Jumat, 30 Januari 2015

TARBIYAH

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du;  

Allah Ta'ala telah memberikan kemuliaan kepada Nabi muhammad Sallallahu alaihi wa sallam dengan wahyu dan diutus kepada seluruh umat manusia sebagai sosok pendidik dan murobbi yang membawa kabar peringatan dan kabar gembira, menerangi umat dengan cahaya, sehingga membawa perubahan dan tersebar nya kebenaran dan keadilan. 

Para sahabat radhiyallahu anhum telah menimba ilmu dan berguru sehingga menjadi umat terbaik sebagai mana disaksikan didalam Al-Qur'an Al-Karim, dan diikuti umat setelah mereka dari kalangan para Ta'biin dan Atba' Ta'biin sehingga meraih keridhoan Allah Ta'ala.

Adapun generasi akhir, muncul perubahan dan sengaja mengubah, sehingga mengutamakan dunia atas akhirat nya, dan terjerumus ke dalam larangan dan meninggalkan kewajiban hingga menyeret mereka kedalam kehinaan dan kemunduran sehingga musuh musuh islam berlomba menyerbu dan menguasai mereka.

Tiada jalan kembali untuk meraih izzah dan kemuliaan kecuali dengan menyusuri jalan para salaf dengan kembali ke agama islam yang murni dari segala campuran, dan berpegang teguh dengan Al-Qur'an Al-Karim dan As-Sunnah An-Nabawiyah serta berpegang dengan manhaj As-Salaf As-Sholih. 

Allah Ta'ala berfirman, " Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia ". ( QS Ar-Ra'ad 11 ). 

Perubahan seseorang tidak akan berarti kecuali selaras dengan apa yang dilakukan para generasi salaf yang disana terdapat beberapa pokok sebagai berikut :

* Menjadikan wahyu Al-Kitab dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup dan sumber hukum yang wahyu tersebut terbebas dari segala kekeliruan, kesalahan, dan perubahan. 

* Memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman para sahabat dan Salafus-Sholih yang telah mendapatkan rekomendasi dari Allah Ta'ala. 

* Ikhlas dalam menimba ilmu agama semata mata mencari ridho Allah Ta'ala murni karena agama yang lurus, sehingga mendapatkan keberkahan ilmu, mensucikan jiwa, dan membawa manfaat di dunia dan akhirat. 

* Mengutamakan yang paling utama yaitu mendalami pondasi dan asas akidah islam yang mencakup pengenalan terhadap Robb Yang disembah, perkara keimanan, keyakinan tentang kehidupan akhirat, mengenal Nabi Nya, dan mengenal agama Nya secara mendalam dan menyeluruh. 

Diceritakan oleh Ummul Mukminin A'isyah radhiyallahu anha, ia berkata, " Dahulu pertama kali turun ayat dari Al-Qur'an Al-Karim adalah ayat ayat pendek yang mengisahkan tentang surga dan neraka, hingga para manusia banyak masuk agama islam, diajarkan kepada mereka tentang halal dan haram, sekiranya perkara halal dan haram turun di awal ajaran islam, niscaya para manusia tatkala dilarang khomer, mereka akan berkata, " kami tidak akan meninggalkan khomer selama nya,...dan sungguh dahulu turun ayat kepada Nabi Sallallahu alaihi wa sallam ketika itu aku masih kecil sedang senang bermain, yaitu firman Allah Ta'ala, "Sebenarnya hari kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit ". ( QS Al-Qomar 46 ) .

Dan tidaklah turun surat Al-Baqarah, surat An-Nisa ' kecuali aku berada disamping beliau Sallallahu alaihi wa sallam ". ( HR Bukhary ). 

* Mengagungkan ilmu dan memuliakan nya, serta memahami bahwa menuntut ilmu merupakan suatu ibadah yang mulia disisi Allah Ta'ala. 

Sehingga dengan demikian akan muncul ihtirom dan penghormatan kepada para ulama dan ahli ilmu dan senantiasa beradab dan bersopan santun dihadapan mereka para pewaris Nabi Sallallahu alaihi wa sallam. 

* Bersandar kepada manhaj ilmiah yang dibangun diatas wahyu dan dalil yang sohih, dan menghindari perilaku taklid, mengikuti prasangka, maupun cerita cerita yang tidak mendasar baik dalam akidah, keyakinan, ibadah, akhlak, pemikiran. 

* Menjadikan tujuan tarbiyah dan menuntut ilmu semata mata agar dapat nenggapai maqom berserah diri dan tunduk kepada perintah Allah Ta'ala, sehingga ia memiliki akidah yang kuat dan ibadah yang sempurna dan senantiasa konsisten terhadap aturan aturan agama. 

* Mengikat antara hakikat ilmiah dengan hakikat imaniyah, dan menancapkan akidah yang mendalam disela sela mengajarkan ilmu dan tarbiyah, sehingga tidak terancam larangan Allah Ta'ala dalam firman Nya, "  Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai ". ( QS Ar-Ruum 7 ). 

* Hendaknya seorang muallim dapat memberikan kudwah hasanah bagi umatnya, sehingga antara ucapan dan perbuatan maupun tingkah lakunya tidak bertolak belakang. 

* Bersikap lemah lembut, dikarenakan tidak dijumpai lemah lembut dalam suatu urusan kecuali akan menghasi nya dan menjadikan sesuatu tersebut menjadi indah. 

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Sesungguhnya Allah Ta'ala menyukai kelemah lembutan dalam segala urusan semua nya " ( HR Ahmad dan Bukhary dan Muslim ). 

