Tentang Memanfaatkan Waktu-Waktu yang Mulia untuk Berdoa dan Keutamaan Doa kepada Allah atas Makhluk-Nya
Segala puji bagi Allah, Raja Yang Maha Tinggi, Maha Besar, Yang Maha Esa, Satu-Satunya, Tempat Bergantung. Maha Mendengar, Maha Sabar, Maha Menghukum dan Maha Merendahkan, serta Maha Memberi dan Maha Mencegah. Dialah Tuhan yang Maha Mulia, Maha Kuasa, Maha Mengetahui segala sesuatu secara menyeluruh dan Maha Bijaksana. Segala sesuatu bergantung pada-Nya, dan Dia adalah Tuhan Yang Maha Lembut dan Maha Mengetahui.
Dia memperbaiki keadaan hamba-hamba-Nya dengan rahmat-Nya. Dia menutupi kekurangan makhluk dengan kasih sayang dan kemurahan-Nya. Dia adalah Hakim yang tidak pernah menzalimi seorang pun dan tidak tergesa-gesa dalam menghukum. Dialah Yang Maha Lembut yang mengetahui rahasia dunia yang tersembunyi dan mengetahui segala dosa besar manusia, mengampuni dosa-dosa orang yang berdosa, membangkitkan orang-orang yang lalai dengan kelembutan-Nya, serta memberikan pengampunan atas dosa, kesalahan, dan kelalaian mereka.
"Ruh para pecinta merasa tenang dengan mengingat Allah, dan orang-orang bertauhid berhenti di hadapan karunia-Nya. Jiwa para hamba merasa lemah dalam memahami hak Allah, dan orang-orang arif menyadari bahwa mereka tidak akan mampu memahami-Nya sepenuhnya."
Maha Suci Allah, yang tidak dapat dijangkau oleh pandangan mata dan tidak dapat dibandingkan dengan siapa pun. Dia Maha Mengetahui dan Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dialah yang bersemayam di atas ‘Arsy-Nya, memiliki segala yang ada di langit dan di bumi serta segala yang ada di bawah tanah.
Allah Ta’ala berfirman;
ٱلرَّحْمَٰنُ عَلَى ٱلْعَرْشِ ٱسْتَوَىٰ ﴿٥
لَهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ ٱلثَّرَىٰ ﴿٦
وَإِن تَجْهَرْ بِٱلْقَوْلِ فَإِنَّهُۥ يَعْلَمُ ٱلسِّرَّ وَأَخْفَى ﴿٧
ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ لَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ ﴿٨
"(yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas 'Arsy."
"Milik-Nyalah apa yang ada di langit, apa yang ada di bumi, apa yang ada di antara keduanya, dan apa yang ada di bawah tanah."
"Dan jika engkau mengeraskan ucapanmu, sungguh, Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi."
"(Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia, yang mempunyai nama-nama yang terbaik." (QS.Taahaa; 5-8)
Aku memuji-Nya dan bersyukur kepada-Nya atas segala nikmat dan kebaikan yang pertama dan terakhir.
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, tiada lawan, tiada bandingan, dan tiada tandingan. Aku menyimpan kesaksianku ini selamanya hingga datang waktu hari kiamat, agar dengannya aku selamat dari siksa api neraka Sa'ir.
Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, seorang pemberi peringatan yang nyata, serta pelita yang menerangi. Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat dan salam kepada beliau, keluarganya, serta para sahabatnya yang penuh ketakwaan dan kemuliaan.
Allah Ta'ala berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِى سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ ﴿٦٠﴾
"Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan keadaan hina dina" (QS. Ghafir: 60)
Ini adalah bagian dari karunia-Nya yang Maha Mulia. Dia menganjurkan kita untuk beribadah dengan berdoa kepada-Nya dan menjanjikan akan mengabulkan doa-doa tersebut.
Sebagaimana Sufyan ats-Tsauri berkata: 'Wahai Dzat yang paling mencintai hamba-Nya yang meminta kepada-Nya, maka semakin banyak seseorang meminta kepada-Nya, semakin Dia mencintainya. Dan wahai Dzat yang paling membenci hamba-Nya yang tidak meminta kepada-Nya. Tidak ada seorang pun yang seperti Engkau, ya Rabb.'"
Dalam hal ini, seorang penyair berkata:
"Allah murka jika Engkau meninggalkan permintaan kepada-Nya,
sedangkan manusia murka jika sering diminta."
Imam Ahmad meriwayatkan dari Nu‘man bin Basyir, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya doa adalah ibadah." Kemudian beliau membaca firman Allah:
*"Dan Tuhanmu berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina’" (QS. Ghafir: 60).
Dan diriwayatkan juga dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa yang tidak berdoa kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya."
Dalam riwayat lain disebutkan:
"Barang siapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Allah akan murka kepadanya."
Berdoa di waktu-waktu seperti bulan ini (Ramadan) dan saat-saat utama lainnya adalah mustajab.
Diriwayatkan juga bahwa ketika seseorang mengkhatamkan Al-Qur’an, maka doanya akan dikabulkan, sebagaimana disebutkan dalam Musnad Ad-Darimi dari Hamid Al-A‘raj, ia berkata:
"Barang siapa yang membaca Al-Qur’an, kemudian berdoa dan diaminkan doanya, maka ia akan mendapatkan pahala empat ribu malaikat."
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, bahwa beliau menugaskan seseorang untuk mengawasi seorang laki-laki yang membaca Al-Qur'an. Jika laki-laki tersebut hendak menyelesaikan bacaan (khatam), maka orang itu memberitahu Ibnu Abbas, lalu beliau pun menghadiri khataman tersebut dan menyaksikannya.
Mujahid berkata: Dahulu mereka berkumpul ketika khatam Al-Qur'an, dan mereka berkata: "Rahmat turun."
Diriwayatkan dengan sanad yang sahih bahwa Mujahid dan Ubaidah bin Abi Lubabah mengutus seseorang kepada Al-Hakam bin Utaibah dan berkata: "Kami mengutusmu kepadamu karena kami ingin mengkhatamkan Al-Qur'an."
Doa dikabulkan ketika khatam Al-Qur'an, sehingga dianjurkan untuk menghadiri majelis khataman baik bagi yang membaca maupun yang tidak bisa membaca dengan baik.
Sebaiknya imam memilih waktu-waktu yang memiliki keutamaan, khususnya pada malam yang diharapkan sebagai Lailatul Qadr. Imam mengakhirkan rakaat terakhir tarawih sebelum witir dan berdoa, serta diaminkan oleh makmum.
Imam Ahmad menegaskan hal ini, dan Sufyan bin Uyaynah berkata: "Aku melihat penduduk Makkah melakukan hal tersebut.
Abbas ibnu Abdul Hakim berkata: "Aku mendapatkan orang-orang yang tinggal di kota Basroh dan Makkah melakukan hal ini, Juga disebutkan dari Utsman radhiyallahu anhu".
Dianjurkan bagi imam untuk memperbanyak doa dengan mengangkat kedua tangannya dan memanjangkannya, serta berdoa dengan ungkapan-ungkapan yang penting dan kata-kata yang mencakup makna luas. Hendaknya mayoritas doanya berkaitan dengan urusan akhirat dan ia berdoa untuk kaum Muslimin, kebaikan bagi para pemimpin mereka, serta seluruh rakyatnya.
Dianjurkan juga untuk mewangikan masjid dan menghiasinya pada malam yang diharapkan sebagai Lailatul Qadar. Dianjurkan mandi, memakai wewangian, dan mengenakan pakaian terbaik, sebagaimana hal ini juga disyariatkan pada hari-hari berkumpul dan perayaan.
Begitu pula dalam semua shalat, disunnahkan untuk berhias diri sebagaimana firman Allah Ta'ala:
"Wahai anak Adam, pakailah perhiasanmu di setiap (memasuki) masjid."
Tsabit al-Bannani dan Hamid ath-Thawil dahulu mengenakan pakaian terbaik mereka dan memakai wewangian, serta mewangikan masjid dengan dupa dan kayu gaharu pada malam yang diharapkan sebagai Lailatul Qadar.
Sahabat Nabi Tamim Al-Da'riy radhiyallahu anhu memiliki pakaian berharga seribu dirham yang ia beli khusus. Ia mengenakannya pada malam yang ia harapkan sebagai Lailatul Qadar.
Wahai orang yang ketika shalat hanya melakukannya sekadarnya, ketika berpuasa merasa lemah, ketika diajak kepada kebaikan menunda-nunda, dan ketika diminta untuk bertaubat berkata, “Nanti!” Tak ada yang menggugah hatinya dari nasihat dan peringatan. Namun, ia masih berharap dapat tergolong dalam barisan orang-orang saleh? Tidak, sungguh itu mustahil.
Lihatlah orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam ibadah, sementara engkau hanya duduk diam. Mereka melangkah maju, sedangkan engkau tertinggal jauh. Berapa banyak orang yang masih bimbang antara keinginan dunia dan kezuhudan? Berapa banyak yang menghabiskan malam mereka untuk beribadah, sementara yang lain terlelap dalam tidur? Apa yang membuat mereka sibuk hingga melupakan manisnya hubungan dengan Tuhan mereka? Dengarlah kisah mereka, meskipun engkau tak dapat melihat mereka.
Sungguh mengherankan dirimu, saudaraku! Mengapa engkau masih lalai? Nasihat tidak menyentuh hatimu, peringatan tak menggugah jiwamu. Ketahuilah, kuburan telah dipenuhi oleh para sanak, saudara, anak-anak, kerabat, pejabat, dan orang-orang kaya yang dahulu terhormat. Kini mereka semua telah sama, terkubur dalam tanah, tanpa lagi kemuliaan dan kehormatan dunia.
Abu Nu‘aym meriwayatkan dari Anas bahwa Nabi ﷺ apabila memasuki bulan Ramadhan, beliau beribadah dan juga tidur. Namun, ketika memasuki malam ke-24, beliau bersungguh-sungguh dalam ibadah dan mengurangi tidurnya.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Wākil bin al-Asqa‘ dari Nabi ﷺ bahwa beliau bersabda:
"Suhuf (lembaran-lembaran) Ibrahim diturunkan pada malam pertama bulan Ramadan, Taurat diturunkan pada malam keenam Ramadan, Injil diturunkan pada malam ketiga belas Ramadan, dan Al-Qur’an diturunkan pada malam kedua puluh empat Ramadan."
Ada sekelompok dari kalangan salaf yang bersungguh-sungguh dalam beribadah pada malam ke-24 Ramadan, di antara mereka adalah Anas, al-Hasan, dan penduduk Bashrah.
Diriwayatkan bahwa beliau ﷺ bersabda:
"Aku melihat matahari pada pagi hari setelah malam ke-24, ia terbit tanpa memiliki sinar yang kuat."
Demikian juga disebutkan oleh al-Bukhari dari Ibnu Abbas.
Namun, yang lebih kuat dalam riwayat adalah bahwa Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-23.
Disebutkan bahwa Abu Ayyub As-Sikhtiyani biasa mandi pada malam kedua puluh tiga dan malam kedua puluh tujuh, mengenakan pakaian terbaiknya, dan berkata: "Malam kedua puluh tiga adalah malam penduduk Madinah, dan malam kedua puluh tujuh adalah malam penduduk Bashrah."
Dan di antara mereka yang mengatakan bahwa (Lailatul Qadar) adalah malam kedua puluh empat, mereka berdalil dengan turunnya Al-Qur'an, karena itu adalah malam pertama dari tujuh terakhir jika bulan tersebut sempurna tiga puluh hari.
Ada pula yang mengatakan bahwa Lailatul Qadar adalah malam kedua puluh lima, dan mereka berdalil dengan sabda Nabi ﷺ: "Dalam malam-malam yang ganjil." Dan Allah lebih mengetahui.
Aku (penulis) berkata: Yang benar dan yang lebih diharapkan adalah malam kedua puluh tujuh, sebagaimana ditunjukkan oleh banyak hadits, kabar, ayat, dan petunjuk lainnya, insya Allah Ta’ala. Ini juga merupakan pendapat Imam Ahlus Sunnah, Ahmad bin Hanbal, semoga Allah merahmatinya.
Wahai ini, di manakah engkau dari kaum yang menjadikan akhirat sebagai tujuan mereka, lalu mereka bersabar? Maka berbahagialah bagi mereka bagian dari kesabaran mereka. Demi Allah, betapa sedikitnya perniagaan para pedagang (di dunia ini) dibandingkan dengan apa yang mereka jual ketika mereka melihat apa yang mereka lihat. Dengan memperbaiki jualan mereka, mereka mendapatkan hasil yang sedikit, dan betapa ringannya apa yang mereka tinggalkan! Mereka tidak pernah berhenti hingga mendapatkan apa yang mereka tuntut. Mereka membeli kesungguhan di pasar ujian, lalu mereka tertawa di rumah keselamatan, sedangkan engkau tertidur di tempat tidur kelalaian.
Kapankah engkau akan menempuh jalan mereka, wahai pecinta perbuatan dosa?
Sesungguhnya itu hanyalah malam setelah malam, dan puasa sehari setelah sehari, serta bulan yang berlanjut ke bulan yang baru, hingga mereka masuk ke dalam kubur yang telah diketahui.
Dalam hadis yang masyhur disebutkan:
“Dusta orang yang mengaku mencintai-Ku, tetapi ia tidur dari-Ku. Bukankah setiap pecinta menyukai untuk menyendiri bersama kekasihnya? Maka, Aku melihat kepada para kekasih-Ku ketika kegelapan malam menutupi mereka. Aku menjadikan cahaya-Ku dalam hati mereka, lalu mereka berbicara kepada-Ku dengan kehadiran-Ku.
Esoknya, Aku akan menyinari para kekasih-Ku dengan cahaya-Ku di sisi-Ku.”
Maka, para kekasih-Ku telah berkumpul untuk mendengar dan menaati-Ku.
Mereka memiliki hati yang dengan rahasiaku menjadi terpikat,
Di atas jalanku dan petunjukku mereka telah dibentuk.
Mereka berjalan, tidak lemah dan tidak pula lemah semangat,
Dan mereka menghubungkan tali kekerabatanku, maka mereka tidak terputus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar