SHOLAT TAHAJUD
Allah Ta'ala berfirman:
وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا ﴿٧٩
وَقُل رَّبِّ أَدْخِلْنِى مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِى مُخْرَجَ صِدْقٍ وَٱجْعَل لِّى مِن لَّدُنكَ سُلْطَٰنًا نَّصِيرًا ﴿٨٠
"Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji."
Dan katakanlah (Muhammad), ya Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(ku)." (QS. Al-Isra: 79-80)
Ketahuilah bahwa shalat malam (qiyamullail) adalah kewajiban bagi Nabi ﷺ. Perintah ini datang dari Allah Ta’ala untuk Nabi-Nya ﷺ agar senantiasa mengerjakan shalat malam secara terus-menerus. Dan beliau ﷺ telah mendahului kita dalam mengamalkannya.
Qiyamullail memiliki manfaat yang besar.
Di antaranya:
- Mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ.
- Aisyah Ummul Mukminin berkata: Rasulullah ﷺ bersabda kepada seseorang, "Janganlah engkau tinggalkan qiyamullail, karena sesungguhnya Rasulullah ﷺ tidak pernah meninggalkannya. Jika beliau sakit atau lemah, beliau mengerjakannya dalam keadaan duduk," atau beliau berkata, "karena lelah."
Dan dalam sebuah riwayat dari Aisyah, ia berkata: Telah sampai kepadaku tentang suatu kaum yang berkata, “Sesungguhnya kami tidak melakukan hubungan suami istri, tidak makan daging, dan tidak tidur di tempat tidur.” Maka Nabi ﷺ bersabda, “Tetapi aku mendekati istri, memakan daging, dan tidur. Maka barang siapa yang membenci sunnahku, ia bukan bagian dariku.”
Aisyah mengisyaratkan bahwa shalat malam memiliki dua keutamaan besar:
Meneladani sunnah Rasulullah ﷺ. Allah berfirman:
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu."
Menghapus dosa. Sebab telah disebutkan dalam riwayat bahwa shalat malam dapat menghapus dosa, mencegah penyakit dari tubuh, serta menjauhkan penyakit dari badan, dan lebih mendekatkan kepada keikhlasan.
Ibnu Majah meriwayatkan dari Said al-Muqbiri dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Boleh jadi seorang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain rasa lapar, dan boleh jadi seseorang yang shalat malam tidak mendapatkan apa-apa selain rasa lelah."
Al-Hasan berkata: Suatu kaum dulu melakukan kebaikan, namun mereka khawatir jika amalan mereka tidak diterima, sehingga mereka menangis karena takut akan azabnya.
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
"Puasa yang paling utama setelah bulan Ramadan adalah puasa di bulan Allah, yaitu Muharram. Dan salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat malam."
Dalam Syair di katakan;
Wahai jiwa, orang-orang saleh telah menang dengan ketakwaan.
Wahai kesedihanku, malam telah menutupi mereka.
Mereka bermunajat dengan zikir di mihrab mereka,
Hati mereka untuk zikir telah tercerahkan.
Fajar mereka telah bersinar bagi mereka,
dan engkau, wahai jiwaku, tidakkah engkau sadar?
Waktu telah berlalu dalam kelalaian dan hawa nafsu,
dan pintu ampunan telah terbuka, itulah sebaik-baik bagian.
Apakah itu akan bermanfaat sebelum kakiku tergelincir?
Maka manfaatkanlah apa yang masih tersisa, dan ambillah kesempatan!
Saudara-saudaraku, manfaatkanlah waktu untuk berbuat kebajikan.
Hari-hari musim ini terbatas. Manfaatkanlah sisa malam-malam puasa yang jumlahnya sedikit. Bersungguh-sungguhlah dalam mencari kebaikan, karena amal orang yang berpuasa berlipat ganda.
Diceritakan bahwa seorang saleh shalat dua rakaat di malam hari, dalam shalatnya ia mengkhatamkan bacaan Al-Qur'an, lalu ia menghabiskan malam dengan menangis.
Wahai orang yang selalu berbuat maksiat! Kapan akan dikatakan: "Si Fulan telah bertaubat?"
Wahai orang yang lupa akan perjanjian lama dan khianat! Siapakah yang telah menciptakanmu dalam bentuk manusia? Siapakah yang telah menyesuaikan anggota tubuhmu dengan keagungan-Nya? Siapakah yang telah membuat tempatmu menakjubkan? Siapakah yang telah memberimu pendengaran dengan kebijaksanaan-Nya? Siapakah yang telah membuat akal menjadi pembimbing dan cahaya bagimu?
