Minggu, 18 Juni 2017

SHOLAT MALAM


كلمة الشيخ صالح العصيمي البارحة بعد التراويح 

............
21/ 9/ 1434

أما بعد أيها المؤمنون

Amma ba'du; wahai para kaum mukminin. ..

إن من آيات الله المبصرة، وشواهد قدرته المظهرة آية الليل، قال الله تعالى: ( إن في خلق السماوات والأرض واختلاف الليل والنهار لآيات لأولي الألباب )

Sesungguhnya merupakan sebagian tanda kebesaran Allah Ta'ala yang sangat terang, bukti keagungan Allah Ta'ala yang sangat jelas, adalah diciptakan nya malam hari, sebagaimana firman Allah Ta'ala : 

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal". (Q.S. Ali-Imran :190)

Allah Ta'ala berfirman : 

وَءَايَةٌ لَّهُمُ ٱلَّيْلُ نَسْلَخُ مِنْهُ ٱلنَّهَارَ فَإِذَا هُم مُّظْلِمُونَ ﴿٣٧﴾

"Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan." (Q.S. Yaa'siin :37)

Sesungguhnya Allah Ta'ala tatkala mengkhususkan suatu malam dari malam yang lainnya, yaitu malam yang penuh berkah, yang diturunkan pada nya kitab suci Al-Qur'an, sebagaimana firman Allah Ta'ala : 

إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ ﴿٣﴾

"sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan." (Q.S. Ad-Dhukhaan :3)

Dan dijadikan malam yang penuh berkah ini senantiasa kekal sebagaimana turunnya malam lailatul qodar pada umat ini. 

Allah Ta'ala berfirman : 

إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ ﴿١﴾  وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ ﴿٢﴾

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan."
"Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?" (Q.S. Al-Qodr :1-2)

Dan Allah Ta'ala tidak memberikan berita tentang hakikat kejadian dan kenyataan nya, namun telah memberitakan tentang keutamaan nya. 

Allah Ta'ala berfirman : 

لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ ﴿٣﴾

"Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan." (Q.S. Al-Qodr :3)

Makna ayat ini bahwasanya ibadah yang dikerjakan pada malam tersebut lebih utama daripada beribadah seribu bulan pada malam selainnya. 

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah memberitahukan waktu kedatangan malam lailatul qodar, sebagaimana telah sah riwayat dari Al-Imam Al-Bukhary dan Muslim bahwasannya beliau bersabda : “ Carilah (lailatul qodar) pada sepuluh hari terakhir bulan ramadan ".

 

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda : 

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.

“Carilah lailatul Qadr pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.” ( HR. Al-Bukhari ) 

Sesungguhnya malam yang Allah Ta'ala berikan kekhususan dengan kemuliaan yang agung ini, Allah Ta'ala menjadikan amalan yang paling utama dalam malam tersebut adalah dengan mendirikan shalat, diberikan ganjaran yang sangat agung yaitu berupa ampunan dosa-dosa yang terdahulu, sebagaimana sabda Nabi Sallallahu alaihi wa sallam : 

من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه 

" Barangsiapa yang menghidupkan (dengan mendirikan sholat) malam lailatul qodar dengan penuh iman dan semata-mata mencari pahala niscaya ia akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu ". ( HR. Al-Bukhari dan Muslim ) 

Dalam hadits ini Nabi Sallallahu alaihi wa sallam menyebutkan satu amalan dan disebutkan pula syarat serta balasan dari amalan tersebut. 

Adapun amalan yaitu mendirikan shalat malam, dan syarat nya adalah penuh dengan iman dan menjalankan ketaatan tersebut hanya mencari pahala Allah Ta'ala, dan balasannya adalah diberikan ampunan atas dosa-dosa yang terdahulu. 

Dan amalan yang khusus pada malam tersebut adalah menghidupkan nya, dengan mendirikan sholat malam. 

Dan keadaan manusia tatkala mendirikan sholat malam terdapat beberapa kondisi, diantaranya : 

● Mengerjakan sholat malam semalam suntuk, dan ini yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika pertama kali diperintahkan mengerjakan sholat malam pada bulan ramadan, kemudian beliau meninggalkan nya. Beliau mengerjakan sholat di hampir semalaman hingga beliau khawatir terhadap para sahabat kehilangan waktu sahur.

Dan di syariat kan pula bagi yang hendak menghidupkan malam lailatul qodar untuk menggunakan sholat sepenuhnya jika ia mampu, namun hal ini tentunya sangat berat bagi kebanyakan manusia, sehingga jika sekiranya ia mengerjakan sholat malam di awal malam dan di akhir malam, kemudian ia menjumpai waktu longgar sehingga melanjutkan sholat malam sendirian, ini lebih utama daripada ia duduk dan membaca Al-Qur'an.

Oleh karenanya jika seseorang sholat berjamaah bersama imam di awal malam, dan ia akan melanjutkan di akhir malam bersama imam pula, maka disyari’atkan pula ia agar memanfaatkan waktu kosong antara keduanya untuk melakukan sholat dalam rangka memperbanyak sholat pada malam tersebut.  

● Mengerjakan sholat malam di awal dan akhir malam, dan ini yang menjadi kebiasaan manusia dan sesuai fatwa  (para ulama), karena kebanyakan manusia tidak mampu untuk mendirikan sholat di sepanjang malam, sehingga mengerjakan sholat malam diawal malam dengan sholat tarwih kemudian mengerjakan sholat di akhir malam dengan sholat tahajud dan keduanya termasuk menghidupkan malam ramadan, dan tidak terdapat perbedaan dalam keduanya, sebagaimana telah sah riwayat dari Umar radhiyallahu anhu yang telah memerintahkan kepada para sahabat yang mengerjakan sholat malam di awal waktu, beliau berkata : “ Waktu yang kalian gunakan untuk tidur adalah waktu yang lebih utama daripada waktu yang kalian gunakan untuk sholat ".

Maksudnya adalah :  menggabungkan sholat malam di akhir malam dan di awal malam adalah lebih utama daripada sekedar mengerjakan sholat malam di waktu awal malam. 

● Membatasi sholat malam di waktu akhir malam jika ia tidak mampu menggabungkan dengan awal malam, karena akhir malam adalah waktu yang disaksikan oleh para malaikat. 

● Mengerjakan sholat malam di awal malam, jika tidak mampu mengerjakannya di akhir malam. 

Adapun orang-orang yang tidak mengerjakan sholat malam, tidak di waktu awal atau akhir,  maka sesungguhnya ia kehilangan keutamaan yang telah disabdakan oleh Nabi Sallallahu alaihi wa sallam : 

من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه 

" Barangsiapa yang menghidupkan malam lailatul qodar dengan penuh iman dan semata-mata mencari pahala niscaya ia akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu ". ( HR. Al-Bukhari dan Muslim ) 

Sesungguhnya malam malam yang terbatas ini yaitu yang sepuluh hari terakhir bulan ramadan, terdapat malam lailatul qodar yang lebih utama daripada seribu bulan, maka sepantasnya setiap kita untuk bersungguh-sungguh dalam memakmurkan malam tersebut denganmengerjakan sholat malam, dan ini merupakan amalan yang disyari’atkan untuk dikerjakan dan di perbanyak. 

Jika digabungkan dengan amalan sholih lainnya seperti tilawah Al-Qur'an, berdzikir dan berdoa, maka disana terdapat tambahan ganjaran dan pahala. 

Semoga kita diberikan kekuatan dan limpahan taufiq dan hidayah untuk memakmurkan hari hari yang tersisa di bulan suci ini. 

Jumat, 16 Juni 2017

KEUTAMAAN MALAM LAILATUL QODAR

 

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du : 

Sesungguhnya malam lailatul qodar merupakan malam yang mulia, dimana Allah Ta'ala menurunkan kitab suci Al-Qur'an dan malam tersebut merupakan malam yang penuh barokah yang memiliki keutamaan lebih baik dari seribu bulan. 

Allah Ta'ala berfirman : 

حمٓ ﴿١﴾  وَٱلْكِتَٰبِ ٱلْمُبِينِ ﴿٢﴾  إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ ﴿٣﴾  فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ ﴿٤﴾ أَمْرًا مِّنْ عِندِنَآ ۚ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ ﴿٥﴾  رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ ﴿٦﴾

"Haa miim."
"Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan,"

"sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan."
"Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,"

"(yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul,"

"sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
(Q.S. Ad-Dhukhaan :1-6)

Allah Ta'ala berfirman : 

إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ ﴿١﴾  وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ ﴿٢﴾ لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ ﴿٣﴾   تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ ﴿٤﴾  سَلَٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ ﴿٥﴾

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan."
"Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?"
"Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan."
"Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan."
  "Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (Q.S. Al-Qodr :1-5)

Sebagaimana telah sah riwayat dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :  

من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه 

 " Barangsiapa yang menghidupkan malam lailatul qodar dengan penuh iman dan semata-mata mencari pahala niscaya ia akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu ". ( HR. Al-Bukhari dan Muslim ) 

Menghidupkan malam lailatul qodar dengan cara mengerjakan sholat malam, tilawah Al-Qur'an, berdzikir dan berdoa dan semisalnya dari amalan yang baik dan berdasarkan firman Allah Ta'ala diatas menunjukkan bahwa beramal pada malam tersebut lebih utama dari seribu bulan dibandingkan malam lainnya, dan hal ini merupakan keutamaan yang agung yang Allah Ta'ala limpahkanlah kepada umat ini, sehingga sepantasnya setiap muslim agar memaksimalkan ibadah di waktu sepuluh hari terakhir bulan suci ini dan hari hari ganjil lebih diharapkan sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam : 

 
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.

“Carilah lailatul Qadr pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.” ( HR. Al-Bukhari ) 

Dan telah sah riwayat dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa malam lailatul qodar berpindah pindah di sepuluh terakhir bulan ramadan dan tidak menetap dalam satu waktu, sehingga bisa kemungkinan terjadi pada malam keduapuluh satu atau duapuluh tiga atau duapuluh lima atau duapuluh tujuh dan ini kemungkinan yang terbesar atau mungkin pada malam duapuluh sembilan, bahkan bisa terjadi pula pada malam malam genap, maka barangsiapa yang bersungguh sungguh pada sepuluh terakhir bulan ini niscaya ia akan mendapatkan keutamaan malam lailatul qodar, sebagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersungguh-sungguh ketika memasuki sepuluh terakhir bulan suci ini. 

Sebagaimana diriwayatkan oleh Ummul Mukminin A'isyah radhiyallahu anha : 

 كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

" Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  ketika memasuki sepuluh terakhir bulan Ramadhan, beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim ) 

Yang dimaksud dengan beliau mengencangkan sarungnya adalah meninggalkan istri-istri beliau karena ingin konsentrasi untuk ibadah di akhir-akhir Ramadhan.  

Demikian pula telah sah riwayat  bahwasannya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ber i'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan ramadan. 

Telah diriwayatkan dari Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘anha, (dia) berkata : “Aku bertanya, “Ya Rasulullah ! Apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan ?” Beliau menjawab, “Ucapkanlah :

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

“Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku". ( HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah ) 

Dan telah sah riwayat dari para sahabat serta para Salafus-Sholih menghidupkan malam sepuluh terakhir bulan ramadan dan bersungguh-sungguh dalam beribadah serta mengagungkan waktu mulia ini. 

Maka seyogyanya setiap muslim agar meneladani jejak-jejak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan mengikuti jalan para sahabat dan generasi Salafus-Sholih untuk senantiasa menghidupkan malam malam terakhir bulan ramadan ini untuk beribadah dengan maksimal, mengerjakan sholat malam, ber dzikir, berdoa, tilawah Al-Qur'an, yang dilandasi oleh imam dan semata-mata mencari pahala Allah Ta'ala, sehingga mendapatkan ganjaran yang berupa diberikan ampunan dosa-dosa yang terdahulu dan dibebaskan dari neraka dan tergolong menjadi penghuni surga. 

Allah Ta'ala menjelaskan bahwa keutamaan diatas diraih bagi mereka yang menjauhi dosa-dosa besar, sebagaimana firman Allah Ta'ala : 

إِن تَجْتَنِبُوا۟ كَبَآئِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُم مُّدْخَلًا كَرِيمًا ﴿٣١﴾

"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)." (Q.S. An-Nisaa :31)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

“Antara shalat lima waktu, antara Jumat yang satu dan Jumat lainnya, di antara Ramadhan yang satu dan Ramadhan lainnya, itu akan menghapuskan dosa di antara keduanya selama seseorang menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim ) 

Sesungguhnya puasa merupakan ibadah yang sangat agung, terlebih puasa di bulan suci ramadan, maka sepantasnya setiap muslim mengagungkan ibadah mulia ini dengan dasar niat yang sholih dan berjuang guna menjaga ibadah ini dan bersegera dalam berbuat ketaatan dan bertaubat dari segala bentuk dosa dan kemaksiatan. 

Dan hendaklah senantiasa menjauhi segala larangan Allah Ta'ala dan Rasul-Nya, dan tetap istiqomah diatas kebaikan di bulan ramadan atau diluar ramadan, dan saling menasihati dalam kebajikan dan kesabaran serta amar makruf nahi mungkar agar dapat menggapai keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat hingga menuju surga Allah Ta'ala yang kekal abadi , dan semoga sholawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. 

Jumat, 02 Juni 2017

ADAB ORANG YANG BERPUASA

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du : 

Bulan Ramadhan merupakan bulan yang paling utama dari seluruh bulan yang ada, karena Allah Ta'ala telah menjadikan bulan tersebut untuk berpuasa, yang menjadi rukun islam yang ke empat dari rukun rukun islam. 

عن أبي عبد الرحمن عبد الله بن عمر بن الخطاب رضي الله عنهما قال : سمعت النبي صلَّى الله عليه وسلَّم يقول : بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ ، وَ إِقَامِ الصَّلَاةِ ، وَ إِيْتَاءِ الزَّكَاةِ ، وَ حَجِّ الْبَيْتِ ، وَ صَوْمِ رَمَضَانَ .رواه البخاري و مسلم .

Diriwayatkan dari sahabat Abu ‘Abdirrahman ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhuma, Dia berkata: “Aku mendengar Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
" Islam dibangun di atas lima pondasi: Persaksian bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, naik haji, dan puasa Ramadhan". ( HR. Al-Bukhari dan Muslim ) 

Seyogyanya seorang muslim menggunakan kesempatan yang mulia ini dengan sebaik mungkin, dan bersemangat untuk mengerjakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan dan terlebih menunaikan apa yang telah Allah Ta'ala fardhukan kepada para hamba seperti sholat lima waktu yang menjadi tonggak agama setelah persaksian kalimat Tauhid, hendaknya menunaikan nya tepat pada waktunya dengan khusuk dan tumakninah. 

Dan dalam menunaikan sholat lima waktu, Allah Ta'ala telah memerintahkan kaum lelaki untuk mengerjakan nya dengan berjamaah di masjid, sebagaimana firman Allah Ta'ala : 

وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرْكَعُوا۟ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ ﴿٤٣﴾

"Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'." (Q.S. Al-Baqorah :43)

Allah Ta'ala berfirman : 

حَٰفِظُوا۟ عَلَى ٱلصَّلَوَٰتِ وَٱلصَّلَوٰةِ ٱلْوُسْطَىٰ وَقُومُوا۟ لِلَّهِ قَٰنِتِينَ ﴿٢٣٨﴾

"Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'." (Q.S. Al-Baqorah :238)

Allah Ta'ala berfirman : 

قَدْ أَفْلَحَ ٱلْمُؤْمِنُونَ ﴿١﴾  ٱلَّذِينَ هُمْ فِى صَلَاتِهِمْ خَٰشِعُونَ ﴿٢﴾

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,"
"(yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya". (Q.S. Al- Mukminun :1-2)

Allah Ta'ala berfirman : 

وَٱلَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَوَٰتِهِمْ يُحَافِظُونَ ﴿٩﴾  أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْوَٰرِثُونَ ﴿١٠﴾  ٱلَّذِينَ يَرِثُونَ ٱلْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ ﴿١١﴾

"Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya."
"Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,"

"(yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya."
(Q.S. Al - Mukminun : 9 -11)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :  

العهد الذي بيننا و بينهم الصلاة فمن تركها فقد كفر

 " Perjanjian yang ada antara kita dan mereka adalah menegakkan sholat, dan barangsiapa yang meninggalkan nya sungguh ia telah kafir ". ( HR. Ahmad ) 

Sahabat Abdullah ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu berkata : " Sungguh kami telah menyaksikan, tidak seorangpun yang sengaja meninggalkan sholat kecuali ia adalah orang munafik yang telah diketahui nifak nya, maka bertakwalah kepada Allah Ta'ala wahai kalian para hamba Allah, dan jagalah sholat dengan berjamaah, dan ajaklah manusia agar konsisten dalam hal ini di bulan ramadan atau diluar ramadan, niscaya kalian akan meraih ampunan dan pahala yang berlipat ganda dan selamat dari murka serta kemarahan Allah Ta'ala dan terbebas dari penyerupaan orang-orang munafik ". (HR. Muslim ) 

Faridhoh yang terpenting setelah sholat wajib adalah zakat, sebagaimana firman Allah Ta'ala : 

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ ﴿٥﴾

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus."
(Q.S. Al-Bayyinah :5)

Allah Ta'ala berfirman : 

وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴿٥٦﴾

"Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat."
(Q.S. An-Nuur :56)

Zakat merupakan rukun islam yang ke tiga yang menjadi pendamping sholat, sebagaimana banyak disebutkan dalam ayat Al-Qur'an dan As-Sunnah, maka seyogyanya kita mengagungkan nya seperti perintah Allah Ta'ala dan Rasul-Nya, dan segera mengeluarkan zakat tersebut bila telah datang waktu nya dan menunaikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya dengan penuh ikhlas  dan kerelaan yang dibarengi rasa syukur kepada Allah Ta'ala, dan ketahuilah bahwa zakat adalah pembersih harta dan jiwa pemilik nya,dan sebagai ungkapan syukur kepada Allah Ta'ala,  sebagaimana firman Allah Ta'ala : 

خُذْ مِنْ أَمْوَٰلِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَوٰتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ﴿١٠٣﴾

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Q.S. At-Taubah :103)

Allah Ta'ala berfirman : 

 ٱعْمَلُوٓا۟ ءَالَ دَاوُۥدَ شُكْرًا ۚ وَقَلِيلٌ مِّنْ عِبَادِىَ ٱلشَّكُورُ ﴿١٣﴾

" Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih." (Q.S. Saba':13)

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam berpesan lagi kepada sahabat Mu’adz radhiyallahu anhu sebagai berikut : 

اِنَّكَ سَتَأْتِى قَوْمًا مِنْ اَهْلِ اْلكِتَابِ، فَاِذَا جِئْتَهُمْ فَادْعُهُمْ اِلَى اَنْ يَشْهَدُوْا اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ، وَ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، فَاِنْ هُمْ طَاعُوْا لَكَ بِذلِكَ فَاَخْبِرْهُمْ اَنَّ اللهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى كُلّ يَوْمٍ وَ لَيْلَةٍ، فَاِنْ هُمْ طَاعُوْا لَكَ بِذلِكَ فَاَخْبِرْهُمْ اَنَّ اللهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْكُمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ اَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ. فَاِنْ طَاعُوْا لَكَ بِذلِكَ فَاِيَّاكَ وَ كَرَائِمَ اَمْوَالِهِمْ. وَ اتَّقِ دَعْوَةَ اْلمَظْلُوْمِ، فَاِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَ بَيْنَ اللهِ حِجَابٌ. 

(Hai Mu’adz), bahwasanya kamu akan datang kepada orang-orang ahli kitab, maka apabila kamu telah sampai kepada mereka, ajaklah mereka kepada mengakui bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwasanya Muhammad itu utusan Allah. Maka jika mereka telah mematuhi kamu dengan yang demikian itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Lalu jika mereka telah mematuhi kamu dengan yang demikian itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada kalian membayar zakat, yang diambil dari orang-orang kaya mereka, kemudian dikembalikan (dibagikan) kepada orang-orang miskin mereka. Lalu apabila mereka telah mematuhi kamu dengan yang demikian itu, maka jagalah kehormatan harta benda mereka. Dan takutlah kamu do’anya orang yang teraniaya, karena sesungguhnya tidak ada penghalang antara dia dengan Allah ". ( HR. Al-Bukhari dan Muslim ) 

Dan seyogyanya dalam bulan Ramadhan yang berkah ini kita memberikan kelonggaran dalam nafkah dan memberikan bantuan kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan agar mereka dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik, meniru jejak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan mencari ridha Allah Ta'ala serta sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Allah Ta'ala. 

Allah Ta'ala berfirman : 

۞  وَمَا تُقَدِّمُوا۟ لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا ۚ وَٱسْتَغْفِرُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌۢ ﴿٢٠﴾

" Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S. Al - Muzammil :20)

Allah Ta'ala berfirman : 

قُلْ إِنَّ رَبِّى يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ وَيَقْدِرُ لَهُۥ ۚ وَمَآ أَنفَقْتُم مِّن شَىْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُۥ ۖ وَهُوَ خَيْرُ ٱلرَّٰزِقِينَ ﴿٣٩﴾

"Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya." (Q.S. Saba' : 39)

Perkara fardhu setelah sholat, zakat adalah ibadah puasa, sebagaimana hadist terdahulu dari Rosulillah Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : 

" Islam dibangun di atas lima pondasi: Persaksian bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, naik haji, dan puasa Ramadhan". ( HR. Al-Bukhari dan Muslim ) 

Maka menjadi kewajiban setiap muslim untuk menunaikan puasa ini, dan menjauhi segala larangan yang diharamkan dari perkataan atau perbuatan, karena maksud dari berpuasa adalah mengerjakan ketaatan kepada Allah Ta'ala dan mengagungkan perkara yang diharamkan dan berjihad melawan hawa nafsu dan bersabar atas segala larangan, bukan sekedar menahan makan dan minum serta pembatal puasa lainnya, sebagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :

 

وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ

“Puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa janganlah berkata keji dan berteriak-teriak, jika ada orang yang mencercanya atau memeranginya, maka ucapkanlah, ‘Aku sedang berpuasa” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : 

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan amalan dusta, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Al-Bukhari) 

Dengan demikian maka hindari segala yang dapat merusak ibadah puasa atau mengurangi pahala nya, dan semua amalan yang mendatangkan murka dan kemarahan Allah Ta'ala dari perbuatan perbuatan maksiat seperti riba, zina, mencuri, membunuh jiwa tanpa hak, memakan harta anak yatim dan segala jenis kezaliman terhadap jiwa, harta, harga diri seseorang, berbuat curang dan dusta dalam perdagangan, khianat,  tidak menjalankan amanah, durhaka kepada kedua orang tua, memutuskan tali silaturrahmi, saling diam tidak tegur sapa tanpa hak, meminum minuman keras , dan segala yang mengganggu akal, berbuat ghibah, namimah, berdusta, saksi palsu, sumpah palsu, mencukur jenggot, memberikan kumis, memanjangkan pakaian melewati batas mata kaki, merasa sombong, mendengarkan musik, bermain alat musik, berhias dan bersolek bagi para wanita dihadapan lelaki yang bukan mahrom, meniru gaya wanita kafir, memakai pakaian pendek tidak menutup aurat, menyaksikan film yang mengandung kemungkaran dan ucapan mungkar sebagai mana banyak tayangan di televisi, mendengarkan nyanyian dan musik yang menyebabkan kerasnya hati hingga penyakit hati, dan meremehkan syariat dan lalai dari agama seperti meninggalkan sholat jamaah, atau meninggalkan kewajiban dan terjerumus dalam lembah larangan, dan semua ini adalah bentuk kemaksiatan dilarang agama kapanpun dan dimanapun dan di bulan ramadan ini menjadi lebih terlarang dan dosa nya akan berlipat ganda. 

Maka marilah kita bertakwa kepada Allah Ta'ala menjalankan segala ketaatan dan menjauhi segala larangan dan istiqomah diatas ketaatan di bulan ramadan atau di luar bulan ramadan, dan hendaklah kita saling menasihati dan meluruskan hingga kita meraih kebahagiaan, ketenteraman, kesuksesan dunia dan akhirat mendapatkan ridho Allah Ta'ala, dan terhindar dari murka Nya, dan semoga segala amalan kita, puasa kita, sholat malam kita diterima oleh Allah Ta'ala , dan semoga sholawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.