BAIK SANGKA KEPADA ALLAH TA'ALA
Prof.DR. Abdurrazzaq Al Badr Hafizhahullah Ta’ala.
Segala puji bagi Allah Yang Maha Mulia, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang.
Dia yang memberi karunia dan anugerah kepada hamba-hamba-Nya dengan kedermawanan dan ihsan (kebaikan).
Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Aku bersaksi dengan kesaksian tauhid dan ikhlas.
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, pemimpin keturunan Adnan.
Semoga salawat dan salam tercurah kepadanya, kepada keluarganya, dan para sahabatnya yang memiliki keutamaan dan kebaikan.
Amma ba’du...
Wahai kaum mukminin,...
hamba-hamba Allah, bertakwalah kepada Allah Yang Maha Tinggi.
Senantiasalah merasa diawasi oleh-Nya dengan pengawasan seorang hamba yang yakin bahwa Tuhannya mendengar dan melihatnya.
Takwa kepada Allah adalah menjalankan ketaatan kepada-Nya dengan cahaya dari Allah, penuh harapan akan pahala-Nya, serta meninggalkan kemaksiatan kepada-Nya dengan cahaya dari Allah, karena takut akan azab-Nya.
Wahai kaum mukminin, hamba-hamba Allah, salah satu ibadah hati yang agung dan kewajiban iman adalah husnuzhan (berprasangka baik) kepada Allah. Berprasangka baik kepada Allah adalah salah satu maqam (kedudukan) dalam agama yang mulia dan tinggi.
Allah tidak akan mengecewakan seorang hamba yang berprasangka baik kepada-Nya.
Dia tidak akan menyia-nyiakan amal seorang yang berharap kepada-Nya.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Hud: 115).
Terdapat banyak dalil yang menunjukkan keutamaan husnuzhan (berprasangka baik) kepada Allah dan dampaknya yang besar berupa maqam (kedudukan) yang mulia, pengaruh yang agung, serta buah keberkahan baik di dunia maupun akhirat.
Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, diriwayatkan dari Abu Hurairah (Radhiyallahu anhu), ia berkata bahwa Rasulullah (Shallallahu alaihi wa sallam) bersabda:
Allah Ta’ala berfirman: “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku.”
Dan diriwayatkan dari Watsilah bin Al-Asqa’ (Radhiyallahu anhu), ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah (Shallallahu alaihi wa sallam) bersabda:
Allah Ta’ala berfirman: “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku; maka hendaklah ia berprasangka kepada-Ku sesuai kehendaknya.”
Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Abu Hurairah (Radhiyallahu anhu) bahwa Nabi (Shallallahu alaihi wa sallam) bersabda:
Allah Ta’ala berfirman: “Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku; jika ia berprasangka baik, maka baginya kebaikan, dan jika ia berprasangka buruk, maka baginya keburukan.”
Dan dari Jabir (Radhiyallahu anhu), ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah (Shallallahu alaihi wa sallam) bersabda tiga hari sebelum wafatnya:
“Janganlah salah seorang di antara kalian meninggal dunia kecuali dalam keadaan berprasangka baik kepada Allah.”
Dalil-dalil ini, wahai hamba-hamba Allah, dan yang lainnya menunjukkan betapa agungnya kedudukan husnuzhan kepada Allah.
Ia merupakan ibadah yang besar dan ketaatan yang mulia.
Semakin kuat prasangka baik seorang hamba kepada Allah, maka semakin tinggi derajatnya.
Wahai kaum mukminin,...
hamba-hamba Allah, husnuzhan (berprasangka baik) kepada Allah menghasilkan buah-buah yang besar, dampak-dampak yang diberkahi, dan manfaat-manfaat yang mulia bagi pelakunya di dunia dan akhirat.
Prasangka baik kepada Allah adalah cabang dari pengetahuan seorang hamba tentang Allah.
Semakin dalam pengetahuan seorang hamba tentang Allah, nama-nama-Nya, dan sifat-sifat-Nya, maka akan semakin kuat prasangka baiknya kepada-Nya.
Allah adalah Zat yang meliputi segala sesuatu dengan rahmat-Nya, Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang, Maha Penerima tobat, Maha Dermawan, Maha Memberi, dan Maha Baik.
Allah menerima tobat hamba-hamba-Nya, mengampuni dosa-dosa mereka, dan tidak ada dosa yang terlalu besar bagi-Nya untuk diampuni.
Dia memiliki ampunan yang luas dan sifat-sifat-Nya yang agung dan mulia.
Semakin bertambah pengetahuan seorang hamba tentang Allah, maka akan semakin bertambah pula porsi dan tingkatannya dalam berprasangka baik kepada Allah.
Wahai kaum mukminin, ...
hamba-hamba Allah, husnuzhan kepada Allah termasuk salah satu karunia terbesar dan anugerah paling mulia.
Ibn Abi Dunya dalam kitabnya Husnuzhan Billah meriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Mas'ud (Radhiyallahu anhu), bahwa ia berkata: “Demi Allah, tidak ada seorang mukmin pun yang berprasangka baik kepada Allah kecuali Allah akan memberikan kepadanya apa yang ia sangkakan kepada-Nya. Hal itu karena kebaikan ada di tangan Allah.”
Wahai kaum mukminin, hamba-hamba Allah, husnuzhan kepada Allah tidak akan ada bersama sikap lalai, mengabaikan kewajiban, atau mengikuti hawa nafsu dan syahwat.
Sebaliknya, prasangka baik kepada Allah hanya akan ada bersama amal yang baik, kesungguhan dalam mendekatkan diri kepada Allah, dan usaha yang maksimal dalam menjalankan ketaatan.
Adapun orang yang lalai, melakukan perbuatan terlarang, dan terus-menerus dalam dosa sambil berharap pengampunan tanpa usaha, maka ini bukanlah bentuk husnuzhan, melainkan sebuah tipu daya terhadap dirinya sendiri.
Wahai hamba-hamba Allah, ...
dosa dan kesalahan seseorang dapat menjadi penghalang antara dirinya dengan husnuzhan (berprasangka baik) kepada Allah.
Hasan Al-Bashri berkata:
"Sesungguhnya orang mukmin berprasangka baik kepada Tuhannya, maka ia memperbaiki amalannya. Sedangkan orang fasik berprasangka buruk kepada Tuhannya, maka ia memperburuk amalannya."
Bagaimana mungkin seseorang yang lalai, menyia-nyiakan kewajiban, dan berbuat dosa dapat berprasangka baik kepada Allah, padahal ia menjauh dari-Nya, berpaling dari ketaatan kepada-Nya, serta tidak mendekati pintu-pintu rahmat dan ampunan-Nya?
Husnuzhan kepada Allah hanya dapat terjadi bersama dengan usaha yang baik dalam mendekatkan diri kepada-Nya.
Wajib bagi setiap mukmin untuk bertakwa kepada Allah dan tidak membiarkan dosa-dosanya menguasai dirinya.
Ia tidak boleh menganggap dosa-dosanya terlalu besar untuk diampuni oleh Allah, karena Allah tidak menganggap besar dosa apa pun untuk Dia ampuni.
Seorang mukmin juga harus berhati-hati dari berputus asa terhadap rahmat Allah dan tidak kehilangan harapan dari ampunan-Nya.
Ia harus bertobat kepada Allah dengan penuh keikhlasan, mendekatkan diri kepada-Nya, dan berprasangka baik bahwa Allah akan mengampuni kesalahannya, menerima tobatnya, menghapuskan dosa-dosanya, serta mengangkat derajatnya.
Ia harus segera memperbaiki dirinya sebelum kematian datang secara tiba-tiba, dalam keadaan dirinya berada pada kondisi yang buruk di hadapan Allah.
Ya Allah, Tuhan kami, kami memohon kepada-Mu dengan nama-nama-Mu yang indah dan sifat-sifat-Mu yang luhur, agar Engkau memberikan kami semua taufik untuk melakukan amal-amal yang Engkau cintai, keikhlasan dalam bertawakal kepada-Mu, dan husnuzhan kepada-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Agung.
Aku menyampaikan khutbah ini dan memohon ampunan kepada Allah untuk diriku, kalian, dan seluruh kaum muslimin dari segala dosa.
Maka mohonlah ampunan kepada-Nya, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Khutbah Kedua:
Segala puji bagi Allah, Zat yang Maha Pemurah, Maha Luas anugerah, kebaikan, dan pemberian-Nya.
Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan salawat dan salam kepada beliau, keluarga, dan seluruh sahabatnya.
Amma ba'du,..
wahai kaum mukminin, ...
hamba-hamba Allah: ...
Bertakwalah kepada Allah, karena barang siapa bertakwa kepada Allah, maka Allah akan melindunginya dan membimbingnya kepada kebaikan dalam urusan agamanya maupun dunianya.
Wahai kaum mukminin, hamba-hamba Allah: ...
Di antara dosa-dosa yang paling buruk, paling besar, dan paling berbahaya bagi manusia adalah su’uzhan (berprasangka buruk) kepada Allah.
Allah menyebut su’uzhan ini sebagai salah satu sifat orang-orang musyrik dan munafik.
Tidak ada ancaman dalam Al-Qur'an terhadap suatu dosa yang setara dengan ancaman terhadap prasangka buruk kepada Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
"Dan agar Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan, yang berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran keburukan, dan Allah murka kepada mereka, dan melaknat mereka, serta menyediakan neraka Jahannam untuk mereka. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali." (Surat Al-Fath: 6)
Allah juga berfirman tentang akibat buruk dari prasangka buruk ini:
"Dan prasangka kalian terhadap Tuhan kalian telah membinasakan kalian, sehingga jadilah kalian termasuk orang-orang yang merugi." (Surat Fussilat: 23-24)
Wahai kaum mukminin, ...
hamba-hamba Allah: ...
Su’uzhan kepada Allah adalah salah satu sebab utama kehancuran dan kerugian. Ketika seorang hamba berprasangka buruk kepada Tuhannya, maka amalannya pun menjadi buruk. Sebaliknya, ketika ia berprasangka baik kepada Tuhannya, maka amalannya akan menjadi baik pula.
Oleh karena itu, mengobati diri dari prasangka buruk kepada Allah harus dimulai dengan memperbaiki amal perbuatan dan memperdalam keimanan kepada-Nya.
Agar seorang hamba dapat mencapai derajat ini, ia harus memperkuat keimanan dan tawakalnya kepada Allah, memperdalam pengetahuan tentang Allah, nama-nama-Nya yang indah (Asmaul Husna), dan sifat-sifat-Nya yang mulia.
Ia juga harus berjuang untuk menerapkan apa yang dituntut oleh pengetahuan ini dalam bentuk penghambaan kepada Allah serta husnuzhan (prasangka baik) kepada-Nya.
Setiap nama dan sifat Allah mengandung konsekuensi tertentu yang harus diwujudkan oleh hamba.
Penghambaan kepada Allah bergantung pada pemahaman terhadap nama-nama dan sifat-sifat-Nya serta apa yang dituntut oleh nama dan sifat tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar