Sabtu, 16 Desember 2017

MUSIBAH GEMPA BUMI


Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du : 

☝ Gempa Bumi Merupakan Peringatan dari Allah Kepada Hamba-Nya :

Di antara bentuk peringatan yang Allah Ta'ala berikan kepada hamba-Nya, Allah Ta'ala wujudkan dalam bentuk musibah dan bencana alam. Terkadang dalam bentuk angin kencang yang memporak-porandakan berbagai bangunan, terkadang dalam bentuk gelombang pasang, hujan besar yang menyebabkan banjir, gempa bumi, termasuk peperangan di antara umat manusia. Semuanya bisa menjadi potensi untuk mengingatkan manusia agar mereka takut dan berharap kepada Allah Ta'ala.

Allah Ta'ala berfirman : 

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَاباً مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعاً وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ

Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain...” (QS. Al-An’am: 65)

☝ Semua Musibah, Sebabnya Adalah Maksiat :

Gempa bumi, musibah yang saat ini menggelayuti perasaan takut banyak manusia bisa jadi merupakan hukuman dari Al-Jabbar (Dzat Yang Maha Perkasa), disebabkan sikap manusia yang meninggalkan aturan Allah, yang bergelimang dengan maksiat dan dosa. Manusia bemaksiat kepada Allah Ta'ala, mereka melakukannya secara terang-terangan di hadapan Allah Ta'ala, tanpa ada rasa malu kepada Allah. Selanjutnya Allah Ta'ala perintahkan bumi untuk berguncang, terjadilah gempa bumi, agar manusia mau kembali betaubat, dan memohon ampunan kepada-Nya.

 Allah Ta'ala  berfirman :

وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا

“Tidaklah kami mengirim tanda-tanda kekuasaan itu (berupa musibah dan sejenisnya), selain dalam rangka menakut-nakuti mereka.” (QS. Al-Isra’: 59)

Untuk lebih menguatkan hal ini, mari kita perhatikan ayat berikut

Allah Ta'ala berfirman : 

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)

Allah Ta'ala menyebut maksiat manusia sebagai makar, dan adzab bisa jadi akan turun secara tiba-tiba tanpa aba-aba.

Allah Ta'ala berfirman : 

أَفَأَمِنَ الَّذِينَ مَكَرُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ يَخْسِفَ اللَّهُ بِهِمُ الْأَرْضَ أَوْ يَأْتِيَهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لا يَشْعُرُونَ * أَوْ يَأْخُذَهُمْ فِي تَقَلُّبِهِمْ فَمَا هُمْ بِمُعْجِزِين

“Maka apakah orang-orang yang membuat makar dengan melakukan maksiat itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari. Atau Allah mengazab mereka di waktu mereka dalam perjalanan, maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak (azab itu).” (QS. An-Nahl: 45 – 46)

Allah Ta'ala juga mengingatkan, bisa jadi balasan makar Allah Ta'ala untuk hamba-Nya yang membangkang, datang ketika mereka sedang tidur.

Allah Ta'ala berfirman : 

أفأمن أهل القرى أن يأتيهم بأسنا بياتاً وهم نائمون

“Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?” (QS. Al-A’raf: 97)

☝ Hukuman Allah Mengenai Semuanya :

Sesungguhnya adzab Allah Ta'ala, ketika menimpa sekelompok masyarakat maka adzab ini mencakup orang baik dan orang bejat, orang dewasa dan anak-anak, laki-laki dan perempuan. Semuanya sama-sama mendapatkan hukuman. Bahkan termasuk makhluk yang tidak memiliki dosa dan kesalahan, semacam anak-anak dan binatang sekalipun, mereka turut merasakannya.

Hal ini sebagaimana yang ditegaskan dalam hadis, dari Ummu Salamah radhiallahu ‘anha, bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إذا ظهرت المعاصي في أمتي عمهم الله بعذاب من عنده ، فقلت يا رسول الله ، أما فيهم يومئذ أناس صالحون ؟ قال : بلى ، قلت : كيف يصنع بأولئك ؟ قال : يصيبهم ما أصاب الناس ، ثم يصيرون إلى مغفرة من الله ورضوان

“Apabila perbuatan maksiat dilakukan secara terang-terangan pada umatku, maka Allah akan menimpakan adzab-Nya secara merata.” Aku bertanya, “Ya Rasulullah, bukankah di antara mereka saat itu ada orang-orang saleh? Beliau bersabda, “Benar.” Ummu Salamah kembali bertanya, “Lalu apa yang akan diterima oleh orang ini? Beliau menjawab, “Mereka mendapatkan adzab sebagaimana yang dirasakan masyarakat, kemudian mereka menuju ampunan Allah dan ridha-Nya.” (HR. Ahmad)

Dalam Alquran, Allah Ta'ala menegaskan bahwa setiap musibah yang menimpa manusia, disebabkan perbuatan maksiat yang pernah mereka lakukan.

