(Hari Kiamat)
Khutbah Pertama
Segala puji bagi Allah. Kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan-Nya, serta berlindung kepada-Nya dari keburukan jiwa-jiwa kita dan dari kejelekan amal perbuatan kita. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada seorang pun yang dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa disesatkan-Nya, maka tiada seorang pun yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Nabi kita, kekasih kita, dan teladan kita Muhammad bin ‘Abdillah adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga shalawat, salam, dan keberkahan senantiasa tercurah kepadanya, selama siang dan malam silih berganti.
Allah Ta‘ālā berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan Muslim.” (Ali Imran: 102)
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dari satu jiwa, lalu darinya Allah ciptakan pasangannya, dan dari keduanya Allah sebarkan banyak laki-laki dan perempuan. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kalian saling meminta, serta peliharalah hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian.” (An-Nisa: 1)
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kalian kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki amal-amal kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh ia memperoleh kemenangan yang besar.” (Al-Ahzab: 70-71)
Amma ba‘du, wahai hamba-hamba Allah:
Sungguh dunia telah melalaikan kita dengan hiburan, godaan, peristiwa, dan peperangannya. Dunia telah melalaikan kita dari Allah.
Majelis-majelis kita lebih banyak dipenuhi dengan pembicaraan tentang dunia dan urusannya. Kita pun lalai dari Kitabullah. Kita lalai dari mengingat kubur, kematian, dan hari kebangkitan.
Kita lalai dari hari yang paling agung, paling panjang, paling menakutkan, dan paling dahsyat; hingga hati-hati menjadi keras, dan dunia menjadi satu-satunya cita-cita dalam hati, kecuali orang-orang yang dirahmati Allah.
Hari itu adalah Hari Kiamat: hari akhir, hari kebangkitan, hari keluar dari kubur, hari kehancuran, hari keputusan, hari pembalasan, hari tiupan yang menggelegar, hari bencana besar, hari penyesalan, hari yang meliputi semua, hari keabadian, hari perhitungan, hari yang pasti terjadi, hari ancaman, hari yang dekat, hari perhimpunan, hari yang benar-benar pasti, hari pertemuan, hari panggilan, hari kerugian, dan hari ditampakkan amal.
Itu adalah hari yang sangat berat bagi orang-orang kafir, hari yang agung, hari yang disaksikan seluruh makhluk; baik manusia terdahulu maupun yang terakhir, jin, hewan, dan burung. Allah menyebutnya:
“Suatu hari yang penuh kesulitan dan sangat berat.” (Al-Insan: 10)
Allah menyebut hari itu ratusan kali dalam Al-Qur’an. Itu adalah bukti keagungan dan kedahsyatannya. Allah menggambarkannya dengan sifat-sifat yang amat dahsyat.
Allah berfirman:
“Dan jagalah diri kalian dari suatu hari yang seseorang tidak dapat menolong orang lain sedikit pun, dan tidak akan diterima syafa‘at darinya, tidak pula tebusan, dan mereka tidak akan ditolong.” (Al-Baqarah: 48)
“Bagaimanakah nanti apabila Kami mengumpulkan mereka pada suatu hari yang tidak diragukan adanya, lalu tiap jiwa diberikan balasan atas apa yang telah diusahakannya, dan mereka tidak akan dizalimi sedikit pun.” (Ali Imran: 25)
“Allah, tiada sesembahan selain Dia, sungguh Dia akan mengumpulkan kalian pada hari Kiamat yang tidak diragukan adanya. Siapakah yang lebih benar ucapannya daripada Allah?” (An-Nisa: 87)
“Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi orang-orang yang takut akan azab akhirat. Itulah hari di mana manusia dikumpulkan, dan itulah hari yang disaksikan. Dan tidaklah Kami menundanya melainkan sampai waktu yang ditentukan. Pada hari itu tidak ada seorang pun yang dapat berbicara kecuali dengan izin-Nya. Maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia…” (Hud: 103–108)
“(Ingatlah) hari ketika bumi diganti dengan bumi yang lain, demikian pula langit, dan semua manusia tampil di hadapan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Dan engkau melihat para pendosa pada hari itu diikat dengan belenggu. Pakaian mereka dari cairan aspal, dan wajah mereka ditutupi api. (Semua itu terjadi) agar Allah memberi balasan kepada tiap-tiap jiwa sesuai dengan apa yang telah diperbuatnya. Sungguh Allah Maha Cepat perhitungan-Nya.” (Ibrahim: 48–51)
Hari itu, kehidupan dunia berakhir. Tidak ada lagi yang tersisa kecuali amal yang dilakukan karena Allah.
Allah berfirman:
“Dan terang-benderanglah bumi dengan cahaya Rabbnya, lalu diberikanlah kitab (catatan amal), didatangkanlah para nabi dan para saksi, dan diputuskanlah perkara di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dizalimi.” (Az-Zumar: 69)
Hari itu sangkakala ditiup. Semua makhluk di langit dan bumi binasa, kecuali yang Allah kehendaki. Lalu Allah berfirman:
“Milik siapakah kerajaan pada hari ini?” (Ghafir: 16)
Tidak ada yang menjawab, lalu Allah sendiri menjawab:
“Milik Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (Ghafir: 16)
Sangkakala itu dipegang oleh malaikat Israfil. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Bagaimana aku bisa tenang, sementara pemilik sangkakala (Israfil) sudah meletakkan sangkakala di mulutnya, menundukkan kepalanya, dan menajamkan pendengarannya, menunggu kapan diperintahkan untuk meniup, lalu ia akan meniupnya…” (HR. Tirmidzi, shahih)
Setelah tiupan pertama, semua makhluk mati. Lalu Allah memerintahkan Israfil meniup tiupan kedua, maka manusia pun bangkit kembali dari kubur. Allah berfirman:
“Kemudian ditiup sangkakala sekali lagi, maka tiba-tiba mereka bangkit menunggu (keputusan Allah).” (Az-Zumar: 68)
“Dan ditiuplah sangkakala, maka seketika itu mereka keluar dari kubur menuju Rabb mereka. Mereka berkata: ‘Celakalah kami, siapa yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami ini?’ Inilah yang dijanjikan Tuhan Yang Maha Pemurah, dan benarlah para rasul. Tidak lain itu hanyalah satu teriakan saja, maka tiba-tiba mereka semua dikumpulkan kepada Kami.” (Yasin: 51–53)
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Aku adalah penghulu anak Adam pada hari kiamat. Aku adalah orang pertama yang tanah kuburnya dibuka, orang pertama yang memberi syafa‘at, dan orang pertama yang dikabulkan syafa‘atnya.” (HR. Muslim)
Hari itu semua makhluk dikumpulkan, maka disebutlah ia sebagai Yaumul Jam‘ (hari perhimpunan). Allah berfirman:
“Katakanlah: Sesungguhnya orang-orang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian benar-benar akan dikumpulkan pada waktu tertentu pada hari yang dikenal.” (Al-Waqi‘ah: 49–50)
Semua manusia hadir, tanpa jabatan, tanpa kedudukan, tanpa nama besar. Mereka datang kepada Allah sebagai hamba. Allah berfirman:
“Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi melainkan akan datang kepada Allah Yang Maha Pemurah sebagai seorang hamba. Sungguh Allah telah menghitung dan mencatat mereka dengan teliti. Dan setiap orang dari mereka akan datang kepada-Nya pada hari kiamat seorang diri.” (Maryam: 93–95)
Manusia dikumpulkan dalam keadaan tanpa alas kaki, telanjang, dan belum disunat. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah laki-laki dan perempuan saling melihat satu sama lain?” Beliau menjawab:
“Wahai ‘Aisyah, urusan pada hari itu jauh lebih dahsyat daripada sekadar saling melihat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hari itu lamanya 50.000 tahun. Matahari begitu dekat. Tidak ada naungan, tidak ada air, tidak ada makanan, tidak ada tempat beristirahat. Allah berfirman:
“Pada hari ketika kamu melihatnya, setiap wanita yang menyusui akan lalai dari anak yang disusuinya, setiap wanita hamil akan gugur kandungannya, dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk padahal mereka tidak mabuk; tetapi azab Allah itu sangat keras.” (Al-Hajj: 2)
Langit digulung, gunung dihancurkan, lautan meluap, bintang-bintang beterbangan, matahari digulung, bulan hilang cahayanya, dan semua makhluk ketakutan.
Allah berfirman:
“Apabila langit terbelah, bintang-bintang berjatuhan, lautan diluapkan, dan kubur dibongkar.” (Al-Infithar: 1–4)
“Apabila matahari digulung, bintang-bintang berjatuhan, gunung-gunung dihancurkan, unta-unta ditelantarkan, binatang liar dikumpulkan, lautan meluap, jiwa-jiwa dipertemukan, bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya karena dosa apa ia dibunuh, kitab-kitab amal dibuka, langit disingkapkan, neraka dinyalakan, surga didekatkan—maka setiap jiwa mengetahui apa yang telah dikerjakannya.” (At-Takwir: 1–14)
Wahai manusia, marilah kita bersiap menghadapi hari itu! Siapkan amal sekarang, karena yang menyelamatkan kita di hari itu hanyalah amal shalih, dengan rahmat Allah.
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang yang aman dari kengerian terbesar, dan selamat dengan rahmat-Mu, wahai Dzat yang Maha Penyayang.
Aku cukupkan khutbah ini, dan aku memohon ampun kepada Allah untukku dan kalian.
Khutbah Kedua
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat, salam, dan keberkahan semoga tercurah kepada Nabi yang diutus sebagai rahmat bagi alam semesta.
Amma ba‘du, wahai hamba-hamba Allah…
Setelah Allah menyelesaikan keputusan-Nya di hari itu, manusia terbagi menjadi dua golongan:
Golongan celaka, yaitu orang-orang kafir. Allah berfirman:
“Dan orang-orang kafir digiring ke neraka Jahanam secara berkelompok. Hingga apabila mereka sampai kepadanya, dibukakanlah pintu-pintunya, dan penjaga-penjaganya berkata: ‘Apakah belum pernah datang kepada kalian rasul-rasul dari kalangan kalian yang membacakan ayat-ayat Rabb kalian dan memperingatkan kalian akan pertemuan pada hari ini?’ Mereka menjawab: ‘Benar, tetapi sudah pasti berlaku ketetapan azab atas orang-orang kafir.’ Dikatakan (kepada mereka): ‘Masukilah pintu-pintu neraka Jahanam, kamu kekal di dalamnya.’ Maka nerakalah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri.” (Az-Zumar: 71–72)
Golongan beruntung, yaitu orang-orang yang bertakwa. Allah berfirman:
“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Rabb mereka digiring ke surga secara berkelompok. Sehingga apabila mereka sampai ke surga, dibukakanlah pintu-pintunya, dan para penjaganya berkata: ‘Salam sejahtera bagi kalian, kalian telah suci, maka masukilah surga ini, kekal di dalamnya.’ Mereka berkata: ‘Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan mewariskan bumi ini kepada kami. Kami dapat menempati surga ini di mana saja kami kehendaki. Maka surga inilah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal.’” (Az-Zumar: 73–74)
Maka betapa bahagianya ahli surga! Betapa agung kemenangan mereka!
Wahai kaum Muslimin, semua ini adalah peringatan dan pelajaran bagi kita. Karena masih banyak peristiwa besar pada hari itu yang belum kita sebutkan.
Maka marilah kita bersiap menghadapi hari itu dengan bekal terbaik, yaitu takwa. Allah berfirman:
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (Al-Baqarah: 197)
Mari kita isi hidup dengan taat kepada Allah: shalat berjamaah di masjid, amal shalih, akidah yang lurus sesuai Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya ﷺ. Mari sucikan hati kita dari syirik, keraguan, kedengkian, kebencian, pengkhianatan, dan syahwat yang haram.
Allah berfirman:
“Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.” (Asy-Syu‘ara: 88–89)
Mari kita kembalikan hak-hak orang lain, menjauhi kezhaliman, ghibah, dan permusuhan. Karena itulah bekal akhirat dan jalan keselamatan di hadapan Allah pada hari yang agung itu.
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang beruntung, bahagiakan kami di dunia dan akhirat, dan naungilah kami di bawah naungan ‘Arsy-Mu pada hari tiada naungan selain naungan-Mu.
Dan bershalawatlah kalian atas Nabi yang mulia, pembawa kabar gembira sekaligus pemberi peringatan.
📖 Sumber teks Arab asli: Khutbah Hari Kiamat – alukah.net