Minggu, 17 Maret 2024

NIAT ANTARA IMAM DAN MAKMUM

Oleh: Syaikh Abdullah Al-Fauzan. Alhamdulillah wash sholatu wassalamu 'ala Rosulillah, wa ba'du; Termasuk hukum Fikhiyah yang wajib untuk diilmui diantaranya perbedaan niat dalam sholat antara imam dan makmum, bahwasanya ini bukan menjadi syarat, beda niat antara imam dan makmum dibolehkan, tidak melanggar aturan, bisa saja seorang yang mengerjakan sholat fardhu berimam/ mengikuti kepada yang mengerjakan nafilah/ sunnah, atau orang yang sedang mengerjakan sunnah berimam kepada yang sedang melakukan sholat fardhu, dan juga dibolehkan seseorang yang mengerjakan sholat fardhu berimam/ mengikuti orang yang melakukan sholat fardhu yang berbeda niat. Maka disini ada tiga bentuk: » Sebagai contoh yang pertama adalah seseorang memasuki Masjid sedangkan imam sholat Tarawih, sedangkan ia belum melakukan sholat Isya' , maka dibolehkan baginya bermakmum dengan imam tersebut dua reka'at, dan ia berdiri menyempurnakan dua rekaat kekurangannya. Ini merupakan pendapat imam Syafi'i dan para sahabatnya, juga merupakan riwayat dari imam Ahmad, yang dipegang erat oleh Ibnu Qudamah, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Jabir radhiyallahu'anhu, bahwasanya sahabat Mu'adz radhiyallahu'anhu mengerjakan sholat isya' bersama Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam kemudian pulang ke kaumnya, kemudian mengimami sholat Isya' dihadapan kaumnya tersebut". (HR Bukhory dan Muslim). Demikiyan pula salah satu bentuk riwayat sholat Khouf/ perang bekecamuk maka Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam sholat dengan kelompok pertama sholat fardhu kemudian salam, dan sholat dengan kelompok kedua yang ini adalah sholat Nafilah dan salam. (HR Muslim, Abu Dawud, dan Nasa'i). Adapun hadist yg menyatakan, "Sesungguhnya dijadikan imam agar diikuti, maka jangan berbeda dengannya". Hadist ini pemahamannya adalah berbeda dalam gerakan-gerakan yang nampak, sebagaimana ditafsirkan oleh Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam dimana Nabi mengkhususkan seperti hadist Jabir di atas, maka tidak ada pertentangan antara dua hadist di atas antara hadist umum dan hadist khusus. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, "Adapun yang menolak perbedaan niat mereka tidak memiliki hujjah yang kuat". (Majmu fatawa 23/ 385). Contoh kedua seperti seseorang memasuki masjid sedang imam mengerjakan sholat Fardlu sedangkan ia sudah mengerjakan sholat Fardhu tersebut, maka ia melakukan sholat bersama imam yang ia adalah sholat Nafilah. » Contoh ketiga adalah seperti seseorang menjumpai imam sholat 'Asar sedang dirinya belum melaksanakan kewajiban dhuhur, maka ia melakukan sholat bersama imam dengan ia niatkan sholat dhuhur, bila telah usai maka ia mengerjakan sholat 'Asar, maka disini dituntut agar berurutan.

MANUSIA DAN PERANGAI BINATANG

Sungguh Allah سبحانه وتعالى telah memuliyakan manusia dan memberikan keutamaan serta kelebihan di atas makhluk lain, sebagaimana Allah سبحانه وتعالى berfirman, "Dan sungguh Aku telah muliyakan para bani Adam dan Kami angkat, baik di daratan maupun lautan dan telah Kami karuniai rizki dari segala sesuatu yang baik, dan Kami berikan banyak kelebihan di atas seluruh makhluk yang ada".                   

Yaitu Allah berikan kesempurnaan jika dibandingkan dengan seluruh hewan dan segala jenis ciptaan lainnya. Akan tetapi sangat disayangkan, banyak manusia enggan untuk tidak meniru dan menyerupai perangai binatang.

Berkata Ibnul Qoyyim rohimahullah," Dan manusia dalam kecenderungan terhadap binatang, beraneka ragam, sebagaimana bermacam-macamnya hewan yg tabiat manusia cenderung padanya.     
                                
 Diantara mereka ada yang berjiwa anjing, jika menjumpai bangkai busuk yang diperebutkan seribu anjing, maka ia tertarik untuk merebutnya, dan berusaha utk menguasainya dari seluruh anjing yg ada, ia akan menggongongi setiap anjing yg mendekatinya, dan tdk memperkenankan selainnya utk mendekat, dan yg ia pikirkan hanyalah memenuhi perut tanpa peduli apakah itu bangkai atau bukan, busuk maupun baik, jika diperhatikan menyalak, jika dibiarkan juga menyalak, jika engkau beri makan ia akan  mengitarimu dan mengerak-gerakkan ekor nya, jika engkau tahan makanannya ia akan menyalak.   
                                  
  Adapula jenis manusia yg berperangai himar / keledai, yang tdk diciptakan kecuali utk kerja keras dan makan, semakin banyak makan maka semakin bekerja dg keras, tergolong binatang yg paling tuli dan sedikit pengetahuan, olih karenanya Allah سبحانه وتعالى jadikan keledai yg tdk berpengetahuan walau memikul kitab sebagai permisalan orang yg tdk memiliki pengetahuan, tdk fakih, tdk beramal, sebagai halnya diperumpamakan pula orang yg berpengetahuan akan tetapi menyimpang yg melenceng dari kebenaran dan ridho dg dunia seperti anjing.                                                
Adapula jenis manusia seperti binatang yg mudah marah, dedam dan berbuat keji dg apa yg ia mampui, jiwa dan perangainya mirip dg hewan dari kalangan binatang buas.          Adapula manusia memiliki tabiat perusak sekitarnya sebagaimana ini adalah tikus.      Ada pula jenis manusia yg berperilaku seperti hewan beracun semisal ular dan kalajengking, dengan sengatannya ini akan mematikan manusia dan mencelakai sekitarnya.                 
   Ada pula manusia yg jiwanya seperti babi, yg tdk tertarik kebajikan, akan tetapi tatkala dijumpai kotoran maka ia berebut.  Sebagaimana yg kita saksikan seksama jika ada seseorang memiliki banyak kebaikan maka lewat begitu saja. Akan tetapi jika ada kekurangan, ketergelinciran, ketidak sengajaan maka dengan cepatnya beredar dan dijadikan bahan obrolan dan santapan.                                       
 Ada pula manusia yg memiliki sifat seperti burung merak, yg pekerjaannya hanya berhias, berdandan dg bulu-bulunya dan ia tdk menghasilkan apa-apa.                                                 
  Ada pula manusia memiliki tabiat seperti onta, hewan yg paling dengki dan kaku lagi keras hati.                                       
   Ada juga manusia berperangai sebagai halnya hewan beruang, pendiam akan tetapi sangat jahat, juga ada yg berperangai seperti kera yg selalu tamak.                                  

Adapun perangai hewan yg paling baik adalah kuda, ia adalah hewan yg paling muliya jiwa dan perangainya, demikiyan pula kambing, dari setiap perangai kelembutan dari hewan ini menjadi hewan halal yg bisa disantap daging nya, karena jika ia memakan sesuatu niscaya ia akan menurunkan sifat pada nya.      Olih karenanya Allah سبحانه وتعالى mengharamkan jenis hewan buas bertaring maupun berkuku, karena tatkala ia memakannya, niscaya sifat apa yg ada padanya akan menular kepada si pemakannya.                                
Ya Allah berilah jiwa ini ketaqwaan dan kesucian, sesungguhnya Engkau adalah Yg Merajainya dan Menguasainya.                             - www Al Badr net -

Rabu, 06 Maret 2024

SYIRIK


SYIRIK 



بسم الله الرحمن الرحيم
شرح كتاب الأربعين في حقوق رب العالمين

Syarah Kitab Arba’in Fi Huquuq Rabb al-‘Alaamiin.
Disampaikan oleh Syaikh Abdul Aziz Muhammad Habib al-Kamaly hafizhahullah.


التعريف بالشرك:

Definisi Syirik

يقابل التوحيد الشرك، وبمعرفته تزداد معرفة التوحيد.

Lawan dari Tauhid adalah syirik, dan dengan mengetahui syirik akan bertambah pula pengetahuan tentang tauhid.

عن حذيفة قال: (كان الناس يسألون رسول الله ﷺ عن الخير وكنت أسأله عن الشر مخافة أن يدركني) أخرجاه.

Dari Hudzaifah, Beliau berkata, “Orang-orang senantiasa bertanya kepada Nabi ﷺ tentang kebaikan, dan aku selalu bertanya kepada beliau ﷺ tentang kejelekan karena aku khawatir bisa menimpaku.” (HR. al-Bukhari no. 3606  dan Muslim no. 1847)


وعن عمر قال: (لقد علمت متى هلاك العرب، إذا ولي عليهم من لم يصحب رسول الله ﷺ ولم يعرف أمر الجاهلية) أخرجه الحاكم في مستدركه وقال الذهبي صحيح. 

Dari Umar radhiallahu’anhu, “Aku telah mengetahui kapan kehancuran arab,  jika yang memimpin mereka adalah orang-orang yang tidak pernah mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ dan tidak mengetahui perkara jahiliyah” (Dikeluarkan oleh Al-Hakim dalam mustadrak nya dan berkata adz-Dzahabi, ini adalah Shohih.)

الشرك لغة: يرجع لمعنى الخلط والضم، وشرعا: هو تسوية غير الله بالله فيما هو من خصائص الله تعالى، فمن جعل شيئا من خصائص الله في ألوهيته أو ربوبيته أو أسمائه وصفاته لغيره فهو مشرك ولو عبد الله ووحده في باقي الأمور.

Syirik secara bahasa:
Dikembalikan kepada makna pencampuran dan penggabungan
Syirik secara Syar’i, artinya menyamakan selain Allah dengan Allah dalam apa yang menjadi salah satu sifat khusus Allah Ta’ala.  Barangsiapa yang menjadikan sesuatu dari kekhususan Allah dalam Uluhiyah, Rububiyah, atau Asma wa shifat (nama-nama Allah dan sifat-Sifat Allah) kepada selain Allah maka dia adalah seorang musyrik walapun dia beribadah kepada Allah dan mengesakan Allah di perkara-perkara lainnya. 


قال تعالى حكاية عن قول المشركين: {تالله إن كنا لفي ضلال مبين إذ نسويكم برب العالمين}.
وقال: {ثم الذين كفروا بربهم يعدلون}.

Allah berfirman tentang perkataan Musyrikin: 
 "demi Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata, (QS. Asy-Syu’araa: 97).
Allah Ta’ala berfirman:
namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka. (QS. Al-An’aam: 1).

وعن ابن مسعود أن رسول الله ﷺ قال في جواب من سأله أي الذنب أعظم عند الله؟ قال: (أن تجعل لله ندا وهو خلقك) أخرجاه.

Dan dari Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda berkaitan dengan jawaban terhadap orang yang bertanya tentang dosa yang paling besar di sisi Allah? Beliau ﷺ bersabda: “Engkau menjadikan bagi Allah tandingan dan Allahlah yang telah menciptakanmu.) (HR. Al-Bukhari no. 6811 dan Muslim no. 86).

وبتعلم التوحيد يعرف ما هو خاص بالله عز وجل وما ليس خاصا، فمثلا من أفعال الله الخاصة: الخلق وإنزال المطر وإدراك المسموعات والمرئيات من بعيد، ومن صفاته المشتركة الكلام، فهو يتكلم والمخلوق يتكلم، لكن كلامه على وجه كمال يليق به سبحانه، ومن الأفعال ما يكون عبادة أو غير عبادة بحسب الحال كالخوف، فإن العبد يخاف من الله، ويجوز أن يخاف من المخلوق إذا كان خوفا طبيعيا، وسيأتي تفصيل الكلام على ذلك، ومنها ما لا يكون إلا عبادة فلا يصرف لغير الله كالذبح والنذر.


Dengan mempelajari tauhid, seseorang muslim akan mengetahui apa yang khusus bagi Allah dan apa yang tidak khusus bagi Allah, maka contohnya dari perbuatan Allah yang khusus, yaitu: Penciptaan, Menurunkan hujan, mengetahui apa yang didengar dan apa yang dilihat dari kejauhan. Termasuk sifat musytarakah (sifat yang dimiliki oleh Al-Khaliq dan Makhluk) yaitu al-Kalam (bicara). Allah berfirman dan makhluk juga berbicara, namun perkataan Allah adalah menurut sisi kesempurnaan yang layak hanya bagi Allah Dzat Yang Maha Suci. Diantara amalannya ada yang ibadah atau non ibadah, tergantung situasi, seperti rasa takut, maka seorang hamba hendaknya harus senantiasa takut kepada Allah, dan boleh saja takut terhadap makhluk jika itu ketakutan yang natural, dan akan ada pembahasannya secara mendalam. diantaranya adalah amalan yang hanya bersifat ibadah dan tidak dapat ditujukan kepada selain Allah, seperti penyembelihan dan nadzar. 
مما يوضح معنى الشرك ويعين على فهمه: معرفة حال كفار قريش وموقفهم من أقسام التوحيد الثلاثة:

Yang memperjelas pengertian musyrik dan membantu memahaminya: mengetahui kondisi kaum kafir Quraisy dan kedudukannya terhadap tiga macam tauhid:

فأما توحيد الربوبية فقد كانوا يؤمنون بجنسه وغالبه، ويدل على ذلك وجوه كثيرة:

Sedangkan Tauhid Rububiyah maka mereka beriman dengan jenisnya dan secara umumnya, dan hal ini ditunjukkan pada beberapa aspek:
 
مخاطبة الله لهم بذلك وإلزامهم بالربوبية على الألوهية. قال تعالى: {قل من يرزقكم من السماء والأرض أمن يملك السمع والأبصار ومن يخرج الحي من الميت ويخرج الميت من الحي ومن يدبر الأمر فسيقولون الله فقل أفلا تتقون}، 

Allah menyikapi mereka dengan hal ini dan mewajibkan mereka setelah meyakini Tauhid Rububiyah untuk meyakini pula Tauhid Uluhiyah, Allah Ta’ala berfirman:
Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?" (QS. Yunus: 31).

وقال: {ولئن سألتهم من خلق السماوات والأرض وسخر الشمس والقمر ليقولن الله قل الحمد لله بل أكثرهم لا يعقلون}، 
Allah Ta’ala berfirman: Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). (QS. Al-ankabuut: 61).

وقال: {  أَمَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنزَلَ لَكُم مِّنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَنبَتْنَا بِهِ حَدَائِقَ ذَاتَ بَهْجَةٍ مَّا كَانَ لَكُمْ أَن تُنبِتُوا شَجَرَهَا ۗ أَإِلَٰهٌ مَّعَ اللَّهِ ۚ بَلْ هُمْ قَوْمٌ يَعْدِلُونَ }، وغيرها من الآيات.

Allah Ta’ala berfirman:
Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran). (QS. An-Naml: 60), dan ayat lainnya.

 وعن ابن عباس في تفسير الآية: {ولئن سألتهم …} أنه قال: (تسألهم من خلقهم ومن خلق السموات والأرض، فيقولون: الله، فذلك إيمانهم وهم يعبدون غيره) رواه ابن أبي حاتم.

Dari Ibnu Abbas dalam tafsir ayat: (Dan jika engkau bertanya kepada mereka…) (QS. Az-Zumar: 38) dan beliau berkata: (engkau bertanya kepada mereka siapa yang menciptakan mereka dan siap yang menciptakan langit dan bumi maka merekapun berkata: Allah maka yang demikian adalah imannya mereka dan mereka beribadah kepada selain Allah) Riwayat Ibnu Abi Hatim. 

أنهم ما كانوا يتوجهون بالعبادة لآلهتهم إلا لاعتقادهم أنها كانت تقربهم إلى الله عز وجل وأنها شافعة لهم، ولم يكونوا يعتقدون أنها هي التي تحيي وتميت وترزق، كما قال تعالى: {ما نعبدهم إلا ليقربونا إلى الله زلفى}، ولذلك كانوا يتوجهون في الشدائد إلى الله وحده لاعتقادهم أن بيده التصرف والنفع والضر، {فإذا ركبوا في الفلك دعوا الله مخلصين له الدين}.

Mereka menyembah tuhan-tuhannya semata-mata karena mereka yakin bahwa tuhan-tuhan itu akan mendekatkan mereka kepada Allah Azza wa Jalla  dan para tuhan tersebut memberi syafaat bagi mereka dan mereka tidak menyakini bahwa tuhan-tuhan itu adalah pemberi kehidupan, kematian, dan rezeki. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". (QS. Az-Zumar: 3). Oleh karena mereka itu ketika dalam keadaan susah maka mereka mengarahkan ibadah mereka kepada Allah karena keyakinan mereka bahwa ditangan Allah yang bisa menyimpangkan, memberikan kemanfaatan dan kemudhoran. Allah Ta’ala berfirman: 
Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; (QS. Al-Ankabut; 65)

أن نصوص الكتاب والسنة تدعو لتوحيد الألوهية، قال تعالى: {يا أيها الناس اعبدوا ربكم} وليس فيها أمر بالتوحيد في الربوبية وذلك لأنه متقرر عند الجميع.

Sesungguhnya berbagai nash dari al-Qur’an dan as-Sunnah menyeru kepada Tauhid Uluhiyah, Allah Ta’ala berfirman:
Hai manusia, sembahlah Rabbmu (QS. Al-Baqarah: 21).  Dan didalamnya tidak ada perintah dengan tauhid dalam rububiyah dan yang demikian karena telah ditetapkan bagi semuanya.  

وإيمانهم كان بجنس توحيد الربوبية لا به كاملا، فقد كانوا ينكرون المعاد والبعث والحساب وغير ذلك.

Keimanan mereka hanya pada jenis tauhid Rububiyah, bukan tauhid yang sepenuhnya, mereka mengingkari hari kiamat, kebangkitan, hari penghisaban, dan lain-lain.

وأما توحيد الأسماء والصفات فإنهم أقروا بالأسماء كلها إلا ما جاء عن بعضهم من إنكار اسم الرحمن خاصة، وهو إنكار جحود وتكبر؛ لأنه وجد في أشعارهم تسمية الله بالرحمن، ولا يعرف أنهم أنكروا غيره؛ لأنه لو كان لاعترضوا على النبي ﷺ كما اعترضوا عليه في اسم الرحمن، وأما الصفات فلا يعرف أنهم أنكروا منها شيئا.

Sedangkan Tauhid Asma wa shifat maka mereka mengakui semua nama-nama Allah kecuali sebagian dari mereka ada yang mengingkari nama ar-Rahman secara khusus, dan hal tersebut adalah pengingkaran sebagai bentuk pengeyelan dan takabbur (kesombongan). Karena telah ada pada symbol-simbol yang dipakai mereka penamaan Allah dengan ar-Rahman, dan tidak diketahui bahwa mereka mengingkari selain nama ar-Rahman. Karena jika mereka melakukan hal tersebut, tentu mereka akan keberatan dengan Nabi ﷺ, sebagaimana mereka keberatan dengan nama Ar-Rahman, dan sedangkan berkaitan dengan sifat-sifat Allah, tidak diketahui bahwa mereka (orang yang mengingkari nama-nama Allah) mengingkari sesuatupun dari sifat-sifat Allah.

وأما توحيد الألوهية فهو الذي خالفوا فيه، وقالوا: {أجعل الآلهة إلها واحدا إن هذا لشيء عجاب}، وهم مع ذلك كانوا يعبدون الله ويوحدونه أحيانا، ومن ذلك أنهم:

Sedangkan tauhid Uluhiyah, maka itulah tauhid yang mereka selisihi, mereka berkata, “ 
Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. (QS. Shod: 5) dan mereka dalam hal demikian senantiasa beribadah kepada Allah dan terkadang mengesakan-Nya,   dan termasuk yang demikian antara lain:

كانوا يعتكفون لله في المساجد، فعن عمر بن الخطاب رضي الله تعالى عنه أنه قال: يا رسول الله، نذرت في الجاهلية أن أعتكف ليلة في المسجد؟ قال: (وف بنذرك) أخرجاه. وهو نذر طاعة لله لأن النبي ﷺ أمره بالوفاء.

Mereka beritikaf di masjid-masjid, maka dari Umar bin al-Khaththaab radhiallahu’anhu, bahwa Beliau berkata: wahai Rasulullah ﷺ : “Wahai Rasulullah ﷺ aku bernadzar di dalam Jahiliyah agar aku bisa itikaf malam hari di masjid? Beliau bersabda: “Penuhilah nadzarmu” (HR. Al-Bukhari no. 2032 dan Muslim no. 1656) 

وكانوا يصومون لله، فعن عائشة رضي الله عنها أنها قالت: عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ تَصُومُهُ قُرَيْشٌ فِي الْجَاهِلِيَّةِ

Dari ‘Aisyah radhiallahu’anha, Beliau berkata, “Dahulu hari 'Asyura adalah hari yang orang-orang Quraisy pergunakan pada masa jahiliah untuk berpuasa. “ (HR. Al-Bukhari no. 4505 dan Muslim no. 1125)

وكانوا يذكرون الله كثيرا، فالنبي ﷺ عندما ذهب لحراء يتعبد الله لم يستغرب العرب، وكانوا يقومون بسقاية الحاج وعمارة المسجد الحرام، وكان منهم أناس معروفون بالعبادة.

Mereka senantiasa banyak berdzikir kepada Allah, Nabi ﷺ ketika pergi menuju Gua Hira dalam rangka beribadah kepada Allah, dan tidak heran orang arab saat itu, bahwa Mereka biasa menyediakan air untuk para peziarah dan memelihara Masjidil Haram, dan di antara mereka. mereka adalah orang-orang yang terkenal karena ibadahnya.

وكانوا يحبون الله، قال تعالى: {ومن الناس من يتخذ من دون الله أندادا يحبونهم كحب الله والذين آمنوا أشد حبا لله}.

Mereka mencintai Allah, sebagaimana firman Allah:
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. (QS. Al-Baqarah : 165) 

بل كانوا يخلصون الدعاء لله في الشدائد، قال تعالى: {فإذا ركبوا في الفلك دعوا الله مخلصين له الدين}.

Bahkan mereka mengikhlaskan doa hanya kepada Allah ketika dalam keadaan berkesulitan, Allah Ta’ala berfirman: 
Maka apabila mereka naik kapal mereka mendoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya;  (QS. Al-Ankabuut:  65)

وهذا كله يؤكد أن الشرك تسوية لغير الله بالله في شيء من خصائص الله، فلا يشترط أن تكون التسوية في كل شيء، بل من أشرك بالله في نوع من أنواع التوحيد فهو مشرك ولو وحد في الأنواع الأخرى.

Dan ini semuanya tidak menguatkan bahwa syirik itu penyetaraan Allah kepada selainnya dalam sesuatu yang itu termasuk kekhususan Allah. Maka tidak disyaratkan untuk sama dalam setiap segala sesuatu.  Bahkan orang yang mensyirikan Allah dalam satu macam dari macam-macam tauhid, maka dia termasuk musyrik walaupun dia mengesakan Allah dalam macam lainnya.




بسم الله الرحمن الرحيم
شرح كتاب الأربعين في حقوق رب العالمين

Syarah Kitab Arba’in Fi Huquuq Rabb al-‘Alaamiin.
Disampaikan oleh Syaikh Abdul Aziz Muhammad Habib al-Kamaly hafizhahullah.

شرك المتأخرين أشد من شرك الأولين، وذلك من أوجه:

Kemusyrikan generasi selanjutnya lebih parah dibandingkan kemusyrikan generasi awal, hal itu dilihat dari aspek sebagai berikut:

1. أن المشركين الأولين يشركون في الرخاء دون الشدة، قال تعالى: {فإذا ركبوا في الفلك دعوا الله مخلصين له الدين فلما نجاهم إلى البر إذا هم يشركون}، وأما المتأخرون فيشركون في الرخاء والشدة، بل يزدادون شركا في الشدة.

1.   Orang-orang musyrik generasi awal dahulu mengasosiasikan kesyirikan dengan kemudahan bukan kesulitan. Allah Ta’ala berfirman: {Dan jika mereka menaiki kapal, mereka berseru kepada Allah dengan ikhlas dalam agamanya kepada-Nya. Namun apabila Dia menyerahkan mereka kepada kebenaran, sesungguhnya mereka mempersekutukan.} (QS. Al-Ankabut: 65). Adapun orang-orang musyrik generasi belakangan, mereka mengasosiasikan kemudahan dan kesulitan, bahkan mereka memperbanyak kemusyrikan dengan kesulitan.

2. أن المشركين المتأخرين يشركون حتى بالطالحين والفاسدين كالبدوي، فإنه لا يعلم عنه في سيرته إلا أنه دخل المسجد يوم الجمعة فبال فيه ثم خرج ولم يصل.

2. Orang-orang musyrik generasi belakangan  mereka senantiasa melakukan kesyirikan, bahkan kesyirikan dengan menjadikan orang-orang yang buruk dan rusak seperti al-Badawi, maka diapun (yang melakukan kesyirikan) tidak mengetahui biografi al-Badawi kecuali dia ini adalah orang yang pernah masuk ke masjid  pada hari jum’at dan kencing di dalamnya kemudian keluar dari masjid dan tidak melakukan sholat. 

3. أن المشركين المتأخرين لا يعرفون معنى لا إله إلا الله بخلاف الأولين، لذا لما عرف معناها الأولون أبوا أن يقولوها بخلاف المتأخرين يخالفونها ويقولونها لجهلهم بمعناها.
3. Sesungguhnya orang -orang musyrik generasi belakangan tidak mengetahui makna La Ilaaha Illa Allah berbeda dengan orang-orang musyrik generasi awal,  oleh karena itu  orang musyrik generasi awal itu mengetahui makna kalimat tersebut dan enggan untuk mengatakannya berbeda dengan orang musyrik generasi belakangan yang mudah mengucapkannya karena kejahilannya terhadap makna La ilaaha Illa Allah.

4. أن من المشركين المتأخرين من يشرك في توحيد الربوبية كغلاة الصوفية والرافضة بخلاف المشركين الأولين فقد كانوا يقرون بتوحيد الربوبية في الجملة إلا البعث والنشور.

4.  Orang-orang musyrik generasi belakangan adalah orang yang melakukan kesyirikan dalam hal tauhid Rububiyah seperti para pembesar sufi dan syiah rafidhoh, berbeda dengan orang musyrik generasi awal, mereka meyakininya dengan tauhid rububiyah secara garis umumnya kecuali masalah kebangkitan dan pengumpulan.

5. أن المشركين الأولين يقرون بالأسماء كلها إلا اسم الرحمن ويقرون بالصفات كلها، بخلاف المشركين المتأخرين فمنهم من أنكر الأسماء كلها ومنهم من أنكر الصفات كلها أو بعضها.

5. Orang-orang musyrik generasi awal mengakui dengan semua nama-nama Allah kecuali nama ar-Rahman, dan mereka mengakui semua sifat Allah, berbeda dengan kaum musyrikin generasi belakangan mereka ada yang mengingkari semua nama-nama Allah dan dari mereka ada yang mengingkari semua nama-nama Allah dan ada dari mereka yang mengingkari sifat-sifat Allah  seluruhnya atau sebagiannya.

وليس معنى هذا أن الأولين خير من المتأخرين مطلقا، وإنما الكلام بالنسبة للشرك الواقع من كل طائفة، فإن المتأخرين قد لا يكفرون إذا كانوا جهالا فإنهم ينتسبون إلى الإسلام ويدينون به بخلاف الأولين.

Hal ini tidak berarti bahwa golongan musyrik awal  lebih baik dari golongan musyrik yang belakangan secara mutlak, namun yang dibicarakan adalah kesyirikan yang dilakukan oleh setiap golongan, dan  orang-orang yang melakukan kesyirikan pada generasi belakangan tidak boleh dianggap kafir jika mereka bodoh, karena mereka menisbatkan diri kepada Islam (mengaku Islam). dan mematuhinya, tidak seperti yang kaum musyrikin pada generasi awal.

أقسام الشرك:
Pembagian Syirik
الشرك قسمان:
Syirik ada dua macam:
شرك أكبر، وقد تقدم تعريفه.

Syirik besar, telah berlalu definisinya.

شرك أصغر، وهو: كل ما أطلقت عليه الشريعة شركا ولم يكن فيه تنديد كامل، وما كان في معناه كاتخاذ الأسباب الوهمية مثل التمائم -وسيأتي شرحها-.

Syirik kecil, yaitu: Setiap apa saja yang dimutlakkan menurut syari’at sebagai kesyirikan dan tidak menjadikan tandingan bagi Allah secara sempurna, dan berlaku pula pada apa yang semakna seperti mengambil sebab yang tidak jelas contohnya Tamimah (akan ada penjelasannya).

عن شداد بن أوس رضي الله عنه: (كنا نعد الرياء على عهد رسول الله ﷺ الشرك الأصغر) رواه البزار. 

Dari Syadad bin Aus radhiallahu’anhu: “Kami menganggap riya pada zaman Rasulullah ﷺ adalah syirik kecil” (HR. Al-Bazaar, lihat Shohih at-Targhib no. 32).

الفرق بين الشرك الأكبر والأصغر:
Perbedaan antara Syirik Besar dan Kecil:

1. أن الشرك والكفر الأكبر لا يجتمعان مع الإيمان المنجي من النار بخلاف الأصغر، قال تعالى: {لئن أشركت ليحبطن عملك}، وأما الأصغر فيحبط ما قارنه من الأعمال دون غيرها.

1. Sesungguhnya  syirik dan kufur besar tidak akan bersatu bersama iman yang bisa menyelamatkan dari api neraka, berbeda dengan syirik kecil. Allah Ta’ala berfirman:
"Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu.” (QS. Az-Zumar: 65). Sedangkan syirik kecil maka akan batal amalan-amalan yang dibandingkan (yang mengandung syirik) tanpa membatalkan amalan selainnya.

2. أن الشرك والكفر الأكبر موجبان للخلود في النار بخلاف الأصغر، قال تعالى: {إنه من يشرك بالله فقد حرم الله عليه الجنة ومأواه النار}.

2. Syirik dan kufur akbar (besar) membawa kekekalan dalam neraka, berbeda dengan syirik kecil, Allah Ta’ala berfirman: Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka. (QS. Al-Maidah: 72).

3. أن صاحب الشرك والكفر الأكبر تجري عليه أحكام الكفر في الدنيا بخلاف الأصغر.

3. Pelaku syirik dan kufur besar maka dia dikenakan hukum kafir di dunia, berbeda dengan syirik kecil.
ضابط التمييز بينهما:
Patokan untuk membedakan keduanya:

1. أما الشرك الأكبر فضابطه أن كل عبادة صرفت لغير الله من وثن أو صنم أو ملائكة أو جن أو أولياء فهي شرك أكبر.

1.  Syirik besar patokannya adalah berlaku untuk setiap ibadah yang diselewengkan kepada selain Allah baik berupa berhala, atau patung atau malaikat atau jin atau wali-wali maka itu adalah syirik besar. 
2. وأما الشرك الأصغر فيعرف بما يلي:

2.  Sedangkan syirik kecil bisa dikenali dengan apa ada pada poin berikut ini:

a. أن يأتي ذلك صريحا في النصوص كما في قول شداد بن أوس وقد سبق.

a. Bahwa hal ini terdapat secara tegas dalam berbagai nash, seperti dalam perkataan Shaddad bin Aus radhiallahu’anhu yang telah disebutkan sebelumnya.

b. فهم الصحابة كما جاء عن ابن مسعود، قال: قال رسول الله ﷺ: (الطِّيَرَةُ شرك)، وما منا إلا، ولكن الله يذهبه بالتوكل. فقوله: (وما منا إلا... ولكن الله يذهبه بالتوكل) من كلام ابن مسعود وهو دليل على أنه شرك أصغر، فالتوكل يذهب الشرك الأصغر.

b.  Para sahabat memahaminya sebagaimana tercantum dalam riwayat Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu, Beliau berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: (Thiyarah  (anggapan sial tanpa sebab yang syar’i) itu adalah syirik), dan tidak ada seorang pun di antara kami yang melakukan apa pun selain itu, kecuali Allah menghilangkannya dengan tawakal. Sabdanya: (Dan tidak ada seorang pun di antara kita yang kecuali…tetapi Allah menghilangkannya dengan tawakal) berasal dari perkataan Ibnu Mas’ud, dan itu adalah bukti bahwa itu adalah syirik kecil, maka tawakal itu bisa  menghilangkan syirik kecil.

c. إجماع العلماء على أنه شرك أصغر أو كفر أصغر.

c. Kesepakatan ulama bahwa itu adalah perbuatan syirik kecil atau kufur kecil.

d. أن يأتي الشرك الأصغر منكراً غير معرّف، فإن جاء معرّفاً بـ(ال) دلّ على أن المقصود به الشرك المخرج من الملة، قال ابن مسعود رضي الله عنه: (إن الرقى والتمائم والتولة شرك) والمراد به الأصغر، لكن هذا القيد أغلبي؛ لأنه قد يأتي في النصوص معرفا ولا يراد به الكفر الأكبر كقول الصحابية للرسول: (يا رسول الله، ثابت بن قيس، ما أعتب عليه في خلق ولا دين، ولكني أكره الكفر في الإسلام)، والمراد به هنا كفران العشير.

d.  Syirik kecil itu datang dengan membawa redaksional nakirah (redaksional umum)  bukan yang definitive (dengan AL) ini menunjukkan bahwa yang dimaksudkan adalah syirik yang mengeluarkan seseorang muslim dari agamanya. Ibnu Mas’ud berkata: “Sesungguhnya Ruqyah, Tamimah, Tiwalah (jimat) adalah syirik).  Dan yang diinginkan disini adalah syirik kecil, namun ini adalah pembatasan yang sangat umum, karena terkadang ada nash-nash yang ada alif lamnya  dan tidak diinginkan padanya kekufuran yang besar seperti perkataan shahabat Ibnu Abbas radhillah kepada Rasulullah ﷺ, “Wahai Rasulullah ﷺ, tidaklah aku mencela Tsabit bin Qais atas agama atau pun akhlaknya, akan tetapi aku khawatir kekufuran dalam Islam." Dan yang diinginkan dengannya adalah kufrun ‘ashir (kufur terhadap pasangan).


HADITS PERTAMA:

عَنْ مُعَادٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ ﷺ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ، فَقَالَ : يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ؟ قُلْتُ : اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ : فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، فَقُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاسَ ؟ قَالَ : لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا . متفق عليه.

Dari Mu'adz ia berkata, "Aku pernah dibonceng Nabi di atas seekor keledai yang bernama 'Ufair. Lalu beliau bertanya: 'Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah atas para hamba-Nya dan apa hak para hamba atas Allah?" Aku jawab: 'Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu.' Beliau bersabda: 'Sesungguhnya hak Allah atas para hamba-Nya adalah hendaknya mereka beribadah hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan- Nya dengan sesuatu apapun. Dan hak para hamba atas Allah adalah Allah tidak akan mengadzab seorang hamba pun yang tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Lalu aku berkata: 'Wahai Rasulullah, apakah boleh aku menyampaikan kabar gembira ini kepada manusia?" Beliau menjawab: Jangan kamu beritahukan mereka sebab nanti mereka akan berpasrah saja (tidak mau beramal)..." Muttafaqun alaihi (HR. Bukhari no. 2856 dan Muslim no. 40)

هذا الحديث في وجوب التوحيد، وبيان منزلته في الدين، فالتوحيد أوجب الواجبات وأعظمها وأولها، ويظهر ذلك من وجوه، منها أنه:

Hadits ini tentang wajibnya tauhid, dan penjelasan kedudukannya dalam agama, Tauhid merupakan kewajiban yang paling wajib, terbesar, dan pertama, dan hal ini tampak dalam banyak hal, antara lain:

1. الغاية من خلق الثقلين.
قال الله تعالى: { وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ }، فالغاية من خلق الثقلين هي العبادة، والعبادة في إطلاق الشرع هي التوحيد كما سبق.

1. Tujuan dari penciptaan Jin dan Manusia.
Allah Ta’ala berfirman: {Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku} (QS. Adz-Dzariyat: 56), maka tujuan diciptakannya dua makhluk jin dan manusia itu adalah ibadah, dan ibadah dalam arti syar’inya secara mutlak adalah tauhid, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.

2. الغاية من إرسال الرسل، ومقصود دعوتهم كلهم.
قال تعالى: { وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ }.
وقال: { وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ }.
وعن أبي هريرة عن النبي ﷺ قال: (أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ فِي الْأُولَى وَالْآخِرَةِ. قَالُوا: كَيْفَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: الْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ مِنْ عَلَّاتٍ، وَأُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ، فَلَيْسَ بَيْنَنَا نَبِيٌّ) أخرجاه واللفظ لمسلم.

2. Tujuan Pengutusan para Rasul, dan Tauhid adalah tujuan dakwah mereka semua.
Allah Ta’ala berfirman: { Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu.”} (QS. An-Nahl: 36).
Dan Allah Ta’ala berfirman: { Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku"..} (QS. Al-Anbiyaa: 25)
Dari  Abu Hurairah radhiallahu’anhu, dari Rasulullah ﷺ, bersabda, "Aku lebih berhak atas diri Isa putra Maryam dari semua manusia di dunia dan di akhirat, " para sahabat bertanya, "Bagaimana hal itu wahai Rasulullah?" beliau bersabda, "Para Nabi adalah satu ayah (adam), ibu mereka berbeda-beda namun agama mereka satu, dan antara aku dengan Isa tidak ada Nabi."  (HR. Al-Bukhari no.  3443 dan Muslim no. 2365)

ولما خلق الله آدم لم يبعث بعده رسولا مدة عشر قرون كما قال ابن عباس: (كان بين آدم ونوح عشرة قرون كلهم على شريعة من الحق، فلما اختلفوا بعث الله النبيين والمرسلين، وأنزل كتابه، فكانوا أمة واحدة)

“Ketika Allah menciptakan Adam ‘alaihissalam, dan tidak mengutus setelah nya seorang rasul selama 10 abad, semuanya diatas syari’at kebenaran, maka tatkala mereka berselisih Allah mengutus para nabi dan para rasul, menurunkan kitab-Nya, maka mereka adalah umat yang satu.” (Dikeluarkan oleh Al-Hakim dalam al-Mustadrak no. 3654, ini sesuai dengan syarat al-Bukhari namun Beliau tidak mengeluarkan di dalam kitab shohihnya, lihat Silsilah Ahaadits as-Shohihah 7/854).
 
، والأمة الواحدة هي الجماعة تجتمع على دين واحد، فبالرغم من وجود معاص كثيرة كالقتل والحسد وغيرها، فلما وقع الشرك في قوم نوح أرسله الله للدعوة إلى التوحيد.

Umat yang satu itu adalah jama’ah yang berkumpul diatas agama yang satu, walaupun terdapat banyak dosa seperti membunuh, iri hati, dan lain-lain, namun ketika terjadi kesyirikan di kalangan umat Nuh, Allah mengutusnya untuk menyerukan tauhid.

3. أول ما يأمر الله ورسوله والأنبياء به، وضده أول ما ينهى الله ورسوله والأنبياء عنه، فهو أول واجب إجماعا (ابن تيمية)، وأول ما يدعى إليه.

3.  Hal pertama yang diperintahkan Allah, Rasul-Nya, dan para Nabi (adalah tauhid), dan kebalikannya (syirik) adalah hal pertama yang dilarang oleh Allah, Rasul-Nya, dan Para Nabi, sehingga merupakan kewajiban yang pertama secara ijma’ (Ibnu Taimiyyah), dan  (tauhid) adalah hal pertama yang diserukan. 

قال تعالى: { وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ } وهذا ضمن ثماني عشرة مسألة من الحكمة التي أوحى الله بها، بدأها بالتوحيد وختمها به فقال: { وَلَا تَجْعَلْ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ }.

Allah Ta’ala berfirman: “ Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya “ (QS. Al-Isra’: 23) dan Ini termasuk di antara delapan belas persoalan hikmah yang diturunkan Allah, yang diawali dengan tauhid dan diakhiri dengan itu, Allah Ta’ala berfirman: { Dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di samping Allah } (QS. Al-Israa’: 39).

وقال: {  وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ } وهذه تسمى بآية الحقوق العشرة، بدأها بالتوحيد.

Allah Ta’ala berfirman: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. “ (QS. An-Nisaa: 36)  Ini disebut Ayat Sepuluh Hak, dan diawali dengan tauhid.

وقال: { قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ ۖ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۖ } وهذه تسمى بآية الوصايا العشرة، وسماها ابن عباس بالمحكمات، بدأها بالتوحيد وختمها بالنهي عن الشرك.
Allah Ta’ala berfirman: Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, (QS. Al-An’aam: 151). Dan ini dinamakan ayat wasiat yang sepuluh. Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma menamakan dengan Al-Muhkamat, diawali dengan tauhid dan diakhiri dengan larangan syirik.

والنبي ﷺ بقي في مكة يدعو إلى التوحيد ثلاثة عشر سنة، وختم حياته بالتحذير من الشرك ووسائله لما حذر من البناء على القبور.

Nabi ﷺ tinggal di Mekah menyerukan tauhid selama tiga belas tahun, dan mengakhiri hidupnya dengan memperingatkan terhadap kesyirikan dan segala dampaknya ketika beliau memperingatkan agar tidak membangun di atas kuburan.


والأنبياء جميعا يقولون في ابتداء دعوتهم: { اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ }.

Para Nabi seluruhnya mereka berkata di dalam awal dakwahnya, Allah Ta’ala berfirman: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Rabb bagimu selain-Nya" (QS. Al-A’raaf: 59).

وقال ﷺ لمعاذ لما بعثه لليمن: (فليكن أول ما تدعوهم إليه شهادة أن لا إله إلا الله) أخرجاه، وفي رواية: (إلى أن يوحدوا الله).

Rasulullah ﷺ bersabda kepada Muadz radhiallahu’anhu ketika Beliau mengutusnya ke Yaman, “ Maka pertama kali yang engkau serukan kepada mereka adalah syahadat (persaksian) An laa Ilahaa iallah.) (HR. Al-Bukhari no. 1458 dan Muslim no 19) dalam Riwayat lainnya (Sampai mereka mentauhidkan Allah) (HR. Al-Bukhari no. 7372 dan Muslim no. 19)

وقيل أول واجب النظر أو القصد إلى النظر (المعتزلة والأشاعرة)، وهو قول باطل لمخالفته النصوص والإجماع، إلا أنه قد يكون ذلك في حق من لا يحصل له الإيمان إلا به، وليس لجميع الناس، وهذا هو الموافق للنصوص الآمرة بالنظر (ابن تيمية).

Dikatakan bahwa wajib mempelajari terlebih dahulu atau niat untuk mempelajari (Mu'tazilah dan Asy’ariyah), dan ini adalah pernyataan yang batil karena bertentangan dengan nash dan ijma’, kecuali mungkin berlaku bagi mereka yang tidak dapat memperoleh keimanan. kecuali dengan (mempelajari terlebih dahulu), dan bukan pada seluruh manusia, dan hal ini sesuai dengan nash yang memerintahkan untuk mempelajari (Ibnu Taimiyah).

4. حق الله على العباد.
4. Tauhid adalah Hak Allah (yang wajib dipenuhi) atas seluruh hamba-Nya
عَنْ مُعَاذٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَالَ يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاسَ قَالَ لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا. أخرجاه.

Dari Mu'adz radhiallahu'anhu berkata, "Aku pernah membonceng di belakang Nabi ﷺ di atas seekor keledai yang diberi nama 'Ufair lalu beliau bertanya, "Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah atas para hamba-Nya dan apa hak para hamba atas Allah?" Aku jawab, "Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu." Beliau bersabda, "Sesungguhnya hak Allah atas para hamba-Nya adalah hendaknya beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan hak para hamba-Nya atas Allah adalah seorang hamba tidak akan disiksa selama dia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun." Lalu aku berkata, "Wahai Rasulullah, apakah boleh aku menyampaikan kabar gembira ini kepada manusia?" Beliau menjawab, "Jangan kamu beritahukan mereka sebab nanti mereka akan berpasrah saja". (HR. Al-Bukhari no. 2856 dan Muslim no. 30)

5. شرط لقبول العمل.
قال تعالى: { فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا }.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ابْنُ جُدْعَانَ كَانَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ يَصِلُ الرَّحِمَ وَيُطْعِمُ الْمِسْكِينَ فَهَلْ ذَاكَ نَافِعُهُ قَالَ لَا يَنْفَعُهُ إِنَّهُ لَمْ يَقُلْ يَوْمًا رَبِّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ) رواه مسلم.

5.  Tauhid adalah Syarat Diterimanya Amal
Allah Ta’ala berfirman: “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabbnya". (QS. Al-Kahfi: 110).
dari Aisyah radhiallahu’anha beliau berkata, Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, Ibnu Jud'an pada masa jahiliyyah selalu bersilaturrahim dan memberi makan orang miskin. Apakah itu memberikan manfaat untuknya?’ Beliau menjawab, 'Tidak, sebab dia belum mengucapkan, 'Rabb-ku ampunilah kesalahanku pada hari pembalasan.'"  (HR. Muslim no. 214)

6. القرآن كله في التوحيد.
كل آية فيه إما أن تكون خبرا عن الله، وهذا توحيد علمي، أو دعوة إلى عبادته، وهذا توحيد إرادي طلبي، أو أمرا ونهيا، وهذه حقوق التوحيد ومكملاته، أو خبرا عن كرامة الله لأهل توحيده أو عذابه لأهل الشرك وهذا في حكم من خرج عن توحيده

6. Al-Qur’an seluruhnya adalah tauhid
Setiap ayat di dalamnya bisa berupa berita tentang Allah, dan ini adalah tauhid ilmiah, atau seruan untuk beribadah kepada-Nya, dan ini adalah tauhid yang sukarela dan menuntut, atau perintah dan larangan, dan inilah hak dan pelengkap tauhid, atau berita tentang Kemuliaan Allah bagi kaum tauhid atau azab-Nya bagi kaum musyrik, dan itu hukumnya bagi orang yang menyimpang tauhidnya.

Berlanjut.....

Selasa, 05 Maret 2024

HAK ALLAH ROB SEMESTA ALAM


#DaurahMaSyaikh_Surabaya
#DaurahYayasanMinhajusSunnah2024-1445

بسم الله الرحمن الرحيم
شرح كتاب الأربعين في حقوق رب العالمين

Syarah Kitab Arba’in Fi Huquuq Rabb al-‘Alaamiin.

Disampaikan oleh Syaikh Abdul Aziz Muhammad Habib al-Kamaly hafizhahullah.

مقدمات في التوحيد والشرك:

Muqaddimah dalam Tauhid dan Syirik

التوحيد لغة: الإفراد، وشرعا: إفراد الله بما يختص به من الألوهية والربوبية والأسماء والصفات، ونفيها عما سواه.

Tauhid secara bahasa: Al-Ifrod (mengesakan), 
Secara syar’i: Mengesakan Allah dengan apa yang dikhususkan bagi Allah dari Uluhiyah, Rububiyah dan Al-Asma’ wa Shifat (nama-nama dan Sifat-sifat Allah) dan meniadakan dari selain-Nya.

وهو لفظ شرعي:

Tauhid itu adalah lafazh yang syar’i. (keterangannya adalah sebagai berikut:)

عن ابن عباس في بعث النبي ﷺ معاذا لليمن، وفيه: (فليكن أول ما تدعوهم إليه شهادة ألا اله الا الله) أخرجاه، وفي رواية للبخاري: (إلى أن يوحدوا الله).

Dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhu pada pengutusan Mu’adz oleh Nabi ﷺ ke yaman, (didalam hadits disebutkan), “Maka pertama kali yang engkau serukan kepada mereka adalah persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah) (dikeluarkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim) dan dalam Riwayat al-Bukhari: ((serulah mereka) untuk mentauhidkan Allah)).

وعن جابر في صفة الحج، وفيه: (فأهل بالتوحيد) رواه مسلم.

Dari Jabir radhiallahu’anhu dalam sifat Haji, (dalam hadits tersebut disebutkan): (Maka Beliau bertalbiyah dengan tauhid) HR. Muslim no. 1218.

كلمة التوحيد هي لا إله إلا الله، وهي العروة الوثقى، والشهادة بها جزء من ركن الإسلام الأول.

Kata Tauhid itu adalah La Ilaaha Illa Allah (tidak ada dzat yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah) dan kata tersebut adalah buhul tali yang kokoh, dan persaksian dengan nya adalah bagian dari rukun Islam yang pertama.

{فمن يكفر بالطاغوت ويؤمن بالله فقد استمسك بالعروة الوثقى}.

Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat  (QS. Al-Baqarah: 256)

 عن عمر عن النبي ﷺ قال: (الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله) رواه مسلم. 

Dari Umar dari Nabi ﷺ Beliau bersabda: “Islam itu engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan Muhammad (ﷺ) adalah utusan Allah). HR. Muslim.

ومعنى شهادة أن لا إله إلا الله يتبين بذكر معنى الشهادة والإله، مع بيان إعرابها. فالشهادة: إخبار عن علم، فلابد لها من أمرين:

Dan makna syahadat La Ilahaa Illa Allah menjadi jelas dengan menyebutkan makna Syahadat (persaksian) dan al-Ilah (sesembahan). Dengan penjelasan I’robnya. Dan Persaksian itu adalah pengabaran tentang ilmu, maka persaksian itu harus ada dua perkara:

1. علم واعتقاد، وإلا لم تنفع، قال تعالى: {إذا جاءك المنافقون قالوا نشهد إنك لرسول الله والله يعلم إنك لرسوله والله يشهد إن المنافقين لكاذبون}.

Pertama: Ilmu dan Keyakinan. Kalau tidak ada keduanya maka tidak akan memberikan manfaat. Allah Ta’ala berfirman: 
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (QS. Al-Munafiqun: 1)


2. نطق وإخبار، فمن لم ينطق بالشهادتين مع قدرته عليها لم يكن مؤمنا وإن كان يعتقد صحتها إجماعا، وأما الإخبار فلابد منه إلا إن اقتضت الضرورة الكتمان لخوف الضرر ونحوه. 

Pengucapan dan pengabaran, maka barangsiapa yang tidak mengucapkan 2 persaksian padahal dia mampu untuk mengucapkannya maka dia tidak akan menjadi seorang mukmin walaupun dia menyakini kebenaran dua persaksian tersebut. Sedangkan pengabaran maka itu adalah keharusan, kecuali jika terpaksa harus penyembunyian karena takut celaka dan sejenisnya.

والإله: هو المعبود إجماعا (ابن عبدالبر)، فكلمة (الله) أصلها من الإله، فإله على وزن فعال بمعنى مفعول، كما تقول فراش بمعنى مفروش وكتاب بمعنى ومكتوب، وهي من أله يأله إذا عبد.

Al-Ilah, adalah al-Ma’buud (yang diibadahi) secara ijma’ (Menurut Ibnu Abdil Barr), kata (Allah) asalnya adalah al-Ilah, dan illah itu adalah sesuai wazan rumus Fa’aala dengan makna maf’ul (objek).  Sebagaimana dikatakan Firash (hamparan/dipan) dengan makna mafrusy (yang dihamparkan/pembaringan), dan kitab (buku) maknanya adalah maktuub (yang ditulis). Dan al-Ilah itu diambil dari  kata kerja dalam bahasa arab Alah – ya’lahu jika diibadahi.

عن عبد الله بن عباس رضي الله عنهما قال: (الله ذو الألوهية والمعبودية على خلقه أجمعين) رواه ابن جرير.

Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhuma, Beliau berkata:
Allah Dzat yang memiliki al-Uluhiyah wal Ma’budiyah (diibadahi) atas seluruh hamba-hamba-Nya). Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.


#DaurahMaSyaikh_Surabaya
#DaurahYayasanMinhajusSunnah2024_1445H
#BagianKedua

بسم الله الرحمن الرحيم
شرح كتاب الأربعين في حقوق رب العالمين

Syarah Kitab Arba’in Fi Huquuq Rabb al-‘Alaamiin.
Disampaikan oleh Syaikh Abdul Aziz Muhammad Habib al-Kamaly hafizhahullah.

وقيل الخالق أو القادر على الاختراع أو المستغني عما سواه المفتقر إليه كل ما عداه (المتكلمون)، وهذا تفسير باطل، إذ لو كان صحيحا فما الذي كان يمنع مشركي قريش من قبول لا إله إلا الله؟! فإنهم كانوا مقرين بهذه الأمور الثلاثة، ولكنهم ردوها وقالوا {أجعل الآلهة إلها واحدا إن هذا لشيء عجاب}، فتعسا لمن كان كفار قريش أعلم منه بمعنى لا إله إلا الله. وهذا الفهم لهذه الكلمة أدى إلى غلط كبير، وكان من أسباب انتشار الشرك في هذه الأمة، وتقدم ذكر المعنى الصحيح لإله والأدلة عليه.

Dikatakan al-Khaliq (Yang Maha Pencipta) atau al-Qadir (Yang Maha Berkuasa) atas pembuatan ciptaan yang baru atau yang tidak butuh kepada yang selain-Nya, semuanya selain Allah sangat butuh kepada-Nya. (Para Ahli Filsafat). Ini adalah penafsiran yang bathil.  Kalau seandainya itu benar maka apa yang bisa mencegah kaum musyrikin quraisy dari menerima  kalimat La ilaha Illa Allah? Mereka mengakui dengan perkara yang tiga tersebut namun mereka membantah dan mengatakan (firman Allah), “ Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (QS. Shad: 5).
Maka alangkah malangnya bagi orang yang orang kafir Quraisy lebih tahu darinya tentang makna La Ilaaha Illa Allah.  Dan kefahaman yang salah terhadap kata tersebut bisa menghantarkan kepada kesalahan yang besar.  Menjadi sebab-sebab viralnya kesyirikan di dalam umat ini dan telah berlalu penyebutan makna yang Shohih tentang al-Ilaah dan dalil-dalilnya.. 

وإعرابها:
I’rob لا إله إلا الله : 

 (لا): نافية للجنس، و(إله): اسمها مبني على الفتح في محل نصب، ، وخبرها: مرفوع مقدر تقديره حق، و(إلا): أداة استثناء، ولفظ: (الله): بدل من لفظ إله، وهو بدل بعض من كل، فتكون الجملة مع خبرها المقدر: لا إله حق إلا الله، وقد اتفقت كلمات علماء المذاهب الأربعة على أن معنى لا إله إلا الله هو لا معبود بحق إلا الله.

لا – la nafiyah lil Jinsi (LA yang berfungsi untuk meniadakan jenis - karena meniadakan khabarnya dari seluruh yang termasuk kedalam jenis ismnya, sehingga Lā nafiyyah liljinsi merupakan bentuk peniadaan yang paling luas cakupannya)

(إله) – Ilaha – 
Ilāha adalah Isim (kata benda) lā nafiyyah liljinsi (la yang berfungsi meniadakan jenis)   (mabniyyun ‘alal fatḥi) dalam kedudukan nashob  (berharokat fathah). 


خَبَرُهَا – khobarnya
Marfu’ (yang dirofa’kan) yang persepsi yang seharusnya adalah haqqun (yang benar).


إلا  - Illa  adalah berfungsi sebagai alat pengecualian.


الله – Allah 
Menunjukkan kepada lafazh Ilah (sesembahan), dan ini adalah penggantian sebagian dari seluruhnya, (1)  maka kalimat sempurna bersama khobarnya sesuai persepsi yang seharusnya adalah:
 Tidak ada illah (sesembahan) yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah. Telah bersepakat para ulama madzhab yang empat terhadap makna  La Ilaha Illa Allah adalah  Tidak ada yang diibadahi dengan benar kecuali Allah.


(catatan (1)):

(1)  والاسم الكريم لفظ الجلالة بدل من خبر: (لا) المحذوف وليس خبرها لأن: (لا) النافية للجنس لا تعمل إلا في النكرات.

Isim al-Karim Lafazhul Jalalah badal (pengganti) dari Khobar (لاَ  ) – La – al-Makhduf (yang dihilangkan) dan bukan khobarnya karena La nafiyah lil jinsi tidak berlaku kecuali kepada isim bentuk nakirah (undefinitif).
 

قال تعالى: {ذلك بأن الله هو الحق وأن ما يدعون من دونه هو الباطل}. 

Allah Ta’ala berfirman:
“Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang haq, dan apa saja yang mereka seru selain Allah adalah bathil.” (QS. Luqman: 30)

وكلمة التوحيد لها أركان وشروط، فأركانها اثنان هما النفي والإثبات، فـ(لا إله) نفي للإلهية عما سوى الله عز وجل، و(إلا الله) إثباتها له وحده، ولا يكون التوحيد إلا باجتماع الأمرين، فإن النفي وحده تعطيل، والإثبات وحده لا يمنع المشاركة.

Kata Tauhid itu mempunyai rukun dan syarat. Rukunnya ada dua yaitu an-Nafi (peniadaan) dan al-Itsbat (penetapan). Maka (لاَ إلهَ  ) peniadaan untuk Ilahiyah  sesembahan selain Allah Azza wa Jalla. ( إلا الله ) penetapannya (sesembahan) hanya bagi Allah saja, dan tidak berlaku tauhid kecuali dengan berkumpulnya dua perkara tersebut. Maka jika hanya peniadaan (nafi) saja maka itu adalah ta’thil (penghapusan) dan penetapan (itsbat)  saja tidak akan mencegah adanya musyarakah (Persekutuan).

قال تعالى: {وإذ قال إبراهيم لأبيه وقومه إنني براء مما تعبدون إلا الذي فطرني فإنه سيهدين}.

Allah Ta’ala berfirman:
Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah,   tetapi (aku menyembah) Rabb Yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku". (QS. Az-Zuhruf: 26-27)

وعن أبي مالك سعد بن طارق بن أشيم الأشجعي عن أبيه عن النبي ﷺ أنه قال: (مَن قالَ: لا إِلَهَ إِلّا اللَّهُ، وَكَفَرَ بما يُعْبَدُ مَن دُونِ اللهِ، حَرُمَ مالُهُ وَدَمُهُ، وَحِسابُهُ على اللَّهِ) رواه مسلم.

Dari Abi Malik Sa’d bin Thoriq bin Ushaim al-Asyja’I dari bapaknya dari Nabi ﷺ bahwa Beliau bersabda: “Barangsiapa yang mengatakan, “La Ilaha Illa Allah”  Allah, dan mengkufuri sesuatu yang disembah selain Allah, maka telah haram harta dan darahnya, dan pahalanya di sisi Allah." (HR. Muslim no. 23).

ولا ينتفع بكلمة التوحيد إلا بشروطها، وشروطها ترجع لأمرين: وهما العلم والالتزام (المعلمي) 
فالعلم بها شرط لصحتها، بل لابد أن يتيقن بها.

Tidak ada kemanfaatan dengan kalimat Tauhid kecuali dengan syarat-syaratnya, dan syarat-syaratnya Kembali kepada dua perkara, yaitu al-Ilmu (ilmu) dan al-Iltizam (komitmen). (Disampaikan oleh al-Mu’alimy al-Yamaniy rahimahullah).
Maka ilmu itu merupakan syarat keabsahan (tauhid)nya, namun seseorang harus yakin akan hal itu.

عن عثمان أن النبي ﷺ قال: (مَن ماتَ وهو يَعْلَمُ أنَّه لا إلَهَ إلّا اللَّهُ، دَخَلَ الجَنَّةَ) رواه مسلم.

Dari Utsman radhiallahu’anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang meninggal dan dia mengetahui bahwa tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali Allah (maka) dia masuk surga.” (HR. Muslim no. 26)

عن أبي هريرة أن النبي ﷺ قال له: (مَن لَقِيتَ مِن وَرَاءِ هَذَا الحَائِطَ يَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلّا اللَّهُ مُسْتَيْقِنًا بها قَلْبُهُ، فَبَشِّرْهُ بالجَنَّةِ،) رواه مسلم.

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Sesungguhnya Nabi ﷺ bersabda kepadanya, “Siapapun yang kau temui di balik kebun ini ia bersaksi bahwa tidak Rabb (yang berhak disembah) selain Allah dan ia menancapkan keyakinan ini dalam hatinya, maka berilah kabar gembira kepadanya dengan surga.'” (HR. Muslim no. 26).

والالتزام بها شرط، فيقولها بلسانه، ومخلصا بها قلبه، وصادقا فيها غير كاذب، ويموت عليها.

Dan berkomitmen dengannya adalah syarat dan mengatakannya dengan lisannya dan mengikhlaskan kalimat tauhid dengan hatinya, dan membenarkannya tanpa kedustaan dan mati diatas kalimat tauhid.

عن عتبان أن النبي ﷺ قال: (فإن الله حرم على النار من قال لا إله إلا الله يبتغي بذلك وجه الله) أخرجاه.

Dari ‘Itban bahwa Nabi ﷺ, "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan LAA ILAAHA ILLALLAH dengan mengharap wajah Allah?" (HR. Al-Bukhari no. 425 dan Muslim no. 33)

وعن أبي هريرة سأل النبي ﷺ: من أسعد الناس بشفاعتك؟ فقال: (من قال لا إله إلا الله خالصا من قلبه) رواه البخاري.

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Beliau pernah bertanya kepada Nabi ﷺ “Siapakah yang paling Bahagia dengan syafa’atku?” maka Beliau ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang berkata La ilaaha Illa Allah ikhlas dari hatinya.  (HR. Al-Bukhari no. 99)

عن أنس أن النبي ﷺ ومعاذ رديفه على الرحل، قال: (يا معاذ بن جبل)، قال: لبيك يا رسول الله وسعديك. قال: (يا معاذ) قال: لبيك يا رسول الله وسعديك ثلاثا، قال: (ما من أحد يشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله صدقا من قلبه إلا حرمه الله على النار)، قال: يا رسول الله أفلا أخبر الناس فيستبشروا؟ قال: (إذا يتكلوا)، فأخبر بها معاذ عند موته تأثما. رواه البخاري.
kami Anas bin Malik bahwa Nabi ﷺ menunggang kendaraan sementara Mu'adz membonceng di belakangnya. Beliau lalu bersabda, "Wahai Mu'adz bin Jabal!" Mu'adz menjawab, "Wahai Rasulullah, aku penuhi panggilanmu." Beliau memanggil kembali, "Wahai Mu'adz!" Mu'adz menjawab, "Wahai Rasulullah, aku penuhi panggilanmu." Hal itu hingga terulang tiga kali, beliau lantas bersabda, "Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah, tulus dari dalam hatinya, kecuali Allah akan mengharamkan baginya neraka." Mu'adz lalu bertanya, "Apakah boleh aku memberitahukan hal itu kepada orang, sehingga mereka bergembira dengannya?" Beliau menjawab, "Nanti mereka jadi malas (untuk beramal)." Mu'adz lalu menyampaikan hadits itu ketika dirinya akan meninggal karena takut dari dosa." (HR. Al-Bukhari no. 128).

ومن لم ينطق بالشهادتين مع قدرته عليها لم يكن مؤمنا وإن كان يعتقد صحتها إجماعا (ابن الصلاح والنووي وغيرهما). انظر: صيانة صحيح مسلم ص١٧٣، وشرح مسلم ٢٣٧/١.

Barang siapa yang tidak mengucapkan kedua syahadat  tersebut meskipun ia mampu, maka ia tidaklah beriman, meskipun ia yakin bahwa syahadat tersebut shahih berdasarkan ijma’  (Ibnu al-Shalah, an-Nawawi, dan selain keduanya). (Lihat Shiyanah Shohih Muslim hal 173, Syarah Muslim  1/237)

وحديث عبادة، وفيه: (ثم لقيتني لا تشرك بي شيئا) أخرجه، فلا ينتفع بها إلا إذا مات عليها ولم ينقضها إجماعا (ابن عبدالبر وابن الملقن).

Dan hadits Ubadah bin as-Shomit, (dan dalam hadits disebut), “Kemudian engkau bertemu dengan-Ku tidak menyekutukan dengan-Ku suatu apapun) dikeluarkan oleh Imam al-Bukhari no. 246, maka tidak bermanfaat persaksian itu jika dia mati kecuali diatas keyakinan tersebut dan tidak bisa dibatalkan secara ijma’ (Ibnu Abdil Bar dan Ibnul Mulaqin).

أقسام التوحيد.

Macam-Macam Tauhid
التوحيد -باعتبار ما يتعلق بالله- أقسام ثلاثة:

At-Tauhid - berkaitan dengan apa yang berhubungan dengan Allah - memiliki tiga kategori:

توحيد الربوبية: وهو إفراد الله بأفعاله، كالخلق والملك والتدبير.

Tauhid ar-Rububiyah; yaitu Mengesakan Allah dalam seluruh perbuatan-Nya (terhadap hamba-Nya), seperti penciptaan, penguasaan, dan pengaturan.

توحيد الألوهية: وهو إفراد الله بالعبادة، كالدعاء والذبح والنذر.

Tauhid al-Uluhiyah: yaitu mengesakan Allah dalam ibadah, seperti (berdoa) hanya kepada Allah, dan juga sembelihan dan nadzar.

توحيد الأسماء والصفات: وهو إفراد الله بما يختص به من الأسماء والصفات.

Tauhid al-Asma’ wa Shifaat: yaitu mengesakan Allah dengan apa yang khusus dari seluruh nama dan sifat Allah.

وهو -باعتبار ما يطلب من العبد- قسمان:

Tauhid – berdasarkan atas  apa yang diminta dari hamba – ada dua jenis:

1. توحيد المعرفة والإثبات، وهو التوحيد العلمي الخبري، ويشمل توحيد الربوبية والأسماء والصفات.

Tauhid al-Ma’rifah wal Itsbat (Tauhid Ma’rifah dan  Penetapan), dan itu adalah tauhid al-Ilmiy al-Khobariy  yang meliputi tauhid Ar-Rububiyah dan al-Asma’ was Shifaat.

2. توحيد الطلب والقصد، وهو التوحيد العملي، ويشمل توحيد الألوهية، والمراد به توحيده في الطلب التعبدي، والقصد التعبدي.

Tauhid at-Tholab wal Qoshdu. Yaitu at-Tauhid al-‘Amaliy, dan itu meliputi Tauhid al-Uluhiyahn dan yang dimaksudkan adalah mentauhidkan Allah dalam at-Tholab at-Ta’abudiy - permintaan khusus dalam peribadahan dan a-Qoshdu at-Ta’abudiy – tujuan khusus dalam peribadahan.

 والدليل على هذا التقسيم هو السبر والتقسيم واستقراء النصوص، فكما قسم العلماء العلم إلى فقه وحديث وتفسير، فكذلك قسموا التوحيد إلى هذه الأقسام، فبالنظر إلى النصوص نجد أن الله عز وجل يخاطب الكفار بالربوبية فيلزمهم بها على الألوهية، أو أنه يثبت لهم إيمانا في أمر وكفرا في أمر آخر، فيكون إيمانا مقيدا، وهذان يدلان على التقسيم.

Dan dalil atas pembagian tersebut adalah berdasarkan penyelidikan, pembagian dan istiqro’ mengekstrapolasi berbagai teks, sebagaimana para ulama membagi ilmu menjadi fikih, hadits dan tafsir, maka begitu pula mereka membagi tauhid menjadi 3 macam tersebut, dan ketika menelaah kepada berbagai macam nash maka kita dapati bahwa Allah itu mengajak bicara kepada orang-orang kafir dengan rububiyah-Nya dan mengharuskan mereka untuk berada diatas tauhid al-Uluhiyah, atau bahwa Allah menetapkan bagi mereka iman dalam suatu perkara dan mereka mengingkari dalam perkara lainnya. Maka hal tersebut adalah iman yang terbatas, dan kedua hal tersebut menunjukkan kepada pembagian tersebut.

قال تعالى: {ولئن سألتهم من خلقهم ليقولن الله فأنى يؤفكون}، وقال: {قل من يرزقكم من السماء والأرض أمن يملك السمع والأبصار ومن يخرج الحي من الميت ويخرج الميت من الحي ومن يدبر الأمر فسيقولون الله فقل أفلا تتقون}، وهذا في توحيد الربوبية.

Allah Ta’ala berfirman: “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: "Allah", maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?, (QS. Az-Zukhruf: 87)

Dan Allah berfirman:
Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?" (QS. Yunus: 31)
Dan ini adalah dalil tentang Tauhid ar-Rububiyah.

وقال: {فاعلم أنه لا إله إلا الله}، وقال: {ولقد بعثنا في كل أمة رسولا أن اعبدوا الله واجتنبوا الطاغوت}، وقال: {وما أرسلنا من قبلك من رسول إلا نوحي إليه أنه لا إله إلا أنا فاعبدون}، وهذا في توحيد الألوهية.
Allah Ta’ala berfirman:
“Maka ketahuilah bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah) (QS. Muhammad: 19) dan Allah Ta’ala berfirman: ( Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu) (QS. An-Nahl: 36) 
Dan Allah Ta’ala berfirman: Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS. Al-Anbiyaa: 25)
Dan ini adalah (dalil) dalam Tauhid al-Uluhiyah.

وقال: {ليس كمثله شيء وهو السميع البصير}، وهذا في توحيد الأسماء والصفات.

Dan Allah Ta’ala berfirman: Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat. (QS. Asy-Syura: 11) 
Dan ini adalah Tauhid al-Asma’ was Shifaat.

وقال: {رب السماوات والأرض وما بينهما فاعبده واصطبر لعبادته هل تعلم له سميا}، وهذا في الأنواع الثلاثة

Allah Ta’ala berfirman:
Rabb (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)? (QS. Maryam: 65)
Dan ini berkaitan dengan dalil dari Ketiga macam tauhid tersebut.



#DaurahMaSyaikh_Surabaya
#DaurahYayasanMinhajusSunnah2024_1445H
#BagianKetiga

بسم الله الرحمن الرحيم
شرح كتاب الأربعين في حقوق رب العالمين

Syarah Kitab Arba’in Fi Huquuq Rabb al-‘Alaamiin.
Disampaikan oleh Syaikh Abdul Aziz Muhammad Habib al-Kamaly hafizhahullah.


والعلاقة بين هذه الأقسام هي أن توحيد الألوهية متضمن لتوحيد الربوبية والأسماء والصفات، وتوحيد الربوبية والأسماء والصفات مستلزم لتوحيد الألوهية.

Hubungan antara macam-macam tersebut adalah bahwa Tauhid Uluhiyah mencakup tauhid Rububiyah dan Asma’ was Sifat.
Tauhid Rububiyah dan Asma wa Shifat adalah mengharuskan  adanya Tauhid Uluhiyah.

 فالربوبية تذكر في القرآن لأمرين:

Tauhid Rububiyah disebutkan dalam al-Qur’an dalam dua perkara:

1. للإلزام بتوحيد الإلهية، قال تعالى: {يا أيها الناس اعبدوا ربكم الذي خلقكم…} إلى قوله: {تعلمون}.
1. Untuk mengharuskan tauhid Uluhiyah, sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Hai manusia, sembahlah Rabbmu yang telah menciptakanmu …) sampai ayat (padahal kalian mengetahui) (QS. Al-Baqarah: 21-22)

2. ولتعظيم الله سبحانه وتعالى، قال تعالى: {فقلت استغفروا ربكم إنه كان غفارا يرسل السماء عليكم مدرارا…} إلى قوله: {مالكم لا ترجون لله وقارا}.

2. Untuk mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah Ta’ala berfirman: 
maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Rabbmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,
sampai pada ayat,    Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? (QS. Nuh 10-13)

 والألوهية والربوبية لفظان يجتمعان ويفترقان، فإذا اجتمعا في الذكر افترقا في المعنى، وإذا افترقا في الذكر اجتمعا في المعنى، كلفظ الفقير والمسكين ونحوه. والتوحيد إذا أطلق فالمراد به توحيد الألوهية.

Uluhiyah dan Rububiyah adalah dua lafazh yang bisa bersatu dan bisa berpisah. jika bersatu maka mempunyai makna sendiri-sendiri, jika berpisah dalam penyebutan maka maknanya menyatu, seperti lafazh faqir dan miskin dan yang semisalnya.  Tauhid jika dimutlakkan  maka yang dimaksudkan dengannya adalah Tauhid Uluhiyah.

فإن الخلق مجمعون على إفراد الله بالربوبية وكمال صفاته، وقد أثبته الله لهم كما في قوله: {وما يؤمن أكثرهم بالله إلا وهم مشركون}، فدل على أنه إذا أطلق لا يراد به غير الألوهية لأن غيره حاصل.
Seluruh makhluk Allah bersepakat dalam mengesakan Allah dengan Rububiyah dan kesempurnaan sifat-Nya.  Allah telah menetapkannya bagi makhluk-Nya sebagaimana firman Allah: “Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yusuf: 106). Maka ini menunjukkan bahwa jika dimutlakkan penyebutan tauhid  tidak dimaksudkan  dengannya selain penyebutan Uluhiyah karena tauhid selainnya adalah telah ada (dengan sendirinya konsekuensi dari Tauhid Uluhiyah adalah telah ditegakkan Tauhid Rububiyah dan Asma wa Sifat).

والرسل دعت إلى التوحيد وأرادت الألوهية، قال تعالى: {وما أمروا إلا ليعبدوا إلها واحدا لا إله إلا هو}، وفهم المخاطبون بالرسالات هذا المفهوم من خطابها: {قالوا أجئتنا لنعبد الله وحده ونذر ما كان يعبد آباؤنا} وقالوا: {أجعل الآلهة إلها واحدا}.
Para Rasul menyeru kepada tauhid dan tauhid yang dituju ini adalah tauhid Uluhiyah, Allah Ta’ala berfirman:
padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. (QS. At-Taubah: 31). Dan pemahaman orang yang diajak bicara dengan risalah dan ini adalah apa yang bisa dipahami dari redaksional ayat: 
Mereka berkata: "Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami?  (QS. Al-A’raaf: 70) dan Mereka berkata, “Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja?” (QS. Shaad: 5).

الرد على شبهات في تقسيم التوحيد:
Bantahan terhadap syubhat dalam pembagian Tauhid:

Syubhat pertama:
1. يزعم بعضهم أنه يلزم من إثبات أقسام التوحيد الثلاثة تعدد الآلهة، وأنها تصير ثلاثة.

Sebagian orang mengira bahwa pembagian tauhid menjadi tiga itu mengharuskan sesembahan yang berbilang, dan jumlahnya menjadi tiga.

والجواب: أنه لا تلازم، فإن هذه الأقسام هي حقوقه التي يجب أن يوحد فيها لا أنها ذوات منفصلة عنه، وهذه هي عين شبهة منكري أسماء الله وصفاته كالجهمية وغيرهم، حيث يدَّعون أنَّه يلزم من إثبات الأسماء والصفات تعدد القدماء، حتى إن جهماً شيخ القوم نقل عنه أنَّه قال: لو قلت إنَّ لله تسعة وتسعين اسماً لعبدت تسعة وتسعين إلهاً.

Jawab: Sesungguhnya hal tersebut tidak mengharuskan demikian, karena pembagian itu adalah hak-haknya tauhid yang wajib dalam rangka menyatukan  didalamnya bukan karena mempunyai dzat yang terpisah darinya, Dan ini adalah sumber syubhat para pengingkar Nama-nama dan Sifat-Sifat Allah seperti Jahmiyah dan selain mereka. Dimana mereka mengklaim bahwa ada keharusan untuk menetapkan nama-nama dan sifat-sifat  yang telah ditetapkan oleh orang-orang terdahulu, bahkan Jahm bin Sofyan (tokohnya Jahmiyah) dinukil darinya bahwa dia mengatakan, “Kalau aku katakan bahwa bagi Allah ada 99 nama maka tentunya aku harus beribadah kepada 99 sesembahan.”

وهذا بعينه متلقى من عُبَّاد الأصنام المشركين بالله تعالى، حيث قالوا: يدعو محمدٌ إلى إله واحد، ثم يقول: يا الله يا سميع يا بصير، فيدعو آلهةً متعدِّدة، فأنزل الله: {قُلِ ادْعُوا اللهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيّاً مَّا تَدْعُوا فَلَهُ الأَسْمَآءُ الحُسْنَى}، فأيُّ اسمٍ دعوتموه به فإنَّما دَعَوْتُم المُسمَّى بذلك الاسم، فأخبر سبحانه أنَّه إله واحدٌ وإن تعدَّدت أسماؤه الحُسنى المشتقَّة من صفاته.

Hal ini khususnya diterima dari para penyembah berhala yang mengagung-agungkan Allah Ta’ala, Dimana mereka mengatakan:  Muhammad berdoa kepada Ilah sesembahan yang satu, kemudian dia mengatakan: Ya Allah Ya Sami’ (Dzat Yang Maha Mendengar), Ya Bashir (Dzat Yang Maha Melihat)  maka dia telah berdoa kepada sesembahan yang berbeda-beda, maka Allah menurunkan ayat: 
Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik).” (QS. Al-Isra: 110).
Apa pun nama yang kalian berdoa dengannya, maka kalian telah menyeru dengan nama tersebut, maka Allah telah mengabarkan bahwa Allah adalah sesembahan yang satu meskipun Namanya-namanya yang indah diambil dari sifat-sifat-Nya banyak sekali.

Syubhat kedua:

2. يقول بعضهم بأنه لا فرق بين الربوبية والألوهية، وأن التفريق باطل.

2. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa tidak ada perbedaan antara rububiyah dan uluhiyah dan sesungguhnya pembedaan itu adalah batil.

والجواب أن يقال لهم ماذا تقولون في من يقول بأن الله خالق رازق مدبر لكنه يؤمن بالأصنام ويعبدها؟ فإن قالوا بأنه مسلم فقد خالفوا إجماع المسلمين بل كفروا بالله، وإن قالوا بأنه مشرك فيقال لهم: ماذا تسمون اعتقاده بأن الله وحده هو الخالق والرازق والمدبر، فإن قالوا نسميه توحيدا فيقال لهم: من أين جاءه الشرك وقد جاء بالتوحيد، وإن قالوا: هو جاء بجزئ من التوحيد وخالف في جزئ آخر فيقال لهم قد خالفتم وفرقتم وهدمتم قولكم.

Jawab: Hendaknya dikatakan kepada mereka apa yang kalian akan katakan kepada orang yang berkata bahwa Allah adalah Dzat Yang mencipta, memberi rezki, yang mengatur namun dia beriman dengan berhala dan beribadah kepadanya? Maka jika mereka mengatakan bahwa orang yang melakukan tersebut adalah seorang muslim maka dia telah menyelisihi ijma’ kaum muslimin bahkan telah kafir terhadap Allah, dan jika mereka mengatakan model orang tersebut adalah seorang musyrik maka dikatakan kepada mereka, “Apa yang kalian sebut tentang keyakinannya bahwa Allah itu adalah Dzat Yang Mencipta, Yang Memberikan rezki, Yang mengatur, maka jika mereka mengatakan, “Kami menamakannya tauhid” maka dikatakan kepada mereka, “ Dari mana datangnya kesyirikan  padanya padahal dia telah membawa tauhid? Jika mereka mengatakan, “orang tersebut telah membawa sebagian dari tauhid dan menyelisihi sebagian lainnya, maka dikatakan kepada mereka,  maka kalian telah menyelisihi dan memisahkan dan menghancurkan perkataan kalian.

ثم إن عدم التفريق بين توحيد الربوبية وتوحيد الألوهية جهل باللغة وبالشرع، ففي اللغة فرق بين الرب والإله مبنى ومعنى، فأما من جهة المبنى فالإله فعال بمعنى مفعول كبساط بمعنى مبسوط، فإله على زنة اسم المفعول، وأما الرب فأصلها رابٌّ، وهي على زنة اسم الفاعل، وفرق بين اسم الفاعل واسم المفعول.
Kemudian, Sesungguhnya tidak adanya pembedaan antara tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah maka itu adalah jahil terhadap bahasa dan syar’i. Maka dalam bahasa ada perbedaan antara Rabb dan al-Ilah secara struktur komponen penyusun katanya dan maknanya. Dari sisi struktur komponen penyusunnya maka al-Ilah itu mempunyai rumus fa’aala dengan makna maf’ul (objek) seperti basaath (bentangan) dengan makna mabsuuth (yang dibentangkan), maka al-Ilah dengan rumusan isim maf’ul  (ma’luh yang diibadahi) sedangkan ar-Rabb maka asal katanya adalah Raabbun menurut rumusan isim fa’il dan beda antara isim fa’il dan isim maf’ul.

وأما من جهة المعنى فالألوهية التي هي مصدر إله ليست هي الربوبية التي هي مصدر الرب، فالإلهية بمعنى العبادة والتذلل باتفاق أهل اللغة، والإله هو المعبود بإجماع أهل العلم (ابن عبدالبر)،

Dan sedangkan menurut sisi makna maka Uluhiyah yang dia adalah mashdar kata Ilah dan rububiyah itu bukanlah mashdar dari kata ar-Rabb, maka al-Ilahiyah dengan makna ibadah dan at-tadalul (perendahan diri) dengan kesepakatan ahli bahasa. Dan al-Ilah itu adalah al-Ma’bud (yang diibadahi) dengan ijma ahli ilmu (Ibnu Abdil Barr).

 فأله يأله إذا ذل وتعبد، وأما الربوبية فإن الرب هو المالك السيد، فأين معنى المعبود من معنى المالك السيد.

Maka fi’il kata kerja Alaha – Ya’lahu jika merendahkan diri dan beribadah, sedangkan Rububiyah maka sesungguhnya ar-Rabb itu itu adalah al-maalik Dzat Yang Maha Menguasai, as-Sayyid (Dzat Yang Memiliki), maka Dimana makna al-Ma’bud (yang diibadahi) dari makna al-maalik as-sayyid. Dzat Yang Maha Menguasai, as-Sayyid (Dzat Yang Memiliki).

 وأما في الشرع فإن هذا القول يلزم منه أن يكون قوله تعالى: {قل أعوذ برب الناس} هو مثل قوله: {إله الناس} وأنه تكرار لا فائدة منه، وهذا قول باطل ينزه عنه كلام الله سبحانه وتعالى.

Dan secara syar’I maka perkataan ini mengharuskan firman Allah Ta’ala: “Katakanlah aku berlindung dengan Rabb nya manusia.” Lafazh ini seperti firman Allah, “Ilaahin Naas – Sesembahannya manusia”  dan bahwa pengulangan itu tidak ada faidah darinya.  Ini adalah perkataan yang bathil, disucikan darinya  firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Syubhat Ketiga:

3. يزعم بعضهم أن هذا التقسيم محدث أحدثه محمد بن عبد الوهاب، وبعضهم يقول ابن تيمية، والجواب من أوجه ثلاثة:

3.  Ada yang berpendapat bahwa pembagian tiga tauhid tersebut adalah hasil inovasi dan diperkenalkan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab, dan ada pula yang mengatakan (yang membuatnya adalah) Ibnu Taimiyyah, dan jawabannya ada tiga aspek:

الأول: أنه وإن كان محدثا فمادام أن دليله الاستقراء فلا إشكال، ولا مشاحة في الاصطلاح.

Yang pertama: Sekalipun itu adalah hasil inovasi itu maka itu dalilnya adalah istiqro-i (bersifat induksi) maka tidak ada masalah, tidak ada perbedaan pendapat dalam istilah (terminology).

 والثاني: أن هذا الافتراء باطل، فقد ذكر هذا التقسيم جماعة من أهل العلم المتقدمين إما بتصريح أو بإشارة إليه، ومنهم: ابن بطة العكبري وابن مندة وأبو يوسف وأبو حنيفة والطحاوي وابن جرير الطبري والقرطبي وابن حبان والطرطوشي وغيرهم. 

Yang kedua: ini adalah iftira’ (mengada-ada suatu perkara yang tidak ada dasarnya – syubhat diatas) yang batil,  Maka telah disebutkan pembagian tauhid ini  oleh banyak ulama terdahulu, baik dengan terang-terangan atau dengan isyarat kepadanya.  Para ulama itu antara lain: Ibnu Baththoh al-‘Ukbariy, Ibnu Man, dahAbu Yusuf, Abu Hanifah, at-Thohawi, Ibnu Jarir at-Thobariy, al-Qurthuby, Ibnu Hibban, at-Thurthusy dan selain mereka. 

والثالث: أن عامة المتكلمين يقسمون التوحيد إلى ثلاثة أقسام، فيقولون هو واحد في ذاته لا قسيم له، وواحد في صفاته لا شبيه له، وواحد في أفعاله لا شريك له، وتقسيم هؤلاء ينطوي على أمور باطلة كثيرة ليس هذا موضع بيانها، لكن المراد بيان أنهم أنفسهم يقسمون.

Yang Ketiga:  Sesungguhnya kebanyakan para ahli filsafat membagi tauhid menjadi tiga macam, maka mereka mengatakan  dia adalah satu dalam dzatnya tidak terbagi-bagi, satu dalam sifat-Nya tidak ada yang serupa bagi-Nya, satu dalam seluruh perbuatan-Nya tidak ada sekutu bagi-Nya, dan pembagian yang dilakukan mereka itu mengandung banyak perkara yang batil. hal ini bukan tempat untuk menjelaskannya, namun yang dimaksud adalah untuk memperjelas bahwa mereka sendiri yang telah membuat pembagian.

Syubhat keempat:

4. أضاف بعض الحركيين قسما رابعا وهو توحيد الحاكمية، وهذا التقسيم لا يصح، وذلك لأمرين:
4.  Sebagian orang Harokiyun ( tambahan: Orang-orang harokah adalah suatu kaum yang (kelihatannya) berjuang untuk Islam. Mereka berpendapat bahwa memahami agama ini tidaklah cukup untuk memperjuangkan Islam, sampai setiap individu bergabung di dalam suatu gerakan dakwah, yang didalamnya mereka diperintah dan dilarang, (mereka harus) mendengar dan taat. Kegiatan ini kebanyakan disertai dengan bai’at dan sumpah setia, meskipun mereka berada di dalam suatu negara yang dipimpin oleh penguasa muslim.) menambahkan pembagian tauhid menjadi empat yaitu Tauhid Hakimiyah. Dan pembagian yang keempat ini tidak benar, alasannya ada dua perkara:

الأول: أنه بمقتضى مفهوم التقسيم يكون كل قسم مغايرا للقسم الآخر، وأما توحيد الحاكمية فداخل في توحيد الربوبية والألوهية، فإن أريد به التشريع والتحليل والتحريم فهذا توحيد الربوبية، وإن أريد به التعبد بذلك فهذا توحيد الألوهية.

Pertama: Menurut konsep pembagiannya, memberikan konsekuensi  bahwa setiap macam tauhid berbeda dengan macam lainnya. Sedangkan Tauhid Hakimiyah itu telah masuk dalam tauhid Rububiyah dan Uluhiyah.  Maka jika yang diinginkan itu adalah Tasyri’ (pensyariatan), Tahliil (penghalalan), Tahriim (pengharaman) maka ini adalah tauhid Rububiyah, dan jika yang diinginkan itu adalah peribadahan kepada yang demikian maka sudah masuk pada tauhid Uluhiyah.

فإن قيل: نفرده بالذكر لكثرة المخالفين فيه كتوحيد الأسماء والصفات أفرد بالذكر لكثرة المخالفين فيه مع أنه داخل في توحيد الربوبية، فالجواب يتضح بالوجه الثاني، وهو: أن إفراد الحاكمية بقسم يكون سبب غلو في هذا التوحيد، والغلو فيه هو سبب أول تفرق وتحزب بدعي كان في الأمة الإسلامية، فإن سبب خروج فرقة الخوارج هو الغلو في مسألة الحاكمية، فتبين أنه فرق بين المخالفة في الأسماء والصفات والمخالفة في الحاكمية، فأما الأسماء والصفات فالمخالفون فيها جفوا ولم يثبتوا، فكان ذكرها وإبرازها متعين ومطلوب، وأما الحاكمية فالمخالفون فيها غلوا وبالغوا في الإثبات، فكان عدم إظهارها أكثر هو المتعين، على أن الخطأ في الحاكمية لا يكون كفرا أكبر إلا إن صاحبه اعتقاد كفري، فمثله لا يكون قسيما للألوهية والربوبية والصفات إلا من أهل الغلو.
Maka jika dikatakan: Kami pilihkan ( tauhid Hakimiyah) untuk disebutkan karena banyaknya penentang dalam pembagian tauhid yang tiga, seperti halnya tauhid asma wa shifat yang disebutkan, karena banyak penentangnya, padahal bisa termasuk dalam tauhid Rububiyah, maka jawabnya adalah jelas dengan sisi jawaban yang kedua, yaitu dipilihnya Tauhid Hakimiyah sebagai macam dari tauhid itu bisa menyebabkan ghuluw berlebih-lebihan dalam tauhid. Dan ghuluw (sikap berlebih-lebihan) itu adalah sebab awal munculnya perpecahan, kelompok-kelompok ahli bid’ah pada umat Islam. Maka sebab munculnya Khawarij adalah ghuluw dalam masalah Hakimiyah. Dan jelas perbedaan penyimpangan dalam asma wa shifat dan penyimpangan dalam Hakimiyah. Adapun  penyimpangan terhadap Tauhid asma was shifat adalah kering dan tidak terbukti, sehingga penyimpangan tersebut perlu dan wajib untuk disebutkan dan ditonjolkan. Sedangkan 
Adapun mengenai tauhid hakimiyah, orang-orang yang menyimpang didalamnya adalah ghuluw (berlebih-lebihan) bahkan sampai pada level penetapan,  Hal ini tidak perlu dipertegas lagi, mengingat kesalahan dalam hakimiyah (penghukuman penguasa) bukanlah merupakan kekafiran yang besar kecuali disertai dengan keyakinan kekafiran, karena hal yang demikian tidak dapat dianggap sebagai tambahan pembagian tauhid dari tauhid Uluhiyah, Rububiyah, asma wa shifat kecuali dari orang-orang yang ghuluw alias extrimis.