Rabu, 26 September 2018

TAFSIR  SURAT  AT -TAKAATSUR


TAFSIR  SURAT  AT -TAKAATSUR  (BERMEGAH-MEGAHAN)

Surah Makkiyyah; Surah ke 102 , terdiri dari 8 ayat :

بسم الله الرحمن الرحيم 

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (1) حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ (2) كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (3) ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (4) كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ (5) لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ (6) ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ (7) ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ (8)

Artinya :

1. "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, 2. sampai kamu masuk ke dalam kubur. 3. janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), 4. dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. 5. janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, 6. niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, 7. dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin. 8. kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).”  

Surat ini tergolong surat Makkiyah menurut mayoritas ulama, dan diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhary bahwa surat ini tergolong surat Madaniyah yang diturunkan setelah hijrah, seperti yang di ungkapkan oleh Al-Imam Ibnu Abi Ha'tim dan As-Syayuthi rahimahumullah Ta'ala. 

Surat ini bernama surat : At Takatsur atau surat : Alhaa kumut Takaatsur, dan bernama pula surat : Al Makbaroh sebagai mana yang terdapat dalam riwayat Ibnu Abi Ha'tim. 

Diriwayatkan oleh Al-Imam Al Hakim dan Al Baihaqi dalam kitab As-Syuab, dari Sahabat Ibnu Umar radhiyallahu anhuma, berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : 

الا يستطيع أحدكم أن يقرأ الف اية في كل يوم ؟  قالوا : ومن يستطيع أن يقرأ الف أية في كل يوم  ؟  قال : «  أما يستطيع أحد كم أن يقرأ  : ( الهاكم التكاثر ) 

" Bukankah salah seorang diantara kalian mampu membaca seribu ayat dalam setiap hari ?, maka para sahabat berkata :  Siapa diantara kita yang mampu membaca setiap hari seribu ayat, wahai Rasulullah? , kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda : " Bukankah setiap kalian mampu membaca surat  "Alhaa kumut Takaatsur. ...? ".

Dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Khotiib dalam kitab Al Muttafaq wal Muftaroq, dan Al-Imam Ad-Dhulaimy, dari Sahabat Umar ibnul Khottob radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “ Barangsiapa yang membaca seribu ayat dalam satu malam, maka ia akan berjumpa dengan  Allah Ta'ala dalam keadaan tertawa di hadapan wajah nya ". Dikatakan, Wahai Rasulullah, siapakah yang mampu membaca seribu ayat ?, kemudian Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membaca surat Alhaa kumut Takaatsur , kemudian bersabda : " Demi Dzat Yang Jiwaku berada di Genggaman Nya, Sesungguhnya surat tersebut mengimbangi seribu ayat ".

Sebab turunnya ayat ini, sebagaimana disebutkan oleh Al-Imam Ibnu Abi Ha'tim, dari Ibnu Buraidah mengatakan: “Ayat ini turun kepada dua dari beberapa kabilah Anshar pada Bani Haritsah dan Bani al-Harits. Mereka berbangga-bangga dan bermegah-megah. Kemudian salah satu dari kabilah itu berkata: "Apakah di antara kalian terdapat seperti si fulan dan fulan bin fulan?", sedangkan yang lainnya mengatakan hal yang sama. Mereka membanggakan orang-orang yang masih hidup. Kemudian mereka berkata: "Mari ikut kami ke kuburan." Selanjutnya salah seorang dari kedua kabilah itu berkata: "Apakah di antara kalian terdapat orang seperti fulan ?" dan kabilah yang lain mengatakan hal yang sama. Kemudian Allah Ta'ala  menurunkan ayat: alhaakumut takaatsur hattaa zurtumul maqaabir (“Bermegah-megahan  telah melalaikanmu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur ".)

Al-Imam Muqotil dan Qotadah rahimahumullah dan lainnya mengatakan : " Ayat ini turun kepada kelompok Yahudi, tatkala mereka mengatakan bahwa lebih banyak harta daripada bani fulan, dan bani fulan lebih banyak harta dari bani fulan.... mereka disibukkan dengan harta mereka hingga mereka mati dalam keadaan sesat ".

Sahabat Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma berkata : " Ayat ini turun berkenaan dengan dua kabilah arab kuraisy yaitu Bani Abdumunaf dan Bani Sahmin, mereka bermegah megahan dan bersaing antara satu dengan lainnya dalam kepemimpinan, kemuliaan. Mereka berkata, kami lebih banyak menjadi pemimpin, lebih banyak menjadi orang terhormat dan terpandang, lebih banyak sekutu, dan bani abdumunaf mengungguli bani sahmin. 

Kemudian mereka mulai membandingkan orang orang-orang yang telah mati zaman dahulu, dan menjumpai bani sahmin mengungguli bani abdumunaf , hingga turun ayat ini".

Dan ayat diatas turun secara umum, sehingga mencakup semua sebab yang terdahulu walaupun berbeda keadaan. 

Allah Ta’ala berfirman" " kalian terlalu disibukkan oleh kecintaan pada dunia, kenikmatan dan berbagai perhiasannya, sehingga lupa untuk mencari dan mengejar kehidupan akhirat. Dan hal tersebut terus menimpa kalian sehingga kematian menjemput kalian, lalu kalian mendatangi kuburan dan menjadi salah satu dari penghuninya".

Al-Imam Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Zaid bin Aslam dari ayahnya radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, dari ketaatan, sampai kamu masuk ke dalam kubur, sampai kematian menjemput kalian.”

Al-Imam Al-Hasan al-Basrhri rahimahullah mengatakan: alhaakumut takaatsur (“Bermegah-megahan  telah melalaikanmu.”) yakni dalam hal harta dan anak. 

Al-Imam  Amam Ahmad rahimahullah  meriwayatkan dari Muthorrif Ibnu ‘Abdillah bin asy Syikhir dari ayahnya radhiyallahu anhu dia berkata: “Kami pernah sampai kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang ketika itu beliau mengatakan: alhaakumut takaatsur (“Bermegah-megahan telah melalaikanmu.”)

Sedangkan anak Adam mengatakan:

 مَالِى مَالِى – قَالَ – وَهَلْ لَكَ يَا ابْنَ آدَمَ مِنْ مَالِكَ إِلاَّ مَا أَكَلْتَ فَأَفْنَيْتَ أَوْ لَبِسْتَ فَأَبْلَيْتَ أَوْ تَصَدَّقْتَ فَأَمْضَيْتَ

 " Hartaku, hartaku.... Tidaklah kamu mendapatkan dari hartamu itu kecuali apa yang kamu makan, lalu habis atau kamu pakai lalu usang, atau kamu sedekahkan sehingga akan terus mengalir menjadi milik mu” ( HR.  Muslim, At-Tirmidzi, dan An-Nasa'i ) 

Al-Imam Al-Bukhary rahimahullah  meriwayatkan, bahwasanya  Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Ada tiga hal yang mengantarkan seseorang tatkala telah meninggal dunia,  dua di antaranya kembali sedang satu lagi tetap bersamanya; jenazah itu diantar oleh keluarga, harta dan amalnya, lalu keluarga dan hartanya kembali pulang sedangkan amalnya tetap bersamanya.” ( HR. Muslim, At-Tirmidzi dan An-Nasa'i ) 

Imam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dari sahabat  Anas radhiyallahu anhu, bahwa Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Anak Adam itu akan menjadi tua dan ada dua hal yang akan tetap bersamanya; ketamakan dan angan-angan.” ( HR. Al-Bukhari dan Muslim ) 

Al-Imam Al-Hafiz ibnu Asakir rahimahullah di dalam biografi Al-Ahnaf ibnu Qais rahimahullah yang dijuluki Ad-Dohhaak, menyebutkan bahwa ia meliliat seorang lelaki yang di tangannya memegang  uang dirham dari perak, lalu ia bertanya, "Kepunyaan siapa uang dirham ini?",  Lelaki itu menjawab : "Milikku."  Maka Ad-Dohhaak mengatakan : "Sesungguhnya uang dirham itu adalah milikmu bilamana kamu belanjakan untuk hal yang mengandung pahala, atau sebagai rasa ungkapan syukurmu." Kemudian Ad-Dohhaak atau Al-Ahnaf mengucapkan perkataan seorang penyair:

أَنْتَ لِلْمَالِ إِذَا أَمْسَكْتَهُ ... فَإِذَا أَنْفَقْتَهُ فَالْمَالُ لَكْ

" Engkau ditunggangi oleh harta jika engkau pegang dia, maka jika engkau belanjakan dia,(untuk ketaatan) berarti harta itu adalah milikmu ".

Firman Allah Ta'ala :  

 حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ

" Hingga kalian masuk ke dalam kubur".

Maksudnya hingga kalian dijemput kematian sehingga berada dalam kubur berkunjung Sampai kembali ke tempat yang kekal abadi yaitu surga atau neraka. Sebagai mana dikatakan bagi orang yang mati, ia telah ziarah kubur nya.

Dalam ayat Al-Qur'an Al-Karim, tidak ada penyebutan tentang kalimat: "Maqobir", kecuali hanya dalam surat ini. 

Dan melakukan ziarah kubur merupakan obat dan penawar bagi hati manusia yang mati atau  keras hati, dengan nya dapat mengingatkan kepada kematian dan alam akhirat, dan menjadikan angan-angan dan hasrat akan dunia melemah dan menimbulkan zuhud terhadap dunia serta rindu dengan kampung akhirat. 

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda : 

كنت نهيتكم عن زيارة القبور ألا فزوروها فإنها ترق القلب ، وتدمع العين ، وتذكر الآخرة 

“Dahulu aku pernah melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat melembutkan hati, membuat air mata berlinang, dan mengingatkan kalian akan akhirat ". (HR. Al Hakim)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : 

كنت نهيتكم عن زيارة القبور فزوروا القبور فإنها تزهد في الدنيا وتذكر الآخرة

“Dahulu aku melarang kalian untuk berziarah-kubur. Namun sekarang ketahuilah, hendaknya kalian berziarah kubur. Karena ia dapat membuat kalian zuhud terhadap dunia dan mengingatkan kalian akan akhirat”. (HR. Al Hakim) 

 

Disebutkan dalam suatu riwayat  hadits:

كيف أقول لهم يا رسول الله؟ قال: قولي: السلام على أهل الديار من المؤمنين والمسلمين، ويرحم الله المستقدمين منا والمستأخرين وإنا إن شاء الله بكم للاحقون

Bahwasanya Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu anha bertanya: Apa yang harus aku ucapkan bagi mereka (orang-orang yang telah meninggal) wahai Rasulullah? Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab : Ucapkanlah: "Assalamu ‘alaa ahlid diyaar, minal mu’miniina wal muslimiin, wa yarhamullahul mustaqdimiina wal musta’khiriina, wa inna insyaa Allaahu bikum lalaahiquun", (Salam untuk kalian wahai kaum muslimin dan mu’minin penghuni kubur. Semoga Allah merahmati orang-orang yang telah mendahului (mati), dan juga orang-orang yang diakhirkan (belum mati). Sungguh, Insya Allah kami pun akan menyusul kalian”. (HR. Muslim)

Para ulama mengatakan : " Barangsiapa yang hendak mengobati penyakit hati dari keras dan congkak, hendaknya ia banyak mengingat akan kematian, dan banyak menyaksikan bagaimana orang-orang yang mengalami sakarat ketika mati serta melakukan ziarah kubur ".

Bagi orang-orang yang hendak melakukan ziarah kubur hendaknya memiliki adab sopan santun seperti ikhlas karena wajah Allah Ta'ala, dan mengucapkan salam dan doa untuk dirinya dan untuk penghuni kubur, agar diberikan keselamatan dan ampunan dari Allah Ta'ala .

Fitnah kubur adalah benar adanya, sebagaimana dalam hadist sohih : 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قُبِرَ الْمَيِّتُ أَوْ قَالَ أَحَدُكُمْ أَتَاهُ مَلَكَانِ أَسْوَدَانِ أَزْرَقَانِ يُقَالُ لِأَحَدِهِمَا الْمُنْكَرُ وَالْآخَرُ النَّكِيرُ فَيَقُولَانِ مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ فَيَقُولُ مَا كَانَ يَقُولُ هُوَ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ فَيَقُولَانِ قَدْ كُنَّا نَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُولُ هَذَا ثُمَّ يُفْسَحُ لَهُ فِي قَبْرِهِ سَبْعُونَ ذِرَاعًا فِي سَبْعِينَ ثُمَّ يُنَوَّرُ لَهُ فِيهِ ثُمَّ يُقَالُ لَهُ نَمْ فَيَقُولُ أَرْجِعُ إِلَى أَهْلِي فَأُخْبِرُهُمْ فَيَقُولَانِ نَمْ كَنَوْمَةِ الْعَرُوسِ الَّذِي لَا يُوقِظُهُ إِلَّا أَحَبُّ أَهْلِهِ إِلَيْهِ حَتَّى يَبْعَثَهُ اللَّهُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ وَإِنْ كَانَ مُنَافِقًا قَالَ سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُولُونَ فَقُلْتُ مِثْلَهُ لَا أَدْرِي فَيَقُولَانِ قَدْ كُنَّا نَعْلَمُ أَنَّكَ تَقُولُ ذَلِكَ فَيُقَالُ لِلْأَرْضِ الْتَئِمِي عَلَيْهِ فَتَلْتَئِمُ عَلَيْهِ فَتَخْتَلِفُ فِيهَا أَضْلَاعُهُ فَلَا يَزَالُ فِيهَا مُعَذَّبًا حَتَّى يَبْعَثَهُ اللَّهُ مِنْ مَضْجَعِهِ ذَلِكَ

Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam : "Jika salah seorang dari kalian dikuburkan, maka akan datang kepadanya dua malaikat yang hitam dan kedua mata mereka biru. Salah satunya bernama Munkar dan yang lainnya bernama Nakiir. Keduanya bertanya : "Apakah pendapatmu mengenai lelaki ini ?". Lalu dia menjawab sebagaimana yang pernah dikatakan dahulu : "Dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang hak selain Allah dan Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya". Keduanya berkata:  "Kami sudah mengetahui bahwa kamu akan mengucapkan demikian". Kemudian kuburnya dilapangkan seluas tujuh puluh hasta dikali tujuh puluh hasta. Lalu diterangi dan dikatakan kepadanya : "Tidurlah". Dia berkata : "Biarkanlah aku kembali kepada keluargaku untuk mengabarkan kepada mereka". Keduanya berkata : "Tidurlah seperti pengantin yang tidak dibangunkan kecuali oleh orang yang paling dia cintai". Hingga Allah membangkitkannya dari tempat tidurnya.

 Adapun seorang munafik berkata : "Aku hanya mendengar orang-orang mengatakanya lalu aku ikut mengatakannya. Aku tidak tahu". Keduanya berkata : "Kami sudah tahu engkau akan mengatakan demikian". Lalu dikatakan kepada bumi : "Himpitlah dia !". Lantas bumi menghimpitnya hingga persendiannya hancur. Dan dia terus diadzab di dalamnya hingga Allah membangkitkan dari tempat tidurnya". ( HR. At-Tirmidzi ) 

Dalam fitnah kubur terdapat satu hadist yang panjang mengabarkan tentang alam kubur, yaitu hadits Barra’ bin A'zib Radhiallahu’anhu, selengkapnya  sebagai berikut :

"Pernah kami keluar bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam melayat jenazah salah satu laki-laki dari kalangan Anshar hingga kami sampai di pekuburan.  Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam duduk dan kami pun ikut duduk di sekitar beliau Shallallahu’alaihi wasallam. Seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung, sedangkan pada tangan beliau Shallallahu’alaihi wasallam terdapat sebatang tongkat, beliau Shallallahu’alaihi wasallam hentakkan ke tanah sekali hentak kemudian beliau Shallallahu’alaihi wasallam mengangkat kepalanya seraya mengatakan, "Mintalah perlindungan kepada Allah Azza wajalla dari adzab kubur!" Beliau Shallallahu’alaihi wasallam ucapkan dua atau tiga kali. 

Lantas beliau Shallallahu’alaihi wasallam melanjutkan perkataannnya :

"Sesungguhnya seorang hamba yang beriman tatkala berpisah dari dunia dan menuju alam akhirat maka akan turun kepadanya para malaikat dari langit dengan wajah putih berseri-seri seakan-akan wajah mereka seperti matahari, dan mereka membawa kafan di antara kafan-kafan dari surga dan wewangian dari wewangian-wewangian surga hingga mereka duduk sejauh mata memandang. kemudian setelah itu datanglah malaikat maut Alaihis salam hingga duduk di dekat kepalanya, kemudian mengatakan: "Wahai jiwa yang baik keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah!" Berkata Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : "Maka nyawanya keluar seperti keluarnya tetesan air dari bejana minum, kemudian malaikat maut mengambil nyawa tersebut dan apabila dia telah memegangnya maka para malaikat itu sama sekali tidak pernah membiarkannya berlama-lama di tangannya meskipun sekejap mata, hingga mereka memegangnya kemudian mengkafaninya dan memberinya wewangian. Lalu keluarlah darinya seperti bau misik paling baik yang dijumpai di muka bumi. Maka para malaikat tadi naik ke langit membawa ruh tersebut, tidaklah mereka melewati kerumunan malaikat dengan membawa nyawa tersebut melainkan para malaikat bertanya kepada mereka :"Ruh siapakah yang bagus ini?" Para malikat yang membawanya menjawab : "Ruh Fulan bin Fulan" dengan menyebutkan namanya yang paling bagus yang dipakai di dunia kemudian mereka minta agar dibukakan pintu baginya maka pintu langitpun dibukakan untuk mereka. Dia diantarkan oleh malaikat-malaikat yang ada di setiap langit sampai langit yang ketujuh. Kemudian Allah Ta’ala berfirman : "Tulislah kitab hamba-Ku di ‘Illiyyin dan kembalikan dia ke bumi sebab darinya aku menciptakan mereka, dan kepadanya mereka akan aku kembalikan, dan darinya mereka akan aku keluarkan untuk kedua kalinya." Beliau Shallallahu’alaihi wasallam melanjutkan : "Maka ruhnya dikembalkan ke jasadnya, kemudian datanglah dua malaikat menemuinya. Keduanya mendudukkannya serta bertanya kepadanya : "Siapakah Rabb-mu" Dia akan menjawab : "Rabb-ku adalah Allah." Keduanya bertanya lagi : "Apa agamamu?" Dia menjawab : "Agamaku Islam" . Keduanya bertanya lagi : " Siapakah laki-laki ini yang diutus ke tengah-tengah kalian?" Dia menjawab : "Dia adalah Rasulullah." Keduanya bertanya lagi : "Apa ilmumu?" Dia menjawab : "Aku membaca Al Quran, kemudian aku beriman kepadanya dan aku membenarkannya." Maka terdengarlah suara memanggil dari langit, "Telah benar hamba-Ku, maka hamparkanlah kepadanya hamparan dari surga, dan berilah ia pakaian dari pakaian surga, dan bukakanlah kepadanya pintu menuju surga." Beliau Shallallahu’alaihi wasallam berkata :"Maka datanglah kepadanya bau wangi dan harumnya surga dan dilapangkan baginya dalam kubur sejauh mata memandang. Kemudian setelah itu datanglah kepadanya seorang laki-laki bagus wajahnya, bagus pakaiannnya, dan harum baunya seraya mengatakan : "Berbahagialah dengan apa yang akan membahagiakanmu. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu!" Maka dia berktanya kepada laki-laki tersebut : "siapa anda, wajah anda adalah wajah orang yang datang membawa kebaikan?" Laki-laki tadi menjawab : "aku adalah amalanmu yang shalih." Maka si hamba tadi mengatakan:  "Rabbi, datangkanlah kiamat (secepatnya) hingga aku kembali bertemu dengan keluarga dan hartaku…!"

"Sesungguhnya seorang hamba yang kafir tatkala hendak berpisah dari dunia dan menuju ke alam akhirat maka akan turun kepadanya para malaikat dari langit dengan wajah hitam pekam dan membawa kafan hingga mereka duduk sejauh mata memandang. Kemudian setelah itu datanglah malaikat maut Alaihis salam hingga duduk di dekat kepalanya, kemudian mengatakan : "Wahai jiwa yang amat buruk keluarlah menuju kemarahan dan kemurkaan Allah!". Berkata Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam : "Maka nyawanya terpencar dalam jasadnya, maka malaikat maut mencabuti nyawa tersebut seperti mencabuti besi (yang digunakan untuk memanggang sate) dari kain wool yang basah kemudian menangkapnya dan apabila dia telah memegangnya maka para malaikat itu tidak membiarkannya di tangannya meskipun sekejap mata, lalu mereka meletakkanya di kain kafan tadi. Maka keluarlah darinya bau bangkai paling busuk yang djumpai di muka bumi. Kemudian para malaikat tadi naik ke langit membawa ruh tersebut. Tidaklah mereka melewati kerumunan malaikat dengan membawa ruh tersebut melainkan para malaikat akan bertanya kepada mereka : "Ruh siapkah yang busuk ini?" Para malaikat yang membawanya menjawab : "Ruh Fulan bin Fulan" dengan menyebutkan namanya yang paling jelek yang dipakai di dunia. Hingga akhirnya mereka sampai ke langit dunia kemudian mereka minta agar dibukakan pintu baginya namun pintu langit tidak dibukakan untuknya." Kemudian Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam membaca ayat :

إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ

"Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan." (QS. Al A’raaf: 40)

Maka Allah Ta’ala berfirman : "Tulislah kitabnya di dalam Sijjin pada lapisan bumi yang paling bawah!" Maka ruhnya dilemparkan ke bumi begitu saja. Kemudian beliau Shallallahu’alaihi wasallam membaca ayat :

وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ

"Dan Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh." (QS. Al Hajj: 31)

Kemudian ruhnya dikembalikan ke jasadnya dan datanglah dua malaikat kepadanya kemudian mendudukkannya serta bertanya kepadanya : "Siapakah Rabb-mu?" Dia akan menjawab : "Hah…hah… aku tidak tahu." Keduanya bertanya : "Apa agamamu?" Dia menjawab : "Hah…hah… aku tidak tahu." Keduanya bertanya lagi : "Siapakah laki-laki ini yang telah diutus ke tengah-tengah kalian?" Dia menjawab : "Hah…hah… aku tidak tahu." 

Maka terdengarlah suara memanggil dari langit : "Pendusta dia" , maka hamparkanlah kepadanya hamparan dari neraka, dan bukakanlah kepadanya pintu menuju neraka." Maka sampailah kepadanya hawa panas neraka yang sangat panas dan dipersempit ruang kuburnya hingga tulang-tulang rusuknya bertautan. Setelah itu datanglah seorang laki-laki yang buruk rupa, buruk pakaiannya, dan sangat busuk baunya seraya mengatakan : "berbahagialah dengan apa yang akan menyesengsarakanmu. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu! Maka dia bertanya kepada laki-laki tersebut :  "Siapa kamu, wajah kamu adalah wajah orang yang datang membawa keburukan?" Laki-laki tadi menjawab : "Aku adalah amalanmu yang busuk." Maka dia mengatakan : "Rabbi, jangan Engkau tegakkan hari kiamat…!" (HR. Ahmad, An Nasa’i, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)

Firman Allah Ta'ala : 

كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ثُمَّ كَلا سَوْفَ تَعْلَمُونَ

Janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatan kalian itu); dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui. 

Al Imam Al-Hasan al-Bashri rahimahullah mengatakan: “Ini adalah ancaman  di atas ancaman.” 

Sahabat Aly radhiyallahu anhu berkata : " Yang pertama berkenan kehidupan alam kubur, dan yang kedua berkenan dengan hari kebangkitan ".

Al-Imam Al Qurtuby rahimahullah berkata : " Surat ini terkandung dalam didalam nya tentang adzab kubur yang wajib untuk di imani, harus di yakini, sebagaimana yang tertera dalam ayat yang mulia ini, bahwasanya Allah Ta'ala akan menghidupkan kembali para hamba didalam kuburnya dengan mengembalikan nyawa kepada nya, diberikan akal sebagaimana ketika didunia untuk memikirkan pertanyaan yang dilontarkan dan agar mampu memberikan jawaban dan mengetahui apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan nya dari kemuliaan dan kehinaan ".

Firman Allah Ta'ala : 

كَلا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ

" Janganlah begitu, jika kalian mengetahui dengan pengetahuan 'ainul yaqin. 

Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata : "  maksud dari ayat ini : "seandainya kalian mengetahui dengan sebenar-benarnya, niscaya kalian tidak akan dibuat lengah oleh sikap bermegah-megah dari mengejar kehidupan akhirat sampai akhirnya kalian masuk ke dalam kubur".

Al-Imam Qotadah menafsirkan kalimat "Yaqin" disini dengan arti kematian, dalam riwayat lain dengan arti kebangkitan ".

Dikarenakan jika melihat kematian atau kebangkitan dengan pandangan mata kepala sendiri maka sungguh akan sirna keraguan tersebut, sekiranya orang-orang tersebut mengetahui bahwa hari ini adalah hari kebangkitan tatkala sangkakala telah di tiup dan manusia dibangkitkan dari kubur, mereka niscaya khawatir bagaimana ia akan dikumpulkan di padang mahsyar? Sehingga tidak akan terlena dari bermegah megahan dalam urusan dunia ".

Firman Allah Ta'ala : 

لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ

" Niscaya kalian benar-benar akan melihat neraka Jahim, dan sesungguhnya kalian benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin ".

Al-Imam Al-Hafiz Ibnu Katsir rahimahullah berkata : " Allah Ta'ala  telah mengancam mereka dengan keadaan seperti itu, yakni para penghuni neraka itu akan melihat saat api neraka bernafas dengan satu kali nafas, maka setiap malaikat Muqarabun yang sekalipun dengan Allah Ta'ala dan Nabi nabi yang diutus akan terseungkur di atas kedua lututnya, lantaran kehebatan, kedahsyatan, dan kengerian yang terlihat, seperti yang disebutkan oleh atsar yang diriwayatkan mengenai hal tersebut ".

Al-Imam Al Qurtuby rahimahullah berkata : " Ini adalah ancaman lain, yaitu menyaksikan api neraka jahim yang menyala-nyala ketika di akhirat ".

Dan ayat ini ditujukan bagi mereka orang-orang kafir yang menjadi penghuni neraka, dan dikatakan bahwa ayat ini umum berlaku kepada orang mukmin dan orang kafir, sebagaimana firman Allah Ta'ala :

 

وَإِن مِّنكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتْمًا مَّقْضِيًّا ﴿٧١﴾

"Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan."(Q.S. Maryam :71)

Maka neraka jahim diperuntukkan bagi mereka yang kafir sebagai tempat tinggal dan bagi orang yang mukmin sebagai jalan yang akan dilewati ". (diatas jembatan As-Siroth)

Al-Imam Asy-Syaukany rahimahullah berkata : " Sesungguhnya kalian akan melihat api neraka dengan menggunakan pandangan mata kepala sendiri, yaitu menyaksikan nya secara langsung, baik secara jauh atau dekat, dan hal ini menunjukkan bahwa mereka para penghuni neraka akan tinggal lama didalam nya ".

Allah Ta'ala berfirman : 

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

" Kemudian  kalian pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kalian megah-megahkan di dunia itu) ".

Al-Imam Al-Qurtuby dan Al Imam Al-Jauzy rahimahumullah berkata : " Para ulama ahli ta'wil menafsirkan tentang nikmat yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak hari kiamat, menyebutkan sepuluh pendapat : 

 

Pertama : Nikmat aman dan sehat. 

Kedua : Nikmat sehat dan waktu luang. 

Ketiga :Nikmat indra penglihatan dan pendengaran. 

Keempat : Nikmat lezat makanan dan minuman. 

Kelima : Nikmat Makan dan tersedianya makanan. 

Keenam : Nikmat kenyang, minuman segar, rindang nya tempat tinggal, sehatnya jasmani dan kenyamanan istirahat. 

Ketujuh : Nikmat kesejahteraan, jasmani yang sehat dan kehidupan yang nyaman. 

Kedelapan : Segala sesuatu dari kesenangan dunia. 

Kesembilan : Nikmat Allah terhadap para makhluk dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. 

Kesepuluh : Segala bentuk kenikmatan. 

Pendapat yang benar bahwasanya hal tersebut mencakup seluruh nikmat, umum untuk seluruh makhluk, Adapun bagi orang-orang kafir, pertanyaan tentang nikmat tersebut sebagai celaan dikarenakan tidak mensyukuri nya dan tidak mengesakan Dzat Pemberi nikmat.

Dan bagi seorang mukmin, pertanyaan tersebut menanyakan tentang rasa syukur yang telah dilakukan nya ".

Al-Imam Mahmud Al-Alusy rahimahullah berkata : " Pendapat yang benar bahwa pertanyaan tersebut umum kepada setiap mukmin dan kafir tentang seluruh kenikmatan baik yang menyangkut kebutuhan primer atau non primer, dikarenakan setiap apa yang Allah Ta'ala anugerahkan kepada makhluk hendaknya digunakan untuk ketaatan kepada Nya Subhanahu, dan tidak boleh digunakan untuk kemaksiatan, sehingga pertanggungjawaban tersebut umum untuk siapa pun, sebagaimana hadist Nabi Sallallahu alaihi wa sallam : " Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang empat perkara, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan ia nafkahkan dan  tentang ilmu nya apa yang telah ia amalkan ". 

