Senin, 13 Januari 2020

KEINDAHAN UKHUWAH ISLAMIYAH

RINGKASAN KAJIAN “KEINDAHAN UKHUWWAH ISLAMIYYAH”

Syaikh Ibrahim bin ‘Amir Ar-Ruhaili -hafizhahullaah-

[DEFINISI UKHUWWAH SECARA BAHASA DAN UKHUWWAH DALAM AGAMA ISLAM (UKHUWWAH ISLAMIYYAH)]

- Definisi Ukhuwwah secara bahasa adalah: persaudaraan sebapak, seibu, atau sebapak seibu.

Dan bangsa Arab hanya mengenal Ukhuwwah secara bahasa. Dan ini adalah salah satu dari makna Ukhuwwah. Karena Ukhuwwah ada dua:

Pertama: Saudara dalam nasab.

Kedua: Saudara dalam agama dan iman

Dan yang kedua inilah yang dimaksud dalam kajian ini. Dan pengertian Ukhuwwah dalam agama Islam (Ukhuwwah Islamiyyah) adalah: bahwa setiap yang beragama Islam -dimana dia bersyahadat dengan dua kalimat syahadat, menegakkan Shalat, dst-: maka dia adalah saudara kita, berdasarkan nash hadits dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah -radhiyallaahu ‘anhu-, bahwa Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ: لَا يَظْلِمُهُ، وَلَا يَخْذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَا يَحْقِرُهُ، التَّقْوَى هَاهُنَا -وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ-

“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain; maka tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya, dan menghinakannya. Takwa itu di sini.” Beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali.

Inilah Ukhuwwah Islamiyyah: “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain.”

Dan terlebih lagi seorang mukmin; maka dia adalah saudara kita; karena mukmin adalah lebih tinggi derajatnya dari muslim.

Dan agama ini ada tiga tingkatan: muslim (tingkatan islam), mukmin (tingkatan iman), dan muhsin (tingkatan ihsan). Sebagaimana dalam hadits Jibril, Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- ditanya oleh Malaikat Jibril (yang berbentuk seorang laki-laki) tentang: Islam, Iman, dan Ihsan. Kemudian setelah menjawabnya; beliau bersabda di akhirnya:

فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ، أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ

“Dia adalah Jibril, yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian.”

Para ulama berkata: hadits ini menunjukkan bahwa agama ada tiga tingkatan: Islam, Iman, dan Ihsan.

Maka mukmin adalah saudara kita. Allah berfirman:

{إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ...}

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara…” (QS. Al-Hujurat: 10)

Dan terlebih lagi seorang muhsin; maka juga saudara kita.

Jika telah kita fahami ini; maka ini menunjukkan bahwa Ukhuwwah Islamiyyah bertingkat-tingkat sebagaimana Ukhuwwah dalam nasab: yang paling tinggi saudara sebapak seibu, kemudian sebapak, dan terakhir: seibu. Maka Ukhuwwah Islamiyyah yang paling tinggi: Ukhuwwah dengan Muhsin, kemudian dengan Mukmin, terakhir: Ukhuwwah dengan Muslim.

Sehingga kita wajib melaksanakan hak-hak Ukhuwwah sesuai dengan derajat masing-masing dari saudara-saudara kita seagama. Maka orang-orang yang bertakwa; merekalah yang paling besar kita berikan hak, kemudian yang di bawahnya, dan yang di bawahnya. Semakin bertakwa seseorang; maka semakin besar hak Ukhuwwah-nya.

[KEINDAHAN-KEINDAHAN UKHUWWAH ISLAMIYYAH]

Keindahan Ukhuwwah Islamiyyah sangatlah banyak. Maka saya isyaratkan kepada yang paling penting; yaitu: yang berkaitan dengan hak-hak yang Allah wajibkan atas kaum muslimin. Maka DALAM HAK-HAK INI TERDAPAT CONTOH YANG AGUNG ATAS KEINDAHAN UKHUWWAH ISLAMIYYAH.

PERTAMA: Di antara hak terbesar yang Allah wajibkan atas kaum muslimin adalah: Cinta karena Allah. Ini merupakan hak yang agung sekaligus buah yang besar dari Ukhuwwah Islamiyyah. Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ؛ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ: أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا للهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ؛ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

“Ada tiga perkara, barangsiapa (ketiga perkara) itu terdapat di dalam dirinya; maka dia pasti mendapatkan manisnya iman: (1)Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari pada yang lain, (2)mencintai orang lain yang tidak dia cintai kecuali hanya karena Allah, dan (3)tidak mau kembali kepada kekafiran -setelah dia diselamatkan oleh Allah darinya-; sebagaimana dia benci kalau dicampakkan ke dalam api.”

Maka dalam hadits ini terdapat: hak Allah dan Rasul-Nya; yakni dalam sabda beliau: “Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari pada yang lain”, kemudian terdapat isyarat kepada hak antara kaum muslimin dalam sabda beliau: “mencintai orang lain yang tidak dia cintai kecuali hanya karena Allah”.

Jika seorang masuk Islam; maka dia berhak mendapatkan hak mahabbah (kecintaaan) dari kita sesuai dengan kadar ketaatannya. Semakin meningkat ketaatannya; maka semakin besar pula haknya.

Jika seorang muslim bisa mewujudkan mahabbah ini; maka dia akan meraih derajat yang agung dalam iman, bahkan dia bisa menyempurnakan derajat keimanannya. Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

مَنْ أَحَبَّ للهِ، وَأَبْغَضَ للهِ، وَأَعْطَى للهِ، وَمَنَعَ للهِ؛ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ الْإِيْمَانَ

“Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan menahan pemberian karena Allah; maka dia telah menyempurnakan iman.”

Perhatikan bahwa dalam hadits ini disebutkan: muslim akan sempurna imannya dengan melaksanakan perkara-perkara di atas. Dan ini termasuk keindahan Ukhuwwah; yaitu: bisa menyempurnakan iman.

KEDUA: Di antara keindahan Ukhuwwah Islamiyyah dan hak-haknya adalah: “Muwaalah” (mencintai) dan “Nushrah” (menolong) kaum muslimin. Allah -Subhaanahu Wa Ta’aalaa- berfirman:

{وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ...}

“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong (memberikan muwaalaah) bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar…” (QS. At-Taubah: 71)

Muwaalaah adalah: Mahabbah (mencintai) disertai Nushrah (menolong). Dan sebelumnya telah disebutkan tentang Mahabbah, maka di sini ditekankan tentang Nushrah. Maka siapa saja yang engkau cintai dan engkau tolong; maka engkau telah membrikan Muwaalaah kepadanya. Jangan sampai seorang muslim menyerahkan muslim yang lain kepada musuhnya; bahkan harus menolongnya.

Dan di antara buah dari memberikan Muwaalaah kepada kaum mukminin ini adalah: bahwa barangsiapa memberikan Muwaalaah kepada mukmin; maka Allah akan memberikan Muwaalaah kepadanya. Allah berfirman:

{وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ...}

“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong (memberikan muwaalaah) bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar…” (QS. At-Taubah: 71)

Maka dalam ayat ini disebutkan: barangsiapa memberikan Muwaalaah kepada mukmin; maka dia merupakan orang yang beriman. Dan siapa saja yang mewujudkan keimanan; maka Allah akan memberikan Muwaalaah kepadanya; sebagaimana dalam firman-Nya:

{اللهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ...}

“Allah pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman)…” (QS. Al-Baqarah: 257)

Dan Allah berfirman dalam hadits qudtsi:

مَنْ عَادَى لِيْ وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ...

“Barangsiapa memusuhi wali-Ku; maka sungguh Aku telah mengumumkan perang kepadanya…”

KETIGA: Di antara hak-hak yang Allah wajibkan dan merupakan buah dan keindahan dari Ukhuwwah Islamiyyah adalah: bahwa mukmin mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri. Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Tidak beriman (dengan sempurna) seorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya segala apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.”

Maka ini hadits yang agung tentang Ukhuwwah, bahwa tidak beriman seseorang sampai dia mencintai untuk saudaranya sesama muslim apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri. Dan tidak beriman di sini maksudnya: tidak beriman dengan keimanan yang wajib. Karena dinafikannya keimanan terkadang maksudnya dinafikan asal keimanan; sehingga menjadi kafir. Dan terkadang maksudnya dinafikannya kesempurnaan yang wajib dari iman tersebut; bukan asal imannya. Dan hadits di atas merupakan penafian kesempurnaan yang wajib dari iman. Dan Khawarij telah sesat dalam masalah ini ketika mereka mengkafirkan kaum muslimin disebabkan kemaksiatan yang kaum muslimin lakukan; sehingga Khawarij tidak memberikan Ukhuwwah lagi kepada mereka.

Hadits ini di antara hadits yang paling agung tentang Ukhuwwah. Dan “Mafhuum Mukhaalafah” (pemahaman sebaliknya) dari hadits ini adalah: engkau tidak menyukai untuk saudaramu apa yang tidak engkau sukai untukmu. Dan para ulama mengatakan: “Hadits ini merupakan timbangan bagi Ukhuwwah Islamiyyah.” Jika engkau menyukai untuk saudaramu apa yang engkau sukai untuk dirimu sendiri; maka tidak mungkin engkau menzhalimi saudaramu sesama muslim, tidak mungkin engkau mengganggunya dan melampaui batas terhadapnya.

Sungguh, kalau kaum muslimin mengamalkan hadits ini; tentulah tidak ada gangguan, kedengkian dan kecurangan di antara mereka. Maka, hadits ini mengandung manhaj yang agung.

Pernah datang seorang pemuda kepada Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- meminta izin untuk berzina. Maka orang-orang pun mencelanya, dan Rasulullah tidak memarahinya. Beliau bersabda: “Apakah engkau suka kalau ibumu melakukannya?” Anak muda itu menjawab: “Tidak.” Beliau bertanya lagi: “Apakah engkau suka kalau anak perempuanmu melakukannya?” Anak muda itu menjawab: “Tidak.” Beliau bertanya lagi: “Apakah engkau suka kalau saudari perempuanmu melakukannya?” Anak muda itu menjawab: “Tidak.” Beliau bertanya lagi: “Apakah engkau suka kalau bibimu melakukannya?” Anak muda itu menjawab: “Tidak.” Maka beliau berdo’a: “Ya Allah, ampunilah dosanya dan sucikanlah hatinya.”

Kalaulah setiap orang yang ingin berbuat tidak senonoh terhadap perempuan: dia memperhatikan hadits ini; maka tentu dia akan menahan dirinya dari perbuatan tersebut. Karena perempuan itu adalah anak perempuan dari saudaranya sesama muslim, atau saudari perempuannya, atau bibi, atau bahkan ibu dari saudaranya sesama muslim.

Hadits yang agung ini hendaknya diamalkan dalam semua perkara:

- Untuk pedagang yang berbuat curang: “Apakah engkau suka kalau dicurangi?”

-Untuk pegawai yang suka menunda-nunda pekerjaan: “Apakah engkau suka kalau urusanmu ditunda-tunda?”

- Untuk suami yang menzhalimi istrinya: “Apakah engkau suka kalau anak perempuanmu dizhalimi oleh suaminya?”

- Untuk pengajar yang bersikap tidak baik terhadap anak didiknya: “Apakah engkau suka kalau anakmu diperlakukan seperti itu oleh gurunya?”

Maka segala hal yang engkau tidak sukai untuk dirimu: janganlah engkau bermu’amalah terhadap kaum muslimin dengan hal tersebut.

KEEMPAT: Di antara Ukhuwwah Islamiyyah dan buahnya adalah: saling menasehati di antara kaum muslimin. Hendaknya seorang muslim bersikap dengan nasehat (tulus) terhadap kaum muslimin. Sebagaimana dalam hadits Jarir bin ‘Abdillah -radhiyallaahu ‘anhu-, dia berkata: Aku membai’at Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- untuk: menegakkan Shalat, menunaikan Zakat, dan memberikan nasehat terhadap setiap muslim.”

Maka di sini disebutkan “setiap muslim” tanpa pandang bulu.

Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- juga bersabda:

((الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ)) قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: ((للهِ، وَلِكِتَابِهِ، وَلِرَسُوْلِهِ، وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ، وَعَامَّتِهِمْ))

“Agama itu adalah nasihat.” Mereka (para Sahabat) bertanya: Untuk siapa, (wahai Rasulullah)? Beliau menjawab: “Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, imam-imam kaum Muslimin, dan kaum Muslimin pada umumnya.”

Nasehat kepada Allah yaitu dengan melaksanakan syari’at-Nya. Kepada Kitabullah: dengan mengamalkannya. Kepada Rasul-Nya: dengan ittiba’ (mengikuti) beliau. Kepada imam kaum muslimin: masuk di dalamnya nasehat kepada para penguasa; dengan tidak memberontak melawan mereka dan tidak menghasut manusia untuk membenci mereka. Nasehat kepada umumnya kaum muslimin: dengan mengerahkan kebaikan untuk mereka dan dengan menolong mereka dalam urusan mereka. Siapa saja yang mengerahkan kebaikan untuk saudaranya sesama muslim; maka dia telah memberikan nasehat kepadanya.

KELIMA: Dan di antara hak-hak Ukhuwwah: selamatnya dada terhadap saudaranya sesama muslim: dengan tidak dendam, hasad, dan benci terhadap seorang pun dari kaum muslimin. Dan yang menjelaskan hakikat dan menjadi prinsip dalam perkara ini adalah: sabda Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:

((لَا تَحَاسَدُوْا، وَلَا تَنَاجَشُوْا، وَلَا تَبَاغَضُوْا، وَلَا تَدَابَرُوْا، وَلَا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا، الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ: لَا يَظْلِمُهُ، وَلَا يَخْذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَا يَحْقِرُهُ، التَّقْوَى هَاهُنَا)) وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ((بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ((

“Janganlah kalian saling mendengki, janganlah saling najsyu (suatu bentuk tipuan dalam jual beli), janganlah saling membenci, janganlah saling membelakangi, dan janganlah sebagian kalian membeli barang yang sedang ditawar orang lain. Dan hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain; maka tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya, dan menghinakannya. Takwa itu di sini.” Beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali. “Cukuplah keburukan bagi seseorang jika ia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap orang muslim atas orang muslim lainnya adalah haram: darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” [HR. Muslim]

Semua ini menunjukkan atas selamatnya dada terhadap kaum muslimin dan menunjukkan atas mencintai kebaikan untuk mereka. Dan ini merupakan kedudukan yang agung; dimana seorang datang menemui Allah dengan “qalbun saliim” (hati yang selamat), yaitu: selamat dari kesyirikan, dan juga selamat dari dendam dan hasad terhadap kaum muslimin. Allah berfirman tentang perkatan mereka:

{...وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا...}

“…dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman…” (QS. Al-Hasyr: 10)

KEENAM: Dan di antara keindahan Ukhuwaah Islamiyyah adalah: husnu zhann (berperasangka baik) terhadap kaum muslimin. Jangan sampai su-u zhann (berperasangka buruk) terhadap kaum muslimin, bahkan hendaknya segala perkara yang muncul dari mereka: dibawa kepada kemungkinan yang terbaik. Allah -Ta’aalaa- berfirman tentang tuduhan zina dari munafik kepada ‘Aisyah:

{لَوْلا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنفُسِهِمْ خَيْرًا...}

“Mengapa orang-orang mukmin dan mukminat tidak berbaik sangka terhadap diri mereka sendiri, ketika kamu mendengar berita bohong itu...” (QS. An-Nur: 12)

Maka, kita jauhi su-u zhann (berperasangka buruk) terhadap kaum muslimin, dan kita berhati-hati terhadap tipu daya syaithan yang berusaha memecah belah kaum muslimin.

KETUJUH: Di antara hak-hak Ukhuwwah: apa yang Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- sebutkan dalam sabdanya:

حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ

“Hak muslim atas muslim yang lain ada enam: (1)Jika engkau bertemu dengannya; maka ucapkanlah salam. (2)Jika dia mengundangmu; maka penuhilah undangannya. (3)Jika dia meminta nasehat kepadamu; maka nasehatilah dia. (4)Jika dia bersin kemudian mengucapkan “alhamdulillaah”; maka jawablah dengan “yarhamukallaah”. (5)Jika dia sakit; maka jenguklah. (6)Dan jika dia meninggal; maka antarkanlah jenazahnya.”

Ini adalah hak-hak yang agung; di dalamnya terdapat mahabbah (kecintaan) terhadap kaum muslimin:

(1)- Dimulai dari mengucapkan salam. Dan salam yang paling sempurna adalah: Assalaamu’alaikum Wa Rahmatullaahi Wa Baarakaatuh, kemudian Assalaamu’alaikum Wa Rahmatullah, kemudian Assalaamu’alaikum. Kemudian dijawab dengan yang semisal atau lebih baik. Akan tetapi sangat disayangkan kita saksikan kaum muslimin banyak yang mengabaikan salam ini. Dan kalaupun salam; maka hanya pada orang yang dikenal. Padahal salam itu diucapkan pada orang yang dikenal maupun tidak, karena demikianlah yang diajarkan oleh Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-.

(2)- Undangan walimah dari muslim harus dipenuhi. Bahkan para ulama mengatakan bahwa memenuhi undangan walimah adalah wajib dengan sesuai kemampuan dan jika tidak ada kemungkaran.

(3)- Jika ada seorang muslim yang meminta nasehat kepada kita; maka kita harus menasehatinya.

(4)- Jika ada yang bersin dan dia mengucapkan alhamdulillaah; maka kita jawab dengan yarhamukallaah. Dan jika dia tidak mengucapkan alhamdulillaah; maka tidak perlu kita jawab.

(5)- Jika dia sakit; maka jenguklah.

(6)- Dan jika dia meninggal; maka antarkanlah jenazahnya.

Maka alangkah agungnya ajaran Islam. Dan alangkah agungnya hak-hak ini.

KEDELAPAN: Di antara hak-hak Ukhuwwah Islamiyyah adalah: memenuhi kebutuhan kaum muslimin.

Dari Ibnu ‘Umar -radhiyallaahu ‘anhumaa-: bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Nabi -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-, dan ia bertanya: Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling dicintai oleh Allah dan amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah? Maka beliau bersabda:

“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah: yang paling memberikan manfaat kepada orang lain. Dan amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah: memasukkan kegembiraan kepada seorang muslim, atau menghilangkan kesusahan darinya, atau membayarkan hutangnya, atau menghilangkan kehausannya. Sungguh, aku berjalan bersama saudara (sesama muslim) untuk menunaikan kebutuhannya: lebih aku sukai daripada i’tikaf sebulan di masjid ini (masji Nabawi)...” [HR. Atj-Thabrani]

Dan ini merupakan amalan yang paling dicintai oleh Allah: memenuhi kebutuhan kaum fakir miskin, kebutuhan orang yang sakit, dan lainnya.

KESEMBILAN: Di antara hak-hak Ukhuwwah adalah: mendamaikan antara kaum muslimin yang berselisih. Dan hal ini memiliki kedudukan yang besar. Allah -Ta’aalaa- berfirman:

{لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ...}

“Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia…” (QS. An-Nisaa’: 114)

Allah juga berfirman:

{وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ * إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ...}

“Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zhalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zhalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih)…” (QS. Al-Hujurat: 9-10)

Terkadang terjadi perselisihan dan kesalah fahaman di antara kaum muslimin. Maka tugas muslim yang lainnya adalah: mendamaikan mereka yang berselisih, akan tetapi mendamaikannya dengan keadilan. Karena terkadang ada orang yang mendamaikan akan tetapi dengan menzhalimi salah satu dari dua pihak yang bertikai. Maka Allah firmankan di sini bahwa mendamaikan haruslah dengan adil.

[PENUTUP]

Inilah sebagian dari hak-hak Ukhuwwah Islamiyyah. Dan banyak kaum muslimin pada zaman sekarang yang lalai terhadap banyak dari hak-hak ini; sehingga kita harus senantiasa menjaga hak-hak ini.

-ditulis dengan ringkas oleh: Ahmad Hendrix

Minggu, 05 Januari 2020

KEBERKAHAN DI DALAM SUNNAH

*📝Ringkasan Muhadhoroh*
As syaikh Prof. DR Ibrahim bin Amir Ar-Ruhaily hafidhohullahu Ta`ala.

Masjid Agung Karanganyar, Jawa Tengah

Setelah memuji Allah ﷻdan bersholawat kepada Nabi Muhammad ﷺbeserta keluarga dan para sahabat,
Beliau memuji Allah ﷻ atas nikmat bisa berkumpul dengan jamaah dalam pertemuan yang diberkahi karena ikatan aqidah dan agama yang sama, serta ikatan ukhuwwah. Kemudian beliau berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung terlaksananya muhadhoroh ini. Selain itu beliau memohon kepada Allah ﷻ agar mengkaruniakan keikhlasan kepada kita.

Tema kajian ini adalah _Keberkahan Di Dalam Sunnah_, dimana tema ini adalah tema yang sangat penting dan agung, memiliki poin pembahasan yang banyak. Sehingga pada kesempatan ini, beliau hanya membahas pada poin-poin pokoknya saja.

Beliau mengawali dengan definisi _barokah._
Secara bahasa, _barokah_ bermakna kebaikan yang banyak, bertambah dan berkembang
Berkata Imam Al Azhari :
_Barokah_ adalah bertambahnya kebaikan yang banyak.

Adapun makna keberkahan secara istilah, adalah kebaikan yang selalu bertambah dan berkembang, yang Allahﷻ limpahkan kepada sebagian dari makhluk yang Dia kehendaki.
Sehingga dipahami, bahwa keberkahan itu bersumber dari Allah ﷻ.
Dalilnya adalah firman Allah ﷻ :
أَلَا لَهُ ٱلۡخَلۡقُ وَٱلۡأَمۡرُۗ تَبَارَكَ ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَـٰلَمِینَ
Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Mahasuci (Maha berkah) Allah, Tuhan seluruh alam.
[Surat Al-A'raf 54]

Dalam ayat lainnya :
تَبَـٰرَكَ ٱلَّذِی بِیَدِهِ ٱلۡمُلۡكُ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَیۡءࣲ قَدِیرٌ
Mahasuci (Maha berkah) Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
[Surat Al-Mulk 1]

Ibnu Abbas memaknai _"tabaroka"_ adalah keberkahan yang banyak, sebagaimana diriwayatkan Imam Atthabrani, Ibnu Katsir, dll.
Pendapat yang lainnya menyebutkan bahwa _tabaroka_ adalah salah satu sifat Allah ﷻ.
Kesimpulannya, bahwa keberkahan itu dari Allah ﷻ, dan akan dilimpahkan kepada sebagian dari makhluknya.

Allahﷻ telah memberikan keberkahan kepada sebagian makhluknya, ada manusia yang diberkahi, tempat atau waktu yang diberkahi.
Sebagai contoh sebagaimana disebutkan dalam firman Allahﷻ :
وَلِسُلَیۡمَـٰنَ ٱلرِّیحَ عَاصِفَةࣰ تَجۡرِی بِأَمۡرِهِۦۤ إِلَى ٱلۡأَرۡضِ ٱلَّتِی بَـٰرَكۡنَا فِیهَاۚ
Dan (Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami beri berkah padanya.
[Surat Al-Anbiya' 81]

Dalil lainnya :
وَأَوۡرَثۡنَا ٱلۡقَوۡمَ ٱلَّذِینَ كَانُوا۟ یُسۡتَضۡعَفُونَ مَشَـٰرِقَ ٱلۡأَرۡضِ وَمَغَـٰرِبَهَا ٱلَّتِی بَـٰرَكۡنَا فِیهَاۖ
Dan Kami wariskan kepada kaum yang tertindas itu, bumi bagian timur dan bagian baratnya yang telah Kami berkahi.
[Surat Al-A'raf 137]

Adapun waktu yang diberkahi, disebutkan dalam firman Allah ﷻ:
إِنَّاۤ أَنزَلۡنَـٰهُ فِی لَیۡلَةࣲ مُّبَـٰرَكَةٍۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِینَ
sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan.
[Surat Ad-Dukhan 3]

Sementara berkaitan dengan tempat yang diberkahi, disebutkan dalam ayat :

إِنَّ أَوَّلَ بَیۡتࣲ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِی بِبَكَّةَ مُبَارَكࣰا وَهُدࣰى لِّلۡعَـٰلَمِینَ

[Surat Ali Imran 96]

Dari dalil-dalil tersebut, telah jelas bahwa keberkahan adalah berasal dari Allahﷻ, sehingga hendaknya manusia meminta keberkahan hanya kepada Allahﷻ.

Setelah menjelaskan makna barokah, beliau menjelaskan makna sunnah.
Secara bahasa kata sunnah bermakna jalan atau pola.
Adapun secara syariat makna sunnah adalah jalan atau pola hidup Nabi Muhammad ﷺ.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits :

عَنْ الْعِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ
وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بَعْدَ صَلَاةِ الْغَدَاةِ مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ فَقَالَ رَجُلٌ إِنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ فَإِنَّهَا ضَلَالَةٌ فَمَنْ أَدْرَكَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَعَلَيْهِ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
Dari al 'Irbadh bin Sariyah dia berkata; suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi wejangan kepada kami setelah shalat subuh wejangan yang sangat menyentuh sehingga membuat air mata mengalir dan hati menjadi gemetar. Maka seorang sahabat berkata; 'seakan-akan ini merupakan wejangan perpisahan, lalu apa yang engkau wasiatkan kepada kami ya Rasulullah? ' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku wasiatkan kepada kalian untuk (selalu) bertaqwa kepada Allah, mendengar dan ta'at meskipun terhadap seorang budak habasyi, sesungguhnya siapa saja diantara kalian yang hidup akan melihat perselisihan yang sangat banyak, maka jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang dibuat-buat, karena sesungguhnya hal itu merupakan kesesatan. Barangsiapa diantara kalian yang menjumpai hal itu hendaknya dia berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham."
(HR Tirmidzi)

Para ulama memiliki definisi yang berbeda-beda. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Ulama ushul fiqh, memaknai sunnah adalah haditn Nabi Muhammad ﷺ
2. Ulama Fiqih, memaknai sunnah sebagai amalan yang dicintai
3. Ulama Aqidah, makna sunnah adalah agama Islam secara keseluruhan, sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas.

Sementara sunnah pada pembahasan kajian ini adalah agama Islam secara keseluruhan. Sehingga makna keberkahan dalam sunnah, bermakna keberkahan dalam agama Islam secara keseluruhan, yang meliputi aqidah, ibadah dan akhlak. Sehingga jika ingin mendapatkan keberkahan dari Allahﷻ, maka wajib baginya untuk berpegang kepada sunnah Rasulullahﷺ, yang dengannya mereka akan mendapatkan keberkahan umur, rizki, keturunan dan yang lainnya.

Dalil-dalil akan keberkahan sunnah Rasulullah ﷺsangat banyak.
Diantara keberkahan-keberkahan itu adalah :

_*🔰Keberkahan Dalam Al Qur'an*_
Hal ini dikarenakan bahwa sunnah diambil dari Al Qur'an. Dimana Allahﷻ berfirman :
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِیمࣲ
Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.
[Surat Al-Qalam 4]

Hal tersebut dikuatkan dalam sebuah hadits, bahwa Aisyah radhiyallahu anha berkata :
كان خلقه القرأن
Akhlaq Rasulullah adalah Al Quran. (HR. Bukhari)

Dalil tentang keberkahan Al Qur'an, Allahﷻ berfirman :
وَهَـٰذَا كِتَـٰبٌ أَنزَلۡنَـٰهُ مُبَارَكࣱ مُّصَدِّقُ ٱلَّذِی بَیۡنَ یَدَیۡهِ
Dan ini (Al-Qur'an), Kitab yang telah Kami turunkan dengan penuh berkah; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya
[Surat Al-An'am 92]

Dalil lainnya, Allahﷻ berfirman :
كِتَـٰبٌ أَنزَلۡنَـٰهُ إِلَیۡكَ مُبَـٰرَكࣱ لِّیَدَّبَّرُوۤا۟ ءَایَـٰتِهِۦ وَلِیَتَذَكَّرَ أُو۟لُوا۟ ٱلۡأَلۡبَـٰبِ
Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.
[Surat Sad 29]

Berdasarkan ayat ini, agar mendapatkan keberkahan hendaknya kita mentadaburi ayat-ayat Al Qur'an.

_*🔰 Keberkahan dalam diri Nabi Muhammad ﷺ.*_
Allah telah melimpahkan keberkahan kepada Nabi sejak beliauﷺ masih bayi. Sebagaimana kisah yang telah masyhur tentang ibu persusuan beliauﷺ, Halimatus-Sa'diyah. Dimana Allah﷽ memberkahi Halimah karena telah menjadi ibu persusuannya.

Adapun contoh keberkahan Nabi Muhammad ﷺsaat sudah diangkat menjadi Nabiﷺ. Sebagaimana kisah yang diriwayatkan oleh Jabir.
Disebutkan :
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
خَرَجْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي غَزَاةٍ فَأَبْطَأَ بِي جَمَلِي فَأَتَى عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لِي يَا جَابِرُ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ مَا شَأْنُكَ قُلْتُ أَبْطَأَ بِي جَمَلِي وَأَعْيَا فَتَخَلَّفْتُ فَنَزَلَ فَحَجَنَهُ بِمِحْجَنِهِ ثُمَّ قَالَ ارْكَبْ فَرَكِبْتُ فَلَقَدْ رَأَيْتُنِي أَكُفُّهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Jabir bin Abdullah dia berkata; Saya pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam suatu peperangan, saya menaiki untaku yang jalannya sangat lamban, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mendatangiku, dan memanggilku: "Wahai Jabir?" Saya menjawab; "Ya." beliau melanjutkan: "Kenapa denganmu?" Saya menjawab; "Untaku sangat lamban jalannya hingga saya ketinggalan." Kemudian beliau turun dan memukul unta tersebut dengan tongkatnya, kemudian beliau bersabda: "Naiklah." Lalu saya menaikinya -sungguh saya ingat, ketika itu saya menahan unta tersebut jangan sampai ia mendahului Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam- (HR Muslim)

Kemudian setelah itu, Nabiﷺ bertanya kepada Jabir tentang untanya, maka Jabir pun berkata : "Untaku dalam keadaan baik, karena telah mendapatkan kerbekahan dari doa engkau"

Dari kisah ini, menunjukkan bahwa dzat Nabiﷺ adalah berkah, apalagi sunnah beliau ﷺ.

Diantara dalil lain yang menunjukkan keberkahan Nabiﷺ adalah keberkahan dakwah beliauﷺ. Telah dipahami bahwa beliauﷺ berdakwah hanya selama 23 tahun, ternyata dakwah beliauﷺ telah menyampaikan ilmu agama ini dengan sempurna.
Tidak sebagaimana manusia lainnya, yang tentu tidaklah mampu untuk menguasai semua ilmu agama selama 23 tahun saja. Sebagai contoh, Imam Bukhari ketika menulia Kitab Shahih Bukhari beliau menghabiskan waktu hingga bertahun-tahun. Demikian juga dengan para Ulama lainnya, seperti Imam Al Qurthubi yang memerlukan waktu 35 tahun untuk menulis kitab tafsirnya.
Hal ini menunjukkan bahwa Nabi adalah seorang yang diberkahi.

Diantara dalil bahwa Nabiﷺ adalah seorang yang diberkahi adalah diberkahinya Kota Madinah.
Sebagaimana dalam hadits :
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ مَوْلَى الْمَهْرِيِّ
أَنَّهُ أَصَابَهُمْ بِالْمَدِينَةِ جَهْدٌ وَشِدَّةٌ وَأَنَّهُ أَتَى أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ فَقَالَ لَهُ إِنِّي كَثِيرُ الْعِيَالِ وَقَدْ أَصَابَتْنَا شِدَّةٌ فَأَرَدْتُ أَنْ أَنْقُلَ عِيَالِي إِلَى بَعْضِ الرِّيفِ فَقَالَ أَبُو سَعِيدٍ لَا تَفْعَلْ الْزَمْ الْمَدِينَةَ فَإِنَّا خَرَجْنَا مَعَ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَظُنُّ أَنَّهُ قَالَ حَتَّى قَدِمْنَا عُسْفَانَ فَأَقَامَ بِهَا لَيَالِيَ فَقَالَ النَّاسُ وَاللَّهِ مَا نَحْنُ هَا هُنَا فِي شَيْءٍ وَإِنَّ عِيَالَنَا لَخُلُوفٌ مَا نَأْمَنُ عَلَيْهِمْ فَبَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا هَذَا الَّذِي بَلَغَنِي مِنْ حَدِيثِكُمْ مَا أَدْرِي كَيْفَ قَالَ وَالَّذِي أَحْلِفُ بِهِ أَوْ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ هَمَمْتُ أَوْ إِنْ شِئْتُمْ لَا أَدْرِي أَيَّتَهُمَا قَالَ لَآمُرَنَّ بِنَاقَتِي تُرْحَلُ ثُمَّ لَا أَحُلُّ لَهَا عُقْدَةً حَتَّى أَقْدَمَ الْمَدِينَةَ
وَقَالَ اللَّهُمَّ إِنَّ إِبْرَاهِيمَ حَرَّمَ مَكَّةَ فَجَعَلَهَا حَرَمًا وَإِنِّي حَرَّمْتُ الْمَدِينَةَ حَرَامًا مَا بَيْنَ مَأْزِمَيْهَا أَنْ لَا يُهْرَاقَ فِيهَا دَمٌ وَلَا يُحْمَلَ فِيهَا سِلَاحٌ لِقِتَالٍ وَلَا تُخْبَطَ فِيهَا شَجَرَةٌ إِلَّا لِعَلْفٍ اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي مَدِينَتِنَا اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي صَاعِنَا اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي مُدِّنَا اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي صَاعِنَا اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي مُدِّنَا اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي مَدِينَتِنَا اللَّهُمَّ اجْعَلْ مَعَ الْبَرَكَةِ بَرَكَتَيْنِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا مِنْ الْمَدِينَةِ شِعْبٌ وَلَا نَقْبٌ إِلَّا عَلَيْهِ مَلَكَانِ يَحْرُسَانِهَا حَتَّى تَقْدَمُوا إِلَيْهَا ثُمَّ قَالَ لِلنَّاسِ ارْتَحِلُوا فَارْتَحَلْنَا فَأَقْبَلْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ فَوَالَّذِي نَحْلِفُ بِهِ أَوْ يُحْلَفُ بِهِ الشَّكُّ مِنْ حَمَّادٍ مَا وَضَعْنَا رِحَالَنَا حِينَ دَخَلْنَا الْمَدِينَةَ حَتَّى أَغَارَ عَلَيْنَا بَنُو عَبْدِ اللَّهِ بْنِ غَطَفَانَ وَمَا يَهِيجُهُمْ قَبْلَ ذَلِكَ شَيْءٌ
Dari Abu Sa'id, Maula Al Mahri, Di Madinah ia mendapatkan kesusahan dan kepayahan, sehingga ia utarakan keluh kesahnya kepada Abu Sa'id AL-khudzri. Kata Abu Sa'id maula Mahri; "Keluarga saya banyak, dan kami tertimpa kesusahan yang sedemikian rupa, maka saya berinisiatif untuk mengungsikan keluargaku ke sebuah dusun. Abu Sa'id alkhudzri memberi pesan; " Hei, jangan kau lakukan, tetaplah engkau di Madinah, sebab kami pernah bepergian bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam shallallahu 'alaihi wasallam --setahuku ia katakan "hingga kami tiba di 'Usfan-- dan beliau berdiam disana beberapa malam, lantas penduduk Usfan berkeuh juga "Disini kami tak bisa mendapat apa-apa, padahal keluarga kami tak punya lagi pelindung dan harta yang menjaga kelangsungan hidup mereka" Lantas keluah kesah penduudk Usfan ini didengar Nabi sehingga beliau berujar "Oh begitu berita yang sampai kepadaku tentang keluh kesah kalian! -saya tidak tahu persis berita apa yang beliau sampaikan-Demi Dzat yang kepada-Nya aku bersumpah, - atau dengan redaksi "Demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, sungguh aku berkeinginan -atau dengan redaksi jika kalian berkenan-saya tidak ingat kepastiannya-untuk kusuruh untaku dikendarakan kemudian aku tidak melepas kalungnya, hingga aku tiba di Madinah,
Kata Nabi selanjutnya "Sesungguhnya Ibrahim telah mengharamkan Makkah sehingga dijadikannya tanah haram, maka sekarang aku haramkan Madinah apa yang diantara dua jalannya, disana darah tak boeh ditumpahkan, senjata tak boleh dihunus untuk peperangan, pohon tak boleh ditebang kecuali untuk makanan ternak, Ya Allah, berilah kami barakah kami pada Madinah kami, Ya Allah, berilah kami Barakah pada takaran sha' kami, Ya Allah, berilah kami barakah pada takaran mud kami, Ya Allah, berilah kami Barakah pada takaran sha' kami, Ya Alalh, berilah kami barakah pada takaran mud kami, Ya Allah berilah kami pada Madinah kami, Ya Allah jadikanlah bersama keberkahan ini dua keberkatan lain, demi Dzat yang diriku berada di tangan-Nya, tidaklah ada lereng gunung atau jalan di gunung Madinah, selain ada dua malaikat yang selalu menjaganya hingga kalian mendatangi Madinah. (HR Muslim)

Dari seluruh keterangan ini, menunjukkan bahwa Rasulullahﷺ adalah seorang yang diberkahi. Namun yang harus dipahami, bahwa keberkahan itu berasal dari Allahﷻ, sehingga jika ingin minta keberkahan hendaklah memintanya kepada Allahﷻ.
Bahkan Rasulullahﷺ menegaskan :
البركة من الله
Keberkahan itu berasal dari Allahﷻ.

Kemudian, di dalam sunnah Nabi ﷺ terdapat keberkahan, diantaranya pada amalan-amalan yang disunnahkan beliauﷺ, antara lain :

_🔰Keberkahan Membaca Al Qur'an._
Sebelumnya telah disampaikan tentang firman Allah ﷻ:
كِتَـٰبٌ أَنزَلۡنَـٰهُ إِلَیۡكَ مُبَـٰرَكࣱ لِّیَدَّبَّرُوۤا۟ ءَایَـٰتِهِۦ وَلِیَتَذَكَّرَ أُو۟لُوا۟ ٱلۡأَلۡبَـٰبِ
Kitab (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang berakal sehat mendapat pelajaran.
[Surat Sad 29]
Maka siapa saja yang ingin mendapatkan keberkahan, hendaklah ia mentadaburi Al Quran.
Sementara dalil dari hadits, adalah :
أَبُو أُمَامَةَ الْبَاهِلِيُّ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلَا تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ
قَالَ مُعَاوِيَةُ بَلَغَنِي أَنَّ الْبَطَلَةَ السَّحَرَةُ و حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الدَّارِمِيُّ أَخْبَرَنَا يَحْيَى يَعْنِي ابْنَ حَسَّانَ حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ وَكَأَنَّهُمَا فِي كِلَيْهِمَا وَلَمْ يَذْكُرْ قَوْلَ مُعَاوِيَةَ بَلَغَنِي

Abu Umamah Al Bahili ia berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bacalah Al Qur`an, karena ia akan datang memberi syafa'at kepada para pembacanya pada hari kiamat nanti. Bacalah Zahrawain, yakni surat Al Baqarah dan Ali Imran, karena keduanya akan datang pada hari kiamat nanti, seperti dua tumpuk awan menaungi pembacanya, atau seperti dua kelompok burung yang sedang terbang dalam formasi hendak membela pembacanya. Bacalah Al Baqarah, karena dengan membacanya akan memperoleh barokah, dan dengan tidak membacanya akan menyebabkan penyesalan, dan pembacanya tidak dapat dikuasai (dikalahkan) oleh tukang-tukang sihir." Mu'awiyah berkata; "Telah sampai (khabar) kepadaku bahwa, Al Bathalah adalah tukang-tukang sihir." Dan telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdurrahman Ad Darimi telah mengabarkan kepada kami Yahya yakni Ibnu Hassan, Telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah dengan isnad ini, hanya saja ia mentatakan; "Wa Ka`annahumaa fii Kilaihimaa." dan ia tidak menyebutkan ungkapan Mu'awiyah, "Telah sampai (khabar) padaku." (HR Bukhari)

_🔰Keberkahan Dalam Menjalankan Sholat._
Umat Nabi ﷺdiperintahkan untuk mendirikan sholat sebanyak 5 kali dalam satu hari, akan tetapi pahalanya sebanding dengan 50x sholat dalam satu hari.

Selain itu, dengan sholat akan dapat mencegah perkara yang keji dan mungkar.
Allahﷻ berfirman :
ٱتۡلُ مَاۤ أُوحِیَ إِلَیۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَـٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَاۤءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ یَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ
Bacalah Kitab (Al-Qur'an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
[Surat Al-Ankabut 45]
Dengan sholat, manusia akan bisa menggapai istiqomah, serta dapat melihat seseorang yang sholih yang layak untuk dijadikan teman.

_🔰Keberkahan Dalam Dzikir_
Dalilnya adalah dalam riwayat Ahmad :
و قَالَ مُعَاذٌ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيكِكُمْ وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ تَعَاطِي الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَمِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ غَدًا فَتَضْرِبُوا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوا أَعْنَاقَكُمْ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ ذِكْرُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Mu'adz bin Jabal berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; "Maukah kalian aku tunjukkan amal yang paling baik, paling membersihkan harta, paling mengangkat derajat dan lebih baik bagi kalian dari pada memiliki emas dan perak dan lebih baik dari berhadapan dengan musuh kalian esok hari lalu kau penggal leher-leher mereka dan mereka juga memenggal leher-leher kalian?" mereka menjawab; Ya wahai Rasulullah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; "Mengingat Allah AzzaWaJalla." (HR. Ahmad)

Dari hadits ini, para ulama menyimpulkan bahwa amalan yang paling utama setelah amalan wajib adalah berdzikir. Sebagaimana dalam hadits :
عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسِيرُ فِي طَرِيقِ مَكَّةَ فَمَرَّ عَلَى جَبَلٍ يُقَالُ لَهُ جُمْدَانُ فَقَالَ سِيرُوا هَذَا جُمْدَانُ سَبَقَ الْمُفَرِّدُونَ قَالُوا وَمَا الْمُفَرِّدُونَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الذَّاكِرُونَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتُ

"Pada suatu ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pergi ke Makkah melewati sebuah gunung yang bernama Jumdan. Kemudian beIiau bersabda: 'Ayo jalanlah! Inilah Jumdan. Telah menang para mufarridun.' Para sahabat bertanya; 'Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan mufarridun? ' Beliau menjawab: 'Yaitu orang-orang (laki-laki/perempuan) yang banyak berdzikir kepada Allah.' (HR. Muslim)

_🔰Keberkahan Dalam Ucapan Salam._
Sebagaimana disebutkan bahwa hak atas muslim dengan muslim yang lain adalah mengucapkan salam.
Dalil atas keberkahan salam adalah pada firman Allah ﷻ:

فَسَلِّمُوا۟ عَلَىٰۤ أَنفُسِكُمۡ تَحِیَّةࣰ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِ مُبَـٰرَكَةࣰ طَیِّبَةࣰۚ كَذَ ٰ⁠لِكَ یُبَیِّنُ ٱللَّهُ لَكُمُ ٱلۡـَٔایَـٰتِ لَعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ

[Surat An-Nur 61]

Imam As Sam'ani menjelaskan bahwa keberkahan dalam ayat ini adalah pahala.

_🔰Keberkahan Dalam Shodaqoh_
Disebutkan dalam hadits Bukhari dan Muslim, Nabiﷺ bersabda :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَتَصَدَّقُ أَحَدٌ بِتَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ إِلَّا أَخَذَهَا اللَّهُ بِيَمِينِهِ فَيُرَبِّيهَا كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ أَوْ قَلُوصَهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ أَوْ أَعْظَمَ
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang bersedekah dengan sebutir kurma dari usaha yang halal, maka Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya, lalu diperlihara-Nya seperti kamu memelihara anak kambing atau anak unta, sehingga sedekahmu itu bertambah besar sebesar gunung atau lebih besar dari itu."

_🔰Keberkahan Beramal Di Malam Qadar_
Allah ﷻ berfirman :
إِنَّاۤ أَنزَلۡنَـٰهُ فِی لَیۡلَةࣲ مُّبَـٰرَكَةٍۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِینَ
sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. Sungguh, Kamilah yang memberi peringatan.
[Surat Ad-Dukhan 3]

Maka siapa saja yang beramal pada malam qadar, mereka akan mendapatkan keberkahan.
Allahﷻ juga berfirman :
إِنَّاۤ أَنزَلۡنَـٰهُ فِی لَیۡلَةِ ٱلۡقَدۡرِ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar.
[Surat Al-Qadr 1]

_🔰Keberkahan Dalam Ibadah Puasa_
Terkait dengan ibadah puasa, Nabi ﷺmenjelaskan tentang keberkahan dalam makan sahur. Rasulullahﷺ bersabda :

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السُّحُورِ بَرَكَةً
"Makan sahurlah kalian, karena (makan) di waktu sahur itu mengandung barakah." (HR Bukhari & Muslim)

Kesimpulannya, bahwa dari penjelasan di atas menunjukkan akan keberkahan berada di dalam sunnah, yang merupakan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ.

والله أعلم بالصواب
_✍ Al Faqir Ibnu Achmadi_