Minggu, 25 Desember 2022

WAJAH WAJAH PENGHUNI SYURGA DAN NERAKA

ا
Alhamdulillah, wassholatu wassalaamu ala Rosulillah, wa ba`du;

WAJAH PENGHUNI SYURGA

1. 

یوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ ۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَٰنِكُمْ فَذُوقُوا۟ ٱلْعَذَابَ بِمَا كُنتُمْ تَكْفُرُونَ ﴿١٠٦﴾

"pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu"." (Q.S.3:106)

2.

وَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱبْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِى رَحْمَةِ ٱللَّهِ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ ﴿١٠٧﴾

"Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya." (Q.S.3  Ali Imron :107)

3. 

۞ لِّلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ ٱلْحُسْنَىٰ وَزِيَادَةٌ ۖ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلْجَنَّةِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ ﴿٢٦﴾

"Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya."

(Q.S.10 Yunus :26)

4.

فَوَقَاهُمُ ٱللَّهُ شَرَّ ذَٰلِكَ ٱلْيَوْمِ وَلَقَّىٰهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا ﴿١١﴾

"Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati."

(Q.S.76 Al insan :11)

5. 

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُّسْفِرَةٌ ﴿٣٨﴾

"Banyak muka pada hari itu berseri-seri,"

(Q.S.80:38)

ضَاحِكَةٌ مُّسْتَبْشِرَةٌ ﴿٣٩﴾

"tertawa dan bergembira ria,"

(Q.S.80 Abasa :39)

6.

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاعِمَةٌ ﴿٨﴾

"Banyak muka pada hari itu berseri-seri,"

(Q.S.88:8)

لِّسَعْيِهَا رَاضِيَةٌ ﴿٩﴾

"merasa senang karena usahanya,"

(Q.S.88 Al ghosyiyah :9)




WAJAH PENGHUNI NERAKA

1.

يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ ۚ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ٱسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَٰنِكُمْ فَذُوقُوا۟ ٱلْعَذَابَ بِمَا كُنتُمْ تَكْفُرُونَ ﴿١٠٦﴾

"pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu"."

(Q.S.3 Ali imron :106)

2. 

وَٱلَّذِينَ كَسَبُوا۟ ٱلسَّيِّـَٔاتِ جَزَآءُ سَيِّئَةٍۭ بِمِثْلِهَا وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ ۖ مَّا لَهُم مِّنَ ٱللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ ۖ كَأَنَّمَآ أُغْشِيَتْ وُجُوهُهُمْ قِطَعًا مِّنَ ٱلَّيْلِ مُظْلِمًا ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ ﴿٢٧﴾

"Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gelita. Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."

(Q.S.10 Yunus :27)

3.

سَرَابِيلُهُم مِّن قَطِرَانٍ وَتَغْشَىٰ وُجُوهَهُمُ ٱلنَّارُ ﴿٥٠﴾

"Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka,"

(Q.S.14 Ibrahim:50)

4.

وَمَن يَهْدِ ٱللَّهُ فَهُوَ ٱلْمُهْتَدِ ۖ وَمَن يُضْلِلْ فَلَن تَجِدَ لَهُمْ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِهِۦ ۖ وَنَحْشُرُهُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ عَلَىٰ وُجُوهِهِمْ عُمْيًا وَبُكْمًا وَصُمًّا ۖ مَّأْوَىٰهُمْ جَهَنَّمُ ۖ كُلَّمَا خَبَتْ زِدْنَٰهُمْ سَعِيرًا ﴿٩٧﴾

"Dan barangsiapa yang ditunjuki Allah, dialah yang mendapat petunjuk dan barangsiapa yang Dia sesatkan maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Dia. Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka jahannam. Tiap-tiap kali nyala api Jahannam itu akan padam, Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya."

(Q.S.17 Al israa :97)

5.

وَقُلِ ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكُمْ ۖ فَمَن شَآءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَآءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ إِنَّآ أَعْتَدْنَا لِلظَّٰلِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۚ وَإِن يَسْتَغِيثُوا۟ يُغَاثُوا۟ بِمَآءٍ كَٱلْمُهْلِ يَشْوِى ٱلْوُجُوهَ ۚ بِئْسَ ٱلشَّرَابُ وَسَآءَتْ مُرْتَفَقًا ﴿٢٩﴾

"Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek."

(Q.S.18 Al kahfi :29)

6.

يَوْمَ يُنفَخُ فِى ٱلصُّورِ ۚ وَنَحْشُرُ ٱلْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ زُرْقًا ﴿١٠٢﴾

"(yaitu) di hari (yang di waktu itu) ditiup sangkakala dan Kami akan mengumpulkan pada hari itu orang-orang yang berdosa dengan muka yang biru muram;"

(Q.S.20 Thoha :102)

7. 

لَوْ يَعْلَمُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ حِينَ لَا يَكُفُّونَ عَن وُجُوهِهِمُ ٱلنَّارَ وَلَا عَن ظُهُورِهِمْ وَلَا هُمْ يُنصَرُونَ ﴿٣٩﴾

"Andaikata orang-orang kafir itu mengetahui, waktu (di mana) mereka itu tidak mampu mengelakkan api neraka dari muka mereka dan (tidak pula) dari punggung mereka, sedang mereka (tidak pula) mendapat pertolongan, (tentulah mereka tiada meminta disegerakan)."

(Q.S.21 Al anbiya`:39)

8.

تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ ٱلنَّارُ وَهُمْ فِيهَا كَٰلِحُونَ ﴿١٠٤﴾

"Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat."

(Q.S.23 Al mu`minun :104)

9.

ٱلَّذِينَ يُحْشَرُونَ عَلَىٰ وُجُوهِهِمْ إِلَىٰ جَهَنَّمَ أُو۟لَٰٓئِكَ شَرٌّ مَّكَانًا وَأَضَلُّ سَبِيلًا ﴿٣٤﴾

"Orang-orang yang dihimpunkan ke neraka Jahannam dengan diseret atas muka-muka mereka, mereka itulah orang yang paling buruk tempatnya dan paling sesat jalannya."

(Q.S.25 Al furqon :34)

10.

وَمَن جَآءَ بِٱلسَّيِّئَةِ فَكُبَّتْ وُجُوهُهُمْ فِى ٱلنَّارِ هَلْ تُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿٩٠﴾

"Dan barang siapa yang membawa kejahatan, maka disungkurkanlah muka mereka ke dalam neraka. Tiadalah kamu dibalasi, melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan."

(Q.S.27 An naml :90)

11.

يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِى ٱلنَّارِ يَقُولُونَ يَٰلَيْتَنَآ أَطَعْنَا ٱللَّهَ وَأَطَعْنَا ٱلرَّسُولَا۠ ﴿٦٦﴾

"Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul"."

(Q.S.33 Al ahzab :66)

12.

أَفَمَن يَتَّقِى بِوَجْهِهِۦ سُوٓءَ ٱلْعَذَابِ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۚ وَقِيلَ لِلظَّٰلِمِينَ ذُوقُوا۟ مَا كُنتُمْ تَكْسِبُونَ ﴿٢٤﴾

"Maka apakah orang-orang yang menoleh dengan mukanya menghindari azab yang buruk pada hari kiamat (sama dengan orang mukmin yang tidak kena azab)? Dan dikatakan kepada orang-orang yang zalim: "Rasakanlah olehmu balasan apa yang telah kamu kerjakan"."

(Q.S.39 Az zumar :24)

13.

وَيَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ تَرَى ٱلَّذِينَ كَذَبُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ وُجُوهُهُم مُّسْوَدَّةٌ ۚ أَلَيْسَ فِى جَهَنَّمَ مَثْوًى لِّلْمُتَكَبِّرِينَ ﴿٦٠﴾

"Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?"

(Q.S.39 Az zumar :60)

14.

فَكَيْفَ إِذَا تَوَفَّتْهُمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَٰرَهُمْ ﴿٢٧﴾

"Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan punggung mereka?"

(Q.S.47 Muhammad :27)

15.

يَوْمَ يُسْحَبُونَ فِى ٱلنَّارِ عَلَىٰ وُجُوهِهِمْ ذُوقُوا۟ مَسَّ سَقَرَ ﴿٤٨﴾

"(Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka. (Dikatakan kepada mereka): "Rasakanlah sentuhan api neraka!""

(Q.S.54 Al qomar :48)

16.

فَلَمَّا رَأَوْهُ زُلْفَةً سِيٓـَٔتْ وُجُوهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ وَقِيلَ هَٰذَا ٱلَّذِى كُنتُم بِهِۦ تَدَّعُونَ ﴿٢٧﴾

"Ketika mereka melihat azab (pada hari kiamat) sudah dekat, muka orang-orang kafir itu menjadi muram. Dan dikatakan (kepada mereka) inilah (azab) yang dahulunya kamu selalu meminta-mintanya."

(Q.S.67 Al mulk :27)


17.

وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍۭ بَاسِرَةٌ ﴿٢٤﴾

"Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram,"

(Q.S.75:24)

تَظُنُّ أَن يُفْعَلَ بِهَا فَاقِرَةٌ ﴿٢٥﴾

"mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang amat dahsyat."

(Q.S.75 Al kiyamah :25)


18. 

وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ ﴿٤٠﴾

"dan banyak (pula) muka pada hari itu tertutup debu,"

(Q.S.80 Abasa :40)


19.

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَٰشِعَةٌ ﴿٢﴾

"Banyak muka pada hari itu tunduk terhina,"

(Q.S.88:2)

عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌ ﴿٣﴾

"bekerja keras lagi kepayahan,"

(Q.S.88:3)

تَصْلَىٰ نَارًا حَامِيَةً ﴿٤﴾

"memasuki api yang sangat panas (neraka),"

(Q.S.88 Al ghosyiyah :4)






AMALAN YG MENDATANGKAN WAJAH BERSINAR 

1. Berdzikir dan takwa kpd Allah serta cinta dan mutabaah kpd nabi.

2. Sholat

3. Membaca Al Qur`an

4. Membaca surat Al kahfi

5. Sabar 

6. Mencukur rambut ketika haji

7. Jihad fi sabilillah 

8. Ber uban setelah islam

9. Kiyamul lail




AMALAN YG MENDATANGKAN GELAP WAJAH

1. Kafir setelah islam 

2. Berdusta atas Allah

3. Melakukan dosa 

4. Kufur dan berbuat dosa

5. Perbuatan keji.

Jumat, 14 Oktober 2022

KEBENARAN & KEJUJURAN


Alhamdulillah, Was Sholatu was Salamu ala Rosulillah, wa ba'du;

Sesungguhnya agama islam telah menganjurkan dan memerintahkan agar kita senantiasa berbuat kejujuran dan kebenaran dalam seluruh aspek kehidupan dan memberikan perhatian yang besar hingga banyak sekali dijumpai dalil dalil di dalam Al Qur’an dan As Sunnah agar kita berperangai dengan nya. 

Di jumpai dalam Al Qur'an lafadz As Sidku (kejujuran) terulang sebanyak 153 kali di berbagai ayat. 

Kejujuran dan kebenaran merupakan sifat dari sifat sifat yang Allah Ta'ala miliki. 

Allah Ta'ala berfirman; 

قُلْ صَدَقَ ٱللَّهُ ۗ فَٱتَّبِعُوا۟ مِلَّةَ إِبْرَٰهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ ﴿٩٥﴾

"Katakanlah: "Benarlah (apa yang difirmankan) Allah". Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik."

(Q.S.3:95)

Allah Ta'ala berfirman; 

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ لَيَجْمَعَنَّكُمْ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلْقِيَٰمَةِ لَا رَيْبَ فِيهِ ۗ وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ ٱللَّهِ حَدِيثًا ﴿٨٧﴾

"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya. Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah?"

(Q.S.4:87)

Allah Ta'ala berfirman; 

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۖ وَعْدَ ٱللَّهِ حَقًّا ۚ وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ ٱللَّهِ قِيلًا ﴿١٢٢﴾

"Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan saleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Allah?"

(Q.S.4:122)

Kejujuran dan kebenaran juga merupakan sifat yang di miliki oleh para nabi dan rasul,  

Allah Ta'ala berfirman;

قَالُوا۟ يَٰوَيْلَنَا مَنۢ بَعَثَنَا مِن مَّرْقَدِنَا ۜ ۗ هَٰذَا مَا وَعَدَ ٱلرَّحْمَٰنُ وَصَدَقَ ٱلْمُرْسَلُونَ ﴿٥٢﴾

"Mereka berkata: "Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat-tidur kami (kubur)?". Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul(Nya)."

(Q.S.36:52)

Allah Ta'ala berfirman tentang nabiyullah Ibrahim alaihi salam;

رَبِّ هَبْ لِى حُكْمًا وَأَلْحِقْنِى بِٱلصَّٰلِحِينَ ﴿٨٣﴾ وَٱجْعَل لِّى لِسَانَ صِدْقٍ فِى ٱلاخِرِينَ ﴿٨٤﴾

"(Ibrahim berdoa): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh,"

"Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian,"

(Q.S.26:83-84)

Allah Ta'ala berfirman;

وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ إِبْرَٰهِيمَ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ صِدِّيقًا نَّبِيًّا ﴿٤١﴾

"Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quran) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi."

(Q.S.19:41)

Allah Ta'ala berfirman tentang nabiyullah Ismail alaihi salam;

وَٱذْكُرْ فِى ٱلْكِتَٰبِ إِسْمَٰعِيلَ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ صَادِقَ ٱلْوَعْدِ وَكَانَ رَسُولًا نَّبِيًّا ﴿٥٤﴾

"Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi."

(Q.S.19:54)

Allah Ta'ala berfirman tentang nabiyullah Ishak dan Ya'qub alaihima salam;

فَلَمَّا ٱعْتَزَلَهُمْ وَمَا يَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَهَبْنَا لَهُۥٓ إِسْحَٰقَ وَيَعْقُوبَ ۖ وَكُلًّا جَعَلْنَا نَبِيًّا ﴿٤٩﴾ وَوَهَبْنَا لَهُم مِّن رَّحْمَتِنَا وَجَعَلْنَا لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ عَلِيًّا ﴿٥٠﴾

"Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Ya'qub. Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi."

"Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik lagi tinggi."

(Q.S.19:49-50)

Allah Ta'ala berfirman tentang nabiyullah Yusuf alaihi salam;

يُوسُفُ أَيُّهَا ٱلصِّدِّيقُ أَفْتِنَا فِى سَبْعِ بَقَرَٰتٍ سِمَانٍ يَأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَسَبْعِ سُنۢبُلَٰتٍ خُضْرٍ وَأُخَرَ يَابِسَٰتٍ لَّعَلِّىٓ أَرْجِعُ إِلَى ٱلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَعْلَمُونَ ﴿٤٦﴾

"(Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru): "Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka mengetahuinya"."

(Q.S.12:46)

Allah Ta'ala senantiasa memerintahkan kepada nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam agar selalu berdoa dan memohon kepada Allah Ta'ala diberikan jalan pintu masuk yang benar dan jalan  pintu keluar yang benar.

Allah Ta'ala berfirman;

وَقُل رَّبِّ أَدْخِلْنِى مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِى مُخْرَجَ صِدْقٍ وَٱجْعَل لِّى مِن لَّدُنكَ سُلْطَٰنًا نَّصِيرًا ﴿٨٠﴾

"Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong."

(Q.S.17:80)

Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dahulu terkenal pada kaum nya dengan julukan   بالصادق الأمين
  ORANG YANG JUJUR LAGI TERPERCAYA disaat sebelum diutus sebagai nabi dan setelah diutus sebagai nabi dan rasul terkenal di kalangan para sahabat dengan julukan 

الصّادق المصدوق».

ORANG YANG BENAR LAGI DIBENARKAN .

Allah Ta'ala memerintahkan kepada para hamba agar berpegang teguh dengan sifat jujur dan benar.

Allah Ta'ala berfirman;

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَكُونُوا۟ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ ﴿١١٩﴾

"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar."

(Q.S.9:119)

Perangai kejujuran dan kebenaran dibutuhkan oleh setiap hamba dalam tiga keadaan yaitu : 

1) Jujur dan benar bersama Allah Ta'ala. 

Kejujuran dan kebenaran seorang hamba bersama Allah Ta'ala tercerminkan dalam keimanan, ketaatan dan akhlak kepada Allah Ta'ala, iman bukan sekadar impian dan angan semata, namun seseorang yang jujur keimanan nya ia akan sentiasa merealisasikan sesuai apa yang dikehendaki Allah Ta'ala yang mencakup jujur dalam keyakinan, jujur dalam niat, jujur dalam rasa takut kepada Allah Ta'ala, sehingga tidak setiap amalan ketaatan kepada Allah Ta'ala seseorang jujur di dalamnya, sampai amalan dhohir dan bathin seiring dan menyatu bersamaan.

Allah Ta'ala berfirman; 

۞ لَّيْسَ ٱلْبِرَّ أَن تُوَلُّوا۟ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ ٱلْمَشْرِقِ وَٱلْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ ٱلْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةِ وَٱلْكِتَٰبِ وَٱلنَّبِيِّۦنَ وَءَاتَى ٱلْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِۦ ذَوِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَٱلسَّآئِلِينَ وَفِى ٱلرِّقَابِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَٱلْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَٰهَدُوا۟ ۖ وَٱلصَّٰبِرِينَ فِى ٱلْبَأْسَآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَحِينَ ٱلْبَأْسِ ۗ أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُتَّقُونَ ﴿١٧٧﴾

"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa."

(Q.S.2:177)  


عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: ((عمِّي أنس بن النضر - سُمِّيتُ به - لم يشهد بدرًا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم، فكبُرَ عليه، فقال: أول مشهد قد شهِده رسول الله صلى الله عليه وسلم غِبْتُ عنه، أما والله لئن أراني الله مشهدًا مع رسول الله صلى الله عليه وسلم لَيَرَيَنَّ الله ما أصنع، قال: فهاب أن يقول غيرها، فشهِدَ مع رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم أُحُدٍ من العام المقبل، فاستقبله سعد بن معاذ، فقال له أنس: يا أبا عمرو، إلى أين؟ قال: واهًا لريح الجنة! أجدُها دون أُحُدٍ، فقاتل حتى قُتِل، فوُجد في جسده بضعٌ وثمانون من بين ضربة وطعنة ورمية، قالت عمتي الربيع بنت النضر: فما عرفت أخي إلا ببنانه، ونزلت هذه الآية: ﴿ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا ﴾ 

Diriwayatkan dari Anas radhiyallahu anhu ia berkata, Pamanku Anas bin An Nadar tidak ikut serta di dalam perang Badar. Kemudian ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Aku tidak sempat bergabung dalam peperangan pertama melawan orang-orang musyrik. Sekiranya Allah memberi kesempatan kepadaku untuk melawan orang-orang musyrik, tentu Allah Maha Melihat apa yang aku perbuat dalam perang itu.’

Ketika peperangan Uhud berlangsung dan umat Islam nampak cerai berai dalam peperangan itu, ia berkata, ‘Ya Allah, Aku mohon ampunan kepadamu atas apa yang dilakukan kawan-kawanku.’ Yaitu mereka yang melarikan diri dari peperangan, ‘Aku pun berlepas diri dari perbuatan yang dilakukan orang-orang musyrik.’

Ia lalu bangkit dan berpapasan dengan Sa’ad bin Mu’adz sambil berkata, ‘Wahai Mu’adz, lihatlah, di depanmu ada Surga dan alangkah indahnya! Sungguh aku telah mencium bau wanginya dari bawah gunung Uhud.’

Selanjutnya Sa’ad mengomentari apa yang telah dilakukan oleh Anas bin an-Nadhar, ‘Wahai Rasulullah, Aku tidak bisa mencapainya apa yang telah ia lakukan.’

Anas berkata, “Kami dapati dalam tubuhnya lebih dari 80 tusukan pedang dan tombak serta kami dapati ia telah mati. Orang musyriklah yang menghancurkannya sehingga tidak ada seorang pun yang mengenali jenazah beliau selain adik perempuannya, ia mengetahui ciri-cirinya melalui jari-jari tangannya.”

Anas berkata, “Kami berpendapat bahwa ayat,

مِّنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا۟ مَا عَٰهَدُوا۟ ٱللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُم مَّن قَضَىٰ نَحْبَهُۥ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا۟ تَبْدِيلًا ﴿٢٣﴾

"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya),"

(Q.S.33:23)

Diturunkan berkenaan dengan Anas bin an-Nadhar dan orang yang sepertinya.” (HR  Al Bukhari dan Muslim)

2) Jujur kepada diri sendiri. 

Diantara jenis kejujuran adalah jujur kepada diri pribadi sendiri dan tidak menipu diri dan tenggelam dalam  angan angan dan hawa nafsu, menerjang perkara perkara haram, betapa banyak kita menyaksikan orang orang bergantung kehidupan nya dengan riba dengan berdalih terpaksa, atau berdalih transaksi masa kini dan fenomenal lagi modern. 

Seseorang bergelimang dengan maksiat dan meninggalkan kewajiban kemudian ia berdalih, bahwa keimanan adalah apa yang tersimpan di dalam hati dan dada. 

Seseorang meninggalkan shalat jama’ah dan shalat jum'at dan kewajiban kewajiban syariat kemudian ia berkata, pada waktunya kita akan bertaubat dan Allah Ta'ala Maha Pengampun.....

Ini semua adalah palsu lagi dusta, tidak jujur kepada diri sendiri yang akan berakibat buruk dan petaka bagi dirinya. 

Al Imam Qotadah rahimahullah berkata dalam firman Allah Ta'ala; 

 ۖ وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُۥ عَن ذِكْرِنَا وَٱتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُۥ فُرُطًا ﴿٢٨﴾

Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas."

(Q.S.18:28)

Yaitu mereka menelanartarkan dirinya lupa diri lagi melampaui batas. 

3) Jujur kepada orang lain. 

Kejujuran kepada manusia mencakup jujur dalam ucapan lisan, jujur dalam perbuatan dan jujur dan keadaan. 

Kejujuran merupakan tanda dari keimanan dan sebaliknya dusta merupakan tanda kemunafikan.

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda;  

 ((أربعٌ إذا كُنَّ فيك، فلا عليك ما فاتك من الدنيا: حفظ أمانةٍ، وحُسْنُ خليقةٍ، وصدق حديثٍ، وعفة في طعمةٍ))

" Empat perkara jika terdapat pada dirimu maka tidak berpengaruh walaupun tidak memperoleh keuntungan duniawi; menjaga amanah, dan berperangai mulia, dan berkata jujur serta menjaga diri dalam makanan ".  


 فعن عبد الله بن عمرو -رضي الله عنهما- قال: قيل لرسول الله -صلى الله عليه وسلم-: (أيُّ الناسِ أفضلُ؟ قال: كلُّ مخمومِ القلبِ صدوقِ اللسانِ، قالوا: صدوقُ اللسانِ نعرفُه فما مخمومُ القلبِ؟ قال: هو التقيُّ النقيُّ لا إثمَ فيه ولا بغيَ ولا غِلَّ ولا حسدَ).

Diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Amrin radhiyallahu anhuma berkata, dikatakan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam  : " Siapakah manusia yang paling utama? Maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Setiap hamba yang berjiwa lembut lagi bertutur kata jujur ". 

Dikatakan, wahai Rasulullah, bertutur kata jujur kami mengetahuinya, bagaimana dengan berjiwa lembut?

Nabi bersabda : " Dia adalah orang yang bertakwa dan berhati bersih, tidak melakukan dosa dan tidak berbuat melampaui batas dan tidak terdapat kedengkian dan rasa hasad atau iri ". 

Al Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah memberikan isyarat bahwa kejujuran disebutkan di dalam Al Qur’an di sandarkan dalam 5 perkara ;

* lisanu sidkin ( lisan yang jujur dan benar)

* Madkhola sidkin (tempat masuk yang benar)

* mukhroja sidkin (tempat keluar yang benar)

* qodama sidkin (langkah dan pijakan kebenaran)

* mak' adi sidkin (kedudukan yang jujur dan benar)

Allah Ta'ala berfirman; 

وَٱجْعَل لِّى لِسَانَ صِدْقٍ فِى ٱلاخِرِينَ ﴿٨٤﴾

"dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian,"

(Q.S.26:84)

Allah Ta'ala berfirman: 

وَقُل رَّبِّ أَدْخِلْنِى مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِى مُخْرَجَ صِدْقٍ وَٱجْعَل لِّى مِن لَّدُنكَ سُلْطَٰنًا نَّصِيرًا ﴿٨٠﴾

"Dan katakanlah: "Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong."

(Q.S.17:80)

Allah Ta'ala berfirman; 

 وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَنَّ لَهُمْ قَدَمَ صِدْقٍ عِندَ رَبِّهِمْ ۗ  ﴿٢﴾

"Berilah peringatan kepada manusia dan gembirakanlah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka".

(Q.S.10:2)

Allah Ta'ala berfirman;

إِنَّ ٱلْمُتَّقِينَ فِى جَنَّٰتٍ وَنَهَرٍ ﴿٥٤﴾  فِى مَقْعَدِ صِدْقٍ عِندَ مَلِيكٍ مُّقْتَدِرٍۭ ﴿٥٥﴾


"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai,"

" Di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Berkuasa."

(Q.S.54:54-55)

Dan sebaliknya bahwa dusta merupakan wujud dari kekufuran dan keburukan. 

Allah Ta'ala berfirman; 

إِنَّمَا يَفْتَرِى ٱلْكَذِبَ ٱلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ ۖ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْكَٰذِبُونَ ﴿١٠٥﴾

"Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta."

(Q.S.16:105)

Allah Ta'ala berfirman; 

 ۖ فَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلرِّجْسَ مِنَ ٱلْأَوْثَٰنِ وَٱجْتَنِبُوا۟ قَوْلَ ٱلزُّورِ ﴿٣٠﴾

" Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta."

(Q.S.22:30)

Buah kejujuran : 

1) Kejujuran merupakan induk kebaikan dan kebajikan dan lawan nya kedustaan merupakan sarang keburukan dan kejahatan.

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

" Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta. (HR. Muslim)

2. Terhindar dari sifat munafik. 
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: آيَةُ المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, tanda-tanda orang Munafik ada tiga, jika berbicara dia berdusta, jika berjanji dia mengingkari janjinya, dan jika diberi amanah (diberi kepecayaan) dia berkhianat. (HR Muslim)

3. Menggapai surga Allah Ta'ala. 
Allah Ta'ala berfirman; 

قَالَ ٱللَّهُ هَٰذَا يَوْمُ يَنفَعُ ٱلصَّٰدِقِينَ صِدْقُهُمْ ۚ لَهُمْ جَنَّٰتٌ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ ﴿١١٩﴾

"Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar"."
(Q.S.5:119)

📔📔📘📗📔📔

Jumat, 12 Agustus 2022

AKIDAH SALAF DALAM NAMA & SIFAT ALLAH

*FAWAID – DARI KITAB SABIIL AR-RASYAAD FI TAQRIIR MASAAILIL I’TIQOOD*
#Faidah-DAURAH_SYAR’IYYAH_21_STAI_ALI_BIN_ABI_THALIB_1444H
#Syaikh_Prof_Dr_Ibrahim_bin-Amir_ar-Ruhaily_hafizhahullah

BAGIAN KEEMPAT:

ثالثا: إثبات أسماء الله تعالى.

*KETIGA: PENETAPAN ASMA ALLAH TA’ALA*

* ويتضمن أصلين عليهما مدار إثبات الأسماء عند أهل السنة:
Mengandung dua prinsip atas keduanya adalah poros penetapan Asma menurut Ahlus Sunnah:

الأصل الأول: تقرير القواعد العامة الواجب اعتقادها في أسماء الله تعالى:
PRINSIP PERTAMA:
Ketetapan Kaidah Umum Yang Wajib diyakini dari Nama-Nama Allah Ta’ala

القاعدة الأولى: أسماء الله تعالى كلها حسنى.
أي: بالغة الغاية في الحسن والكمال، فهي أحسن الأسماء وأكملها، فليس في الأسماء أحسن منها، ولا يقوم غيرها مقامها، ولا يؤدي معناها، وتفسير الاسم منها بغيره ليس تفسيرا بمرادف محض، بل هو على سبيل التقريب والتفهيم .

KAEDAH PERTAMA:
Semua nama-nama Allah adalah HUSNA –( kebaikan yang paling tinggi)
yaitu: sampai kepada tingkatan tertinggi dalam keindahan dan kesempurnaan, jadi itu adalah nama-nama yang terbaik dan terlengkap. Tidak ada nama yang lebih baik dari nama-nama Allah, dan nama lainnya tidak dapat menggantikan posisi darinya dan tidak dapat dijangkau akal keindahan maknanya. Tafsir nama dari nama-nama Allah dengan nama selainnya adalah bukan tafsiran dengan tafsir sinonim murni, melainkan dalam rangka mudah dalam cara pendekatan dan pemahaman. (Lihat Badai’ al-Fafawaid 1/168)

قال الله تعالى: وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ [سورة الأعراف :180] .

Allah Ta’ala berfirman:

وَلِلّٰهِ الْاَسْمَاۤءُ الْحُسْنٰى فَادْعُوْهُ بِهَاۖ 

Dan Allah memiliki Asma'ul-husna (nama-nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya Asma'ul-husna itu (QS. Al-A’roof: 180)

* ووجه كونها حسنى من وجهين:
Sudut pandang dinilai sebagai suatu HUSNA (kebaikan yang paling baik) bisa diukur dengan dua sudut pandang:

الأول: لدلالتها على أحسن وأعظم وأجل وأشرف مسمى وهـو الله تبارك
وتعالى.
PERTAMA: Dengan Dalil-Dalilnya  bahwa Nama dan Sifat Allah adalah yang paling bagus, paling agung dan paling tinggi serta paling mulia sesuai dengan penamaan yang dinisbatkan kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala.

الثاني: لأنها متضمنة لأحسن وأكمل صفات الكمال التي لا نقص فيها بوجـه من الوجوه
KEDUA: Karena Nama dan sifat Allah mengandung apa yang paling baik dan paling sempurna dari sifat-sifat kesempurnaan yang tidak ada kekurangan di dalamnya dari seluruh sudut pandang. (Lihat Minhajus Sunnah 5/409, Badaiul Fawaid 1/163, dan Mukhtashor Al-Asilah wal Ajwibah al-Ushuliyah hal 56).

القاعدة الثانية: أسماء الله مشتقة من صفاته وهي ليست جامدة، وكـل اسـم يتضمن الصفة التي اشتق منها.
KAIDAH KEDUA:
Nama-nama Allah bentuk turunan dari sifat-sifat-Nya, dan nama-nama itu bukan bentuk tunggal (berdiri sendiri), dan setiap nama Allah mencakup sifat bentukannya.

فالله يتضمن صفة الألوهية، و الرحمن يتضمن صفة الرحمة، والعليم يتضمن صفة العلم، والقدير يتضمن صفة القدرة

Maka bagi nama Allah mengandung sifat Al-Uluhiyah, dan ar-Rahman itu mengandung sifat rahmat (kasih sayang),  al-‘Aliim mengandung sifat ilmu (mengetahui), al-Qodir mengandung sifat Qudrah (kuasa). (Lihat Madarijus Salikin 1/60).

(Tambahan dari Syaikh hafizhahullah)
Nama nama Allah itu bisa berasal dari beberapa sifat. Namun beberapa sifat itu  tidak berasal dari beberapa nama.

القاعدة الثالثة: أسماء الله عز وجل أعلام وأوصاف، والوصف بهـا لا ينافي العلمية، بخلاف أوصاف العباد فإنها تنافي علميتهم؛ لأن أوصافهم مشتركة، فنافتها العلمية المختصة، بخلاف أوصافه تعالى

KAIDAH KETIGA:
Nama nama Allah Azza Wa Jalla adalah nama dan sifat, dan sifat tidak meniadakan nama, berbeda dengan sifat-sifat hamba maka itu meniadakan nama mereka. Karena sifat-sifat mereka bisa dikatakan musytarakah – dipakai bersama-sama, maka ini meniadakan nama secara pengkhususannya, berbeda dengan sifat-sifat Allah Ta’ala. (lihat Badai’ul Fawaid 1/162)

القاعدة الرابعة: أسماء الله الحسنى لها اعتباران: اعتبـار مـن حيـث الـذات، واعتبار من حيث الصفات، فهـي بالاعتبار الأول مترادفة، وبالاعتبـار الثـاني متباينة

KAIDAH KEEMPAT:
Nama-nama Rabb memiliki dua pertimbangan: pertimbangan (pertama) dalam hal dzat, dan pertimbangan (kedua) dalam hal sifat, dalam pertimbangan pertama adalah adanya faktor identic (faktor kesamaan nama), dan dalam pertimbangan kedua berbeda (adanya faktor perbedaan tidak setiap sifat Allah bisa langsung diambil sebagai nama Allah). (lihat Badai’ul Fawaid 1/162)

(Tambahan Nama Al-Hayyu الحَيُّ  (Yang Maha Hidup) mengandung sifat الحياةُ (Al-Hayaatu – Hidup) dan  tidak katakan nama Allah حَيي hayiya (fi’il dari masdhar الحياة )

القاعدة الخامسة: أن الاسـم مـن أسمائه لـه دلالات: دلالـة علـى الـذات والصفة بالمطابقة، ودلالة على أحدهما بالتضمن، ودلالة على الصفة الأخرى باللزوم.
مثال ذلك: (الخالق) يدل على ذات الله، وعلى صفة الخلق بالمطابقة، ويدل على الذات وحدها وعلى صفة الخلق وحدها بالتضمن، ويدل علـى صـفتي العلم والقدرة بالالتزام.

KAIDAH KELIMA:
Nama dari Nama-Nama Allah itu menunjukkan beberapa dalalah, Dalalah atas dzat dan sifat dengan dalalah al-Muthobaqoh, dan dalalah atas salah satu dari keduanya dengan dalalah at-tadhomun, dan dalalah atas sifat lainnya dengan dalalah al-luzum.
Contoh yang demikian adalah:
Nama (الخالق ) ini
menunjukkan kepada Dzat Allah, dan menunjukkan kepada sifat penciptaan dengan dalalah muthobaqoh (Tanda-tanda keselarasan).
dan menunjukkan kepada dzat Allah saja dan menunjukkan kepada sifat penciptaan  saja dengan dalalah at-Tadhommun (Tanda-Tanda Penyertaan).
Dan menunjukkan kepada dua sifat al-Ilmu (Mengetahui) dan Al-Qudroh (kekuasaan) dengan dalalah iltizam. (Tanda-Tanda Iltizam (Komitmen)) (lihat Bada’iul Fawaid 1/162) dan al-Qowaidul Mutsla hal 11)

(tambahan penjelasan)
فأما دلالة المطابقة: فهي دلالة اللفظ على تمام وكمال معناه الذي وضع له، مثل: دلالة البيت على الجدران والسقف، فإذا قلنا: بيت فإنه يدل على وجود الجدران والسقف.

Adapun Dalalah al-Muthobaqoh atau Tanda-tanda keselarasan: itu adalah makna kata untuk kelengkapan dan kesempurnaan makna yang ditetapkan untuk-Nya, seperti: Tanda rumah di dinding dan langit-langit, jika kita mengatakan: rumah, itu menunjukkan adanya dinding dan langit-langit. (bisa dikatakan Dalalah al-Muthobaqoh adalah Informasi dari lafadh penuh utuh sesuai dengan yang ditetapkan.)

ودلالة التضمن: هو دلالة اللفظ على جزء معناه الذي وضع له، كما لو قلنا: البيت وأردنا السقف فقط، أو قلنا: البيت وأردنا الجدار فقط، فإذا أردنا واحداً منهما فهذا يسمونه المتضمن، يعني: فرداً واحداً من أفراد المعنى الآخر.

Dan Dalalah At-Tadhommun atau Tanda-Tanda Penyertaan: itu adalah tanda-tanda lafazh pada bagian maknanya yang diletakkan untuk itu, seolah-olah kita mengatakan: rumah dan kami hanya menginginkan atapnya saja, atau kami berkata: rumah dan kami menginginkannya dindingnya saja, dan jika kita menginginkan salah satunya, maka mereka menyebutnya tersirat, artinya: salah satu individu dari makna lainnya. (bisa dikatakan Dalalah At-Tadhommun adalah Informasi dari lafadh tidak utuh, hanya sebagian dari makna yang ditetapkan.)

ودلالة الالتزام: هي دلالة اللفظ على معنى خارج اللفظ يلزم منه هذا اللفظ.

Dan Dalalah Iltizam atau Tanda-Tanda Iltizam (Komitmen): itu adalah tanda-tanda lafazh terhadap makna yang diluar lafazh tersebut yang harus diikutkan dalam lafazh ini. (bisa dikatakan Dalalah Iltizam adalah Informasi dari lafadh tidak sesuai dengan yang ditetapkan akan tetapi makna yang diinformasikan melekat erat dalam pemikiran dengan makna yang ditetapkan Informasi dari lafadh tidak sesuai dengan yang ditetapkan akan tetapi makna yang diinformasikan melekat erat dalam pemikiran dengan makna yang ditetapkan)

فإذا قلنا: كلمة السقف مثلاً، فالسقف لا يدخل فيه الحائط فإن الحائط شيء والسقف شيء آخر، لكنه يلزم منه؛ لأنه يتصور وجود سقف لا حائط له يحمله، فهذه هي دلالة الالتزام أو اللزوم.

Jika kita mengatakan: kata langit-langit, misalnya, langit-langit tidak termasuk dinding, karena dinding adalah satu hal dan langit-langit adalah hal lain, tetapi itu dibutuhkan untuk diharuskan bersamanya; Karena ia membayangkan adanya langit-langit tanpa dinding untuk menopangnya, ini adalah tanda komitmen atau keharusan.

القاعدة السادسة: أسماء الله تعالى غير محصورة في عدد معين، فمن أسمائه ما أنزله في كتبه وعلمه رسله، ومن أسمائه ما استأثر بعلمه ولم يطلع عليـه أحـدا من خلقه.
KAIDAH KEENAM:
Nama-nama Allah Ta’ala tidak terbatas dengan jumlah tertentu, (karena) ada nama-nama Allah yang Allah turunkan pada kitab-kitabnya dan Allah ajarkan kepada para rasul-Nya serta nama-nama Allah yang Allah khususkan dengan ilmu-Nya dan tidak ada yang mengetahui seorang pun dari makhluk-Nya

ويشهد لهذا ما جاء عن النبي ﷺ من حـديث عبـد الله بن مسعود في دعـاء (الكرب) وفيه: ( ه: «أسألك بكل اسم هو لك سميت به نفسك، أو أنزلته في كتابك، أو علمته أحدا من خلقك، أو استأثرت به في علم الغيب عندك»

Sebagai bukti pendalilannya adalah dari hadits Nabi ﷺ dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu dalam doa al-Karb (doa gundah gulana), dan didalam doa tersebut ada lafazh:

أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، 

Aku memohon dengan seluruh nama-nama-Mu, yang engkau namai diri-Mu, atau nama yang engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau telah engkau ajarkan kepada seseorang dari hamba-Mu, atau nama yang masih Engkau simpan di sisi-Mu, (HR. Ahmad, hadist no. 4318, Shohih lihat Silsilah Ahadits as-Shohihah no. 199).

وأما قوله ﷺ: «إن لله تسعة وتسعين اسما من أحصاها دخل الجنة» ، فـلا يدل على حصر الأسماء في هذا العدد والمعنى له أسماء بهذا العدد من شأنها أن من أحصاها دخل الجنة، وهذا لا ينفي أن يكون له أسماء غيرهـا، وقـد نقـل الإمام النووي الله اتفاق العلماء على أن هـذا الـحـديث لا يدل على حصـر
أسمائه سبحانه.
Sedangkan sabda Rasulullah ﷺ,  Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama (100 kurang satu )  barangsiapa yang menghafalkannya, menjaganya, mengamalkannya, mengimaninya masuk surga. (HR. Al-Bukhori no. 2736).

Ini tidak menunjukkan pembatasan nama-nama Allah dengan jumlah tertentu. Dan makna bahwa nama-nama dengan jumlah ini (99) bagi barangsiapa saja yang menghafalkannya, menjaganya, mengamalkannya dan mengimaninya akan masuk surga, ini bukan meniadakan bahwa Allah tidak mempunyai nama selain 99 nama. (lihat Badaiul Fawaid 1/167)

Dan telah dinukilkan oleh Imam an-Nawawi rahimahullah tentang kesepakatan ulama atas hadits 99 nama ini tidak lah menunjukkan kepada pembatasan nama-nama Allah Subhanahu.
(lihat Syarah an-Nawawi 5/17)

Bersambung
Zaki Rakhmawan Abu Usaid

Kamis, 11 Agustus 2022

MANHAJ BERIMAN TERHADAP NAMA & SIFAT ALLAH TA`ALA

*FAWAID – DARI KITAB SABIIL AR-RASYAAD FI TAQRIIR MASAAILIL I’TIQOOD*
#Faidah-DAURAH_SYAR’IYYAH_21_STAI_ALI_BIN_ABI_THALIB_1444H
#Syaikh_Prof_Dr_Ibrahim_bin-Amir_ar-Ruhaily_hafizhahullah

BAGIAN KETIGA:

4 - موقفهم مما لم يرد نفيه ولا إثباته:
4. Posisi Ahlus Sunnah pada apa yang tidak ditiadakan  atau ditetapkan:

طريقتهم فيما لم يرد نفيه، ولا إثباته مما تنازع الناس فيه: يتوقفون في لفظه إثباتا ونفيا، وأما معناه فيستفصلون عنه: فإن أريد به باطل ينزه الله عنه ردوه، وإن أريد به حق قبلوه، مع التوجيه للتعبير عنه باللفظ الشرعي. كلفظ (الجهة): يتوقف في إطلاق لفظه نفيا وإثباتا، وأما معناه فيستفصل فيه: فإن أريد به جهة سفل أو جهة علو تحيط به رد، وإن أريد به جهة علو لا تحيط به، فلا يُنْفَى هذا عن الله لكن يوجه للتعبير عنه بالألفاظ الشرعية كالعلو، والفوقية، والاستواء على العرش.
Metode Ahlus Sunnah
Jalan mereka tentang apa yang tidak dimaksudkan untuk disangkal, atau untuk dibuktikan, yang diperdebatkan orang: mereka berhenti mencukupkan dengan dalil dari Al-Qur’an dan as-Sunnah  dalam lafazhnya, baik sebagai penetapan ataupun peniadaan lalu baru diperinci lagi, jika mereka inginkan adalah untuk kebatilah maka hendaknya mereka dibantah dan harusnya mensucikan Allah. Kalau yang diinginkan adalah kebenaran maka harus diterima dengan disertai untuk mengarahkannya dengan ungkapan lafazh yang sesuai syar’i. Seperti lafah al-Jihah (arah) dia harus berhenti dalam memutlakkan lafazhnya baik secara peniadaan ataupun  penetapan, sedangkan maknanya maka bisa diperinci lagi, jika yang diinginkan adalaha arah bawah atau arah tinggi yang bisa meliputi-Nya maka itu harus dibantah, dan jika yang diinginkan dari lafazh itu adalah arah tinggi yang tidak bisa meliputi Allah, maka itu jangan ditiadakan dari Allah namun hendaknya diarahkan untuk menggunakan ungkapan dengan lafazh-lafazh syar’I yaitu seperti al-‘Uluw, al-Fauqiyyah ataupun al-Istiwa’ diatas arsy-Nya.

وكذلك لفظ (المتَحَيز) يتوقف في لفظه، وأما معناه فإن أريد به أن الله تحوزه المخلوقات فهذا معنى باطل، فالله أكبر وأعظم مـن أن تحيط بـه المخلوقات، وإن أريد به أنه مُنْحاز عن المخلوقات، أي مباين لها، منفصل عنهـا لـيـس حـالا فيها فهذا حق ثابت لله عز وجل، كما قال أئمة السـنة: هـو فـوق سموات على عرشه بائن من خلقه)(۱).

Begitu juga istilah Al-Mutahayyiz (membutuhkan ruang dan waktu) itu juga membutuhkan dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah dalam lafazhnya, sedangkan mengenai maknanya, jika dimaksudkan bahwa Allah membutuhkan ruang dan waktu terhadap makhluknya maka ini adalah makna bathil. Allah maha besar dan Maha Agung dari dilingkupi oleh makhluknya, dan yaitu jauh dari makhluk-Nya, (ini adalah makna yang salah) dan Allah terpisah dari makhluknya dan ini adalah hak yang pasti dari ketetapan bagi Allah, sebagaimana Para Imam telah berkata, Allah diatas Langit diatas arsynya jauh dari makhluk-Nya (Lihat rujukan sebelumnya).

5 - منهجهم في ألفاظها:
يثبتون ألفاظ أسماء الله وصفاته كما جاءت في النصوص ويتمسكون بألفاظها
كما وردت ولا يتعرضون لها بالتحريف والتغيير.
5. Manhaj Ahlus Sunnah dalam lafazh-lafazh Al-Asma’ dan as-Sifat
Mereka menetapkan lafazh-lafazh Nama-nama Allah dan Sifat-Sifat Allah sebagaimana yang ada dalam nash dalil dari Al-Qur’an dan as-Sunnah dan berpegang teguh dengan lafazh-lafazhnya sebagaimana asli dalilnya, tidak menyelewengkannya maupun menggantinya.

6 - منهجهم في معانيها:
6. Manhaj Ahlus Sunnah dalam berbagai makna nama-nama dan sifat-sifat Allah.

يجرون معاني الأسماء والصفات على ظاهرها المراد الله منها، وما تدل عليه ألفاظها من المعاني، الصحيحة لها.. ولا يتعرضون لها بالتأويل أو التفويض أو التشبيه.

Ahlus Sunnah menuliskan berbagai makna nama-nama dan sifat-sifat Allah berdasarkan makna dhohirnya sebagaimana yang diinginkan Allah darinya dan apa yang menunjukkan berbagai lafazh-lafazh dari maknanya berdasarkan dalil yang shohih dan tidak perlu dibenturkan hal tersebut dengan takwil penyelewengan makna, tafwidh (penyerahan makna – pasrah bongkokan kepada Allah saja), ataupun tasybih (penyerupamaan).

۷- موقفهم من كيفية الصفات:
7. Sikap Ahlus Sunnah wal Jama’ah dari “Kaifiyatis Sifaat – Bagaimana Sifat-Sifat Allah”

يثبتون كيفية صفات الله تبارك وتعالى، وأن لها كيفية عظيمة يعلمها الله، ولا ينفون حقيقة كيفياتها وإنما ينفون علمهم بها ويفوضون كيفيـة علمهـا الله، وهـذا هو مقصود السلف: مالك، وسفيان بن عيينة، وعبد الله بن المبارك بقـولـهـم فـي أحاديث الصفات: «أمروها بلا كيف»، وقول الإمـام مـالـك: «الكيـف مجهول»

Menetapkan Kaifiyat Sifat-Sifat Allah Tabaraka wa Ta’ala, dan bagi sifat-sifat Allah itu ada kaifiyat yang begitu agung yang hanya Allah saja yang mengetahuinya. Dan Ahlus Sunnah itu tidak meniadakan Kaifiyat bagaimana sifat-sifat Allah, namun mereka meniadakan ilmu mereka karena tidak bisa menjangkau ilmunya Allah, dan ini adalah apa yang dimaksudkan oleh generasi Salaf, baik Imam Malik, Sufyan bin ‘Uyainah, Abdullah bin al-Mubarak mereka mengatakan dalam hadits-hadits yang berkaitan dengan Sifat-Sifat Allah, ““Perlakukanlah (maknanya) sebagaimana adanya tanpa menanyakan bagaimananya”¹ (HR. At-Tirmidzi 3/42 no. 662) dan Imam Malik mengatakan, “Al-Kaifa Bagaimana (tentang Sifat dan Nama Allah) itu tidak diketahui.”  (Al-Baihaqy dalam al-Asma was Shifaat 2/306)

قال شيخ الإسلام ابن تيمية: «ولـم يـقـل مـالـك الكيـف معـدوم وإنمـا قـال الكيف مجهول»، يشير رحمه الله إلى أن الذي نفاه مالك هو العلم بالكيفية لا إنكارها من أصلها.
وقال الإمام ابن القيم: «معنى قول السـلـف بـلا كـيـف أي: بـلا كـيـف يعقله البشر»

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Imam Malik tidak mengatakan “Kaif itu ditiadakan, namun beliau mengatakan bahwa Kaif (pertanyaan tentang bagaimana Istiwa Allah) adalah majhul (tidak diketahui bagaimananya oleh manusia.” (Majmu al-Fatawa: 13/309)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah memberikan isyarat kepada apa yang dinafikan oleh Imam Malik adalah ilmu tentang kaifiyah (pembagaimanaan) bukan pengingkaran terhadap kaifiyat Istiwa secara hukum asalnya.

Imam Ibnul Qoyyim berkata, “makna perkataan salaf BILA KAIF adalah dengan tidak membagaimanakan dengan pemikiran manusia.” (Madarijus Saalikin 3/335).

(Tambahan dari Syaikh hafizhahullah)
Bila Kaif -maksudnya adalah menetapkan Allah dengan sifat-sifat-Nya sesuai kaifiyat-Nya yang selayaknya dengan Keagungan Allah dan tidak masuk kepada pertanyaan bagaimananya sifat-sifat Allah.
Menafikan sesuatu tidak berarti bahwa sesuatu itu tidak ada.
Perkataan tidak tahu itu adalah disandarkan kepada orang yang ‘alim yang faham dengan dalil-dalilnya. Bukan dipasrahkan begitu saja yang tahu hanya Allah itulah yang difahami oleh orang-orang yang melakukan tafwidh – pasrah bongkokan. Namun yang benar adalah kita tidak tahu maknanya maka bertanyalah kepada orang yang faham tentang makna tersebut sesuai dengan dalil-dalil yang shohih dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.)

۸ - منهجهم في ظاهرها:
8. Manhaj Ahlus Sunnah dalam Dhohir dalil tentang al-Asma was Sifat Allah.

يعتقدون أن نصوص الصفات على ظاهرها، وقد نقل غير واحد من العلماء إجماع السلف: على أنها تُجرى على ظاهرها مع نفي التشبيه عنها(3).

Mereka berkeyakinan bahwa dalil-dalil Sifat-sifat Allah adalah sesuai dengan dhohirnya (apa yang tampak jelas dari dalil-dalil tersebut). Dan telah dinukilkan lebih dari seorang ulama tentang ijma salaf, “Bahwa dibawah kepada apa yang menjadi makna secara dhohirnya (yang Nampak jelas) disertai dengan meniadakan penyerupamaan dari dali-dalil tentang sifat-sifat Allah.

(Tambahan penjelasan dari Syaikh hafizhahullah, Dhohir adalah makna yang tampak dari dalil-dalil yang shohih.
Dhohir adalah makna yang tampak pada bahasa, jadi kalau difahami dengan pemahaman lainnya dari bentuk tasybih (penyerupamaan) maka itu tidak dibolehkan dan bukan jalan yang ditempuh oleh Ahlus Sunnah wal Jama’ah.)

إلا أن لفظ الظاهر فيه إجمال: فإن أريد به ما يليق بجلال الله وعظمته فهذا حق، والظاهر هنا مراد، وهو الذي فهمه السلف.
Kecuali bahwa lafazh dhohirnya didalamnya ada secara umum, sesungguhnya yang diinginkan dengan lafazh dhohir adalah apa yang selayaknya dengan ke maha agungan Allah dan maha besar-Nya maka ini adalah yang haq (benar), dan dhohir disini adalah apa yang diinginkan sesuai syar’i, dan ini lah yang difahami oleh generasi salaf.

وإن أريد به مشابهتها لصفات المخلوقين كفـهـم المشبهة لمعـاني الـصـفات فالظاهر هنا غير مراد، لكن ينبه أن هذا ليس هو ظاهرها الحقيقي، فإنه لا يجـوز أن يعتقد أن ظواهر النصوص تدل على التشبيه

Dan jika diinginkan disini adalah penyerupamaan kepada sifat-sifat makhluk-Nya maka cukuplah penyerupaan dalam makna sifat-sifat-Nya. Maka dhohir disini adalah bukan itu yang dimaksudkan namun itu bukanlah makna dhohir secara hakikinya, tidak boleh diyakini bahwa dhohir nash-nash tersebut menunjukkan pada makna penyerupamaan. (lihat Majmu’ al-Fatawa: 5/108, 6/355)

(Tambahan dari Syaikh  hafizhahullah)
Qodr Mustarak, seperti nama yang juga dipakai oleh makhluk dan kholiq, misalnya manusia punya tangan, begitupun Allah mempunyai Tangan, Tapi Tangan Allah tidak akan sama dengan tangan manusia meskipun penamaannya adalah sama. Hal itu hanya penamaan yang difahami oleh otak manusia karena itu tidak akan sama dengan apa yang seharusnya diperuntukkan kepada Allah karena:
ليس كمثله شيء
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Allah . (QS. Asy-Syuuro: 11) – selesai tambahan.

Bersambung
Zaki Rakhmawan Abu Usaid