Minggu, 04 Oktober 2015

FITNAH DAJJAL

Alhamdulillah, was sholaatu was salaamu ala Rosulillah, wa ba'du :

Diantara fitnah yang sangat besar yang senantiasa diperingatkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah fitnah di akhir zaman adalah  tentang kemunculan Dajjal.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنِّى لأُنْذِرُكُمُوهُ ، وَمَا مِنْ نَبِىٍّ إِلاَّ أَنْذَرَهُ قَوْمَهُ ، لَقَدْ أَنْذَرَ نُوحٌ قَوْمَهُ ، وَلَكِنِّى أَقُولُ لَكُمْ فِيهِ قَوْلاً لَمْ يَقُلْهُ نَبِىٌّ لِقَوْمِهِ ، تَعْلَمُونَ أَنَّهُ أَعْوَرُ ، وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِأَعْوَرَ
“Aku akan menceritakannya kepada kalian dan tidak ada seorang Nabi pun melainkan telah menceritakan tentang Dajjal kepada kaumnya. Sungguh Nabi Nuh ‘alaihis salam telah mengingatkan kaumnya. Akan tetapi aku katakan kepada kalian tentangnya yang tidak pernah dikatakan oleh seorang Nabi pun kepada kaumnya, yaitu Dajjal itu buta sebelah matanya sedangkan Allah sama sekali tidaklah buta“. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Al - Imam As-Sa'fariny rahimahullah berkata, " Sepantasnya bagi seseorang yang memiliki ilmu agama agar menetapkan tentang kisah dajjal kepada anak-anak, para istri dan para lelaki, terlebih di zaman semisal sekarang ini yang telah banyak muncul berbagai fitnah, bergulir bermacam-macam ujian dan banyak pondasi agama dan sunnah telah tergerus, sehingga sunnah seolah menjadi perkara bid'ah dan perkara bid'ah menjadi sunnah yang di ikuti, dan la haula wala quwwata illa billah ".

Dajjal merupakan seorang lelaki dari keturunan bani Adam memiliki banyak sifat sebagaimana disebutkan dalam As-Sunnah yang sepantasnya di kisahkan kepada khalayak umum agar ketika waktunya muncul maka setiap muslim dapat mengenali nya dan tidak tertipu dengan fitnah nya.
Adapun ciri-ciri dajjal adalah : dia seorang lelaki keturunan bani Adam yang berkulit kemerahan, bertubuh pendek dan kekar, berleher tebal, berambut keriting, buta sebelah kanan matanya, seolah matanya seperti anggur yang pecah, dan mata kiri nya ditumbuhi kelopak mata yang tebal seperti terkena penyakit tumor, diantara kedua mata nya tertulis huruf " Ka - Fa - Ro ", yaitu Ka'fir yang dapat dibaca oleh setiap muslim baik yang mengerti tulisan ataupun tidak, dan ia tidak ber keturunan.

Dajjal akan muncul di akhir zaman dari sebelah Masyrik atau timur, tepatnya negri Khurosaan dan akan diikuti oleh tujuhpuluh ribu yahudi penduduk Ashbahaan.
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, " Dan dimulai kemunculan dajjal dari Ashbahaan, tepatnya di dataran luas yang di namakan Al-Yahudiyah dan akan di ikuti oleh para penduduknya yang berjumlah tujuhpuluh ribu orang dan bersenjata dan di ikut pula oleh orang-orang suku Tartar dan di bantu oleh para penduduk Khurosaan, pertama-tama ia menampakkan dirinya sebagai raja yang kejam, kemudian mengaku menjadi seorang nabi dan kemudian mengaku menjadi tuhan dan di ikuti oleh orang-orang yang awam, bodoh, jahil dan jahat dan senantiasa ditentang oleh para hamba Allah yang saleh, dan menghindari nya hingga pergi ke suatu gunung.
Adapun dajjal akan mengitari dan memasuki seluruh penjuru dunia kecuali kota Makkah dan Madinah, karena Allah Ta'ala mengharamkan untuk memasuki keduanya disebabkan telah  memberikan penjagaan dengan barisan para Malaikat yang senantiasa menjaga kedua nya.

Fitnah dajjal sangat dahsyat luar biasa dan paling berbahaya semenjak di ciptakan nya Adam, dikarenakan Allah Ta'ala telah berikan kemampuan yang sangat luar biasa, bersamanya surga dan neraka. Namun nerakanya adalah surga dan surganya adalah neraka, bersamanya sungai yang meluap air dan segunung makanan, dan memerintahkan langit untuk hujan maka turunlah hujan, memerintahkan bumi untuk tumbuh tanaman maka tumbuh seketika, dan bersamanya perbendaharaan isi bumi, dan berjalan di muka bumi sangat cepat seperti air hujan yang ditiup angin kencang, dan masih banyak keanehan dan kemampuan yang sangat diluar nalar manusia, sehingga mengecohkan para pengikutnya dan orang-orang yang beriman semakin tambah keimanan nya.

Diwayatkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu dari sahabat Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا مَعَ الدَّجَّالِ، مِنْهُ مَعَهُ نَهْرَانِ يَجْرِيَانِ أَحَدُهُمَا رَأْيَ الْعَيْنِ مَاءٌ أَبْيَضُ وَاْلآخَرُ رَأْيَ الْعَيْنِ نَارٌ تَأَجَّجُ فَإِمَّا أَدْرَكَنَّ أَحَدٌ فَلْيَأْتِ النَّهْرَ الَّذِي يَرَاهُ نَارًا وَلْيُغَمِّضْ ثُمَّ لْيُطَأْطِئْ رَأْسَهُ فَيَشْرَبَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مَاءٌ بَارِدٌ، وَإِنَّ الدَّجَّالَ مَمْسُوْحُ الْعَيْنِ عَلَيْهَا ظَفَرَةٌ غَلِيْظَةٌ مَكْتُوْبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ كَافِرٌ يَقْرَؤُهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ كَاتِبٍ وَغَيْرِ كَاتِبٍ

“Sesungguhnya aku mengetahui apa yang menyertai Dajjal. Yaitu, bersamanya ada dua sungai yang mengalir. Dengan penglihatan mata, salah satunya adalah air yang putih dan yang lain api yang berkobar. Maka barangsiapa menjumpai yang demikian hendaklah dia mendatangi sungai yang dia lihat sebagai api dan pejamkan matanya kemudian tundukkan kepalanya dan minumlah darinya, karena sesungguhnya itu adalah air yang dingin. Sesungguhnya Dajjal buta dan pada matanya ada daging tumbuh yang tebal serta tertulis di antara dua matanya kafir, yang akan dibaca oleh setiap orang yang beriman baik yang bisa menulis atau tidak.”

Diwayatkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu dalam Shahih beliau, dari sahabat An-Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu,

قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا لَبْثُهُ فِي اْلأَرْضِ؟ قَالَ:أَرْبَعُوْنَ يَوْمًا يَوْمٌ كَسَنَةٍ وَيَوْمٌ كَشَهْرٍ وَيَوْمٌ كَجُمُعَةٍ وَسَائِرُ أَيَّامِهِ كَأَيَّامِكُمْ. قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، فَذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَسَنَةٍ أَتَكْفِيْنَا فِيْهِ صَلاَةُ يَوْمٍ؟ قَالَ: لاَ، اقْدُرُوا لَهُ قَدْرَهُ. قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَمَا إِسْرَاعُهُ فِي اْلأَرْضِ؟ قَالَ: كَالْغَيْثِ اسْتَدْبَرَتْهُ الرِّيْحُ، فَيَأْتِي عَلَى الْقَوْمِ فَيَدْعُوْهُمْ فَيُؤْمِنُوْنَ بِهِ وَيَسْتَجِيْبُوْنَ لَهُ فَيَأْمُرُ السَّمَاءَ فَتُمْطِرُ وَاْلأَرْضَ فَتُنْبِتُ

Kami berkata: “Ya Rasulullah, berapa lama masa tinggalnya di atas dunia?” Beliau bersabda: “40 hari. Satu hari bagaikan satu tahun, satu hari bagaikan satu bulan, dan satu hari bagaikan satu minggu dan selain itu harinya sama dengan hari biasa.” Kami mengatakan: “Ya Rasulullah, bagaimana kalau satu hari bagaikan satu tahun, apakah cukup bagi kita untuk melaksanakan shalat satu hari?” Rasulullah bersabda: “Tidak, tetapi ukurlah kadarnya.” Kami berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana tentang kecepatannya di muka bumi?” Beliau bersabda: “Bagaikan hujan yang ditiup oleh angin lalu dia mendatangi kaum dan menyerukan mereka sehingga mereka beriman kepadanya dan menerima seruannya. Dia juga memerintahkan langit untuk menurunkan hujan dan kemudian hujan turun; dan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanaman maka kemudian tumbuh".

Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu dari sahabat Abu Sai’d Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata,

حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا حَدِيْثًا طَوِيْلاً عَنِ الدَّجَّالِ فَكَانَ فِيْمَا حَدَّثَنَا قَالَ: يَأْتِي وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْهِ أَنْ يَدْخُلَ نِقَابَ الْمَدِيْنَةِ فَيَنْتَهِي إِلَى بَعْضِ السِّبَاخِ الَّتِي تَلِي الْمَدِيْنَةَ فَيَخْرُجُ إِلَيْهِ يَوْمَئِذٍ رَجُلٌ هُوَ خَيْرُ النَّاسِ أَوْ مِنْ خَيْرِ النَّاسِ فَيَقُوْلُ لَهُ: أَشْهَدُ أَنَّكَ الدَّجَّالُ الَّذِي حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيْثَهُ. فَيَقُوْلُ الدَّجَّالُ: أَرَأَيْتُمْ إِنْ قَتَلْتُ هَذَا ثُمَّ أَحْيَيْتُهُ أَتَشُكُّوْنَ فِي اْلأَمْرِ؟ فَيَقُوْلُوْنَ: لاَ. قَالَ: فَيَقْتُلُهُ ثُمَّ يُحْيِيْهِ فَيَقُوْلُ حِيْنَ يُحْيِيْهِ: وَاللهِ مَا كُنْتُ فِيْكَ قَطُّ أَشَدَّ بَصِيْرَةً مِنِّي اْلآنَ. قَالَ: فَيُرِيْدُ الدَّجَّالُ أَنْ يَقْتُلَهُ فَلاَ يُسَلَّطُ عَلَيْهِ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami sebuah hadits yang panjang tentang Dajjal pada suatu hari. Di antara apa yang beliau sampaikan adalah: “Dajjal datang dan dia diharamkan untuk masuk ke kota Madinah, maka dia berakhir di daerah yang tanahnya bergaram yang berada di sekitar Madinah. Maka keluarlah kepadanya seorang yang paling baik dan dia berkata: ‘Aku bersaksi bahwa kamu adalah Dajjal yang telah diceritakan oleh Rasulullah.’ Lalu Dajjal berkata (kepada pengikutnya): ‘Bagaimana jika aku membunuh orang ini kemudian menghidupkannya, apakah kalian masih tetap ragu tentang urusanku?’ Mereka berkata: ‘Tidak.’ Dia pun membunuhnya kemudian menghidupkannya. Orang yang baik itu berkata setelah dihidupkan: ‘Demi Allah, aku semakin yakin tentang dirimu.’ Rasulullah berkata: ‘Lalu Dajjal ingin membunuhnya lagi namun dia tidak sanggup melakukannya”.

Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Sesungguhnya Dajjal dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai ujian bagi hamba-hamba-Nya dengan kejadian-kejadian luar biasa yang diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui tangannya yang bisa disaksikan pada masanya. Dan bagi orang yang memenuhi panggilannya; memerintahkan langit untuk menurunkan hujan lalu turun dan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan tanamannya lalu terlaksana yang bisa dimakan oleh binatang-binatang ternak dan dimanfaatkan oleh mereka sendiri kemudian mereka bisa mengambil manfaat dari binatang ternak baik daging ataupun susunya. Dan orang yang tidak memenuhi panggilannya serta menolak seruannya akan ditimpa oleh paceklik penuh kekurangan, binatang-binatang ternak mereka habis mati, kekurangan pada harta benda, jiwa, dan buah-buahan. Bersamanya juga ada perbendaharaan bagaikan mayang kurma dan dia membunuh seseorang lalu menghidupkannya. Ini semua bukan penipuan melainkan hakikat yang nyata yang diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya pada akhir zaman nanti. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyesatkan banyak orang dan memberikan hidayah kepada mereka. Orang-orang yang ragu, niscaya mereka akan kafir. Dan akan bertambahlah iman orang-orang yang beriman.”

Al-Imam Ibnu Hajar rahimahullahu berkata: “Pada diri Dajjal terdapat bukti nyata atas kedustaannya di hadapan orang-orang yang berakal. Karena dia memiliki wujud fisik serta memiliki bukti dari perbuatannya. Bersamaan dengan kekurangan pada dirinya bahwa dia adalah orang yang buta sebelah matanya. Jika dia menyeru manusia untuk mempertuhankannya itu menunjukkan keadaannya yang paling buruk. Bagi orang yang berakal mengetahui bahwa dia tidak mungkin akan bisa menciptakan selainnya, memperbaiki dan memperbagus serta dia tidak sanggup untuk menghilangkan kekurangan (seperti: matanya yang buta, tulisan kafir di dahinya, dll) yang ada pada dirinya. Maka ucapan yang paling ringan untuk dikatakan adalah: ‘Wahai orang yang menyangka bisa menciptakan langit dan bumi, bentuklah dirimu, perbaguslah dan hilangkan sifat kekurangan pada dirimu. Dan jika kamu menyangka bahwa tidak akan terjadi sesuatu yang baru pada diri Rabb, maka hilangkan apa yang tertulis di antara kedua matamu".

Al-Imam Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullahu berkata, “Hadits-hadits ini yang disebutkan oleh Al-Imam Muslim rahimahullahu dan selain beliau tentang kisah Dajjal adalah hujjah bagi ahlul haq tentang kebenarannya. Dia adalah manusia biasa yang dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai ujian bagi hamba-hamba-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kemampuan kepadanya berupa hal-hal yang merupakan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, seperti menghidupkan mayat yang dibunuhnya, serta bersamanya ada segala kenikmatan dunia, surga dan neraka, perbendaharaan dunia, dia memerintahkan langit untuk menurunkan hujan lalu terjadi dan memerintahkan bumi untuk menumbuhkan lalu terlaksana. Semuanya terjadi dengan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kehendak-Nya. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepadanya ketidaksanggupan untuk membunuh orang tersebut (setelah dia menghidupkannya) dan selain orang tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga membatilkan urusannya lalu dia dibunuh oleh Nabi ‘Isa ‘alaihissalam dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengokohkan orang-orang yang beriman. Inilah madzhab Ahlus Sunnah dan seluruh ahli hadits serta para fuqaha dan para peneliti. Berbeda dengan orang-orang yang mengingkarinya dan menolak perkaranya, seperti Khawarij, Jahmiyyah, sebagian Mu’tazilah serta selain mereka, yaitu bahwa Dajjal itu benar adanya, namun kejadian-kejadian luar biasa pada diri Dajjal adalah khayalan yang tidak memiliki hakikat. Mereka mengira, jika hal itu benar niscaya tidak ada perbedaan dengan mukjizat yang terjadi pada diri nabi. Cara berfikir seperti ini termasuk kesalahan mereka seluruhnya, karena Dajjal tidak mengaku sebagai nabi dan apa yang terjadi pada dirinya hanya sebatas sebagai bukti bahwa dia Dajjal. Dia justru mengaku sebagai Rabb, meski pada kenyataannya dia berdusta dalam pengakuannya, dari sisi penampilannya sendiri, sesuatu yang baru terjadi, kekurangan dalam hal penciptaan, ketidaksanggupannya untuk menghilangkan kebutaan matanya dan menghilangkan tulisan kafir yang terdapat di antara dua matanya.
Oleh karena itulah, para nabi memperingatkan dari fitnahnya serta menjelaskan tentang kelemahan dan bukti kedustaannya. Adapun orang yang diberikan taufiq oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala mereka tidak akan tertipu dan terpesona dengan apa yang menyertainya dari bukti-bukti yang penuh kedustaan bersamaan dengan apa yang telah dijelaskan tentang keadaannya. Pantaslah orang yang telah dibunuhnya berkata: “Tidak menambahku tentang dirimu kecuali keyakinan ".

Adapun Hadist mengenai kisah Dajjal ketika terbelenggu di sebuah pulau pada masa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Amir bin Syurahil Asy-Sya’bi suku Hamdan, bahwa ia pernah bertanya kepada Fatimah binti Qais, saudara wanita Adh-Dhahhak bin Qais, salah seorang muhajirah (peserta hijrah wanita) angkatan pertama. Amir berkata kepada Fatimah, “Sampaikanlah kepadaku sebuah hadits yang engkau dengar dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam secara langsung tanpa melalui orang lain.” Fatimah menjawab, “Jika engkau menginginkan akan saya lakukan.” Amir berkata, “Benar, ceritakanlah kepadaku.” Fatimah berkata, “Dahulu saya kawin dengan Ibnul Mughirah, salah seorang pemuda Quraisy yang baik pada waktu itu, lalu ia gugur dalam jihad pertama bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Ketika saya menjanda, saya dilamar oleh Abdur Rahman bin Auf, salah seorang kelompok sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam meminangku untuk mantan budaknya yang bernama Usamah bin Zaid, sedangkan saya pernah mendapatkan berita bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Barangsiapa yang mencintai aku hendaklah ia mencintai Usamah.”
Maka ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan pinangannya kepada saya, saya berkata, “Urusanku berada di tanganmu, karena itu nikahkanlah saya dengan siapa saja yang engkau kehendaki.” Lalu beliau bersabda, “Pindahlah ke rumah Ummu Syarik.” Dan Ummu Syarik ini adalah seorang wanita yang kaya dari kalangan Anshar yang suka melakukan infaq di jalan Allah dan biasa dikunjungi tamu-tamu. Lalu saya berkata, “Akan saya laksanakan.” Kemudian beliau bersabda, “Jangan kau lakukan, sesungguhnya Ummu Syarik itu seorang wanita yang sering didatangi tamu-tamu, dan aku tidak suka kerudung (jilbab)mu terlepas atau pakaianmu terbuka dan tampak betismu, lalu dilihat oleh kaum itu apa yang tidak engkau sukai. Teteapi berpindahlah ke rumah putra pamanmu yaitu Abdullah bin Amr Ibnu Ummi Maktum” (seorang lelaki dari Banih Fihr, Yaitu Fihr Quraisy, yang dari kalangan merekalah Abdullah dan Fatimah ini dilahirkan). Lalu saya – kata Fatimah melanjutkan – pindah ke sana.
Ketika masa ‘iddah ku telah habis, saya mendengar tukang seru Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menyerukan Ash-Shalaatu Jaami’ah (Shalatlah dengan berjama’ah). Lalu saya pergi ke Masjid dan shalat bersama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dansay berada di shaf wanita yang ada di belakang shaf laki-laki. Ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam usai melakukan shalat, beliau duduk di atas mimbar sambil tersenyum seraya berkata, “Hendaklah tiap orang-orang tetap berada di tempat shalatnya.” Kemudian beliau melanjutkan, “Tahukah kamu, mengapa saya kumpulkan kamu?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengerti.” Beliau bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku tidak mengumpulkan kalian karena senang atau benci. Aku kumpulkan kalian karena Tamim ad-Dari, seorang pengikut Nasrani, telah berbai’at masuk Islam dan dia bercerita kepadaku tentang suatu masalah yang sesuai dengan apa yang pernah aku sampaikan kepada kalian mengenai Masih Ad-Dajjal. Ia bercerita bahwa ia pernah naik perahu bersama tiga puluh orang yang terdiri atas orang-orang yang berpenyakit kulit dan lepra. Lalu mereka dihempas ombak selama sebulan di laut, kemudian mereka mencari perlindungan ke sebuah pulau di tengah lautan hingga sampai di daerah terbenamnya matahari. Lantas mereka menggunakan sampan kecil dan memasuki pulau tersebut. Di sana mereka berjumpa seekor binatang yang bulunya sangat lebat hingga tidak kelihatan mana kepalanya dan mana duburnya, karena lebat bulunya. Mereka berkata pada binatang tersebut, “Siapa kamu?” Binatang itu menjawab,” Aku adalah Al-Jassasah.” Mereka bertanya, “Apakah Al-Jassasah itu?” Dia menjawab, “Wahai kaum pergilah kepada orang yang berada di dalam biara ini, karena ia sangat merindukan berita kalian.” Kata Tamim, “Ketika binatang itu menyebut seseorang kami menjauhinya, karena kami takut binatang itu adalah setan. Lalu kami berangkat cepat-cepat hingga kami memasuki biara tersebut, tiba-tiba di sana ada seorang laki-laki yang sangat besar tubuhnya dan tegap tubuhnya, kedua tangannya dibelenggu ke kuduknya, antara kedua lututnya dan mata kakinya dirantai dengan besi. Kami bertanya, “Siapakah engkau ini?” Dia menjawab, “Kalian dapat menguak beritaku, karena itu beritahukanlah kepadaku siapakah sebenarnya kalian ini?” Mereka menjawab, kami adalah orang-orang dari Arab. Kami naik perahu dan kami terkatung-katung di laut dipermainkan ombak selama satu bulan, kemudian kami mencari tempat berlindung ke pulaumu ini, dengan menaiki sampan kecil yang ada di sini lantas kami masuk pulau ini.
Dia (lelaki itu) berkata, “Tolong kabarkan kepada kami tentang desa Nakh Baisan.” Kami bertanya, “Tentang apanya?” Ia berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya pohon-pohon kurman akan tidak berbuah lagi.” Dan dia bertanya lagi, “Tolong beritahukan kepadaku tentang danau Ath-Thabariah.” Kami bertanya, “Tentang apanya?” Dia bertanya, “Apakah ada airnya.” Kami menjawab, “Airnya banyak sekali.” Dia berkata, “Ketahuilah airnya akan habis.” Selanjutnya dia berkata lagi, “Kabarkan kepadaku tentang negeri ‘Ain Sughar.” Kami bertanya, “Tentang apanya?” DIa menjawab, “Apakah sumbernya masih mengeluarkan air yang dapat digunakan penduduknya untuk menyiramkan tanamannya.” Kami menjawab, “Airnya banyak sekali dan penduduknya menggunakannya untuk menyiram tanaman mereka.” Dia berkata lagi, “Tolong beritahukan kepadaku tentang Nabi orang Ummi, apakah yang dilakukannya?” Kami menjawab, “Beliau telah berhijrah meninggalkan Mekkah ke Yastrib.” Dia bertanya, “Apakah orang-orang Arab memeranginya?” Kami menjawab, “Ya.” DIa bertanya lagi, “Apakah yang dilakukannya terhadap mereka?” :Lalu kami beritahukan bahwa beliau menolong orang-orang Arab yang mengikuti beliau dan mereka mamatuhi beliau. Dia bertanya, “Apakah benar demikian?” Kami menjawab, “Benar.” Dia berkata, “Ketahuilah bahwasanya lebih baik bagi mereka untuk mematuhinya. Dan perlu saya beritahukan kepada kalian bahwa saya adalah Al-Masih (Ad-Dajjal). Dan saya akan diizinkan keluar, yang nantinya saya akan berkelana di muka bumi, maka tidak ada satupun desa melainkan saya singgahi selama empat puluh malam kecuail Mekkah dan Thaibah (Madinah), karena kedua kota ini diharamkan atas saya. Setiap saya hendak memasuki salah satunya, saya dihadang oleh seorang Malaikat yang menghunus pedang, dan tiap-tiap lorongnya ada Malaikat yang menjaganya.”
Fatimah berkata, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabada sembari mencocokkan (menusukkan) tongkat kecilnya di mimbar, ‘Inilah Thaibah, inilah Thaibah, inilah Thaibah, yakni Madinah.’” Ingatlah, bukanlah aku telah memberitahukan kepadamu tentang itu?” Orang-orang menjawab, “Ya.” Selanjutnya beliau bersabda, “Saya heran terhadap cerita Tamim yang sesuai dengan yang apa saya ceritakan kepada kalian, juga tentang kota Madinah dan Makkah. Ketahuilah bahwa dia ada di laut Syam atau di Laut Yaman. Oh tidak, tetapai ia akan datang dari arah timur, arah timur, arah timur.” Dan beliau berisyarat dengan tangan beliau menunjuk ke arah timur. Fatimah berkata, “Maka saya hafal ini dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.”
Ibnu Hajar berkata, “Sebagian ulama beranggapan bahwa hadist Fatimah binti Qais ini adalah sebagai Hadits Gharib yang hanya diriwayatkan oleh perseorangan, padahal sebenarnya tidak demikian. Hadist ini disamping diriwayatkan dari Fatimah binti Qais juga diriwayatkan dari Abu Hurairah, Aisyah dan Jabir radhiyallahu anhum ajmaiin.

Adapun kisah tentang terbunuh nya dajjal,

عَنِ النَّوَّاسِ بْنِ سَمْعَانَ قَالَ ذَكَرَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الدَّجَّالَ ذَاتَ غَدَاةٍ فَخَفَّضَ فِيهِ وَرَفَّعَ حَتَّى ظَنَنَّاهُ فِى طَائِفَةِ النَّخْلِ فَلَمَّا رُحْنَا إِلَيْهِ عَرَفَ ذَلِكَ فِينَا فَقَالَ « مَا شَأْنُكُمْ ». قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَكَرْتَ الدَّجَّالَ غَدَاةً فَخَفَّضْتَ فِيهِ وَرَفَّعْتَ حَتَّى ظَنَنَّاهُ فِى طَائِفَةِ النَّخْلِ. فَقَالَ « غَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُنِى عَلَيْكُمْ إِنْ يَخْرُجْ وَأَنَا فِيكُمْ فَأَنَا حَجِيجُهُ دُونَكُمْ وَإِنْ يَخْرُجْ وَلَسْتُ فِيكُمْ فَامْرُؤٌ حَجِيجُ نَفْسِهِ وَاللَّهُ خَلِيفَتِى عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ إِنَّهُ شَابٌّ قَطَطٌ عَيْنُهُ طَافِئَةٌ كَأَنِّى أُشَبِّهُهُ بِعَبْدِ الْعُزَّى بْنِ قَطَنٍ فَمَنْ أَدْرَكَهُ مِنْكُمْ فَلْيَقْرَأْ عَلَيْهِ فَوَاتِحَ سُورَةِ الْكَهْفِ إِنَّهُ خَارِجٌ خَلَّةً بَيْنَ الشَّأْمِ وَالْعِرَاقِ فَعَاثَ يَمِينًا وَعَاثَ شِمَالاً يَا عِبَادَ اللَّهِ فَاثْبُتُوا ». قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا لَبْثُهُ فِى الأَرْضِ قَالَ « أَرْبَعُونَ يَوْمًا يَوْمٌ كَسَنَةٍ وَيَوْمٌ كَشَهْرٍ وَيَوْمٌ كَجُمُعَةٍ وَسَائِرُ أَيَّامِهِ كَأَيَّامِكُمْ ». قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِى كَسَنَةٍ أَتَكْفِينَا فِيهِ صَلاَةُ يَوْمٍ قَالَ « لاَ اقْدُرُوا لَهُ قَدْرَهُ ». قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا إِسْرَاعُهُ فِى الأَرْضِ قَالَ « كَالْغَيْثِ اسْتَدْبَرَتْهُ الرِّيحُ فَيَأْتِى عَلَى الْقَوْمِ فَيَدْعُوهُمْ فَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَجِيبُونَ لَهُ فَيَأْمُرُ السَّمَاءَ فَتُمْطِرُ وَالأَرْضَ فَتُنْبِتُ فَتَرُوحُ عَلَيْهِمْ سَارِحَتُهُمْ أَطْوَلَ مَا كَانَتْ ذُرًا وَأَسْبَغَهُ ضُرُوعًا وَأَمَدَّهُ خَوَاصِرَ ثُمَّ يَأْتِى الْقَوْمَ فَيَدْعُوهُمْ فَيَرُدُّونَ عَلَيْهِ قَوْلَهُ فَيَنْصَرِفُ عَنْهُمْ فَيُصْبِحُونَ مُمْحِلِينَ لَيْسَ بِأَيْدِيهِمْ شَىْءٌ مِنْ أَمْوَالِهِمْ وَيَمُرُّ بِالْخَرِبَةِ فَيَقُولُ لَهَا أَخْرِجِى كُنُوزَكِ. فَتَتْبَعُهُ كُنُوزُهَا كَيَعَاسِيبِ النَّحْلِ ثُمَّ يَدْعُو رَجُلاً مُمْتَلِئًا شَبَابًا فَيَضْرِبُهُ بِالسَّيْفِ فَيَقْطَعُهُ جَزْلَتَيْنِ رَمْيَةَ الْغَرَضِ ثُمَّ يَدْعُوهُ فَيُقْبِلُ وَيَتَهَلَّلُ وَجْهُهُ يَضْحَكُ فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ بَعَثَ اللَّهُ الْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ فَيَنْزِلُ عِنْدَ الْمَنَارَةِ الْبَيْضَاءِ شَرْقِىَّ دِمَشْقَ بَيْنَ مَهْرُودَتَيْنِ وَاضِعًا كَفَّيْهِ عَلَى أَجْنِحَةِ مَلَكَيْنِ إِذَا طَأْطَأَ رَأَسَهُ قَطَرَ وَإِذَا رَفَعَهُ تَحَدَّرَ مِنْهُ جُمَانٌ كَاللُّؤْلُؤِ فَلاَ يَحِلُّ لِكَافِرٍ يَجِدُ رِيحَ نَفَسِهِ إِلاَّ مَاتَ وَنَفَسُهُ يَنْتَهِى حَيْثُ يَنْتَهِى طَرْفُهُ فَيَطْلُبُهُ حَتَّى يُدْرِكَهُ بِبَابِ لُدٍّ فَيَقْتُلُهُ ثُمَّ يَأْتِى عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ قَوْمٌ قَدْ عَصَمَهُمُ اللَّهُ مِنْهُ فَيَمْسَحُ عَنْ وُجُوهِهِمْ وَيُحَدِّثُهُمْ بِدَرَجَاتِهِمْ فِى الْجَنَّةِ فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ أَوْحَى اللَّهُ إِلَى عِيسَى إِنِّى قَدْ أَخْرَجْتُ عِبَادًا لِى لاَ يَدَانِ لأَحَدٍ بِقِتَالِهِمْ فَحَرِّزْ عِبَادِى إِلَى الطُّورِ…

Maka telah sah riwayat  dari An Nawwas bin Sam'an berkata, " Pada suatu pagi, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam menyebut Dajjal, beliau melirihkan suara dan mengeraskannya hingga kami mengiranya berada disekelompok pohon kurma. Kami pergi meninggalkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam lalu kami kembali lagi, beliau mengetahui hal itu pada kami lalu beliau bertanya: “Kenapa kalian?” kami menjawab: wahai Rasulullah, Tuan menyebut Dajjal pada suatu pagi, Tuan melirihkan dan mengeraskan suara hingga kami mengiranya ada disekelompok pohon kurma, beliau bersabda: “Selain Dajjal yang lebih aku khawatirkan pada kalian, bila ia muncul dan aku berada ditengah-tengah kalian, aku akan mengalahkannya, bukan kalian dan bila ia muncul dan aku sudah tidak ada ditengah-tengah kalian, maka setiap orang adalah pembela dirinya sendiri dan Allah adalah penggantiku atas setiap muslim, ia adalah pemuda ikal, matanya menonjol, mirip ‘Abdu Al ‘Uzza bin Qathan. Siapa pun diantara kalian yang melihatnya hendaklah membaca permulaan surat Al Kahfi, ia muncul diantara Syam dan ‘Irak lalu banyak membuat kerusakan dikanan dan dikiri, wahai hamba-hamba Allah, teguhlah kalian.” Kami bertanya: Berapa lama ia tinggal di bumi? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam menjawab: “Empat puluh hari, satu hari seperti setahun, satu hari seperti sebulan, satu hari seperti satu pekan dan hari-hari lainnya seperti hari-hari kalian.” Kami bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana menurut Tuan tentang satu hari yang seperti satu tahun, cukupkah bagi kami shalat sehari? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Tidak, tapi perkirakanlah ukurannya.” Kami bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana kecepatannya di bumi? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam menjawab: Seperti hujan yang diakhiri angin. Ia mendatangi kaum dan menyeru mereka, mereka menerimanya, ia memerintahkan langit agar menurunkan hujan, langit lalu menurunkan hujan, ia memerintahkan bumi agar mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, bumi lalu mengeluarkan tumbuh-tumbuhan lalu binatang ternak mereka pergi dengan punuk yang panjang, lambung yang lebar dan kantong susu yang berisi lalu kehancuran datang lalu ia berkata padanya: ‘Keluarkan harta simpananmu.’ Lalu harta simpanannya mengikutinya seperti lebah-lebah jantan. Kemudian ia memanggil seorang pemuda belia, ia menebasnya dengan pedang lalu memutusnya menjadi dua bagian lalu memanggilnya, ia datang memanggut-manggutkan wajahnya seraya tertawa, saat ia seperti itu, tiba-tiba ‘Isa putra Maryam turun di sebelah timur Damaskus di menara putih dengan mengenakan dua baju berwantek za’faran seraya meletakkan kedua tangannya diatas sayap dua malaikat, bila ia menundukkan kepala, air menetas dan bila ia mengangkat kepala keringat bercucuran seperti mutiara, tidaklah orang kafir mencium bau dirinya kecuali mati dan bau nafasnya sejauh matanya memandang. Isa mencari Dajjal hingga menemuinya di pintu Ludd lalu membunuhnya. Setelah itu Isa putra Maryam mendatangi suatu kaum yang dijaga oleh Allah dari Dajjal. Ia mengusap wajah-wajah mereka dan menceritakan tingkatan-tingkatan mereka disurga. Saat mereka seperti itu, Allah mewahyukan padanya: ‘Sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hambaKu, tidak ada yang bisa memerangi mereka, karena itu giringlah hamba-hambaKu ke Thur. Allah mengirim Ya’juj dan Ma’juj, ‘Dari segala penjuru mereka datang dengan cepat.’ (Al Anbiyaa`: 96) Lalu yang terdepan melintasi danau Thabari dan minum kemudian yang belakang melintasi, mereka berkata: ‘Tadi disini ada airnya.’ nabi Allah Isa dan para sahabatnya dikepung hingga kepala kerbau milik salah seorang dari mereka lebih baik dari seratus dinar milik salah seorang dari kalian saat ini, lalu nabi Allah Isa dan para sahabatnya menginginkan Allah mengirimkan cacing di leher mereka lalu mereka mati seperti matinya satu jiwa, lalu ‘Isa dan para sahabatnya datang, tidak ada satu sejengkal tempat pun melainkan telah dipenuhi oleh bangkai dan bau busuk darah mereka. Lalu Isa dan para sahabatnya berdoa kepada Allah lalu Allah mengirim burung seperti leher unta. Burung itu membawa mereka dan melemparkan mereka seperti yang dikehendaki Allah, lalu Allah mengirim hujan kepada mereka, tidak ada rumah dari bulu atau rumah dari tanah yang menghalangi turunnya hujan, hujan itu membasahi bumi hingga dan meninggalkan genangan dimana-mana. Allah memberkahi kesuburannya hingga hingga sekelompok manusia cukup dengan unta perahan, satu kabilah cukup dengan sapi perahan dan beberapa kerabat mencukupkan diri dengan kambing perahan. Saat mereka seperti itu, tiba-tiba Allah mengirim angin sepoi-sepoi lalu mencabut nyawa setiap orang mu`min dan muslim dibawah ketiak mereka, dan orang-orang yang tersisa adalah manusia-manusia buruk, mereka melakukan hubungan badan secara tenang-terangan seperti keledai kawin. Maka atas mereka itulah kiamat terjadi.”

Dari [Abdurrahman bin Yazid bin Jabir] dengan sanad ini seperti yang telah kami sebutkan, tapi ia menambahkan setelah sabda beliau, “Tadi disini ada airnya, ” “Mereka berjalan hingga sampai gunung khamar, gunung Baitul Maqdis, mereka berkata: ‘Kita telah membunuh orang-orang yang ada di bumi, ayo kita bunuh yang ada di langit.’ Mereka pun melesakkan panah mereka ke langit lalu Allah membalikkan panah mereka bermerah darah.”
Disebutkan dalam riwayat Ibnu Hujr, “Sesungguhnya Aku telah menurunkan hamba-hambaKu, tidak ada seorang pun yang bisa memerangi mereka.” (HR. Muslim)

Adapun usaha kita sebagai seorang muslim agar terhindar dan selamat dari fitnah dajjal sebagaimana di ajarkan dalam As-Sunnah adalah sebagai berikut :

1). Berpegang teguh dengan Islam dan bersenjatakan iman serta mengetahui nama-nama Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sifat-sifat-Nya yang mulia yang tidak ada seorangpun menyamai-Nya dalam masalah ini. Diketahui bahwa Dajjal adalah manusia biasa yang makan dan minum, dan Maha Suci Allah dari hal itu. Dajjal buta sebelah sementara Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak demikian. Dan tidak ada seorang pun bisa melihat Allah Subhanahu wa Ta’ala sampai mati, sementara Dajjal dilihat ketika keluarnya baik oleh orang-orang kafir atau mukmin.

2). Berlindung dari fitnah Dajjal, terlebih ketika shalat sebagaimana yang banyak diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, diantaranya adalah hadits shohih riwayat Imam Muslim, dari Sahabat ‘Abdullah ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengajarkan do’a, 

اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

“Allaahumma innaa na’uudzu bika min ‘adzaabi jahannama, wa a’uudzu bika min ‘adzzabil qobri, wa a’uudzu bika min fitnatil masiihid dajjaali, wa a’uudzu bika min fitnal mahyaa wal mamaat. ”

“Ya Allah, sungguh kami berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam, aku  berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah ad dajjaal dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian.”

3). Membaca sepuluh ayat dari surat Al-Kahfi baik awal ataupun akhirnya di hadapan Dajjal.

Sebagaimana dalam Hadits riwayat Imam Muslim dari Sahabat Abu Darda'  radhiyallahu anhu,  bahwa Rosulillah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ

“Barangsiapa yang hafal sepuluh pertama dari Surat Al Kahfi maka Allah Ta'ala akan melindunginya dari fitnah Dajjal.”

Al-Imam An-Nawawy rahimahullah berkata, " Sebab dianjurkan nya membaca surat tersebut dikarenakan didalam nya terkandung perkara dan tanda-tanda kebesaran Allah Ta'ala, maka barangsiapa yang mentadaburi nya akan terjaga dari fitnah Dajjal, demikian pula sepuluh terakhir dari surat tersebut ".

4). Lari dari Dajjal dan mencari tempat perlindungan, seperti kota Makkah dan Madinah. Karena keduanya adalah tempat yang tidak akan dimasuki oleh Dajjal, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Al-Imam Ahmad, Abu Dawud, dan Al-Hakim dari sahabat ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu,  meriwayatkan sebuah hadits, dia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ سَمِعَ بِالدَّجَّالِ؛ فَلْيَنْأَ عَنْهُ، فَوَ اللهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَأْتِيْهِ وَهُوَ يَحْسَبُ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ، فَيَتَّبِعُهُ مِمَّا يُبْعَثُ بِهِ مِنَ الشُّبُهَاتِ، أَوْ لِمَـا يُبْعَثُ بِهِ مِنَ الشُّبُهَاتِ.

" Barangsiapa mendengar kedatangan Dajjal, maka hendaklah ia menjauh darinya. Demi Allah, sesungguhnya seseorang mendatanginya padahal dia menganggap bahwa dirinya adalah seorang mukmin, lalu dia meng-ikutinya karena banyaknya syubhat yang menyertainya, atau tatkala syubhat menyertainya.’” 

5). Mengetahui tentang Hadist - hadist dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang menerangkan Dajjal dan sifat-sifat nya dan tempat keluarnya serta jalan selamat dari nya, sebagaimana sebahagian telah disebutkan di atas.

Jumat, 02 Oktober 2015

SEJENAK MUSIBAH MINNA 1436

As-Syaikh Prof DR Abdurrozak Al-Badr hafidhohullahu Ta'ala.

الحمدُ لله ربِّ العالمين، وأشهد أنْ لا إلـٰه إلَّا الله وحده لا شريك له،
وأشهد أنَّ محمَّدًا عبده ورسوله، صلَّى الله وسلَّم عليه وعلى آله وأصحابه
أجمعين.

أسأل الله عزّ وجلّ بأسمائه الحسنى وصفاته العليا أن يتقبّلَ منّا أجمعين
حجَّنا وصالحَ عملنا، وأن يعيدَنا إلى أهلينا، وقد غُفِرت الذنوب، وحصل الفوزُ
برفيع الدّرجات، وتكفير السّيئات، والله عزّ وجلّ واسعُ المنّ، عظيم الفضل جلّ
في علاه، نسأله عزّ وجلّ أن يتقبّلَ منّا أعمالنا بقَبُولٍ حَسَن، إنه تبارك
وتعالى سميعُ الدعاء، وهو أهلُ الرجاء، وهو حسبنا ونعم الوكيل.

Aku memohon kepada Allah Ta'ala dengan Nama-Nama Nya Yang Indah dan
Sifat-Sifat Nya Yang Mulia agar diterima segala dari kita semuanya ibadah
haji kita beserta seluruh amalan saleh kita, dan mempertemukan kita dengan
segenap keluarga, dan telah terhapus segala dosa-dosa kita, dan mendapatkan
keberuntungan dengan diangkat nya derajat kita, dan terampuni segala
kesalahan, dan Allah Ta'ala adalah Dzat Yang Maha Luas Ampunan Nya, dan
Maha Memberi kepada para hamba Nya, Maha Agung kemuliaan Nya, dan kita
memohon kepada Allah Ta'ala agar berkenan menerima amalan kita di sisi-Nya,
sesungguhnya Dia Maha Mendengar lantunan do'a, dan Dzat Yang Maha Kuasa
untuk kita bergantung kepada-Nya, dan cukup Allah menjadi Penolong bagi
kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”.

معاشرَ الكرام، تعلمون جميعًا ما حصل صبيحة هذا اليوم، من حادثٍ جَلَل،
ومصيبةٍ عظيمة، ونازلةٍ جسيمة، آلمت النفوسَ ألمـًا عظيمًا، حتى إنّ الناس
صبيحةَ هذا اليوم امتزجت فرحتُهم الكبرى العظيمة بعيد الأضحى المبارك بهذه
الفاجعة الكبرى العظيمة التي نزلت وأحلّت ببعض المسلمين، في هذه الأرض
المباركة، وفي هذا اليوم العظيم، أعظمُ أيام الله، وهو عند جماعة من أهل العلم
أفضلُ أيام السنة على الإطلاق.

Wahai segenap kaum muslimin yang mulia, kita semua mengetahui tentang apa
yang terjadi pada pagi hari ini  (kamis 10 Dzul-hijjah 1436) dari kejadian
yang mengejutkan, musibah yang menggemparkan, cobaan yang memilukan, yang
sangat menyedihkan setiap hati yang sangat luar biasa, yang bertepatan
dengan hari yang sangat agung dihadapan seluruh manusia, yaitu hari iedul
Adha yang penuh berkah, di tempat bumi yang suci ini, di hari yang sangat
mulia ini yang sangat agung, dari hari-hari Allah, yang merupakan hari
terbaik dari hari-hari selama satu tahun penuh sebagaimana pernyataan para
ulama.

وحول هذه الحادثة -معاشرَ الكرام- أقفُ وقفةً لعلّها لا تطول، باستخلاص بعض
العِبَر وبعضِ الدروس التي ينبغي أن نستحضرَها في مثل هذا الحَدَث المؤلم،
والفاجعة العظيمة. لكنّني بين يدي ذكرها أسأل الله عزّ وجلّ بأسمائه الحسنى
وصفاته العليا أن يتقبّلَ من ماتوا في هذا اليوم من إخواننا المسلمين حجّاجِ
بيت الله الحرام في الشهداء من عباده، وأن يعليَ منازلَهم، وأن يجعل هذه
الخاتمة لهذه الموتى في هذه الأرض وهم في هذه العبادة العظيمة الجليلة خاتمة
سعادة لهم، وفوز ورفعة عند الله جلّ في علاه، ونسأل الله عزّ وجلّ أن يمنَّ
على إخواننا المصابين بالشفاء العاجل، اللهمَّ ربّ الناس مُذهِبَ البأس،
اشفهم، أنت الشافي لا شفاء إلا شفاؤك، شفاء لا يغادر سقمًا، وأسأله جلّ في
علاه أن يُلهِمَ أهل هؤلاء الموتى والمصابين الصبرَ والاحتساب، وأن يُعظِمَ
للجميع الأجر والثواب. والمصاب لا يختصُّ بأُسَرٍ معينة، وإنما هو مصاب
للمسلمين كلّهم، وفاجعة للمؤمنين جميعهم، فنسأل الله عزّ وجلّ أن يجير
المسلمين في مُصابِهم هذا اليوم، وأن يُعْظِمَ لهم الأجر، إنه تبارك وتعالى
سميع الدعاء.

Dan seputar kejadian ini wahai segenap kaum muslimin yang mulia, disini
terdapat beberapa catatan yang semoga tidak panjang, dengan mengambil ibroh
dan pelajaran yang sepantasnya kita merenungkan semacam kejadian yang
memilukan ini dan sangat mengejutkan sekali.
Sebelum saya utarakan, secara pribadi saya memohon kepada Allah Ta'ala
dengan menyebut Nama-Nama Nya Yang Indah dan Sifat-Sifat Nya Yang Mulia
agar diterima dari saudara-saudara kita yang telah wafat dari jamah haji
ini menjadi para syuhada dari para hamba Nya, dan di tinggikan dera nya,
dan menjadikan husnul khotimah bagi yang telah mendahului kita, yang mana
mereka sedang menjalankan ibadah yang agung semoga ini menjadi pungkasan
yang baik yang mendatangkan keberuntungan untuk mereka, mendapatkan derajat
tinggi dan kemuliaan disisi Allah Ta'ala dan aku memohon kepada Allah
Ta'ala agar memberikan limpahan kesembuhan yang cepat kepada
saudara-saudara kita yang terluka, ”Ya Tuhanku, Tuhan segala manusia,
hilangkanlah penyakit ini, sembuhkanlah, karena Engkaulah Maha Penyembuh,
tidak ada kesembuhan melainkan kesembuhan dari-Mu, sembuhkanlah dengan
kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit lagi, dan aku memohon kepada Allah
Ta'ala agar keluarga yang ditinggalkan dan keluarga yang menderita
diberikan limpahan kesabaran dan pahala dan memberikan ganjaran yang besar
dan berlipat. Dan yang terluka secara umum dari kalangan seluruh muslimin
yang menimpa kaum mukminin seluruhnya, aku memohon kepada Allah Ta'ala agar
melipat gandakan pahala mereka sesungguhnya Allah Ta'ala adalah Dzat Yang
Maha Mengabulkan do'a.

معاشرَ الكرام، في هذا الحَدَثِ دروسٌ وعِبَرٌ عديدةٌ:
1- من هذه العِبَر:أنّ هؤلاء وفي الطريق الذي كانوا يمشون فيه في هذه الأراضي
المباركة، وهم على هذه الحال الشريفة، وفي هذا اليوم العظيم يوم النحر، يوم
الحجّ الأكبر، يحملون في سيرهم همومًا عظيمة، وأمورًا كثيرة، وأعمالًا عديدة،
يأتي في مقدمتها إكمالَ أعمالِ هذا اليوم، من رميٍ للجمرات، ونحرٍ للهدي،
وإلقاءٍ للتّفَث، وإكمالٍ للنّسك، وما يتبع ذلك من عودةٍ للأهل والأوطان، وما
علموا أنّ المنيّة تنتظرهم في هذا الطريق، والأجل يوافيهم في هذا السير، فيا
سبحان الله! خطواتٍ يخطونها وما علموا، بل ما علم كلُّ واحد منهم أنه وهؤلاء
جميعًا الذين يمشون من حوله، أمامه وخلفه، وعن يمينه وعن يساره، بعد لحظاتٍ
قلائل يغادرون هذه الحياة، ويودّعون هذه الدنيا. وهذا فيه من العبرة أن العبد
ينبغي أن يكون على استعداد للموت في كل لحظة، لأنك والله لا تدري متى يوافيك
الأجل، ولا تدري بأي أرضٍ تموت، ولا تدري متى تموت، قد تكون في طريق وفي سير،
وتخطط آمالًا وأعمالًا وأمورًا، وليس بينك وبين المنية إلا دقائق ولحظات، ففي
هذا من العبرة من أهمية الاستعداد للموت، والتهيؤ للقاء الله سبحانه وتعالى،
والحرص على إصلاح العمل، وإطابة النية وإطابة القصد، كما قال الله جلّ في
علاه: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ}]آل عمران: 102[، أي كونوا
على أعمال الإسلام وعلى طاعة الرحمن سبحانه وتعالى، حتى لا يوافيكم الأجل حيث
وافاكم إلا وأنتم على حالٍ حَسَنة وخاتمةٍ طيبة.

Wahai segenap kaum muslimin yang mulia, dalam kejadian ini terdapat
beberapa pelajaran dan ibroh yang sangat banyak, diantaranya :

1 - Diantara ibroh yang dapat dipetik, bahwasanya mereka sedang menjalankan
ibadah berjalan kaki ditempat yang penuh berkah ini, dan mereka dalam
keadaan yang sangat mulia, pada hari yang agung yaitu hari penyembelihan
hewan kurban, hari haji akbar, sedangkan mereka memiliki banyak perasaan
yang terpendam, perkara yang menyibukkan, amalan yang sangat padat,
berusaha untuk menyelesaikan ritual pada hari tersebut, dari melempar
jumroh, menyembelih hewan kurban, menyempurnakan nusuk, menuntaskan
kewajiban, dan peribadatan lainnya, serta berkehendak agar cepat kembali ke
kampung halamannya untuk berjumpa dengan keluarga, dan mereka tidak
mengetahui bahwa kematian menjemput mereka dihadapan nya, ajal telah
menunggu di perjalanan nya, maka Maha Suci Bagi Allah Ta'ala !
Mereka melangkahkan kaki-kaki sedangkan mereka tidak mengetahui, bahkan
semuanya tidak mengetahui, orang-orang yang berjalan dihadapannya,
sekitarnya, kanan kirinya, tidak ada yang mengerti bahwa sebentar lagi
mereka berpisah dengan kehidupan fana ini, meninggalkan dunia ini.
Dan yang menjadi pelajaran, bahwasanya setiap hamba hendaklah bersiap-siap
untuk menyongsong kematian di setiap waktunya, karena engkau tidak akan
pernah mengetahui kapan ajal menjemput nya, tidak mengetahui di belahan
bumi mana ia akan dikuburkan, di waktu kapan ia meninggal, bisa jadi dalam
suatu perjalanan, ditengah jalan,seseorang berencana, berangan-angan,
menyimpan suatu keinginan, akan tetapi antara kehendak dan kematian kecuali
terpaut beberapa detik dan saat, dan dari sini terdapat pelajaran, bahwa
betapa pentingnya mempersiapkan diri untuk menyambut kematian, bersiap
sedia untuk berjumpa menghadap Allah Ta'ala, dan bersemangat untuk
memperbaiki amalan dan memperbaiki dan niat dan hati, sebagaimana firman
Allah Ta'ala,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا
تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

" Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam. (Q.S. Ali Imran :102)

Yaitu, jadilah kalian seorang hamba yang melaksanakan amalan islam dan
berbuat taat kepada Dzat Yang Maha Pengasih, sehingga engkau dijemput oleh
ajal, kecuali engkau dalam amalan kebajikan dan engkau dalam pungkasan yang
baik.

2- من الدروس المستفادة من هذه الحادثة أن هذه الحياة –معاشرَ الكرام- لا تصفو
لأحد، وانظروا إلى هذا اليوم البهيج للمسلمين كلِّهم، يوم عيد الأضحى، يوم
فرحةٍ كبرى للمسلمين، فرحة عظيمة، لكنهم أصبحوا في هذا العيد في هذا الألم،
والفاجعة العظيمة، فالدنيا لا تصفو، وحلاوة الدنيا لا تستمر، وما مُلِئَ بيتٌ
فَرْحة إلا ومُلِئَ تَرْحة، وما مُلِئَ حَبْرة إلا ومُلِئَ عَبْرة، فلا يغترّ
المرء بأفراح الدنيا، ولا يغترّ بتزيّن الدنيا له، لا يغترّ ببهجتها، فإن
أفراح الدنيا ممزوجة، لا تصفو، وإنما النعيم والفرحة الصافية التي لا يمازجها
مكدّر، ولا يخالطها منغّص هي فرحة دخول الجنة، والفوز برضوان الله سبحانه
وتعالى.
2 - Diantara pelajaran yang dapat dipetik dari kejadian ini wahai segenap
yang mulia, bahwasanya kehidupan dunia ini tidak mungkin selalu jernih dan
menyenangkan bagi siapapun, mari kita melihat pada hari yang cerah bagi
segenap kaum muslimin, yaitu hari iedul Adha, hari  kegembiraan yang agung,
akan tetapi sejenak berubah menjadi hari berkabung yang sangat mengejutkan,
maka hakikatnya kehidupan dunia ini tidak selalu jernih, kebahagiaan nya
tidak senantiasa berlanjut, tidaklah setiap penghuni rumah merasakan
kebahagiaan kecuali disana terdapat pengorbanan, tidaklah suatu perjalanan
kecuali disana dijumpai ibroh, sehingga tidak sepantasnya seorang hamba
terlena tatkala kegembiraan menghampirinya, dan janganlah merasa puas
dengan gemerlap dunia, terlalaikan dengan perhiasan nya, akan tetapi
kebahagiaan yang hakiki dan sempurna lagi murni tidak bercampur
dengan campuran dan kotoran adalah tatkala memasuki surga, meraih ridho
Allah Ta'ala.

3- ومن الدروس العظيمة المستفادة من هذه الحادثة ما جاء في الحديث، وهو حديث
حسن خرّجه الحاكم وغيره أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: "لا يغني حَذَرٌ من
قَدَرٍ"، فكم تبذل دولتنا من جهودٍ عظيمة، وأعمالٍ كبيرة، ومساعٍ حثيثة قبل
الحج وفي أثنائه وبعده، رعايةً لحجاج بيت الله، وخدمةً لهم، وحرصًا على
سلامتهم وأمنهم، ووالله، إنّ هذه الدولة لتبذل من الخدمات والجهود العظيمة؛
رعايةً للأمن، وحفاظًا على سلامة الحجيج، وقيامًا على مصالحهم، جهودٌ عظيمةٌ
تُبذل، لكن كما قال نبينا عليه الصلاة والسلام: "لا يغني حَذَرٌ من قَدَرٍ"،
وهذا لا يعني ألّا تُبذلَ الأسباب، بل الأسباب مطلوبة، وينبغي أن تُبذل، لكن
إذا وقع القَدَر لا ينبغي للإنسان أن يسلِّطَ لسانَه إفكًا وافتراءً وتقوّلًا
وظنونًا خاطئةً كاذبةً، وتُهَمًا جزافًا تُلقى وتُرمى، ونسيانًا لصنائع
الإحسان، والجهود العظام التي تُبذل وتُقدَّم رعايةً للحجّاج وصيانةً لهم،
فالواجب على المرء أن يتقيَ الله عزّ وجلّ، وأن يَعرِفَ لأهلِ الفضل فضلهم،
ولأهلِ الإحسان إحسانهم، ولا يُنكَر المعروفُ ولا يُنسى، فبعض الناس في مثل
هذه المواقف ينسى لأهل المعروف فضلهم وإحسانهم، ويتسلّط عليهم بلسانه الجائر،
وكلماته الظالمة، وظنونه الخاطئة، وتُهَمه التي يلقيها جُزَافًا، فلنتقِ اللهَ
سبحانه وتعالى ... الموقف أن ندعوَ لولاة أمرنا أن يزيدهم ربُّنا جلّ وعلا
توفيقًا وتسديدًا ومعونةً على ما حمّلهم من مسؤوليةٍ عظيمة، وواجبٍ كبير،
وخدمةٍ لحجّاج بيت الله، وعَمَلٍ على رعاية أمنهم وسلامتهم وعافيتهم، وها هي
الآن الدولة تبذل الجهودَ العظيمةَ في معالجة ماترتّب على هذا المصاب من
وَفَيَاتٍ وإصاباتٍ وأمورٍ مؤلمات، فنسأل الله عزّ وجلّ أن يعينَهم على ما
حمّلهم، وأن يسدّدَهم في جهودهم، وأن يوفّقَهم لحسن الخدمة وحسن الرعاية
لحجّاج بيت الله الحرام.
3 - Diantara ibroh yang dapat dipetik dari kejadian ini adalah sebagaimana
yang tercantum dalam hadist yang derajat nya hasan yang dikeluarkan oleh
Al-Imam Al-Hakim dan yang lainnya, dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, " Tidaklah berguna berusaha selamat dari takdir ".
Betapa banyak usaha yang telah dilakukan negri kita untuk menyambut para
tamu Allah dengan berbagai cara baik sebelum maupun sesudah serta ditengah
pelaksanaan ibadah haji, menolong, memberikan khidmat serta kemudahan agar
ibadah ini dapat berjalan dengan lancar dan terkendali dengan aman dan
selamat bagi para jamah nya, Demi Allah, negara telah mencurahkan seluruh
kekuatannya, berupaya secara maksimal ber khidmat demi keselamatan dan
kenyaman tamu Allah, akan tetapi sebagaimana yang telah disabdakan oleh
Nabi shallallahu alaihi wa sallam, " Tidaklah berguna berusaha selamat dari
takdir ".
Hal ini bukan berarti seorang hamba tidak ber ikhtiar dan tidak menjalani
sebab-musabab, akan tetapi wajib untuk menempuh sebab-musabab, dan
seyogyanya senantiasa berusaha, akan tetapi jika putusan takdir Allah
Ta'ala telah turun maka tidak sepantasnya seseorang mengumbar lisan nya
dengan kebohongan, kedustaan, ungkapan tidak bedasar, prasangka yang tidak
benar dan dusta dan tuduhan yang tidak berdalih lagi membabibuta melupakan
segala kebaikan dan usaha yang nyata serta jasa yang sangat luar biasa
untuk khidmat pada jamah haji, akan tetapi setiap kita hendaklah bertakwa
kepada Allah Ta'ala, dan mengakui kemuliaan orang yang telah berbuat mulia,
menghargai orang yang telah berbuat baik atas kebaikan nya, tidak lupa atas
kebajikannya dan lupa atas perbuatan makruf nya.
Sebahagian manusia tatkala terjadi musibah semisal ini, lupa akan kebaikan
orang-orang yang terbuat baik, lalai dengan perbuatan ihsan dari
orang-orang yang telah menebar ihsan, bahkan mengumbar mulutnya yang kotor
dengan aneka kekejian, ucapan-ucapan yang penuh kezaliman, prasangka buruk
yang tidak benar, tuduhan yang memojokkan secara gegabah, akan tetapi
hendaknya masing-masing dari kita agar bertakwa kepada Allah
Ta'ala,.....Hendaknya kita memohon kepada Allah Ta'ala agar senantiasa
melimpahkan taufik dan kekuatan dan pertolongan untuk penguasa kita agar
dapat menangani permasalahan dan tanggung jawab yang besar ini, yaitu
khidmat kepada para tamu Allah Ta'ala, memberikan segalanya fasilitas dan
jaminan keamanan, kesehatan dan kenyamanan, dan sekarang ini negara telah
mencurahkan segala kemampuannya secara maksimal untuk menanggulangi musibah
yang terjadi ini dari orang-orang yang meninggal atau terluka dan segala
yang memilukan, maka semoga Allah Ta'ala memberikan pertolongan untuk
penguasa dalam menyelesaikan perkara ini, memberikan taufik kebenaran dan
petunjuk terbaik untuk ber khidmat kepada para tamu Allah Ta'ala.

4- ومن الفوائد والعبر المستفادة من هذا الحدث ما نراه مصداقًا لقول نبينا
عليه الصلاة والسلام: "المؤمنُ للمؤمنِ كالبنيان يشدّ بعضُه بعضًا"، فالمسلمون
أفراحُهم واحدة، وآلامُهم واحدة، وهمومُهم مشتركة، فهذا الحدث الذي حصل لبعض
المسلمين آلمهم كلَّهم، والفاجعة التي حصلت لهم كانت فاجعةً للجميع، فمَثَلُ
المسلمين في توادِّهم وتراحمِهم مَثَلُ الجسد الواحد، إذا اشتكى منه عضوٌ
تداعى له سائرُ الجسد بالحمّى والسَّهَر، مِن هذه الحملة التي نحن فيها ذهب
بعضُ الأفاضل هذا اليوم إلى المستشفيات، لا لشيء إلا لزيارة المصابين،
ومواساتهم، والوقوف معهم، أما الدعاء فلا تسأل، فإن كلَّ مسلمٍ يدعو الله
سبحانه وتعالى لهم، يدعو لهم في صلاته، ويخصُّهم بدعواته، يدعو لمن مات
بالرحمة والمغفرة والعتق من النّار، ويدعو للمصابين بالشفاء والعافية، فهذا
يدلّ دلالة واضحة على أن المسلمين الذين يجمعهم هذا الدّين، وتربطهم هذه
الُّلحمة التي لا أعظم منها، وهذه الرابطة التي لا أوثق منها، رابطة الإيمان،
رابطة التوحيد، رابطة (لا إله إلا الله)، هذه الرابطة التي جمعت بين جنسين
مختلفين، فكيف بأهل الجنس الواحد؟! قال الله عزّ وجلّ: {الَّذِينَ يَحْمِلُونَ
الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ
بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا} ]غافر: 7[، الملائكة
جنس آخر غير جنس البشر، لكن رابطة الإيمان جعلتهم بهذا الوصف الذي ذكر الله
سبحانه وتعالى، {وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ
كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا
سَبِيلَكَ}]غافر: 7[، فلا غرابة ولا عجب أن ترى وتشاهد وتعاين ألسنة المسلمين
تُلِحُّ على الله سبحانه وتعالى بالدعاء لهؤلاء المصابين، والدعاء لهؤلاء
الموتى بالمغفرة والرحمة، والدعاء للمصابين بالشفاء والعافية. فهذه والله، من
الدروس العظيمة، التي نستفيدها من هذه الحادثة وهذه الفاجعة العظيمة.
4 - Diantara pelajaran yang dapat dipetik dari kejadian ini adalah kita
melihat tentang kebenaran sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, "
Sesungguhnya seorang mukmin terhadap mukmin yang lainnya ibarat seperti
bangunan yang utuh, antara satu dengan lainnya saling melengkapi ".
Sesungguhnya seseorang mukmin memiliki rasa suka cita bersama, dan memiliki
perasaan kesedihan secara bersama, kesulitan yang mereka rasakan merata,
sebagaimana kejadian yang menimpa sebahagian kaum muslimin mengakibatkan
kesedihan secara merata dan bersama, kejadian yang mengejutkan ini telah
mengejutkan secara merata dihadapan kaum muslimin dimanapun berada,
dikarenakan perumpamaan kaum muslimin dalam kasih sayang mereka ibarat satu
tubuh, jika disana dijumpai anggota yang sakit maka akan terasa keseluruh
tubuh dengan demam dan tidak dapat memejamkan mata, dan apa yang terjadi
disaat ini yang dijumpai dari orang-orang yang mulia yang pergi ke
rumah-rumah sakit yang tidak datang kecuali untuk berbagai rasa menjenguk
orang-orangyang terkena musibah, meringankan beban mereka, memberikan
pelayanan terhadap mereka, dan adapun do'a, maka tidak diragukan lagi,
setiap muslim memanjatkan do'a kepada Allah Ta'ala untuk mereka semua,
setiap sholat senantiasa menyertakan panjatan do'a bagi mereka,
mengkhususkan do'a secara tersendiri, memohonkan ampunan dan rahmat dan
magfiroh serta dibebaskan dari api neraka, dan orang-orang yang terluka
agar diberikan limpahan kesembuhan dan kesehatan, dan ini merupakan dalil
kuat  bahwasanya orang-orang islam hanya disatukan lantaran agama ini,
serta mendarah daging karena islam ini dan tidak ada yang lebih agung
selainnya, yaitu persatuan iman, persatuan tauhid, kalimat LHA ILAHA
ILLALLAH, yang telah menyatukan orang-orang yang berbeda jenis, maka
bagaimana sekiranya hanya terdiri dari satu jenis.
Allah Ta'ala berfirman,

ٱلَّذِينَ يَحْمِلُونَ ٱلْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُۥ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ
رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِۦ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟
رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَىْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْمًا فَٱغْفِرْ لِلَّذِينَ
تَابُوا۟ وَٱتَّبَعُوا۟ سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ ٱلْجَحِيمِ

" (Malaikat-malaikat) yang memikul 'Arsy dan malaikat yang berada di
sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta
memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): "Ya
Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah
ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan
peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala". (Q.S. Ghaafir :
7)

Para malaikat berbeda jenis dengan manusia, akan tetapi karena ada ikatan
iman, menjadikan mereka seperti yang disebutkan oleh Allah Ta'ala,
(memanjatkan do'a dan kesejahteraan bagi umat manusia yang beriman) , maka
tidak heran dan  asing lagi bagi segenap umat muslim di penjuru dunia
melantunkan do'a kepada saudara-saudara mereka yang tertimpa musibah ini,
agar orang-orang yang wafat mendapatkan ampunan dan limpahan rahmat dan
orang-orang yang sakit agar diberikan kesembuhan dan kesehatan, dan Demi
Allah, ini merupakan pelajaran yang dapat dipetik dari kejadian yang
mengejutkan ini.

5- من الدروس والعِبَر –معاشر الكرام- أنّ هؤلاء –سبحان الله- في هذا السير
الذي كانوا يسيرونه، كانوا يسيرون وكلُّ واحدٍ منهم يحملُ همومًا كثيرة،
يَحضُرُكم الآن كثيرٌ منها، همّ رمي الجمرات، همّ الطواف، همّ الوصول للسكن
والطريق إليه والاهتداء إليه، هموم عديدة، لكن نرجو الله سبحانه وتعالى أن
جميع هذه الهموم قد انزاحت عنهم، وأنهم استراحوا ودخلوا إلى نعيم الله سبحانه
وتعالى، الذي ليس بين العبد وبينه إلا أن يموت، العبد المؤمن ليس بينه وبين أن
يفوز بنعيم الله ورضوانه سبحانه وتعالى إلا أن يموت، "من مات وهو لا يدعو من
دون الله ندًّا دخل الجنّة"، أخذ من هذا أهل العلم أن الجنّة قريبة من المؤمن،
وأنه ليس بينه وبين الجنّة إلا أن يموت، ولهذا كم يحمل الإنسان من همومٍ
وأمورٍ وأعمالٍ ومصالح، ولكن قد يكون لا يُدركُها أو لا يدركُ كثيرًا منها،
فمما يُستفاد من ذلك التأكيد على المعنى الذي ورد في الدعاء المأثور عن نبينا
صلوات الله وسلامه وبركاته عليه، حيث قال: "اللهم لا تجعل الدنيا أكبرَ همّنا،
ولا مَبْلَغَ عِلْمِنا" انتبه هنا، قد تحمل همومًا كثيرة للدنيا، تحمل همومًا
ليست إلا للدنيا والدنيا فقط، تحمل علومًا وعلومًا ليست إلا للدنيا والدنيا
فقط، ثم علومك وهمومك واهتماماتك كلها يقطع بينك وبينها هذا الموت، فمن الخير
لك أن تجعل الآخرة أكبرَ همّك، وألا تجعل الدنيا أكبرَ همّك ولا مَبْلغ علمك،
احذر من ذلك، دائمًا إذا تحرّكت في نفسك الهموم، فاحرص على أن يكون أكبرَ
همِّك الآخرة، وإذا تحركت في نفسك العلوم، فاحرص على أن يكون مَبْلَغَ عِلْمك
علومُ الآخرة، فإنّ في ذلك الفوز والسعادة في الدنيا والآخرة.
5 - Pelajaran yang dapat dipetik dari kejadian ini wahai segenap yang
mulia, bahwasanya mereka para jemaah yang sedang menempuh perjalanan ibadah
ini - Subhaanallah - masing-masing dari mereka mempunyai cita-cita dan
angan-angan dan keinginan yang sangat banyak, yang terkumpul pada hari
tersebut, yaitu menghendaki untuk melempar jumroh, thawaf, istirahat ke
perkemahan, kembali menuju tenda dengan selamat, cita-cita dan gambaran
yang banyak sekali yang hendak mereka selesaikan, dan kita berdoa kepada
Allah Ta'ala semoga keinginan mereka tercapai dan mereka di masukkan ke
dalam surga tempat yang penuh kenikmatan-kenikmatan Allah Ta'ala dan
beristirahat di sana, dan bahwasanya tidak ada penghalang antara seseorang
hamba dan perjumpaan dengan Allah Ta'ala kecuali dengan kematian, tidak ada
batasan antara hamba yang beriman dan ridho Allah Ta'ala serta surga tempat
kenikmatan kecuali kematian, sebagaimana tercantum dalam hadist, "
Barangsiapa yang meninggal atau berjumpa dengan Allah dengan tanpa
menyekutukan Nya, tidak menjadikan sekutu dan tandingan bagi Nya, niscaya
ia masuk surga ".
Para ahli ilmu mengambil kesimpulan bahwa surga sangat dekat dengan para
hamba yang beriman, dan tidak ada penghalang antara seorang mukmin dan
surga kecuali kematian, dan betapa banyak para jamah memiliki keinginan dan
cita-cita untuk menuntaskan amalan saleh dan perbuatan ibadah haji yang
belum tertunaikan belum tercapai secara keseluruhan, dan dari sini
menunjukkan tentang mukjizat do'a Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam
sabdanya,
"اللهم لا تجعل الدنيا أكبرَ همّنا، ولا مَبْلَغَ عِلْمِنا"

" Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia sebagai cita-cita kami yang
terbesar dan puncak pengetahuan kami ".
Disini perlu untuk dicermati, terkadang seseorang memiliki keinginan dan
cita-cita hanya sekedar urusan dunia, sebatas keperluan dunia, pengetahuan
hanya berkaitan dengan dunia, kemudian ilmu pengetahuan dan keinginan
tersebut terputuslah dengan suatu kematian, yang lenyap begitu saja tanpa
bekas, maka seyogyanya keinginan akhirat untuk mejadi cita-cita nya, bukan
sebatas dunia, akan tetapi segala pengetahuan, keinginan dan cita-cita
hendaklah akhirat yang paling utama, jika bergerak dalam pengetahuan,
hendaklah mengutamakan akhirat, karena dengan ini akan menghantarkan kepada
kebahagiaan dan keberuntungan di dunia danakhirat.

هناك الحقيقة دروس وعبر كثيرة تُستفاد من هذه الحادثة، ولم أقف هذه الوقفة
لأستقصي وأعدِّد ما يُستفاد من هذه الحادثة من عبر، وإنما قصدتُ من هذه الوقفة
أن أهيّجَ في نفوس إخواني استحضارَ هذه العِبَر ، وألا نغفلَ عن هذه الحادثة
بلهوٍ ونحوِ ذلك، بل ينبغي أن نعيشَ مع هذه الحادثة ونفعّلَ في نفوسنا حسنَ
الاستفادة منها، واستخلاصِ الدروسِ والعِبَر العظيمة من هذه الحادثة العظيمة
الجليلة.

Disana hakikatnya masih terdapat banyak pelajaran dan ibroh yang dapat
dipetik dari kejadian ini, dan dalam kesempatan ini saya tidak menyebutkan
secara keseluruhan, akan tetapi sekedar beberapa perkara yang terpenting,
dan tidak sepatutnya kita berleha-leha akan tetapi hendaknya kita dapat
mengambil manfaat dan pelajaran dari kejadian ini.

أسأل الله عزّ وجلّ بأسمائه الحسنى، وصفاته العليا، وبأنه الله الذي لا إله
إلا هو أن يتقبّلَ الموتى في عِداد الشهداء، وقد صحّ في الحديث المتفق عليه عن
نبينا صلى الله عليه وسلم أنّه قال: "الشهداء خمسة: المبطون، والغريق، وصاحب
الهدم، ومن مات في الحريق، والشهيد في سبيل الله"، وهؤلاء تتناولهم الشهادة في
أكثر من معنى جاء في هذا الحديث، ومن ذلكم قصة أمِّ مَعْقِل في رغبتها في
الحجّ مع رسول الله صلى الله عليه وسلم، وذكرت للنبي عليه الصلاة والسلام أنّ
عندهم جَمَلًا، وأنّ زوجَها جعله في سبيل الله، يعني في الجهاد، فقال لها عليه
الصلاة والسلام: "ألا حججتِ عليه، فإنّ الحجَّ في سبيل الله"، ولهذا موت هؤلاء
في الحج هو موت في سبيل الله، وقد قال عليه الصلاة والسلام في الشهداء الخمسة،
ذكر منهم: "من مات في سبيل الله"، والحجّ في سيبل الله، وأيضًا قوله عليه
الصلاة والسلام: "صاحب الهدم" الحدث الذي حصل لهم فيه هذا المعنى، وأيضًا ما
أصابهم في هذا الحدث من آلام وأوجاع يتناولهم ما جاء في هذا الحديث: "المبطون
شهيد". فنسأل الله عزّ وجلّ أن يتقبّلَهم في الشهداء، وأن يعليَ درجاتهم، وأن
يرفعَ منازلهم، وأن يجمعنا بهم كما جمعنا بهم في هذا الحج أن يجمعنا بهم في
فردوسه الأعلى بمنّه وكرمه، إنه تبارك وتعالى جواد كريم، ونسأله سبحانه وتعالى
أن يمنَّ على إخواننا المرضى بالشفاء والعافية، ونسأل الله عزّ وجلّ أن
يوفِّقَ ولاة أمرنا، وأن يعينَهم على هذه المسؤولية العظيمة، التي حمّلهم
إياها، نسأل الله أن يعينَهم، نسأل الله أن يسدّدَهم، نسأل الله أن يوفّقَهم،
نسأل الله عزّ وجلّ أن يكلِّلَ جهودَهم بالتوفيق والتسديد والبركة والمعونة،
إنه تبارك وتعالى سميعٌ قريبٌ مجيب. وأسأله جلّ في علاه أن يتقبّلَ منّا
أجمعين، وأن يبلّغَ الجميعَ