Al-Imam Al-Hafiz Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat diatas : " Yaitu selanjutnya pada hari itu kalian akan ditanya tentang rasa syukur  atas nikmat yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kalian, baik berupa kesehatan, keamanan, rizki, dan lain-lain yang demikian banyak jika kalian menerima nikmat-nikmat Allah dengan rasa syukur atasnya dan beribadah kepada-Nya.

Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu dia berkata: “Ketika Abu Bakar dan ‘Umar sedang duduk-duduk, tiba-tiba Nabi shallallahu alaihi wa sallam mendatangi mereka dan bertanya: "Mengapa kalian duduk-duduk di sini?", keduanya menjawab: "Demi Rabb yang telah mengutus dirimu dengan kebenaran, tidak ada yang mengeluarkan diriku kecuali alasan yang sama yaitu lapar". Kemudian mereka bertolak sehingga mendatangi rumah salah seorang kaum Anshar. Lalu mereka disambut oleh seorang wanita, maka Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bertanya kepadanya: "Mana si fulan?", wanita itu menjwab: "Dia pergi mencari air untuk kami".

Setelah itu, shahabat yang ditunggu tersebut datang dengan membawa air yang disimpan dengan qirbahnya atau kendi dari kulit. Dia berkata: "Selamat datang. Tidak ada kunjungan seorang hamba yang lebih baik selain kunjungan seorang Nabi kepadaku pada hari ini". Kemudian  orang itu menggantungkan kendinya di dahan kurma. Kemudian dia pergi lagi dan datang dengan membawa anggur. Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam  berkata: "Mengapa engkau tidak memilahnya?" orang itu menjawab: "Aku lebih suka kalian sendiri yang memilih sesuai dengan selera kalian". Kemudian dia mengambil pisau. Lalu Nabi berkata kepadanya: "Hindarilah olehmu perahan susu". Maka pada hari itu , ia menyembelihkan kambing untuk mereka. Maka merekapun memakannya. Selanjutnya Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda kepadanya: "Sesungguhnya engkau benar-benar akan ditanya mengenai hal ini pada hari kiamat kelak. Rasa lapar telah membuat kalian keluar rumah, lalu kalian tidak pulang sehingga kalian mendapatkan ini, dan ini adalah bagian dari kenikmatan ". ( HR. Muslim ) 

Al Imam Mujahid rahimahullah mengatakan tentang kenikmatan dalam ayat di atas : “Dari setiap kelezatan-kelezatan dunia.” 

Al Imam ‘Ali bin Abi Tholhah rahimahullah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallohu anhuma berkata :

“Kenikmatan dalam ayat diatas adalah kesehatan badan,  pendengaran, dan penglihatan. Allah akan menanyakan kepada semua hamba untuk apa semuanya itu mereka pergunakan. Dan dia lebih mengetahui hal tersebut  daripada mereka. 

Yaitu firman Allah Ta'ala : 

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا ﴿٣٦﴾

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (Q.S. Al Isra ' :36)

Telah diriwayatkan dari Abu Asiib maula Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam  yang telah menceritakan bahwa di suatu malam Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam keluar. lalu lewat di dekat rumahku, maka beliau memanggilku dan aku pun keluar menemaninya. Lalu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melewati rumah Abu Bakar dan memanggilnya, maka Abu Bakar keluar dan bergabung bersamanya. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berangkat meneruskan perjalannya hingga sampailah di sebuah kebun kurma milik seorang Ansar dan beliau memasukinya, lalu berkata kepada pemilik kebun itu, "Berilah kami makan." Lalu pemilik kebun itu datang dengan membawa setandan buah kurma, dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam makan bersama sahabat-sahabatnya, kemudian meminta air sejuk dan minum, lalu bersabda: " Sesungguhnya kalian akan dimintai pertanggungjawaban tentang ini kelak di hari kiamat ". Maka Umar mengambil ketandan buah kurma itu dan memukulkannya ke tanah hingga buahnya jatuh berceceran di hadapan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam  kemudian Umar bertanya : "Wahai Rasulullah, apakah kita sungguh akan dimintai pertanggungjawaban tentang ini kelak di hari kiamat?"

Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab :

"نَعَمْ، إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: خِرْقَةٌ لَفَّ بِهَا الرَّجُلُ عَوْرَتَهُ، أَوْ كَسْرَةٌ سَدَّ بِهَا جَوْعَتَهُ، أَوْ جُحْرٌ تَدخَّل فِيهِ مِنَ الْحَرِّ وَالْقَرِّ"

" Ya, kecuali tiga hal : yaitu kain yang digunakan oleh seseorang untuk menutupi aurat tubuhnya, atau sepotong roti yang dimakan untuk menutup rasa laparnya, atau rumah tempat bernaungnya dari kepanasan dan kedinginan ". ( HR. Ahmad ) 

Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad rahimahullah, dari sahabat Mahmud ibnur Rabi' radhiyallahu mengatakan bahwa ketika diturunkan surat At takatsur, maka para sahabat bertanya : "Wahai Rasulullah, tentang nikmat apakah yang kami akan ditanyai mengenainya? Padahal sesungguhnya hanya kurma dan air, dan pedang kami yang selalu tersandang, sedangkan musuh menghadang di hadapan. Lalu nikmat apakah yang akan dipertanyakan kepada kami?" Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam  menjawab : "Ingatlah, sesungguhnya pertanyaan tentang hal itu pasti akan terjadi." ( HR. Ahmad ) 

Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad rahimahullah dari Mu'az ibnu Abdullah ibnu Habib rahimahumullah, dari ayahnya, dari pamannya radhiyallahu anhu yang mengatakan bahwa kami berada di suatu majelis, lalu muncullah Nabi Shallallahu alaihiwa sallam sedangkan di kepala beliau terdapat bekas air. Maka kami berkata : "Wahai Rasulullah, kami melihat engkau dalam keadaan senang." Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab : "Ya." Kemudian orang-orang berbincang-bincang tentang kekayaan. Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :

"لَا بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى اللَّهَ، وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى اللَّهَ خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى، وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النَّعِيمِ"

" Tidak mengapa kekayaan itu bagi orang yang bertakwa kepada Allah, dan sehat itu lebih baik bagi orang yang bertakwa kepada Allah daripada kekayaan, dan senang hati lebih baik daripada kesenangan ". ( HR. Ahmad ) 

Diriwayatkan oleh Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu : 

 قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ أَوَّلَ مَا يُسْأَلُ عَنْهُ -يَعْنِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ-الْعَبْدُ مِنَ النَّعِيمِ أَنْ يُقَالَ لَهُ: أَلَمْ نُصِحّ لك جسمك، ونُرْوكَ من الماء البارد؟ "

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: " Sesungguhnya pertama kali yang akan dipertanyakan kepada seorang hamba yakni di hari kiamat kelak  mengenai kenikmatan, seraya dikatakan kepadanya : " Bukankah Kami telah menyehatkan tubuhmu dan memberimu minum dengan air yang sejuk ?". ( HR. At-Tirmidzi ) 

Dan diriwayatkan dari sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallohu anhuma, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Ada dua nikmat yang membuat banyak orang tertipu olehnya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari dan At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Hal itu berarti bahwa mereka  terlalu sedikit mensyukuri kedua nikmat tersebut, dimana mereka tidak  menunaikan kewajiban yang dituntut keduanya. Dan orang yang tidak menunaikan hak yang telah diwajibkan atasnya berarti dia telah tertipu.

Al-Imam Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar rahimahullah meriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda : " Pakaian di atas kain, naungan tembok rumah, dan air minum, kelak seorang hamba akan dihisab dan diminta pertanggungjawabannya ". ( HR. Al-Bazzar )

Al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Allah Ta'ala  berfirman : " Hai anak Adam, Aku telah membawamu di atas kuda dan unta, dan Aku kawinkan kamu dengan wanita, dan Aku jadikan kamu dapat memimpin dan berkuasa, maka manakah ungkapan rasa syukurmu atas semuanya itu ?". ( HR. Ahmad dan Muslim ) 

Senin, 17 September 2018

Tafsir surat Al Ashr


Materi : Tafsir
Bab : Tafsir surat Al Ashr

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).

📚 Faidah

1. Surat Al Ashr termasuk surat Makkiyah dan ada yg berpendapat termasuk surat Madaniyah, sebagaimana yang diungkapkan oleh Al-Imam Mujahid dan Qotadah rahimahumullah.

2. Imam Syafi'i berkata tentang surat ini :

لو فكر الناس كلهم هذه السورة لكفتهم

Klo seandainya seluruh manusia mau memikirkan dan 
merenungi surat ini, maka sdh cukup baginya.

Dalam riwayat lain disebutkan : 

لو لم  ينزل  غير هذه السورة لكغت الناس  

Sekiranya Allah Ta'ala tidak menurunkan ayat kecuali hanya surat ini, niscaya mencukupi bagi mereka  (Dalam urusan iman, amal dakwah dan bersabar dalam mengarungi dunia ini )

3. Kebiasaan para sahabat ketika bertemu dan sblm berpisah mereka membacakan surat ini, sebgai wasiat antara satu dgn yg lainnya.

4. Al Ashr artinya adalah masa / waktu scra umum. Dan Allah Ta'ala bersumpah dengan waktu dikarenakan waktu sangat berguna dalam kehidupan manusia dan keberuntungan atau kerugian seseorang tergantung bagaimana memanfaatkan waktu tersebut.

Ada juga yg mengartikan dgn waktu tersebut dengan waktu  ashar scra khusus, dikarenakan waktu asar memiliki keistimewaan yang sangat besar, sehingga Allah Ta'ala memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk menjaga sholat asar , dan terdapat sebuah hadis yang memperingatkan dari meninggalkan sholat asar :

من فاتته صلاة العصر فكأنما وتر أهله و ماله

" Barangsiapa yang meninggalkan sholat asar, maka seakan akan ia kehilangan keluarga dan hartanya ".

Dikatakan tentang keutamaan waktu asar dikarenakan hari jumat pada waktu tersebut Allah Ta'ala menciptakan moyang manusia yaitu Adam alaihi salam.

5. Allah bersumpah dgn waktu (baik scra umum/khusus) dlm ayat ini menunjukkan bahwa waktu merupakan nikmat yg utama. Dan waktu adalah modal utama bagi manusia, maka bsa jdi ia akan untung atau rugi.

6. Sesungguhnya manusia (kebanyakannya) dlm kerugian. Kecuali orang-orang yg beriman, beramal sholih dan saling menasihati dlm kebenaran dan kesabaran. 

7. Iman yang dituntut dalam ayat ini adalah mencakup iman kepada Allah Ta'ala baik dari sisi rububiyah  (Pengesaan Allah dalam hal mencipta, memiliki dan mengatur alam semesta ) dan keimanan terhadap Nama-nama serta sifat-sifat-Nya. 

Iman terhadap Malaikat-malaikat Allah Ta'ala yang telah diberikan tugas yang bermacam macam seperti pembawa wahyu, menurunkan rizki, mencabut nyawa, menjaga surga dan neraka, meniup sangkakala, mencatat amalan manusia, ber tasbih, ber sujud  dan seterusnya. ...

Iman terhadap Nabi Nabi dan Rasul-Nya yang di tugaskan menyampaikan risalah iman kepada umat manusia agar mereka selamat di dunia dan akhirat, seperti Nabi Adam hingga Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. 

Iman terhadap Kitab-kitab yang Allah Ta'ala turunkan kepada Rasul-Nya diantara nya adalah Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur'an Al-Karim sebagai petunjuk dan penawar bagi hati manusia. 

Iman terhadap Hari Akhir yaitu hari kiamat sebagai hari kebangkitan manusia sehingga mereka mendapatkan balasan yang setimpal dan hanya terdapat dua kelompok sebagai penghuni surga atau neraka yang kekal abadi. 

Iman terhadap Takdir yang baik dan yang buruk, bahwa manusia sebelum  terlahir, tepatnya di hari 120 dalam perut ibunya telah tertuliskan takdir nya, dan manusia tertuntut untuk beramal dan setiap takdir niscaya memudahkan untuk amalan menuju nya. Hendaknya senantiasa bersemangat dan memohon pertolongan kepada Allah Ta'ala dan tidak merasa lemah.

Untuk menjadi mukmin yang sejati senantiasa bersyukur tatkala mendapatkan kenikmatan dan bersabar tatkala mendapatkan ujian. 

8. Iman akan melahirkan amalan saleh dan suatu amalan dikatakan saleh  yaitu jika dikerjakan ikhlas karena Allah Ta'ala dan berdasarkan sunnah (contoh) Nabi Muhammad shollollahu 'alaihi wasallam.

9. Amal saleh akan melahirkan semangat nasehat menasehati dalam jalan kebenaran dan kebajikan sehingga seseorang sempurna dalam dirinya dan berusaha menebarkan kesempurnaan dan kebajikan untuk orang-orang sekitar nya dari istri anak nya, saudara kerabat nya, orang-orang yang dicintainya serta masyarakat luas yang ia tinggal di tempat nya, sehingga ia mendapatkan aman dan keamanan serta kenyamanan di dunia ini dan terhindar dari adzab dan petaka. 

Allah Ta'ala berfirman : 

وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ كَمَا ٱسْتَخْلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ ٱلَّذِى ٱرْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِى لَا يُشْرِكُونَ بِى شَيْـًٔا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ ﴿٥٥﴾

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik." (Q.S.An-Nuur :55)

Allah Ta'ala berfirman : 

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِى مَسْكَنِهِمْ ءَايَةٌ ۖ جَنَّتَانِ عَن يَمِينٍ وَشِمَالٍ ۖ كُلُوا۟ مِن رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لَهُۥ ۚ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ ﴿١٥﴾ فَأَعْرَضُوا۟ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ ٱلْعَرِمِ وَبَدَّلْنَٰهُم بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَىْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَىْءٍ مِّن سِدْرٍ قَلِيلٍ ﴿١٦﴾ ذَٰلِكَ جَزَيْنَٰهُم بِمَا كَفَرُوا۟ ۖ وَهَلْ نُجَٰزِىٓ إِلَّا ٱلْكَفُورَ ﴿١٧﴾

"Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun"."
"Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr."
"Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir".  (Q.S. Saba' :15-17)

Allah Ta'ala berfirman : 

وَضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ ءَامِنَةً مُّطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّن كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ ٱللَّهِ فَأَذَٰقَهَا ٱللَّهُ لِبَاسَ ٱلْجُوعِ وَٱلْخَوْفِ بِمَا كَانُوا۟ يَصْنَعُونَ ﴿١١٢﴾  وَلَقَدْ جَآءَهُمْ رَسُولٌ مِّنْهُمْ فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمُ ٱلْعَذَابُ وَهُمْ ظَٰلِمُونَ ﴿١١٣﴾

"Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat."
"Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang rasul dari mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya; karena itu mereka dimusnahkan azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim." (Q.S. An-Nahl :112-113)

10. Iman, amal saleh, mengajak kepada jalan kebenaran dan kebajikan mengharuskan untuk bersabar, wasiat mewasiatkan dalam kesabaran. 

Seseorang tidak akan meraih derajat iman tanpa kesabaran, seseorang tidak bisa meraih iman dan melakukan amal saleh tanpa kesabaran, dan seseorang tidak mungkin beriman, beramal saleh dan berdakwah kepada jalan kebenaran tanpa kesabaran. 

 Allah Ta'ala berfirman : 

وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ

“Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa”. (Q.S. Al-Baqarah : 177)

 Allah Ta'ala berfirman : 

وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

“Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar”.(Q.S. Ali Imran : 146)

Allah Ta'ala berfirman : 

وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”. (Q.S. An-Nahl : 96)

Allah Ta'ala berfirman : 

نَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”. (Q.S. Az-Zumar : 10)

Allah Ta'ala berfirman : 

وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِم مِّن كُلِّ بَابٍ سَلَامٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ

“Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil mengucapkan) :’Salamun ‘alaikum bima shabartum’. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu” (Q.S. Ar-Ra’d : 23-24)

“Dari Sa’id bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, dia berkata. ‘Aku pernah bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras cobaannya ?. Beliau menjawab. Para nabi, kemudian orang pilihan dan orang pilihan lagi. Maka seseorang akan diuji menurut agamanya. Apabila agamanya merupakan (agama) yang kuat, maka cobaannya juga berat. Dan, apabila di dalam agamanya ada kelemahan, maka dia akan diuji menurut agamanya. Tidaklah cobaan menyusahkan seorang hamba sehingga ia meninggalkannya berjalan di atas bumi dan tidak ada satu kesalahan pun pada dirinya”.(HR. At-Tirmidzi ) 

“Dari Abu Sa’id Al-Khudry Radhiyallahu anhu, dia berkata. ‘Aku memasuki tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau sedang demam. Lalu kuletakkan tanganku di badan beliau. Maka aku merasakan panas ditanganku di atas selimut. Lalu aku berkata.’Wahai Rasulullah, alangkah kerasnya sakit ini pada dirimi’. Beliau berkata :’Begitulah kami (para nabi). Cobaan dilipatkan kepada kami dan pahala juga ditingkatkan bagi kami’. Aku bertanya.’Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya ?. Beliau menjawab. ‘Para nabi. Aku bertanya. ‘Wahai Rasulullah, kemudian siapa lagi?. Beliau menjawab.’Kemudian orang-orang shalih. Apabila salah seorang di antara mereka diuji dengan kemiskinan, sampai-sampai salah seorang diantara mereka tidak mendapatkan kecuali (tambalan) mantel yang dia himpun. Dan, apabila salah seorang diantara mereka sungguh merasa senang karena cobaan, sebagaimana salah seorang diantara kamu yang senang karena kemewahan”. ( HR. Ibnu Majah )