata sopan dalam rangka berbuat lembut dan iba, tidak dalam rangka takut atau merendah, mendoakan mereka agar mendapatkan hidayah, dan tidak lupa kita senantiasa sadar bahwa mereka senantiasa memiliki kebiasaan membenci kita dan mendustakan Nabi kita Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.

اللهم وفقنا للعمل بكتابك وسنة نبيك - صلى الله عليه وسلم - والسير على هداهما ، وحب الله ورسوله والمؤمنين وموالاتهم وبغض الكفار والمشركين ومعاداتهم .
وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

Semoga Allah Ta'ala berkenan memberikan limpahan Taufiq kepada kita semua untuk beramal sesuai Kitab-Nya  dan sunnah Nabi-Nya, Shallallahu alaihi wa sallam dan berjalan diatas petunjuk kedua Nya dan senantiasa cinta dan loyal kepada Allah Ta'ala, Rasul Nya, dan orang-orang mukmin serta benci dan memusuhi orang-orang kafir dan musyrikin.

Dan semoga Sholawat dan salam tercurah kepada Nabi kita muhammad, keluarga, kerabat dan para sahabatnya semuanya.

Senin, 25 Juli 2016

TAUHID MENGESAKAN ALLAH TA'ALA


Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du; 

Banyak didalam Al-Qur'an Al-Karim perintah untuk wajibnya mengesakan Allah Ta'ala dalam hal ibadah , dan diterangkan bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak untuk di ibadahi kecuali hanya kepada Allah Ta'ala Dzat Yang Maha Mencipta, Maha Berkuasa, Maha Hidup, Maha Pengatur, Maha Mengetahui, Maha Suci, Maha Mendengar lagi Maha Melihat. 

Allah Ta'ala berfirman : 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱعْبُدُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُمْ وَٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿٢١﴾  ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ فِرَٰشًا وَٱلسَّمَآءَ بِنَآءً وَأَنزَلَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءً فَأَخْرَجَ بِهِۦ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۖ فَلَا تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٢٢﴾

" Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa".

" Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (Q.S. Al-Baqorah : 21-22)

Allah Ta'ala berfirman : 

قُلْ مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ ٱلسَّمْعَ وَٱلْأَبْصَٰرَ وَمَن يُخْرِجُ ٱلْحَىَّ مِنَ ٱلْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ ٱلْمَيِّتَ مِنَ ٱلْحَىِّ وَمَن يُدَبِّرُ ٱلْأَمْرَ ۚ فَسَيَقُولُونَ ٱللَّهُ ۚ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ ﴿٣١﴾  فَذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمُ ٱلْحَقُّ ۖ فَمَاذَا بَعْدَ ٱلْحَقِّ إِلَّا ٱلضَّلَٰلُ ۖ فَأَنَّىٰ تُصْرَفُونَ ﴿٣٢﴾

" Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"
" Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?" (Q.S. Yunus :31-32)

Allah Ta'ala berfirman : 

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ ۚ قُلْ أَفَرَءَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ إِنْ أَرَادَنِىَ ٱللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَٰشِفَٰتُ ضُرِّهِۦٓ أَوْ أَرَادَنِى بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَٰتُ رَحْمَتِهِۦ ۚ قُلْ حَسْبِىَ ٱللَّهُ ۖ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ ٱلْمُتَوَكِّلُونَ ﴿٣٨﴾

" Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". Kepada-Nya-lah bertawakkal orang-orang yang berserah diri." (Q.S. Az-Zumar :38)

Allah Ta'ala berfirman : 

۞ وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا وَبِذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱلْجَارِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْجَارِ ٱلْجُنُبِ وَٱلصَّاحِبِ بِٱلْجَنۢبِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا ﴿٣٦﴾

" Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri". (Q.S. An-Nisaa' : 36)

Allah Ta'ala berfirman :

 

إِنَّمَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَوْثَٰنًا وَتَخْلُقُونَ إِفْكًا ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَٱبْتَغُوا۟ عِندَ ٱللَّهِ ٱلرِّزْقَ وَٱعْبُدُوهُ وَٱشْكُرُوا۟ لَهُۥٓ ۖ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ ﴿١٧﴾

" Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepadamu; maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya-lah kamu akan dikembalikan." (Q.S. Al - An kabut :17)

Allah Ta'ala berfirman : 

وَأَنِ ٱعْبُدُونِى ۚ هَٰذَا صِرَٰطٌ مُّسْتَقِيمٌ ﴿٦١﴾

"  Dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus." (Q.S. Yaa siin:61)

Tauhid merupakan sebab datangnya rasa ketenangan dan keamanam di dunia dan di akhirat.

Allah Ta’ala berfirman:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ ﴿٨٢﴾

" Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Q.S. Al - An ' am :82)

Tauhid merupakan sarana untuk menggapai kemenangan dan kesejahteraan masyarakat. 

Allah Ta'ala berfirman : 

وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ كَمَا ٱسْتَخْلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ ٱلَّذِى ٱرْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْـًٔا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ ﴿٥٥﴾

" Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (Q.S. An-Nuur :55)

Tauhid dapat menyelamatkan seseorang dari siksa neraka.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، يَبْتَغِي بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ 

“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka bagi siapa saja yang mengucapkan “laa ilaaha illallah”, dan dia berharap wajah Allah dari ucapannya tersebut.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Tauhid menyebabkan seseorang masuk ke dalam surga.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah maka ia masuk surga.” (HR. Muslim)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah kalimat “la ilaha illallah” maka dia masuk surga.” (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Al-Hakim)

Tauhid menjaga darah dan harta manusia. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُوْنِ اللهِ حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ

“Barangsiapa yang mengucapkan “la ilaha illallah” dan ingkar terhadap apa-apa yang disembah selain Allah, maka haram harta dan darahnya.” (HR. Muslim)

Tauhid merupakan sebab terbesar datangnya ampunan dari Allah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 

يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيتَنِي لاَ تُشْرِكُ بِي شَيْئًا لأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً

“Wahai anak Adam, sesungguhnya jika seandainya engkau datang kepadaKu dengan dosa sepenuh bumi, namun engkau menjumpaiKu (mati) dalam keadaan tidak menyekutukanKu dengan sesuatu apapun, maka sungguh Aku akan memberikan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. At-Tirmidzi)  

Tauhid dapat menghapus dosa dan membawa seseorang untuk masuk surga. 

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : 

 

من شهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأن محمداً عبده ورسوله ، وأن عيسى عبد الله ورسوله وكلمته ألقاها إلى مريم وروح منه . والجنة حق ، أدخله الله الجنة على ما كان من العمل " 

" Barang siapa bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu baginya, bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, kalimatNya yang dia sampaikan kepada Maryam dan ruh dariNya, surga adalah haq dan neraka adalah haq, niscaya Allah memasukkannya kedalam surga sesuai dengan amal yang dia lakukan". (HR. Al-Bukhari dan Muslim) 

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : 

 «يَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ شَعِيرَةٍ مِنْ خَيْرٍ وَيَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ بُرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ وَيَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ».

" Akan keluar dari neraka bagi mereka yang mengucapkan (Laa ilaaha illallah) dalam hatinya seberat gandum dari kebaikan. Dan akan keluar dari neraka bagi yang mengucapkan (Laa ilaaha illallah) dalam hatinya seberat burroh dari kebaikan. Dan akan keluar dari neraka bagi yang mengucapkan (Laa ilaaha illallah) dalam hatinya seberat biji jagung dari kebaikan.” (HR. Al-Bukhari ) 

Tauhid merupakan sarana untuk mendapatkan syafa’at Nabi Sallallahu alaihi wa sallam pada hari kiamat. 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, bahwasanya beliau berkata: ditanyakan: kepada  Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang  siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa’atmu pada hari kiamat? Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam  bersabda: “Sungguh aku telah mengira wahai Abu Hurairah, tidaklah ada yang bertanya kepadaku tentang perkara ini seorang yang lebih dahulu daripada engkau, karena aku melihat semangatmu tentang hadits; Orang yang paling berbahagia dengan syafa’atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan (Laa ilaaha illallah) tulus dari lubuk hatinya atau dirinya.” (HR. Al-Bukhari) 

Tauhid memiliki tiga bagian yaitu tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma’ wa shifat. 

Pembagian ini terkumpul dalam firman Allah Ta'ala : 

رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيّاً

“Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?” (Q.S. Maryam: 65).

Perhatikan ayat di atas:

(1). Dalam firman-Nya (رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ) (Rabb (yang menguasai) langit dan bumi) merupakan penetapan tauhid rububiyah.

(2). Dalam firman-Nya (فَاعْبُدْهُ وَاصْطَبِرْ لِعِبَادَتِهِ) (maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya) merupakan penetapan tauhid uluhiyah.

(3). Dan dalam firman-Nya (هَلْ تَعْلَمُ لَهُ سَمِيّاً) (Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia?) merupakan penetapan tauhid asma’ wa shifat.

Berikut penjelasan ringkas tentang tiga jenis tauhid tersebut:

● Tauhid rububiyah, yaitu mengesakan Allah Ta'ala dalam hal penciptaan, kepemilikan, dan pengaturan. 

Di antara dalil yang menunjukkan hal ini adalah firman Allah Ta'ala : 

أَلاَلَهُ الْخَلْقُ وَاْلأَمْرُ تَبَارَكَ اللهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

“Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah” (Q.S. Al- A’raaf : 54).

● Tauhid uluhiyah atau tauhid ibadah. Disebut tauhid uluhiyah karena penisbatanya kepada Allah dan disebut tauhid ibadah karena penisbatannya kepada makhluk (hamba). 

Adapun maksudnya ialah pengesaan Allah dalam urusan ibadah, yaitu bahwasanya hanya Allah Ta'ala satu-satunya Dzat yang  berhak diibadahi. 

Allah Ta’ala berfirman:

ذَلِكَ بِأَنَّ اللهَ هُوَ الْحَقُّ وَأَنَّ مَايَدْعُونَ مِن دُونِهِ الْبَاطِلُ

”Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan sesungguhnya yang mereka seru selain Allah adalah batil” (Q.S. Luqman: 30)

● Tauhid asma’ wa shifat, yaitu pengesaan Allah ‘Azza wa Jalla dengan nama-nama dan sifat-sifat yang menjadi milik-Nya. 

Tauhid ini mencakup dua hal yaitu penetapan dan peniadaan.

Artinya kita harus menetapkan seluruh nama dan sifat bagi Allah sebgaimana yang Dia tetapkan bagi diri-Nya dalam kitab-Nya atau sunnah nabi-Nya, dan tidak menjadikan sesuatu yang semisal dengan Allah dalam nama dan sifat-Nya. 

Dalam menetapkan sifat bagi Allah tidak boleh melakukan ta'til atau menolak , tahrif atau merubah , tamtsil atau menyerupakan , maupun takyif atau membagaimanakan.

 Hal ini ditegaskan Allah Ta'ala dalam firman Nya :

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ

”Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. Asy-Syuura: 11) 

Sebagian ulama membagi tauhid menjadi dua saja yaitu tauhid dalam ma’rifat wal itsbat (pengenalan dan penetapan) dan tauhid fii thalab wal qasd (tauhid tuntutan dan tujuan). Jika dengan pembagian seperti ini maka tauhid rububiyah dan tauhid asma’ wa shifat termasuk golongan yang pertama sedangkan tauhid uluhiyah adalah golongan yang kedua.

Pembagian tauhid dengan pembagian seperti di atas merupakan hasil penelitian para ulama terhadap seluruh dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga pembagian tersebut bukan termasuk bid’ah karena memiliki landasan dan dasar dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Antara tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan. 

Tauhid rububiyah mengandung tauhid uluhiyah.

 Maksudnya pengakuan seseorang terhadap tauhid rububiyah mengharuskan pengakuannya terhadap tauhid uluhiyah.

 Barangsiapa yang telah mengetahui bahwa Allah adalah Tuhannya yang menciptakannya dan mengatur segala urusannya, maka dia harus beribadah hanya kepada Allah Ta'ala dan tidak menyekutukan-Nya. 

Sedangkan tauhid uluhiyah terkandung di dalamnya tauhid rububiyah. Maksudnya, tauhid rububiyah termasuk bagian dari tauhid uluhiyah. Barangsiapa yang beribadah kepada Allah Ta'ala semata dan tidak menyekutukan-Nya, pasti dia meyakini bahwa Allahlah Tuhannya dan penciptanya.

 Hal ini sebagaimana perkatan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, yang disebutkan dalam firman Allah Ta'ala : 

قَالَ أَفَرَءَيْتُم مَّاكُنتُمْ تَعْبُدُونَ {75} أَنتُمْ وَءَابَآؤُكُمُ اْلأَقْدَمُونَ {76} فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِّي إِلاَّرَبَّ الْعَالَمِينَ {77} الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ {78} وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ {79} وَإِذَامَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ {80} وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ {81} وَالَّذِي أَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ {82}

“Ibrahim berkata: “Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah (75), kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu? (76), karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam (77), (yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang memberi petunjuk kepadaku (78), dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku (79), dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkanku (80), dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali) (81), dan Yang amat aku inginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat (82)” (Q.S. AS - Syu’araa’: 75-82)

Tauhid rububiyah dan uluhiyah terkadang disebutkan bersamaan, maka ketika itu maknanya berbeda, karena pada asalnya ketika ada dua kalimat yang disebutkan secara bersamaan dengan kata sambung menunjukkan dua hal yang berbeda. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah Ta'ala : 

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ {1} مَلِكِ النَّاسِ {2} إِلَهِ النَّاسِ {3}

“Katakanlah;” Aku berlindung kepada Rabb (yang memelihara dan menguasai) manusia (1). Raja manusia (2). Sesembahan manusia (3)” (Q.S. An-Naas: 1-3).

Makna Rabb dalam ayat ini adalah raja yang mengatur manusia, sedangkan makna Ilaah adalah sesembahan satu-satunya yang berhak untuk disembah.

Tauhid Uluhiyah atau Tauhid ibadah adalah kesaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak di ibadahi selain Allah Ta'ala. 

Makna Kalimat la ilaha illallah adalah : 

 

  لاَ مَعْبُوْدَ بِحَقٍّ إِلاَّ الله

(tidak ada sesembahan yang benar untuk diibadahi kecuali Allah). Inilah makna sebenarnya yang telah didefinisikan oleh para ulama ahlisunnah waljama’ah, makna ini sesuai dengan firman Allah Ta'ala : 

ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِۦ هُوَ ٱلْبَٰطِلُ وَأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْكَبِيرُ ﴿٦٢﴾

" (Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." (Q.S. Al-Hajj :62)

Akan tetapi ada beberapa penafsiran yang keliru tentang kalimat la ilaha illallah yang telah tersebar luas di dunia Islam di antaranya:

1. Menafsirkan kalimat la ilaha illallah dengan (لاَ مَعْبُوْدَ إِلَّا الله): “Tidak ada yang diibadahi selain Allah”. Padahal makna tersebut rancu, ini berarti setiap yang diibadahi baik benar maupun salah adalah Allah subhanahu wata’ala. Karena Allah subhanahu wata’ala menamakan semua yang disembah di muka bumi sebagai إله (Tuhan). Ketika Rasulullâh shalallahu ‘alaihi wasallam mengatakan kepada orang-orang musyrik: La ilaha illallah maka meraka mengatakan :

أَجَعَلَ اْلآلِهَةَ إِلهًا وَاحِدًا إِنَّ هذَا لَشَيْءٌ عُحَابٌ

“Apakah dia menjadikan tuhan-tuhan yang banyak ini menjadi Tuhan yang satu saja? sesungguhnya ini sesuatu yang mengharankan.” (Q.S. Shaad: 5)

2. Menafsirkan kalimat la ilaha illallah dengan (لاَ خَالِقَ إِلاَّ الله) “Tidak ada pencipta kecuali Allah”, padahal makna tersebut adalah sebagian makna dari kalimat la ilaha illallah dan ini masih berupa Tauhid Rububiyah (tauhid yang mengakui keesaan Allah saja), sehinga belum cukup. Karena orang-orang kafir jahiliyah dahulu telah meyakini Allah adalah Tuhan pencipta alam, sebagaimana Allah jelaskan dalam Al-Qur’an : 

وَلِئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقَوْلُنَّ اللهُ

“Dan jika engkau bertanya kepada mereka, sipakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab, Allah.” (Q.S. Az – Zuhkruf: 87)

3. Ada juga yang menafsirkan la ilaha illallah dengan (لاَ حَاكِمَ إِلاَّ الله ): “Tidak ada hakim atau penguasa kecuali Allah”. Pengertian ini pun tidak mencukupi makna kalimat tersebut karena apabila mengesakan Allah hanya dengan pengakuan sifat Allah Yang Maha Penguasa saja namun masih berdo’a kepada selain-Nya atau menyelewengkan tujuan ibadah kepada sesuatu selain-Nya, maka hal ini belum dikatakan telah menjalankan makna kalimat tersebut, yaitu bertauhid kepada Allah Ta'ala. 

Rukun kalimat : LA ILAHA ILLALLAH 

Kalimat la ilaha illaallah memiliki 2 dua rukun yaitu النَّفْيُ (meniadakan) dan الإِثْبَاتُ (menetapkan). Yang dimaksud dengan “meniadakan” adalah menjauhi sesembahan selain Allah baik Malaikat yang dekat dengan-Nya atau pun para Nabi dan Rasul yang diutus. Sedangkan yang dimaksud dengan “menetapkan” adalah menetapkan sesembahan yang benar hanya milik Allah semata. Adapun sesembahan yang lain semuanya sesembahan yang batil. Allah Ta'ala berfirman:

ذَٰلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدْعُونَ مِن دُونِهِۦ هُوَ ٱلْبَٰطِلُ وَأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلْعَلِىُّ ٱلْكَبِيرُ ﴿٦٢﴾

" (Kuasa Allah) yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." (Q.S. Al-Hajj :62)

Syarat kalimat : LA ILAHA ILLALLAH :

1. Al–Ilmu, yaitu mengetahui makna la ilaha illallah, dengan ilmu tersebut sehingga menghilangkan kebodohan.  

Allah Ta'ala berfirman : 

فَٱعْلَمْ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَٱسْتَغْفِرْ لِذَنۢبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَىٰكُمْ ﴿١٩﴾

" Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal." (Q.S. Muhammad :19)

Allah Ta'ala berfirman : 

وَلَا يَمْلِكُ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِ ٱلشَّفَٰعَةَ إِلَّا مَن شَهِدَ بِٱلْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ ﴿٨٦﴾

" Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memberi syafa'at; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka mengilmui(nya)." (Q.S. Az-Zukhruf :86)

Berkata para ulama tafsir :

”mengakui kebenaran maksudnya mengakui kebenaran kalimat la ilaha illallah, dan mengetahuinya maksudnya memahami dengan benar apa yang diucapkan oleh lisan-lisan mereka yaitu tentang kalimat la ilaha illallah.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah maka ia masuk surga.” (HR. Muslim)

2. Al–Yaqiin, yaitu meyakini makna la ilaha illallah tanpa ada keraguan sedikit pun, bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah Ta'ala, tidak ada keraguan dalam dirinya akan hal itu. 

Allah Ta'ala berfirman : 

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ ﴿١٥﴾

" Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (Q.S. Al-Hujurat :15)

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : 

من شهد أن لا إله إلا الله واني رسول الله لا يلقى الله بهما عبد غير شاك فيهما إلا دخل الجنة 

" Barangsiapa yang bersaksi la ilaha illallah dan aku adalah utusan Allah dan  tidaklah seseorang berjumpa dengan Allah Ta'ala dengan kedua kesaksian ini tanpa ada keraguan di dalamnya melainkan ia akan masuk ke dalam surga ". (HR. Muslim) 

3. Al-Ikhlas, Yaitu memurnikan seluruh ibadah hanya kepada Allah subhanahu wa ta’la dan menjauhi kesyirikan, baik syirik besar maupun syirik kecil.

Allah Ta'ala berfirman : 

إِنَّآ أَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ فَٱعْبُدِ ٱللَّهَ مُخْلِصًا لَّهُ ٱلدِّينَ ﴿٢﴾

" Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya." (Q.S . Az-Zumar :2)

Allah Ta'ala berfirman : 

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ ﴿٥﴾

" Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus."
(Q.S. Al-Bayyinah :5)

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : 

 أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ

" Orang yang paling berbahagia dengan syafa’atku pada hari kiamat adalah orang yang mengucapkan (Laa ilaaha illallah) tulus dari lubuk hatinya atau dirinya.” (HR. Al-Bukhari) 

4. Ash-Shidqu yaitu jujur, maksudnya adalah mengucapkan kalimat ini dengan pembenaran di dalam hati. Barang siapa yang mengucapkan kalimat ini dengan lisannya akan tetapi hatinya mendustakannya maka ia adalah seorang munafik dan pendusta.

 Allah Ta'ala berfirman : 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَكُونُوا۟ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ ﴿١١٩﴾

" Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur ." (Q.S. At-Taubah :119)

Allah Ta'ala berfirman : 

إِذَا جَآءَكَ ٱلْمُنَٰفِقُونَ قَالُوا۟ نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُۥ وَٱللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ لَكَٰذِبُونَ ﴿١﴾

" Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta." (Q.S. Al- Muna'fiqun :1)

Allah Ta'ala berfirman : 

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ وَبِٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ ﴿٨﴾  يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ ﴿٩﴾

" Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian," pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman ".

" Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar."
(Q.S. Al-Baqorah :8-9)

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : 

ما من أحد يشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله صدقا من قلبه إلا حرمه الله على النار 

" Tidaklah seseorang yang bersaksi la ilaha illallah dan Muhammad adalah utusan Allah,  di ucapkan dengan jujur dari dalam lubuk hati nya, kecuali Allah Ta'ala haramkan bagi nya untuk masuk dalam neraka ". (HR. Al-Bukhari dan Muslim) 

5. Al–Mahabbah (cinta), maksudnya mencintai kalimat la ilaha illallah dan apa yang dikandungnya, mencintai orang-orang yang berpegang teguh pada kalimat ini, serta membenci segala hal yang bertentangan dengan kalimat ini. 

Allah Ta'ala berfirman : 

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٣١﴾

" Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S. Ali-Imran :31)

Allah Ta'ala berfirman : 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوٓا۟ ءَابَآءَكُمْ وَإِخْوَٰنَكُمْ أَوْلِيَآءَ إِنِ ٱسْتَحَبُّوا۟ ٱلْكُفْرَ عَلَى ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ ﴿٢٣﴾

" Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (Q.S. At-Taubah :23)

Allah Ta'ala berfirman : 

۞ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَتَّخِذُوا۟ ٱلْيَهُودَ وَٱلنَّصَٰرَىٰٓ أَوْلِيَآءَ ۘ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُۥ مِنْهُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿٥١﴾

" Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." ( Q.S. Al-Maidah 51)

6. Al-Inqiyaad, yaitu tunduk dan patuh terhadap perintah yang terkandung dalam kalimat la ilaha illallah yang menjauhkan diri dari sifat membangkang dan tidak patuh. Seorang muslim harus tunduk dan patuh terhadap isi kandungan kalimat ini.

Allah Ta'ala berfirman : 

وَأَنِيبُوٓا۟ إِلَىٰ رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا۟ لَهُۥ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ ٱلْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ ﴿٥٤﴾

" Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)." (Q.S. Az-Zumar :54)

Allah Ta'ala berfirman : 

۞ وَمَن يُسْلِمْ وَجْهَهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ ۗ وَإِلَى ٱللَّهِ عَٰقِبَةُ ٱلْأُمُورِ ﴿٢٢﴾

" Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan." (Q.S. Luqmaan :22)

7. Al-Qobuul, yaitu menerima kandungan dan konsekuensi dari kalimat ini, menerima dengan hati, lisan,  anggota badan sehingga tidak tumbuh benih-benih penolakan. 

Allah Ta'ala berfirman : 

إِنَّهُمْ كَانُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ ﴿٣٥﴾   وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوٓا۟ ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَّجْنُونٍۭ ﴿٣٦﴾  بَلْ جَآءَ بِٱلْحَقِّ وَصَدَّقَ ٱلْمُرْسَلِينَ ﴿٣٧﴾

" Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri,"
" Dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?""
" Sebenarnya dia (Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan rasul-rasul (sebelumnya)." (Q.S. Ash-Shoofaat 35-37)

Pelajaran yang dapat di petik dari syarat kalimat : La ilaha illallah sebagai berikut : 

● Persaksian syahadat la ilaha illallah tidak akan sempurna kecuali jika di sandingkan dengan syahadat Muhammad Rasulullah. 

Allah Ta'ala berfirman : 

قُلْ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ ﴿٢٤﴾

" Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (Q.S. At-Taubah :24)

● Sebagaimana mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka wajib pula untuk mencintai orang-orang yang beriman dan memusuhi orang-orang yang ingkar dan kafir. 

Allah Ta'ala berfirman : 

 

 إِنَّ ٱلْكَٰفِرِينَ كَانُوا۟ لَكُمْ عَدُوًّا مُّبِينًا 

" Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu."
(Q.S. An-Nisaa ’ :101)

Allah Ta'ala berfirman : 

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِىٓ إِبْرَٰهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ إِذْ قَالُوا۟ لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَءَٰٓؤُا۟ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ٱلْعَدَٰوَةُ وَٱلْبَغْضَآءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا۟ بِٱللَّهِ وَحْدَهُۥٓ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَٰهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَآ أَمْلِكُ لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن شَىْءٍ ۖ رَّبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ ٱلْمَصِيرُ ﴿٤﴾

" Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan kami hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali". (Q.S. Al-Mumtahanah :4)

● Wajib untuk mengingkari semua yang disembah dan di ibadahi selain Allah Ta'ala. 

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : 

من قال لا إله إلا الله و كفر بما يعبد من دون الله حرم ماله و دمه و حسابه علي الله 

" Barangsiapa yang berkata : La ilaha illallah dan mengingkari terhadap segala sesuatu yang di sembah selain Allah Ta'ala, maka haram harta dan darah nya, dan perhitungan nya diserahkan kepada  Allah ". ( HR. Muslim ) 

● Wajib untuk berdakwah kepada syahadat la ilaha illallah. 

Allah Ta'ala berfirman : 

قُلْ هَٰذِهِۦ سَبِيلِىٓ أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ ۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِى ۖ وَسُبْحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ ﴿١٠٨﴾

" Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (Q.S. Yusuf :108)

● Wajib bagi setiap orang yang melantunkan syahadat la ilaha illallah untuk menunaikan segala hak-hak dan tuntutan kesaksian tersebut dengan mengerjakan seluruh kewajiban-kewajiban yang telah di fardhukan dan meninggalkan segala larangan-larangan yang telah di haramkan. 

Serta dianjurkan untuk melakukan perkara-perkara sunnah dan meninggalkan amalan-amalan yang makruh. 

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : 

أمرت أن أقاتل الناس حتي يشهدوا أن لا اله إلا الله وان محمدا رسول الله ويقيموا الصلاة و يؤتوا الزكاة. ..

" Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, dan sampai mereka menegakkan sholat dan menunaikan zakat. ....". (HR. Al-Bukhari dan Muslim )