Rabu, 10 Agustus 2022

IMAN KEPADA ALLAH TA`ALA

*FAWAID – DARI KITAB SABIIL AR-RASYAAD FI TAQRIIR MASAAILIL I’TIQOOD*
*#Faidah-DAURAH_SYAR’IYYAH_21_STAI_ALI_BIN_ABI_THALIB_1444H*
*#Syaikh_Prof_Dr_Ibrahim_bin-Amir_ar-Ruhaily_hafizhahullah*

الفصل الثاني

PASAL KEDUA

الإيمان بالله
Iman kepada Allah

وهو الإيمان بوجوده، وتوحيده في ربوبيته، وأسمائه وصفاته. وإلهيته.

Iman terhadap keberadaan Allah, mentauhidkan Allah dalam Rububiyahnya, Nama-Nama dan Sifatnya dan Ibadah hanya kepada-Nya.

* و يتضمن أصلين:
الأصل الأول: الإيمان بوجوده . وقد دل على وجوده - تعالى -: الفطرة، والعقل، والشرع، والحس.

Ini mengandung dua PRINSIP:
PRINSIP YANG PERTAMA:  Iman kepada keberadaan Allah, dan ini ditunjukkan dengan didasarkan secara FITRAH, AKAL, SYAR’I (dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah), PANCA INDERA.

1- أما دلالة الفطرة: فإن كل مخلوق قد فطر على الإيمان بخالقه، ضرورة من غير تعلم، أو تعليم، لقول النبي صلى الله عليه وسلم: «ما من مولود إلا يولد على الفطرة، فأبواه يهودانه أو ينصرانه أو يمجسانه »

Dalil secara fitrah (naluri) adalah, setiap makhluk telah diciptakan dengan dasar Iman kepada Kholiq-nya, nalurinya ada secara otomatis tidak perlu pembelajaran atau pengajaran, sebagaimana hadits Nabi ﷺ:
"Tidak ada seorang anakpun yang terlahir kecuali dia dilahirkan dalam keadaan fithrah. Maka kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Al-Bukhori no. 1358 dan Muslim no. 2658).

۲- أما دلالة العقل: فلأن هذه المخلوقات سابقها ولاحقها لابد لها من خالق أوجدها، إذ لا يمكن أن توجد نفسها بنفسها، ولا يمكن أن توجد من غير موجد.
وقد ذكر الله تعالى هذا الدليل العقلي في قوله: (أَمْ خُلِقُوا۟ مِنْ غَيْرِ شَىْءٍ أَمْ هُمُ ٱلْخَٰلِقُونَ) [سورة الطور:35].

2. Sedangkan dalil akal:
Karena makhluk-makhluk ini pasti ada yang mendahului mereka dan mengikuti mereka, mereka harus memiliki Pencipta yang menciptakan mereka, karena mereka tidak dapat ada dengan sendirinya, juga tidak dapat ada tanpa Pencipta. Allah Azza wa Jalla menyebutkan dalil akal ini dengan firman-Nya:

اَمْ خُلِقُوْا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ اَمْ هُمُ الْخٰلِقُوْنَۗ

“ Atau apakah mereka tercipta tanpa asal-usul ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? “ (QS. At-Tuur: 35)

ولهذا لما سمع جبير بن مطعم رضي الله عنه رسول الله ﷺ  يقرأ هذه الآية وكان - يومئذ مشركا - قال: «گاد قلبي أن يطير»، رواه البخاري

Oleh karena itu ketika shahabat Jubair bin Muth’im radhiallahu’anhu mendengar Rasulullah ﷺ membacakan ayat ini – ketika beliau masih dalam keadaan musyrik- beliau berkata: “'Hatiku hampir saja akan terbang.” (HR. Al-Bukhori no. 4854)

2- وأما دلالة الشرع: فلأن الكتب السماوية لها تنطق بذلك، وما جاءت به من الأحكام العادلة المتضمنة لمصالح الخلق؛ دليل على أنها من رب حکیم عليم بمصالح خلقه.

3. Sedangkan dalil syar’i,
Karena kitab-kitab samawiyah menyebutkan tentang hal tersebut, dan apa yang terkandung dari berbagai macam hukum-hukum yang adil yang mencakup kepentingan ciptaan-Nya; Bukti bahwa itu dari Rabb yang Maha bijaksana, Maha mengetahui kepentingan ciptaan-Nya.

4- وأما دلالة الحس: على وجود الله؛ فمن وجهين :
الأول: أننا نسمع ونشاهد من إجابة الداعين، وغوث المكروبين، ما يـدلُ دلالة قاطعة على وجوده تعالى.
الثاني: أن آيات الأنبياء التي تسمى (المعجزات) ويشاهدها الناس، أو يسمعون بها، برهان قاطع على وجود مرسلهم

4. Sedangkan dalil panca indera atas keberadaan Allah bisa dilihat dari dua sudut pandang:
Pertama: Kita mendengar dan kita menyaksikan dari pengabulan orang-orang yang berdoa, kelapangan/ kelegaan dari orang-orang yang terdepresi, yang menunjukkan bukti secara konklusif tentang keberadaan Allah Ta’ala.
Kedua: Bahwa ayat-ayat para Nabi yang disebut sebagai Mukjizat dan bisa disaksikan oleh manusia ataupun bisa didengar oleh manusia adalah bukti nyata tentang keberadaan Dzat yang mengirimkannya. (lihat Syarah Tsalatsah Ushul Libni ‘Utsaimin hal 80-83)

الأصل الثاني: الإيمان بتوحيده. وهو يتضمن أنواع التوحيد الثلاثة، وها هي ذي مفصلة.

PRINSIP YANG KEDUA:
Iman dengan mentauhidkan Allah, dan ini mengandung 3 macam tauhid, berikut ini tentang detailnya:

النوع الأول: توحيد الربوبية:
MACAM YANG PERTAMA: TAUHID AR-RUBUBIYAH

* وبیان توحيد الربوبية يكون من خلال الوجوه التالية:
Penjelasan Tauhid ar-Rububiyah bisa dilakukan dnegan beberapa sudut pandang berikut ini:

أولا: تعريفه:
وهو توحيد الله بأفعاله: من الخلق والإيجاد، والرزق والإمداد، وغيرها من أفعاله التي هي مقتضى ربوبيته وتدبير شؤون خلقه.

YANG PERTAMA: definisi nya (Definisi Tauhid ar-Rububiyah)
Yaitu mentauhidkan Allah dengan perbuatan Allah, baik mencipta dan mengadakan, memberikan rezki, dan yang membentangkannya, dan selainnya dari perbuatan Allah yang itu termasuk dari konsekuensi rububiyahnya Allah, Sifat Pengaturan Allah terhadap makhluk ciptaan-Nya.


ثانيا: الأدلة على تقريره:
YANG KEDUA: Dalil-Dalil atas Pengakuan Tauhid ar-Rububiyah:

دل على تقريره كثير من الأدلة من كتاب الله منها:
Dalil yang menunjukkan pengakuan terhadap Tauhid ar-Rububiyah sangat banyak sekali, yang termasuk dalil dari al-Qur’an :

1- قوله تعالى:.
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَاۤءَ بِنَاۤءً ۖوَّاَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَخْرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزْقًا لَّكُمْ ۚ فَلَا تَجْعَلُوْا لِلّٰهِ اَنْدَادًا وَّاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ [سورة البقرة:21 - 22]

“  Wahai manusia! Sembahlah Rabbmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. (Dialah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 21-22)

2- وقوله تعالى:
2. Dan firman Allah Ta’ala:
اِنَّ رَبَّكُمُ اللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ يُغْشِى الَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهٗ حَثِيْثًاۙ وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُوْمَ مُسَخَّرٰتٍۢ بِاَمْرِهٖٓ ۙاَلَا لَهُ الْخَلْقُ وَالْاَمْرُۗ تَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ

“  Sungguh, Rabbmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan) matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Mahasuci Allah, Tuhan seluruh alam.” (QS. Al-A’raaf: 54)

3- وقوله تعالى:
3. Firman Allah Ta’ala:

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا

“Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu.” (QS. Al-Baqarah: 29)

4- وقوله تعالى: إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ (58) [سورة الذاريات:58].
فدلت هذه الآيات على ربوبيته وخلقه ورزقه وتسخيره هذه المخلوقات العظيمة لنفع الخلق، ثم نهى العباد عن اتخاذ الأنداد في عبادته بعد أن علموا تفرده بالخلق والرزق.

4. Firman Allah Ta’ala:

اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِيْنُ

“ Sungguh Allah, Dialah Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat: 58)

Ayat ini menunjukkan kepada sifat Rububiyah nya Allah, Maha Pencipta, Maha Pemberi rezki dan penaklukan Allah terhadap hamba-hamba-Nya. Demi kemaslahatan ciptaan-Nya, kemudian Allah  melarang hamba-hamba-Nya dari mengambil tandingan-tandingan dalam beribadah kepada Allah setelah mereka mengetahui keesaan Allah dalam Maha Pencipta dan Maha Pemberi Rezki


قال ابن كثير في بيان معنى آية البقرة: {ومضمونه: أنه الخالق الرازق مالك الدار، وساكنيها، ورازقهم، فبهذا يستحق أن يعبد وحده ولا يشرك به غيره؛ ولهذا قال: فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ (22)[سورة البقرة:5]}(1).

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan dalam menjelaskan makna dari ayat Al-Baqarah: {Dan isinya: Dia adalah Pencipta, Pemelihara, pemilik rumah, dan penghuninya, dan Pemelihara mereka. Itulah sebabnya dia berkata: “Janganlah kamu mengadakan tandingan bagi Allah, sedangkan kamu mengetahui (22) [Surat Al-Baqarah: 5]}” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 1/194)

ثالثا: بيان عموم الإقرار به:
الإقرار بالربوبية من حيث الجملة عام في البشر "وما ادعى أحد من الكفار أن هذا العالم له خالقان متماثلان

KETIGA:   Pernyataan pengakuan umum tentang hal itu:
Pengakuan Rububiyah Allah dalam hal kalimat adalah umum pada manusia “dan tidak ada orang kafir yang mengklaim bahwa dunia ini memiliki dua pencipta yang identik.” (Lihat Majmu’ al-Fatawa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah 7/75)

وقد كان مشركو العرب مقرين بأن الله هو الخالق لهم وللسموات والأرض والشمس والقمر، وأنه هو المتفرد بالرزق والتدبير، كما أخبر الله عنهم بذلك في غير آية، كقوله تعالى:

Dan orang-orang musyrik Arab mengakui bahwa Allah adalah Pencipta bagi mereka dan untuk langit dan bumi, matahari dan bulan, dan bahwa Dialah satu-satunya dalam memberikan rezeki dan pengelolaan, seperti yang Allah katakan kepada mereka tentang hal itu dalam selain sebuah ayat, seperti firman Allah Ta’ala:

وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُوْلُنَّ اللّٰهُ فَاَنّٰى يُؤْفَكُوْنَۙ

Dan jika engkau bertanya kepada mereka, “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab, “Allah,” jadi bagaimana mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah),” (QS. Az-Zukhruf: 87)

وقوله تعالى:

Firman Allah Ta’ala:

وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ مَّنْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُوْلُنَّ اللّٰهُ ۗفَاَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ

Dan jika engkau bertanya kepada mereka, ”Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Pasti mereka akan menjawab, ”Allah.” Maka mengapa mereka bisa dipalingkan (dari kebenaran). (QS. Al-Ankabut: 61)

وقوله تعالى:

Firman Allah Ta’ala:

وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ مَّنْ نَّزَّلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ مِنْۢ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُوْلُنَّ اللّٰهُ ۙقُلِ الْحَمْدُ لِلّٰهِ ۗبَلْ اَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُوْنَ ࣖ

Dan jika kamu bertanya kepada mereka, ”Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu dengan (air) itu dihidupkannya bumi yang sudah mati?” Pasti mereka akan menjawab, ”Allah.” Katakanlah, ”Segala puji bagi Allah,” tetapi kebanyakan mereka tidak mengerti. (QS. Al-Ankabut: 63)

قُلْ مَنْ رَّبُّ السَّمٰوٰتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ سَيَقُوْلُوْنَ لِلّٰهِ ۗقُلْ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ قُلْ مَنْۢ بِيَدِهٖ مَلَكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُوَ يُجِيْرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ سَيَقُوْلُوْنَ لِلّٰهِ ۗقُلْ فَاَنّٰى تُسْحَرُوْنَ

Katakanlah, “Siapakah Tuhan yang memiliki langit yang tujuh dan yang memiliki ‘Arsy yang agung?” Mereka akan menjawab, “(Milik) Allah.” Katakanlah, “Maka mengapa kamu tidak bertakwa?” Katakanlah, “Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan segala sesuatu. Dia melindungi, dan tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab-Nya), jika kamu mengetahui?”   Mereka akan menjawab, “(Milik) Allah.” Katakanlah, “(Kalau demikian), maka bagaimana kamu sampai tertipu?” (QS. Al-Mukminun: 86-89)

رابعا: بيان عدم كفايته في تحقيق الإسلام.

KEEMPAT: Penjelasan bahwa tidak cukup dengan Tauhid Rububiyah dalam penetapan Islam.

وهذا التوحيد لا يكفي العبد في حصول الإسلام، بل لا بد أن يأتي مع ذلك بلازمه من توحيد الإلهية؛ لأن الله تعالى حكى عن المشركين أنهم مقرون بهذا التوحيد لله وحده وأخبر عن شركهم، قال تعالى: وَمَا يُؤۡمِنُ أَكۡثَرُهُم بِٱللَّهِ إِلَّا وَهُم مُّشۡرِكُونَ ]سورة يوسف : 106].

Ini adalah tauhid ar-Rububiyah yang   tidak akan mencukupi bagi seorang hamba untuk mendapatkan Islam, namun dia harus membawa konsekuensi dari tauhid ar-Rububiyah untuk bisa mengimani tauhid Ilahiyah (tauhid Ibadah – mentauhidkan Allah dalam beribadah kepada-Nya).
Hal ini karena Allah menceritakan tentang orang-orang musyrikin bahwa mereka itu mengakui dan mentauhidkan Allah dalam perbuatan Allah dan Allah mengabarkan tentang kesyirikan yang mereka lakukan, Allah berfirman:

وَمَا يُؤْمِنُ اَكْثَرُهُمْ بِاللّٰهِ اِلَّا وَهُمْ مُّشْرِكُوْنَ

“Dan kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allah, bahkan mereka mempersekutukan-Nya.(QS. Yusuf; 106)”

قال ابن عباس رضي الله عنه : «(وما يؤمن أكثرهم بالله)، قال: من إيمانهم، إذا قيل لهم: من خلق السماء؟ ومن خلق الأرض؟ ومن خلق الجبال؟ قالوا: الله. وهم مشرکون».

Ibnu Abbas radhiallahu’anhu berkata, (Tidaklah kebanyakan mereka beriman kepada Allah), dia berkata, termasuk iman mereka adalah, jika dikatakan kepada mereka, siapa yang menciptakan langit? Dan siapa yang menciptakan bumi? Dan siapa yang menciptakan gunung? Mereka menjawab, “Allah, sedangkan mereka orang-orang yang menyekutukan Allah.”
(lihat Tafsir al-Aziz al-Hamid hal 17)

وعن مجاهد: «إيمانهم قولهم: الله خالقنا ويرزقنا ويميتنا، فهذا إيمان مع شرك عبادتهم غيره» .

Dari Mujahid, “Imannya mereka adalah perkataan mereka, Dialah yang memberikan rezki kepada kita, yang mematikan kita, maka ini adalah iman yang disertai kesyirikan ibadah mereka kepada selain Allah.” (Lihat Tafsir ath-Thobari 16/286-287)

وكذا قال عطاء وعكرمة، والشعبي، وقتادة،

Dan demikian pula perkataan Atho’, Ikrimah, as-Sya’biy dan Qotadah. (Lihat Tafsir at-Thobari 16/286-287, Tafsir Ibnu Katsir 4/418)

خامسا: مظاهر الانحراف فيه:
* مظاهر الانحرافات في توحيد الربوبية لا يمكن حصرها، ومن أبرزها:

KELIMA: Bukti Nyata penyimpangan dalam Tauhid Rububiyah:
  * Bukti nyata penyimpangan dalam Tauhid ar-Rububiyah tidak dapat dibatasi (saking banyaknya), dan yang paling menonjol adalah:

1- إنكار وجوده سبحانه، أو ربوبيته كما يعتقد ذلك الملاحدة الذين يسندون إيجاد هذه المخلوقات إلى الطبيعة، أو الدهر، قال تعالى: ﴿ وقالوا ماهي إلا حياتنا الثنيانموث وتحيا ومايهلكا إلا الدهر ومالهم بذلك من علي إن هم إلايظنون ﴾ [سورة الجاثية: ٢٤].

Mengingkari keberadaan-Nya, Maha Suci Allah, atau Sifat Rububiyah-Nya, seperti yang diyakini oleh para atheis yang mengaitkan penciptaan makhluk-makhluk ini dengan faktor alam atau waktu. Allah Ta’ala berfirman:

وَقَالُوْا مَا هِيَ اِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوْتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَآ اِلَّا الدَّهْرُۚ وَمَا لَهُمْ بِذٰلِكَ مِنْ عِلْمٍۚ اِنْ هُمْ اِلَّا يَظُنُّوْنَ

“  Dan mereka berkata, “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” Tetapi mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu, mereka hanyalah menduga-duga saja.” (QS. Al-Jatsiyah: 24)

۲- جحد بعض خصائص الرب سبحانه وإنكار بعض معاني ربوبيته، كمن ينفي قدرة الله على إماتته أو إحيائه بعد موته.

Mengingkari sebagian sifat-sifat Rabb, kemuliaan bagi-Nya, dan mengingkari sebagian makna Rububiyah-Nya, seperti mengingkari kemampuan Allah untuk mematikan makhluk-Nya atau menghidupkannya kembali setelah kematiannya.

2- إعطاء شيء من خصائص الربوبية لغير الله سبحانه، كاعتقاد وجـود متصرف مع الله عز وجل في تدبير الكون أو غير ذلك من معاني الربوبية.

Memberikan sesuatu dari apa yang termasuk kekhususan Rububiyahnya Allah kepada selain Allah Dzat Yang Maha Suci. Seperti kepercayaan adanya Dzat lainnya Yang Maha Kuasa dalam pengaturan alam semesta atau pengertian lain dari makna Rububiyah Allah (Tauhid dalam Sifat Perbuatan-Perbuatan Allah.)

Bersambung….
Zaki Rakhmawan Abu Usaid
#

Tidak ada komentar:

Posting Komentar