Jumat, 20 Januari 2017

MEMBERSIHKAN  JIWA  DAN  MENDIDIK  PERILAKU 

(Khutbah Jum’at : Makkah, 15 Rabiuts-Tsani 1438 H / 13 Januari 2017 M)

Oleh :As-Saikh DR. Shalih bin Muhammad  Alu Tha'lib hafidhohullahu Ta'ala. 

(Grup sebelah)

Khutbah Pertama : 

الْحَمْدُ ِللهِ جَعَلَ الْفَضِيْلَةَ لِبَاسًا لِلْمُتَّقِيْنَ وَحِلْيَةً، وَحَثَّ عَلَى حَرَاسَةِ الأَخْلاَقِ فِي مُحْكَمِ تَنْزِيْلِهِ وَصَادِقِ وَحْيِهِ، وَوَعَدَ أَهْلَ الْعَفَافِ كِفَايَةً وَغُنْيَةً، وَفَطَرَ النَّاسَ عَلَى الْحَيَاءِ فَصَارَ نَقَاءُ الْمُجْتَمَعَاتِ لِكِرَامِ النَّاسِ بُغْيَةً، وَتَجَافِيْهَا عَنْ مُبَاءَاتِ الرَّذَائِلِ مَطْلَبٌ شَرِيْفٌ وَحِمْيَةٌ، أَحْمَدُ اللهَ تَعَالَى رَبِّي وَأَشْكُرُهُ، وَأُثْنِي عَلَيْهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمُتَفَرِّدُ فِي ذَاتِهِ وَفِي خَلْقِهِ وَأَمْرِهِ وَنَهْيِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ وَأَمِيْنُهُ عَلَى وَحْيِهِ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ الْمُبَرَّأَيْنِ مِنْ كُلِّ فِرْيَةٍ، وَعَلَى أَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ : 

فَإِنَّ تَقْوَى اللهِ تَعَالَى هِيَ الْوَصِيَّةُ، وَهِيَ الزَّادُ الْمُدَّخَرُ لِذَوِي النُّفُوْسِ الزَّكِيَّةِ، ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوَلاَ سَدِيدًا (70) يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (71)﴾ 

 مَنِ اتَّقَى اللهَ فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى هُوَ مَوْلاَهُ وَهُوَ كَافِيْهِ، وَمَنِ اتَّقَى النَّاسَ فَلَنْ يُغْنُوْا عَنْهُ مِنَ اللهِ شَيْئًا.

Segala puji hanya bagi Allah yang menjadikan keutamaan sebagai pakaian dan perhiasan bagi orang-orang bertakwa, mengajak untuk menjaga akhlak dalam wahyu-Nya yang tegas dan firman-Nya yang benar, menjanjikan orang-orang yang menjaga kehormatan diri sebagai kecukupan dan kekayaan, menciptakan manusia dengan sifat malu hingga kebersihan masyarakat sebagai tujuan yang dicari manusia yang mulia, serta menjauhkannya dari sumber-sumber kehinaan sebagai cita-cita mulia dan perlindungan. Aku memuji Allah Yang Maha Tinggi, bersyukur, memuja, dan memohon ampun kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata tiada sekutu bagi-Nya yang Tunggal dalam dzat-Nya, penciptaan-Nya, perintah-Nya, dan larangan-Nya. Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya dan orang kepercayaan-Nya untuk menyampaikan wahyu-Nya. Semoga Allah melimpahkan shalawat, salam, dan keberkahan kepada beliau, keluarga beliau yang terbebas dari segala bentuk kebohongan, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan. 

Amma ba’d :

Sungguh, bertakwal kepada Allah Ta'ala  Yang Maha Tinggi adalah wasiat dan bekal simpanan bagi pemilik jiwa yang bersih. 

“Hai orang-orang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu; Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Q.S. Al Ahzâb : 70-71)

" Barangsiapa bertakwa kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Yang  Maha Tinggi adalah Pelindungnya dan Pemberi kecukupan kepadanya ".  "Barangsiapa takut kepada manusia, maka tak akan memperoleh kecukupan dari Allah Ta'ala  sedikit pun ".

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Takziyah nufus  merupakan esensi hidup, manifestasi prilaku, dan bagian dari akidah masyarakat. Kemuliaan, akhlak, dan prinsip merupakan nilai-nilai mutlak dalam agama Islam yang digali dari syariat. Ia merupakan akidah dan ibadah. Mengkonsulidasikan dan menjaga nilai-nilai tersebut merupakan tanggung jawab yang dibebankan kepada para pendidik dan pelaku perubahan.  

Banyak dalil yang mengupas tentang prilaku, akhlak, dan nilai secara umum, serta kemuliaan secara khusus. Bahkan Allah Subhânahû wa Ta’âla menjadikannya sebagai salah satu kunci keberhasilan dan pelakunya sebagai pewaris surga Firdaus yang paling tinggi di surga. 

Berbicara tentang membersihkan jiwa, merubah karakter, dan membangun kehormatan diri tidak hanya sebatas simbol perasaan atau pelengkap budi pekerti, tetapi ia merupakan unsur perekat dan pondasi eksistensi masyarakat, serta tujuan utama yang ingin dicapai syariat Islam. Bahkan Allah Subhânahû wa Ta’âla menyebutkan keamanan dan kehormatan diri secara bersamaan dalam satu ayat surah Al Furqân.  

Akhlak Islam bukanlah produk pendapat manusia atau produk hukum positif, tetapi akhlak Islam merupakan produk Tuhan yang tujuannya adalah beribadah mencari keridhaan-Nya. Dengan akhlak tersebut, seorang muslim mampu mengendalikan hatinya lalu keimanannya memotivasi dirinya untuk berakhlak Islami. Selain itu, akhlak Islam merupakan ajaran sempurna yang tidak dicemari hawa nafsu serta menjadi contoh bagi yang lain.  

Allah Subhânahû wa Ta’âla berfirman : 

﴿لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ﴾ 

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (Q.S. Al Ahzâb : 21) 

﴿أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ﴾  

“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.” (Q.S. Al An’âm : 90) 

Berkat karunia Allah Subhânahû wa Ta’âla, umat Islam tetap berpegang teguh pada agamanya, komit menjalankan syariat sepanjang abad dan waktu, mewarisi nilai dan ajaran Islam, mendidik generasi mudanya, serta membentuk umat yang istimewa. 

Kondisi lemah dan tidak sempurna merupakan Sunnatullah yang berlaku pada makhluk-Nya, hanya saja eskalasi perubahan dan tingkat kepekaan yang mencuat akhir-akhir ini semakin meningkat. 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Perubahan adalah karakter manusia, manifestasi hidup, dan konsep netral yang menggambarkan peralihan sebuah kondisi. Karena itu, sebuah perubahan bisa dinilai positif dan negatif setelah melihat obyek dan tujuan yang ingin dicapai. Perubahan dari keliru menjadi benar, rusak menjadi baik, buruk menjadi tidak buruk, lemah menjadi kuat, gagal menjadi sukses adalah perubahan yang diinginkan dan positif. Namun ketika kebenaran berubah menjadi kebatilan, yang makruf menjadi kemunkaran, kemuliaan menjadi kehinaan maka itu adalah fitnah dan bencana. 

Dalam Al Qur`an, Allah Subhânahû wa Ta’âla mengisahkan kondisi umat terdahulu sebagai pelajaran bagi kita.  Allah Ta'ala berfirman : 

﴿سَلْ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَمْ آتَيْنَاهُمْ مِنْ آيَةٍ بَيِّنَةٍ وَمَنْ يُبَدِّلْ نِعْمَةَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُ فَإِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ﴾  

“Tanyakanlah kepada Bani Israil, ‘Berapa banyak tanda-tanda (kebenaran) nyata, yang telah Kami berikan kepada mereka’. Dan, barangsiapa yang menukar nikmat Allah setelah datang nikmat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya.” (Q.S. Al Baqarah : 211) 

Dalam ayat ini, Allah Subhânahû wa Ta’âla menjelaskan tahapan perubahan berdasarkan nikmat Allah dan ciri-cirinya dalam akhlak serta prilaku sejumlah orang, agar umat Islam tidak tergelincir seperti halnya mereka. Karena penyimpangan yang ada pada semua umat tidak terjadi tanpa sebab, bahkan terjadi berdasarkan hukum dan Sunnatullah yang berlaku pada generasi pertama dan terakhir. 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Kehidupan orang beriman yang berpegang teguh dengan agamanya serta membangun hidupnya di atas Ubudiyyah kepada Allah Subhânahû wa Ta’âla lewat kesucian, kehormatan diri, dan kemuliaan tidak bisa dilepaskan dari ancaman bahaya, pengaruh luar, dan badai fitnah dari berbagai penjuru. Ancaman yang dihadapi semakin berbahaya ketika perkembangan media informasi mengalami kemajuan pesat, dimana stasiun penyiaran dan media sosial tidak bisa dikontrol serta lebih didominasi oleh pelaku kejahatan dan pengrusakan. 

Allah Subhânahû wa Ta’âla berfirman :  

﴿وَاللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَنْ تَمِيلُوا مَيْلًا عَظِيمًا﴾ 

“Dan Allah hendak menerima tobatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (Q.S. An-Nisâ` : 27) 

Kecenderungan yang disebutkan Allah Subhânahû wa Ta’âla ini tergambar dalam gelombang kejahatan terorganisir yang mendominasi umat lewat lembaga dan kelompok. Sementara gejala sosial yang sedang hangat berpotensi menimbulkan kerusakan akhlak dan mempropagandakan kerusakan tersebut lewat berbagai media, demi mencapai tujuan yang akhirnya berujung pada pembatasan ruang gerak agama dalam kehidupan manusia. 

Perlu diketahui bahwa dakwah kepada Allah Subhânahû wa Ta’âla tidak akan bangkit di dalam masyarakat yang meremehkan nilai dan larut dalam hawa nafsu. Karena itu, umat manapun yang dijauhkan dari akidah dan akhlaknya maka agamanya pasti terpuruk dan pada akhirnya hilang. Akibatnya, yang tertinggal hanyalah nama dan tulisan. 

Menggiring masyarakat larut dalam berbagai kerusakan akhlak dan moral merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh kekuatan yang memusuhi kemajuan Islam dan yang bersembunyi di balik layar. Mereka melabelkan masyarakat Islam dengan terorisme dan radikalisme, memperburuk citra Islam lewat berbagai macam fitnah dengan dalih memerangi terorisme serta mencap kefasikan secara paksa dengan nama pembaharuan dan keterbukaan. Tujuan utamanya adalah menghilangkan identitas masyarakat Islam dan merubahnya dengan identitas yang lain serta menjauhkan kaum muslimin dari akidah salaf. 

Kondisi ini harusnya dicermati dengan baik oleh seluruh lapisan masyarakat Islam, agar lebih memantapkan akidah dan nilai-nilai kemuliaan mereka. Sebab masa depan kita sangat bergantung pada loyalitas kita kepada Islam. 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Dalam beberapa tahun terakhir ini, para penulis muslim yang ikut menyaksikan pendudukan penjajah terhadap negeri-negeri mereka, lebih sering melihat para penjajah ingin merusak akhlak secara bertahap. Bahkan salah seorang dari mereka mencatat bahwa ada perubahan besar di negerinya selama dua atau tiga tahun belakangan ini. Sebab rongrongan terhadap tatanan akhlak dan merebaknya pornografi berpotensi menimbulkan kehancuran yang begitu cepat dan konsekuensi yang ditanggung pun sangat berat. Kemudian orang-orang yang memandang enteng akidah dan nilai-nilainya serta mesra dengan non muslim tidak memperoleh keuntungan apa pun, akhlaknya hancur, dan tidak memiliki peradaban.  

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Membangun kepribadian muslim dalam masyarakat dan membentenginya dari upaya penghancuran serta pengrusakan menuntut adanya upaya serius dalam dakwah; ajakan dan penerapan akhlak dalam kehidupan sehari-hari; rasa takut kepada Allah, Hari Akhir, Hisab dan siksaan; serta penyatuan kembali umat Islam dengan Al Qur`an, baik ibrah, nasihat, hikmah maupun hukumnya. 

Nash Al Qur`an dan As-Sunnah yang berbicara tentang prinsip kemuliaan memiliki makna yang bersifat komperhensif dan defenitif, yaitu bahwa tujuan Allah Subhânahû wa Ta’âla dalam hal itu adalah melindungi dan menjaga serta mencegah keburukan.  

Perubahan kultur dan sosial apa pun harus bersumber dari internal masyarakat muslim dan berpegang teguh pada ajaran dasar agama serta identitas diri. Sebuah masyarakat akan maju apabila mampu memiliki kemampuan yang dibutuhkan dalam membangun peradaban, budaya, dan sumber daya manusia. Bedanya, masyarakat muslim yang dituntun cahaya Allah Ta'ala selalu mengikuti tuntunan wahyu rabbani dalam semua aspek kemajuannya, sedangkan masyarakat non muslim tidak pernah memedulikan atau pun mengagungkan perintah Allah.   

Inilah yang membedakan semua masyarakat dalam membina hubungan dengan dirinya dan individunya. Masyarakat yang berpaham matearilistik tak mampu mencapai tujuan utama dalam memakmurkan bumi. Mereka memunculkan perubahan sosial ke arah disintegrasi dan keruntuhan moral, serta menimbulkan permasalahan dan krisis serius yang menghancurkan bangunan masyarakat.  

Ketahanan masyarakat muslim sangat tergantung pada kesigapan umat dalam melakukan perbaikan dan perubahan di bawah naungan wahyu serta memegang teguh identitas Islam dalam nilai dan ajarannya. Melawan kejahatan merupakan prioritas utama yang tidak dimaksudkan untuk memenangkan pendapat, tetapi karena takut jangan sampai syarat diturunkannya siksaan Allah semakin lengkap, serta mencegah terjadinya kerusakan dan tindak asusila. 

Diriwayatkan dari Ummul Mukminin Zainab bin Jahsy Radhiyallâhu Anhumâ, bahwa ketika Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam datang menemuinya dalam kondisi ketakutan, beliau berkata: 

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدِ اقْتَرَبَ، فُتِحَ الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوْجَ وَمَأْجُوْجَ مِثْلُ هَذِهِ، -وَحلَّقَ بِإِصْبِعِهِ الإِبْهَامَ وَالَّتِي تَلِيْهَا-، قَالَتْ زَيْنَبُ: فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ! أَنَهْلِكُ وَفِيْنَا الصَّالِحُوْنَ؟ قَالَ: نَعَمْ، إِذَا كَثُرَ الْخَبَثُ.  

“Tidak ada tuhan yantg berhak berhak disembah kecuali Allah. Sungguh celaka bangsa Arab lantaran keburukan yang sudah semakin dekat. Hari ini, tembok penghalang Ya`juj dan Ma`juj telah dibuka sebesar ini.” Beliau kemudian merangkaikan ibu jari dan jari berikutnya (telunjuk). Zainab lanjut berkata: Aku lalu berkata, “Wahai Rasulullah! Apakah kami akan binasa saat orang-orang shalih masih ada di tengah-tengah kami?” Beliau menjawab, “Ya, jika perbuatan keji atau asusila telah merebak.” (HR. Al Bukhari) 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Amar Makruf dan Nahi Munkar merupakan kontrol sosial dan kunci kedamaian umat. Umat ini akan terus baik selama kemunkaran dicegah. Berkenaan dengan hal ini Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :

إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوْا عَلَى يَدَيْهِ، أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمُ اللهُ بِعِقَابِهِ.  

“Sesungguhnya jika orang-orang melihat pelaku kezhaliman lalu mereka tidak menahan kedua tangannya (maksudnya mencegah perbuatannya), maka Allah pasti menjatuhkan hukuman-Nya kepada mereka seluruhnya.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan At-Tirmidzi) 

Maka dari itu, intropeksi diri harus dilakukanguna menangkal badai perubahan negatif yang masif, dan menunaikan tanggung jawab bersama yang mampu mencegah turunnya hukuman Allah Subhânahû wa Ta’âla kepada umat, serta menyadarkan manusia agar waspada terhadap pihak yang berseberangan dengan mereka lewat dengan tutur kata yang baik, sikap yang bijaksana, dan nasihat yang menyejukkan. 

Allah Subhânahû wa Ta’âla berfirman :

﴿فَلَوَلاَ كَانَ مِنَ الْقُرُونِ مِنْ قَبْلِكُمْ أُولُو بَقِيَّةٍ يَنْهَوْنَ عَنْ الْفَسَادِ فِي الْأَرْضِ﴾ 

“Maka mengapa tidak ada dari umat-umat sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang (mengerjakan) kerusakan di muka bumi.” (Q.S. Hûd : 116) 

Dalam ayat ini, Allah Subhânahû wa Ta’âla menggunakan redaksi ﴿أُولُو بَقِيَّةٍ﴾ “orang-orang yang memiliki keutamaan” sebab segala sesuatu pada awalnya kuat namun kemudian melemah. Oleh sebab itu, hamba yang mampu berdiri tegar saat kondisi lemah adalah orang yang memiliki keutamaan dari orang-orang pertama. 

Allah Subhânahû wa Ta’âla berfirman :

﴿ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ (18) إِنَّهُمْ لَنْ يُغْنُوا عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَإِنَّ الظَّالِمِينَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُتَّقِينَ (19) هَذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ (20)﴾  

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak sedikit pun dari siksaan Allah dari kamu, dan sesungguhnya orang-orang zhalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, sedang Allah adalah Pelindung orang-orang yang bertakwa. Al Qur`an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.” (Q.S. Al Jâtsiyah :18-20) 

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ وَالسُّنَّةِ، وَنَفَعَنَا بِمَا فِيْهِمَا مِنَ الآيَاتِ وَالْحِكْمَةِ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ تَعَالَى لِي وَلَكُمْ.   

Semoga Allah memberkahi aku dan Anda dalam Al Qur`an dan As Sunnah. Semoga kita memperoleh manfaat dari lantan ayat dan hikmah dari keduanya. Aku cukupkan khutbahku sampai di sini dan aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Tinggi untuk diriku dan Anda.   

Khutbah Kedua : 

الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمُ، مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الأَمِيْنُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.     

Segala puji hanya bagi Allah Tuhan semesta alam, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Yang Menguasai Hari pembalasan. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah Yang Maha Benar lagi maha Nyata. Aku juga bersaksi bahwa Muhamamd adalah hamba-Nya dan utusan-Nya yang jujur lagi tepercaya. Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat, salam, dan keberkahan kepada beliau, keluarga beliau, dan para sahabat seluruhnya.  

Saudara-saudaraku kaum mukmumin! 
Mengetahui tujuan penciptaan dan hidup manusia di dunia adalah hal terpenting yang harus mengisi benak setiap muslim dan menjadi obyek perenungan. 

Setiap insan memiliki pandangan sesuai pengetahuan, perasaan, dan keyakinannya. Bagi muslim yang ridha Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Nabi serta Rasul, sangat memahami hal ini dengan baik. Sebab dia menemukan  jawabannya dalam Al Qur`an dan As Sunnah. 

Hal yang paling jelas digambarkan dalam Al-Qur'an, paling banyak disebutkan dalam surah dan ayat, serta paling kuat pengaruhnya adalah, informasi tentang kehidupan akhirat yang berujung pada surga sebagai tempat yang penuh kenikmatan dan abadi, atau berakhir di neraka Jahannam sebagai tempat kesengsaraan yang menyakitkan. Inilah hal terpenting yang berhubungan dengan akhir perjalanan hidup manusia setelah kematian. Ayat-ayat yang menjelaskannya secara berulang-ulang dan detail pun harusnya dihadirkan seorang muslim dalam setiap kondisi dan tindak tanduknya. 

Penjelasan detail tentang tujuan penciptaan manusia tertuang dalam perintah dan berita yang disampaikan Allah Subhânahû wa Ta’âla.

Contoh berita adalah firman-Nya :

﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ﴾  

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzâriyât : 56) 

Sedangkan contoh perintah adalah firman Allah Subhânahû wa Ta’âla :

﴿وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ﴾    

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.” (Q.S. Al Bayyinah : 5) 

Jadi, tujuan penciptaan manusia, pengutusan para rasul, dan penurunan wahyu adalah, beribadah kepada Allah Subhânahû wa Ta’âla dengan cara mentauhidkan-Nya, mengagungkan perintah dan larangan-Nya, berjalan sesuai apa yang diridhai-Nya, dan menjauhi semua hal yang mendatangkan murka-Nya. 

Di awal pengutusannya, Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam pernah bersabda : 

إِنَّ الرَّائِدَ لاَ يَكْذِبُ أَهْلَهُ، وَاللهِ، لَوْ كَذَبْتُ النَّاسَ جَمِيْعًا مَا كَذَبْتُكُمْ، وَلَوْ غَرَرْتُ النَّاسَ مَا غَرَرْتُكُمْ، وَاللهِ لَتَمُوْتُنَّ كَمَا تَنَامُوْنَ، وَلَتُبْعَثُنَّ كَمَا تَسْتَيْقِظُوْنَ، وَلَتُحَاسَبُنَّ بِمَا تَعْمَلُوْنَ، وَلَتُجْزَوُنَّ بِالإِحْسَانِ إِحْسَانًا، وَبِالسُّوْءِ سُوْءًا، وَإِنَّهَا لِلْجَنَّةِ أَبَدًا، وَالنَّارِ أَبَدًا. 

“Sesungguhnya seorang pemimpin tidak akan berbohong kepada keluarganya. Demi Allah, andai aku berbohong kepada semua manusia, maka aku tidak akan berbohong kepada kalian. Andai aku menipu orang-orang maka aku pasti tidak akan menipu kalian. Demi Allah, kalian pasti meninggal seperti halnya kalian tidur, dibangkitkan seperti halnya kalian terjaga, dihisab semua yang kalian lakukan, serta dibalas setimpal, kebaikan dibalas kebaikan dan keburukan dibalas keburukan. Sungguh, akhirnya ke surga selama-lamanya atau neraka selama-lamanya.” (HR. Ibnu Hibban) 

Keyakinan kepada Allah yang hakiki akan terlihat saat hamba berada dalam fase lemah atau tak berdaya. Keyakinan bagi hamba yang percaya kepada Allah Subhânahû wa Ta’âla selalu ada dalam kondisi kelam, sulit, dan tertimpa bencana.  

Ya Allah, wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu. 

هَذَا وَصَلُّوْا وَسِلِّمُوْا عَلَى نَبِيِّ الرَّحْمَةِ وَالْهُدَى: مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَسُوْلِ اللهِ إِلَى الْعَالَمِيْنَ.  

Demikianlah, Dan Bacalah shalawat dan salam kepada Nabi rahmat dan Huda, Muhammad bin Abdullah, utusan Allah kepada semesta alam. 

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ، وَصَحَابَتِهِ الْغُرِّ الْمَيَامِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. 

Ya Allah, limpahkanlah shawalat, salam, dan keberkahan kepada hamba dan utusan-Mu Muhammad, keluarga beliau yang bersih lagi suci, para sahabat yang memancarkan kemilau cahaya, dan orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan hingga Hari Kiamat. 

اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَاخْذُلِ الطُّغاةَ وَالْمُلاَحِدَةِ وَالْمُفْسِدِيْنَ، اللَّهُمَّ انْصُرْ دِيْنَكَ وَكِتَابَكَ وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ وِعَبَادَكَ الْمُؤْمِنِيْنَ. 

Ya Allah, muliakanlah Islam dan umat Islam. Ya Allah, muliakanlah Islam dan umat Islam, hinakanlah orang-orang yang melampaui batas, atheis dan pelaku kerusakan. Ya Allah, tolonglah agama-Mu, Kitab-Mu, Sunnah Nabi-Mu, dan hamba-hamba-Mu yang beriman. 

اللَّهُمَّ أَبْرِمْ لِهَذِهِ اْلأُمَّةِ أَمْرَ رُشْدٍ يُعَزُّ فِيْهِ أَهْلُ طَاعَتِكَ، وَيُهْدَى فِيْهِ أَهْلُ مَعْصِيَتِكَ، وَيُؤْمَرُ فِيْهِ بِالْمَعْرُوْفِ، وَيُنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

Ya Allah, kuatkanlah kesadaran umat ini yang memuliakan ahli ketaatan, memberi hidayah kepada ahli maksiat, memerintahkan kebaikan, dan mencegah kemungkaran, wahai Tuhan semesta alam.

اللَّهُمَّ مَنْ أَرَادَ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ بِسُوْءٍ فَأَشْغِلْهُ بِنَفْسِهِ، وَرُدَّ كَيْدَهُ فِي نَحْرِهِ، وَاجْعَلْ دَائِرَةَ السَّوْءِ عَلَيْهِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.

Ya Allah, sibukkanlah orang yang menghendaki keburukan kepada Islam dan umat Islam dengan dirinya sendiri, balaslah tipu dayanya berbalik menyerang dirinya, dan jadikanlah lingkup keburukan di sekitarnya, wahai Tuhan semesta alam. 

اللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ فِي فَلِسْطِيْنَ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، اللَّهُمَّ فُكَّ حِصَارَهُمْ، وَأَصْلِحْ أَحْوَالَهُمْ، وَاكْبِتْ عَدُوَّهُمْ. 

Ya Allah, bantulah para pejuang di jalan-Mu, di Palestina, dan di seluruh tempat, wahai Tuhan semesta alam. Ya Allah, bebaskanlah orang yang terkepung dari mereka, perbaikilah kondisi mereka, dan kalahkanlah musuh mereka. 

اللَّهُمَّ حَرِّرِ الْمَسْجِدَ اْلأَقْصَى مِنْ ظُلْمِ الظَّالِمِيْنَ، وَعُدْوَانِ الْمُحْتَلِّيْنَ.

Ya Allah, bebaskanlah Masjidil Aqsha dari kezhaliman orang-orang yang zhalim dan permusuhan orang-orang yang menjajah.

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ بِاسْمِكَ الأَعْظَمِ الَّذِي إِذَا دُعِيْتَ بِهِ أَجَبْتَ، وَإِذَا سُئِلْتَ بِهِ أَعْطَيْتَ أَنْ تَلْطُفَ بِإِخْوَانِنَا الْمُسْلِمِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ فِي فَلِسْطِيْنَ، وَفِي سُورِيَا، وَفِي الْعِرَاقِ، وَفِي الْيَمَنِ، وَفِي كُلِّ مَكَانٍ، اللَّهُمَّ الْطُفْ بِهِمْ، وَارْفَعْ عَنْهُمُ الْبَلاَءَ، وَعَجِّلْ لَهُمْ بِالْفَرَجِ، اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَهُمْ، وَاجْمَعْهُمْ عَلَى الْهُدَى، وَاكْفِهِمْ شِرَارَهُمْ.  

Ya Allah, sesungguhnya kami meminta kepada-Mu dengan nama-Mu yang paling agung yang apabila digunakan untuk meminta kepada-Mu maka Engkau pasti mengabulkan, dan jika digunakan untuk diminta maka Engkau pasti memberi, agar Engkau mengasihi saudara-saudara kita umat Islam di semua tempat. Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami di Palestina, Suria, Irak, Yaman, dan di mana pun juga. Ya Allah, sayangilah mereka, angkatlah bencana dari mereka, dan segerakanlah jalan keluar bagi mereka. Ya Allah, perbaikilah kondisi mereka, satukanlah mereka di atas pentujuk, dan lindungilah mereka dari orang-orang yang jahat dari mereka. 

اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالطُّغَاةِ الظَّالِمِيْنَ وَمَنْ عَاوَنَهُمْ، اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالطُّغَاةِ الظَّالِمِيْنَ وَمَنْ عَاوَنَهُمْ، اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَمَقْتَكَ وَغَضَبَكَ إِلَهَ الْحَقِّ. 

Ya Allah, hukumlah orang-orang yang sewenang-wenang lagi zhalim dan siapa pun yang menolong mereka. Ya Allah, hukumlah orang-orang yang sewenang-wenang lagi zhalim dan siapa pun yang menolong mereka. Ya Allah, turunkanlah kehinaan-Mu, hukuman-Mu, dan murka-Mu kepada mereka, wahai Tuhan kebenaran. 

اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَخُذْ بِهِ لِلْبِرِّ وَالتَّقْوَى، اللَّهُمَّ وَفِّقْهُ وَنَائِبَيْهِ وَإِخْوَانَهُمْ وَأَعْوَانَهُمْ لِمَا فِيْهِ صَلاَحِ الْعِبَادِ وَالْبِلاَدِ.  

Ya Allah, berilah taufik kepada pemimpin kami untuk melakukan apa yang Engkau cintai dan ridhai, serta arahkan ia kepada kebaikan dan ketakwaan. Ya Allah, berilah taufik kepadanya, kedua putra mahkota, saudara-sauara mereka dan para pembantu mereka untuk kebaikan bangsa dan negara. 

اللَّهُمَّ احْفَظْ وَسَدِّدْ وَوَفِّقْ جُنُوْدَنا الْمُرَابِطِيْنَ عَلَى ثُغُوْرِنَا وَحُدُوْدِنَا، الْمُجَاهِدِيْنَ لِحِفْظِ أَمْنِ بِلاَدِنَا وَأَهْلِنَا وَدِيَارِنَا الْمُقَدَّسَةِ، اللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ مُعِيْنًا وَنَصِيْرًا وَحَافِظًا. 

Ya Allah, lindungilah, benarkanlah, dan bimbinglah pasukan kami yang berjaga-jaga di setiap celah dan wilayah perbatasan kami, yang berjihad menjaga kemanan negeri, keluarga, dan negeri kami yang suci. Ya Allah, jadilah penolong, penyelamat, dan pelindung bagi mereka. 

اللَّهُمَّ وَفِّقْ وُلاَةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ لِتَحْكِيْمِ شَرْعِكَ، وَاتِّبَاعِ سُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَاجْعَلْهُمْ رَحْمةً عَلَى عِبَادِكَ الْمُؤْمِنِيْنَ.

Ya Allah, bimbinglah para pemimpin umat Islam untuk menerapkan syariat-Mu, mengikuti Sunnah Nabi-Mu Muhammad Shallallâhu Alaihi wa Sallam, dan jadikanlah mereka sebagai rahmat atas hamba-hamba-Mu yang beriman.

اللَّهُمَّ انْشُرِ اْلأَمْنَ وَالرَّخَاءَ فِي بِلاَدِنَا وَبِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ، وَاكْفِنَا شَرَّ اْلأَشْرَارِ، وَكَيْدَ الْفُجَّارِ، وَشَرَّ طَوَارِقِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ.

Ya Allah, tebarkanlah keamanan dan kedamaian di negeri kami serta negeri umat Islam. Cukuplah Engkau bagi kami untuk membendung keburukan orang-orang yang jahat, tipu daya orang-orang yang durhaka, serta keburukan yang datang di malam dan siang hari. 

﴿رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ﴾  

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta peliharalah kami dari siksa neraka.” (Q.S . Al Baqarah : 201)

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا، وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ. 

Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan sikap berlebih-lebihan kami, teguhkanlah kaki kami dan tolonglah kami melawan orang-orang kafir. 

اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذُنُوْبَنَا، وَاسْتُرْ عُيُوْبَنَا، وَيَسِّرْ أُمُوْرَنَا، وَبَلِّغْنَا فِيْمَا يُرْضِيْكَ آمَالَنَا، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالدِيْنَا وَوَالِدِيْهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ، وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، إِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاءِ. 

Ya Allah, ampunilah dosa kami, tutupilah aib kami, mudahkanlah urusan kami, dan sampaikanlah kami meraih cita-cita yang membuat-Mu ridha. Ya Allah, ampunilah dosa kami, kedua orang tua kami, orang tua dari ibu-bapak kami dan keturunan mereka, istri dan keturunan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa. 

نَسْتَغْفِرُ اللهِ، نَسْتَغْفِرُ اللهَ، نَسْتَغْفِرُ اللهَ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّوْمَ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ. 

Kami memohon ampun kepada Allah. Kami memohon ampun kepada Allah. Kami memohon ampun kepada Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia yang Maha Hidup lagi Maha Mengurusi makhluk-Nya terus-menerus, dan kami tertobat kepada-Nya. 

اللَّهُمَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَنْتَ الْغَنِيُّ وَنَحْنُ الْفُقَرَاءُ، أَنْزِلْ عَلَيْنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا غَيْثًا هَنِيْئًا مَرِيْئًا سَحًّا طَبَقًا مُجِلِّلاً، عَامًّا نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ، تُحِيِى بِهِ الْبِلاَدَ، وَتُسْقِي بِهِ الْعِبَادِ، وَتَجْعَلْه بَلاَغًا لِلْحَاضِرِ وَالْبَادِ. 

Ya Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkau Maha Kaya sedang kami fakir. Turunkanlah hujan kepada kami dan janganlah Engkau menjadikan kami orang-orang yang berputus asa. Ya Allah, hujanilah kami. Ya Allah, hujanilah kami. Ya Allah, hujanilah kami dengan hujan yang membawa kenikmatan, turun dengan deras, merata, menyeluruh, bermanfaat, tidak menimbulkan bencana, memberikan kehidupan bagi negara, memberikan kesegaran bagi rakyat, serta dinikmati oleh penduduk kota dan desa.

اللَّهُمَّ سُقْيَا رَحْمَةٍ، اللَّهُمَّ سُقْيَا رَحْمَةٍ، اللَّهُمَّ سُقْيَا رَحْمَةٍ، لاَ سُقْيَا عَذَابٍ، وَلاَ بَلاَءٍ، وَلاَ هَدَمٍ، وَلاَ غَرَقٍ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّارًا، فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَارًا.  

Ya Allah, turunkanlah hujan yang membawa rahmat. Ya Allah, turunkanlah hujan yang membawa rahmat. Ya Allah, turunkanlah hujan yang membawa rahmat, bukan hujan yang membawa siksaan, bala, kerusakan dan banjir. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon ampun kepada-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, maka kirimkanlah awan yang membawa hujan kepada kami. 

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إَنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَتُبْ عَلَيْنَا إَنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

Ya Allah, terimalah doa kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Terima pula pertobatan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْن والْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Maha Suci Tuhanmu, Pemilik kemuliaan dari segala yang manusia sifatkan kepada-Nya. Salam penghormatan kepada para rasul, dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. 


Rabu, 11 Januari 2017

IMAN DAN UJIAN


Oleh : As-Saikh  DR. Abdullah  bin  Abdurrahman  Al-Bu'aijan hafidhohullah Ta'ala. 

Khutbah Jum’at : Madinah, 08 Rabiuts-Tsani 1438 H / 06 Januari 2016 M.
(Grup sebelah)

Khutbah Pertama :

الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَلِيُّ الْمُؤْمِنِيْنَ وَنَصِيْرُ الْمُتَّقِيْنَ، الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ وَهُوَ الْحَكِيْمُ الْخَبِيْرُ، نَحْمَدُهُ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ، وَفِي الشِّدَّةِ وَالرَّخَاءِ، وَفِي الْعَافِيَةِ وَالْبَلاَءِ، لَهُ الْحَمْدُ فِي الأُوْلَى وَالآخِرَةِ، وَلَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ  إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ:

فَاتَّقُوْا اللهَ -عِبَادَ اللهِ- وَأَطِيْعُوْهُ، وَإِيَّاكُمْ وَالْيَأْسَ مِنْ رَوْحِهِ سُبْحَانَهُ، أَوِ الْقُنُوْطَ مِنْ رَحْمَتِهِ؛ فَإِنَّهُ لاَ يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْكَافِرُوْنَ.  

Segala puji hanya bagi Allah Pelindung orang-orang beriman, Penolong orang-orang bertakwa, Penguasa hamba-hamba-Nya, dan Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Aku memuji Allah saat senang dan susah, saat sulit dan lapang, saat selamat dan tertimpa musibah. Semua pujian di dunia dan di akhirat adalah milik-Nya, semua hukum adalah kepunyan-Nya dan hanya kepada-Nya Anda dikembalikan. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata tiada sekutu bagi-Nya. Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya yang diutus membawa petunjuk dan agama yang benar agar menjadi agama yang unggul dari semua agama meskipun orang-orang musyrik tidak suak. Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat kepada beliau, keluarga beliau, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan hingga Hari Kiamat. Tak lupa pula salam penghormatan sebanyak-banyaknya tercurah kepada beliau. Amma ba'du : 

Wahai Para Hamba Allah ! 
Bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepada-Nya. Jauhilah berputus asa dari kebaikan atau rahmat Allah Yang Maha Suci, karena hanya orang-orang kafir sajalah yang berputus asa dari rahmat Allah Ta'ala. 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Ujian dan musibah merupakan Sunnatullah yang berlaku di alam semesta ini, sebagaimana ditegaskan Allah Subhanâhû wa Ta’âla dalam firman-Nya : 

﴿تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ (1) الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَن عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ (2)﴾   

“Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan kematian dan kehidupan, untuk menguji kalian, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S. Al Mulk : 1-2) 

Setiap ujian tak pernah lepas dari konsekunsi hikmah-Nya yang muncul di tengah pergulatan antara kebenaran dan kebatilan, untuk menyeleksi hamba-Nya yang memiliki iman yang benar dan dusta.    

Allah Subhanâhû wa Ta’âla berfirman : 

﴿أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3)﴾ 

“Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sungguh Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sungguh Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Q.S. Al Ankabût : 2-3) 

Ujian merupakan proses seleksi untuk mengetahui sejauh mana ketinggian iman dan keyakinan hamba, serta cara membersihkan orang-orang munafik dari barisan orang-orang beriman.  

Allah Subhanâhû wa Ta’âla berfirman : 

﴿مَّا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى مَا أَنتُمْ عَلَيْهِ حَتَّى يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ﴾ 

“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, hingga Dia memisahkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin).”(Q.S. Âli Imrân : 179) 

Selain itu, ujian merupakan konsep pendidikan yang digunakan Allah Subhanâhû wa Ta’âla untuk menyadarkan hamba yang ditetapkan memperoleh hidayah dari kelalaian, menggugahnya untuk bertobat kepada Tuhannya dan kembali ke agamanya.   

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Di tengah ujian dan musibah yang menimpa, terkadang muncul perasaan pesimis dan putus asa lantaran kondisi sulit yang menghimpit, beban hidup yang begitu berat, dan jalan keluar yang tak kunjung hadir. Berkenaan dengan hal ini Allah Subhanâhû wa Ta’âla dalam firman-Nya :   

﴿أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُم مَّثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلِكُم مَّسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلاَ إِنَّ نَصْرَ اللهِ قَرِيْبٌ﴾ 

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) hingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata,, ‘Kapankah pertolongan Allah datang?’ Ingatlah, bahwa pertolongan Allah itu amat dekat.”(Q.S. Al Baqarah : 214) 

Di tengah kondisi seperti itulah, hamba yang beriman harus kembali kepada Allah Subhanâhû wa Ta’âla dan berpikiran positif terhadap-Nya. Karena Allah-lah yang memberikan jalan keluar dari segala kesulitan dan kelapangan dari semua kegundahan. Dia selalu menuruti prasangka hamba-hamba-Nya yang beriman dan tidak akan mengecewakan harapan mereka.  

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Upaya menghadirkan ketenangan, kegembiraan, dan optimisme dalam jiwa saat gundah gulana adalah metode Al Qur`an dan tuntunan para Nabi. Ketika Nabi Musa dan Harun Alaihimassalâm menghadapi kesewenang-wenangan Firaun, Allah Subhanâhû wa Ta’âla berfirman : 

﴿لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى﴾ 

“Janganlah kamu berdua khawatir, Sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.” (Q.S. Thâhâ : 46) 

Begitu pula yang dilakukan Nabi Yusuf Alaihissalâm kepada saudaranya Bunyamin saat ujian menimpanya,  Allah Ta'ala berfirman :  

﴿إِنِّي أَنَا أَخُوكَ فَلَا تَبْتَئِسْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ﴾ 

“Sesungguhnya aku (ini) adalah saudaramu, maka janganlah kamu berdukacita atas apa yang telah mereka kerjakan.”(Q.S. Yûsuf : 69) 

Ketika Nabi Musa Alaihissalâm ketakutan lantaran dikejar oleh Firaun dan bala tentaranya, Nabi Syu’aib Alaihissalâm berkata :

﴿لَا تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ﴾ 

“Janganlah takut! Kamu telah selamat dari orang-orang yang zhalim itu.” (Q.S. Al Qashash : 25) 

Hal yang sama pun dilakukan Nabi Muhammad Shallallâhu Alaihi wa Sallam kepada sahabatnya Abu Bakar Radhiyallâhu Anhu saat berada di dalam goa Hira :

يَا أَبَا بَكْرٍ! مَا ظَنُّكَ بِاثْنَيْنِ اللهُ ثَالِثُهُمَا؟! لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا. 

“Wahai Abu Bakar! Apa pendapatmu dengan dua orang yang berada di dalam goa dimana Allah adalah yang ketiga dari mereka berdua?! Tidak usah sedih karena sesungguhnya Allah bersama kita.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)  

Dalam perang Badar, jumlah pasukan kaum muslimin hanya 300 orang lebih, sedangkan jumlah pasukan kaum musyrikin tiga kali lipat jumlah tersebut. Akibatnya, kegelisahan pun menyelubungi hati pasukan yang belum siap berperang, tidak memiliki jumlah dan perbekalan yang memadai, serta menghadapi pasukan musuh yang kejam dan jumlahnya lebih banyak, sementara mereka telah membawa semua perbekalan dan persiapan yang dimiliki. 

Di tengah kondisi seperti itu, turun ayat Al Qur`an yang menghadirkan ketenangan jiwa, menghidupkan asa, membangkitkan semangat, dan menggiring pasukan kaum muslimin untuk melawan musuh. Simaklah firman Allah Subhanâhû wa Ta’âla berikut ini :

﴿إِذْ يُرِيكَهُمُ اللَّهُ فِي مَنَامِكَ قَلِيلًا وَلَوْ أَرَاكَهُمْ كَثِيرًا لَّفَشِلْتُمْ وَلَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَلَكِنَّ اللَّهَ سَلَّمَ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (43) وَإِذْ يُرِيكُمُوهُمْ إِذِ الْتَقَيْتُمْ فِي أَعْيُنِكُمْ قَلِيلًا وَيُقَلِّلُكُمْ فِي أَعْيُنِهِمْ لِيَقْضِيَ اللَّهُ أَمْرًا كَانَ مَفْعُولًا وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ (44)﴾ 

“(Yaitu) ketika Allah menampakkan mereka kepadamu di dalam mimpimu (berjumlah) sedikit dan seandainya Allah memperlihatkan mereka kepada kamu (berjumlah) banyak tentu saja kamu menjadi gentar serta kamu akan berbantah-bantahan dalam urusan itu, akan tetapi Allah telah menyelamatkan kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. Dan ketika Allah menampakkan mereka kepada kamu sekalian, ketika kamu berjumpa dengan mereka dalam jumlah sedikit dalam penglihatan matamu sedang kamu ditampakkan-Nya berjumlah sedikit pada penglihatan mata mereka, karena Allah hendak melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan. Dan hanyalah kepada Allah-lah segala urusan dikembalikan.” (Q.S. Al Anfâl : 43-44) 

Ibnu Mas’ud Radhiyallâhu Anhu berkata: “Jumlah pasukan kaum musyrikin saat itu terlihat sedikit di mata kami, hingga aku sempat berucap kepada seorang pria di sampingku, ‘Apakah engkau melihat mereka berjumlah 70?’ Dia menjawab, ‘Tidak! Aku melihat mereka berjumlah 100’. Setelah kami menawan salah seorang pasukan musuh, kami bertanya kepadanya, ‘Berapa jumlah pasukan kalian?’ Dia menjawab, ‘Seribu orang’.” 

Dalam perang yang sama pun Al Qur`an menggunakan cara ini untuk meneguhkan hati pasukan kaum muslimin, agar semangat juang dalam jiwa mereka berkobar serta kemenangan dan kejayaan semakin tampak nyata di mata mereka.   

Allah Subhanâhû wa Ta’âla berfirman :

﴿وَإِذْ يَعِدُكُمُ اللَّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللَّهُ أَن يُحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ (7) لِيُحِقَّ الْحَقَّ وَيُبْطِلَ الْبَاطِلَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ (8)﴾ 

“Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya serta memusnahkan orang-orang kafir, agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya.” (Q.S. Al Anfâl : 7-8) 

Saudara-saudaraku kaum muslimin!
Pola didik yang digunakan Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam pun sesuai dengan metode Al Qur`an. Karena itu, ketika umat Islam tertimpa kegundahan, kesedihan, ketakutan, kegelisahan, dan keputusasaan, Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam berusaha membangkitkan semangat juang, ketenangan jiwa, dan rasa percaya kepada Allah Subhanâhû wa Ta’âla dalam diri mereka. 

Dalam perang Ahzâb misalnya, semua kelompok kaum musyrikin bersatu dalam kekuatan 10 ribu prajurit menyerang Rasulullah Shallallâhu Alaihi wa Sallam di tengah kondisi pasukan kaum muslimin sangat memprihatinkan, diselimuti rasa takut hingga salah seorang dari mereka tak mampu keluar buang hajat, dan kelaparan sampai harus menyanggah perut dengan bebatuan lantaran tidak menemukan makanan dan minuman, serta diselimuti cuaca dingin yang menggigit selama beberapa hari. Tak hanya itu, kondisi ini pun semakin diperparah dengan ketidaksetiaan, pengkhianatan, dan kemunafikan segelintir orang yang memanfaatkan kesempatan untuk mencerai-beraikan kekuatan umat Islam.   

Kondisi umat Islam tersebut digambarkan Allah Subhanâhû wa Ta’âla dalam firman-Nya :

﴿إِذْ جَاءُوكُم مِّن فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا (10) هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالًا شَدِيدًا (11)﴾ 

“(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, serta ketika penglihatan(mu) tidak lagi tetap dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan sedang kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Disitulah orang-orang mukmin diuji dan (hatinya) digoncangkan dengan goncangan yang sangat dahsyat.”(Q.S. Al Ahzâb : 10-11) 

Saat itulah Rasulullah Shallallâhu Alaihi wa Sallam mulai membangkitkan semangat juang, menghidupkan rasa percaya diri dan ketenangan jiwa, mengiming-imingi mereka dengan kemenangan dan kejayaan, menghibur mereka dengan pertolongan dan keberhasilan menaklukan Romawi, Persia, serta Shan’a. 

Diriwayatkan dari Al Bara` bin Azib Radhiyallâhu Anhu, dia berkata:

Ketika Rasulullah Shallallâhu Alaihi wa Sallam memerintahkan kami menggali parit, ada sebongkah batu besar yang tak bisa dipecahkan dengan pacul. Lalu kami menyampaikan hal itu kepada Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam. Kemudian beliau datang dengan membawa pacul lalu membaca: “Bismillâh.” Selanjutnya beliau memukul batu itu hingga sepertiganya terbelah lalu berkata : “Allâhu Akbar. Aku telah diberikan kunci-kunci Syam. Demi Allah! Sungguh aku benar-benar melihat istana-istana merah saat itu.”

Setelah itu beliau memukul batu tersebut untuk kedua kalinya hingga sepertiganya terbelah, lalu beliau bersabda :“Allâh Akbar. Aku telah diberikan kunci-kunci Persia. Demi Allah! Sungguh aku benar-benar melihat istana putih Madain.”Kemudian beliau memukul batu itu untuk ketiga kalinya lalu membaca: “Bismillâh.” Maka sisa batu itu pun terbelah, lalu beliau bersabda :“Allâhu Akbar. Aku telah diberi kunci-kunci Yaman. Demi Allah! Sungguh aku benar-benar melihat pintu-pintu Shan’a dari tempatku ini saat itu. Jibril pun memberitahukan kepadaku bahwa umatku akan menaklukkannya maka bergembiralah!”

Dalam kondisi dikelilingi parit, diselimuti cuaca dingin dan rasa lapar yang menggigit, Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam menyemangati pasukan kaum muslimin dengan kabar gembira penaklukan negeri-negeri tersebut. 

Adapun orang-orang munafik yang kecut, suka menimbulkan keresahan lewat berita bohong, dan merendahkan orang-orang beriman, hanya bisa mengolok-olok kabar tersebut dan berkata, “Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam menjanjikan penaklukan istana Kisra dan Kaisar sementara ada dari kita yang tidak bisa keluar buang hajat. Semua janji yang disampaikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita hanya dusta.”   

Sedangkan orang-orang beriman, mereka merasa tenang dengan kabar gembira tersebut dan berkata :

﴿هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلاَّ إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا﴾ 

“Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita. Dan Allah dan Rasul-Nya sungguh benar. Hal itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali keimanan dan ketundukan.” (Q.S. Al Ahzâb : 22)  

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، قُلْتُ مَا سَمِعْتُمْ، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. 

Semoga Allah memberkahi aku dan Anda dalam Al Qur`an yang agung, serta memberikan manfaat bagi aku dan Anda dengan lantunan ayat dan nasihat yang bijak di dalamnya. Aku telah menyampaikan apa yang Anda dengan. Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung lagi Maha Mulia untuk aku, Anda, dan seluruh umat Islam dari segala dosa, maka mintalah ampun kepada-Nya sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.  


Khutbah Kedua :

الْحَمْدُ ِللهِ وَحْدَهُ، أَنْجَزَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مَنْ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.

Segala puji bagi Allah semata, yang menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya, dan menghalahkan kelompok-kelompok seorang diri. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi yang tak ada lagi nabi selain beliau.  

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Ketahuilah bahwa Allah Subhanâhû wa Ta’âla telah menetapkan kemenangan bagi Islam dan pemeluknya, serta berjanji memberikan pertolongan bagi umat Islam. 

Allah Subhanâhû wa Ta’âla berfirman :

﴿كَتَبَ اللَّهُ لَأَغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ﴾ 

“Allah telah menetapkan, ‘Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang’. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Q.S. Al Mujâdilah : 21) 

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَنصُرُوا اللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ﴾ 

“Hai orang-orang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (Q.S. Muhammad : 7) 

﴿وَلَيَنصُرَنَّ اللَّهُ مَن يَنصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ﴾ 

“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Q.S. Al Hajj : 40) 

Andai umat Islam tidak mau memperjuangkan agamanya, maka Allah Subhanâhû wa Ta’âla sendiri yang akan menolong agama-Nya dan mendatangkan kaum yang lain untuk memperjuangkan agama-Nya. Hal ini sebagaimana ditegaskan Allah Subhanâhû wa Ta’âla dalam firman-Nya:

﴿وَإِن تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لاَ يَكُونُوا أَمْثَالَكُم﴾ 

“Dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu.” (Q.S. Muhammad : 38) 

﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللهِ يُؤْتِيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ﴾ 

“Hai orang-orang beriman, barangsiapa di antara kamu murtad dari agamanya, maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut kepada orang-orang beriman, yang bersikap keras kepada orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al Mâ`idah : 54) 

Apa pun sebab dan kondisinya, umat Islam senantiasa dalam kebaikan, sedangkan akibat yang baik diberikan bagi orang-orang yang bertakwa. 

Diriwayatkan dari Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda :

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَلِكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءَ، صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. 

“Sungguh menakjubkan kondisi orang beriman itu. Sungguh, semua kondisinya baik baginya dan itu tidak terjadi pada seorang pun kecuali pada orang beriman. Jika mendapat kenikmatan, dia bersyukur, lalu itu menjadi baik baginya; dan jika tertimpa musibah dia bersabar, lalu itu menjadi baik baginya.” (HR. Muslim)  

Maka dari itu, bertakwalah kepada Allah Subhanâhû wa Ta’âla, jangan pernah berputus asa dan tepis semua berita atau informasi yang menimbulkan keresahan, karena itu merupakan senjata dan tipu daya musuh yang dimunculkan dalam barisan umat Islam. Penuhilah jiwa dengan penuh optimisme dan harapan, serta percayalah kepada Allah, karena Anda adalah orang-orang yang paling tinggi derajatnya.   

Allah Subhanâhû wa Ta’âla berfirman :  

﴿وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ (171) إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنصُورُونَ (172) وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ (173)﴾ 

“Sesungguhnya janji Kami telah ditetapkan bagi hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, bahwa mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang.”(Q.S. Ash-Shâfât : 171-173) 

Jangan pernah tertipu dengan dominasi kekuatan batil, karena Allah Subhanâhû wa Ta’âla pasti memenangkan agama-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai.  

اللَّهُمَّ أعِزَّ الإِسْلاَم والْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ. اللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا، وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلاَةَ أُمُوْرِنَا. 

Ya Allah, muliakan Islam dan umat Islam, hinakanlah kesyirikan dan orang-orang musyrik, dan tolonglah hamba-hamba-Mu yang bertauhid. Ya Allah, jadikanlah negeri ini dan seluruh negeri kaum muslimin senantiasa aman dan damai. Ya Allah, hadirkanlah keamanan di tanah air kami, serta perbaikilah imam dan pemimpin kami. 

اللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا بِتَوْفِيقِكَ، وَأَيِّدْهُ بِتَأْيِيْدِكَ، وَأَعِزَّ بِهِ دِيْنَكَ، اللَّهُمَّ وَفِّقْهُ وَنَائِبَيْهِ لِمَا فِيْهِ خَيْرٌ لِلإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَلِمَا فِيْهِ صَلاَحُ الْعِبَادِ وَالْبِلاَدِ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. 

Ya Allah, bimbinglah pemimpin kami dengan taufik-Mu, kuatkanlah dia dengan sokongan-Mu, dan muliakanlah agama-Mu dengannya. Ya Allah, bimbinglah dia dan kedua putra mahkotanya dengan kebaikan bagi Islam dan umat Islam serta kemaslahatan bagi bangsa dan negara, wahai Tuhan semesta alam. 

اللَّهُمَّ انْصُرْ جُنُوْدَنَا الْمُرَابِطِيْنَ عَلَى الْحُدُوْدِ، اللَّهُمَّ صَوِّبْ رَمْيَهُمْ، وَقَوِّ عَزَائِمَهُمْ، وَانْصُرْهُمْ بِنَصْرِكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.  

Ya Allah, tolonglah pasukan kami yang berjaga-jaga di wilayah perbatasan. Ya Allah, tepatkanlah sasaran mereka, kuatkanlah tekad mereka, dan tolonglah mereka dengan pertolongan-Mu, wahai Tuhan semesta alam. 

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ، اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ. 

Ya Allah, perbaikilah kondisi umat Islam. Ya Allah, perbaikilah kondisi umat Islam di setiap tempat. Ya Allah, perbaikilah kondisi umat Islam di setiap tempat. 

اللَّهُمَّ كُنْ لِإِخْوَانِنَا فِي الشَّامِ، اللَّهُمَّ فَرِّجْ كَرْبَهُمْ، اللَّهُمَّ فَرِّجْ كَرْبَهُمْ، وَارْفَعْ ضُرَّهُمْ، وَتَوَلَّ أَمْرَهُمْ، وَعَجِّلْ فَرَجَهُمْ، وَعَجِّلْ فَرَجَهُمْ، وَاجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ أَبْدِلْهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا، وَمِنْ بَعْدِ ذُلِّهِمْ عِزًّا، وَمِنْ بَعْدِ ضَعْفِهِمْ نَصْرًا، اللَّهُمَّ احْقِنْ دِمَاءَهُمْ، اللَّهُمَّ احْقِنْ دِمَاءَهُمْ، وَاسْتُرْ عَوْرَاتَهُمْ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. 

Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami di Syam. Ya Allah, ringankanlah musibah yang menimpa mereka. Ya Allah, ringankanlah musibah yang menimpa mereka, hilangkanlah marabahaya yang mengancam mereka, tolonglah urusan mereka, segerakanlah jalan keluar bagi permasalahan mereka, segerakanlah jalan keluar bagi permasalahan mereka, segerakanlah jalan keluar bagi permasalahan mereka, dan satukanlah kalimat mereka. Ya Allah, hadirkanlah ketenangan setelah rasa takut mereka, kemuliaan setelah kehinaan mereka, dan kemenangan setelah ketidakberdayaan mereka. Ya Allah, lindungilah darah mereka. Ya Allah, lindungilah darah mereka dan tutupilah aurat mereka, wahai Tuhan semesta alam.  

اللَّهُمَّ خُذِ الظَّالِمِيْنَ، اللَّهُمَّ خُذِ الظَّالِمِيْنَ، اللَّهُمَّ خُذِ الظَّالِمِيْنَ أَخْذَ عَزِيْزٍ مُقْتَدِرٍ، يَا قَوِيُّ يَا عَزِيْزُ يَا فَعَّالٌ لِمَا تُرِيْدُ. 

Ya Allah, hukumlah orang-orang zhalim. Ya Allah, hukumlah orang-orang zhalim. Ya Allah, hukumlah orang-orang zhalim sebagai hukuman dari Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa, wahai Yang Maha Kuat, wahai Yang Maha Perkasa, wahai Yang Maha Melakukan apa saja yang Dia kehendaki. 

اللَّهُمَّ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثبِّت قُلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ، اللَّهُمَّ يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوْبِ صَرِّفْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. 

Ya Allah, wahai yang Maha Membolak-balikkan hati! Teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu. Ya Allah, wahai yang Maha Memalingkan hati, palingkanlah hati kami untuk taat kepada-Mu, dengan rahmat-Mu wahai Dzat yang paling menyayangi dari semua yang menyayangi. 

Wahai Para Hamba Allah !

﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾   

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”(Q.S. Al Ahzâb : 56) 

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ: أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Nabi kami, Muhammad. Ya Allah, ridhailah Khulafa Ar-Rasyidin yang mendapat petunjuk, yaitu: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Ridhai pula seluruh sahabat dan kami bersama mereka, dengan rahmat-Mu wahai Dzat yang paling menyayangi dari semua yang menyayangi.