Jumat, 06 Desember 2013

KETIKA TURUN HUJAN

Merupakan nikmat Allah Ta'ala kepada para hamba adalah diturunkannya hujan, setelah terjadi musim kekeringan yang berkepanjangan, dan ini menunjukkan akan rahmat dan kasih sayang Allah kepada hambanya.

Allah Ta'ala berfirman: "Allah-lah yang mengirimkan angin lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang Dia kehendaki, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila Dia menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki tiba-tiba mereka gembira. Padahal sebelum hujan diturunkan kepada mereka, mereka benar-benar putus asa. Maka perhatikanlah bekas-bekas rahmat Allah, bagaimana Allah menghidupkan bumi setelah matinya, sungguh Dia berkuasa menghidupkan sesuatu yang mati. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS.Ar-Rum: 48-50).

Nikmat ini ada dikarenakan turunnya barokah padanya, yaitu berupa hidupnya kembali setelah gersang yang berkepanjangan, dan menghasilkan buah-buahan dengan aneka ragamnya, yang kemudian nikmat tersebut digunakan dalam ketaatan kepada Allah Ta'ala, maka inilah hakikat barokah.

Adapun hujan yang tidak menumbuhkan tumbuhan, membuahkan buah-buahan, maka ini hakikatnya adalah kekeringan dan kegersangan, walaupun sedang dilanda hujan, karena ia kehilangan faidah dari turunnya hujan. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Bukanlah kekeringan adalah tidak diturunkannya hujan, akan tetapi kekeringan yang hakiki adalah diturunkannya hujan akan tetapi tidak menumbuhkan di muka bumi sesuatu apapun". (HR.Muslim). Oleh karenanya disyariatkan agar mengucapkan do'a disaat hujan turun, sebagaimana diriwayatkan oleh 'Aisyah radhiyallahu'anha, bahwasanya Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam apabila melihat hujan turun maka mengucapkan "Allahumma shoyyiban naa'fian". (HR Ahmad, Bukhory dan An-Nasa'i).

Hujan bilamana hilang barokahnya maka tidak akan membawa manfaat, bahkan akan membawa pada kebinasaan dan kerusakan dan adzab. Betapa banyak umat-umat manusia terkena adzab lantaran hujan, hingga tenggelam, maka kita memohon perlindungan kepada Allah agar diselamatkan dari yang semisal ini.

Diantara perbuatan yang disyariatkan tatkala hujan turun adalah apa yang diriwayatkan dari sahabat Anas ibnu Malik radhiyallahu'anhu, bahwa Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam tatkala turun hujan, maka Nabi membuka penutup kepala Beliau dan membasahinya. Maka dikatakan kepada beliau, kenapa melakukan ini? Maka Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Karena air ini baru saja datang dari Allah". (HR.Ahmad dan Muslim). Maka bisa disimpulkan disaat hujan turun hendaknya membuka penutup kepalanya hingga terbasahi oleh air hujan tersebut, hal ini dikarenakan baru saja diturunkan dari langit yang Allah Ta'ala turunkan. Dan perkara ini tidak bisa diqiyaskan kepada perbuatan atau perkara lainnya karena tidak ada dalil untuk selain air hujan.

Perlu diperhatikan disini, bahwasanya tidak boleh menisbatkan datangnya hujan lantaran sebab bintang-bintang tertentu di langit, atau yang semisalnya, karena hal ini akan menjadikan murkanya Allah Ta'ala karena telah mengkufuri nikmat Allah dan tergolong pada perbuatan syirik kecil yang dilarang dalam agama, bahkan bisa mengantarkan pada syirik besar jika diyakini yang menurunkannya adalah selain Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Diriwayatkan dari Ubaidillah ibnu Abdullah ibnu Utbah dari Zaid ibnu Kholid Al Juhany, bersabda Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam tatkala selesai sholat subuh yang pada malamnya telah turun hujan, "Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Allah?" Maka dijawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. "Allah berfirman, "Dipagi ini sebagian hamba-Ku beriman kepada-Ku, dan sebagian lain telah kafir". Adapun yang telah mengatakan 'Telah turun hujan kepada kami karena kemuliaan Allah dan karunia-Nya', maka ia telah beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang-bintang di langit. Adapun yg telah mengatakan 'Turun hujan dikarenakan bintang ini dan itu....' maka ia telah kafir kepada-Ku dan ia beriman pada bintang-bintang di langit". (HR Bukhary dan Muslim).

Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda, "Taukah kalian apa yang dikatakan Allah? Tidaklah Allah memberikan suatu karunia dan nikmat kepada para hamba kecuali di sana ada dua golongan, sebagian beriman dan sebagian kafir. Mereka mengatakan, 'Bintang ini, bintang itu ...' ". (HR Muslim)

Berkata Ibnu Abbas radhiyallahu'anhu, dahulu turun hujan di masa Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam maka Beliau bersabda, "Sebagian para hamba bersyukur, dan lainnya kufur. Sebagian berkata, "Ini adalah rahmat dan karunia Allah, sebagian mengatakan, "Ini turun karena bintang ini dan itu...," maka turun firman Allah Ta'ala: "Lalu Aku bersumpah dengan tempat beredarnya bintang-bintang. Dan sesungguhnya itu benar-benar sumpah yang besar sekiranya kamu mengetahui. Dan ini sesungguhnya Al Qur'an yang sangat mulia. Dalam kitab yang terpelihara. Tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan seluruh alam. Apa kamu menganggap remeh berita Al Qur'an ini? Dan kamu menjadikan rizki yang kamu terima dari Allah justru untuk mendustakan-Nya?". (QS.Al Waqi'ah: 75-82). Maksud ayat di atas adalah, jika sekiranya Allah yang memberikan karunia nikmat kepada kalian akan tetapi engkau membalasinya dengan mendustakannya, mengkafirinya dan menyandarkan nikmat tersebut kepada selain Allah.

Maka sepantasnya kita mensyukuri nikmat-nikmat Allah dengan menggunakan di dalam ketaatan, senantiasa menjaga iman, tauhid serta akidah kita sesuai petunjuk Al-Kitab dan As-Sunnah.

~ disadur dari tulisan Syaikh Ali Yahya Al Hadady ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar