Mimbar Jum’ah oleh: Asy-Syaikh Abdurrozaq Al-Badr hafidzahullah
Alhamdulillah,
washsholatu wassalamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du;
Wahai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah, takwa yaitu
melakukan ketaatan kepada Allah atas dasar petunjuk dari Allah, dengan
mengharap pahala Allah, serta menjauhi maksyiat kepada Allah lantaran petunjuk
dari Allah, dalam rangka takut akan siksa Allah.
Sesungguhnya
diantara sunnah Allah yang berlaku pada para makhluknya, dari semenjak
diciptakannya hingga hari kiamat adalah senantiasa dijumpai cobaan , ujian,
musibah, agar nampak diantara para hamba mana yang baik dan mana yang buruk,
mana yang bersabar dan mana yang menggerutu, sebagaimana yang telah difirmankan
Allah Ta’ala dalam QS Al-Baqarah 155-156,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ. الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم
مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ.
155. “Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar. 156. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah,
mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" .
Adapun hasil
dari datangnya musibah adalah sejauh mana ia mensikapi musibah tersebut, jika
ia ridho maka baginya keridhoan, dan jika ia murka maka baginya adalah
kemurkaan. Maka barang
siapa yang tatkala ia mendapat musibah dan ia murka dan kufur, ia akan
dituliskan di dalam golongan orang-orang yang binasa. Barang siapa yang
berkeluh kesah serta lalai, maka ia akan dituliskan di dalam kelompok orang
yang lalai, barang siapa yang murka dan menentang hikmah serta ketentuan Allah,
maka ia digolongkan dalam kelompok orang yang merugi. Dan barang siapa yang ia
ridho maka ia digolongkan dalam kelompok orang yang diridhoi. Barang siapa yang
ia mampu bersabar, maka ia dikelompokkan dalam golongan orang yang sabar. Barang
siapa yang ia mampu bersyukur, maka ia digolongkan pada kelompok orang yang
bersyukur.
Tatkala manusia
dihadapkan pada cobaan maka sebaiknya ia mengetahui adab islam dan bimbingan
syari’ah, dikarenakan dalam suatu cobaan terdapat rasa sakit, berat, pahit,
akan tetapi bagi seorang yang beriman jika ia telah mengetahui petunjuk agama,
adab dan perangai islam, maka ia akan merasa terhibur dan mendapat hikmah dan
kebaikan di dunia dan akhirat. Oleh karenanya bagi seorang muslim agar
mempelajari adab, etika dan petunjuk agama agar dirinya mampu meredam pahitnya
musibah, dan orang yang paling beruntung adalah orang yang diberi taufik Allah
hingga ia dapat istiqomah tatkala musibah menghampirinya.
Diantara
amalan yang utama dalam meredam pahitnya musibah adalah mengucapkan kalimat
istirja’, yaitu ucapan “INNA LILLAHI WA INNAA ILAIHI ROJI’UUN”, sebagaimana
yang telah Allah firmankan dalam QS. Al-Baqarah: 156,
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ
رَاجِعونَ
156. “(yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi
raaji'uun" .
Ini merupakan
penawar yang utama, di saat ia tertimpa musibah maka ia ingat bahwa dirinya
adalah seorang hamba milik Allah, dan ia akan dikembalikan kehadapan Allah,
dengan ini ia akan merasa terhibur walaupun apa yang ia timpa adalah ujian yang
berat dan besar.
Diantara
peredam musibah adalah hendaknya ia mengetahui ilmu yakin tidak ragu walau
sekecil apapun bahwa apa yang telah menjadi putusan Allah tidak akan luput
baginya, dan apa yang bukan menjadi takdirnya maka tidak akan menghampirinya,
Allah berfirman dalam QS. Al-Hadid: 22;
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ
فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا
إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
“Tiada
suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”.
Diantara
penawar musibah adalah merenungi dan membandingkan dengan musibah lain, yang
mana ia akan mendapati bahwa di sana terdapat musibah yang jauh lebih besar, sehingga
ia merasa terhibur.
Diantara
penawar musibah adalah ia mengetahui bahwa tatkala ia berkeluh kesah dalam
suatu cobaan, tidak akan merubah kenyataan, bahkan akan membawa kepada
keburukan, kelemahan dan kesengsaraan.
Diantara
penawar musibah adalah hendaknya ia mengilmui, bahwa hilangnya pahala dan balasan
dari suatu musibah yang terjadi merupakan bentuk musibah yang paling besar, dikarenakan
di sana telah Allah janjikan pahala bagi yang mampu bersabar, dalam firman-Nya;
أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ
الْمُهْتَدُونَ
“Mereka
itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. Al-Baqarah: 157).
Diantara
penawar musibah adalah berharap mendapat ganti dari sisi Allah Ta’ala,
dikarenakan tatkala ia ditimpa musibah dan ia mengucap kalimat istirja’ niscaya
ia akan mendapat ganti yang lebih baik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ”Tidaklah seorang hamba tertimpa suatu musibah, dan ia mengatakan ‘inna
lillahi wa inna ilaihi roji’uun, Allahumma ajjurni fi mushibati wakhlufli
khoiran minha’, kecuali ia akan diberikan pertolongan dan diberikan ganti yang
lebih utama“.
Diantara
penawar musibah adalah mengetahui bahwa jika ia tidak bersabar karena Allah dan
mencari keridhoan dan pahala-Nya niscaya ia akan berhadapan dengan kenyataan yang memaksanya sabar yang tidak
berpahala, sebagaimana dikatakan, ”Barang siapa tidak bersabar dan merasa
terhibur dalam musibah yang menimpanya dalam rangka mencari pahala Allah dan
iman akan takdir-Nya maka ia akan terpaksa sabar dengan kesabaran binatang“.
Nabi shallallahu
alaihi wa sallam bersabda, ”Sesungguhnya kesabaran hanyalah tatkala turunnya
suatu musibah“.
Diantara
penawar musibah adalah mengetahui bahwa
Allah Ta’ala tidak akan menurunkan musibah bagi seorang muslim dalam
rangka membinasakan hambanya, akan tetapi diturunkan dalam rangka membersihkan
seorang hamba dan membedakan antara hamba yang bersabar dan yang berkeluh
kesah, oleh karena itu sepantasnya seorang hamba untuk memperhatikan perkara
ini agar meraih pahala dan ganjaran Allah Ta’ala, sebagaimana sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, ”Mengherankan perkara seorang mukmin, setiap perkaranya
adalah kebaikan, dan hal itu tidak ada kecuali bagi seorang mukmin, jika ia
ditimpa sesuatu yang menyenangkan dia bersyukur, maka ini adalah kebaikan
baginya. Jika ia ditimpa sesuatu yang tidak menyenangkan dia bersabar, maka ini
adalah kebaikan baginya“.
Diantara
penawar musibah adalah melihat dan merenungi keadaan para manusia semuanya, jika ia melihat
ia akan menjumpai banyak manusia yang diberikan ujian dan cobaan. Dan hendaknya
ia sadar bahwa kesenangan hidup dunia adalah menyerupai mimpi dalam tidur dan
bayangan yang akan lenyap. Berkata Abdullah ibnu Mas’ud, ”Disetiap kegembiraan
terdapat pengorbanan, dan tidaklah suatu rumah terdapat banyak kegembiraan
melainkan banyak dijumpai tetesan air mata“.
Diantara penawar
musibah adalah seorang hamba mengetahui bahwa musibah adalah cobaan, dan Allah
Ta’ala mengasihi seorang hamba atas apa yang menimpanya, hal ini dikarenakan
jika hamba terus menerus dalam kesehatan dan ‘afiyah, melimpahnya harta bisa
jadi akan lalai dan tertipu serta bangga diri yang akan menjadikan kebinasaan
bagi dirinya. Akan tetapi bilamana Allah turunkan peringatan baik pada dirinya,
hartanya, ataupun dalam urusannya, maka niscaya ia akan senatiasa tunduk dan
rendah hati dan terjauhkan dari rasa ujub, maka Maha Suci Allah tatkala
menurunkan suatu cobaan dan peringatan atas hamba-Nya.
Diantara penawar
musibah adalah seorang hamba mengetahui tatkala dijumpai pahitnya musibah bila
disertai kesabaran dan mencari pahala disisi Allah, niscaya akan berubah
menjadi suatu yang manis terlebih pada hari kiamat, ia bersabar atas pahitnya
ujian yang bersifat sementara dan akan meraih ganjaran kebahagiaan yang kekal
abadi, jika tidak maka akan terjadi sebaliknya, dan kita berlindung kepada
Allah dari hal ini.
Semoga kita
diberikan akal sehingga dapat merenung dan berfikir dan semoga kita diberikan
limpahan hidayah menuju jalan yang lurus. Dan semoga Allah memperbaiki urusan
dan perkara kita semua, serta segala putusan-Nya baik bagi kita semua, dan kita
meminta ampun kepada Allah atas dosa kita dan kaum muslimin seluruhnya,
sesungguhnya Dia adalah Dzat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Alhamdulillah,
wa sholatu wassalamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du;
Wahai para
hamba Allah, jika seandainya kita dalam kesehatan dan ‘afiyah serta limpahan
harta maka jangan sekali-kali kita tertipu dan terpedaya, bukankah orang yang
kerkena musibah dan cobaan pada hari ini mereka dulunya dalam keadaan sehat dan
‘afiyah!! Oleh karena itu sepantasnya bagi orang yang berakal tatkala ia dalam
keadaan sehat dan ‘afiyah tidak melupakan keadaan ini, dan seyogyanya ia tidak
lupa terhadap para hamba Allah lainnya yang sedang mengalami musibah, sesungguhnya
Allah senantiasa memberikan pertolongan bagi para hamba selagi mereka
memberikan pertolongan terhadap sesama saudara mereka, dan jika hamba senantiasa
memenuhi dalam hajat saudaranya, niscaya Allah akan memenuhi hajatnya disaat ia
menjumpai perkara genting, dan perbuatan kebajikan akan menjadi perisai ketika keadaan
buruk.
Wahai kaum
mukminin, barang siapa yang melihat keadaan saudaranya dari kaum muslimin di berbagai
penjuru, niscaya di sana dijumpai diantara mereka yang sedang mendapat ujian
dan cobaan, maka sebaiknya kita memberikan pertolongan dengan memanjatkan do’a
kepada Allah agar mereka segera terbebas dari kesusahannya, dimudahkan urusannya,
dan semoga Allah menjaga mereka, dan sepantasnya kita memberikan bantuan apa
yang kita mampu untuk mereka dalam rangka menunaikan kewajiban dan mencari
pahala disisi Allah Ta’ala.
Ketahuilah wahai
kaum muslimin -semoga Allah menjaga kalian- bahwasanya sebaik-baik perkataan
adalah kitab Allah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam, dan seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan, dan
setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah sesat,
dan hendaknya kalian bersama Al-Jama’ah, sesungguhnya tangan Allah berada di atas
Jamaah.
Bersholawat
dan salamlah kepada Nabi Muhammad ibnu Abdillah, sebagaimana diperintahkan
Allah dalam firman Nya;
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi . Hai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzab: 56).
......