Pesan Pembangunan dan Ihsan
Karena banyaknya dorongan kuat dalam Al-Qur'an terhadap kehidupan akhirat dan peringatan agar tidak terbuai dengan dunia, sebagian sahabat beranggapan bahwa kesalehan terletak pada kesibukan dalam ibadah dan meninggalkan dunia. Di antara mereka adalah Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, yang begitu giat dalam beribadah hingga meninggalkan perhiasan kehidupan dunia.
Ketika Salman Al-Farisi mengunjunginya, ia melihat Ummu Darda’ dalam keadaan lusuh. Maka ia bertanya, "Apa yang terjadi padamu?" Ia menjawab, "Saudaramu, Abu Darda’, tidak memiliki kebutuhan terhadap dunia."
Lalu datanglah Abu Darda’, dan ia membuatkan makanan untuk Salman. Kemudian ia berkata, "Makanlah, aku sedang berpuasa." Salman menjawab, "Aku tidak akan makan sampai engkau juga makan." Maka Abu Darda’ pun ikut makan.
Saat malam tiba, Abu Darda’ bangun untuk shalat malam, tetapi Salman berkata kepadanya, "Tidurlah!" Maka Abu Darda’ pun tidur. Kemudian ia bangun lagi untuk shalat, tetapi Salman kembali berkata, "Tidurlah!" Hingga pada sepertiga malam terakhir, Salman berkata, "Sekarang bangunlah." Maka mereka pun shalat bersama.
Setelah itu, Salman berkata kepadanya, "Sesungguhnya Tuhanmu memiliki hak atasmu, dirimu memiliki hak atasmu, dan keluargamu memiliki hak atasmu. Maka berikanlah setiap yang berhak akan haknya."
Abu Darda’ kemudian menemui Nabi ﷺ dan menceritakan hal itu. Nabi ﷺ pun bersabda, "Salman benar." (HR. Bukhari)
Di sini, Salman mengembalikan keseimbangan dan meluruskan pemahaman, dan Rasulullah ﷺ membenarkannya. Rasulullah ﷺ juga menyampaikan hal serupa dalam beberapa kesempatan lain.
Dalam Sunan Abu Dawud dan Musnad Ahmad, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha:
"Sesungguhnya Nabi ﷺ mengutus seseorang kepada Utsman bin Mazh’un (yang meninggalkan dunia untuk beribadah) lalu ia datang kepadanya. Nabi ﷺ berkata, ‘Wahai Utsman, apakah engkau berpaling dari sunnahku?’ Utsman menjawab, ‘Tidak, demi Allah, wahai Rasulullah, aku hanya mencari sunnahmu.’ Maka Nabi ﷺ bersabda, ‘Sesungguhnya aku tidur dan aku shalat, aku berpuasa dan aku berbuka, serta aku menikahi wanita. Maka bertakwalah kepada Allah, wahai Utsman. Sesungguhnya keluargamu memiliki hak atasmu, tamumu memiliki hak atasmu, dan dirimu memiliki hak atasmu. Maka berpuasalah dan berbukalah, shalatlah dan tidurlah.’”
Dalam Shahih Ibnu Hibban dan Sunan Al-Kubra karya Al-Baihaqi, Abdullah bin Amr berkata:
"Rasulullah ﷺ bersabda kepadaku, ‘Wahai Abdullah bin Amr, aku mendengar bahwa engkau berpuasa sepanjang hari dan shalat sepanjang malam. Jangan lakukan itu! Sesungguhnya tubuhmu memiliki hak atasmu, dan dirimu memiliki hak atasmu. Berpuasalah tiga hari dalam setiap bulan, itu seperti puasa sepanjang tahun.’ Aku berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku mampu lebih dari itu.’ Maka beliau bersabda, ‘Puasalah seperti puasa Nabi Dawud, yaitu sehari puasa dan sehari berbuka.’" Abdullah bin Amr kemudian berkata, ‘Andai saja aku menerima keringanan itu.’”
Al-Qur'an juga memperkenalkan kepada manusia berbagai model dari hamba-hamba Allah yang saleh. Di antara mereka adalah para nabi yang menggabungkan antara kezuhudan dan kekayaan, serta akhlak yang mulia dan kekuatan. Mereka adalah Yusuf, Dawud, Sulaiman, dan Dzulkarnain.
Model-model ini menunjukkan bahwa Islam tidak membatasi kesalehan dan ketakwaan dalam satu bentuk tertentu. Ada kesalehan dan ketakwaan dalam keadaan hidup susah, seperti kisah Nabi Isa dan Nabi Ayyub ‘alaihimas salam, tetapi kesalehan dan ketakwaan juga bisa terwujud dalam kelimpahan dan kekayaan, dan itu adalah hal yang diakui dan diperbolehkan dalam Islam.
Islam dan Konsep Kesejahteraan
Maqashid syariah (tujuan syariah) tidak hanya membatasi manusia dalam memenuhi kebutuhan darurat (ḍarūriyyāt), tetapi juga mencakup kebutuhan sekunder (ḥājiyyāt) dan penyempurnaan (taḥsīniyyāt).
Di sini, perlu diperjelas bahwa konsep penyempurnaan dalam Islam bukanlah mengejar kemewahan atau mengumpulkan kenikmatan yang berlebihan, sebagaimana yang dipahami sebagian orang. Jika demikian, itu bisa masuk dalam kategori pemborosan yang terlarang. Sebaliknya, taḥsīniyyāt dalam Islam adalah mencapai tingkat ihsan dalam segala aspek kehidupan.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah menetapkan ihsan dalam segala sesuatu." (HR. Muslim)
Perintah untuk berbuat ihsan ini bersifat umum dan mencakup seluruh aspek kehidupan. Allah berfirman:
"Sesungguhnya Allah memerintahkan keadilan dan ihsan..." (QS. An-Nahl: 90)
"Dan berbuat ihsanlah, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan." (QS. Al-Baqarah: 195)
Dalam Al-Qur'an, Allah menyebutkan kecintaan-Nya kepada orang-orang yang berbuat ihsan sebanyak lima kali.
Ihsan tidak akan terwujud kecuali jika seseorang telah memiliki kebutuhan dasar dan sekunder yang memadai. Jika tidak, maka amalnya akan tetap memiliki kekurangan, karena orang yang tidak memiliki sesuatu tidak bisa memberikannya kepada orang lain.
Tiga Dimensi Ihsan
-
Ihsan dalam ibadah, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
"Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Bukhari dan Muslim)
-
Ihsan dalam muamalah, yang mencakup ihsan kepada keluarga, berbakti kepada orang tua, menyantuni fakir miskin, dan lain sebagainya.
-
Ihsan dalam pekerjaan, sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
"Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mencintai jika salah seorang dari kalian melakukan suatu pekerjaan, hendaknya ia menyempurnakannya." (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, dan Ath-Thabarani dalam Al-Awsath)
Kesimpulan
Inilah pesan Islam dalam membangun peradaban, yang menggabungkan antara pembangunan dunia yang maju dan kembali kepada akhirat dengan husnul khatimah. Semua itu dilakukan dalam bingkai sistem nilai keimanan dan akhlak yang sempurna.
Ya Allah, bimbinglah kami di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk, berilah kami kesehatan di antara orang-orang yang Engkau beri kesehatan, uruslah urusan kami di antara orang-orang yang Engkau urus, berkahilah bagi kami dalam apa yang Engkau berikan, dan lindungilah kami dari keburukan apa yang Engkau tetapkan. Sesungguhnya Engkau Maha Memberi berkah dan Maha Tinggi...
Doha, 25 Ramadan 1446 H / 25 Maret 2025 M
#Seri_Faedah_Ramadhan_1446H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar