Jumat, 16 Juni 2017

KEUTAMAAN MALAM LAILATUL QODAR

 

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du : 

Sesungguhnya malam lailatul qodar merupakan malam yang mulia, dimana Allah Ta'ala menurunkan kitab suci Al-Qur'an dan malam tersebut merupakan malam yang penuh barokah yang memiliki keutamaan lebih baik dari seribu bulan. 

Allah Ta'ala berfirman : 

حمٓ ﴿١﴾  وَٱلْكِتَٰبِ ٱلْمُبِينِ ﴿٢﴾  إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ ﴿٣﴾  فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ ﴿٤﴾ أَمْرًا مِّنْ عِندِنَآ ۚ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ ﴿٥﴾  رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ ﴿٦﴾

"Haa miim."
"Demi Kitab (Al Quran) yang menjelaskan,"

"sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan."
"Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,"

"(yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul,"

"sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
(Q.S. Ad-Dhukhaan :1-6)

Allah Ta'ala berfirman : 

إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ ﴿١﴾  وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ ﴿٢﴾ لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ ﴿٣﴾   تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ ﴿٤﴾  سَلَٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ ﴿٥﴾

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan."
"Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?"
"Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan."
"Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan."
  "Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar." (Q.S. Al-Qodr :1-5)

Sebagaimana telah sah riwayat dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda :  

من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه 

 " Barangsiapa yang menghidupkan malam lailatul qodar dengan penuh iman dan semata-mata mencari pahala niscaya ia akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu ". ( HR. Al-Bukhari dan Muslim ) 

Menghidupkan malam lailatul qodar dengan cara mengerjakan sholat malam, tilawah Al-Qur'an, berdzikir dan berdoa dan semisalnya dari amalan yang baik dan berdasarkan firman Allah Ta'ala diatas menunjukkan bahwa beramal pada malam tersebut lebih utama dari seribu bulan dibandingkan malam lainnya, dan hal ini merupakan keutamaan yang agung yang Allah Ta'ala limpahkanlah kepada umat ini, sehingga sepantasnya setiap muslim agar memaksimalkan ibadah di waktu sepuluh hari terakhir bulan suci ini dan hari hari ganjil lebih diharapkan sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam : 

 
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.

“Carilah lailatul Qadr pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.” ( HR. Al-Bukhari ) 

Dan telah sah riwayat dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa malam lailatul qodar berpindah pindah di sepuluh terakhir bulan ramadan dan tidak menetap dalam satu waktu, sehingga bisa kemungkinan terjadi pada malam keduapuluh satu atau duapuluh tiga atau duapuluh lima atau duapuluh tujuh dan ini kemungkinan yang terbesar atau mungkin pada malam duapuluh sembilan, bahkan bisa terjadi pula pada malam malam genap, maka barangsiapa yang bersungguh sungguh pada sepuluh terakhir bulan ini niscaya ia akan mendapatkan keutamaan malam lailatul qodar, sebagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersungguh-sungguh ketika memasuki sepuluh terakhir bulan suci ini. 

Sebagaimana diriwayatkan oleh Ummul Mukminin A'isyah radhiyallahu anha : 

 كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

" Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  ketika memasuki sepuluh terakhir bulan Ramadhan, beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim ) 

Yang dimaksud dengan beliau mengencangkan sarungnya adalah meninggalkan istri-istri beliau karena ingin konsentrasi untuk ibadah di akhir-akhir Ramadhan.  

Demikian pula telah sah riwayat  bahwasannya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ber i'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan ramadan. 

Telah diriwayatkan dari Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘anha, (dia) berkata : “Aku bertanya, “Ya Rasulullah ! Apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan ?” Beliau menjawab, “Ucapkanlah :

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

“Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku". ( HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah ) 

Dan telah sah riwayat dari para sahabat serta para Salafus-Sholih menghidupkan malam sepuluh terakhir bulan ramadan dan bersungguh-sungguh dalam beribadah serta mengagungkan waktu mulia ini. 

Maka seyogyanya setiap muslim agar meneladani jejak-jejak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan mengikuti jalan para sahabat dan generasi Salafus-Sholih untuk senantiasa menghidupkan malam malam terakhir bulan ramadan ini untuk beribadah dengan maksimal, mengerjakan sholat malam, ber dzikir, berdoa, tilawah Al-Qur'an, yang dilandasi oleh imam dan semata-mata mencari pahala Allah Ta'ala, sehingga mendapatkan ganjaran yang berupa diberikan ampunan dosa-dosa yang terdahulu dan dibebaskan dari neraka dan tergolong menjadi penghuni surga. 

Allah Ta'ala menjelaskan bahwa keutamaan diatas diraih bagi mereka yang menjauhi dosa-dosa besar, sebagaimana firman Allah Ta'ala : 

إِن تَجْتَنِبُوا۟ كَبَآئِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُم مُّدْخَلًا كَرِيمًا ﴿٣١﴾

"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)." (Q.S. An-Nisaa :31)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ

“Antara shalat lima waktu, antara Jumat yang satu dan Jumat lainnya, di antara Ramadhan yang satu dan Ramadhan lainnya, itu akan menghapuskan dosa di antara keduanya selama seseorang menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim ) 

Sesungguhnya puasa merupakan ibadah yang sangat agung, terlebih puasa di bulan suci ramadan, maka sepantasnya setiap muslim mengagungkan ibadah mulia ini dengan dasar niat yang sholih dan berjuang guna menjaga ibadah ini dan bersegera dalam berbuat ketaatan dan bertaubat dari segala bentuk dosa dan kemaksiatan. 

Dan hendaklah senantiasa menjauhi segala larangan Allah Ta'ala dan Rasul-Nya, dan tetap istiqomah diatas kebaikan di bulan ramadan atau diluar ramadan, dan saling menasihati dalam kebajikan dan kesabaran serta amar makruf nahi mungkar agar dapat menggapai keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat hingga menuju surga Allah Ta'ala yang kekal abadi , dan semoga sholawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar