Oleh : Asy Syaikh Abdurrozak Al-Badr hafidzahullah
Sesungguhnya
anak-anak kita pada hari-hari ini menghadapi ujian dalam rangka urusan duniawi,
agar menyelesaikan tahun pelajaran yang mereka tempuh, mereka akan diuji atas
apa yang selama ini mereka pelajari, diberikan pertanyaan-pertanyaan yang
bersifat wawasan, pengetahuan, yang mana ujian tersebut sangatlah berpengaaruh
terhadap rasa takut bagi anak bahkan juga bagi para orang tua, maka alangkah
indahnya jika para ayah dan ibu menyambut para anak mereka dengan aneka nasehat
dan arahan untuk memberikan bimbingan belajar, dan alangkah semangatnya para
orang tua memberikan dukungan agar mereka berhasil dan lulus, dan seharusnya
demikian pula perhatian dan pendampingan orang tua kepada anak di dalam menghadapi
ujian terbesar pada hari kiamat tatkala berdiri di hadapan Allah Ta’ala yang
akan menanyakan terhadap apa saja yang telah mereka lakukan tatkala hidup di dunia
ini.
Dan tidak
ada celaan untuk mengharapkan keberhasilan nilai anak-anak mereka di dunia,
karena ini merupakan kesempurnaan dukungan tarbiyah dan pendidikan, akan tetapi
yang menjadi celaan adalah jika ujian dunia ini dijadikan tujuan akhir semata
tanpa menghiraukan apa yang akan mereka hadapi tatkala di hari kiamat di hadapan
Allah Ta’ala.
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda dalam doanya,
“Ya Allah Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan dunia ini menjadi tujuan
terbesar kami dan puncak pengetahuan kami“. Dalam doa
ini tidak dicela jika seandainya kita perhatian terhadap urusan dunia kita,
akan tetapi yang tercela dan sangat dicela jika menjadikan dunia sebagai puncak
tujuan terbesar dan akhir dari pengetahuan kita.
Dan sebaiknya
bertepatan dengan hari-hari ujian ini para pelajar diingatkan juga tentang
persiapan ujian hari kiamat kelak, sepantasnya merasakan besok ia akan diuji,
dan hal itu membutuhkan persiapan. Dan dalam ujian ada pertanyaan dan jawaban,
dimana sejauh kesiapan dirinya akan berpengaruh terhadap keberhasilan, demikian
juga yang akan dihadapi tatkala di alam kubur dan pertanyaana Allah dihari kiamat
disaat bertemu dengan Allah Ta’ala. Jika engkau
melakukan persiapan dari ujian pembelajaran tahunan, maka jadikanlah hal ini
sebagai pintu masuk agar kalian mempersiapkan menghadapi ujian hari kiamat.
Dikisahkan dari
Fudhail ibnu Iyadh rahimahullah, ia bertanya kepada seseorang, “Berapa umur
yang telah engkau lalui?” Maka dijawab, “60
tahun”, maka berkata Fudhail, ”Semenjak 60 tahun ini engkau berjalan menuju
Allah, sebentar lagi engkau hampir sampai“, maka orang tersebut berkata, wahai
Abu Aly, sesungguhnya kita milik Allah dan kita akan dikembalikan kepada-Nya”,
berkata Fudhail, “Tahukan apa yang engkau katakan? Tahukah dirimu maksud tafsirnya?”
Maka orang tersebut berkata kepada Fudhail, “Tolong tafsirkan kepadaku!” Maka
dijawab, “Perkataanmu ‘kita adalah milik Allah’ artinya adalah kita adalah milik
Allah dan hamba Allah dan akan kembali kepada Allah. Jika kita sadar bahwa kita
adalah hamba milik Allah, dan akan kembali, maka kita akan bertanggung jawab,
dan kita akan ditanya tentang pertanggung-jawaban, jika kita sadar akan hal
ini, tentunya kita melakukan persiapan untuk memberikan jawaban”. Maka orang
tersebut bertanya, “Apa solusi kita?” Maka dijawab, “Mudah sekali”, dikatakan,
“Apa itu?” Maka dijawab, “Engkau perbaiki amal pada umur yang tersisa, niscaya
akan terampuni apa yang telah lewat dan tersisa, dan sebaliknya jika engkau
berbuat buruk di umur kamu yang tersisa, niscaya akan tercatat keburukan di
masa lalu dan yang akan datang“.
Diriwayatkan
dari Tirmidzy dan selainnya, dari hadist Abdullah Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu
berkata, bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Tidak akan
bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ia ditanya lima perkara,
tentang umurnya dihabiskan untuk apa, tentang masa mudanya untuk apa ia
gunakan, tentang hartanya dari mana ia peroleh
dan ia gunakan, dan tentang ilmunya sejauh mana ia mengamalkan“.
Kita telah
mengetahui bahwa kita akan ditanya pada hari kiamat, diberikan ujian dan pertanggung
jawaban, dan kita juga mengetahui materi pertanyaan tersebut, maka sepantasnya
kita memberikan perhatian terhadap lima pertanyaan ini dibenak pikiran kita,
selagi kita masih berada di medan amal, kelima tersebut adalah umur, masa muda,
harta dan ilmu. Kita akan menjumpai pertanyaan hak ini dan kita akan dimintai pertanggungjawaban
akan lima hal ini secara hak, maka sepantasnya kita persiapkan dengan baik
jawaban pertanyaan tersebut.
Yang menjadi
kewajiban para penuntut ilmu dan para pelajar, hendaknya memberikan
perhatian terhadap buku-buku dan
lembaran kertas yang tercantum di sana ayat-ayat Allah dan hadist-hadist Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam, agar menghormatinya dan mengagungkannya,
dikarenakan sejauh ia menghormati dan menghargai kitab-kitab Ilmu maka sejauh
itu pula ia mendapat taufik dan alamat keberuntungan dirinya, hal ini kita katakan
dikarenakan sering dijumpai pada
masa-masa ujian, banyak diantara pelajar yang tidak peduli pada buku-buku yang
mereka miliki seolah-olah tidak merasa butuh dan dilemparkan ke tanah, bahkan
terkadang dilemparkan dari depan pintu, dan semisal ini tidak pantas dilakukan
para penuntut ilmu. Jika ia merasa tidak membutuhkanya kembali cukup ia
menaruhnya pada tempat yang terkhususkan dalam rangka menghormatinya.
Kewajiban
berikutnya hendaknya menjauhi perangkap setan yang diharamkan Allah Ta’ala
jangan sampai ujian menjadikan sebab terjerumus dalam larangan, melampaui batas
seperti berbuat curang sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Barang siapa yang berbuat curang maka bukan dari golongan kami“.
Curang dalam
urusan ilmu lebih jahat dan mudhorot dari berbuat curang dalam urusan makanan
dan minuman, dikarenakan kedudukan ilmu lebih utama dan muliya. Oleh karenanya
setiap pelajar berhati-hati dalam hal ini dan hendaknya bertakwa kepada Allah
Ta’ala, dan janganlah pandangannya hanya sebatas diawasi para petugas jaga
ujian saja akan tetapi hendaknya melihat bahwa Allah Ta’ala memberikan pengawasan
dari atas langit, yang tiada sesuatu yang samar bagi-Nya di langit dan di bumi,
oleh karenanya hendaknya menjauhi cara dan sikap buruk seperti tidak jujur,
manipulasi dan berbuat makar.
Jika kita
merenung, kita dapati pada hari-hari ujian ini terdapat semangat dan kemauan
keras yang mengherankan dalam upaya belajar, muroja’ah, menghafal, serta munculnya
kemampuan yang dahsyat yang sepantasnya disyukuri karena ini adalah pemberian
Allah yang sebenarnya kita memiliki kemampuan tersebut, akan tetapi kita
menyia-nyiakannya, tidak memaksimalkannya dalam sehari-hari!! Sekiranya kita
setiap hari menggunakan kemampuan ini dalam jangka satu tahun penuh, niscaya ia
memperoleh banyak ilmu.
Dan
sepantasnya di waktu seperti ini, hendaknya banyak berdoa dan bersimpuh memohon
di hadapan Allah Ta’ala, semoga segenap putra-putri kita diberikan taufik
keberhasilan di dunia dan akhirat, dikarenakan keberhasilan dan taufik berada
di genggaman Allah semata. Maka alangkah indahnya bagi para orang tua yang
telah berusaha memberikan arahan dan bimbingan yang disertai kejujuran dalam
memohon di hadapan Allah hingga mengapai keberhasilan dan keberuntungan.
Hari-hari
ini hendaknya mengingatkan kita akan amanah yang akan ditanyakan kelak,
terhadap segala amanat dalam setiap sendi kehidupan kita baik tauhid, ibadah,
muamalah, hubungan sesama, terkandung juga di dalamnya amanah seorang pelajar
terhadap ujian yang dihadapinya.
Dan tidak
lupa kita katakan, bahwa banyak tersebar doa dan wirid tertentu, seperti wirid
ketika hendak belajar, ketika hendak masuk ruangan, ketika menjawab ujian, ketika selasai mengerjakan,
dan do’a-doa tertentu semisal ini tidaklah pernah Allah turunkan hujjah dan
sulthon, dan ini tergolong berbicara agama tanpa ilmu, sebagaimana ungkapan
para ulama, ”Barang siapa menganggap baik suatu perkara, maka ia tergolong
membikin syariat baru tertentu“.
Oleh
karenanya sepantasnya kita memberikan peringatan kepada masyarakat akan
keberadaan doa dan wirid semacam ini adalah bukan bagian agama, akan tetapi cukup
ia memanjatka doa agar diberikan taufik dan keberhasilan, tanpa memberikan
ritual dan ketentuan-ketentuan khusus yang tidak ada dalilnya dan contohnya
dalam Al-Kitab dan As-Sunnah.
Dengan ini
kita tutup ulasan ini dengan memanjatkan doa kepada Allah Ta’ala melalui Nama-Nama-Nya
Yang Husna dan Sifat-Sifat-Nya Yang Ulya, agar menuliskan bagi kita semua
keberhasilan dan kesuksesan di dunia dan akhirat dengan mengapai ridho Allah
Ta’ala dan dijauhkan dari segala murka-Nya, sesungguhnya Dia Dzat Yang Maha
Mendengar, hasbunallahu wa nikmal Wakil.