Mengapa engkau tetap lalai dan tidak sadar? Mengapa engkau tetap dalam kesalahan, padahal engkau menutupi kemaksiatan dengan pakaian ketaatan? Siapakah yang engkau abaikan rasa syukurnya, sehingga engkau tidak merasa takut kepada-Nya seperti kepada manusia?
Berapa banyak penyimpangan yang engkau lakukan, tetapi engkau tidak merasa malu di hadapan-Nya? Engkau berinteraksi dengan kehormatan yang tidak diridai oleh Tuhan para makhluk! Apakah engkau tidak merasa takut dengan akibatnya? Engkau berusaha keras untuk meraih kemuliaan manusia, tetapi mengabaikan kemuliaan Allah.
Jika manusia tahu apa yang engkau sembunyikan saat duduk di tempat sepi, niscaya mereka akan mengusirmu dari tempat itu. Maka bagaimana dengan Dzat yang Maha Mengetahui segala rahasia?
Sungguh, celaan bagi orang yang lalai, dan aman bagi orang yang berbuat kebajikan!
Dalam Syair:
Aku menangis atas dosa-dosaku karena besarnya kesalahanku,
Dan sudah seharusnya orang yang haus akibat kepahitan tangisan,
Seandainya tangisan dapat mendinginkan panasnya kesedihanku,
Maka air mataku akan bercampur dengan darah.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya dari Nafi‘ dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu anhu;
“Bahwa ada beberapa orang dari sahabat Nabi ﷺ bermimpi tentang Lailatul Qadr pada tujuh malam terakhir. Maka Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Aku melihat bahwa mimpi kalian bersepakat bahwa Lailatul Qadr ada pada tujuh malam terakhir. Maka barang siapa yang ingin mencarinya, hendaklah ia mencarinya pada tujuh malam terakhir.’”
Dikatakan;
Bulan puasa telah datang mulia,
Bulan amanah, kesabaran, dan takwa.
Di dalamnya surga terbuka menyambutnya,
Jalan ibadah tampak jelas puasanya.
Di malamnya ada yang berdiri membaca wiridnya,
Bulan yang lebih utama dari semua bulan lainnya.
Maka bersungguh-sungguhlah, semoga kau meraihnya,
Dan berhati-hatilah, jangan sampai kau lalai.
Kau akan sembuh dari segala duka yang dalam,
Dan kemenangan bagi siapa yang menghendaki.
Bidadari di dalamnya berhias indah,
Menyambut mereka yang mendapatkan keutamaannya.
Tinggalkan orang lalai yang sibuk dengan permainan,
Yang tenggelam dalam hawa nafsu yang menipu.
Bulan ini lebih baik dari seribu bulan,
Dengan pahala yang besar dan keberkahan.
Berjuanglah, semoga kau mendapat balasannya,
Dan waspadalah, jangan sampai terlewatkan ampunannya.
Saudara-saudaraku, bagaimana mungkin seseorang tidak tertarik untuk berpuasa di bulan Ramadan dan menegakkan malam-malamnya? Bagaimana mungkin seseorang tidak bersedih atas bulan di mana semua dosa hamba diampuni? Bagaimana mungkin seseorang tidak menangis atas bulan yang berlalu, yang di dalamnya terdapat keuntungan yang besar dan kesempatan yang berharga?
Ada seorang pemuda yang selalu menangis lama dalam kegelapan. Ketika dikatakan kepadanya, “Kasihanilah dirimu sendiri,” ia menjawab, “Aku menangis hanya karena kelalaianku sendiri.”
Yazīd bin Murshid adalah seorang yang selalu menangis. Istrinya berkata kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis terus-menerus?” Ia menjawab, “Kesedihan yang panjang telah membuat mataku mengering.”
Bisyr al-Hāfī tidak pernah tidur di malam hari. Ketika ditanya, “Kenapa kau tidak tidur?” Ia menjawab, “Aku takut perintah Allah datang kepadaku sementara aku dalam keadaan tidur.”
Setiap kali mereka merasakan pahitnya keinsafan, mereka berteriak dengan suara lantang:
Saudara-saudaraku, wahai betapa hati ini merasakan penderitaannya yang amat dalam,
Atau wahai betapa jiwanya merasakan kepedihan tangisan itu.
Dan ketahuilah, di atas anggota tubuh yang menundukkan diri dengan ketaatan, ada keutamaan bagi perbuatan yang baik dan mulia. Di atas punggung yang tidak terbebani ketakutan kepada Raja Yang Maha Mulia, di atas hati yang tidak hancur karena kematian dan kehilangan, di atas seorang lelaki yang tidak terusir dan tertimpa kezaliman. Atau di atas hati yang keras, yang telah berjalan menuju api neraka dan angin yang beracun. Atau di atas minuman dari rantai yang terikat dan siksa yang pedih. Atau di atas hati yang dipenuhi dosa yang berat. Atau di atas ketaatan yang kuat, sehingga ia tampak mulia dan terhormat. Atau di atas jalan menuju petunjuk yang jelas.
Wahai orang miskin, apakah engkau akan memutuskan hubungan dengan Tuhanmu? Apakah engkau tidak ingin kembali ke pintu Tuhanmu? Bukankah Dia yang menciptakanmu dan memberimu rezeki? Apakah engkau tidak tersentuh oleh kelembutan-Nya terhadap hati dan rezeki-Nya yang mencukupimu? Apakah engkau tidak diingatkan dengan Islam dan nikmatnya? Apakah engkau tidak mendekat kepada-Nya dengan anugerah dan pemberian-Nya? Tidakkah matamu melihat bagaimana keadaanmu yang lalai, selalu menunda-nunda, dan lebih memilih untuk bergegas menuju dosa dan kesalahan? Aku melihat bahwa bulan ini sedang berlalu, dan engkau tidak menjaga dirimu dari apa yang bisa membinasakanmu. Apakah engkau tidak merasa malu terhadap orang-orang yang menjaga dirinya dari hal-hal yang haram dan menjauhi larangan-Nya? Jika engkau kembali kepada-Nya dengan taubat dan ridha, dan jika engkau tetap teguh dalam ketakwaan dan kebaikan, maka sampai kapan engkau akan memutuskan hubungan dengan Tuhanmu?
Dan di antara yang dikatakan oleh sebagian mereka:
Wahai Dzat yang melihat segala yang ada dalam hati dan mendengarnya,
Wahai Dzat yang diharapkan pertolongannya dalam segala kesulitan yang berat,
Wahai Dzat yang memiliki perbendaharaan kerajaan dengan firman "Jadilah!" maka jadilah,
Tiadalah bagiku selain kuburku sebagai tempat berlindung dan jalan permohonan.
Tiadalah bagiku selain berharap kepada kemurahan-Mu dengan penuh harapan.
Dan siapakah yang aku panggil serta aku takut dengan namanya,
Tetapi kemurahan-Mu terlalu suci untuk melepaskan seorang hamba dalam keadaan marah?
Dengan kehinaan aku datang dan aku berdiri di hadapan pintu-Mu dengan penuh ilmu.
Engkau adalah tempat bersandar bagi setiap yang berharap,
Wahai keturunan dari ayah yang penyayang dan pemaaf,
Berilah keamanan, karena kebaikan itu seluruhnya ada pada-Mu.
Karena kehinaan, aku menyandarkan diriku ke kuburmu sebagai tempat berlindung,
Maka jika aku diusir, pintu mana lagi yang akan aku ketuk?
Seandainya kemurahan-Mu menolak orang yang datang ke kuburmu,
Niscaya keutamaan itu menjadi lebih besar, dan anugerah menjadi lebih luas,
Karena memang merendahkan diri di hadapan pintu-Mu justru membawa manfaat.
"Berdirilah, wahai orang miskin yang hina, dan merendahlah kepada Yang Maha Tinggi dan Maha Besar. Bersimpuhlah dengan hati yang hancur dan katakan: 'Wahai Tuhan semesta alam, wahai Dzat Yang Maha Mulia, Dzat Yang Maha Pemurah, aku adalah hamba-Mu, tawanan dosa-dosa, pemilik kesalahan dan keburukan.'
Berdirilah di depan pintu kemurahan-Nya, menantikan limpahan rahmat-Nya, menunggu kebaikan dan pemberian-Nya yang kekal, serta kebijaksanaan-Nya yang mendalam. Jadikan puncak keinginan kami adalah keridhaan-Mu, dan tujuan tertinggi kami adalah melihat-Mu, serta jauhkan kami dari syahwat karena kami ingin berjumpa dengan-Mu dan Engkau telah ridha kepada kami.
Sungguh, Dia memanggil orang yang berpaling, maka bagaimana mungkin Dia tidak menerima orang yang menghadap kepada-Nya? Maka apakah engkau tidak ingin mendapatkan setetes dari lautan kemurahan-Nya sehingga engkau bisa melampaui keburukan amalmu dengan keindahan pemberian-Nya? Sungguh, siapa yang berlindung dalam perlindungan-Nya, niscaya Dia akan mencukupinya. Siapa yang menuju-Nya, maka Dia akan memberinya petunjuk. Dan siapa yang beruntung bisa singgah di pintu-Nya, maka sungguh dia telah mencapai kemenangan. Sebaliknya, siapa yang berpaling dari panggilan-Nya dan melampaui batas dalam mengikuti hawa nafsunya, maka ia akan semakin jauh dan tersingkir."
Sebagian ulama rahimahumullah berkata: Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala berlemah lembut kepada umat Muhammad ﷺ di bulan Ramadan. Dikatakan bahwa setan-setan dari kalangan jin dibelenggu agar mereka tidak bisa menggoda manusia sebagaimana yang mereka lakukan di waktu lain. Hal ini disebutkan dalam hadis-hadis sahih."
"Dan untuk itu – segala puji bagi Allah – maksiat berkurang di bulan Ramadan. Sebabnya adalah bahwa puasa menghalangi dari berbagai bentuk maksiat. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ: 'Wahai para pemuda! Barang siapa di antara kalian mampu menikah, maka hendaklah ia menikah, karena itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa tidak mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa adalah perisai baginya.' (Diriwayatkan oleh Ibn Majah dan lainnya).
Dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: 'Sesungguhnya di bulan Ramadan terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang terhalang darinya, maka sungguh ia telah terhalang dari seluruh kebaikan.' (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, An-Nasa'i, dan Ibn Majah).
Dalam riwayat Ibn Majah disebutkan: 'Sesungguhnya bulan ini telah mendatangi kalian, dan di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang terhalang dari keberkahannya, maka sungguh ia telah terhalang dari seluruh kebaikan, dan tidaklah seseorang terhalang dari kebaikannya kecuali ia adalah orang yang benar-benar terhalang.'
Juwaibir berkata: Aku bertanya kepada Ḍaḥḥāk: "Apakah wanita nifas, wanita haid, musafir, dan orang yang tidur mendapatkan bagian dari malam Lailatul Qadar?"
Dia menjawab: "Ya, siapa pun yang Allah terima amalnya akan diberikan bagian dari malam Lailatul Qadar."
Dan ketahuilah bahwa wanita nifas, wanita haid, musafir, dan orang yang tidur memperoleh bagian mereka dari malam Lailatul Qadar melalui zikir.
Adapun orang yang tidur, maka tidak diragukan bahwa setiap orang yang tidur kehilangan bagiannya dari malam itu. Namun, yang dimaksud dengan orang yang tidur di sini adalah hatinya tetap berzikir, sebagaimana dikatakan oleh sebagian salaf:
"Ada orang yang shalat tetapi sebenarnya ia terhalang (dari pahala), dan ada orang yang tidur tetapi sebenarnya ia memperoleh pahala. Orang yang shalat tetapi terhalang adalah yang shalat namun hatinya lalai, sedangkan orang yang tidur tetapi memperoleh pahala adalah yang tidur namun hatinya tetap berzikir."
Mereka memahami rahasia dari pertanyaan ini, dan semoga Allah memberi mereka pahala.
Saudara-saudaraku,
Yang menjadi tolok ukur diterimanya amal bukan hanya pada kerja keras (ijtihad), tetapi juga pada kondisi hati. Betapa banyak orang yang bangun malam, tetapi hanya mendapatkan begadang semata. Berapa banyak orang yang bangun malam tetapi tetap terhalang (dari rahmat)? Dan berapa banyak orang yang tidur tetapi justru dirahmati? Yang ini bangun, tetapi hatinya lalai. Yang itu tidur, tetapi hatinya selalu berzikir.
Namun, seorang hamba diperintahkan untuk berusaha mendapatkan kebaikan dan bersungguh-sungguh dalam amal saleh. Setiap orang dimudahkan untuk tujuan ia diciptakan. Maka, bersegeralah dalam memanfaatkan kesempatan beramal di sisa bulan ini, agar dapat mengganti apa yang telah hilang dari umur (waktu yang terlewat).
Telah berlalu umur dalam kelalaian,
Betapa sia-sia apa yang telah kuhabiskan.
Apa yang tersisa dariku hanyalah kelemahan,
Lalu apa yang telah aku lakukan dengan kesadaran?
Jika kami diampuni, maka itu adalah anugerah,
Namun jika kami dihukum, itu adalah keadilan Allah.
Bulan yang diberkahi menjadi saksi turunnya rahmat,
Bulan yang di dalamnya cahaya zikir bersinar terang.
Adakah bulan yang sebanding,
dan di dalamnya ada malam Lailatul Qadar?
Betapa banyak kebaikan yang telah tetap,
haji pun tidak menyamai kebaikan yang ada di dalamnya.
Apa yang kau cari di malam ganjil,
beruntunglah orang yang menyadarinya.
Di dalamnya para malaikat turun,
membawa cahaya dan kabar gembira.
Dan dikatakan: "Salam,"
hingga terbitnya fajar.
Maka pilihlah malam itu,
betapa banyak yang dimerdekakan dari neraka,
namun siapa yang mengetahuinya?
Seorang dari kalangan salaf melihat dalam mimpinya sebuah tenda yang dipancangkan. Lalu ia bertanya, “Untuk siapa ini?” Dijawab, “Untuk orang-orang yang menghafal Al-Qur'an.” Maka setelah itu, ia tidak pernah tidur lagi.
Diriwayatkan bahwa Jibril berseru setiap malam: “Apakah ada yang ingin bangun? Apakah ada yang ingin bangun?”
Maha Suci Allah yang telah memilih sebagian makhluk-Nya dengan keutamaan yang diberikan kepada mereka, mengokohkan mereka di atas keyakinan, dan mengabaikan siapa yang Dia kehendaki dari keadaan orang-orang yang lalai.
۞ وَلَٰكِن كَرِهَ ٱللَّهُ ٱنۢبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ ٱقْعُدُوا۟ مَعَ ٱلْقَٰعِدِينَ ﴿٤٦
"tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Dia melemahkan keinginan mereka, dan dikatakan (kepada mereka), "Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu."" (Q.S.9:46)
Dalam Syair dikatakan :
Beruntunglah orang yang bersegera meraih ridha Allah,
Menuju jalan yang akan membimbingnya ke perjalanan akhirat.
Ia berdiri dan shalat dalam kegelapan malam,
Air matanya mengalir di pipinya, berlinang dari kedua mata yang penuh duka.
Ia mengikhlaskan qiyamnya hanya untuk Allah Yang Maha Agung,
Menjalankannya secara rahasia dan terang-terangan.
Kadang kala ia menghidupkan malamnya dengan rukuk dan sujud,
Menghadap Tuhannya di waktu malam hingga datangnya fajar.
Ketika itu, ia berpindah dari dunia fana,
Dengan pujian kepada Allah dalam keharuman istirahatnya.
Doa:
Ya Allah, terimalah dari hamba-hamba-Mu yang ikhlas apa yang telah mereka amalkan.
Janganlah Engkau menghinakan mereka, rahmatilah mereka,
Karena mereka telah menggantungkan rahmat hanya kepada-Mu.
Ampunilah dosa-dosa yang telah mereka kumpulkan, dan bebaskanlah mereka darinya.
Tuhanku, jika Engkau hanya merahmati orang-orang yang bersungguh-sungguh, lalu bagaimana dengan orang-orang yang lalai?
Jika Engkau hanya menerima orang-orang yang ikhlas, lalu bagaimana dengan orang-orang yang bercampur niatnya?
Jika Engkau hanya memuliakan orang-orang yang berbuat ihsan, lalu bagaimana dengan orang-orang yang bersalah?
Tuhanku, hidupkanlah hati yang telah mati karena jauhnya dari-Mu, dan janganlah Engkau siksa dengan pedihnya hukuman-Mu.
Tuhanku, berikanlah ampunan kepada hamba yang sering mengingat-Mu namun tetap lalai, dan kepada pendosa yang tetap berpaling.
Tuhanku, anugerahkanlah keutamaan-Mu kepada kami semua, ampunilah kami, kedua orang tua kami, serta seluruh kaum Muslimin, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat, dengan rahmat-Mu, wahai Yang Maha Pengasih dari segala yang mengasihi.