MENGENAI DORONGAN UNTUK MELAKUKAN KETAATAN DAN KEUTAMAAN PAHALA SERTA AKIBATNYA
Segala puji bagi Allah yang memilih diri-Nya dengan keagungan yang nyata dan keesaan yang mutlak. Dia meliputi segala sesuatu dengan gerak dan ketenangan, mensucikan diri-Nya dari penyerupaan dan bentuk, serta Maha Suci dari lintasan pikiran makhluk yang penuh kebodohan. Dia adalah Tuhan yang Maha Bijaksana, yang mendekatkan orang yang taat kepada-Nya dan mengabulkan doa orang yang memohon kepada-Nya. Dia tidak pernah mengecewakan harapan orang yang berharap kepada-Nya, dan tidak pernah menyia-nyiakan balasan bagi orang yang mengharapkan karunia-Nya.
Wahai orang yang tenggelam dalam maksiat!
Ingatlah akan keterasinganmu di dalam kubur. Kendalikan dirimu dan jagalah kehormatan dirimu. Beramallah untuk harimu yang singkat ini dalam kehidupan dunia yang fana, sebelum datang waktu di mana kamu akan dipanggil menuju kematianmu, dan kamu tidak akan menemukan penolong yang dapat membantumu, serta tidak akan mendapatkan perisai yang bisa melindungimu.
Bangunlah dari kelalaianmu sebelum datang kegelapan malam kematian. Ingatlah bahwa malam akan menjadi panjang, dan kesengsaraan akan menimpamu. Berteduhlah dalam naungan rahmat Tuhanmu di waktu malam dan pagi, serta berdirilah di depan pintu-Nya dengan penuh kepatuhan dan pengharapan. Bertambah-tambahlah dalam ketaatan dengan lisan istighfar dan perbuatan taubat, karena hamba yang miskin dan tertawan oleh dosa akan menyesal atas apa yang telah mereka lakukan.
Siapa yang mendapat petunjuk, maka ia telah diselamatkan.
Dan siapa yang tertipu oleh dunia dan amalnya, maka ia akan tenggelam dalam kesesatan. Ingatlah bahwa kehidupan ini hanya sementara, dan dunia ini adalah ladang bagi kehidupan akhirat.
Allah berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka dengan hati yang khusyuk, mereka akan mendapat ampunan dan pahala yang besar."
Oleh karena itu, takutlah kepada Allah dalam kesendirian dan keramaian. Ingatlah selalu bahwa Dia Maha Mengetahui dan Maha Melihat. Orang-orang yang takut kepada-Nya selalu berada dalam ketenangan dan keinsafan.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, satu-satunya tanpa sekutu bagi-Nya. Ini adalah kesaksian yang aku pegang hingga akhir hayat, tanpa ada keraguan dan tanpa ada kebimbangan di dalamnya.
Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, yang merupakan penghulu para nabi dan pemimpin orang-orang terdahulu serta yang terakhir. Semoga shalawat dan salam Allah tercurah kepada beliau, keluarganya, serta para sahabatnya, dan siapa saja yang mengikuti jejak mereka dengan kebaikan hingga hari kiamat.
Allah Ta’ala berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan dan mata air, serta buah-buahan yang mereka inginkan. (Dikatakan kepada mereka:) Makan dan minumlah dengan nikmat, karena amal yang telah kalian kerjakan." (QS. Al-Mursalat: 41-43)
Dan firman-Nya:
"Makan dan minumlah dengan nikmat karena amal yang telah kalian kerjakan pada hari-hari yang telah berlalu." (QS. Al-Haqqah: 24)
Dikatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang yang berpuasa. Maknanya adalah bahwa puasa yang mereka lakukan di dunia menjadi sebab kenikmatan dan kebahagiaan mereka di akhirat. Sebagai balasan atas puasa, mereka diperintahkan untuk makan dan minum dengan nikmat di surga.
Diriwayatkan bahwa orang-orang yang berpuasa akan diberikan tanda khusus pada wajah mereka di hari kiamat, dan mereka dikenali dari tanda tersebut. Kemudian ada suara yang menyeru: "Wahai Tuhan kami, kami sedang menunggu perhitungan kami, mengapa mereka diperbolehkan masuk surga?" Maka dikatakan kepada mereka: "Mereka dahulu selalu berpuasa, berdiri dalam ketaatan, dan menahan diri dari kelezatan dunia."
Nabi ﷺ bersabda:
"Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma minyak kesturi."
Bau yang keluar dari mulut orang yang berpuasa adalah akibat dari perubahan dalam perut karena tidak makan dan minum. Bau itu tidak disukai oleh manusia, tetapi di sisi Allah, ia memiliki aroma yang wangi karena berasal dari ketaatan.
Demikian pula, darah para syuhada pada hari kiamat akan tampak seperti darah, tetapi baunya seperti kesturi.
Para ulama menyimpulkan dari hadis ini tentang hukum penggunaan siwak bagi orang yang berpuasa. Ada perbedaan pendapat mengenai apakah siwak makruh setelah waktu zawal (tergelincir matahari) atau tidak.
Dalam mazhab kami (Syafi’i), siwak tetap dianjurkan baik sebelum atau setelah zawal.
'Amir bin Rabi'ah berkata:
"Aku melihat Rasulullah ﷺ berkali-kali bersiwak dalam keadaan berpuasa."
Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dan lainnya, dan Imam Bukhari meriwayatkannya secara mu'allaq.
Dari Aisyah, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda, "Sebaik-baik akhlak orang yang berpuasa adalah menjaga kebersihan mulutnya." (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah).
Ada dua orang yang berdebat di hadapan Rasulullah ﷺ sebelum matahari terbenam. Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, "Jika kalian berpuasa, maka jauhilah pertengkaran. Janganlah kalian saling mencaci, tetapi berbicaralah dengan kebaikan." (Diriwayatkan oleh al-Nasa'i).
Mengenai bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah, terdapat dua keistimewaan:
Bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dibandingkan bau kesturi. Ini karena ia meninggalkan makanan demi mendekatkan diri kepada-Nya, sehingga Allah memuliakannya di akhirat.
Di dunia, orang yang berpuasa mendapatkan balasan berupa ketenangan hati dan kepuasan jiwa. Sebagaimana dalam hadits dari al-Syaikh al-Ashbahani, penduduk surga akan merasakan kebahagiaan dan berkata, "Wahai Tuhan kami, kami telah mencium bau yang sangat harum dari surga." Maka dikatakan kepada mereka, "Itulah bau dari mulut orang-orang yang berpuasa."
Bau harum dari mulut orang yang berpuasa juga menjadi tanda bagi orang-orang yang saleh, sebagaimana disebutkan dalam hadits Dari hadits Abu Musa al-Asy'ari dari Nabi ﷺ bahwa Yahya bin Zakariya ﷺ berkata:
Bani Israil diperintahkan untuk berpuasa. Perumpamaan orang yang berpuasa di antara mereka seperti seseorang yang berada dalam rombongan di tengah-tengahnya terdapat kantong wangi kesturi. Maka harumnya menyebar, dan sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada wangi kesturi. Hadits ini diriwayatkan oleh an-Nasa'i, Ibnu Hibban, dan al-Hakim.
Ketika balasan bagi orang-orang mukhlis (ikhlas) adalah pahala puasa bagi mereka, yang disimpan khusus untuk mereka di rumah-rumah mereka secara rahasia, Allah menampakkannya secara lahiriah sebagai imbalan atas keikhlasan mereka.
Dalam hadits disebutkan: "Tidaklah seseorang menyembunyikan suatu amal kecuali Allah akan mengenakan kepadanya selendang amalnya."
Yusuf bin Asbath berkata: "Allah mewahyukan kepada seorang nabi dari kalangan para nabi: Katakanlah kepada kaummu, ‘Janganlah kalian beramal karena manusia dan jangan pula meninggalkan amal karena manusia.’"
Makna kedua:
Bahwa seseorang yang menyembah Allah dan menaati-Nya serta mencari ridha-Nya di dunia tetapi dalam amalnya terdapat pengaruh dari keinginan jiwa di dunia, maka ini adalah perkara yang tidak disukai di sisi Allah. Bahkan hal itu merupakan penyebab kemurkaan-Nya dan kebencian-Nya. Sebab ia telah berpaling dari ketaatan kepada-Nya dan mengikuti hawa nafsunya dengan itu. Maka, hasilnya adalah mendapatkan balasan bagi amalnya di dunia dan terdapat celaan terhadap perbuatannya. Sebab, ia telah menuntut dunia dengan amalnya. Adapun apa yang dilakukan semata-mata karena ketaatan, maka itu adalah hal yang terpuji di sisi Allah, sebagaimana kondisi para syuhada yang mencium aroma surga sejak hari kematiannya, seperti aroma kasturi, dan seperti keadaan para mujahid di jalan Allah di kediaman para penghuni surga.
Saudara-saudaraku,
Aroma mulut orang-orang yang berpuasa lebih wangi di sisi-Nya daripada wangi kesturi. Menanggalkan pakaian bagi yang ber ikhrom di rumah Allah lebih mulia daripada pakaian sutra.
Tangisan orang-orang yang bertobat lebih Dia cintai daripada tertawa ria.
Ketakutan hamba karena takut kepada-Nya lebih utama daripada tasbih.
Kehinaan orang-orang yang merendahkan diri karena-Nya lebih baik daripada kemuliaan.
Ketundukan seorang pecinta dalam cinta kepada-Nya lebih mulia daripada kemuliaan lainnya.
Mengorbankan diri hingga terbunuh di jalan-Nya adalah kehidupan sejati.
Lapar para orang yang berpuasa demi-Nya adalah makanan sejati.
Orang yang dahaga menjalankan ketaatan dan keridhaan-Nya mendapatkan balasan kenikmatan.
Kelelahan para mujahid dalam pengabdian kepada-Nya adalah istirahat sejati.
Sebagaimana dikatakan:
Hinaan seorang pecinta dalam cinta adalah kemuliaan.
Kerendahannya demi Kekasihnya adalah kehormatan.
Maha Suci Allah yang membangunkan orang-orang yang tidur, memberikan kepada mereka cahaya keyakinan, dan mengarahkan mereka untuk mengikuti jejak para pendahulu. Mereka berdiri di sisi jalan menuju keabadian sebagai pelari yang berlomba. Setiap kali mereka melihat dosa mereka dalam cermin pemikiran, mereka gelisah di atas tempat tidur mereka. Setiap kali mereka melihat keburukan diri mereka, mereka merasa sedih dan takut. Mereka menangis, hati mereka gementar, dan air mata mereka mengalir, membasahi pipi mereka.
Mereka memikirkan keabadian dan sadar bahwa dunia ini hanyalah bayangan sementara. Mereka melihat surga yang di dalamnya sungai-sungai mengalir dan istana megah berdiri. Mereka pun bersungguh-sungguh dalam beramal, bergegas menuju kebaikan, dan menjauhi dosa serta kelalaian. Jika orang-orang lalai tidur nyenyak, mereka justru berjaga dalam kekhusyukan. Jika Allah disebutkan, hati mereka gemetar dan takut, seakan-akan mereka sudah mati dari dunia dan hanya hidup untuk akhirat.
Mereka telah meninggalkan dunia dengan sepenuh hati dan hanya mengambil darinya apa yang cukup. Jika keburukan dunia terhampar di hadapan mereka, mereka berpaling dan tidak tertipu olehnya. Demi Allah, mereka adalah orang-orang yang mendapatkan apa yang mereka cari. Allah berfirman: "Sesungguhnya, jika Allah disebutkan, hati mereka gemetar."
Maka celakalah bagi orang yang terusir dari golongan ini. Betapa malangnya mereka yang tidak mendapat manfaat dari membaca kitab suci dan tidak tersentuh oleh nasihat, bahkan setelah berulang kali diingatkan. Bagaimana mungkin seseorang tidak mau bertobat sementara pintu ampunan terbuka? Mengapa seseorang tidak kembali kepada Allah dan menangis dalam ketakutan kepada-Nya? Nasihat-nasihat Al-Qur'an seakan berbicara kepadanya, tetapi hatinya keras seperti batu. Nafsu telah menguasai dirinya, sehingga ia tidak bisa menerima nasihat atau mengambil pelajaran.
Hatinya tidak bisa melihat dan telinganya tidak bisa mendengar.
Disebutkan dalam bait Syair:
Wahai manusia! Bergegaslah menuju ketakwaan,
Dan perbanyaklah takwa sebagai bekal,
Ketakwaan akan dipuji oleh pemiliknya,
Dan engkau akan menyesal atas yang telah berlalu.
Bersegeralah menuju kebajikan, janganlah menundanya,
Karena jika engkau menunda, engkau akan rugi,
Kelak engkau akan diberi balasan atas perbuatanmu,
Jika engkau menunda, berarti engkau telah lalai.
Maka, manusia hanya akan memperoleh manfaat dari apa yang telah diperbuatnya.
Fasal ;
Allah Ta'ala berfirman:
وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ ۖ كُلَّمَا رُزِقُوا۟ مِنْهَا مِن ثَمَرَةٍ رِّزْقًا ۙ قَالُوا۟ هَٰذَا ٱلَّذِى رُزِقْنَا مِن قَبْلُ ۖ وَأُتُوا۟ بِهِۦ مُتَشَٰبِهًا ۖ وَلَهُمْ فِيهَآ أَزْوَٰجٌ مُّطَهَّرَةٌ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ ﴿٢٥﴾
"Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, bahwa untuk mereka (disediakan) surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Setiap kali mereka diberi rezeki buah-buahan dari surga, mereka berkata, "Inilah rezeki yang diberikan kepada kami dahulu." Mereka telah diberi (buah-buahan) yang serupa. Dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang suci. Mereka kekal di dalamnya." (QS. Al-Baqarah: 25)
Penjelasan:
Setiap kali penduduk surga diberi rezeki berupa buah-buahan, mereka berkata: "Ini adalah rezeki yang pernah diberikan kepada kami sebelumnya." Padahal, mereka diberi sesuatu yang serupa namun berbeda rasanya. Di dalam surga, mereka memiliki pasangan yang suci, serta tinggal di dalamnya selamanya.
Allah mengutus Rasul-Nya dengan kabar gembira dan peringatan. Perhatikanlah keagungan dan kemuliaan kabar gembira ini, serta keindahannya. Betapa besar anugerah-Nya kepadamu, betapa mudah bagimu untuk meraihnya! Allah mengumpulkan dalam kabar gembira ini antara kenikmatan hati, berupa keimanan dan kebahagiaan batin, serta kenikmatan fisik berupa sungai-sungai, buah-buahan, pasangan yang suci, dan keabadian.
Dikatakan dalam "Hadiy al-Arwaah": Renungkanlah keagungan pembawa kabar gembira ini, kedudukannya, kejujurannya, dan kebesarannya yang diutus kepadamu dengan kabar gembira ini. Pahami apa yang dia sampaikan kepadamu dan betapa mudah serta ringannya hal ini bagimu. Maha Suci Allah yang mengumpulkan dalam kabar gembira ini kenikmatan abadi di surga, yang mencakup sungai-sungai, buah-buahan, dan kesenangan jiwa dengan pasangan yang suci, serta kebahagiaan hati dengan melihat kenikmatan ini yang kekal selamanya tanpa henti.
Adapun "al-azwāj" (pasangan) adalah bentuk jamak dari "zawj". Seorang wanita adalah pasangan bagi suaminya, dan seorang pria adalah pasangan bagi istrinya. Maksud dari "pasangan yang disucikan" adalah mereka yang disucikan dari haid, nifas, kencing, kotoran, dan segala bentuk najis. Mereka juga disucikan dari segala sesuatu yang dapat mengganggu hati di dunia, serta dari akhlak buruk dan sifat-sifat tercela. Mereka disucikan dari ucapan keji dan suara yang mengganggu. Mereka juga disucikan dari keinginan untuk selain suaminya, dan dari segala sesuatu yang dapat menodai atau mencemarkan mereka.
Allah Ta'ala juga berfirman setelahnya:
"Sesungguhnya orang-orang bertakwa berada dalam tempat yang aman, di dalam taman-taman dan mata air. Mereka mengenakan pakaian dari sutra halus dan sutra tebal, saling berhadap-hadapan." (QS. Ad-Dukhan: 51-53).
Demikian pula firman-Nya:
"Di dalamnya terdapat bidadari-bidadari yang menundukkan pandangan, yang tidak pernah disentuh oleh manusia atau jin sebelumnya." (QS. Ar-Rahman: 56).
Mereka dikumpulkan di antara keindahan tempat tinggal dan perolehan keamanan dari segala kebencian, serta kenikmatan berupa buah-buahan, sungai-sungai, pakaian yang indah, dan kesempurnaan kenikmatan yang mereka peroleh. Allah menyempurnakan nikmat tersebut bagi mereka dengan memberikan buah-buahan, pasangan-pasangan, dan keluarga mereka. Dan itu menjadi tanda keabadian mereka, karena mereka tidak akan merasakan kematian di dalamnya.
Al-Hawra’: Bentuk jamak dari hawraa’, yaitu seorang wanita muda yang memiliki kulit putih bercahaya dan rambut hitam pekat. Zaid bin Aslam berkata: "Al-Hawraa’ adalah wanita yang matanya bening dan indah."
Mujahid berkata:
Al-ḥawrā’ adalah wanita yang di dalam matanya terdapat ketajaman pandangan karena kelembutan kulit dan keputihan warnanya.
Al-Ḥasan berkata:
Al-ḥawrā’ adalah wanita yang matanya sangat putih dan bola matanya sangat hitam. Seorang wanita tidak disebut ḥawrā’ kecuali jika putih matanya sangat terang dengan bola mata yang hitam pekat, sementara warna tubuhnya putih.
Al-‘Ayn (mata):
Merupakan bentuk jamak dari ‘ainā’, yaitu mata yang besar dari kalangan wanita. Dan yang benar adalah bahwa al-‘ayun (bentuk jamak dari ‘ain) adalah wanita-wanita yang memiliki mata dengan sifat keindahan dan kecantikan.
Maqātil berkata:
- Al-‘Ayn berarti wanita yang memiliki mata yang indah.
- Al-khairāt berasal dari firman Allah Ta’ala:
"Di dalamnya ada wanita-wanita yang baik lagi cantik." (QS. Ar-Rahman: 70) - Al-khairāt adalah bentuk jamak dari khayrah, yang berarti wanita yang dipilih karena kebaikan dan kelembutannya.
- Al-ḥisān adalah bentuk jamak dari ḥasanah, yaitu wanita yang memiliki kebaikan dalam sifat, akhlak, wajah, dan kesempurnaan.
Dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya di surga ada bidadari yang disebut 'Al-`Ainā' (yang bermata indah). Jika ia berjalan, di sekelilingnya ada tujuh puluh ribu pelayan yang berjalan di sisi kanannya dan di sisi kirinya, dan ia berkata: 'Di manakah orang-orang yang menyuruh kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran?'"
*Dan Atā' As-Sulami berkata kepada Mālik bin Dīnār:** *"Wahai Abu Yahya, ceritakanlah kepada kami!"* Ia berkata: *"Wahai
Atā', sesungguhnya di surga ada seorang bidadari yang menampakkan keindahannya kepada penduduk surga. Seandainya Allah tidak menetapkan bahwa penduduk surga tidak akan mati karena keindahannya, tentu mereka akan mati karena kecantikannya."
Ibn Abi al-Dunya menyebutkan dari Shalih al-Murri, dari Yazid al-Raqashi, ia berkata: Aku diberi tahu bahwa ada cahaya bersinar di surga, dan tidak ada tempat di dalam surga yang memancarkan cahaya tersebut kecuali berasal dari seseorang bidadari dalamnya. Maka ditanyakan: "Apa ini?" Dikatakan: "Seorang bidadari yang tersenyum di wajah suaminya."
Dari Khubayr bin Murrah, ia berkata: "Di antara nikmat tambahan yang diberikan oleh Allah Ta’ala adalah terdapat awan yang melintasi penghuni surga ".
Mereka berkata: "Apa yang kalian inginkan? Apakah kalian berharap agar Aku menurunkan hujan kepada kalian? Maka mereka tidak meminta sesuatu pun kecuali itu akan diberikan kepada mereka." Ia berkata: "Seandainya Allah mempercayakan hal itu kepadaku, sungguh aku akan menurunkan hujan kepada para bidadari yang duduk berbaris."
Dan telah diriwayatkan bahwa para bidadari mendoakan suami-suami mereka dengan berkata: "Ya Allah, bantulah ia dalam menjalankan agamanya, dan arahkan hatinya kepada ketaatan kepada-Mu, serta berikanlah ia kebahagiaan dengan berkah-Mu, wahai Yang Maha Pengasih dari segala yang pengasih."
Dalam Musnad Imam Ahmad, dari Mu'adz bin Jabal, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: "Seorang wanita tidak menyakiti suaminya di dunia, kecuali istrinya dari kalangan bidadari berkata kepadanya: 'Jangan menyakitinya, semoga Allah membinasakanmu! Sebab, ia hampir saja meninggalkanmu untuk kami.'"
Diriwayatkan dari sebagian orang saleh bahwa seorang hamba Allah telah beribadah selama empat puluh tahun. Ketika malam tiba, ia berdoa kepada Allah penuh harapan. Maka dia berkata, “Ya Ilahi, perlihatkan kepadaku kenikmatan yang Engkau sediakan untuk ku di surga? Tunjukkan kepada ku bidadari surga? Maka, tidaklah ia menyelesaikan kalimatnya, kecuali sebuah bidadari keluar dari kamar surgawi dan seandainya bidadari ini diperlihatkan kepada penduduk dunia, mereka pasti akan terpukau.”
Maka aku bertanya kepadanya, “Siapakah engkau?”
Ia menjawab:
Aku adalah balasan atas syukurmu yang tersembunyi,
Dan pemberian atas kesabaranmu yang kau harapkan akan menghilangkan kesulitan,
Aku diutus kepadamu sebagai hiburan dan pengingat,
Aku akan menemanimu sepanjang malam jika kau mendengar bisikan rahasia ini.”
Kemudian aku bertanya, “Wahai bidadari, milik siapa engkau?”
Ia menjawab, “Aku milikmu.”
Aku bertanya, “Berapa banyak yang sepertimu?”
Ia menjawab, “Seratus bidadari, setiap bidadari memiliki seratus pelayan, dan setiap pelayan memiliki seratus pembantu.”
Aku pun takjub dan bertanya, “Wahai bidadari, apakah ada seseorang yang diberikan lebih dari ini?”
Ia menjawab, “Wahai orang miskin, amal-amal mu hanyalah amal orang-orang yang tertunda, hanya sekedar beristighfar memohon ampunan hingga diampuni!
lalu ia melantunkan:
*"Dan bagi-Nya ada kekhususan bagi orang-orang pilihan yang mencintai-Nya, yang telah Dia pilih sejak zaman dahulu, yang telah Dia pilih sebelum penciptaan-Nya. Maka mereka adalah pewaris kebijaksanaan dan kejelasan.
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami apa yang telah Engkau anugerahkan kepada hamba-hamba-Mu yang saleh, dan masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang yang dekat dan berbakti. Berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta lindungilah kami dari azab neraka."*
*"Ya Allah, berikanlah kami taufik yang menjauhkan kami dari maksiat-Mu, bimbinglah kami dengan petunjuk-Mu hingga kami tetap teguh dalam hal yang Engkau ridai. Jadikanlah kami termasuk orang-orang yang bertawakal kepada-Mu, lalu Engkau mencukupi mereka, yang memohon petunjuk kepada-Mu, lalu Engkau memberi mereka hidayah, yang meminta pertolongan kepada-Mu, lalu Engkau menolong mereka, dan yang merendahkan diri kepada-Mu, lalu Engkau merahmati mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Pemurah dan Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Ya Allah, kumpulkanlah kami dalam golongan orang-orang yang bahagia dan dekat dengan-Mu, serta gabungkanlah kami dengan orang-orang saleh. Wafatkanlah kami dalam keadaan Muslim, janganlah Engkau jadikan musibah kami dalam agama kami, janganlah Engkau jauhkan kami dari rahmat-Mu, dan janganlah Engkau usir kami dari pintu-Mu. Ampunilah kami, ya Allah, kedua orang tua kami, dan seluruh kaum Muslimin, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal. Dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha Penyayang dari segala penyayang."*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar