MANHAJ AS -SALAF FI TA’AMUL MA’A FITAN
/
METODOLOGI SALAF DALAM MENYIKAPI FITNAH
Oleh Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman hafizhahullah
Bagian 01
إِنَّ الحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ، وَنَسْتَعِينُهُ، وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا، وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ.
Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya, memohon ampunan-Nya, dan berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami serta keburukan amal perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada Rabb yang berhak disembah dengan benar selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad ﷺ adalah hamba dan utusan-Nya.
أَمَّا بَعْدُ، أَلْتَقِي بِكُمْ فِي مَعْهَدِ ابن حجر، وَأَدْعُو ٱللَّهَ أَنْ يَجْعَلَ لِقَاءَنَا هَٰذَا سَبَبَ ٱلنَّجَاةِ وَفَوَاصلِ ٱلْحَقِّ.
Amma ba’du, saya bertemu dengan anda sekalian di Ma'had Ibnu Hajar, dan saya memohon kepada Allah agar pertemuan kita ini menjadi sebab keselamatan dan penegakan kebenaran.
وَٱلشُّكْرُ مَوْصُولٌ فِي طَبِيعَةِ ٱلْفَاضِلِ ٱلدُّكْتُورِ زين العابدين، وَكَذَٰلِكَ عَلَىٰ طَلَبِ ٱلْعِلْمِ أَنْ يَجْمَعَنَا هَٰذَا ٱلْمَعْهَدُ.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr. Zainal Abidin (hafizhahullah) yang telah memberikan kontribusinya, dan kepada para penuntut ilmu yang hadir. Semoga Ma'had ini dapat menyatukan kita dalam semangat mencari ilmu.
ٱلْحَافِظُ حُبُّهُ ٱلشَّدِيدُ، وَكَانَ مُوجَزًا، وَكُتِبَ عَنْهُ رَسَائِلُ كَثِيرَةٌ، وَأَظُنُّ فِي مَكْتَبَةِ ٱلْحَجَرِ، وَهُوَ يُنَاقِشُ كُلَّ ٱلْعُلُومِ.
Al-Hafizh rahimahullah (wafat 852 H) dikenal dengan kecintaannya yang mendalam terhadap ilmu syar’i, dan ia selalu menyampaikan secara ringkas. Banyak risalah yang ditulis tentangnya, dan saya kira tersedia di Maktabah Al-Hajar. Ia dikenal membahas berbagai cabang ilmu.
أَحْمَدُ ٱبْنُ عَمِّ ٱبْنِ حَجَرٍ، ٱلشَّافِعِيُّ، ٱلْمُرَخَّصُ بِشَافِي، ٱلْمَعْرُوفُ لِأَنَّهُ خَاتِمَةُ أَمْرِ ٱلْحَدِيثِ.
Ahmad bin 'Am Ibnu Hajar, seorang ulama bermadzhab Syafi'i, dikenal sebagai "Syafi" karena dianggap sebagai penutup dalam bidang ilmu hadits.
فَلَا يُوجَدُ بَعْدَهُ مَنْ نَقَلَ جَامِعًا كَبِيرًا فِي ٱلْحَدِيثِ إِلَّا هُوَ، وَعُلَمَاءُ ٱلنَّصَارَىٰ وَجَدُوا فِيهِ ٱلصَّلَاةَ.
Setelahnya, tidak ada ulama yang mampu menyusun kompilasi besar dalam ilmu hadits seperti dirinya. Bahkan para cendekiawan Nasrani menemukan nilai spiritual dalam karyanya.
وَهُوَ أَرْبَعَةٌ فِي طُرُقِ حَدِيثٍ، إِلَّا مَرَضَهَا بِمَقْطُوعَةٍ، وَكُتُبٌ كَثِيرَةٌ.
Ia membahas empat metode dalam periwayatan hadits, meskipun beberapa di antaranya terputus sanadnya. Banyak kitab lain yang juga mendukung pembahasannya.
هَٰذَا ٱلْكِتَابُ يَقُولُ عَنْهُ شَيْءٌ، هَٰذَا ٱلْبَاغِي.
Kitab ini, sebagaimana disebutkan, mengandung pembahasan yang mendalam dan berharga.
شَخْصٌ صَحِيحُ ٱلْبُخَارِيِّ، أَنْتَ خَاصًا فِي فُرُوقِ تَطْبِيقَاتٍ.
Seseorang yang memahami Shahih Bukhari khususnya dalam perbedaan aplikasi, dapat menemukan manfaat besar darinya.
وَلَمْ يَقْرَءُوا فَتْحَ ٱلْبَابِ، وَٱلْآنَ مُؤَقَّتٌ.
Namun mereka belum membaca kitab Fathul Bary, dan sekarang waktunya terbatas.
وَكَانَ لِلْعُلَمَاءِ مِنَ ٱلْعُلَمَاءِ ٱلْمَعْرُوفِينَ إِلَّا وَقَرَأَ كِتَابَ ٱلصِّفَةِ.
Para ulama terkenal di zamannya selalu membaca kitab Ash-Shifah.
وَبَعْضُهُمْ أَرَادَ وَكَذَا قَبْلَ ٱللُّغَةِ، وَحَرَكَةٌ تَدُلُّ عَلَىٰ "أُوكِي" ٱلْوُضُوءِ أَحَادِيثَ أَوْ آثَارًا، وَعَلَّقَهَا إِلَيْهَا.
عَلَّقَهَا، عَلَّقَهَا. قَالَتْ، قَالَ، قَالَ: هُنَا فِيهِ مِشْ، مِشْ إِلَىٰ ٱلْأَثَرِ ٱلْمُعَلَّقِ بِٱلدُّعَاءِ.
Sebagian dari mereka menginginkan, dan hal tersebut muncul sebelum pembahasan bahasa. Ada gerakan yang menunjukkan "oke" dalam wudhu, baik melalui hadits maupun atsar, dan ia mengaitkannya padanya.
Ia mengaitkannya, mengaitkannya. Dikatakan, ia berkata, ia mengatakan: “Di sini terdapat sesuatu yang tidak langsung berkaitan dengan atsar yang disandarkan pada doa.”
سَنَجْعَلُ عَمَلًا عَظِيمًا لَا يُقْدَرُ عَلَيْهِ إِلَّا هَٰذَا ٱلْخَرُوفُ. فِي تَمْهِيدِ ٱلصَّحَابَةِ، وَهَٰذَا وَلَدُ ٱلْخِدْمَةِ.
Kita akan menjadikan sebuah karya besar yang hanya dapat dicapai oleh “domba ini” (kiasan). Dalam pengantar mengenai para sahabat, ini adalah bentuk dari pelayanan.
فَحَاوَلَ أَنْ تَلَامِيذَهُ بِهِ ٱلْحَقُّ، ٱلسَّخَاءُ، حَمَاسُ ٱبْنُ عَبْدِ ٱلرَّحْمَنِ ٱلسّخَاوِيُّ، ٱلْمُتَوَسِّطُ سِتِّمَائَةِ إِقَامَةٍ، عَاطِفَةٌ، وَلَا يُوجَدُ فِيهِ ٱلْقِسْمُ.
Ia mencoba menjadikan murid-muridnya berpihak kepada kebenaran, kemurahan hati, semangat seperti yang dimiliki oleh Hammas bin Abdurrahman At-Takhawi, yang memiliki kemampuan menengah, dengan 600 kali pengajaran yang penuh semangat, meskipun tidak ada pembagian formal di dalamnya.
وَتَعَلُّمَاتُ فُلَانٍ، رَفِيقٌ، تَعْلِيقُ "لِسَانِ ٱلْمِيزَانِ" وَضَعَهُ لَيْلًا عَلَىٰ كِتَابِ ٱلْإِمَامِ ٱلدَّاعِي.
Ada pelajaran-pelajaran dari seseorang, seorang sahabat, yang menulis komentar pada kitab Lisan Al-Mizan dan meletakkannya pada malam hari untuk kitab Imam Ad-Da’i.
فِي بَابِ ٱلْجِدَالِ فِي مُخَدَّرِ ٱلرِّجَالِ، أَهْ، وَزَادَ عَلَيْهِ وَٱلزِّيَادَاتِ تَرَاجِمُ مُفْرَدٌ لَا يَتَعَارَضُ أَمَامَهَا.
Dalam bab Al-Jidal pada Mukhadir Ar-Rijal, ia menambahkan padanya beberapa tambahan biografi yang berdiri sendiri dan tidak bertentangan satu sama lain.
هَٰذَا حَقٌّ فِيهِ، إِنَّهُ لَا تَبَعَ مَا ذَكَرَهَا لِمَنْ كَتَبَ كَثِيرَةً، وَهُوَ شَافِعِيُّ ٱلْمَذْهَبِ، لَهُ ٱفْتِرَاءٌ عَلَىٰ ٱلْوَقْتِ ٱلْجَدِيدِ.
Ini adalah sesuatu yang benar di dalamnya, bahwa ia tidak mengikuti apa yang disebutkan oleh mereka yang menulis banyak hal, dan ia adalah seorang bbermazhab Syafi'i dalam pandangan fikih. Memiliki pandangan yang berbeda atau mungkin kontroversial tentang kondisi atau perkembangan zaman baru (pada masanya) (artinya beliau tidak selalu mengikuti apa yang dikemukakan oleh para penulis atau ulama lain yang memiliki banyak karya.)
وَإِنْ صَحَّ عَنْ نَبِيِّهِ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، لَا حَيْضًا.
Jika memang benar disandarkan kepada Nabi ﷺ, maka itu bukanlah sesuatu yang berkaitan dengan haid.
قَالَ ٱلنَّبِيُّ، وَلِسَانُ حَالِي يَقُولُ: أَخُوهُمْ بِشَرْحِ قَوْمٍ، ٱثْنَانِ، وَأَمَامِي مَحْفُوظًا بِتَرْكِهِ بِهَٰذَا ٱلْحَدِيثِ، وَلَا يُقَدِّمُ قَبْلَ أَحَدٍ عَلَىٰ قَوْلِ رَسُولِ ٱللَّهِ.
Nabi ﷺ bersabda, dan lisanku seakan berkata: "Saudara mereka menjelaskan kepada suatu kaum, ada dua pihak, dan aku di hadapanku dijaga untuk meninggalkan hal yang tidak sesuai dengan hadits ini, dan tidak mendahulukan pendapat siapa pun di atas perkataan Rasulullah ﷺ."
فَأَشْرَعَ بَيْنَ يَدَيْهِ عَدَدًا كَبِيرًا.
Kemudian ia memulai di hadapannya dengan sejumlah besar pelajaran.
أَمَّا ٱلْفِتَنُ فَمَا يَخُصُّ سُنَّةَ ٱللَّهِ فِي كَوْنِهِ وَشَرَفِهِ، وَهِيَ سُنَّةٌ ثَابِتَةٌ دَائِمَةٌ دَالٌّ أَسْمَىٰ.
Adapun terjadinya berbagai fitnah adalah bagian dari sunatullah (hukum Allah) dalam penciptaan-Nya dan kemuliaan-Nya. Itu adalah sunnah yang tetap dan abadi, yang menjadi petunjuk tertinggi.
فِي ذَاتِ مَسَاءٍ، ٱلْفِتَنُ مَحَطُّ ٱلْفُقَهَاءِ، سُنَّةُ ٱللَّهِ.
Pada suatu sore, fitnah menjadi perhatian para fuqaha (ahli fikih), sebagai bagian dari sunatullah.
أَخْبَرَهَا، وَمَنْ سَلَكَ، وَمَنْ تَجَمَّلَ فِي ٱلْبِدَايَاتِ، أَسْبَابُ ٱلْوُصُولِ مَحْكُومَةٌ بِٱلْفِتَنِ مَحْكُومَةٌ بِٱلسُّنَنِ.
Barang siapa yang mengetahui, menempuh jalan, dan menghiasi dirinya di awal perjalanan, maka sebab-sebab untuk mencapai keberhasilan itu diatur oleh berbagai fitnah yang berada di bawah naungan sunatullah.
أَهْ، مَا أَحَدٌ خَاصٌّ فِي ٱلْفِتْنَةِ، مِنْ خِلَالِ ٱلْأَحَادِيثِ ٱلنَّبَوِيَّةِ ٱلصَّحِيحَةِ، وَمِنْ خِلَالِ أَقْوَالِ ٱلصَّحَابَةِ رَضِيَ ٱللَّهُ تَعَالَىٰ.
Tidak ada yang bebas dari fitnah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits Nabi ﷺ yang shahih dan perkataan para sahabat radhiyallahu 'anhum.
قَبْلَ أَنْ نَبْدَأَ، ٱلذِّكْرُ بَعْضَ ٱلْمُقَدِّمَاتِ: وَٱللَّهِ، ٱلْفِتَنُ مَقْرُونَةٌ بِٱحْرَاقِ ٱلسَّاعَةِ، أَوِ ٱلَّتِي تَكُونُ بَيْنَ أَخْطَاءِ ٱلسَّاعَةِ.
Sebelum kita memulai, beberapa pendahuluan harus disampaikan: Demi Allah, fitnah selalu terkait dengan tanda-tanda kiamat atau kesalahan-kesalahan yang muncul menjelang kiamat.
وَٱلْفِتَنُ مَا عَرَفَهَا ٱلْحِقَابَةُ، وَأَخْبَرَ عَنْهَا رَسُولُ ٱللَّهِ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Fitnah-fitnah itu telah diketahui oleh generasi sebelumnya, dan Rasulullah ﷺ telah mengabarkannya.
فَهُوَ ٱلْمَخْلُوقُ، فَكُلُّ مَا هُوَ تَبْدَأُ. فَلَمْ يُجْمِعْ أَزْعَلَ، إِذَا ٱلصَّحَابَةُ أَدْرَكُوا فِي مُقَدِّمَاتِ ٱلْكِتَابِ.
Manusia adalah makhluk yang selalu memulai sesuatu. Tidak ada kesepakatan yang mutlak, namun para sahabat telah memahami ini dalam pendahuluan kitab-kitab mereka.
تَعَالَ ٱلْفِتَنُ مِنْ عِلْمِ ٱلْغَدِ، نَبِيُّنَا صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، مِنْ أَحَادِيثِ ٱلْفِتَنِ.
Fitnah-fitnah ini berasal dari pengetahuan tentang masa depan. Nabi kita ﷺ telah mengabarkan tentangnya melalui hadits-hadits fitnah.
هُوَ فِي ٱلنَّارِ، صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. هَٰذَا، ٱلْوُضُوءُ عَلَىٰ غَيْرِهِ أَحَدًا.
Barang siapa yang mengikuti fitnah, ia berada di neraka, sebagaimana sabda Nabi ﷺ. Perumpamaannya seperti wudhu yang dilakukan dengan cara yang tidak benar.
هَٰذَا لَا يُنْجِزُ أَحَدٌ فِي ٱلدُّنْيَا. فِيهَا قَالَ ٱللَّهُ تَعَالَىٰ: "فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنتَ مُذَكِّرٌ."
Ini tidak akan membawa seseorang pada keberhasilan di dunia. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: “Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah pemberi peringatan.”
فَذَكَرَ ٱللَّهُ أَسْمَاءَهُ، قَوْلُهُ: إِلَّا مِنَ ٱلصَّلَاةِ.
Maka sebutlah nama-nama Allah dan firman-Nya: “Kecuali bagi orang-orang yang shalat.”
كَيْفَ تُرَبِّي؟ وَرَسُولُهُ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Bagaimana kita mendidik? Dengan mengikuti Rasulullah ﷺ.
فَقَوْلُ ٱلنَّاسِ فِي ٱلْمَسَاجِدِ ٱلْيَوْمِيَّةِ وَٱلْبُيُوتِ، عِنْدَمَا يَسْأَلُونَ أَسْئِلَةً، فَيَقُولُونَ: مُجْرِمُونَ.
Ketika orang-orang berbicara di masjid atau di rumah sehari-hari, mereka terkadang mengajukan pertanyaan dan menyebut orang lain sebagai pelaku kejahatan.
أَقُولُ: هَٰذَا ٱلْكَلَامُ مِنْهُمْ فِي هَٰذَا يُخَالِفُ ٱلْأَصْلَ، أَنَّ رَسُولَ ٱللَّهِ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَجُوزُ.
saya katakan bahwa perkataan ini dari mereka bertentangan dengan prinsip bahwa Rasulullah ﷺ tidak boleh dilanggar.
لَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ ٱلْغَيْبَ، أَسْتَغْفِرُ ٱللَّهَ ٱلْعَظِيمَ.
ٱللَّهُ أَمَرَ أَنْبِيَاءَهُ وَرُسُلَهُ عَلَيْهِمُ ٱلسَّلَامُ.
قَالَ: تَخَاصَمْتُ بِنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَٰذَا ٱلْعِلْمِ.
“Seandainya aku mengetahui hal yang ghaib, aku akan memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung.”
Allah memerintahkan para nabi dan rasul-Nya, semoga mereka mendapatkan keselamatan.
Beliau bersabda: “Aku telah berselisih dengan Nabi kita Muhammad ﷺ dalam ilmu ini.”
وَإِذَا قَامَ ٱلنَّبِيُّ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَتْ فِي ٱلصَّحِيحِ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا وَأَنْتَ ٱللَّهُ ٱلْفِعْلُ.
Ketika Nabi ﷺ berdiri, apa yang beliau lakukan adalah sesuatu yang benar dari Nabi yang bersumber dari Allah.
ٱلدَّجَّالُ حِكْمَةٌ، وَهَٰذِهِ ٱلْفِتْنَةُ حَذَّرَ مِنْهَا كُلُّ أَجَلٍ.
Dajjal adalah ujian besar, dan fitnah ini telah diperingatkan pada setiap masa.
هُنَاكَ خَاصَّةٌ بِٱلنَّبِيِّ مُحَمَّدٍ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَشْيَاءُ فِيمَا بَعْدُ، أَدِلَّةُ ٱلصَّحَابَةِ فَهِمُوا ٱلْفِتَنَ مِنْ بَابِ تَحْذِيرِ ٱلنَّبِيِّ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَهَا، وَفَهِمُوهَا بِٱلطَّبِيعَةِ.
Ada hal-hal khusus yang diberikan kepada Nabi Muhammad ﷺ, dan setelahnya para sahabat memahami fitnah dari peringatan Nabi ﷺ, dan mereka memahaminya secara alami.
وَيَبْنِي وَلَا يَجُوزُ لَنَا أَنْ نَكُونَ قَدَرًا لِلدِّينِ، وَأَنْ نُرَدِّدَ مَعَ ٱلطُّلَّابِ ٱلْقُدَمَاءِ أَنَّ هَٰذَا أَمْرُ ٱللَّهِ لَا بُدَّ أَنْ يَقَعَ، وَٱلْوَاجِبُ عَلَيْنَا أَنْ نَجِدَ كِتَابَهَا وَأَنْ تُوجِدَهَا عَمَّا بِكُلِّ سَبِيلٍ.
Dan kita tidak diperbolehkan untuk menyerahkan segala sesuatu hanya pada takdir agama tanpa berusaha, serta terus mengulang bersama para penuntut ilmu senior bahwa ini adalah ketetapan Allah yang pasti terjadi. Kewajiban kita adalah mencari kitabnya dan menegakkan kebenaran di segala jalan.
لَا أَسْتَطِيعُ أَنْ تُرَجِّعَ ٱلْكِتَابَ جَمِيعَهَا، وَقَدْ كُتِبَتِ ٱلْفِتَنُ عَدَدًا كَبِيرًا مِنْ أَهْلِ ٱلْعِلْمِ.
Aku tidak mampu mengembalikan seluruh kitab tersebut, namun banyak ulama yang telah menulis tentang fitnah dalam jumlah yang sangat besar.
قَالَ: وَمِمَّا ٱلْبِدَايَةِ وَٱلنِّهَايَةِ، بِدُونِ آدَمَ ثَمَانٍ، نِهَايَةُ ٱلْبِدَايَةِ وَنِهَايَةُ ٱلدِّينِ.
Ia berkata: “Di antara yang membahas ini adalah kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah, tanpa membahas Adam secara rinci, namun membahas akhir permulaan dan akhir dari agama.”
وَهُوَ ٱلتَّخَصُّصُ، فَلَا بُدَّ أَنْ نَقْرَأَ ٱلْكِتَابَ عَلَى ٱلْأَقَلِّ، أَنْ يَقْرَأَ كِتَابًا مِنْ صَحِيحِ ٱلْإِمَامِ ٱلْبُخَارِيِّ.
Ini adalah spesialisasi, maka setidaknya kita harus membaca kitab, terutama membaca kitab dari Shahih Imam Al-Bukhari.
هَلْ هَٰذَا إِنْ أَرَادَ ٱلِٱسْتِفَادَةَ فِيهِ مَعْرِفَةُ أَحَادِيثِ ٱلْفِتَنِ بِٱلْعَمَلِ؟
Apakah ini sesuatu yang diperlukan jika seseorang ingin memahami hadits-hadits fitnah dengan praktiknya?
بِخَاصَّةٍ إِلَى ٱلَّتِي أَخْبَرَ عَنْهَا ٱلنَّبِيُّ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
Terutama hadits-hadits yang telah disampaikan oleh Nabi ﷺ.
وَلَعَلَّ ٱللَّهَ أَنْ يُبَارِكَ فِي فَرْضِ هَٰذِهِ ٱللَّيْلَةِ.
Semoga Allah memberikan keberkahan pada kewajiban yang kita jalankan di malam ini.
نَصِلُ إِلَيْهِ أَنَّ ٱلْفِتَنَ عِنْدَ عُثْمَانَ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنْهُ، ٱسْمٌ لَا تَكْ، وَهَٰذَا يُشْغِلُ ٱلْمَاءَ، وَٱلْآنَ إِجْرَاءٌ، وَهُنَالِكَ مِنَ ٱلْآخَرِ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى ٱلشَّبَابِ، ٱلْمَالِ وَٱلْبُدَانِ.
Kita sampai pada kesimpulan bahwa fitnah itu dipahami oleh Utsman radhiyallahu 'anhu. Nama yang besar ini memiliki peran besar dalam mengelola fitnah, dengan analogi seperti air yang sedang mengalir. Saat ini, ada tindakan yang diambil, termasuk melibatkan pemuda, harta, dan tubuh mereka.
وَيَجِبُ عَلَيْنَا أَنْ نَأْخُذَ أَنْفُسَنَا، أَوْ نُحَافِظَ عَلَىٰ ٱلْبَقَرِ، حَافِظُوا عَلَىٰ خُرُوجِهِمْ.
Kita harus menjaga diri kita sendiri atau melindungi sesuatu yang penting, seperti sapi yang perlu dijaga agar tidak keluar.
وَمَنْ رَكَعَ إِلَىٰ هَٰذَا، نَوْعٌ مِنَ ٱلْفِتْنَةِ، لَيْسَ هُوَ حَدِيثَنَا، مَنْهَجٌ. وَقَالَ: ٱلثَّانِي فِي ٱلْفِتَنِ ٱلَّتِي تَمُدُّ فِي أَكْثَرِ ٱلصَّحَابَةِ، وَٱلضُّحَىٰ عَلَيْهِمْ.
Siapa yang tunduk kepada fitnah ini, itu adalah jenis fitnah yang tidak termasuk dalam pembahasan kita saat ini, melainkan sebuah metodologi (bahwa pembahasan utama dalam teks ini bukanlah fitnah itu sendiri, tetapi bagaimana memahami atau menyikapi fitnah tersebut sebagai bagian dari metodologi atau jalan hidup). Disebutkan bahwa fitnah kedua adalah yang menyebar di kalangan sebagian besar sahabat dan mempengaruhi mereka di waktu duha (menyiratkan bagaimana sahabat berada dalam situasi terang benderang (kebenaran), meskipun di tengah-tengah fitnah.
-----
Bagian 02
وَإِنَّمَا حَدِيثُنَا مَنْهَجُ ٱلصَّحَابَةِ وَٱلتَّابِعِينَ رِضْوَانُ ٱللَّهِ تَعَالَىٰ عَلَيْهِمْ فِي ٱلْفِتَنِ ٱلَّتِي تَمُوجُ مَوْجَ ٱلْبَحْرِ
Pembahasan kita kali ini adalah tentang metodologi para sahabat dan tabiin رضي الله عنهم dalam menghadapi fitnah yang melanda seperti ombak di lautan.
مِنْ أَكْثَرِ ٱلصَّحَابَةِ رِضْوَانُ ٱللَّهِ تَعَالَىٰ عَلَيْهِمُ ٱلْمُخْتَصِّينَ فِي ٱلْفِتَنِ، فَٱلصَّحَابَةُ مُخْتَصُّونَ فِي ٱلْعُلُومِ، وَهَذَا يُخْدِمُ مَبْحَثًا مُهِمًّا فِي عِلْمِ ٱلْأُصُولِ، وَهُوَ مَبْحَثُ تَجَزُّؤِ ٱلِاجْتِهَادِ.
Banyak di antara para sahabat رضي الله عنهم yang memiliki keahlian dalam menghadapi fitnah. Para sahabat ini memiliki spesialisasi dalam berbagai bidang ilmu, dan hal ini mendukung pembahasan penting dalam ilmu ushul, yaitu tentang pembagian ijtihad.
وَٱلرَّاجِحُ عِنْدَ ٱلْعُلَمَاءِ أَنَّ ٱلِاجْتِهَادَ يَتَجَزَّأُ. فَمُعَاذٌ فَقِيهٌ، وَأَبُو عُبَيْدَةَ أَمِينٌ، وَأَبُو بَكْرٍ رَحِيمٌ، وَعُمَرُ شَدِيدٌ، وَمِنْ أَفْرَضِ ٱلصَّحَابَةِ زَيْدُ بْنُ حَارِثَةَ، وَمِنْ أَقْرَإِ ٱلصَّحَابَةِ أُبَيٌّ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ جَمِيعًا.
Pendapat yang kuat di kalangan ulama adalah bahwa ijtihad dapat dibagi. Misalnya, Muadz ahli fiqh, Abu Ubaidah adalah orang yang paling amanah, Abu Bakar penuh kasih, Umar tegas, Zaid bin Haritsah ahli dalam faraidh (waris), dan Ubay adalah yang paling fasih membaca Al-Qur'an رضي الله عنهم جميعًا.
وَمِنْ فُقَهَاءِ ٱلصَّحَابَةِ فِي ٱلْفِتَنِ حُذَيْفَةُ، وَحُذَيْفَةُ هُوَ فَقِيهُ ٱلصَّحَابَةِ فِي ٱلْفِتَنِ.
Di antara sahabat yang paling ahli dalam menghadapi fitnah adalah Hudzaifah. Beliau adalah faqih (ahli ilmu) di kalangan sahabat dalam urusan fitnah.
وَكَانَ ٱلْكِبَارُ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ ٱللَّهِ ﷺ فِي مَوْضُوعِ ٱلْفِتَنِ يَسْأَلُونَ.
Para sahabat senior Rasulullah ﷺ sering bertanya kepada beliau tentang fitnah.
وَلِذَا سَنَتَرِمُ بَعْضَ ٱلْأَخْبَارِ ٱلَّتِي صَحَّتْ وَثَبَتَتْ عَنْ حُذَيْفَةَ بِٱلْإِسْنَادِ.
Oleh karena itu, kita akan mengulas beberapa riwayat yang shahih dan terbukti dari Hudzaifah dengan sanad yang terpercaya.
فَهُوَ مِنَ ٱلْأَسْبَابِ ٱلْمُعِينَةِ بَعْدَ تَوْفِيقِ ٱللَّهِ لِمَعْرِفَةِ مَنْهَجِ ٱلصَّحَابَةِ فِي ٱلْفِتَنِ.
Riwayat-riwayat ini menjadi salah satu cara, dengan izin Allah, untuk memahami metodologi para sahabat dalam menghadapi fitnah.
فَكَانَ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: "كَانَ ٱلنَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ ٱللَّهِ ﷺ عَنِ ٱلْخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ ٱلشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ أَقَعَ فِيهِ."
Hudzaifah رضي الله عنه berkata: "Orang-orang bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang kebaikan, tetapi aku bertanya kepada beliau tentang keburukan, karena aku khawatir akan terjerumus ke dalamnya."
وَهَٰذَا عَلَىٰ حَدِّ قَوْلِ ٱلشَّاعِرِ: "عَرَفْتُ ٱلشَّرَّ لَا لِلشَّرِّ وَلَكِنْ لِتَوَقِّيهِ، وَمَنْ لَا يَعْرِفُ ٱلشَّرَّ مِنَ ٱلْخَيْرِ يَقَعُ فِيهِ."
Ini seperti ungkapan seorang penyair: "Aku mengenal keburukan bukan untuk melakukannya, tetapi untuk menghindarinya. Siapa yang tidak dapat membedakan keburukan dari kebaikan, akan jatuh ke dalamnya."
فَكَانَ يَسْأَلُ رَسُولَ ٱللَّهِ ﷺ عَنِ ٱلْفِتَنِ حَتَّىٰ يَتَجَنَّبَهَا.
Oleh karena itu, Hudzaifah sering bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang fitnah agar ia dapat menghindarinya.
هَٰذِهِ مُقَدِّمَاتٌ لَابُدَّ أَنْ نَعْرِفَهَا عَنِ ٱلْفِتَنِ.
Ini adalah pengantar yang harus kita pahami tentang fitnah.
لْكِتَابُ ٱلَّذِي بَيْنَ أَيْدِيكُمْ أُودُّ أَنْ تَقْرَءُوهُ وَتُدَقِّقُوا فِيهِ، وَسَأَعْرِضُ بَعْضَ مَا فِيهِ.
Buku yang ada di tangan kalian, saya harap kalian membacanya dengan cermat, dan saya akan memaparkan beberapa isinya.
فَالْوَقْتُ أَضْيَقُ مِنْ عَرْضِهِ بِتَفْصِيلٍ، وَسَأَتِي بِإِذْنِ اللَّهِ تَعَالَىٰ مِنْ خِلَالِ ٱلْمُنْتَقَى ٱلَّتِي سَأَخْتَارُ فِي إِلْقَاءِ هَٰذَا ٱلدَّرْسِ.
Waktu terlalu sempit untuk menjelaskan secara rinci. Oleh karena itu, dengan izin Allah, saya akan memilih poin-poin penting dalam menyampaikan pelajaran ini.
وَهَٰذِهِ ٱلْمُلْتَقَيَاتُ لَا تُغْنِي تَمَامَ ٱلْغِنَى، وَطَالِبُ ٱلْعِلْمِ يُحِبُّ ٱلْغِنَى، وَٱلْغِنَى غَيْرُ ٱلثَّرَى، يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ شَبْعَانَ رَيَّانَ مِنْ مَسَائِلِ ٱلْعِلْمِ.
Forum-forum ini tidak sepenuhnya mencukupi. Seorang penuntut ilmu selalu menginginkan kekayaan ilmu, bukan hanya sekadar banyak informasi. Mereka ingin kenyang dan puas dengan berbagai masalah ilmu.
ٱلنَّبِيُّ ﷺ كَانَ يُخَصِّصُ ٱلْفِتَنَ بِحَدِيثٍ طَوِيلٍ، وَثَبَتَ ذَلِكَ فِي أَحَادِيثَ كَثِيرَةٍ.
Nabi ﷺ sering memberikan penjelasan panjang tentang fitnah, dan hal ini terbukti dalam banyak hadits .
وَكَانَ ٱلنَّبِيُّ ﷺ يَتَكَلَّمُ لِأُمَّتِهِ عَنِ ٱلْفِتَنِ. كَانَ يَصْعَدُ ٱلْمِنْبَرَ وَيَتَكَلَّمُ عَنِ ٱلْفِتَنِ وَهُوَ عَلَىٰ ٱلْمِنْبَرِ.
Nabi ﷺ sering berbicara kepada umatnya tentang fitnah. Beliau naik mimbar dan memberikan peringatan tentang fitnah di atas mimbar.
وَلِذَا قَالَ أَهْلُ ٱلْعِلْمِ: "ٱلْمِنْبَرُ لَيْسَ خَاصًّا لِخُطْبَةِ ٱلْجُمُعَةِ."
Oleh karena itu, para ulama mengatakan: "Mimbar tidak hanya digunakan untuk khutbah Jumat."
فَٱلْمَسَائِلُ ٱلْجِسَامُ وَٱلْمَسَائِلُ ٱلْكَبِيرَةُ ٱلَّتِي كَانَ يُحِبُّ ٱلنَّبِيُّ ﷺ أَنْ تَرْسَخَ فِي قُلُوبِ أَصْحَابِهِ كَانَ يَصْعَدُ ٱلْمِنْبَرَ وَيُحَذِّرُ ٱلْأُمَّةَ عَلَىٰ ٱلْمِنْبَرِ.
Untuk masalah-masalah besar yang ingin Nabi ﷺ tanamkan dalam hati para sahabatnya, beliau naik ke mimbar untuk memberikan peringatan kepada umatnya.
وَكَانَ ٱلنَّبِيُّ ﷺ يُخَصِّصُ بَعْضَ ٱلْأَيَّامِ بِتَمَامِهَا وَكَمَالِهَا وَهُوَ يَتَحَدَّثُ عَنِ ٱلْفِتَنِ.
Nabi ﷺ bahkan mengkhususkan beberapa hari penuh untuk berbicara tentang fitnah.
وَثَبَتَ ذَلِكَ فِي حَدِيثِ أَبِي زَيْدٍ عَمْرِو بْنِ أَخْطَبٍ ٱلْأَنْصَارِيِّ رضي الله تعالى عنه.
Hal ini terbukti dalam hadits dari Abu Zaid Amr bin Akhtab Al-Anshari رضي الله عنه.
وَحَدِيثُهُ فِي صَحِيحِ ٱلْإِمَامِ مُسْلِمٍ. قَالَ: "صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ ذَاتَ يَوْمٍ ٱلْفَجْرَ، فَصَعِدَ ٱلْمِنْبَرَ، فَخَطَبَنَا حَتَّىٰ حَضَرَتِ ٱلظُّهْرَ."
Hadits tersebut terdapat dalam Shahih Muslim, di mana beliau berkata: "Pada suatu hari, Rasulullah ﷺ salat Subuh bersama kami, kemudian beliau naik ke mimbar dan berkhutbah hingga waktu Zuhur tiba."
"فَنَزَلَ ٱلْمِنْبَرَ وَصَلَّىٰ بِنَا ٱلظُّهْرَ، ثُمَّ صَعِدَ ٱلْمِنْبَرَ فَخَطَبَنَا حَتَّىٰ حَضَرَتِ ٱلْعَصْرَ، ثُمَّ نَزَلَ ٱلْمِنْبَرَ فَصَلَّىٰ بِنَا ٱلْعَصْرَ."
"Kemudian beliau turun dari mimbar dan memimpin salat Zuhur, lalu naik kembali ke mimbar dan berkhutbah hingga waktu Asar tiba. Setelah itu, beliau turun dari mimbar dan memimpin salat Asar."
"ثُمَّ صَعِدَ ٱلْمِنْبَرَ فَخَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ حَتَّىٰ غَرَبَتِ ٱلشَّمْسُ."
"Kemudian Rasulullah ﷺ naik lagi ke mimbar dan terus berkhutbah hingga matahari terbenam."
"فَأَخْبَرَنَا بِمَا هُوَ كَائِنٌ، فَعَلِمَنَا وَأَحْفَظَنَا."
"Beliau memberitahu kami tentang apa yang akan terjadi, sehingga kami menjadi tahu dan menghafalnya."
"أَعْلَمُ ٱلصَّحَابَةِ فِي ٱلْفِتَنِ هُمُ ٱلَّذِينَ حَفِظُوا ذَاكَ ٱلْمَجْلِسَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ."
"Para sahabat yang paling mengetahui tentang fitnah adalah mereka yang menghafal isi majelis itu dari Rasulullah ﷺ."
فَخَصَّ ٱلنَّبِيُّ ﷺ يَوْمًا بِتَمَامِهِ وَكَمَالِهِ مِنَ ٱلْفَجْرِ إِلَىٰ غُرُوبِ ٱلشَّمْسِ، حَتَّىٰ ٱلصَّلَاةَ. كَانَ فَقَطْ يُصَلِّي ٱلْفَرِيضَةَ، وَمَا صَلَّىٰ هُوَ وَلَا أَصْحَابُهُ ٱلنَّوَافِلَ وَٱلرَّوَاتِبَ.
Nabi ﷺ mengkhususkan satu hari penuh dari Subuh hingga matahari terbenam hanya untuk membahas fitnah. Pada hari itu, beliau dan para sahabatnya hanya melaksanakan salat fardhu tanpa salat sunah ataupun rawatib.
ٱلْأَمْرُ جَلَلٌ، أَمْرٌ خَطِيرٌ. فَأَعْلَمُ أَصْحَابِ رَسُولِ ٱللَّهِ ﷺ هُمُ أَحْفَظُ ٱلْفِتَنِ.
Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan ini sangat penting dan serius. Para sahabat Rasulullah ﷺ yang paling mengetahui adalah mereka yang paling memahami fitnah.
وَأَخْرَجَ قَبْلَ هَٰذَا ٱلْحَدِيثِ أَيْضًا مُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ عَنْ حُذَيْفَةَ.
Sebelum hadits ini, Imam Muslim juga meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya sebuah hadits dari Hudzaifah رضي الله عنه.
وَلَا غِنَىٰ لَنَا عَنْ حُذَيْفَةَ وَنَحْنُ نَتَكَلَّمُ عَنِ ٱلْفِتَنِ.
Kita sangat membutuhkan riwayat Hudzaifah رضي الله عنه dalam membahas fitnah.
فَقَالَ مُوجِزًا صَنِيعَ رَسُولِ ٱللَّهِ ﷺ: "قَامَ فِينَا رَسُولُ ٱللَّهِ ﷺ مَقَامًا، مَا تَرَكَ شَيْئًا يَكُونُ فِي مَقَامِهِ ذَٰلِكَ إِلَىٰ قِيَامِ ٱلسَّاعَةِ إِلَّا حَدَّثَ بِهِ. حَفِظَهُ مَنْ حَفِظَهُ، وَنَسِيَهُ مَنْ نَسِيَهُ."
Hudzaifah رضي الله عنه berkata tentang perbuatan Rasulullah ﷺ: "Beliau berdiri di tengah kami, tidak ada satu pun yang terjadi hingga hari kiamat kecuali beliau telah menceritakannya. Yang mengingatnya, akan mengingat; dan yang lupa, akan melupakannya."
إِذَا هَٰذَا ٱلْخَبَرُ ٱلَّذِي صَعِدَ فِيهِ ٱلنَّبِيُّ ﷺ ٱلْمِنْبَرَ هُوَ خَاصٌّ بِمَا سَيَكُونُ فِي قَابِلِ ٱلْأَيَّامِ، بِمَا لَمْ يُشَاهِدْهُ أَصْحَابُ رَسُولِ ٱللَّهِ ﷺ.
Berita yang disampaikan Rasulullah ﷺ di atas mimbar ini khusus mengenai hal-hal yang akan terjadi di masa depan, sesuatu yang belum pernah dilihat oleh para sahabat beliau.
وَكَانَ ٱلنَّبِيُّ ﷺ يَنْظُرُ لِلْفِتَنِ وَنُزُولِ ٱلْفِتَنِ، كَمَا ثَبَتَ فِي عِدَّةِ أَحَادِيثَ.
Nabi ﷺ melihat fitnah dan turunnya fitnah sebagaimana terbukti dalam berbagai hadits .
وَكَانَ يَرَىٰ ذَٰلِكَ رَأْيَ عَيْنٍ.
Beliau ﷺ melihatnya dengan mata hatinya seperti melihat langsung suatu kejadian.
وَثَبَتَ هَٰذَا فِي أَحَادِيثَ تَأْتِينَا مَا يُسَاعِدُ عَلَيْهِ.
Hal ini telah dibuktikan dalam berbagai hadits yang memberikan penjelasan tambahan kepada kita.
وَمِمَّا يَلْزَمُنَا فِي هَٰذَا ٱلْمَجْلِسِ حَدِيثُ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ ٱلَّذِي عِنْدَ ٱلْبُخَارِيِّ فِي صَحِيحِهِ.
Salah satu riwayat penting dalam majelis ini adalah hadits dari Usamah bin Zaid رضي الله عنهما yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya.
فَقَالَ: "أَشْرَفَ رَسُولُ ٱللَّهِ ﷺ عَلَىٰ أُطُمٍ مِنْ أُطُمِ ٱلْمَدِينَةِ."
Usamah berkata: "Rasulullah ﷺ berdiri di atas salah satu bukit kecil di Madinah."
"فَلَيْسَتْ هِيَ مُرْتَفِعَةً كَٱلْجَبَلِ، وَلَا هِيَ مُسْتَوِيَةٌ، وَإِنَّمَا تَلٌّ مِمَّا صَعِدَ إِلَيْهَا ٱسْتَكْشَفَ وَٱسْتَشْرَفَ شَيْئًا لَمْ يَرَهُ مَنْ كَانَ عَلَىٰ ٱلْأَرْضِ."
"Bukit itu tidak setinggi gunung, tetapi juga tidak rata seperti tanah biasa. Ia adalah sebuah bukit kecil, dari mana siapa saja yang naik ke atasnya dapat melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh orang yang berada di bawah."
"فَٱلنَّبِيُّ ﷺ وَهُوَ مَعَ أَصْحَابِهِ يَسِيرُ فَارَقَهُمْ وَٱسْتَشْرَفَ أُطُمًا مِنْ أُطُمِ ٱلْمَدِينَةِ."
"Saat Nabi ﷺ berjalan bersama para sahabatnya, beliau meninggalkan mereka sejenak untuk naik ke salah satu bukit kecil di Madinah."
فَخَصَّ ٱلنَّبِيُّ ﷺ يَوْمًا بِتَمَامِهِ وَكَمَالِهِ مِنَ ٱلْفَجْرِ إِلَىٰ غُرُوبِ ٱلشَّمْسِ، حَتَّىٰ ٱلصَّلَاةَ. كَانَ فَقَطْ يُصَلِّي ٱلْفَرِيضَةَ، وَمَا صَلَّىٰ هُوَ وَلَا أَصْحَابُهُ ٱلنَّوَافِلَ وَٱلرَّوَاتِبَ.
Nabi ﷺ mengkhususkan satu hari penuh, dari Subuh hingga matahari terbenam, untuk menyampaikan peringatan kepada umatnya. Pada hari itu, beliau dan para sahabatnya hanya melaksanakan salat fardhu tanpa mengerjakan shalat sunah ataupun rawatib.
ٱلْأَمْرُ جَلَلٌ، أَمْرٌ خَطِيرٌ. فَأَعْلَمُ أَصْحَابِ رَسُولِ ٱللَّهِ ﷺ هُمُ أَحْفَظُ ٱلْفِتَنِ.
Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan yang dibahas sangat penting dan serius. Para sahabat Rasulullah ﷺ yang paling mengetahui adalah mereka yang paling memahami fitnah.
وَأَخْرَجَ قَبْلَ هَٰذَا ٱلْحَدِيثِ أَيْضًا مُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ عَنْ حُذَيْفَةَ.
Sebelum hadits ini, Imam Muslim juga meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya sebuah hadits dari Hudzaifah رضي الله عنه.
وَلَا غِنَىٰ لَنَا عَنْ حُذَيْفَةَ وَنَحْنُ نَتَكَلَّمُ عَنِ ٱلْفِتَنِ.
Kita sangat membutuhkan riwayat Hudzaifah رضي الله عنه dalam membahas fitnah.
فَقَالَ مُوجِزًا صَنِيعَ رَسُولِ ٱللَّهِ ﷺ: "قَامَ فِينَا رَسُولُ ٱللَّهِ ﷺ مَقَامًا، مَا تَرَكَ شَيْئًا يَكُونُ فِي مَقَامِهِ ذَٰلِكَ إِلَىٰ قِيَامِ ٱلسَّاعَةِ إِلَّا حَدَّثَ بِهِ. حَفِظَهُ مَنْ حَفِظَهُ، وَنَسِيَهُ مَنْ نَسِيَهُ."
Hudzaifah رضي الله عنه berkata tentang perbuatan Rasulullah ﷺ: "Beliau berdiri di tengah kami, tidak ada satu pun yang terjadi hingga hari kiamat kecuali beliau telah menceritakannya. Yang mengingatnya, akan mengingat; dan yang lupa, akan melupakannya."
إِذَا هَٰذَا ٱلْخَبَرُ ٱلَّذِي صَعِدَ فِيهِ ٱلنَّبِيُّ ﷺ ٱلْمِنْبَرَ هُوَ خَاصٌّ بِمَا سَيَكُونُ فِي قَابِلِ ٱلْأَيَّامِ، بِمَا لَمْ يُشَاهِدْهُ أَصْحَابُ رَسُولِ ٱللَّهِ ﷺ.
Berita yang disampaikan Rasulullah ﷺ di atas mimbar ini khusus mengenai hal-hal yang akan terjadi di masa depan, sesuatu yang belum pernah dilihat oleh para sahabat beliau.
وَكَانَ ٱلنَّبِيُّ ﷺ يَنْظُرُ لِلْفِتَنِ وَنُزُولِ ٱلْفِتَنِ، كَمَا ثَبَتَ فِي عِدَّةِ أَحَادِيثَ.
Nabi ﷺ melihat fitnah dan turunnya fitnah sebagaimana terbukti dalam berbagai hadits.
------
Bagian 03
فَكَانَ ﷺ يَرَاهَا رَأْيَ عَيْنٍ.
Beliau ﷺ melihat fitnah-fitnah itu seperti melihat sesuatu dengan mata kepala sendiri.
وَثَبَتَ هَٰذَا فِي أَحَادِيثَ تَأْتِينَا مَا يُسَاعِدُ عَلَيْهِ.
Hal ini telah dibuktikan dalam berbagai hadits yang memberikan penjelasan tambahan kepada kita.
وَمِمَّا يَلْزَمُنَا فِي هَٰذَا ٱلْمَجْلِسِ حَدِيثُ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ ٱلَّذِي عِنْدَ ٱلْبُخَارِيِّ فِي صَحِيحِهِ.
Salah satu riwayat penting dalam majelis ini adalah hadits dari Usamah bin Zaid رضي الله عنهما yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Shahih-nya.
فَقَالَ: "أَشْرَفَ رَسُولُ ٱللَّهِ ﷺ عَلَىٰ أُطُمٍ مِنْ أُطُمِ ٱلْمَدِينَةِ."
Usamah berkata: "Rasulullah ﷺ berdiri di atas salah satu bukit kecil (utum) di Madinah."
"أُطُمٌ تَلَّةٌ مُرْتَفِعَةٌ، فَلَيْسَتْ هِيَ مُرْتَفِعَةً كَٱلْجَبَلِ وَلَا هِيَ مُسْتَوِيَةٌ، وَإِنَّمَا تَلٌّ مَنْ صَعِدَ إِلَيْهَا ٱسْتَكْشَفَ وَٱسْتَشْرَفَ شَيْئًا لَمْ يَرَهُ مَنْ كَانَ عَلَىٰ ٱلْأَرْضِ."
"Bukit kecil itu lebih tinggi dari permukaan tanah, tetapi tidak setinggi gunung, dan tidak pula rata seperti tanah datar. Seseorang yang naik ke atasnya dapat melihat sesuatu yang tidak terlihat oleh orang yang berada di bawah."
"فَٱلنَّبِيُّ ﷺ وَهُوَ مَعَ أَصْحَابِهِ يَسِيرُ، فَارَقَهُمْ وَٱسْتَشْرَفَ أُطُمًا مِنْ أُطُمِ ٱلْمَدِينَةِ."
"Saat Nabi ﷺ sedang berjalan bersama para sahabatnya, beliau meninggalkan mereka sejenak untuk naik ke salah satu bukit kecil di Madinah."
أُطُم تَلَّةٌ مُرْتَفِعَةٌ، فَلَيْسَتْ هِيَ مُرْتَفِعَةً كَٱلْجَبَلِ وَلَا هِيَ مُسْتَوِيَةٌ، وَإِنَّمَا تَلٌّ مَنْ صَعِدَ إِلَيْهَا ٱسْتَكْشَفَ وَٱسْتَشْرَفَ شَيْئًا لَمْ يَرَهُ مَنْ كَانَ عَلَى ٱلْأَرْضِ.
Bukit kecil (utum) adalah tanah yang sedikit tinggi, tetapi tidak setinggi gunung dan juga tidak rata seperti tanah datar. Bukit ini memungkinkan orang yang naik ke atasnya untuk melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh mereka yang berada di tanah datar.
فَٱلنَّبِيُّ ﷺ وَهُوَ مَعَ أَصْحَابِهِ يَسِيرُ، فَارَقَهُمْ وَٱسْتَشْرَفَ أُطُمًا مِنْ أُطُمِ ٱلْمَدِينَةِ، ٱرْتِفَاعُ مَا كَانَ مُرْتَفِعًا ﷺ.
Ketika Nabi ﷺ sedang berjalan bersama para sahabatnya, beliau meninggalkan mereka untuk naik ke salah satu bukit kecil di Madinah yang cukup tinggi untuk melihat sekelilingnya.
فَسَأَلَ ٱلنَّبِيُّ ﷺ أَصْحَابَهُ: "هَلْ تَرَوْنَ مَا أَرَىٰ؟" ٱلْمَوْضُوعُ رُؤْيَةٌ لَيْسَتْ رُؤْيَةً قَلْبِيَّةً وَلَا رُؤْيَةً ذِهْنِيَّةً، وَإِنَّمَا هِيَ رُؤْيَةٌ بَصَرِيَّةٌ.
Kemudian Nabi ﷺ bertanya kepada para sahabatnya: "Apakah kalian melihat apa yang aku lihat?" Pertanyaan ini mengacu pada penglihatan fisik, bukan penglihatan hati atau pikiran.
فَيَقُولُ ٱلنَّبِيُّ ﷺ لِأَصْحَابِهِ: "هَلْ تَرَوْنَ مَا أَرَىٰ؟" قَالُوا: "لَا." قَالَ ﷺ: "فَإِنِّي لَأَرَىٰ ٱلْفِتَنَ تَقَعُ خِلَالَ بُيُوتِكُمْ كَوُقُوعِ ٱلْقَطْرِ."
Nabi ﷺ bertanya kepada mereka: "Apakah kalian melihat apa yang aku lihat?" Mereka menjawab: "Tidak." Beliau bersabda: "Aku melihat fitnah turun di antara rumah-rumah kalian seperti turunnya tetesan air hujan."
كَيْفَ تَرَوْنَ أَسْطِحَ ٱلْبُيُوتِ وَٱلْمَطَرُ نَازِلٌ، وَٱلْمَطَرُ يَتَخَلَّلُ ٱلْأَسْطِحَ؟
Seperti kalian melihat atap-atap rumah ketika hujan turun, air hujan itu merembes melalui celah-celah atap.
فَٱلنَّبِيُّ ﷺ يَقُولُ: "إِنِّي أَرَىٰ ٱلْفِتَنَ."
Maka Nabi ﷺ bersabda: "Aku melihat fitnah-fitnah itu."
حَتَّىٰ ٱلْمَدِينَةِ، فِي آخِرِ ٱلزَّمَانِ يَتَحَوَّلُ ٱلْخَيْرُ كُلُّهُ إِلَىٰ بِلَادِ ٱلشَّامِ.
Bahkan di Madinah, pada akhir zaman, segala kebaikan akan berpindah ke negeri Syam.
وَٱلْإِسْلَامُ فِي ٱلْأَوَّلِ ٱنْتَشَرَ مِنْ بِلَادِ ٱلْحِجَازِ، وَفِي ٱلْآخِرِ يَنْتَشِرُ مِنْ بِلَادِ ٱلشَّامِ.
Islam pada awalnya menyebar dari negeri Hijaz, namun pada akhirnya akan menyebar dari negeri Syam.
ٱلْبَرَكَةُ وَٱلْخَيْرُ وَٱلْمَلَائِكَةُ وَاضِعَةٌ أَجْنِحَتَهَا عَلَىٰ بِلَادِ ٱلشَّامِ.
Keberkahan, kebaikan, dan para malaikat akan meletakkan sayap mereka di atas negeri Syam.
وَذُهِبَ فِي مُوَطَّإِ مَالِكٍ بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ أَنَّ ٱلنَّبِيَّ ﷺ قَالَ: "سَتُتْرَكُ ٱلْمَدِينَةُ."
Dalam kitab Muwaththa’ Imam Malik dengan sanad shahih disebutkan bahwa Nabi ﷺ bersabda: "Madinah akan ditinggalkan."
قِيلَ: "لِمَنْ؟" قَالَ: "لِلْعَوَافِي وَٱلطَّيْرِ."
Beliau ditanya: "Siapa yang akan tinggal di sana?" Beliau menjawab: "Hanya burung-burung dan binatang liar."
قَالَ ٱلنَّبِيُّ ﷺ: "حَتَّىٰ يُغَذِّي ٱلذِّئْبُ أَوِ ٱلْكَلْبُ، شَكَّ ٱلرَّاوِي، حَتَّىٰ يَبُولَ عَلَىٰ مِنبَرِ مَسْجِدِي."
Nabi ﷺ bersabda: "Hingga seekor serigala atau anjing—perawi ragu—akan datang untuk buang air kecil di atas mimbar masjidku."
يَأْتِي ٱلذِّئْبُ أَوِ ٱلْكَلْبُ يُغَذِّي.
Seekor serigala atau anjing akan datang dan mengangkat kakinya untuk buang air kecil.
هَكَذَا ٱلنَّاسُ، ذَا ثَبَتَ أَنَّ ٱلنَّبِيَّ ﷺ قَالَ: "لَا تَقُومُ ٱلسَّاعَةُ حَتَّىٰ يَتْرُكُوا أَهْلُ ٱلْمَدِينَةِ ٱلْمَدِينَةَ." وَفِي رِوَايَةٍ يَقُولُ: "حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّجُلُ: لَا تَقُومُ ٱلسَّاعَةُ حَتَّىٰ يُغَادِرَ ٱلْمَدِينَةَ أَهْلُ ٱلْمَدِينَةِ، يَبْحَثُونَ عَنْ مَكَانٍ آخَرَ."
Demikianlah manusia, telah diriwayatkan bahwa Nabi ﷺ bersabda: "Kiamat tidak akan terjadi hingga penduduk Madinah meninggalkan Madinah." Dalam riwayat lain, beliau bersabda: "Kiamat tidak akan terjadi hingga seorang pria berkata: Penduduk Madinah telah meninggalkan Madinah untuk mencari tempat lain."
قَالَ ﷺ: "لَا يَصْبِرُ عَلَىٰ لِوَائِهَا إِلَّا مُؤْمِنٌ."
Nabi ﷺ bersabda: "Tidak ada yang akan bertahan di Madinah kecuali orang yang beriman."
فَٱلْفِتْنَةُ، بْنُ أَبِي جَمْرَةَ فِي كِتَابِهِ بَهْجَةُ ٱلنُّفُوسِ ٱلَّذِي ٱخْتَصَرَ فِيهِ صَحِيحَ ٱلْبُخَارِيِّ وَشَرَحَهُ فِي بَهْجَةِ ٱلنُّفُوسِ، يَقُولُ: "يَنْبَغِي لِلنَّاسِ وَذَٰلِكَ فِي زَمَنِ ٱلْخَيْرِ وَٱلْعَافِيَةِ، أَنْ يَجْلِسَ ٱلْعَالِمُ وَأَنْ يُحَدِّثَ ٱلنَّاسَ عَلَىٰ ٱلنِّيَّةِ، فِقْهُ ٱلنِّيَّةِ."
Dalam kitab Bahjatun Nufus, Ibnu Abi Jamrah, yang meringkas dan menjelaskan Shahih Bukhari, berkata: "Pada masa kebaikan dan keamanan, seharusnya seorang ulama duduk bersama umat dan mengajarkan mereka tentang niat, fiqh niat."
وَقَالَ: "لَوْ كَانَ ٱلْأَمْرُ بِيَدِي لَجَعَلْتُ فِي كُلِّ مَسْجِدٍ مِنْ مَسَاجِدِ ٱلْمُسْلِمِينَ مَنْ يُذَكِّرُ ٱلنَّاسَ بِٱلنِّيَّةِ حَتَّىٰ تُرْفَعَ أَعْمَالُهُمْ."
Ia juga berkata: "Jika itu terserah kepadaku, aku akan menempatkan seseorang di setiap masjid umat Islam untuk mengingatkan mereka tentang niat, hingga amal mereka diterima."
فَأَقُولُ: لَوْ كَانَ ٱلْأَمْرُ بِيَدِي لَجَعَلْتُ فِي كُلِّ مَسْجِدٍ مِنْ مَسَاجِدِ ٱلْمُسْلِمِينَ مَنْ يُشْرِحُ لَهُمْ ٱلْفِتَنَ وَيُحَذِّرُهُمْ مِنْ أَحَادِيثِ ٱلْفِتَنِ.
Maka aku berkata: Jika itu terserah kepadaku, aku akan menempatkan seseorang di setiap masjid umat Islam untuk menjelaskan tentang fitnah dan memperingatkan mereka dari hadits -hadits tentang fitnah.
وَلَا سِيَّمَا أَنَّهُ ثَبَتَ فِي سُنَنِ أَبِي دَاوُدَ أَنَّ ٱلنَّبِيَّ ﷺ قَالَ: "إِنَّ ٱلسَّعِيدَةَ لِمَنْ جُنِّبَ ٱلْفِتَنَ، إِنَّ ٱلسَّعِيدَ لِمَنْ جُنِّبَ ٱلْفِتَنَ، إِنَّ ٱلسَّعِيدَ لِمَنْ جُنِّبَ ٱلْفِتَنَ، وَمَنِ ٱبْتُلِيَ فَصَبَرَ فَوَاهَا."
Terlebih lagi, telah diriwayatkan dalam Sunan Abi Dawud bahwa Nabi ﷺ bersabda: "Orang yang bahagia adalah yang dijauhkan dari fitnah, orang yang bahagia adalah yang dijauhkan dari fitnah, orang yang bahagia adalah yang dijauhkan dari fitnah. Dan siapa yang diuji lalu bersabar, maka selamatlah ia."
وَلِذَا فِي آخِرِ ٱلزَّمَانِ يَكُونُ ٱلدِّينُ غَرِيبًا. بَدَأَ ٱلدِّينُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ غَرِيبًا، فَطُوبَىٰ لِلْغُرَبَاءِ.
Oleh karena itu, di akhir zaman agama akan menjadi asing. Agama ini dimulai dalam keadaan asing, dan akan kembali menjadi asing. Maka beruntunglah orang-orang yang asing.
فَٱلدِّينُ فِي آخِرِ ٱلزَّمَانِ يَحْتَاجُ لِتَوْفِيقٍ مِنَ ٱللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ، وَٱلْأَخْذِ بِٱلْأَسْبَابِ، وَمِنْ ضِمْنِ ٱلْأَخْذِ بِٱلْأَسْبَابِ أَنْ تَعْلَمَ أَحَادِيثَ ٱلْفِتَنِ وَنَفْهَمَهَا كَمَا فَهِمَهَا أَصْحَابُ رَسُولِ ٱللَّهِ ﷺ.
Pada akhir zaman, agama membutuhkan pertolongan dan bimbingan dari Allah SWT serta usaha dari manusia. Salah satu usaha tersebut adalah mempelajari hadits -hadits tentang fitnah dan memahaminya sebagaimana para sahabat Rasulullah ﷺ memahaminya.
ٱلْأَصْلُ فِي ٱلْفِتْنَةِ، ٱلْعَرَبُ تَقُولُ: "فَتَنْتَ ٱلشَّيْءَ أَيْ عَرَضْتَهُ لِلنَّارِ."
Secara asal, dalam bahasa Arab, fitnah berarti: "Engkau telah membakar sesuatu untuk memurnikannya."
تَعْرِضُ ٱلْمَعْدِنَ ٱلَّذِي فِيهِ ذَهَبٌ لِلنَّارِ، يَتَخَلَّصُ ٱلشَّوَائِبُ وَيَبْقَىٰ ٱلذَّهَبُ خَالِصًا.
Seperti logam yang mengandung emas dipanaskan dalam api, sehingga kotorannya terpisah dan emas murninya tetap.
وَيَصْنَعُونَ ذَٰلِكَ بِٱلتَّعْرِيضِ لِلنَّارِ.
Mereka melakukan itu dengan memaparkan logam tersebut ke dalam api.
ٱلْمَفَاهِيمُ لِلْفِتَنِ هَٰذِهِ ٱلْأَيَّامِ لِلْأَسَفِ ٱخْتَلَطَتْ، وَٱلسَّبَبُ ٱلْغَفْلَةُ أَوِ ٱلْجَهْلُ.
Sayangnya, konsep tentang fitnah di zaman ini menjadi rancu, penyebabnya adalah kelalaian atau kebodohan.
فِي شَيْءٍ ٱسْمُهُ بَلَاءٌ، وَشَيْءٍ آخَرَ ٱسْمُهُ فِتْنَةٌ.
Ada perbedaan antara bala’ dan fitnah.
ٱلْبَلَاءُ يَخُصُّ ٱلشَّخْصَ، وَٱلْفِتْنَةُ تَخُصُّ ٱلْأُمَّةَ.
Bala’ adalah ujian yang menimpa individu, sementara fitnah adalah ujian yang menimpa umat.
وَفِي شَيْءٍ آخَرَ ٱسْمُهُ عُقُوبَةٌ لِلْمُتَعَجِّلِ ٱلَّذِينَ يَخْرُجُونَ عَلَى ٱلْحُكَّامِ.
Ada juga yang disebut ‘Uqubah (hukuman) bagi mereka yang tergesa-gesa, yaitu mereka yang memberontak terhadap para pemimpin.
يُعَاقَبُونَ وَهُمْ يُرَدِّدُونَ: "أَشَدُّ ٱلنَّاسِ ٱبْتِلَاءً ٱلْأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ ٱلْأَمْثَلُ فَٱلْأَمْثَلُ." يَظُنُّونَ أَنَّهُمْ مُبْتَلُونَ وَهُمْ فِي حَقِيقَةِ أَمْرِهِمْ مُعَاقَبُونَ.
Mereka dihukum, namun mereka terus mengulang: "Orang yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian yang berikutnya dan berikutnya." Mereka mengira bahwa mereka sedang diuji, padahal kenyataannya mereka sedang dihukum.
وَلِذَا يُوجَدُ فُرُوقٌ فِي ٱلْكِتَابِ ٱلَّذِي بَيْنَ أَيْدِيكُمْ عَنِ ٱلْعُقُوبَةِ وَٱلِٱبْتِلَاءِ، وَٱلْفُرُوقُ ٱلْمَذْكُورَةُ ثَمَانِيَةٌ فِي ٱلْكِتَابِ. ٱقْرَأُوهَا وَتَأَمَّلُوا.
Oleh karena itu, terdapat perbedaan dalam kitab yang ada di hadapan kalian tentang hukuman dan ujian. Perbedaan tersebut disebutkan dalam delapan poin di dalam kitab. Bacalah dan renungkanlah.
سُئِلَ ٱلْإِمَامُ ٱلشَّافِعِيُّ رَحِمَهُ ٱللَّهُ: "أَيُّهُمَا أَفْضَلُ لِلرَّجُلِ أَنْ يُبْتَلَىٰ أَمْ أَنْ يُمَكَّنَ؟"
Imam Syafi’i رحمه الله pernah ditanya: "Mana yang lebih baik bagi seorang lelaki, diuji atau diberi kekuasaan?"
فَقَالَ: "سُبْحَانَ ٱللَّهِ! وَهَلْ يُمَكَّنُ ٱلرَّجُلُ حَتَّىٰ يُبْتَلَىٰ؟ مَا فِي تَمْكِينٍ إِلَّا بَعْدَ بَلَاءٍ."
Beliau menjawab: "Subhanallah! Apakah seseorang dapat diberi kekuasaan sebelum diuji? Tidak ada kekuasaan kecuali setelah ujian."
وَلَكِنَّ ٱلْأَخْذَ بِٱلْأَسْبَابِ وَٱلنَّجَاةَ وَٱزْدِهَارَ ٱلْأُمَّةِ وَقُوَّتَهَا وَتَعَاضُدَهَا هَٰذَا بَلَاءٌ يَعْقُبُهُ خَيْرٌ.
Namun, berusaha, bertahan, dan bekerja untuk kemajuan serta kekuatan umat adalah sebuah ujian yang diikuti oleh kebaikan.
وَأَمَّا إِنْ لَمْ نَسْلُكْ ٱلْأَسْبَابَ وَلَمْ نَفْهَمْ أَحَادِيثَ ٱلْفِتَنِ كَمَا فَهِمَهَا ٱلصَّحَابَةُ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ، فَهَٰذِهِ عُقُوبَةٌ.
Namun, jika kita tidak menempuh sebab-sebab yang benar dan tidak memahami hadits -hadits tentang fitnah sebagaimana dipahami oleh para sahabat رضي الله عنهم, maka ini adalah hukuman.
فَتَرْكُ ٱلْأَسْبَابِ عُقُوبَةٌ، وَٱلْأَخْذُ بِهَا مَعَ ٱلتَّوَكُّلِ وَٱلتَّقَرُّبِ إِلَىٰ ٱللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ هَٰذَا بَلَاءٌ.
Meninggalkan sebab-sebab adalah hukuman, sedangkan mengambil sebab dengan tawakal dan mendekatkan diri kepada Allah عز وجل adalah sebuah ujian.
وَٱلْفِتَنُ أَخْبَرَنَا عَنْهَا نَبِيُّنَا ﷺ لِنَتَجَنَّبَهَا.
Fitnah-fitnah telah diberitahukan kepada kita oleh Nabi kita ﷺ agar kita dapat menghindarinya.
فَٱللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ سُنَّةٌ، وَهِيَ مَذْكُورَةٌ فِي ٱلْفَرْقِ ٱلرَّابِعِ مِنَ ٱلْفُرُوقِ ٱلَّتِي فِي ٱلْكِتَابِ: "ٱلِٱبْتِلَاءُ طَرِيقٌ لِلْإِمَامَةِ وَٱلتَّمْكِينِ، بَيْنَمَا ٱلْعُقُوبَةُ حِرْمَانٌ مِنْهَا."
Allah عز وجل memiliki sunnah yang disebutkan dalam poin keempat dari perbedaan-perbedaan dalam kitab: "Ujian adalah jalan menuju kepemimpinan dan kekuasaan, sedangkan hukuman adalah penghalang darinya."
شَيْخُ ٱلْإِسْلَامِ دَائِمًا كَانَ يَقُولُ: "إِنَّمَا تُنَالُ ٱلْإِمَامَةُ فِي ٱلدِّينِ بِٱلصَّبْرِ وَٱلْيَقِينِ."
Syekh Islam Ibnu Taimiyyah selalu berkata: "Kepemimpinan dalam agama hanya dapat diraih dengan kesabaran dan keyakinan."
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ.
"Dan Kami jadikan di antara mereka pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar dan yakin akan ayat-ayat Kami." (QS. As-Sajdah: 24)
"بِٱلصَّبْرِ وَٱلْيَقِينِ، إِذَا قَالَ ٱللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: وَإِذِ ٱبْتَلَىٰ إِبْرَٰهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَٰتٍ فَأَتَمَّهُنَّ، قَالَ: إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا. قَالَ: وَمِن ذُرِّيَّتِي؟ قَالَ: لَا يَنَالُ عَهْدِي ٱلظَّٰلِمِينَ."
"Dengan kesabaran dan keyakinan, sebagaimana Allah عز وجل berfirman: 'Dan ketika Ibrahim diuji oleh Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Allah berfirman: 'Aku akan menjadikanmu pemimpin bagi manusia.' Ibrahim berkata: 'Dan dari keturunanku?' Allah berfirman: 'Janjiku ini tidak akan mencapai orang-orang zalim.'" (QS. Al-Baqarah: 124)
"اسمع هذه السُّنَّة: لَا يَنَالُ عَهْدِي ٱلظَّٰلِمِينَ."
"Perhatikan sunnah ini: 'Janjiku tidak akan mencapai orang-orang zalim.'"
"أَحْسَنُ تَفْسِيرِ ٱلْقُرْآنِ مَا هُوَ؟ تَفْسِيرُ ٱلْقُرْآنِ أَنْ تَقْرَأَ ٱلْقُرْآنَ قِرَاءَةَ سُنَنٍ. كُلُّ آيَةٍ فِي ٱلْقُرْآنِ سُنَّةٌ بَاقِيَةٌ دَائِمَةٌ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلدِّينِ."
"Apa tafsir terbaik untuk Al-Qur'an? Tafsir terbaik adalah membaca Al-Qur'an sebagai bacaan sunnah. Setiap ayat dalam Al-Qur'an adalah sunnah yang terus berlaku hingga hari kiamat."
"تَقْرَأُ ٱلْقُرْآنَ عَلَىٰ أَنَّهُ قَوَاعِدُ. وَهَٰذِهِ ٱلْقَوَاعِدُ بَيَّنَهَا ٱللَّهُ جَلَّ فِي عُلَاهُ فِي كِتَابِهِ، وَلَٰكِنْ تَحْتَاجُ إِلَىٰ تَدَبُّرٍ وَإِلَىٰ مَعْرِفَةٍ صَحِيحَةٍ بِأَقْوَالِ ٱلسَّلَفِ فِي ٱلتَّفْسِيرِ."
"Bacalah Al-Qur'an sebagai kumpulan kaidah. Kaidah-kaidah ini telah dijelaskan oleh Allah سبحانه وتعالى dalam kitab-Nya, tetapi membutuhkan perenungan dan pemahaman yang benar terhadap ucapan para salaf dalam tafsir."
"اسمع سُنَّةً عَجِيبَةً لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ: لَا يَنَالُ عَهْدِي ٱلظَّٰلِمِينَ."
"Perhatikan sunnah yang menakjubkan dari Allah عز وجل: 'Janjiku tidak akan mencapai orang-orang zalim.'"
"أَيْنَ ٱلْفَاعِلُ وَأَيْنَ ٱلْمَفْعُولُ بِهِ؟ تَدَبَّرِ ٱلْآيَةَ. هَٰذِهِ سُنَّةٌ لِلَّهِ تَعَالَىٰ: لَا يَنَالُ عَهْدِي."
"Di mana subjeknya dan di mana objeknya? Renungkanlah ayat ini. Ini adalah sunnah Allah Ta'ala: 'Janjiku tidak akan mencapai.'"
"فَٱللَّهُ عَهْدٌ وَهَٰذَا ٱلْعَهْدُ لَا يَنَالُهُ ٱلظَّٰلِمُونَ."
"Allah memiliki janji, dan janji ini tidak akan diberikan kepada orang-orang zalim."
"مِنْ هَا هُنَا قَالَ جَمْعٌ مِنْ عُلَمَائِنَا: دَوْلَةُ ٱلْعَدْلِ تَبْقَىٰ، وَدَوْلَةُ ٱلظُّلْمِ تَزُولُ."
"Berdasarkan ini, sebagian ulama kita mengatakan: 'Negeri yang adil akan bertahan, sedangkan negeri yang zalim akan lenyap.'"
"وَٱلْعَدْلُ مَعَ ٱلْكُفْرِ يَبْقَىٰ، وَٱلظُّلْمُ مَعَ ٱلتَّوْحِيدِ وَٱلْإِسْلَامِ يَفْنَىٰ."
"Keadilan dengan kekufuran dapat bertahan, sedangkan kezaliman dengan tauhid dan Islam akan binasa."
"فَٱلْعَهْدُ هُوَ ٱلْفَاعِلُ، وَٱلظَّٰلِمُونَ مَفْعُولٌ بِهِ."
"Dalam ayat ini, janji adalah subjek, dan orang-orang dzalim adalah objek."
"فَٱلْعَهْدُ لَا يُمْكِنُ أَنْ يَكُونَ مَعَ ٱلظُّلْمِ."
"Janji tidak mungkin diberikan bersamaan dengan kezaliman."
"ٱلْحَافِظُ قَالَ: ٱلْإِسْلَامُ شَجَرَةٌ بَذْرَتُهَا فِي ٱلْمَدِينَةِ، وَنَمَتْ وَتَرَعْرَعَتْ فِي ٱلْبَصْرَةِ وَٱلْكُوفَةِ، وَأَثْمَرَتْ وَأَيْنَعَتْ فِيمَا وَرَاءَ ٱلنَّهْرِ، فِي بُخَارَىٰ وَنَيْسَابُورَ وَتِرْمِذَ وَأُوزْبَكِسْتَانَ."
"Al-Hafizh berkata: Islam adalah seperti pohon yang benihnya ditanam di Madinah, kemudian tumbuh dan berkembang di Basrah dan Kufah, lalu berbuah dan menghasilkan di wilayah seberang sungai, seperti Bukhara, Naisabur, Tirmiz, dan Uzbekistan."
"فَبَذْرَةُ ٱلإِسْلَامِ كَانَتْ فِي ٱلْمَدِينَةِ، ثُمَّ نَمَتْ وَتَرَعْرَعَتْ فِي ٱلْبَصْرَةِ وَٱلْكُوفَةِ، ثُمَّ أَيْنَعَتْ فِيمَا وَرَاءَ ٱلنَّهْرِ."
"Benih Islam ditanam di Madinah, kemudian tumbuh dan berkembang di Basrah dan Kufah, lalu berbuah di wilayah seberang sungai."
"أَصْحَابُ ٱلْكُتُبِ ٱلسِّتَّةِ: ٱلْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ وَٱلْبَاقُونَ جَمِيعًا هُمْ مِنْ هَٰذَا ٱلتُّرَاثِ."
"Para penyusun kitab enam (kutubus sittah), seperti Bukhari, Muslim, dan yang lainnya, semuanya berasal dari warisan ini."
"أَبُو وَائِلٍ شَقِيقُ بْنُ سَلَمَةَ رَوَىٰ حَدِيثًا عَنْ حُذَيْفَةَ، وَرَوَىٰ مُحَاوَرَةً جَرَتْ بَيْنَ حُذَيْفَةَ وَعُمَرَ بْنِ ٱلْخَطَّابِ رَضِيَ ٱللَّهُ تَعَالَىٰ عَنْهُمَا."
"Abu Wa’il Syaqiq bin Salamah meriwayatkan sebuah hadits dari Hudzaifah dan meriwayatkan dialog yang terjadi antara Hudzaifah dan Umar bin Khattab رضي الله تعالى عنهما."
"وَهَٰذِهِ ٱلْمُحَاوَرَةُ مُهِمَّةٌ، وَفِيهَا كَيْفَ فَهِمَ ٱلصَّحَابَةُ ٱلْفِتْنَةَ."
"Dialog ini penting, dan di dalamnya dijelaskan bagaimana para sahabat memahami fitnah."
"يَقُولُ حُذَيْفَةُ: كُنَّا فِي مَجْلِسٍ عِنْدَ عُمَرَ بْنِ ٱلْخَطَّابِ."
"Hudzaifah berkata: Kami sedang berada di sebuah majelis bersama Umar bin Khattab."
"فَنَظَرَ عُمَرُ فِي ٱلْمَجْلِسِ، فَلَاحَظَ حُذَيْفَةَ، فَسَأَلَ ٱلسُّؤَالَ."
"Umar memandang ke arah majelis, lalu memperhatikan Hudzaifah, kemudian mengajukan sebuah pertanyaan."
"فَقَالَ: مَنْ يَحْفَظُ حَدِيثَ رَسُولِ ٱللَّهِ ﷺ فِي ٱلْفِتَنِ؟"
"Beliau berkata: Siapa yang hafal hadits Rasulullah ﷺ tentang fitnah?"
"فَقَالَ حُذَيْفَةُ: أَنَا يَا أَمِيرَ ٱلْمُؤْمِنِينَ."
"Hudzaifah menjawab: Saya, wahai Amirul Mukminin."
"فَقَالَ لَهُ عُمَرُ: إِنَّكَ لَجَرِيءٌ."
"Umar berkata kepadanya: Kamu memang orang yang berani."
"فَقَالَ حُذَيْفَةُ: فِتْنَةُ ٱلرَّجُلِ فِي مَالِهِ وَأَهْلِهِ وَجِيرَانِهِ."
"Hudzaifah berkata: Fitnah seorang lelaki ada pada hartanya, keluarganya, dan tetangganya."
"فَقَالَ عُمَرُ: لَا أَسْأَلُ عَنْ هَٰذِهِ، إِنَّمَا أَسْأَلُ عَنْ ٱلْفِتْنَةِ ٱلَّتِي تَمُوجُ مَوْجَ ٱلْبَحْرِ."
"Umar berkata: Bukan itu yang saya tanyakan. Saya bertanya tentang fitnah yang bergolak seperti gelombang laut."
"فَقَالَ حُذَيْفَةُ: مَا لَكَ وَلَهَا يَا أَمِيرَ ٱلْمُؤْمِنِينَ؟ إِنَّ بَيْنَكَ وَبَيْنَهَا بَابًا."
"Hudzaifah berkata: Apa urusanmu dengan itu, wahai Amirul Mukminin? Di antara engkau dan fitnah itu ada sebuah pintu."
"فَقَالَ عُمَرُ: أَيُغْلَقُ ٱلْبَابُ أَمْ يُكْسَرُ؟"
"Umar bertanya: Apakah pintu itu akan ditutup ataukah akan dihancurkan?"
"فَقَالَ حُذَيْفَةُ: يُكْسَرُ."
"Hudzaifah menjawab: Pintu itu akan dihancurkan."
"فَقَالَ عُمَرُ: إِذًا وَٱللَّهِ لَا يُغْلَقُ أَبَدًا."
"Umar berkata: Kalau begitu, demi Allah, pintu itu tidak akan pernah ditutup lagi."
"فَسَأَلَ ٱلتَّابِعِيُّ: كَانَ عُمَرُ يَعْلَمُ أَنَّهُ ٱلْبَابُ؟"
"Seorang tabi'in bertanya: Apakah Umar tahu bahwa dia adalah pintu itu?"
"قَالَ: فَهِبْنَا أَنْ نُجِيبَهُ، فَأَرْسَلْنَا إِلَيْهِ قَتَادَةَ. قَتَادَةُ بْنُ دَعَامَةَ، تَابِعِيٌّ، فَسَأَلَهُ: هَلْ كَانَ عُمَرُ يَعْلَمُ ٱلْبَابَ؟ قَالَ: نَعَمْ، يَعْلَمُ أَنَّهُ ٱلْبَابُ كَمَا يَعْلَمُ أَنَّ دُونَ غَدٍ ٱللَّيْلَةَ."
"Beliau (Hudzaifah) berkata: Kami merasa takut untuk menjawabnya, maka kami mengutus Qatadah. Qatadah bin Di'amah, seorang tabi'in, lalu bertanya kepadanya: Apakah Umar mengetahui siapa pintu itu? Beliau (Hudzaifah) menjawab: Ya, Umar mengetahui bahwa dirinya adalah pintu itu sebagaimana ia mengetahui bahwa setelah malam pasti ada siang."
"هَٰذِهِ مُنَاظَرَةٌ مُهِمَّةٌ نَحْتَاجُهَا، وَنُرَكِّزُ عَلَيْهَا فِي كَيْفَ فَهِمَ ٱلسَّلَفُ ٱلْفِتْنَةَ. نَسْتَفِيدُ مِنْهَا فَوَائِدَ جَلَّةً كَبِيرَةً."
"Dialog ini sangat penting untuk dipahami dan difokuskan, karena menunjukkan bagaimana para salaf memahami fitnah. Kita dapat mengambil manfaat besar dari dialog ini."
------
Bagian 04
"ٱلْفَائِدَةُ ٱلْأُولَىٰ: أَنَّ ٱلْفِتَنَ قِسْمَانِ: فِتَنٌ لَا تَنْفَكُّ عَنِ ٱلْإِنْسَانِ فِي أَيِّ زَمَانٍ أَوْ مَكَانٍ. وَهَٰذِهِ ٱلْفِتَنُ هِيَ ٱلَّتِي أَخْبَرَ عَنْهَا حُذَيْفَةُ."
"Manfaat pertama: Fitnah terbagi menjadi dua jenis: fitnah yang selalu menyertai manusia kapan pun dan di mana pun. Fitnah jenis ini adalah yang dijelaskan oleh Hudzaifah."
"بَعْدَ أَنْ قَالَ عُمَرُ لَهُ: إِنَّكَ لَجَرِيءٌ، قَالَ حُذَيْفَةُ: فِتْنَةُ ٱلرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَجِيرَانِهِ."
"Setelah Umar berkata kepadanya: 'Kamu memang berani,' Hudzaifah menjawab: 'Fitnah seorang lelaki ada pada keluarganya, hartanya, dan tetangganya.'"
"ٱلصَّلَاةُ وَٱلزَّكَاةُ وَٱلْأَمْرُ بِٱلْمَعْرُوفِ وَٱلنَّهْيُ عَنِ ٱلْمُنْكَرِ تُكَفِّرُ هَٰذِهِ ٱلْفِتَنَ."
"Salat, zakat, amar ma'ruf, dan nahi munkar dapat menghapus fitnah-fitnah ini."
"ٱخْتَلَفَ شُرَّاحُ ٱلْحَدِيثِ فِي ٱلْمُكَفِّرَاتِ لِهَٰذِهِ ٱلْفِتَنِ عَلَىٰ قَوْلَيْنِ: ٱلْقَوْلُ ٱلْأَوَّلُ مَا يُسَمِّيهِ عُلَمَاءُ ٱلْبَلَاغَةِ فِي ٱلْعَرَبِيَّةِ لَفًّا وَنَشْرًا."
"Para ahli syarh hadits berbeda pendapat tentang penebus dosa untuk fitnah-fitnah ini. Pendapat pertama menyebutkan bahwa itu adalah istilah 'lafz dan nasyar' dalam balaghah Arab."
"فِتْنَةُ ٱلرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ تُكَفِّرُهَا ٱلصَّلَاةُ. فَمَنْ كَانَ لَهُ أَوْلَادٌ وَلَمْ يَأْمُرْهُمْ بِٱلصَّلَاةِ، فَهَٰذَا نَاجِحٌ فِي ٱلِٱمْتِحَانِ إِذَا أَمَرَهُمْ."
"Fitnah seorang lelaki terhadap keluarganya ditebus dengan salat. Barang siapa yang memiliki anak dan tidak menyuruh mereka salat, maka dia gagal dalam ujian. Namun, jika dia memerintahkan mereka untuk shalat, maka dia berhasil."
"وَٱلْمَالِ تُكَفِّرُهُ ٱلزَّكَاةُ. فَمَنْ رُزِقَ ٱللَّهُ مَالًا كَثِيرًا، فَيَنْبَغِي أَنْ يَتَعَهَّدَ نَفْسَهُ بِٱلزَّكَاةِ."
"Fitnah terhadap harta ditebus dengan zakat. Barang siapa yang diberi banyak harta oleh Allah, hendaknya dia menjaga dirinya dengan mengeluarkan zakat."
"وَٱلْجِيرَانِ تُكَفِّرُهَا ٱلْأَمْرُ بِٱلْمَعْرُوفِ وَٱلنَّهْيُ عَنِ ٱلْمُنْكَرِ."
"Fitnah terhadap tetangga ditebus dengan amar ma'ruf dan nahi munkar."
"فَقَالَ عُمَرُ: لَا أَسْأَلُ عَنْ هَٰذِهِ. إِنَّمَا أَسْأَلُ عَنْ ٱلْفِتْنَةِ ٱلَّتِي تَمُوجُ مَوْجَ ٱلْبَحْرِ."
"Umar berkata: 'Saya tidak bertanya tentang itu. Saya bertanya tentang fitnah yang bergolak seperti gelombang laut
"فَهَٰذَا ٱلنَّوْعُ هُوَ ٱلَّذِي سَأَلَ عَنْهُ عُمَرُ، فَحُذَيْفَةُ أَجَابَ، وَٱلْكَلَامُ بِغَيْبٍ."
"Jenis fitnah inilah yang ditanyakan oleh Umar, lalu Hudzaifah menjawabnya. Namun, pembahasan ini menyangkut perkara gaib."
"وَٱلْكَلَامُ بِٱلْغَيْبِ لَا يَعْرِفُهُ ٱلصَّحَابَةُ مِنْ أَنْفُسِهِمْ، وَإِنَّمَا لَهُ حُكْمُ ٱلرَّفْعِ إِلَىٰ رَسُولِ ٱللَّهِ ﷺ."
"Perkara gaib ini tidak diketahui oleh para sahabat dengan akal mereka sendiri, tetapi memiliki hukum marfu' (disandarkan) kepada Rasulullah ﷺ."
"قَالَ: إِنَّ بَيْنَكَ وَبَيْنَهَا بَابًا. مَا مَعْنَىٰ هَٰذَا ٱلْحَدِيثِ؟ تَأَمَّلْ مَعِي."
"Beliau (Hudzaifah) berkata: 'Antara engkau dan fitnah itu ada sebuah pintu.' Apa maksud dari hadits ini? Renungkan bersama saya."
"كَانَتِ ٱلْفِتَنُ مَحْبُوسَةً فِي غُرْفَةٍ، وَمُغْلَقَةَ ٱلْبَابِ. وَٱلْفِتَنُ لَا تَخْرُجُ مِنْ هَٰذَا ٱلْبَابِ."
"Fitnah itu seperti berada dalam sebuah ruangan yang terkunci pintunya. Fitnah tidak akan keluar dari ruangan tersebut kecuali jika pintunya dibuka atau dihancurkan."
"فَقَالَ حُذَيْفَةُ لِعُمَرَ: إِنَّ بَيْنَكَ وَبَيْنَهَا بَابًا. فَقَالَ عُمَرُ: أَيُفْتَحُ ٱلْبَابُ أَمْ يُكْسَرُ؟ فَقَالَ: يُكْسَرُ."
"Hudzaifah berkata kepada Umar: 'Di antara engkau dan fitnah itu ada sebuah pintu.' Umar bertanya: 'Apakah pintu itu akan dibuka atau dihancurkan?' Hudzaifah menjawab: 'Dihancurkan.'"
"مَا مَعْنَىٰ يُكْسَرُ؟ فَتْحُهُ كِنَايَةٌ عَنْ مَوْتِ عُمَرَ، وَكَسْرُهُ كِنَايَةٌ عَنْ قَتْلِ عُمَرَ."
"Apa maksud 'dihancurkan'? Pembukaan pintu adalah kiasan dari kematian Umar, sedangkan penghancuran pintu adalah kiasan dari pembunuhan Umar."
"مَنْ ٱلَّذِي قَتَلَ عُمَرَ؟ أَبُو لُؤْلُؤَةَ ٱلْمَجُوسِيُّ، وَكَانَ عِلْجًا مَجُوسِيًّا."
"Siapa yang membunuh Umar? Dia adalah Abu Lu'lu'ah al-Majusi, seorang penyembah api (Majusi)."
"فَطَعَنَ عُمَرَ وَهُوَ فِي ٱلصَّلَاةِ حَتَّىٰ مَاتَ."
"Dia menikam Umar saat Umar sedang salat hingga Umar meninggal dunia."
"وَقَامَ لَهُ ٱلصَّحَابَةُ، فَطَعَنَ ١٨ صَحَابِيًّا غَيْرَ عُمَرَ."
"Para sahabat menghadangnya, namun dia juga menikam 18 sahabat lainnya selain Umar."
"فَعُمَرُ إِذَا مَاتَ تَنْبَعِثُ ٱلْفِتَنُ، وَإِذَا قُتِلَ تَنْبَعِثُ ٱلْفِتَنُ، وَلَٰكِنَّ ٱلْفِتَنَ عِنْدَ ٱلْقَتْلِ تَكُونُ أَشَدَّ."
"Jika Umar meninggal, fitnah akan muncul. Dan jika Umar dibunuh, fitnah akan tetap muncul, tetapi fitnah yang terjadi setelah pembunuhan akan jauh lebih dahsyat."
"فَلِحِكْمَةِ ٱللَّهِ تَعَالَىٰ، وَبِٱلْحَدِيثِ ٱلَّذِي ذَكَرَهُ ٱلنَّبِيُّ ﷺ، تَكُونُ هَٰذِهِ ٱلْفِتَنُ."
"Dengan hikmah Allah Ta'ala dan berdasarkan hadits yang disebutkan oleh Nabi ﷺ, fitnah-fitnah ini pasti akan terjadi."
"وَمِنْ هَٰذَا ٱلْحَدِيثِ نَفْهَمُ أَنَّ ٱلْفِتَنَ لَهَا أَوْقَاتٌ وَمُقَدَّرَاتٌ، وَأَنَّهَا مَرْتَبِطَةٌ بِحِكْمَةِ ٱللَّهِ فِي كَيْفِيَّةِ تَجَلِّي مَشِيئَتِهِ فِي ٱلْأَرْضِ."
"Dari hadits ini, kita memahami bahwa fitnah memiliki waktu dan ketentuan tertentu. Fitnah terkait dengan hikmah Allah dalam cara kehendak-Nya terwujud di bumi."
"وَقَدْ جَاءَ فِي ٱلْأَحَادِيثِ أَنَّ عُمَرَ كَانَ حِصْنًا لِلْأُمَّةِ، فَلَمَّا كُسِرَ ٱلْحِصْنُ، ٱنْتَشَرَتِ ٱلْفِتَنُ فِي كُلِّ نَاحِيَةٍ."
"Disebutkan dalam hadits bahwa Umar adalah benteng bagi umat. Ketika benteng itu dihancurkan, fitnah menyebar ke segala arah."
"وَإِنَّ قَتْلَ عُمَرَ كَانَ إِشَارَةً إِلَىٰ أَنَّ ٱلْفِتَنَ سَتَكُونُ أَكْثَرَ ضَرَرًا وَتَدْمِيرًا، خُصُوصًا فِي بَعْدِهِ."
"Pembunuhan Umar menjadi isyarat bahwa fitnah akan menjadi lebih berbahaya dan merusak, khususnya setelah wafatnya."
"وَكَانَ ٱلصَّحَابَةُ يَفْهَمُونَ هَٰذَا جَيِّدًا، وَيَعْلَمُونَ أَنَّ ٱلْحِفَاظَ عَلَىٰ وَحْدَةِ ٱلْأُمَّةِ أَمْرٌ ضَرُورِيٌّ لِتَجَنُّبِ ٱلْفِتَنِ."
"Para sahabat memahami hal ini dengan baik dan mengetahui bahwa menjaga persatuan umat adalah hal yang sangat penting untuk menghindari fitnah."
"فَلْيَكُنْ لَنَا فِي ٱلصَّحَابَةِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ، فَقَدْ كَانُوا أَحْرَصَ ٱلنَّاسِ عَلَىٰ دَفْعِ ٱلْفِتَنِ عَنْ ٱلْأُمَّةِ."
"Maka hendaklah kita menjadikan para sahabat sebagai teladan yang baik, karena mereka adalah orang-orang yang paling bersemangat dalam mencegah fitnah dari menimpa umat Islam.
-----
Bagian 05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar