Jumat, 23 Mei 2014

FATWA SOAL-JAWAB

Pertanyaan: Semoga Allah memberkahi anda, ada ungkapan, "Sesungguhnya anda sangat keras tatkala membahas jamaah-jamaah yang ada, akan tetapi jika diceritakan kepada anda tentang pergolakan yang terjadi dengan bertumpahdarahnya kaum muslimin yang ada di belahan dunia, anda hanya menyinggung dengan secepat kilat seperti tidak ada perhatian terhadapnya, apa jawaban anda tentang ini?"                                

Berkata Syaikh Ibrohim ibnu 'Amir Ar-Ruhaily hafidzohullah:  "Pertama, sebagaimana yang anda singgung, bahwa Ahlussunnah memiliki tugas untuk memberikan nasihat kepada manusia, dan menjelaskan kepada mereka akan perkara agamanya, dan arti Ahlussunnah adalah mereka yang senantiasa istiqomah berpegang erat dengan Sunnah, -kita memohon kepada Allah agar digolongkan kelompok ini-, mereka memiliki ghiroh (kecemburuan) atas agama dan akidahnya, dan juga atas darah kaum muslimin tentunya. Demi Allah tidak dijumpai seorang muslim, walau ia memiliki berbagai kekurangan pada dirinya, yang tidak murka atas terbunuhnya muslim lainnya, maka tuduhan bahwa Ahlussunah tidak marah dan murka tentang hal ini, tidak menolong muslim lainya, ini adalah tuduhan yang tidak benar dan keliru, akan tetapi Ahlussunnah senantiasa menanggulangi sesuatu dengan cara yang hikmah dan baik, tidak dengan menimbulkan kekacauan dan keributan, bukan dengan cara naik mimbar dan teriak-teriak dihadapan para manusia seraya berkata, "Hilang kesabaran!!", "Apa yang kita kerjakan??", "Apa yang telah kita lakukan??", dan ia memprovokasi manusia, apakah ini termasuk memberikan nasihat??, apa yg dihasilkan dari provokasi ini?? Bukankah di masjid-masjid tersebut tidak lebih hanyalah kaum muslimin yang awam, yang tidak memiliki daya dan upaya atas provokasi mereka. Demi Allah hal ini tidak akan membawa manfaat bagi kaum muslimin, bahkan ini hanyalah merupakan upaya untuk menyulut fitnah. Akan tetapi Ahlussunnah memberikan nasehat kepada para pemimpin, yang ada padanya ahlul halli wa aqdi dan menyampaikan kepada mereka dengan rahasia, dan ini yang akan membawa manfaat, menyeru kepada saudara-saudara mereka kebaikan, dan inilah ghiroh yang lurus. Adapun memberikan nasehat di hadapan umum kepada para pemimpin, maka ini bukanlah ghiroh yang dibenarkan. Adapun orang yang berakal, ia akan mengambil pelajaran dari orang lain.

Lihatlah pada negeri yang melakukan pelanggaran ini, tatkala dijumpai orang-orang yang melakukan keributan yang mengira ia memberikan dukungan untuk pembelaan tertumpahnya darah kaum muslimin yang mengakibatkan timbulnya fitnah ini, hingga mereka melontarkan kritik pedas, bahkan melontarkan celaan dan celotehan bahkan laknat, hingga para manusia mengatakan: "Alangkah besarnya ghiroh orang ini terhadap agama Allah!!....           

Apa dampak dari perbuatan ini?...Tidak mewariskan kecuali hanyalah timbul fitnah!! Hingga para pemuda banyak masuk dalam penjara, menimbulkan kekacauan, dan para provokator lari meninggalkan mereka......           

Berbeda dengan Ahlussunnah yang mereka cemburu terhadap agama Allah dan darah kaum muslimin dan mereka murka akan hal ini, akan tetapi kemurkaan mereka terkendali oleh akal, oleh agama, oleh dalil, maka Ahlussunnah mereka berupaya menanggulangi suatu kejadian berdasar Ilmu dan Fikih, sebagai contoh kita sebutkan imam dari para 'aimah Ahlussunnah yang memberikan arahan yang hak akan tetapi dengan ini banyak mendapat celaan dan kecaman, hingga manusia engan mengikuti nasehatnya, maka apa yg menimpa umat??...Tatkala muncul fitnah dinegeri Palestin, muncul kelompok anak-anak kecil bersenjata batu, mereka menyerang para yahudi dengan lemparan dan ketapel batu, maka muncul para provokator dan meneriakkan: "Ini adalah pintu kemenangan, ini adalah permulaan jihad", mereka menghembuskan pernyataan bahwa orang yahudi akan mereka usir esok hari, dan memberikan banyak khayalan dan bualan dan mengembar-gemborkan bahwa ini yang dinamakan jihad.

Maka tatkala Syaikh Abdul Aziz ibnu Baz rahimahullah ditanya tentang perbuatan mereka beliau menjawab: "Mereka tidak memiliki tahtik dan kekuatan untuk jihad, maka seyogyanya di masa seperti ini tidak memancing musuh yang mana kaum muslimin tidak memiliki kemampuan untuk memerangi mereka. Maka dikatakan ini berarti damai dengan mereka, ini demikian, itu demikian.....Kalau seandainya hal ini yang memberikan fatwa bukan Syaikh Abdul Aziz ibnu Baz, niscaya banyak lagi sanggahan dan cemomohan padanya. Maka tatkala fatwa ini dilanggar, apa yg terjadi? Beberapa tahun telah lewat? Apa yang menimpa umat? Apa yang terjadi pada kaum muslimin?... Dahulu yang tadinya mereka aman di rumah-rumah mereka, sekarang rata rumah-rumah mereka, masjid-masjid, madrasah-madrasah, fasilitas-fasilitas umum dihancurkan, hingga semua kering. Kemudian apa hasil setelah semua ini? Hasilnya mereka sekarang kembali patuh dan tunduk, mereka sekarang mengatakan perundingan dan perdamaian, setelah semua hancur dan rata, ini adalah akibat dari kecerobohan, menampakkan ghiroh atas darah muslimin, kemudian menyulut fitnah, dan orang yg melontarkan nasihat agar tidak membabibuta dikatakan bermudahanah (loyal pada musuh)?!... ...

Para Ulama mereka adalah manusia yang paling memiliki ghiroh dan kecemburuan terhadap agama Allah, akan tetapi mereka mengatasi segala persoalan dan permasalahan dengan hikmah dan bijak.

Adapun yang disebut pula dalam pertanyaan dari kelompok-kelompok yang ada, maka demi Allah sesungguhnya bid'ah lebih buruk dari perbuatan maksyiat pembunuhan muslim, jika pelakunya sesama muslim, jika pembunuhnya kafir, maka ini tergolong syahid bagi muslim tersebut. Jika dijumpai muslim membunuh muslim lain, maka ini adalah maksyiat yang melanggar hak saudaranya, sebagaimana sabda Nabi صلى الله عليه وسلم , "Pembunuh dan yang dibunuh keduanya di neraka". "Jika dua orang  muslim saling menghunus pedang mereka, maka si pembunuh dan yang dibunuh keduanya di neraka". Ini adalah ancaman yang sangat keras. Adapun jika muslim dibunuh oleh orang kafir, maka ini syahid baginya إِنْ شَاءَ اللّهُ , dan ini adalah cobaan dan peninggian derajat baginya.

Akan tetapi apa yg menimpa muslimin dari perkara bid'ah dalam agama mereka, maka ini lebih dahsyat dari pembunuhan, sebagaimana yang difirmankan Allah Ta'ala, dan fitnah ditafsirkan para salaf adalah bid'ah, dan fitnah bid'ah pada umat lebih bahaya dari fitnah maksyiat, dan hendaknya kalian merenungkan: "Siapa yang telah membunuh Umar? Bukankah seseorang kafir yang mendapat dorongan dari kelompok menyimpang dan sesat? , Siapa yang telah membunuh Utsman? Bukankah Ahlu bid'ah? Siapa yang membunuh Ali, mencela Mu'awiyah, mencela dan melaknati para sahabat? Siapa yang melecehkan para ulama? Keluar dari kekuasaan penguasa? Yang melakukan pengeboman pada negara yang berpenduduk muslimin masa sekarang?"....Yang melakukan para pelaku maksyiat atao pelaku bid'ah? Mereka ahlu bid'ah, oleh karenanya Ahlussunnah senantiasa memberikan peringatan atas perbuatan bid'ah, karena sangat berbahaya bagi umat, dengan ini berkata Sufyan ibnu Uyainah: " Bid'ah lebih disukai iblis dari perbuatan maksyiat, pelaku maksyiat akan bertaubat sedang pelaku bid'ah tidak akan bertaubat".

Kita bisa saksikan bahwa banyak pelaku pembunuhan kaum muslimin jika ia dinasehati dalam waktu satu jam ia akan bertaubat kepada Allah, akan tetapi lihat bagaimana sikap ahlu bid'ah, ia tidak bertaubat. Bukan maksudnya jika pelaku bid'ah bertaubat tidak diterima taubatnya, akan tetapi ia tidak bertaubat dikarenakan memandang amalan yang ia lakukan adalah baik, ia di atas petunjuk, dan merasa benar. Maka bagi para kaum muslimin seyogyanya mereka faham akan agama mereka, dan tidak pantas untuk meremehkan perkara bid'ah. Maka dari itu memberikan peringatan dari bid'ah merupakan jalan selamat bagi umat. Berpegang erat terhadap jama'ah dan jihad fi sabilillah inilah yang ditegakkan dalam ajaran As-Sunnah, bukan berjihad dengan mencampurkan aneka bid'ah dan perpecahan. Maka tatkala kita menyeru kepada Sunnah dan memperingatkan dari bid'ah, ini merupakan seruan berpegang terhadap jamaah, dan berpegang dengan Jamaah memiliki kedudukan berjihad.   Adapun perbuatan maksyiat maka kita senantiasa memperingatkan umat darinya, kita tidak pernah diam dari kemaksyiatan, dan kita merasa, jika dijumpai dalam umat suatu pelanggaran sebagai contoh memakan yang haram, melakukan maksyiat, pelanggaran syar'i , pasti dijumpai dari kalangan Ahli Ilmu berbicara menerangkan akan hal ini, dikarenakan prinsip Ahlussunnah tidak diam dari kesalahan, dan dijumpai pula banyak peringatan terhadap bid'ah dari peringatan dari maksyiat karena bahaya bid'ah lebih dasyat dari bahaya maksiyat.

www. Islamancient. Com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar