Sabtu, 16 Desember 2017

MUSIBAH GEMPA BUMI


Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du : 

☝ Gempa Bumi Merupakan Peringatan dari Allah Kepada Hamba-Nya :

Di antara bentuk peringatan yang Allah Ta'ala berikan kepada hamba-Nya, Allah Ta'ala wujudkan dalam bentuk musibah dan bencana alam. Terkadang dalam bentuk angin kencang yang memporak-porandakan berbagai bangunan, terkadang dalam bentuk gelombang pasang, hujan besar yang menyebabkan banjir, gempa bumi, termasuk peperangan di antara umat manusia. Semuanya bisa menjadi potensi untuk mengingatkan manusia agar mereka takut dan berharap kepada Allah Ta'ala.

Allah Ta'ala berfirman : 

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَاباً مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعاً وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ

Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain...” (QS. Al-An’am: 65)

☝ Semua Musibah, Sebabnya Adalah Maksiat :

Gempa bumi, musibah yang saat ini menggelayuti perasaan takut banyak manusia bisa jadi merupakan hukuman dari Al-Jabbar (Dzat Yang Maha Perkasa), disebabkan sikap manusia yang meninggalkan aturan Allah, yang bergelimang dengan maksiat dan dosa. Manusia bemaksiat kepada Allah Ta'ala, mereka melakukannya secara terang-terangan di hadapan Allah Ta'ala, tanpa ada rasa malu kepada Allah. Selanjutnya Allah Ta'ala perintahkan bumi untuk berguncang, terjadilah gempa bumi, agar manusia mau kembali betaubat, dan memohon ampunan kepada-Nya.

 Allah Ta'ala  berfirman :

وَمَا نُرْسِلُ بِالْآيَاتِ إِلَّا تَخْوِيفًا

“Tidaklah kami mengirim tanda-tanda kekuasaan itu (berupa musibah dan sejenisnya), selain dalam rangka menakut-nakuti mereka.” (QS. Al-Isra’: 59)

Untuk lebih menguatkan hal ini, mari kita perhatikan ayat berikut

Allah Ta'ala berfirman : 

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)

Allah Ta'ala menyebut maksiat manusia sebagai makar, dan adzab bisa jadi akan turun secara tiba-tiba tanpa aba-aba.

Allah Ta'ala berfirman : 

أَفَأَمِنَ الَّذِينَ مَكَرُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ يَخْسِفَ اللَّهُ بِهِمُ الْأَرْضَ أَوْ يَأْتِيَهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لا يَشْعُرُونَ * أَوْ يَأْخُذَهُمْ فِي تَقَلُّبِهِمْ فَمَا هُمْ بِمُعْجِزِين

“Maka apakah orang-orang yang membuat makar dengan melakukan maksiat itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari. Atau Allah mengazab mereka di waktu mereka dalam perjalanan, maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak (azab itu).” (QS. An-Nahl: 45 – 46)

Allah Ta'ala juga mengingatkan, bisa jadi balasan makar Allah Ta'ala untuk hamba-Nya yang membangkang, datang ketika mereka sedang tidur.

Allah Ta'ala berfirman : 

أفأمن أهل القرى أن يأتيهم بأسنا بياتاً وهم نائمون

“Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?” (QS. Al-A’raf: 97)

☝ Hukuman Allah Mengenai Semuanya :

Sesungguhnya adzab Allah Ta'ala, ketika menimpa sekelompok masyarakat maka adzab ini mencakup orang baik dan orang bejat, orang dewasa dan anak-anak, laki-laki dan perempuan. Semuanya sama-sama mendapatkan hukuman. Bahkan termasuk makhluk yang tidak memiliki dosa dan kesalahan, semacam anak-anak dan binatang sekalipun, mereka turut merasakannya.

Hal ini sebagaimana yang ditegaskan dalam hadis, dari Ummu Salamah radhiallahu ‘anha, bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إذا ظهرت المعاصي في أمتي عمهم الله بعذاب من عنده ، فقلت يا رسول الله ، أما فيهم يومئذ أناس صالحون ؟ قال : بلى ، قلت : كيف يصنع بأولئك ؟ قال : يصيبهم ما أصاب الناس ، ثم يصيرون إلى مغفرة من الله ورضوان

“Apabila perbuatan maksiat dilakukan secara terang-terangan pada umatku, maka Allah akan menimpakan adzab-Nya secara merata.” Aku bertanya, “Ya Rasulullah, bukankah di antara mereka saat itu ada orang-orang saleh? Beliau bersabda, “Benar.” Ummu Salamah kembali bertanya, “Lalu apa yang akan diterima oleh orang ini? Beliau menjawab, “Mereka mendapatkan adzab sebagaimana yang dirasakan masyarakat, kemudian mereka menuju ampunan Allah dan ridha-Nya.” (HR. Ahmad)

Dalam Alquran, Allah Ta'ala menegaskan bahwa setiap musibah yang menimpa manusia, disebabkan perbuatan maksiat yang pernah mereka lakukan.

 Allah Ta'ala berfirman :

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Setiap musibah yang menimpa kalian, disebabkan perbuatan tangan kalian, dan Allah memberi ampunan terhadap banyak dosa.” (QS. As-Syuro: 30)

Allah Ta'ala juga menceritakan keadaan umat sebelum kita.

Allah Ta'ala berfirman : 

فَكُلّاً أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِباً وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ الْأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ

“Masing-masing Kami adzab disebabkan dosa mereka. Di antara mereka ada yang kami kirimi angin kencang, di antara meraka ada yang dimusnahkan dengan teriakan yang sangat pekak, ada yang Kami tenggelamkan. Allah sama sekali tidaklah menzalimi mereka, namun mereka yang bersikap zalim pada diri mereka sendiri.” (QS. Al-Ankabut: 40)

Ibnul Qoyim rahimahullah menjalaskan,
Terkadang Allah Ta'ala memerintahkan bumi untuk begetar, sehingga terjadilah gempa bumi yang besar. Sehingga manusia pada takut, resah, kembali bertaubat, meninggalkan maksiat, dan tunduk dan menyesal kepada Allah Ta'ala. Sebagaimana yang ditegaskan sebagian sahabat, ketika terjadi gempa bumi, beliau menyatakan :

إن ربكم يستعتبكم

“Sesungguhnya Tuhan kalian menegur kalian.”

Disebutkan oleh Imam Ahmad rahimahullah, dari Ummul Mukminin Shafiyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan :

زلزلت المدينة على عهد عمر فقال : أيها الناس ، ما هذا ؟ ما أسرع ما أحدثتم . لئن عادت لا تجدوني فيها

Pernah terjadi gempa di kota Madinah, di zaman Umar bin Khatab. Maka Umar berceramah, “Wahai manusia, apa yang kalian lakukan? Betapa cepatnya maksiat yang kalian lakukan. Jika terjadi gempa bumi lagi, kalian tidak akan menemuiku lagi di Madinah.” (HR. Ahmad)

Diceritakan oleh Ibn Abi Dunya rahimahullah dari Sahabat  Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, bahwa beliau bersama seorang lelaki lainnya pernah menemui Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu anha. Lelaki ini bertanya : “Wahai Ummul Mukminin, jelaskan kepada kami tentang fenomena gempa bumi!” Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu anhu anha menjawab :

إذا استباحوا الزنا ، وشربوا الخمور ، وضربوا بالمعازف ، غار الله عز وجل في سمائه ، فقال للأرض : تزلزلي بهم ، فإن تابوا ونزعوا ، وإلا أهدمها عليهم

“Jika mereka sudah membiarkan zina, minum khamar, bermain musik, maka Allah yang ada di atas akan cemburu. Kemudian Allah perintahkan kepada bumi: ‘Berguncanglah, jika mereka bertaubat dan meninggalkan maksiat, berhentilah. Jika tidak, hancurkan mereka’.”

Orang ini bertanya lagi, “Wahai Ummul Mukminin, apakah itu siksa untuk mereka?”

Beliau menjawab :

بل موعظة ورحمة للمؤمنين ، ونكالاً وعذاباً وسخطاً على الكافرين ..

“Itu adalah peringatan dan rahmat bagi kaum mukminin, serta hukuman, adzab, dan murka untuk orang kafir.”  (Al-Jawab Al-Kafi)

Dari pernyataan Kholifah Umar radhiyallahu anhu , beliau memahami bahwa penyebab terjadinya gempa di Madinah adalah perbuatan maksiat yang dilakukan masyarakat yang tinggal di Madinah. Pernyataan ini disampaikan kepada para sahabat dan mereka tidak mengingkarinya. Ini menunjukkan bahwa mereka sepakat dengan pemahaman Kholifah Umar radhiallahu ‘anhu.

Hal yang semisal juga telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, beliau bersabda : 

إذا اتخذ الفيء دولا ، والأمانة مغنما ، والزكاة مغرما ، وتعلم لغير الدين ، وأطاع الرجل امرأته ، وعق أمه ، وأدنى صديقه ، وأقصى أباه ، وظهرت الأصوات في المساجد ، وساد القبيلة فاسقهم ، وكان زعيم القوم أرذلهم ، وأكرم الرجل مخافة شره ، وظهرت القينات والمعازف ، وشربت الخمور ، ولعن آخر هذه الأمة أولها فليرتقبوا عند ذلك ريحا حمراء وزلزلة وخسفا ومسخا وقذفا وآيات تتابع كنظام بال قطع سلكه فتتابع

“Jika harta rampasan perang dijadikan kas negara (tidak lagi diberikan kepada orang yang ikut perang), amanah dijadikan rebutan, jatah zakat dikurangi, selain ilmu agama banyak dipelajari, lelaki taat kepada wanita dan memperbudak ibunya, orang lebih dekat kepada temannya dan menjauh dari ayahnya, banyak teriakan di masjid, yang memimpin kabilah adalah orang yang bejat (fasik), yang memimpin masyarakat orang yang rendah (agamanya), orang dimuliakan karena ditakuti pengaruh buruknya, para penyanyi wanita tampil di permukaan, khamr diminum, dan generasi terakhir melaknat generasi pertama (sahabat), maka bersiaplah ketika itu dengan adanya angin merah, gempa bumi, manusia ditenggelamkan, manusia diganti wajahnya, dilempari batu dari atas, dan berbagai tanda kekuasaan Allah (musibah) yang terus-menerus, seperti ikatan biji tasbih yang putus talinya, maka biji ini akan lepas satu-persatu.” (HR. At-Turmudzi)

☝ Gempa Bumi Termasuk di Antara Tanda Dekatnya Kiamat :

Di antara tanda dekatnya kiamat adalah seringnya terjadi gempa bumi. Disebutkan dalam hadis dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لا تقوم الساعة حتى يقبض العلم ويتقارب الزمان وتكثر الزلازل ، وتظهر الفتن ، ويكثر الهرج ” قيل وما الهرج يا رسول الله ؟ قال : القتل القتل

“Tidak akan terjadi kiamat, sampai ilmu itu diangkat, waktu semakin pendek, banyak gempa bumi, fitnah meraja lela, dan banyak terjadi al-haraj.” Sahabat bertanya, apa itu al-haraj? Beliau menjawab: “Pembunuhan, pembunuhan”. (HR. Al-Bukhari)

☝ Bukan Hanya Fenomena Alam!! :

Sebagian orang tidak menerima pernyataan gempa sebagai peringatan dari Allah Ta'ala. Mereka beranggapan bahwa gempa sama sekali tidak memiliki kaitan dengan perbuatan dan maksiat manusia. Kejadian gempa itu murni fenomena alam, bukan hukuman tuhan. Beristigfar, bukanlah solusi yang tepat dalam hal ini.

Jawaban pernyataan ini, sesungguhnya Allah Ta'ala telah menjelaskan bahwa gempa bumi, statusnya sama dengan fenomena alam yang lain. Allah Ta'ala  ciptakan fenomena semacam ini untuk memberikan peringatan para hamba-Nya, agar merka meninggalkan dosa dan kembali kepada Penciptanya.

Pengetahuan kita tentang sebab gempa tidaklah menihilkan bahwa itu merupakan bagian takdir Allah Ta'ala untuk hamba-Nya disebabkan dosa mereka. Sehingga maksiat inilah yang menjadi pemicu sebab. Ketika Allah Ta'ala menghendaki sesuatu, Allah Ta'ala ciptakan sebabnya dan Allah Ta'ala wujudkan akibatnya. 

Allah Ta'ala  berfirman : 

وَإِذَا أَرَدْنَا أَنْ نُهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُوا فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيراً

“Jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. Al-Isra: 16)

☝ Solusi Ketika Terjadi Bencana :

Karena itu, bertaqwalah kepada Allah Ta'ala, takutlah kepada Allah Ta'ala, mintalah ampunan kepada Allah Ta'ala. 

Allah Ta'ala berfirman : 

قُلْ هُوَ الْقَادِرُ عَلَى أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عَذَاباً مِنْ فَوْقِكُمْ أَوْ مِنْ تَحْتِ أَرْجُلِكُمْ أَوْ يَلْبِسَكُمْ شِيَعاً وَيُذِيقَ بَعْضَكُمْ بَأْسَ بَعْضٍ انْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ الْآياتِ لَعَلَّهُمْ يَفْقَهُونَ * وَكَذَّبَ بِهِ قَوْمُكَ وَهُوَ الْحَقُّ قُلْ لَسْتُ عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ * لِكُلِّ نَبَأٍ مُسْتَقَرٌّ وَسَوْفَ تَعْلَمُونَ

Katakanlah: “Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)”. Dan kaummu mendustakannya (azab) padahal azab itu benar adanya. Katakanlah: “Aku ini bukanlah orang yang diserahi mengurus urusanmu”.  Untuk setiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui.” (QS. Al-An’am: 65 – 67)

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah pernah mengirim surat ke berbagai negara bagian.

 Isinya:

أما بعد فإن هذا الرجف شيء يعاتب الله عز وجل به العباد ، وقد كتبت إلى سائر الأمصار أن يخرجوا في يوم كذا ، فمن كان عنده شيء فليتصدق به فإن الله عز وجل قال : (قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى* وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى) وقولوا كما قال آدم : (( قَالا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ) وقولوا كما قال نوح : (( وإلا تغفر لي وترحمني أكن من الخاسرين )) وقولوا كما قال يونس : (( لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين ))

Amma ba’du, sesungguhnya gempa yang terjadi ini merupakan teguran dari Allah kepada hamba-Nya. Saya telah mengirim surat ke berbagai daerah untuk keluar pada hari tertentu. Siapa yang memiliki sesuatu, hendaknya dia sedekahkan.

 

 Allah berfirman : 

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى* وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى

“Sungguh beruntung orang yang mengeluarkan zakat. Dia mengingat nama Tuhannya kemudian shalat.” (Q.S  Al -A'la 14-15)

Dan aku perintahkan mereka untuk mengatakan sebagaimana yang diucapkan Adam alaihi salam :

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Ya Allah, kami telah menzalimi diri kami, jika Engkau tidak mengampuni kami dan merahmati kami, tentu kami akan menjaid orang yang rugi.” ( Q.S Al A'raf : 23)

Aku juga perintahkan agar mereka mengucapkan sebagaimana yang dikatakan Yunus Alaihi salam :

لا إله إلا أنت سبحانك إني كنت من الظالمين

"Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim". (Q.S  Al-Anbiya : 87) 

            ☆☆☆☆●●●☆☆☆☆

《 Disadur dengan berbagai perubahan dari artikel :  الزلزال عبر وعضة لفضيلة الشيخ محمد بن عبدالله الحبدان  

Diterjemahkan oleh ustadz Ammi Nur Baits 》

MASJIDIL  AQSHA  MERUPAKAN  ISU  SENTRAL  UMAT  ISLAM 

(Khutbah Jumat, Masjid Nabawi, 27 Rabiul Awal 1439 H)

Oleh  : As Syaikh Dr.Husen Alu As-Syaikh  hafidzahullah Ta'ala. 

Khutbah Pertama :

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du : 

Dalam lubuk hati setiap muslim, tetap menyala-nyala isu terbesar, yaitu persoalan Masjidil Aqsha yang merupakan kiblat pertama dan masjid suci ketiga serta tempat tujuan perjalanan isra’ pemimpin utama umat manusia dan jin. 

Itulah isu terpenting yang selalu hadir, tidak pernah menghilang dari benak setiap individu dan komunitas muslim, betapapun besarnya tantangan, dan betapapun terpuruknya kondisi kaum muslimin.

Yerusalem dengan tanahnya yang di atasnya berdiri Masjidil Aqsha adalah persoalan akidah bagi kaum muslimin dan ikatan sejarah yang mendalam dan tidak terlupakan. Bagaimanapun keadaannya tidak akan terhapus dari memori pemikiran Islam, mengingat kedudukannya sebagai simbul jati diri umat Islam yang merupakan salah satu prinsip dasar dan tempat suci umat Islam.

Bagaimana tidak demikian, sedangkan kitab suci Al-Qur'an selalu mengingatkan kita pagi dan petang :

سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ ﴿١﴾

"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
(Q.S. Al Isra ' :1)

Masjidil Aqsha adalah salah satu dari tiga masjid yang hanya kepadanya dibolehkan perjalanan jarak jauh dilakukan dalam rangka beribadah kepada Allah dan mengharapkan tambahan anugerahNya sebagaimana yang dijelaskan dalam beberapa hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam :

" Tanah Yerusalem identik dengan tanah Mahsyar tempat berhimpunnya seluruh manusia ".

Maimunah –budak perempuan Nabi bercerita : Aku berkata, Ya Rasulallah, jelaskanlah kepadaku tentang Baitul Maqdis ! Beliau lalu menjelaskan : "Itulah tanah mahsyar tempat berhimpunnya umat manusia". ( HR. Ibnu Majah dengan sanad shahih )

Baitul Maqdis mempunyai kedudukan sangat agung dan keistimewaan tinggi dalam Islam.

Abu Dzar radhiyallahu anhu berkata : Kami bertukar pikiran ketika kami sedang berada di dekat Rasulullah  shallallahu alaihi wasallam : Manakah yang lebih utama; Masjid Rasulullah  shallallahu alaihi wa sallam ataukah Masjid Baitul-Maqdis ? Beliau menjawab : " Sekali shalat di masjidku ini lebih baik dari pada empat kali shalat di dalamnya (Masjid Baitul-Maqdis), sungguh dia adalah sebaik-baik tempat shalat ". ( HR. Al-Hakim, yang dinilainya shahih dan disetujui Adzahabi )

    Diantara keutamaan Masjidil Aqsha dalam Islam ialah bahwa ia merupakan tempat tujuan isra' Rasulullah  shallallahu alaihi wa sallam dan dari padanya beliau naik ke langit.

   Sahabat Anas radhiyallahu anhu menceritakan bahwa Nabi  shallallahu alaihi wasallam  bersabda :

"Seekor buraq didatangkan kepadaku, yaitu hewan tunggangan warna putih tinggi, lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bagal. Ia menjangkaukan telapak kakinya sebatas maksimal pandangan matanya". Kata beliau : "Lalu aku menunggangnya hingga sampai ke Baitul Maqdis". Kata beliau : "Lalu aku mengikatnya pada lingkaran tempat para nabi mengikatkan tunggangan mereka". Kata beliau: "Lalu aku memasuki masjid untuk shalat dua rak'at, kemudian aku keluar. Maka datanglah Jibril alaihissalam dengan sebuah bejana berisi khamar dan bejana lainnya berisi susu, maka aku memilih susu. Jibril lalu berkata : "Engkau telah memilih fitrah. Setelah itu ia naik bersamaku ke langit ". ( HR. Muslim )

    Di antara keutamaan kota Yerusalem dan Masjidil Aqsha ialah seperti yang dijelaskan dalam hadis Abdullah bin Amar bin al-Ash radhiyallahu anhum, bahwa  Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: 

"Ketika selesai membangun Baitul Maqdis, Sulaiman bin Dawud memohon kepada Allah tiga hal: Keputusan hukum yang sesuai dengan hukum Allah Ta'ala, kerajaan yang tidak akan dimiliki oleh seorang pun sesudahnya, dan agar tidak seorang pun datang ke masjid ini untuk shalat kecuali bersih dari dosa seperti ketika lahir dari perut ibunya". Nabi lalu bersabda : Dua permohonan (Sulaiman alaihissalam) yang pertama sudah terkabulkan, sedangkan permohonan yang ketiga aku berharap terkabulkan pula". ( HR. An Nasa'i dan Ibnu Majah ) 

Saudara-saudara se Islam ! 
    
Nilai-nilai luhur dan istimewa yang melekat pada kota Yerusalem dan Masjidil Aqsha dalam pandangan Islam, telah dijelaskan secara terpisah oleh para ulama sejak beberapa abad yang lalu dalam karya tulis mereka secara susul menyusul. Sejumlah ulama Islam menulis secara terpisah tentang keutamaannya : antara lain, Bahauddin Ibnu Asakir dalam karyanya : "al-Jami' al-Mustaqsha fi fadhailil masjidil aqsha", Aminuddin Ibnu Hibatullah as-Syafi'i dalam karyanya : "Kitabul Unsi fi fadhailil-qudsi", Burhanuddin al-Fazari dalam karyanya :"Ba'itsun nufus ila ziyaratil-qudsi almahrus", Syihabuddin Ahmad bin Muhammad al-Maqdisi dalam karyanya : "Mutsirul-Gharam ila ziyaratil-qudsi wa as-Syam", al-Husen al-Husaeni dalam karyanya, : "al-Raudh al-Mughras fi Fadhailil Baitil-Muqaddas", Ibnul-Jauzi dalam karyanya, : "Fadhailul-Quds" dan As-Suyuthi dalam karyanya, : "Ittihaful Akhsha bi Fadhailil-Masjidil Aqsha".

Dari sinilah seluruh kaum muslimin bersepakat tidak akan mengakui langkah apapun yang dapat mengganggu isu kota Yerusalem dan Masjidil Aqsha, mengingat statusnya sebagai tempat suci yang tidak boleh digannggu dalam kondisi apapun.

Tindakan seperti yang terjadi itu hanyalah membuat umat Islam semakin teguh pendirian dan bersikukuh dalam menuntut hak-hak mereka yang sah sesuai prinsip-prinsip dasar yang ada untuk menegakkan kebenaran, mencegah kesemena-menaan dan membela mereka yang teraniaya sebagaimana yang diamanatkan dalam ketentuan hukum syariat dan undang-undang hukum internasional.

Dunia sekarang menganggap langkah-langkah yang diambil saat ini sebagai suatu pelanggaran terhadap resolusi yang telah menjadi konsensus masyarakat internasional yang menyatakan bahwa Yerusalem adalah ibu kota Islam dan salah satu kota suci umat Islam.

Pembelaan persoalan umat tidak cukup dengan orasi pidato berapi-api dengan kata-kata yang memikat hati. Tidak efektif wahai saudara-saudara seagama suatu kutukan dan kemarahan. Tidak pula teriakan kecaman dan pengerahan unjuk rasa. Sudah cukup sering hal itu dilakukan oleh kaum muslimin. Acap kali mereka berdemonstrasi secara susul menyusul. Namun demikian hal itu hanya sebatas reaksi yang tidak mampu merubah tindakan kesemena-menaan atau menghilangkan bahaya. Tidak pula mampu mencegah senjata agresor atau ambisi jahat penjajah. Tetapi harus dengan kembali total kepada Allah Ta'ala dengan doa yang tulus sepenuh hati kepada Tuhan yang Maha perkasa.

Umat Islam hanyalah bisa menang berkat pertolongan Allah Ta'ala yang  lahir dan batin, hanyalah karena perkenan Nya dan bantuan Nya. Maka ketika umat ini berpegang teguh pada agama Allah Ta'ala, menjunjung tinggi perintah Nya dan ketentuan hukum Nya, bergerak karena dorongan agama yang menjadi pijakan persoalan Masjidil Aqsha, ketika itulah baru terwujud penyelesaian yang sukses dan solusi yang efektif. 

Allah Ta'ala berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَنصُرُوا۟ ٱللَّهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ ﴿٧﴾

"Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (Q.S. Muhammad :7)

Kaum muslimin !
    

Ketika hati umat ini terkendalikan oleh Al-Qur'an dan Sunnah, didukung dengan bukti-bukti nyata di lapangan dalam berbagai aspek kehidupan, maka ketika itulah kaum muslimin tidak terjatuh dalam keterpurukan dan tidak akan tertimpa kenistaan dan kehinaan. 

Allah Ta'ala berfirman : 

وَلَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ ﴿١٣٩﴾

"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman." (Q.S. Ali-Imran :139)

    Sudah satnya bagi kaum muslimin terutama saudara-saudara kita di Palestina yang sedang bergolak menghadapi tantangan yang mengancam keamanan warga mereka agar menjalin persaudaraan yang dilandasi ketulusan dan ketakwaan. Hendaklah mereka berdamai atas dasar agama dan visi akhirat. Hendaklah mereka meninggalkan perbedaan dan perpecahan. Hendaklah mereka keluar dari permusuhan untuk beralih ke medan persaudaraan dan persatuan, dari api perseteruan menuju cahaya ketulusan, dari sikap pertentangan dan percekcokan menuju sikap toleransi dan kerukunan.

Hendaklah mereka mengesampingkan kepartaian dan fanatisme golongan untuk segera masuk dalam semangat persaudaraan islam dan kasih sayang keimanan. 

Allah Ta'ala berfirman : 

وَأَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنَٰزَعُوا۟ فَتَفْشَلُوا۟ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَٱصْبِرُوٓا۟ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ ﴿٤٦﴾

"Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
(Q.S. Al Anfâl :46)

    Ketika kaum muslimin dalam realita kehidupan telah mempraktekkan misi Islam secara penuh tanpa pengurangan, lalu mereka menerapkan hukum Islam secara menyeluruh dan mengamalkannya lahir batin sehingga mereka hidup dalam Islam dan untuk Islam, maka upaya mereka tidak akan mengalami kegagalan, segenting apapun persoalan yang mereka hadapi, tidak akan gelap jalan dan akses yang mereka lalui ke depan, sebesar apapun bencana yang menimpa mereka, selagi mereka berada pada jalur Islam dan menerapkan ketentuan hukumnya serta mengikuti dan berpegang teguh pada sunah Nabi  Shallallahu Alaihi wa Sallam .

Allah Ta'ala berfirman : 

۞ إِنَّ ٱللَّهَ يُدَٰفِعُ عَنِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ خَوَّانٍ كَفُورٍ ﴿٣٨﴾

"Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari nikmat." (Q.S. Al-Hajj :38)

    Jika tidak demikian, maka selagi umat ini terhempas oleh kobaran api syahwat dan kemewahan hidup yang melalaikan serta terombang-ambing ombak kesenangan nafsu yang menyimpang dan kerancuan arah yang tendensius, maka akan datang bertubi-tubi bencana , gelombang dahsyat dan keterpurukan serta petaka dengan segala ragamnya yang senantiasa  datang menerpa mereka.

Allah Ta'ala berfirman : 

وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍ ﴿٣٠﴾

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)."
(Q.S. Asy-syura :30)

Allah Ta'ala berfirman tentang kekalahan dalam perang Uhud :

أَوَلَمَّآ أَصَٰبَتْكُم مُّصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُم مِّثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّىٰ هَٰذَا ۖ قُلْ هُوَ مِنْ عِندِ أَنفُسِكُمْ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ ﴿١٦٥﴾

"Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Q.S. Ali-Imran :165)

Kaum muslimin sekalian:
 

Umat Islam harus meyakini seyakin-yakinnya bahwa tidak ada yang dapat mengentaskannya dari keadaan krisis yang mencekiknya, tidak ada yang mampu menyelamatkannya dari kondisi terpuruknya kecuali kehidupan Islam yang benar-benar dilandasi akidah - tauhid yang murni dan pengamalan terhadap petunjuk Al-Qur’an Al-Karim dan As-Sunnah An-Nabawiyah secara benar sesuai pemahaman ulama salaf.

    Itulah pondasi yang kokoh dan dasar yang teguh untuk mencapai kejayaan, kedaulatan, kemenangan dan superioritas. 

Allah Ta'ala berfirman : 

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ ﴿٨٢﴾

"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Q.S. Al An ' am :82)

Itulah janji yang pasti dan pemberitaan yang benar.

Allah Ta'ala berfirman : 

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ رُسُلًا إِلَىٰ قَوْمِهِمْ فَجَآءُوهُم بِٱلْبَيِّنَٰتِ فَٱنتَقَمْنَا مِنَ ٱلَّذِينَ أَجْرَمُوا۟ ۖ وَكَانَ حَقًّا عَلَيْنَا نَصْرُ ٱلْمُؤْمِنِينَ ﴿٤٧﴾

"Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus sebelum kamu beberapa orang rasul kepada kaumnya, mereka datang kepadanya dengan membawa keterangan-keterangan (yang cukup), lalu Kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berdosa. Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman."
(Q.S. Ar-Ruum :47)

Allah Ta'ala berfirman : 

يَقُولُونَ لَئِن رَّجَعْنَآ إِلَى ٱلْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ ٱلْأَعَزُّ مِنْهَا ٱلْأَذَلَّ ۚ وَلِلَّهِ ٱلْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَٰكِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٨﴾

"Mereka berkata: "Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya". Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui."
(Q.S. Al - Munafiqun :8)

Allah Ta'ala berfirman : 

قَدْ أَفْلَحَ ٱلْمُؤْمِنُونَ ﴿١﴾

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman ". (Q.S. Al-Mu’minun :1)

Kaum muslimin sekalian:

Adalah suatu kewajiban bagi seluruh kaum muslimin sesuai tanggung jawab mereka untuk membela isu sentral ini, yaitu persoalan Masjidil Aqsha, Yerusalem dan negara Palestina, bertolak dari Islam murni, dengan kesatuan yang efektif, pergerakan yang profesional agar membuahkan hasil yang positif dan mencapai sasaran yang didambakan.

Allah Ta'ala berfirman : 

وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ ﴿١٠٥﴾

"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."
(Q.S. At-Taubah :105)

    Maka perlu ada ketajaman mata hati dan kearifan prima sehingga umat ini mampu menghadapi tantangan dengan segala ragamnya dalam koridor saling bahu membahu, kerja sama dan tolong menolong; bukan saling bertengkar dan saling menyalahkan yang justru membuat diri mereka terperangkap. Dengan cara demikian, umat ini mampu menangkal arogansi kaum perampas hak dan mampu meraih kemenangan secara meyakinkan.

Perlu melihat persoalan umat ini secara cermat untuk melepaskan mereka dari lingkaran emosional menuju arena pemikiran yang mantap dan tindakan nyata yang berimbang dalam suatu sistem penyatuan berbagai upaya yang tulus dengan koordinasi yang akurat terhadap berbagai prinsip yang mendasar, bertitik tolak dari rambu-rambu agama Islam yang bijak dan karakteristik hukum syariat yang diamanatkan oleh pemimpin para nabi dan rasul untuk mengantar dunia seluruhnya ke pantai kearifan, keamanan, kebahagiaan, kerukunan dan kedamaian.

Perlu penyederhanaan upaya yang dapat dilakukan umat ini untuk menghadapi tantangan, yaitu dengan bahasa komunikasi yang membungkam lawan, dan dialog yang mampu mengekangnya, jauh dari bahasa pertentangan, jauh dari simbul-simbul kebangsaan, fanatisme golongan, dan agenda-agenda regional. Semua itu hanya membuat umat ini memetik keburukan dan penderitaan belaka.

Allah Ta'ala berfirman : 

فَتَقَطَّعُوٓا۟ أَمْرَهُم بَيْنَهُمْ زُبُرًا ۖ كُلُّ حِزْبٍۭ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ ﴿٥٣﴾

"Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing)." (Q.S. Al-Mu’minun :53)

Kita harus merespon seruan Allah Ta'ala :

إِنَّ هَٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَأَنَا۠ رَبُّكُمْ فَٱعْبُدُونِ ﴿٩٢﴾

"Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku." (Q.S. Al-Anbiya :92)

Khutbah Kedua :

    Negeri dua tanah suci; pemerintah dan rakyatnya, setiap waktu dan kesempatan mempunyai sikap yang terhormat dan tindakan yang cemerlang terhadap setiap isu keislaman dan Arab, lebih-lebih isu Palestina.
    
Sikap pemerintah negeri ini terhadap persoalan Palestina tetap tegas, tidak tergoyahkan. Sikap itu telah digariskan dalam dasar-dasar dan skala prioritas menyangkut upaya-upaya dalam menangani berbagai kemungkinan yang akan terjadi, terutama terkait persoalan ekonomi dan politik.

Dalam era pemerintahan Pelayan dua kota suci Raja Salman, dunia telah menyaksikan adanya perhatian khusus dari beliau terhadap perjalanan negeri ini sebagai persoalan Islam sebelum persoalan bangsa Arab.

Negeri ini melihat adanya tanggung jawab yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan. Karena itu logis mendapat kehormatan mengembannya dengan pertimbangan misi keislamannya dan kedudukannya yang mendunia.

Oleh sebab itu, tidak ada tempat untuk pelelangan paksa bagi pihak yang menafikan jasa-jasa baik negeri ini, dan bagi setiap orang yang mengingkari,  orang yang membuat keraguan dari kalangan bangsa sendiri terhadap upaya-upaya negeri ini.

Hendaklah mereka takut kepada Allah Ta'ala dan menyadari bahwa penggalangan kekuatan gila-gilaan yang merongrong negeri dua kota suci ini sesungguhnya adalah merongrong ibu kota Islam sebagai pembawa bendera pertahanan Islam.

Handaklah mereka tahu bahwa dengan penggalangan kekuatan itu, mereka menipu diri dan memperdayakan bangsa mereka sendiri.

Allah Ta'ala berfirman : 

يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّآ أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ ﴿٩﴾

"Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar ". (Q.S. Al-Baqorah :9)

    Hendaklah mereka sadar bahwa perjalanan pembangunan negeri ini bertumpu pada Islam; tidak merasa congkak oleh pujian pihak yang memuji atau kecil hati oleh pengingkaran dan reduksi pihak yang mendengki dan mencari kesempatan. 

Sesungguhnya Allah Ta'ala Maha mengetahui maksud yang terpendam.

 Doa Penutup 

Jumat, 27 Oktober 2017

SURGA DAN NERAKA MU WAHAI KAUM WANITA


Oleh : As-Saikh Al-Wa'lid Saif Alu Nasr

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du : 

Suatu hari datang seorang wanita kepada seorang Ahli Ilmu seraya bertanya :

يا شيخ قبل زواجي كنتُ فتاةً صوّامة قوّامة ..أجدُ لذةً للقرآن عجيبة .. والآن فقدتُ حلاوة الطاعات ..

Wahai Syaikh, dahulu aku sebelum menikah, aku senantiasa rajin berpuasa, sholat malam dan aku sangat merasakan kebahagiaan yang mendalam tatkala tilawah Al-Qur'an, namun sekarang aku tidak bersemangat untuk tilawah dan berbuat ketaatan. .... 

- طيب ..ما أخبارُ اهتمامك بزوجك ؟!

Dijawab : " Baik, ...Bagaimana tentang perhatian mu terhadap suami mu. .? !..

- يا شيخ أنا أسألك عن القرآن والصوم والصلاة وحلاوة الطاعة ..وأنت تسألني عن زوجي ؟!

Wahai Syaikh. ...Sesungguhnya aku bertanya tentang Al-Qur'an, puasa dan sholat serta kesejukan dalam beribadah. ...

Namun justru engkau menanyakan tentang hubungan ku dengan suami ku.....? !...

نعم يا أختي .. لماذا لا تَجدُ بعض النساء حلاوة الإيمان ولذَّة الطاعة وأثر العبادة؟

Ya. ..Kenapa sebahagian wanita tidak menjumpai kesejukan dan ketentraman serta manisnya iman dan ketaatan serta buah dari suatu ibadah. ...? 

قال صلى الله عليه وسلّم: *(ولا تَجدُ المرأة حلاوة الإيمان حتَّى تؤدِّي حقَّ زوجها)*
صحيح الترغيب 1939.

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Seorang wanita tidak akan menjumpai manis nya iman hingga ia menunaikan hak suami nya ". (Shohih Targhib 1939)

وما هي بعض حقوقه؟
قالت امراة سعيد بن المسيب رحمة الله عليهما:
*(ما كنَّا نُكلِّم أزواجَنَا إلَّا كما تُكلِّمون أمراءَكم)*
حلية اﻷولياء 168/5.

Apa itu hak-hak suami. ..? 

Istri Al Imam Sa'id ibnul Musayyib rahmatullah alaihima  berkata : " Tidaklah diantara kami berbicara dihadapan suami-suami kami kecuali seperti selayaknya kalian berbicara dihadapan para penguasa penguasa kalian ". ( Hilyatul Auliya' 5/168)

إنَّها الهيبة والمكانة العالية في قلب الزوجة لزوجها.

Sesungguhnya disana terdapat rasa pengagungan dan penghormatan yang tinggi yang menghinggapi hati seorang istri terhadap suami mereka. ....

قال صلى الله عليه وسلم لصحابية أذاتَ بَعْلٍ ؟
قالت نعم : قال كيف أنتِ له؟
قالت : لا آلوه "أي" (لا أقصِّر في طاعته)
فقال: *(فانظري أين أنت منه إنَّما هو جنَّتُك ونارُك)*
صحيح الترغيب 1933.
يعني طاعته جنتك
ومعصيته نارك.

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda kepada seorang wanita sahabat : " Apakah engkau memiliki suami. ..? 

Iya, wahai Rasulullah. ....

Nabi bertanya : “ Bagaimana engkau dengan nya. ..? 

Dijawab : Aku tidak pernah kurang dalam berbuat taat kepada nya. ....

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Lihatlah, dimana engkau dihatinya, sesungguhnya ia adalah surga atau neraka bagi mu ". (Shohih Targhib 1933)

Yaitu, ketaatanmu adalah surga bagi mu, dan durhaka mu kepada nya adalah neraka bagi mu. 

قال ابن عباس رضي الله عنهما ترجمان القرآن عند قول الله: *(فالصالحات قانتات حافظات للغيب...)*.
قانتات:
طائعات ﻷزواجهن، ولم يقل طائعات
فالقنوت شدة الطاعة وكمالها

Sahabat Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma seorang ahli tafsir Al-Qur'an, tatkala menyebutkan firman Allah Ta'ala : 

 فَٱلصَّٰلِحَٰتُ قَٰنِتَٰتٌ حَٰفِظَٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُ ۚ  ﴿٣٤﴾

" maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, 
(Q.S. An-Nisaa :34)

Arti dari " قانتات " adalah taat kepada Allah Ta'ala dan patuh kepada suaminya. Dan tidak disebutkan  " طائعات ".

Sesungguhnya kata  القنوت ketaatan yang penuh dan segala  kesempurnaannya.

كيف تعرف الزوجة أنَّها
صالحة وطائعة؟
إن نظر إليها سرَّتْه
وإنْ أمرها أطاعتْه
وَإِنْ أقسم أبرَّتْه
وَإِنْ غابَ عنها حفظتْه في نفسها وماله.
إِنْ غابَ عن عينها علمت ما يغضبه؛ فانتهت عنه:
-ولا تصرفات لا يرضاها
-ولا أقلَّ ولا أكْثرَ ممِّا لا يريده.

Bagaimana engkau mengetahui seorang istri sholihah dan taat. ..? 

Jika engkau memandang nya, niscaya menyenangkan. ....

Jika engkau memerintahkan sesuatu kepadanya, niscaya akan menaati. ...

Jika engkau bersumpah, niscaya ia menunaikan nya. ....

Dan jika engkau bepergian, niscaya ia akan menjaga dirinya dan harta suaminya. ....

Jika diketahui terlihat dari pandangan nya sesuatu yang akan mendatangkan kemarahan nya, niscaya akan menghentikan nya, ....

Demikian perbuatan yang tidak diridhoi nya. ...

Tidak sedikit atau banyak dari sesuatu yang tidak disukai nya, niscaya akan menghindari nya. ....

قال صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: *(ألا أخبركم بنسائكم في الجنة؟ الودود الولود إذا غَضِبتْ أو أسيء إليها أو غضب زوجها قالت: هذه يدي في يدك لا أكتحلُ بِغمْضٍ حتى ترضى)*
صحيح الترغيب 1941.

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Maukah aku berikan kabar tentang istri istri kalian yang akan memasuki surga. ..? 

Mereka adalah wanita yang lembut lagi banyak keturunan, jika ia marah atau suaminya marah kepada nya ia berkata : "  ini tanganku berada di tanganmu, dan aku tidak akan ber celak sekedip pun (berhias) hingga engkau ridho ". ( Shohih Targhib 1941)

الصالحة تتذكَّر قول رسولها عليه الصلاة والسلام إذ يقول *(لا يَنظر الله إلى امرأة لا تشكر لزوجها)*
صحيح برقم (581/1).

Wanita sholihah senantiasa ingat akan Sabda Nabi Sallallahu alaihi wa sallam : " Allah Ta'ala tidak akan pernah melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya ". (Shohih :1/581)

الصالحة لا يَغيبُ عن بالها
قوله صلى الله عليه وسلم: *(لو كنتُ أمرتُ أحداً أنْ يسجد ﻷحد ﻷمرتُ المرأةَ أنْ تسجدَ لزوجها)*
صحيح الترغيب

Seorang wanita sholihah tidak akan pernah lupa dari ingatan nya Sabda Nabi Sallallahu alaihi wa sallam : " Jikalau aku diperbolehkan memerintahkan seseorang agar sujud kepada orang lain, niscaya akan aku perintahkan para wanita agar sujud kepada suaminya ". (Shohih Targhib)

فشرط قبول عملها رضَى زوجها.

قال صلَّى الله عليهِ وسلَّمَ: *(ولا تؤدِّي المرأة حق الله عزوجل حتى تؤدِّي حق زوجها كله)*
صحيح في الترغيب 1943.

Syarat diterimanya amal seorang wanita adalah mendapatkan ridho suaminya. 

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Tidaklah seorang wanita dapat menunaikan hak-hak Allah Ta'ala hingga ia menunaikan hak-hak suaminya semua nya ". (Shohih Targhib 1943)

وقال صلى الله عليه وسلم محذِّراً لها:
*(اثنان لا تجاوز صلاتهما رؤسهما، عبد آبق من مواليه حتى يرجع، وامرأة عصتْ زوجها حتى ترجع)*
صحيح الترغيب (1948)

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam memberikan peringatan kepada kaum wanita : " Dua kelompok manusia yang ibadah sholat mereka tidak pernah terangkat lebih dari kepala nya, seorang budak yang kabur dari majikannya hingga ia kembali, dan wanita yang bermaksiat kepada suaminya hingga ia kembali ". ( Shohih Targhib 1948)


Selasa, 26 September 2017

BULAN MUHARRAM

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du : 

Kaum muslimin yang berbahagia, di awal bulan Muharram ini, marilah kita mengingat sejarah islam, kejadian kejadian agung, kemenangan kemenangan yang mulia, yang memberikan dampak positif dan kebajikan terhadap umat yang menunjukkan bahwa syariat islam merupakan syariat yang relevan di setiap waktu dan tempat. 

Disini ada lima catatan yang selayaknya kita merenungkan nya :

● Pertama : Berlalunya siang malam, hari, pekan, bulan dan tahun, tidak mudah kita melupakannya, di setiap tarikan nafas dan detik, disana terdapat hisab...dan semakin dekatnya diri kita akan kuburan. 

Seorang penyair mengatakan : 

انا لنفرح بالأيام نقطعها    وكل يوم مضى يدني من الأجل 

" Sesungguhnya dahulu kita bergembira dengan hari hari yang kita lalaui. .......

Namun, kita baru sadar, semakin hari semakin dekat dengan ajal kematian...."

Iya, setiap hari yang kita lalui, akan semakin dekat dengan kubur, namun sampai kapan kita terlena, sampai kapan hati kita tertutup dengan noda hitam. ...apa yang menyebabkan mata kita tertutup. ..hati menjadi mati sebelum nyawa tercabut oleh malaikat....

Sesungguhnya orang yang diberikan taufik adalah mereka yang senantiasa berusaha memperbaiki dirinya. ...hari esok lebih baik dari hari ini. ...dan hari ini lebih baik dari kemarin. ...tahun yang mendatang lebih baik dari sekarang. ..Ia berusaha untuk muhasabah terhadap dirinya. ...dan membuka lembaran baru dalam kehidupannya, berjanji dalam sanubari nya untuk menjadi yang lebih baik, beramal saleh, berhati-hati dan waspada terhadap jeratan-jeratan hawa dan setan. 

● Kedua : Sesungguhnya peristiwa hijrah nabawiyah merupakan kejadian yang sangat dahsyat yang memiliki kandungan makna menampilkan kebenaran, keberanian, pengorbanan, kesabaran, kemenangan, penebusan, tawakal, persaudaraan, berpegang teguh dengan tali Allah Ta'ala, walaupun begitu besar tipu daya musuh-musuh islam. 

Peristiwa hijrah merupakan pintu menuju kemenangan dan kemuliaan dan mengangkat panji islam serta membangun wilayah islami, yang didalam nya terkandung pelajaran bagi umat islam, bahwasannya pertolongan Allah Ta'ala tidak mungkin diraih kecuali dengan berpegang erat dengan akidah islam dan tunduk terhadap syariat Allah Ta'ala Robb semesta alam, adapun cara selainnya tidak akan membuahkan apa pun untuk kemajuan islam. 

Allah Ta'ala berfirman : 

 ۚ وَلِلَّهِ ٱلْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَٰكِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٨﴾

" Sesungguhnya kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui."
(Q.S. Al Munafiqun :8)

● Ketiga : Sesungguhnya agama islam merupakan agama yang sempurna, kemajuan dan kemerdekaan nya berhulu dari akidah nya yang kokoh, bersumber dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, sehingga umat islam tidak perlu untuk meniru kehidupan diluar islam, bertasyabuh kepada non muslimin.

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : 

من تشبه بقوم فهو منهم 

 " Barangsiapa yang meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari mereka ". (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

● Keempat : Bulan Muharram merupakan bulan kemenangan bagi kekasih kekasih Allah Ta'ala, dan kemurkaan dan adzab bagi musuh musuh Allah Ta'ala, walaupun sehebat apapun mereka, setangguh apapun perdapan mereka, sebagaimana Allah Ta'ala menghancurkan Firaun dan bala tentaranya dan kemenangan bagi Nabi Musa dan umat nya. 

Dari sini, terdapat pelajaran yang dapat kita petik, bahwasannya sebesar apapun kezaliman, gangguan, cobaan, maka sesungguhnya pertolongan Allah Ta'ala sangat dekat kepada hamba-Nya yang taat, dan kehancuran segera menimpa orang-orang yang dzalim. 

Allah Ta'ala berfirman : 

فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ ﴿١٣﴾ إِنَّ رَبَّكَ لَبِٱلْمِرْصَادِ ﴿١٤﴾

"karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab,"
"sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi." (Q.S. Al Fajar :13-14)

Allah Ta'ala berfirman : 

 ۚ وَٱللَّهُ غَالِبٌ عَلَىٰٓ أَمْرِهِۦ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ ﴿٢١﴾

 Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya." (Q.S. Yûsuf :21)

● Kelima : Sesungguhnya bulan Muharram merupakan bulan yang agung, disunnahkan bagi kaum muslimin untuk berpuasa. 

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : 

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ  بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah (yaitu) Muharram dan shalat yang paling utama setelah puasa wajib adalah sholat lail ".   (HR. Muslim)

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ  هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى قَالَ فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ

Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallohu anhuma berkata : Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam datang ke kota Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘ Asyura, maka Beliau bertanya : “Hari apa ini?. Mereka menjawab : “Ini adalah hari istimewa, karena pada hari ini Allah Ta'ala menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya, Karena itu Nabi Musa berpuasa pada hari ini. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun bersabda : “Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian“. Maka beliau berpuasa dan memerintahkan shahabatnya untuk berpuasa di tahun yang akan datang ". (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Ibnu Abbas radhiyallohu ‘anhuma berkata : Ketika Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan kaum muslimin berpuasa, mereka (para shahabat) menyampaikan: “Ya Rasulullah ini adalah hari yang diagungkan Yahudi dan Nasrani”. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun bersabda:

فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Jika tahun depan insya Allah (kita bertemu kembali dengan bulan Muharram), kita akan berpuasa juga pada hari kesembilan (tanggal sembilan).“
Akan tetapi belum tiba Muharram tahun depan hingga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam wafat di tahun tersebut (HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :

صُومُوا يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَخَالِفُوا فِيهِ الْيَهُودَ صُومُوا قَبْلَهُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَهُ يَوْمًا

“Puasalah pada hari Asyuro, dan berbedalah dengan Yahudi dalam masalah ini, berpuasalah sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya".(HR. Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan  Al-Baihaqi)

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  قَالَ صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

Diriwayatkan dari sahabat Abu Qatadah radhiyallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda : “Puasa hari ‘Asyuro aku berharap kepada Allah akan menghapuskan dosa tahun lalu ". (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)

Amalan yang sedikit, mendatangkan pahala yang besar, maka sesungguhnya berpuasa pada bulan ini merupakan ungkapan rasa syukur kita kepada Allah Ta'ala atas limpahan nikmat dan karunia, semoga kita diberikan kekuatan dan taufik untuk berpuasa dibulan haram ini. 

Selasa, 18 Juli 2017

DUNIA UNTUK EMPAT GOLONGAN

إنما الدنيا لأربعة نفر

Tweet

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du : 

Manusia dalam kecenderungan urusan dunia terbagi menjadi empat kelompok, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi Sallallahu alaihi wa sallam dalam satu hadist yang agung, yang dibawakan oleh sahabat Abi Kabsyah Al-Anshari radhiyallahu anhu, bahwasanya ia mendengar Rosulullah Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : 

  أُحَدِّثُكُمْ حَدِيثًا فَاحْفَظُوهُ ، قَالَ : إِنَّمَا الدُّنْيَا لأَرْبَعَةِ نَفَرٍ : عَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالاً وَعِلْمًا ، فَهُوَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ ، وَيَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ ، وَيَعْلَمُِ للهِ فِيهِ حَقًّا ، فَهَذَا بِأَفْضَلِ الْمَنَازِلِ ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ عِلْمًا وَلَمْ يَرْزُقْهُ مَالاً ، فَهُوَ صَادِقُ النِّيَّةِ ، يَقُولُ : لَوْ أَنَّ لِي مَالاً لَعَمِلْتُ بِعَمَلِ فُلاَنٍ ، فَهُوَ بِنِيَّتِهِ ، فَأَجْرُهُمَا سَوَاءٌ ، وَعَبْدٍ رَزَقَهُ اللهُ مَالاً وَلَمْ يَرْزُقْهُ عِلْمًا ، فَه ُوَ يَخْبِطُ فِي مَالِهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ ، لاَ يَتَّقِي فِيهِ رَبَّهُ ، وَلاَ يَصِلُ فِيهِ رَحِمَهُ ، وَلاَ يَعْلَمُ ِللهِ فِيهِ حَقًّا ، فَهَذَا بِأَخْبَثِ الْمَنَازِلِ ، وَعَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللهُ مَالاً وَلاَ عِلْمًا ، فَهُوَ يَقُولُ : لَوْ أَنَّ لِي مَالاً لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ فُلاَنٍ ، فَهُوَ بِنِيَّتِهِ ، فَوِزْرُهُمَا سَوَاءٌ.

“ Aku akan sampaikan kepada kalian satu perkataan dan hafalkanlah, "Beliau bersabda: “Sesungguhnya dunia ini untuk empat golongan :

● Seorang hamba yang dikaruniai harta dan ilmu kemudian ia bertakwa kepada Rabb-nya, menyambung silaturrahmi dan mengetahui hak-hak Allah Ta'ala, ini merupakan kedudukan yang paling mulia.

● Seorang hamba yang dikaruniai ilmu tapi  tidak dikaruniai harta, kemudian dengan niat yang tulus ia berkata: "Jika seandainya aku mempunyai harta, maka aku akan beramal seperti amalannya si-fulan ". Dengan niat seperti ini, maka keduanya mendapatkan pahala yang sama.

● Seorang hamba yang dikaruniai harta namun tidak diberi ilmu, lalu ia membelanjakan hartanya secara serampangan tanpa bersandarkan dengan ilmu, dan ia tidak
bertakwa kepada Rabbnya, serta tidak menyambung silaturrahim, dan tidak
mengetahui hak-hak Allah Ta'ala, maka ia berada pada kedudukan paling buruk. 

● Dan seorang hamba yang tidak dikaruniai harta dan juga tidak diberikan ilmu oleh
Allah Ta’ala, lantas ia berkata : "Kalau seandainya aku memiliki harta, niscaya aku akan berbuat seperti yang dilakukan si-Fulan". Maka dengan niat tersebut, keduanya memiliki dosa yang sama ". ( HR. At-Tirmidzi ) 

هذا الحديث الجامع لأنواع الناس وأحوالهم تجاه ما ينعم الله به عليهم في الدنيا، يستهله - صلى الله عليه وسلم - بكلمات تبعث على الاهتمام بما سيُقال، وتجعل السامعين يتطلعون لما سيذكره، حيث قال: (أحدثكم حديثا فاحفظوه)؛ ولذا ينبغي على دعاة الخير فعل ذلك في المواضع المهمة التي تستلزم الرعاية والعناية.

Hadist ini merupakan salah satu hadist yang memiliki kandungan makna yang agung, yang menerangkan tentang keadaan para manusia tatkala dihadapkan dengan apa yang telah Allah Ta'ala karuniakan dari kenikmatan dunia, Nabi shallallahu alaihi wa sallam memulai ungkapan nya dengan suatu pembukaan yang menarik perhatian terhadap wejangan yang akan disampaikan, dan membuat para pendengar tertarik untuk menyimak nya, dimana Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda : " Aku akan sampaikan kepada kalian satu perkataan dan hafalkanlah ".

Oleh karena nya, sepantasnya para da'i jalan kebaikan, menggunakan ungkapan seperti ini dalam sebagian kesempatan yang dirasakan penting, agar menarik perhatian para pendengar nya. 

ثم يقول النبي - صلى الله عليه وسلم - (إنما الدنيا لأربعة نفر): أي إنما حال أهلها حال أربعة، اثنان عاملان، واثنان تبع لهما، فالثاني تبع للأول، والرابع تبع للثالث، وقد ذكر الدنيا - رغم أنها تشمل الدنيا والآخرة كما سيأتي - ليصبِّر الناس على طلب العلم، ويخبرهم أن العلم يجلب خيري الدنيا والآخرة، وأيضا فإن من طلب الدنيا بالعلم نال الدنيا وحازها، فالعلماء سلاطين غير متوّجين، والعامة تخضع لهم أكثر من خضوعهم للسلطان؛ لأن العلماء يملكون سلطان الحجة الذي يخضع له القلب، بينما السلاطين لا يملكون إلا سلطان اليد؛ الذي قد لا يخضع البعض له، وعلى كل حال فالناس لا يخرجون عن أحوال أربعة:

Kemudian, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda :  “Sesungguhnya dunia ini untuk empat golongan ".

Maksud dari perkataan ini, bahwasannya penduduk dunia ini memiliki keragaman empat golongan dan karakterisistik, dua golongan yang menjadi panutan yang saling bertolak belakang, dan dua golongan sebagai pengikut, yang urutan kedua sebagai pengikut yang pertama dan yang urutan keempat mengikuti yang ketiga. 

Dan di ungkapkan kalimat : " Dunia ", walaupun secara kenyataan mencakup perkara dunia dan akhirat, -sebagaimana nanti akan dijelaskan - agar menumbuhkan kesabaran dalam menuntut ilmu, dan diberitahukan bahwa ilmu akan mendatangkan manfaat kebaikan di dunia dan akhirat, demikian pula jika seseorang mencari dunia dengan ilmu maka niscaya ia dapat menggapai nya dan melampaui nya. 

Sebagai contoh para ulama penguasa  yang jarang terjadi, kebanyakan rakyat akan tunduk dan patuh kepada mereka, daripada tunduk nya mereka kepada penguasa, karena para ulama memiliki kekuasaan hujjah yang mampu menundukkan hati hati manusia, berbeda dengan penguasa yang hanya mengandalkan kekuatan tangan yang mungkin saja sebagian manusia tidak tunduk, dan secara global manusia terbagi menjadi empat golongan :

الأولى: عالم غني (عبد رزقه الله مالاً وعلمًا فهو يتقي فيه ربه ويصل فيه رحمه ويعلم لله فيه حقا، فهذا بأفضل المنازل)، يتخيّر الله تعالى من يرزقه المال أو من يرزقه العلم أو من يرزقه العلم والمال معا، فإذا رُزق العبد العلم والمال معا كانت تلك أفضل منزلة، وذلك لاقتران العلم بالعمل، لأنه سيعمل في ماله بعلمه.

■ Pertama : Orang Alim yang kaya, sebagaimana sabda Nabi Sallallahu alaihi wa sallam : "Seorang hamba yang dikaruniai harta dan ilmu kemudian ia bertakwa kepada Rabb-nya, menyambung silaturrahmi dan mengetahui hak-hak Allah Ta'ala, ini merupakan kedudukan yang paling mulia".

Allah Ta'ala menentukan bagi hamba, ada yang dikaruniai harta, ada pula yang dikaruniakan ilmu dan ada juga yang dikaruniakan ilmu dan harta dalam satu waktu, dan ini merupakan keadaan yang paling mulia, dikarenakan diberikan ilmu dan amal, ia membelanjakan harta nya degan berdasarkan ilmu. 

Dan Allah Ta'ala menganjurkan orang-orang yang berilmu untuk beramal, dan dicela orang-orang yang berilmu tidak mengamalkan ilmunya. 

Allah Ta'ala berfirman : 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ ﴿٢﴾  كَبُرَ مَقْتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفْعَلُونَ ﴿٣﴾

"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?"
"Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (Q.S. Ash-Shof :2-3)

 وفي صحيح مسلم عن أسامة بن زيد رضي الله عنهما قال: سمعت رسول الله - صلى الله عليه وسلم - يقول: (يؤتى بالرجل يوم القيامة فيلقى في النار فتندلق أقتاب بطنه فيدور بها كما يدور الحمار بالرحى فيجتمع إليه أهل النار فيقولون: يا فلان ما لك؟ ألم تكن تأمر بالمعروف وتنهى عن المنكر؟ فيقول: بلى قد كنت آمر بالمعروف ولا آتيه , وأنهى عن المنكر وآتيه)

Di dalam shahih Muslim diriwayatkan oleh Sahabat Usamah bin Zaid radhiyallahu, dia berkata : “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Pada hari kiamat nanti akan ada seseorang yang didatangkan kemudian dilemparkan ke dalam neraka. Isi perutnya terburai, sehingga ia berputar-putar sebagaimana berputarnya keledai yang menggerakkan penggilingan. Penduduk neraka pun berkumpul mengerumuninya. Mereka bertanya, ‘Wahai fulan, apakah yang terjadi pada dirimu? Bukankah dahulu engkau memerintahkan kami untuk berbuat kebaikan dan melarang kami dari kemungkaran?’. Dia menjawab, ‘Dahulu aku memerintahkan kalian berbuat baik akan tetapi aku tidak mengerjakannya. Dan aku melarang kemungkaran sedangkan aku sendiri justru melakukannya ".

 وسُئل سفيان الثوري: طلب العلم أحب إليك أو العمل؟ فقال: "إنما يراد العلم للعمل, فلا تدع طلب العلم للعمل, ولا تدع العمل لطلب العلم".

Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah pernah di tanya, manakah yang engkau lebih sukai, menuntut ilmu atau mengamalkan ilmu ? 

Maka dijawab : " Sesungguhnya tujuan mencari ilmu adalah untuk diamalkan, maka jangan engkau meninggalkan mencari ilmu karena takut tidak dapat mengamalkan dan jangan engkau meninggalkan amalan karena beralasan mencari ilmu ". 

وقد دلت عبارة النبي - صلى الله عليه وسلم - على أن بركة المال لا تكون إلا إذا أُنفق بشرطين: العلم بما ينفق من أبواب الخير، والإخلاص، وهذان شرطا العبادة: الإخلاص لله، وأن يكون العمل على بصيرة وعلم.

Dan telah ditunjukkan dalam hadist Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bahwa barokah nya harta tidak teraih kecuali dengan dua syarat, yaitu ilmu terhadap pintu-pintu kebajikan dan ikhlas. 

Dan ini merupakan syarat sah suatu ibadah yaitu ikhlas hanya karena Allah Ta'ala dan mengerjakan amal tersebut diatas bashiroh ilmu. 

كما دلت العبارة على أن صلة الرحم من أعظم القربات، وأن من أسباب تقوية صلة الرحم: العون المادي، فقد يكون قريبك فقيرا فإعطاؤك له مما أعطاك الله يزيد الأواصر، كما أن طلبة العلم الفقراء هم أولى الناس بالعون، إذا كانوا غير قادرين لأن نفعهم يتعدى، وعلى دعاة الخير أن يكونوا أسبق الناس في هذا الأمر، ورحم العلم أبلغ من رحم القرابة.

Demikian juga sebagaimana sabda Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bahwasanya menyambung tali silaturrahmi merupakan ibadah yang paling agung, dan sebab-sebab untuk menguatkan hubungan silaturrahmi adalah memberikan bantuan secara materi, bisa jadi kerabatmu adalah seorang yang fakir sedang membutuhkan, maka dengan santunan materi dapat menguatkan hubungan kekerabatan, sebagaimana para penuntut ilmu yang fakir adalah orang-orang yang paling utama untuk diberikan santunan jika mereka tidak mampu, karena manfaatnya akan ganda melimpah kepada yang lain nya, dan kepada mereka dai-dai kebaikan hendaknya menjadi orang-orang yang menjadi urutan pertama dalam hal ini, dan rahim ilmu lebih utama daripada rahim kekerabatan. 

كما ينبغي على العالم تعليم العلم وبذله لمن يستحقه، فعن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - : (طلب العلم فريضة على كل مسلم، وواضع العلم عند غير أهله كمقلِّد الخنازير الجوهر واللؤلؤ والذهب) رواه ابن ماجة في سننه.

Sebagaimana pula orang-orang alim hendaknya menyebarkan ilmu dan menularkan kepada orang-orang yang berhak mendapatkan nya, sebagaimana diriwayatkan oleh Sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, ia berkata : Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Menuntut ilmu merupakan fardhu bagi setiap muslim, dan menularkan ilmu kepada orang-orang yang tidak berhak seperti menghias se ekor babi dengan permata, intan dan emas ". ( HR. Ibnu Majah )  

الثانية: عالم فقير (وعبد رزقه الله علمًا ولم يرزقه مالاً فهو صادق النية يقول لو أن لي مالاً لعملت بعمل فلان، فهو بنيته، فأجرهما سواء) ينفع الله تعالى بصاحب العلم أكثر مما ينفع بصاحب المال، لأن العلم غذاء للقلوب والأرواح، والمال غذاء للأبدان، وغذاء القلوب أعظم من غذاء البطون، وإذا صدق الإنسان في نيته فإن الله يثيبه على ذلك، ويكتب له الأجر كما لو فعل، وذلك أن النية الصادقة سبب في حصول الأجر وهي شرط لصحة الأعمال، يقول النبي - صلى الله عليه وسلم - : (إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امرئ ما نوى، فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو امرأة ينكحها، فهجرته إلى ما هاجر إليه) متفق عليه، وعن جابر بن عبد الله الأنصاري رضي الله عنهما قال: سمعت رسول اللهِ - صلى الله عليه وسلم - يقول في غزوة تبوك بعد أن رجعنا: (إن بالمدينة لأقواما ما سرتم مسيرا ولا هبطتم واديا إلا وهم معكم، حبسهم المرض) رواه الإمام أحمد، وكما أن النية تجعل المرء يحصل على أجر العمل إذا حيل بينه وبين العمل، فإنها أيضا تجعل العمل كبيرا وإن كان صغيرا، يقول عبد الله بن المبارك: "رُبّ عمل صغير تعظمه النية، ورب عمل كبير تصغره النية"، وقال سفيان الثوري: "كانوا يتعلمون النية للعمل، كما تتعلمون العمل".

■ Kedua : Orang berilmu yang fakir, Seorang hamba yang dikaruniai ilmu tapi  tidak dikaruniai harta, kemudian dengan niat yang tulus ia berkata: "Jika seandainya aku mempunyai harta, maka aku akan beramal seperti amalannya si-fulan ". Dengan niat seperti ini, maka keduanya mendapatkan pahala yang sama.

Dalam hadits ini digambarkan bahwa orang yang memiliki ilmu lebih bermanfaat daripada orang yang memiliki harta, karena ilmu merupakan santapan bagi hati dan arwah, sedangkan harta merupakan santapan badan dan kebutuhan ruh lebih utama daripada kebutuhan peru.

Dan jika seseorang jujur akan niatnya, maka niscaya Allah Ta'ala akan memberikan ganjaran atas niatnya, sebagaimana jika ia mengerjakan nya, dikarenakan niat yang jernih akan mendatangkan pahala, sebagaimana ini juga merupakan syarat sah diterima nya suatu amalan. 

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap manusia akan mendapat apa yang ia niatkan, maka barangsiapa yang pergi berhijrah dengan niat karena Allah Ta'ala dan Rasul-Nya, maka ia mendapatkan pahala hijrah kepada Allah Ta'ala dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrah karena untuk meraih dunia atau wanita yang ia nikahi, maka hijrah nya sesuai yang ia niatkan ". ( HR. Al-Bukhari dan Muslim ) 

Diriwayatkan oleh Sahabat Ja'bir bin Abdullah Al-Anshari radhiyallahu anhu, ia berkata, aku mendengar Rosulullah Sallallahu alaihi wa sallam bersabda tatkala usia dari perang Tabuk : " Sesungguhnya di kota Madinah terdapat orang-orang yang senantiasa bersama kalian walaupun kalian berjalan menempuh perjalanan atau menyeberangi lembah, hanya saja mereka sedang terkurung oleh sakit ". ( HR. Ahmad ) 

Sebagaimana pula niat mendatangkan pahala jika seseorang terhalang antara dirinya dan suatu hambatan, dan niat pula yang menjadikan suatu amalan kecil menjadi ber pahala besar.

Al-Imam Abdullah ibnu Muba'rok rahimahullah berkata : "  Bisa jadi suatu amalan yang kecil menjadi besar lantaran niat dan bisa jadi suatu amalan besar menjadi kecil dikarenakan niat ".

Al-Imam Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata : " Dahulu - para salaf - mereka belajar niat untuk beramal, sebagaimana kalian mempelajari suatu amalan ".

فهذا الرجل تمنى أن يكون له مال كمال الأول وعلم كعلمه, حتى يؤدي حق الله فيهما, ولذا أُجِرَ على هذه النية الصالحة, قال يحيى بن أبي كثير: "تعلموا النية، فإنها أبلغ من العمل".

Dalam hadits diatas, orang tersebut memiliki kehendak untuk memiliki banyak harta dan ilmu sebagaimana golongan yang pertama, hingga ia dapat menunaikan hak-hak Allah Ta'ala dalam harta dan ilmu nya, sehingga orang tersebut diberikan pahala atas niatnya yang baik.

Al-Imam  Yahya ibnu Abi Katsir rahimahullah berkata : " Pelajari lah niat, karena hal tersebut lebih dalam daripada amalan ".

الثالثة: غني جاهل (وعبد رزقه الله مالاً ولم يرزقه علمًا فهو يخبط في ماله بغير علم لا يتقي فيه ربه ولا يصل فيه رحمه ولا يعلم لله فيه حقا، فهذا بأخبث المنازل)، وقد جعله النبي - صلى الله عليه وسلم - من أشر الناس لأنه سفيه لا يحسن التصرف في المال فيبدده ويضيعه, وقد نهى الإسلام عن إعطاء السفهاء الأموال, وأجاز الحجر على مال السفيه، قال تعالى: {ولا تؤتوا السفهاء أموالكم التي جعل الله لكم قياما وارزقوهم فيها واكسوهم وقولوا لهم قولا معروفا} (النساء: 5)، وكذا حرم الإسلام تبذير المال وإضاعته, قال تعالى: {وءات ذا القربى حقه والمسكين وابن السبيل ولا تبذر تبذيرا * إن المبذرين كانوا إخوان الشياطين وكان الشيطان لربه كفورا} (الإسراء: 26-27)، 

■ Ketiga : Orang kaya tapi bodoh, yaitu seorang hamba yang dikaruniai harta namun tidak diberi ilmu, lalu ia membelanjakan hartanya secara serampangan tanpa bersandarkan dengan ilmu, dan ia tidak
bertakwa kepada Rabbnya, serta tidak menyambung silaturrahim, dan tidak
mengetahui hak-hak Allah Ta'ala, maka ia berada pada kedudukan paling buruk. 

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam menggolongkan orang-orang ini sebagai golongan yang terburuk, karena ia seorang yang pandir yang tidak dapat mengelola keuangan sehingga menyia-nyiakan dan menghamburkan nya, sehingga agama islam melarang untuk memberikan harta kepada orang-orang yang belum mampu dan boleh untuk menyimpan nya. 

Allah Ta'ala berfirman : 

وَلَا تُؤْتُوا۟ ٱلسُّفَهَآءَ أَمْوَٰلَكُمُ ٱلَّتِى جَعَلَ ٱللَّهُ لَكُمْ قِيَٰمًا وَٱرْزُقُوهُمْ فِيهَا وَٱكْسُوهُمْ وَقُولُوا۟ لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوفًا ﴿٥﴾

"Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik." (Q.S. An-Nisaa :5)

Dan dalam islam, dilarang memubadzirkan harta, sebagaimana firman Allah Ta'ala : 

وَءَاتِ ذَا ٱلْقُرْبَىٰ حَقَّهُۥ وَٱلْمِسْكِينَ وَٱبْنَ ٱلسَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا ﴿٢٦﴾  إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِ ۖ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًا ﴿٢٧﴾

"Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros."
"Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya." (Q.S. Al - Isra ' : 26-27)

وأوجه كثرة الإنفاق ثلاثة:

أولها: إنفاقه في الوجوه المذمومة شرعاً، فلا شك في منعه، وهو المقصود معنا في هذا النوع (لا يتقي فيه ربه ولا يصل فيه رحمه ولا يعلم لله حقا).

وثانيها: إنفاقه في الوجوه المحمودة شرعاً، فلا شك في كونه مطلوباً بالشرط المذكور في الحديث (يتقي فيه ربه ويصل فيه رحمه ويعلم لله فيه حقا).

وثالثها: إنفاقه في المباحات بالأصالة، كملاذّ النفس فهذا ينقسم إلى قسمين: أحدهما: أن يكون على وجه يليق بحال المنفق وبقدر ماله، فهذا ليس بإسراف، والثاني: ما لا يليق به عرفاً، وهو ينقسم إلى قسمين: أحدهما ما يكون لدفع مفسدة ناجزة أو متوقعة فهذا ليس بإسراف، والثاني ما لا يكون في شيء من ذلك، فالراجح أنه إسراف.

Disana terdapat tiga golongan dalam membelanjakan harta yaitu : 

Pertama : Membelanjakan harta dalam urusan yang tercela dalam syariat, maka tidak diragukan lagi bahwa hal ini terlarang, dan ini masuk dalam sabda Nabi Sallallahu alaihi wa sallam : " dan ia tidak bertakwa kepada Rabbnya, serta tidak menyambung silaturrahim, dan tidak mengetahui hak-hak Allah Ta'ala ".

Kedua : " Membelanjakan harta dalam urusan yang terpuji dalam syariat, sehingga hal ini terpuji, jika terpenuhi syarat yang tercantum dalam hadist : " 
ia bertakwa kepada Rabb-nya, menyambung silaturrahmi dan mengetahui hak-hak Allah Ta'ala ".

Ketiga : Membelanjakan harta dalam urusan yang mubah secara asal nya, seperti sesuatu yang menyenangkan, dan bagian ini terbagi menjadi dua keadaan, yang pertama, sesuai dengan keadaan  harta dan pemilik nya, maka ini tidak termasuk perbuatan isyrof atau mubazir.  Dan yang kedua tidak sesuai secara urf atau adat setempat. Dan hal ini terdapat dua keadaan : pertama, jika dilakukan dalam rangka menghindari mafsadat atau keburukan yang sedang terjadi atau akan terjadi, maka ini bukan termasuk perbuatan isyrof atau pemborosan. Yang kedua tidak dalam rangka menghindari keburukan, maka ini tergolong dalam pemborosan. 

وزعيم هذه الطائفة المذمومة من الناس (قارون)، فقد آتاه الله مالاً ولم يؤته علما، قال الله عنه: {إذ قال له قومه لا تفرح إن الله لا يحب الفرحين * وابتغ فيما آتاك الله الدار الآخرة ولا تنس نصيبك من الدنيا وأحسن كما أحسن الله إليك ولا تبغ الفساد في الأرض إن الله لا يحب المفسدين} (القصص:  6-77).

Dan pemuka dalam kelompok terburuk ini adalah Qorun, dan Allah Ta'ala telah memberikan harta yang melimpah namun tidak diberikan ilmu. 

Allah Ta'ala berfirman : 

 ۞ إِنَّ قَٰرُونَ كَانَ مِن قَوْمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيْهِمْ ۖ وَءَاتَيْنَٰهُ مِنَ ٱلْكُنُوزِ مَآ إِنَّ مَفَاتِحَهُۥ لَتَنُوٓأُ بِٱلْعُصْبَةِ أُو۟لِى ٱلْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُۥ قَوْمُهُۥ لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْفَرِحِينَ ﴿٧٦﴾
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ ﴿٧٧﴾

"Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri ".
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (Q.S. Al - Isra ' :76-77)
 

الرابعة: فقير جاهل (وعبد لم يرزقه الله مالاً ولا علمًا فهو يقول لو أن لي مالاً لعملت فيه بعمل فلان، فهو بنيته، فوزرهما سواء) دائما ما تكون سوء النية سبباً في حصول الوزر، فهذا الرجل وقع بجهله في سوء النية، فتمنى أن يكون له مالٌ مثل مال هذا الرجل الذي يخبط في ماله بغير علم, فلا يؤدي حق الله تعالى فيه؛ ولذا تحمَّل وزرًا على هذه النية السيئة، وليس هذا بظلم له، لأن الله تعالى علم من نيته أنه لو أُعطِي مثل صاحبه لأفسد وفسق، وأيضا لكونه لم يأخذ بالأسباب الموصلة للعلم ورفع الجهالة عن نفسه، نسأل الله أن يعافينا من ذلك، وأن يرزقنا النية الصالحة والعلم النافع والعمل الصالح.

■  Keempat : Orang fakir lagi jahil atau bodoh. Sebagaimana sabda Nabi Sallallahu alaihi wa sallam :" Dan seorang hamba yang tidak dikaruniai harta dan juga tidak diberikan ilmu oleh
Allah Ta’ala, lantas ia berkata : "Kalau seandainya aku memiliki harta, niscaya aku akan berbuat seperti yang dilakukan si-Fulan". Maka dengan niat tersebut, keduanya memiliki dosa yang sama ". 

Dan niat buruk senantiasa membawa kepada dosa, orang yang berniat buruk ini lantaran ia bodoh, ia berkeinginan memiliki banyak harta dan membelanjakan meniru seperti rekan nya yang membelanjakan secara serampangan tanpa ilmu, tidak menunaikan hak Allah Ta'ala, sehingga ia mendapatkan dosa lantaran keinginan yang buruk tersebut. 

Dan hal ini bukanlah kezaliman, karena Allah Ta'ala mengetahui, jika orang tersebut diberikan harta, ia akan berbuat kerusakan dan kefasikan. 

Dan ia tidak berusaha untuk mendapatkan ilmu dan melepaskan kebodohan yang melekat pada diri nya.

Semoga kita semua senantiasa dibebaskan dari keadaan yang seperti ini, dan kita diberikan ilmu yang bermanfaat serta amalan yang sholih.