 Allah Ta'ala berfirman :

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Setiap musibah yang menimpa kalian, disebabkan perbuatan tangan kalian, dan Allah memberi ampunan terhadap banyak dosa.” (QS. As-Syuro: 30)

Allah Ta'ala juga menceritakan keadaan umat sebelum kita.

Allah Ta'ala berfirman : 

فَكُلّاً أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِباً وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

“Masing-masing Kami adzab disebabkan dosa mereka. Di antara mereka ada yang kami kirimi angin kencang, di antara meraka ada yang dimusnahkan dengan teriakan yang sangat pekak, ada yang Kami tenggelamkan. Allah sama sekali tidaklah menzalimi mereka, namun mereka yang bersikap zalim pada diri mereka sendiri.” (QS. Al-Ankabut: 40)

Ibnul Qoyim rahimahullah menjalaskan,
Terkadang Allah Ta'ala memerintahkan bumi untuk begetar, sehingga terjadilah gempa bumi yang besar. Sehingga manusia pada takut, resah, kembali bertaubat, meninggalkan maksiat, dan tunduk dan menyesal kepada Allah Ta'ala. Sebagaimana yang ditegaskan sebagian sahabat, ketika terjadi gempa bumi, beliau menyatakan :

إن ربكم يستعتبكم

“Sesungguhnya Tuhan kalian menegur kalian.”

Disebutkan oleh Imam Ahmad rahimahullah, dari Ummul Mukminin Shafiyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan :

زلزلت المدينة على عهد عمر فقال : أيها الناس ، ما هذا ؟ ما أسرع ما أحدثتم . لئن عادت لا تجدوني فيها

Pernah terjadi gempa di kota Madinah, di zaman Umar bin Khatab. Maka Umar berceramah, “Wahai manusia, apa yang kalian lakukan? Betapa cepatnya maksiat yang kalian lakukan. Jika terjadi gempa bumi lagi, kalian tidak akan menemuiku lagi di Madinah.” (HR. Ahmad)

Diceritakan oleh Ibn Abi Dunya rahimahullah dari Sahabat  Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, bahwa beliau bersama seorang lelaki lainnya pernah menemui Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu anha. Lelaki ini bertanya : “Wahai Ummul Mukminin, jelaskan kepada kami tentang fenomena gempa bumi!” Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu anhu anha menjawab :

إذا استباحوا الزنا ، وشربوا الخمور ، وضربوا بالمعازف ، غار الله عز وجل في سمائه ، فقال للأرض : تزلزلي بهم ، فإن تابوا ونزعوا ، وإلا أهدمها عليهم

“Jika mereka sudah membiarkan zina, minum khamar, bermain musik, maka Allah yang ada di atas akan cemburu. Kemudian Allah perintahkan kepada bumi: ‘Berguncanglah, jika mereka bertaubat dan meninggalkan maksiat, berhentilah. Jika tidak, hancurkan mereka’.”

Orang ini bertanya lagi, “Wahai Ummul Mukminin, apakah itu siksa untuk mereka?”

Beliau menjawab :

بل موعظة ورحمة للمؤمنين ، ونكالاً وعذاباً وسخطاً على الكافرين ..

“Itu adalah peringatan dan rahmat bagi kaum mukminin, serta hukuman, adzab, dan murka untuk orang kafir.”  (Al-Jawab Al-Kafi)

Dari pernyataan Kholifah Umar radhiyallahu anhu , beliau memahami bahwa penyebab terjadinya gempa di Madinah adalah perbuatan maksiat yang dilakukan masyarakat yang tinggal di Madinah. Pernyataan ini disampaikan kepada para sahabat dan mereka tidak mengingkarinya. Ini menunjukkan bahwa mereka sepakat dengan pemahaman Kholifah Umar radhiallahu ‘anhu.

Hal yang semisal juga telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, beliau bersabda : 

إذا اتخذ الفيء دولا ، والأمانة مغنما ، والزكاة مغرما ، وتعلم لغير الدين ، وأطاع الرجل امرأته ، وعق أمه ، وأدنى صديقه ، وأقصى أباه ، وظهرت الأصوات في المساجد ، وساد القبيلة فاسقهم ، وكان زعيم القوم أرذلهم ، وأكرم الرجل مخافة شره ، وظهرت القينات والمعازف ، وشربت الخمور ، ولعن آخر هذه الأمة أولها فليرتقبوا عند ذلك ريحا حمراء وزلزلة وخسفا ومسخا وقذفا وآيات تتابع كنظام بال قطع سلكه فتتابع

“Jika harta rampasan perang dijadikan kas negara (tidak lagi diberikan kepada orang yang ikut perang), amanah dijadikan rebutan, jatah zakat dikurangi, selain ilmu agama banyak dipelajari, lelaki taat kepada wanita dan memperbudak ibunya, orang lebih dekat kepada temannya dan menjauh dari ayahnya, banyak teriakan di masjid, yang memimpin kabilah adalah orang yang bejat (fasik), yang memimpin masyarakat orang yang rendah (agamanya), orang dimuliakan karena ditakuti pengaruh buruknya, para penyanyi wanita tampil di permukaan, khamr diminum, dan generasi terakhir melaknat generasi pertama (sahabat), maka bersiaplah ketika itu dengan adanya angin merah, gempa bumi, manusia ditenggelamkan, manusia diganti wajahnya, dilempari batu dari atas, dan berbagai tanda kekuasaan Allah (musibah) yang terus-menerus, seperti ikatan biji tasbih yang putus talinya, maka biji ini akan lepas satu-persatu.” (HR. At-Turmudzi)

☝ Gempa Bumi Termasuk di Antara Tanda Dekatnya Kiamat :

Di antara tanda dekatnya kiamat adalah seringnya terjadi gempa bumi. Disebutkan dalam hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لا تقوم الساعة حتى يقبض العلم ويتقارب الزمان وتكثر الزلازل ، وتظهر الفتن ، ويكثر الهرج ” قيل وما الهرج يا رسول الله ؟ قال : القتل القتل

“Tidak akan terjadi kiamat, sampai ilmu itu diangkat, waktu semakin pendek, banyak gempa bumi, fitnah meraja lela, dan banyak terjadi al-haraj.” Sahabat bertanya, apa itu al-haraj? Beliau menjawab: “Pembunuhan, pembunuhan”. (HR. Al-Bukhari)

☝ Bukan Hanya Fenomena Alam!! :

Sebagian orang tidak menerima pernyataan gempa sebagai peringatan dari Allah Ta'ala. Mereka beranggapan bahwa gempa sama sekali tidak memiliki kaitan dengan perbuatan dan maksiat manusia. Kejadian gempa itu murni fenomena alam, bukan hukuman tuhan. Beristigfar, bukanlah solusi yang tepat dalam hal ini.

Jawaban pernyataan ini, sesungguhnya Allah Ta'ala telah menjelaskan bahwa gempa bumi, statusnya sama dengan fenomena alam yang lain. Allah Ta'ala  ciptakan fenomena semacam ini untuk memberikan peringatan para hamba-Nya, agar merka meninggalkan dosa dan kembali kepada Penciptanya.

Pengetahuan kita tentang sebab gempa tidaklah menihilkan bahwa itu merupakan bagian takdir Allah Ta'ala untuk hamba-Nya disebabkan dosa mereka. Sehingga maksiat inilah yang menjadi pemicu sebab. Ketika Allah Ta'ala menghendaki sesuatu, Allah Ta'ala ciptakan sebabnya dan Allah Ta'ala wujudkan akibatnya. 

Allah Ta'ala  berfirman : 

وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيراً

“Jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al-Isra: 16)

☝ Solusi Ketika Terjadi Bencana :

Karena itu, bertaqwalah kepada Allah Ta'ala, takutlah kepada Allah Ta'ala, mintalah ampunan kepada Allah Ta'ala. 

Allah Ta'ala berfirman : 

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَاباً مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعاً وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآياتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ * وَكَذَّبَ بِهِ قَوْمُكَ وَهُوَ الْحَقُّ قُلْ لَسْتُ عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ * لِكُلِّ نَبَأٍ مُسْتَقَرٌّ وَسَوْفَ تَعْلَمُونَ

Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)”. Dan kaummu mendustakannya (azab) padahal azab itu benar adanya. Katakanlah: “Aku ini bukanlah orang yang diserahi mengurus urusanmu”.  Untuk setiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui.” (QS. Al-An’am: 65 – 67)

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah pernah mengirim surat ke berbagai negara bagian.

 Isinya:

أما بعد فإن هذا الرجف شيء يعاتب الله عز وجل به العباد ، وقد كتبت إلى سائر الأمصار أن يخرجوا في يوم كذا ، فمن كان عنده شيء فليتصدق به فإن الله عز وجل قال : (قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى* وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى) وقولوا كما قال آدم : (( قَالا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ) وقولوا كما قال نوح : (( وإلا تغفر لي وترحمني أكن من الخاسرين )) وقولوا كما قال يونس : (( لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين ))

Amma ba’du, sesungguhnya gempa yang terjadi ini merupakan teguran dari Allah kepada hamba-Nya. Saya telah mengirim surat ke berbagai daerah untuk keluar pada hari tertentu. Siapa yang memiliki sesuatu, hendaknya dia sedekahkan.

 

 Allah berfirman : 

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى* وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى

“Sungguh beruntung orang yang mengeluarkan zakat. Dia mengingat nama Tuhannya kemudian shalat.” (Q.S  Al -A'la 14-15)

Dan aku perintahkan mereka untuk mengatakan sebagaimana yang diucapkan Adam alaihi salam :

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Ya Allah, kami telah menzalimi diri kami, jika Engkau tidak mengampuni kami dan merahmati kami, tentu kami akan menjaid orang yang rugi.” ( Q.S Al A'raf : 23)

Aku juga perintahkan agar mereka mengucapkan sebagaimana yang dikatakan Yunus Alaihi salam :

لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين

"Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim". (Q.S  Al-Anbiya : 87) 

            ☆☆☆☆●●●☆☆☆☆

《 Disadur dengan berbagai perubahan dari artikel :  الزلزال عبر وعضة لفضيلة الشيخ محمد بن عبدالله الحبدان  

Diterjemahkan oleh ustadz Ammi Nur Baits 》

MASJIDIL  AQSHA  MERUPAKAN  ISU  SENTRAL  UMAT  ISLAM 

(Khutbah Jumat, Masjid Nabawi, 27 Rabiul Awal 1439 H)

Oleh  : As Syaikh Dr.Husen Alu As-Syaikh  hafidzahullah Ta'ala. 

Khutbah Pertama :

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du : 

Dalam lubuk hati setiap muslim, tetap menyala-nyala isu terbesar, yaitu persoalan Masjidil Aqsha yang merupakan kiblat pertama dan masjid suci ketiga serta tempat tujuan perjalanan isra’ pemimpin utama umat manusia dan jin. 

Itulah isu terpenting yang selalu hadir, tidak pernah menghilang dari benak setiap individu dan komunitas muslim, betapapun besarnya tantangan, dan betapapun terpuruknya kondisi kaum muslimin.

Yerusalem dengan tanahnya yang di atasnya berdiri Masjidil Aqsha adalah persoalan akidah bagi kaum muslimin dan ikatan sejarah yang mendalam dan tidak terlupakan. Bagaimanapun keadaannya tidak akan terhapus dari memori pemikiran Islam, mengingat kedudukannya sebagai simbul jati diri umat Islam yang merupakan salah satu prinsip dasar dan tempat suci umat Islam.

Bagaimana tidak demikian, sedangkan kitab suci Al-Qur'an selalu mengingatkan kita pagi dan petang :

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ ﴿١﴾

"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
(Q.S. Al Isra ' :1)

Masjidil Aqsha adalah salah satu dari tiga masjid yang hanya kepadanya dibolehkan perjalanan jarak jauh dilakukan dalam rangka beribadah kepada Allah dan mengharapkan tambahan anugerahNya sebagaimana yang dijelaskan dalam beberapa hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam :

" Tanah Yerusalem identik dengan tanah Mahsyar tempat berhimpunnya seluruh manusia ".

Maimunah –budak perempuan Nabi bercerita : Aku berkata, Ya Rasulallah, jelaskanlah kepadaku tentang Baitul Maqdis ! Beliau lalu menjelaskan : "Itulah tanah mahsyar tempat berhimpunnya umat manusia". ( HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih )

Baitul Maqdis mempunyai kedudukan sangat agung dan keistimewaan tinggi dalam Islam.

Abu Dzar radhiyallahu anhu berkata : Kami bertukar pikiran ketika kami sedang berada di dekat Rasulullah  shallallahu alaihi wasallam : Manakah yang lebih utama; Masjid Rasulullah  shallallahu alaihi wa sallam ataukah Masjid Baitul-Maqdis ? Beliau menjawab : " Sekali shalat di masjidku ini lebih baik dari pada empat kali shalat di dalamnya (Masjid Baitul-Maqdis), sungguh dia adalah sebaik-baik tempat shalat ". ( HR. Al-Hakim, yang dinilainya shahih dan disetujui Adzahabi )

    Diantara keutamaan Masjidil Aqsha dalam Islam ialah bahwa ia merupakan tempat tujuan isra' Rasulullah  shallallahu alaihi wa sallam dan dari padanya beliau naik ke langit.

   Sahabat Anas radhiyallahu anhu menceritakan bahwa Nabi  shallallahu alaihi wasallam  bersabda :

"Seekor buraq didatangkan kepadaku, yaitu hewan tunggangan warna putih tinggi, lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bagal. Ia menjangkaukan telapak kakinya sebatas maksimal pandangan matanya". Kata beliau : "Lalu aku menunggangnya hingga sampai ke Baitul Maqdis". Kata beliau : "Lalu aku mengikatnya pada lingkaran tempat para nabi mengikatkan tunggangan mereka". Kata beliau: "Lalu aku memasuki masjid untuk shalat dua rak'at, kemudian aku keluar. Maka datanglah Jibril alaihissalam dengan sebuah bejana berisi khamar dan bejana lainnya berisi susu, maka aku memilih susu. Jibril lalu berkata : "Engkau telah memilih fitrah. Setelah itu ia naik bersamaku ke langit ". ( HR. Muslim )

    Di antara keutamaan kota Yerusalem dan Masjidil Aqsha ialah seperti yang dijelaskan dalam hadis Abdullah bin Amar bin al-Ash radhiyallahu anhum, bahwa  Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: 

"Ketika selesai membangun Baitul Maqdis, Sulaiman bin Dawud memohon kepada Allah tiga hal: Keputusan hukum yang sesuai dengan hukum Allah Ta'ala, kerajaan yang tidak akan dimiliki oleh seorang pun sesudahnya, dan agar tidak seorang pun datang ke masjid ini untuk shalat kecuali bersih dari dosa seperti ketika lahir dari perut ibunya". Nabi lalu bersabda : Dua permohonan (Sulaiman alaihissalam) yang pertama sudah terkabulkan, sedangkan permohonan yang ketiga aku berharap terkabulkan pula". ( HR. An Nasa'i dan Ibnu Majah ) 

Saudara-saudara se Islam ! 
    
Nilai-nilai luhur dan istimewa yang melekat pada kota Yerusalem dan Masjidil Aqsha dalam pandangan Islam, telah dijelaskan secara terpisah oleh para ulama sejak beberapa abad yang lalu dalam karya tulis mereka secara susul menyusul. Sejumlah ulama Islam menulis secara terpisah tentang keutamaannya : antara lain, Bahauddin Ibnu Asakir dalam karyanya : "al-Jami' al-Mustaqsha fi fadhailil masjidil aqsha", Aminuddin Ibnu Hibatullah as-Syafi'i dalam karyanya : "Kitabul Unsi fi fadhailil-qudsi", Burhanuddin al-Fazari dalam karyanya :"Ba'itsun nufus ila ziyaratil-qudsi almahrus", Syihabuddin Ahmad bin Muhammad al-Maqdisi dalam karyanya : "Mutsirul-Gharam ila ziyaratil-qudsi wa as-Syam", al-Husen al-Husaeni dalam karyanya, : "al-Raudh al-Mughras fi Fadhailil Baitil-Muqaddas", Ibnul-Jauzi dalam karyanya, : "Fadhailul-Quds" dan As-Suyuthi dalam karyanya, : "Ittihaful Akhsha bi Fadhailil-Masjidil Aqsha".

Dari sinilah seluruh kaum muslimin bersepakat tidak akan mengakui langkah apapun yang dapat mengganggu isu kota Yerusalem dan Masjidil Aqsha, mengingat statusnya sebagai tempat suci yang tidak boleh digannggu dalam kondisi apapun.

Tindakan seperti yang terjadi itu hanyalah membuat umat Islam semakin teguh pendirian dan bersikukuh dalam menuntut hak-hak mereka yang sah sesuai prinsip-prinsip dasar yang ada untuk menegakkan kebenaran, mencegah kesemena-menaan dan membela mereka yang teraniaya sebagaimana yang diamanatkan dalam ketentuan hukum syariat dan undang-undang hukum internasional.

Dunia sekarang menganggap langkah-langkah yang diambil saat ini sebagai suatu pelanggaran terhadap resolusi yang telah menjadi konsensus masyarakat internasional yang menyatakan bahwa Yerusalem adalah ibu kota Islam dan salah satu kota suci umat Islam.

Pembelaan persoalan umat tidak cukup dengan orasi pidato berapi-api dengan kata-kata yang memikat hati. Tidak efektif wahai saudara-saudara seagama suatu kutukan dan kemarahan. Tidak pula teriakan kecaman dan pengerahan unjuk rasa. Sudah cukup sering hal itu dilakukan oleh kaum muslimin. Acap kali mereka berdemonstrasi secara susul menyusul. Namun demikian hal itu hanya sebatas reaksi yang tidak mampu merubah tindakan kesemena-menaan atau menghilangkan bahaya. Tidak pula mampu mencegah senjata agresor atau ambisi jahat penjajah. Tetapi harus dengan kembali total kepada Allah Ta'ala dengan doa yang tulus sepenuh hati kepada Tuhan yang Maha perkasa.

Umat Islam hanyalah bisa menang berkat pertolongan Allah Ta'ala yang  lahir dan batin, hanyalah karena perkenan Nya dan bantuan Nya. Maka ketika umat ini berpegang teguh pada agama Allah Ta'ala, menjunjung tinggi perintah Nya dan ketentuan hukum Nya, bergerak karena dorongan agama yang menjadi pijakan persoalan Masjidil Aqsha, ketika itulah baru terwujud penyelesaian yang sukses dan solusi yang efektif. 

Allah Ta'ala berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَنصُرُوا۟ ٱللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ ﴿٧﴾

"Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (Q.S. Muhammad :7)

Kaum muslimin !
    

Ketika hati umat ini terkendalikan oleh Al-Qur'an dan Sunnah, didukung dengan bukti-bukti nyata di lapangan dalam berbagai aspek kehidupan, maka ketika itulah kaum muslimin tidak terjatuh dalam keterpurukan dan tidak akan tertimpa kenistaan dan kehinaan. 

Allah Ta'ala berfirman : 

وَلَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ﴿١٣٩﴾

"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (Q.S. Ali-Imran :139)

    Sudah satnya bagi kaum muslimin terutama saudara-saudara kita di Palestina yang sedang bergolak menghadapi tantangan yang mengancam keamanan warga mereka agar menjalin persaudaraan yang dilandasi ketulusan dan ketakwaan. Hendaklah mereka berdamai atas dasar agama dan visi akhirat. Hendaklah mereka meninggalkan perbedaan dan perpecahan. Hendaklah mereka keluar dari permusuhan untuk beralih ke medan persaudaraan dan persatuan, dari api perseteruan menuju cahaya ketulusan, dari sikap pertentangan dan percekcokan menuju sikap toleransi dan kerukunan.

Hendaklah mereka mengesampingkan kepartaian dan fanatisme golongan untuk segera masuk dalam semangat persaudaraan islam dan kasih sayang keimanan. 

Allah Ta'ala berfirman : 

وَأَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنَٰزَعُوا۟ فَتَفْشَلُوا۟ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَٱصْبِرُوٓا۟ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ ﴿٤٦﴾

"Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
(Q.S. Al Anfâl :46)

    Ketika kaum muslimin dalam realita kehidupan telah mempraktekkan misi Islam secara penuh tanpa pengurangan, lalu mereka menerapkan hukum Islam secara menyeluruh dan mengamalkannya lahir batin sehingga mereka hidup dalam Islam dan untuk Islam, maka upaya mereka tidak akan mengalami kegagalan, segenting apapun persoalan yang mereka hadapi, tidak akan gelap jalan dan akses yang mereka lalui ke depan, sebesar apapun bencana yang menimpa mereka, selagi mereka berada pada jalur Islam dan menerapkan ketentuan hukumnya serta mengikuti dan berpegang teguh pada sunah Nabi  Shallallahu Alaihi wa Sallam .

Allah Ta'ala berfirman : 

۞ إِنَّ ٱللَّهَ يُدَٰفِعُ عَنِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ خَوَّانٍ كَفُورٍ ﴿٣٨﴾

"Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat." (Q.S. Al-Hajj :38)

    Jika tidak demikian, maka selagi umat ini terhempas oleh kobaran api syahwat dan kemewahan hidup yang melalaikan serta terombang-ambing ombak kesenangan nafsu yang menyimpang dan kerancuan arah yang tendensius, maka akan datang bertubi-tubi bencana , gelombang dahsyat dan keterpurukan serta petaka dengan segala ragamnya yang senantiasa  datang menerpa mereka.

Allah Ta'ala berfirman : 

وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍ ﴿٣٠﴾

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)."
(Q.S. Asy-syura :30)

Allah Ta'ala berfirman tentang kekalahan dalam perang Uhud :

أَوَلَمَّآ أَصَٰبَتْكُم مُّصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُم مِّثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّىٰ هَٰذَا ۖ قُلْ هُوَ مِنْ عِندِ أَنفُسِكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ ﴿١٦٥﴾

"Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Q.S. Ali-Imran :165)

Kaum muslimin sekalian:
 

Umat Islam harus meyakini seyakin-yakinnya bahwa tidak ada yang dapat mengentaskannya dari keadaan krisis yang mencekiknya, tidak ada yang mampu menyelamatkannya dari kondisi terpuruknya kecuali kehidupan Islam yang benar-benar dilandasi akidah - tauhid yang murni dan pengamalan terhadap petunjuk Al-Qur’an Al-Karim dan As-Sunnah An-Nabawiyah secara benar sesuai pemahaman ulama salaf.

    Itulah pondasi yang kokoh dan dasar yang teguh untuk mencapai kejayaan, kedaulatan, kemenangan dan superioritas. 

Allah Ta'ala berfirman : 

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ ﴿٨٢﴾

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Q.S. Al An ' am :82)

Itulah janji yang pasti dan pemberitaan yang benar.

Allah Ta'ala berfirman : 

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ رُسُلًا إِلَىٰ قَوْمِهِمْ فَجَآءُوهُم بِٱلْبَيِّنَٰتِ فَٱنتَقَمْنَا مِنَ ٱلَّذِينَ أَجْرَمُوا۟ ۖ وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ ٱلْمُؤْمِنِينَ ﴿٤٧﴾

"Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus sebelum kamu beberapa orang rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa. Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman."
(Q.S. Ar-Ruum :47)

Allah Ta'ala berfirman : 

يَقُولُونَ لَئِن رَّجَعْنَآ إِلَى ٱلْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ ٱلْأَعَزُّ مِنْهَا ٱلْأَذَلَّ ۚ وَلِلَّهِ ٱلْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَٰكِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٨﴾

"Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya". Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui."
(Q.S. Al - Munafiqun :8)

Allah Ta'ala berfirman : 

قَدْ أَفْلَحَ ٱلْمُؤْمِنُونَ ﴿١﴾

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman ". (Q.S. Al-Mu’minun :1)

Kaum muslimin sekalian:

Adalah suatu kewajiban bagi seluruh kaum muslimin sesuai tanggung jawab mereka untuk membela isu sentral ini, yaitu persoalan Masjidil Aqsha, Yerusalem dan negara Palestina, bertolak dari Islam murni, dengan kesatuan yang efektif, pergerakan yang profesional agar membuahkan hasil yang positif dan mencapai sasaran yang didambakan.

Allah Ta'ala berfirman : 

وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿١٠٥﴾

"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."
(Q.S. At-Taubah :105)

    Maka perlu ada ketajaman mata hati dan kearifan prima sehingga umat ini mampu menghadapi tantangan dengan segala ragamnya dalam koridor saling bahu membahu, kerja sama dan tolong menolong; bukan saling bertengkar dan saling menyalahkan yang justru membuat diri mereka terperangkap. Dengan cara demikian, umat ini mampu menangkal arogansi kaum perampas hak dan mampu meraih kemenangan secara meyakinkan.

Perlu melihat persoalan umat ini secara cermat untuk melepaskan mereka dari lingkaran emosional menuju arena pemikiran yang mantap dan tindakan nyata yang berimbang dalam suatu sistem penyatuan berbagai upaya yang tulus dengan koordinasi yang akurat terhadap berbagai prinsip yang mendasar, bertitik tolak dari rambu-rambu agama Islam yang bijak dan karakteristik hukum syariat yang diamanatkan oleh pemimpin para nabi dan rasul untuk mengantar dunia seluruhnya ke pantai kearifan, keamanan, kebahagiaan, kerukunan dan kedamaian.

Perlu penyederhanaan upaya yang dapat dilakukan umat ini untuk menghadapi tantangan, yaitu dengan bahasa komunikasi yang membungkam lawan, dan dialog yang mampu mengekangnya, jauh dari bahasa pertentangan, jauh dari simbul-simbul kebangsaan, fanatisme golongan, dan agenda-agenda regional. Semua itu hanya membuat umat ini memetik keburukan dan penderitaan belaka.

Allah Ta'ala berfirman : 

فَتَقَطَّعُوٓا۟ أَمْرَهُم بَيْنَهُمْ زُبُرًا ۖ كُلُّ حِزْبٍۭ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ ﴿٥٣﴾

"Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)." (Q.S. Al-Mu’minun :53)

Kita harus merespon seruan Allah Ta'ala :

إِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَأَنَا۠ رَبُّكُمْ فَٱعْبُدُونِ ﴿٩٢﴾

"Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku." (Q.S. Al-Anbiya :92)

Khutbah Kedua :

    Negeri dua tanah suci; pemerintah dan rakyatnya, setiap waktu dan kesempatan mempunyai sikap yang terhormat dan tindakan yang cemerlang terhadap setiap isu keislaman dan Arab, lebih-lebih isu Palestina.
    
Sikap pemerintah negeri ini terhadap persoalan Palestina tetap tegas, tidak tergoyahkan. Sikap itu telah digariskan dalam dasar-dasar dan skala prioritas menyangkut upaya-upaya dalam menangani berbagai kemungkinan yang akan terjadi, terutama terkait persoalan ekonomi dan politik.

Dalam era pemerintahan Pelayan dua kota suci Raja Salman, dunia telah menyaksikan adanya perhatian khusus dari beliau terhadap perjalanan negeri ini sebagai persoalan Islam sebelum persoalan bangsa Arab.

Negeri ini melihat adanya tanggung jawab yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan. Karena itu logis mendapat kehormatan mengembannya dengan pertimbangan misi keislamannya dan kedudukannya yang mendunia.

Oleh sebab itu, tidak ada tempat untuk pelelangan paksa bagi pihak yang menafikan jasa-jasa baik negeri ini, dan bagi setiap orang yang mengingkari,  orang yang membuat keraguan dari kalangan bangsa sendiri terhadap upaya-upaya negeri ini.

Hendaklah mereka takut kepada Allah Ta'ala dan menyadari bahwa penggalangan kekuatan gila-gilaan yang merongrong negeri dua kota suci ini sesungguhnya adalah merongrong ibu kota Islam sebagai pembawa bendera pertahanan Islam.

Handaklah mereka tahu bahwa dengan penggalangan kekuatan itu, mereka menipu diri dan memperdayakan bangsa mereka sendiri.

Allah Ta'ala berfirman : 

يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ ﴿٩﴾

"Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar ". (Q.S. Al-Baqorah :9)

    Hendaklah mereka sadar bahwa perjalanan pembangunan negeri ini bertumpu pada Islam; tidak merasa congkak oleh pujian pihak yang memuji atau kecil hati oleh pengingkaran dan reduksi pihak yang mendengki dan mencari kesempatan. 

Sesungguhnya Allah Ta'ala Maha mengetahui maksud yang terpendam.

 Doa Penutup