Jumat, 23 Januari 2015

MELEBIHI BATAS

Asy Syaikh Abdurrozaq Al Badr hafizhahullah

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du;

Suatu perangai yang tercela, perbuatan yang tidak disukai oleh Allah Ta'ala dan dibenci dalam syariat bahkan akan mendatangkan keburukan dan hukuman baik didunia dan diakhirat adalah isyrof atau melebihi dan melampaui batas.

Didalam syariat dijumpai lebih dari dua puluh dalil tentang larangan dan celaan dari perbuatan melampaui batas dan para pelaku nya.

Allah Ta'ala berfirman, " Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan ". ( QS Al A'raaf 31 ).

Allah Ta'ala berfirman, " Dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka ". ( QS Ghafir 43 ).

Allah Ta'ala kabarkan bahwa melampaui batas merupakan sebab kebinasaan dan kehancuran dan akan mendatangkan bencana dan adzab serta siksa didunia dan diakhirat.

Allah Ta'ala berfirman, " Dan Kami binasakan orang-orang yang melampaui batas ". ( QS Al Anbiya' 9 ).

Allah Ta'ala berfirman, " Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya ". ( QS Al Isrā 16 ).

Perbuatan melampaui batas merupakan bujukan nafsu dan godaan dari setan sehingga para manusia melihat perbuatan tersebut seakan - akan adalah baik.

Allah Ta'ala berfirman, " Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan ". ( QS Yunus 12 ).

Perbuatan melampaui batas merupakan sebab tercegahnya hidayah dan taufiq yang datang dari Allah Ta'ala bagi seseorang hamba.

Allah Ta'ala berfirman, " Sesungguhnya Allah tidak menunjuki ( memberi hidayah ) kepada orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta ". ( QS Ghafir 28 ).

Allah Ta'ala berfirman, " Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui batas dan ragu-ragu ". ( QS Ghafir 34 ).

Isyrof atau melebihi dan melampaui batas adalah sesuatu perbuatan yang keluar dari jalan keadilan dan kebenaran serta ukuran dan takaran yang semestinya, dan tidak hanya terbatas dalam urusan nafkah, makan, minum, sebagaimana yang disangkakan kebanyakan manusia.

Iyas ibnu Muawiyah rahimahullah berkata, " Segala yang keluar dari ketaatan kepada Allah Ta'ala adalah isyrof atau melampaui batas ".

Perbuatan melampaui batas yang paling berbahaya adalah berbuat kufur kepada Allah Ta'ala, menyekutukan serta menjadikan tandingan kepada Allah Ta'ala serta mendustakan para Rasul dan Nabi - nabi Nya.

Allah Ta'ala berfirman, " Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal ". ( QS Taha 127 ).

Di antara perbuatan isyrof adalah melampaui batas dalam membunuh seseorang, yaitu menghilangkan nyawa seseorang yang tidak pantas untuk dibunuh.

Allah Ta'ala berfirman, " Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan ". ( QS Al Isrā 33 ). 

Di antara perbuatan isyrof yang melampaui batas adalah melakukan perbuatan keji dan melakukan perbuatan yang hina sebagai mana Nabi Luth alaihi salam memberikan peringatan kepada kaumnya. 

Allah Ta'ala berfirman, " Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?". Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, bahkan sesungguhnya kalian ini adalah kaum yang melampaui batas ". ( QS Al A'raaf 80-81 ).

Allah Ta'ala berfirman, " Ibrahim bertanya: "Apakah urusanmu hai para utusan?".  Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth). agar kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah. yang ditandai di sisi Tuhanmu untuk membinasakan orang-orang yang melampaui batas". ( QS Adh-Dhariyat 31-34 ).

Secara umum melakukan dosa dan menerjang larangan adalah perbuatan isyrof yang melampaui batas dan pelakunya terancam hukuman dan siksa.

Adapun berlebih-lebihan dalam makanan, minuman dan pakaian maka ini juga tergolong dari perbuatan isyrof sebagaimana semua telah memahaminya.

Allah Ta'ala berfirman, " Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan ". ( QS Al A'raaf 31 ).

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah dengan sanad yang sohih  dari hadist Abdullah bin Amru ibnu Al-Asyh radhiyallahu anhuma, bahwa Rosulillah Sallallahu alaihi wa sallam bersabda, " Makan, minum, bersedekah, berpakaian lah yang tidak berlebih-lebihan dan melampaui batas ".

Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhary  dari riwayat Abdullah bin Amru ibnu Ash , " Makanlah sesukamu, berpakaianlah sesuai kehendak mu selagi tidak menerjang dua perkara yaitu dengan tanpa berlebihan dan melampaui batas ".

Berbuat isyrof dalam harta, makan, minum, pakaian, mencakup perbuatan melampaui batas dalam cara meraih dan mendapatkannya atau cara penggunaannya, dikarenakan segala yang keluar dari jalur ketaatan dari batasan syar'i maka pelakunya akan mendapatkan ancaman dan hukuman.

Makan harta riba, harta suap, harta hasil judi, hasil dari berbuat curang, hasil dari penipuan dalam berdagang, maka ini semua termasuk perbuatan melampaui batas dalam meraih dan mendapatkan suatu harta.

Demikian pula dalam penggunaan suatu harta, seperti digunakan untuk membeli ganja, narkoba, arak dan khomer, rokok, semua ini tergolong perbuatan yang melebihi batas dalam penggunaan suatu harta yang pelakunya terancam hukuman dan dosa.

Adapun dalam berpakaian, seseorang terjerumus dalam perbuatan isyrof yang melanggar aturan Allah Ta'ala, seperti contohnya menggunakan perhiasan emas dan pakaian sutera bagi para lelaki, atau memakai celana panjang dan kain sarung yang melebihi mata kaki bagi lelaki, maka ini adalah perbuatan yang dilarang dikarenakan melampaui batas dan terancam mendapatkan hukuman dan dosa.

Termasuk perbuatan isyrof adalah berlebih-lebihan dalam mengadakan pesta pernikahan atau acara semisalnya, dimana diadakan acara yang melanggar norma dan terdapat perbuatan munkar dan perkara haram, maka ini adalah melampaui batas yang terancam dosa dan hukuman.

Perbuatan isyrof merupakan pembahasan yang panjang dan lebar, dan dapat difahami oleh setiap orang yang menggunakan akal sehat nya, maka setiap kita hendaknya bertakwa kepada Allah Ta'ala, dan senantiasa mengingat bahwasanya kita akan dikembalikan kepada Allah Ta'ala dan berdiri dihadapan Nya, dan di berikan pertanyaan dan setiap kita akan menjawab, semoga kita dapat menyiapkan jawaban yang benar, dan Allah Ta'ala telah menyeru manusia dalam ayat Al-Qur'an dan ayat ini merupakan ayat yang menyeru kepada taubat dari berbuat isyrof dari segala perbuatan yang melampaui batas dalam segala sesuatu, sebagaimana difirmankan, " Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ". ( QS Az-Zumar 53 ).

Di antara doa permohonan ampunan yang telah diajarkan dalam ayat Al-Qur'an, " Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir ". ( QS Ali-Imran 147 ).

Dan telah tetap dari Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, dalam doa yang dipanjatkan, "  اللهم اغفر لي ما قدمت و ما اخرت وما اسررت وما اعلنت وما اشرفت وما انت أعلم به مني أنت المقدم وأنت المؤخر لا اله إلا أنت  ".

Semoga Allah Ta'ala melimpahkan jalan yang lurus kepada kita, dan semoga segala urusan kita diberikan kebajikan, sesungguhnya Allah Ta'ala adalah Dzat Yang Maha Mendengar doa.


Jumat, 16 Januari 2015

KEMATIAN SESUATU YANG PASTI


Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du; 

Allah Ta'ala telah menciptakan suatu kehidupan dan disana pula terdapat suatu kematian, yang senantiasa akan membayang-bayangi setiap makhluk yang hidup, sehingga setiap jiwa tidak akan mampu untuk menyelamatkan, melindungi, menolak bahkan menunda kematian tersebut,  tidak yang tua, muda, dan kecil sekali pun, kemudian semuanya akan kembali kehadapan Allah Ta'ala .

Allah Ta'ala berfirman, " Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan ". ( QS. Ali Imran 185 ).

Dahulu Umar ibnu Abdil Aziz rahimahullah mengumpulkan para ulama dan mengingatkan tentang kematian, sehingga mereka semuanya meneteskan air mata seolah-olah dihadapan mereka dijumpai suatu jenazah. 

Sesungguhnya merupakan perkara yang sangat mengherankan, tatkala seseorang lalai dari kematian, tidak berbekal untuk perjalanan alam kubur yang begitu gelap yang tidak akan muncul sinar rembulan dan matahari, sehingga melahirkan penyesalan yang tidak berujung, kesedihan tanpa batas, tangisan tiada henti. 

Allah Ta'ala berfirman, "Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya. Supaya jangan ada orang yang mengatakan: "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah). Atau supaya jangan ada yang berkata: 'Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa'. Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab 'Kalau sekiranya aku dapat kemnbali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang berbuat baik'. (Bukan demikian) sebenarya telah datang keterangan-keterangan-Ku kepadamu lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan adalah kamu termasuk orang-orang yang kafir". Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri? ". ( QS Az-Zumar 55-60 ).

عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ رضي الله عنه قَالَ: خَرَجِنَا مَعَ النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم فِى جَنَازَةِ رَجُلٍ مِنَ اْلأَنْصَارِ فَانْتَهَيْنَا إِلَى الْقَبْرِ وَ لَمَّا يُلْحَدُ فَجَلَسَ رَسُوْلٌ اللهِ صلى الله عليه و سلم مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ وَ جَلَسْنَا حَوْلَهُ وَ كَأَنَّ عَلَى رُؤُوْسِنَا الطَّيْرَ وَ فِى يَدِهِ عَوْدٌ يَنْكُتُ فِى اْلأَرْضِ وَ جَعَلَ يَرْفَعُ بَصَرَهُ وَ يُخْفِضُهُ ثَلاَثًا فَقَالَ: اسْتَعِيْذُوْا بِاللهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا ثُمَّ قَالَ: اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ثَلاَثًا ثُمَّ قَالَ:

إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا كَانَ فِى انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَ إِقْبَالٍ مِنَ اْلآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مَلاَئِكَةٌ مِنَ السَّمَاءِ بِيْضُ الْوُجُوْهِ كَأَنَّ وُجُوْهَهُمُ الشَّمْسَ مَعَهُمْ كَفَنٌ مِنْ أَكْفَانِ الْجَنَّةِ وَ حَنُوْطٌ مِنْ حَنُوْطِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسُوْا مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِىءُ مَلَكُ الْمَوْتِ عليه السلام حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُوْلُ: أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطَّيِّبَةُ [و فى رواية: الْمُطْمَئِنَّةُ]  اخْرُجِى إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللهِ وَ رِضْوَانٍ قَالَ: فَتَخْرُجُ تَسِيْلُ كَمَا تَسِيْلُ الْقَطِرَةُ مِنْ فِى السَّقَاءِ فَيَأْخُذُهَا [و فى رواية: حَتَّى إِذَا خَرَجَتْ رُوْحُهُ صَلَّى عَلَيْهِ كُلُّ مَلَكٍ بَيْنَ السَّمَاءِ وَ اْلأَرْضِ وَ كُلُّ مَلَكٍ فِى السَّمَاءِ وَفُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ السَّمَاءِ لَيْسَ مِنْ أَهْلِ بَابٍ إِلاَّ وَ هُمْ يَدْعُوْنَ اللهَ أَنْ يُعْرَجَ بِرُوْحِهِ مِنْ قِبَلِهِمْ] فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوْهَا فِى يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَأْخُذُوْهَا فَيَجْعَلُوْهَا فِى ذَلِكَ الْكَفَنِ وَ فِى ذَلِكَ الْحَنُوْطِ فَذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى(( تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَ هُمْ لَا يُفَرِّطُونَ- الأنعام: 61)) وَ يَخْرُجُ مِنْهَا كَأَطْيَبِ نَفْحَةِ مِسْكٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ اْلأَرْضِ قَالَ: فَيَصْعَدُوْنَ بِهَا فَلاَ يَمُرُّوْنَ بِهَا عَلَى مَلإٍ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ إِلاَّ قَالُوْا: مَا هَذَا الرُّوْحُ الطَّيِّبُ ؟ فَيَقُوْلُوْنَ: فَلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ بِأَحْسَنِ أَسْمَائِهِ الَّتِى يُسَمُّوْنَهُ بِهَا فِى الدُّنْيَاحَتَّى يَنْتَهُوْا بِهَا إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَسْتَفْتِحُوْنَ لَهُ فَيُفْتَحُ لَهُمْ فَيُشَيِّعُهُ مِنْ كُلِّ سَمَاءٍ مُقَرِّبُوْهَا إِلَى السَّمَاءِ الَّتِي تَلِيْهَا حَتَّى يَنْتَهِيَ بِهِ إِلَى السَّمَاءِ السَّابِعَةِ فَيَقُوْلُ اللهُ عز و جل: اكْتُبُوْا كِتَابَ عَبْدِي فِى عِلَّيَّيْنَ ((كَلَّآ إِنَّ كِتَابَ اْلأَبْرَارِ لَفِى عِلِّيِّينَ وَ مَا أَدْرَاكَ مَا عِلِّيِّونَ كِتَابٌ مَّرْقُومٌ يَشْهَدُهُ اْلمـُقَرَّبُونَ- المطففين: 18-21)) فَيُكْتَبُ كِتَابُهُ فِى عِلِّيِّيْنَ ثُمَّ يُقَالُ: أَعِيْدُوْهُ إِلَى اْلأَرْضِ فَإِنِّى وَعَدْتُهُمْ أَنِّى مِنْهَا خَلَقْتُهُمْ وَ فِيْهَا أُعِيْدُهُمْ وَ مِنْهَا أُخْرِجُهُمْ تَارَةً أُخْرَى قَالَ: فَيُرَدُّ إِلَى اْلأَرْضِ وَ تُعَادُ رُوْحُهُ فِى جَسَدِهِ قَالَ: فَإِنَّهُ يَسْمَعُ خَفْقَ نِعَالِ أَصْحَابِهِ إِذَا وَلَّوْا عَنْهَ مَدْبِرِيْنَ فَيَأْتِيْهِ مَلَكَانِ شَدِيِدَا اْلانْتِهَارِ فَيَنْتَهِرَانِهِ وَ يُجْلِسَانِهِ فَيَقُوْلاَنِ لَهُ: مَنْ رَبُّكَ؟ فَيَقُوْلُ: رَبِّيَ اللهُ فَيَقُوْلاَنِ لَهُ: مَا دِيْنُكَ؟ فَيَقُوْلُ: دِيْنِيَ اْلإِسْلاَمُ فَيَقُوْلاَنِ لَهُ:  مَا  هَذَا  الرَّجُلُ  الَّذِى  بُعِثَ فِيْكُمْ؟ فَيَقُوْلُ: هُوَ رَسُوْلُ اللهِ صلّى الله عليه و سلّم فَيَقُوْلاَنِ لَهُ: وَ مَا عَمَلُكَ؟ فَيَقُوْلُ: قَرَأْتُ كِتَابَ اللهِ فَآمَنْتُ بِهِ وَ صَدَّقْتُ فَيَنْتَهِرُهُ فَيَقُوْلُ: مَنْ رَبُّكَ؟ مَا دِيْنُكَ؟ مَنْ نَبِيُّكَ؟ وَهِيَ آخِرُ فِتْنَةٍ تُعْرَضُ عَلَى الْمُؤْمِنِ فَذَلِكَ حِيْنَ يَقُوْلُ اللهُ عز و جل  ((يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِاْلقَوْلِ الثَّابِتِ فِى اْلحَيَاةِ الدُّنْيَا وَ فِى اْلأَخِرَةِ- إبراهيم: 27)) فَيَقُوْلُ: رَبَّيَ اللهُ وَ دِيْنِيَ اْلإِسْلاَمُ وَ نَبِيِّ مُحَمَّدٌ صلى الله عليه و سلم فَيُنَادِى مُنَادٍ فِى السَّمَاءِ : أَنْ صَدَقَ عَبْدِى  فَأَفْرِشُوْهُ  مِنَ  الْجَنَّةِ  وَأَلْبِسُوْهُ مِنَ الْجَنَّةِ وَافْتَحُوْا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ قَالَ: فَيَأْتِيْهِ مِنْ رُوْحِهَا وَ طِيْبِهَا وَ يُفْسَحُ لَهُ فِى قَبْرِهِ مَدَّ بَصَرِهِ قَالَ: وَيَأْتِيْهِ [و فى رواية: يُمَثَّلُ لَهُ] رَجُلٌ حَسَنُ الْوَجْهِ حَسَنُ الثِّيَابِ  طَيِّبُ الرِّيْحِ فَيَقُوْلُ: أَبْشِرْ بِالَّذِى يَسُرُّكَ أَبْشِرْ بِرِضْوَانٍ مِنَ اللهِ وَ جَنَّاتٍ فِيْهَا نَعِيْمٌ مُقِيْمٌ هَذَا يَوْمُكَ الَّذِى كُنْتَ تُوْعَدُ فَيَقُوْلُ لَهُ: وَ أَنْتَ فَبَشَّرَكَ اللهُ بِخَيْرٍ مَنْ أَنْتَ؟ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالْخَيْرِ فَيَقُوْلُ: أَنَا عَمَلُكَ الصَّالِحُ فَوَاللهِ مَا عَلِمْتُكَ إِلاَّ كُنْتَ سَرِيْعًا فِى طَاعَةِ اللهِ بَطِيْئًا فِى مَعْصِيَةِ اللهِ فَجَزَاكَ اللهُ خَيْرًا ثُمَّ يُفْتَحُ لَهُ بَابٌ مِنَ الْجَنَّةِ وَ بَابٌ مِنَ النَّارِ فَيُقَالُ: هَذَا مَنْزِلُكَ لَوْ  عَصَيْتَ  اللهَ  أَبْدَلَكَ اللهُ بِهِ هَذَا فَإِذَا رَأَى مَا فِى  الْجَنَّةِ قَالَ: رَبِّ عَجِّلْ قِيَامَ السَّاعَةِ كَيْمَا أَرْجِعُ إِلَى أَهْلِى وَ مَالِى فَيُقَالُ لَهُ: اسْكُنْ قَالَ:

وَ إِنَّ الْعَبْدَ الْكَافِرَ [و فى رواية: الْفَاجِرَ] إِذَا كَانَ فِى انْقِطَاعٍ مِنَ الدُّنْيَا وَ إِقْبَالٍ مِنَ اْلآخِرَةِ نَزَلَ إِلَيْهِ مِنَ السَّمَاءِ مَلاَئِكَةٌ غِلاَظٌ شِدَادٌ سُوْدُ الْوُجُوْهِ مَعَهُمُ الْمُسُوْحُ مِنَ النَّارِ فَيَجْلِسُوْنَ مِنْهُ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَجِيءُ مَلَكُ الْمَوْتِ حَتَّى يَجْلِسَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَيَقُوْلُ: أَيَّتُهَا النَّفِسُ الْخَبِيْثَةُ اخْرُجِى إِلَى سَخَطٍ مِنَ اللهِ وَ غَضَبٍ قَالَ: فَتَفَرَّقُ فِى جَسَدِهِ فَيَنْتَزِعُهُ كَمَا يُنْتَزَعُ السُّفُوْدُ   الْكَثِيْرُ  الشُّعَبُ  مِنَ الصُّوْفِ الْمَبْلُوْلِ فَتُقَطَّعُ مَعَهَا الْعُرُوْقُ وَ الْعَصَبُ فَيَلْعَنَهُ كُلُّ مَلَكٍ بَيْنَ السَّمَاءِ وَ اْلأَرْضِ وَ كُلُّ مَلَكٍ فِى السَّمَاءِ وَ تُغْلَقُ أَبْوَابُ السَّمَاءِ لَيْسَ مِنْ أَهْلِ بَابٍ إِلاَّ وَ هُمْ يَدْعُوْنَ اللهَ أَلاَّ تَعْرُجَ رُوْحُهُ مِنْ قِبَلِهِمْ فَيَأْخُذُهَا فَإِذَا أَخَذَهَا لَمْ يَدَعُوْهَا فِى يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ حَتَّى يَجْعَلُوْهَا فِى تِلْكَ الْمُسُوْحُ وَ يَخْرُجُ مِنْهَا كَأَنْتَنِ رِيْحِ جِيْفَةٍ وُجِدَتْ عَلَى وَجْهِ اْلأَرْضِ فَيَصْعَدُوْنَ بِهَا فَلاَ يَمُرُّوْنَ بِهَا عَلَى مَلإٍ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ إِلاَّ قَالُوْا: مَا هَذَا الرُّوْحُ الْخَبِيْثُ؟ فَيَقُوْلُوْنَ: فُلاَنُ بْنُ فُلاَنٍ بِأَقْبَحِ أَسْمَائِهِ الَّتِى كَانَ يُسَمَّى بِهَا فِى الدُّنْيَا حَتَّى يَنْتَهِيَ بِهِ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيُسْتَفْتَحُ لَهُ فَلاَ يُفْتَحُ لَهُ ثُمَّ قَرَأَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم ((لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَآءِ وَ لَا يَدْخُلُونَ اْلجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ اْلجَمَلُ فِى سَمِّ اْلخِيَاطِ- الأعراف: 40)) فَيَقُوْلُ اللهُ عزّ و جلّ: اكْتُبُوْا كِتَابَهُ فِى سِجِّيْنٍ فِى اْلأَرْضِ السُّفْلَى ثُمَّ يُقَالُ: أَعِيْدُوْا عَبْدِى إِلَى اْلأَرْضِ فَإِنِّى وَعَدْتُهُمْ أَنِّى مِنْهَا خَلَقْتُهُمْ وَ فِيْهَا أُعِيْدُهُمْ وَمِنْهَا أُخْرِجُهُمْ تَارَةً أُخْرَى فَتُطْرَحُ رُوْحُهُ مِنَ السَّمَاءِ طَرْحًا حَتَّى تَقَعَ فِى جَسَدِهِ ثُمَّ قَرَأَ ((وَ مَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَآءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِى بِهِ الرِّيحُ فِى مَكَانٍ سَحِيقٍ- الحج: 31)) فَتُعَادُ رُوْحُهُ فِى جَسَدِهِ قَالَ: فَإِنَّهُ لَيَسْمَعُ خَفَقَ نِعَالِ أَصْحَابِهِ إِذَا وَلَّوْا عَنْهُ وَيَأْتِيْهِ مَلَكَانِ شَدِيْدَا اْلانْتِهَارِ فَيَنْتَهِرانِهِ وَ يُجْلِسَانِهِ فَيَقُوْلاَنِ لَهُ: مَنْ رَبُّكَ؟ فَيَقُوْلُ: هَاهٍ هَاهٍ لاَ أَدْرِى فَيَقُوْلاَنِ لَهُ: مَا دِيْنُكَ؟ فَيَقُوْلُ: هَاهٍ هَاهٍ لاَ أَدْرِى فَيَقُوْلاَنِ لَهُ: فَمَا تَقُوْلُ فِى هَذَا الرَّجُلِ الَّذِى بُعِثَ فِيْكُمْ؟ فَلاَ يَهْتَدِى لاِسْمِهِ فَيُقَالُ: مُحَمَّدٌ! فَيَقُوْلُ: هَاهٍ هَاهٍ لاَ أَدْرِى سَمِعْتُ النَّاسَ يَقُوْلُوْنَ ذَاكَ قَالَ: فَيُقَالُ: لاَ دَرَيْتَ وَ لاَ تَلَوْتَ فَيُنَادِى مَنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ أَنْ كَذَبَ فَأَفْرِشُوْا لَهُ مِنَ النَّارِ وَ افْتَحُوْا بَابًا إِلَى النَّارِ فَيَأْتِيْهِ مِنْ حَرِّهَا وَ سَمُوْمِهَا وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيْهِ أَضْلاَعُهُ وَ يَأْتِيْهِ [و فى رواية: وَ يُمَثَّلُ لَهُ] رَجُلٌ قَبِيْحُ الْوَجْهِ قَبِيْحُ الثِّيَابِ مُنْتِنُ الرِّيْحِ فَيَقُوْلُ: أَبْشِرْ بِالَّذِى يَسُوْؤُكَ هَذَا يَوْمُكَ هَذَا يَوْمُكَ الَّذِى كُنْتَ تُوْعَدُ فَيَقُوْلُ: وَ أَنْتَ فَبَشَّرَكَ اللهُ بِالشَّرِّ مَنْ أَنْتَ؟ فَوَجْهُكَ الْوَجْهُ يَجِيءُ بِالشَّرِّ فَيَقُوْلُ: أَنَا عَمَلُكَ الْخَبِيْثُ فَوَاللهِ مَا عَلِمْتُ إِلاَّ كُنْتَ بَطِيْئًا عَنْ طَاعَةِ اللهِ سَرِيْعًا إِلَى مَعْصِيَةِ اللهِ فَجَزَاكَ اللهُ شَرًّا ثُمَّ يُقَيَّضُ لَهُ أَعْمَى أَصَمُّ أَبْكَمُ فِى يَدِهِ مِرْزَبَةٌ لَوْ ضُرِبَ بِهَا جَبَلٌ كَانَ تُرَابًا فَيَضْرِبُهُ ضَرْبَةً حَتَّى يَصِيْرَ بِهَا تُرَابًا ثُمَّ يُعِيْدُهُ اللهُ كَمَا كَانَ فَيَضْرِبُهُ ضَرْبَةً أُخْرَى فَيَصِيْحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهُ كُلُّ شَيْءٍ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ ثُمَّ يُفْتَحُ لَهُ بَابٌ مِنَ النَّارِ وَ يُمَهَّدُ مِنْ فُرُشِ النَّارِ فَيَقُوْلُ: رَبَّ لاَ تُقِمِ السَّاعَةِ

Dari sahabat mulia al-Barra’ bin ‘Azib radliyallahu anhu berkata, “Kami pernah keluar bersama Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengantarkan jenazah seorang lelaki dari golongan  Anshor.  Maka  sampailah  kami   ke   pekuburan   dan ketika dimasukkan ke dalam liang lahad, duduklah Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam menghadap kiblat dan kamipun duduk disekitarnya, Seolah-olah di atas kepala kami ada burung. Pada tangan beliau ada sepotong kayu yang beliau menggaris-garis tanah dengannya. Lalu beliau memandang ke atas langit dan ke tanah. Beliau menengadahkan kepala dan menundukkannya sebanyak tiga kali. Lalu beliau bersabda, “Hendaklah kalian meminta perlindungan kepada Allah dari adzab kubur”. Beliau mengatakannya sebanyak dua atau tiga kali. Kemudian beliau Shallallahu alaihi wa sallam berdoa,  اَللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ  (artinya, “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur”). Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Lalu beliau bercerita,

“Sesungguhnya seorang hamba mukmin itu apabila hendak putus hubungannya dari dunia dan menghadap ke akhirat  (maksudnya; menjelang kematian), turunlah kepadanya beberapa malaikat dari langit yang putih berseri wajah mereka, seolah-olah wajah mereka itu laksana matahari. Bersama mereka ada kain kafan dari kain kafan surga dan balsem dari balsem surga, sehingga mereka duduk darinya sejauh pandangan. Kemudian datanglah malaikat Maut alaihim as-Salam hingga duduk di sisi kepalanya, lalu berkata, “Wahai jiwa yang baik [di dalam satu riwayat; yang tenang], keluarlah engkau menuju kepada ampunan dan keridloan Allah”. Beliau (yaitu Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam) berkata, “Lalu keluarlah ruh orang mukmin tersebut mengalir seperti mengalirnya tetesan air dari mulut girbah (yaitu wadah tempat air dari kulit)”. Lalu ia mengambilnya [di dalam satu riwayat; sehingga apabila telah keluar ruhnya, mengucapkan sholawat atasnya seluruh malaikat yang ada di antara langit dan bumi dan juga seluruh malaikat yang ada di langit. Dibukalah untuknya pintu-pintu langit, tidak ada dari malaikat penjaga pintu langit melainkan mereka memohon kepada Allah agar ruh itu dinaikkan melalui arah mereka]. Maka apabila ia (yaitu; malaikat Maut) telah mengambilnya maka mereka (yaitu para malaikat yang menyertainya) tidaklah membiarkannya di tangannya sekejap matapun sehingga mereka mengambilnya dan meletakkannya di kain kafan dan balsem tersebut. Maka demikianlah firman-Nya Ta’ala, “((para malaikat utusan Kami mewafatkannya dan mereka tidak melalaikan kewajiban mereka. QS. Al-An’am/6: 61))”. Dan keluarlah darinya seperti seharum-harumnya wewangian minyak kesturi yang dijumpai di atas punggung bumi. Beliau (yaitu; Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam) berkata, “Lalu merekapun naik membawanya. Tidaklah mereka melewati sekelompok malaikat melainkan mereka bertanya, “Ruh siapakah yang baik ini?”. Lalu mereka menjawab, “Dia adalah Fulan bin Fulan” –dengan sebaik-baik nama yang mereka menamakannya di dunia-. Sehingga sampailah mereka dengannya ke langit dunia. Mereka minta di bukakan (pintu langit) untuknya, lalu dibukakan untuk mereka. Maka para malaikat yang dekat dari tiap-tiap langit mengantarkannya ke langit yang berikutnya sehingga sampailah ke langit yang ke tujuh. Maka Allah Azza wa Jalla berfirman, “Catatlah catatan hamba-Ku di dalam “illiyyin”!. ((Apakah engkau tahu apakah ‘illiyyin itu? Yaitu kitab yang di tulis, yang disaksikan oleh para malaikat yang didekatkan kepada Allah. QS. Al-Muthaffifin/83:19-21)).  Maka dicatatlah catatannya itu di dalam ‘illiyyin. Kemudian dikatakan, “Kembalikan ia ke bumi, karena sesungguhnya Aku pernah menjanjikan mereka, bahwasanya Aku ciptakan mereka dari tanah, kepadanya Aku kembalikan mereka dan darinya pulalah Aku akan bangkitkan mereka pada kali yang lain”.

Beliau (yaitu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam) bersabda, “Maka iapun dikembalikan ke bumi dan dikembalikan pula ruhnya ke dalam jasadnya”. Beliau berkata, “Maka sesungguhnya ia mendengar bunyi derap sendal kawan-kawannya apabila mereka berpaling membelakang”. Datanglah kepadanya dua orang Malaikat yang sangat keras bentakannya, lalu keduanya membentaknya dan mendudukkannya, Lalu keduanya berkata kepadanya, “Siapakah Rabbmu?”. Ia menjawab, “Rabbku adalah Allah”. Keduanya berkata kepadanya, “Apakah agamamu?”. Ia menjawab, “Agamaku adalah Islam”. Keduanya berkata kepadanya, “Siapakah pria yang pernah diutus kepada kalian?”. Ia menjawab, “Dia adalah Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam ”. Keduanya berkata kepadanya, “Apakah amalmu?”. Ia menjawab, “Membaca kitabullah (yaitu; alqur’an), lalu aku mengimaninya dan membenarkannya”. Keduanya membentaknya lalu berkata, “Siapakah Rabb-mu?, apakah agamamu? dan siapakah Nabimu?”. Dan ini adalah akhir fitnah (atau ujian) yang disodorkan kepada orang mukmin. Maka ini adalah ketika Allah Azza wa Jalla berfirman ((Allah telah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang teguh di dalam kehidupan dunia dan akhirat. QS. Ibrahim/14: 27)). Lalu ia menjawab, “Rabb-ku adalah Allah, agamaku adalah Islam dan nabiku adalah Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam”. Maka menyerulah Malaikat yang menyeru di langit, “Bahwasanya hamba-Ku benar, maka hamparkan suatu hamparan dari surga untuknya, pakaikanlah pakaian dari surga untuknya dan bukakanlah untuknya satu pintu ke arah surga”.

Beliau berkata, “Maka datanglah kepadanya sebahagian dari wewangian dan harum-haruman surga dan dilapangkan untuknya di dalam kuburnya sejauh pandangannya”. Beliau berkata, “Datanglah kepadanya [di dalam satu riwayat; diserupakan baginya] seorang pria yang elok wajahnya, bagus pakaiannya lagi pula harum baunya”. Ia berkata, “Bergembiralah engkau dengan yang menyenangkanmu, bergembiralah engkau dengan memperoleh keridloan Allah dan surga yang  di dalamnya terdapat kenikmatan abadi, ini adalah hari yang telah dijanjikan kepadamu”. Lalu ia berkata kepadanya, “Dan engkau, maka mudah-mudahan Allah menggembirakanmu dengan kebaikan, siapakah engkau? wajahmu adalah wajah yang datang membawa kebaikan”. Ia berkata, “Aku adalah amalmu yang shalih. Maka demi Allah, aku tidaklah mengenalmu melainkan engkau bersegera di dalam mentaati Allah lagi pula lambat di dalam mendurhakai Allah, mudah-mudahan Allah memberi balasan kebaikan kepadamu”. Kemudian dibukalah untuknya satu pintu dari arah surga dan satu pintu dari arah neraka. Lalu dikatakan, “Ini adalah tempatmu jikalau engkau dahulu mendurhakai Allah, maka Allah menggantikanmu ini dengannya”. Maka ketika ia melihat apa yang ada di dalam surga ia berkata, “Wahai Rabb-ku segerakanlah tegaknya hari kiamat agar aku kembali kepada keluarga dan harta bendaku”. Dikatakan kepadanya, “Tinggallah engkau !”.

Beliau berkata, “Sesungguhnya hamba yang kafir (di dalam satu riwayat; yang berbuat dosa) apabila terputus dari dunia dan menghadap kepada akhirat (maksudnya hendak meninggal), turunlah kepadanya beberapa malaikat dari langit yang keras lagi bengis. Wajah mereka hitam kelam, bersama mereka ada semacam karung goni dari neraka. Lalu merekapun duduk sejauh pandangan darinya, kemudian datanglah malaikat Maut hingga duduk di sisi kepalanya. Lalu berkata, “Wahai jiwa yang busuk keluarlah engkau menuju kepada kemurkaan dan kemarahan dari Allah. Beliau berkata, “Lalu ruh tersebut tercerai berai di dalam jasadnya, lalu malaikat tersebut mencabutnya seperti dicabutnya besi pembakar daging yang banyak cabangnya dari bulu yang basah, maka terputuslah urat dan nadi bersamanya. Lalu semua malaikat yang ada di antara langit dan bumi mengutuknya dan begitu pula semua malaikat yang ada di langit. Ditutuplah pintu-pintu langit dan tiada penjaga pintu (langit tersebut) melainkan mereka memohon kepada Allah agar ruh tersebut tidak lewat di hadapan mereka. Lalu Malaikat Maut mengambilnya, ketika ia telah mengambilnya maka para malaikat yang bersamanya tidak membiarkannya di tangannya sekejap matapun sehingga mereka meletakkannya di semacam karung goni tersebut. Keluarlah dari ruh tersebut seperti sebusuk-busuk bau bangkai yang terdapat di muka bumi. Lalu merekapun naik membawa ruh tersebut. Tidaklah mereka melewati sekelompok dari malaikat melainkan mereka bertanya, “Ruh siapakah yang busuk ini”?. Mereka menjawab, “Ini adalah Fulan bin fulan” -dengan sejelek-jelek nama yang mereka menamakannya di dunia-. Hingga sampailah mereka ke langit dunia, lalu mereka minta dibukakan (pintu langit), tetapi tidak dibukakan untuknya. Kemudian Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam membaca, ((Sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak pula mereka masuk surga sehingga unta masuk ke lobang jarum. QS. Al-A’raf/7: 40)). Allah Azza wa Jalla berfirman, “Catatlah catatan hamba-Ku di dalam Sijjin di bumi yang paling bawah. Kemudian dikatakan  “Kembalikan hamba-Ku ke bumi karena sesungguhnya Aku telah menjanjikan mereka bahwasanya dari tanah Aku ciptakan mereka, kepadanya Aku kembalikan mereka dan darinya pulalah Aku akan bangkitkan mereka pada kali yang lain”. Lalu ruh itu dilempar dari langit sekali lempar hingga jatuh kepada jasadnya. Kemudian Beliau membaca, ((Dan barangsiapa yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh. QS. Al-Hajj/22: 31)). Maka dikembalikan ruhnya ke dalam jasadnya.

Beliau berkata, “Maka sesungguhnya ia mendengar bunyi derap sendal kawan-kawannya apabila mereka telah berpaling darinya”. Dan datanglah kepadanya dua malaikat yang sangat keras bentakannya. Lalu keduanya membentaknya dan mendudukkannya kemudian berkata kepadanya, “Siapakah Rabb-mu?”. Ia berkata, “Ah, ah aku tidak tahu”. Keduanya berkata kepadanya, “Apakah agamamu?”. Ia berkata, “Ah, ah aku tidak tahu”. Keduanya berkata, “Apa yang engkau katakan tentang pria yang diutus kepada kalian?”. Maka ia tidak memperoleh petunjuk bagi namanya, lalu dikatakan kepadanya, “Dia adalah Muhammad”. Ia berkata, “Ah, ah aku tidak tahu. Aku mendengar orang-orang mengatakan itu”. Beliau berkata, “Maka dikatakan kepadanya, “Engkau tidak tahu dan engkau tidak membaca”. Maka menyerulah malaikat yang menyeru dari langit, “bahwasanya ia berdusta. Maka hamparkanlah satu hamparan dari neraka dan bukakanlah untuknya satu pintu menuju neraka!”. Maka datanglah kepadanya sebahagian dari panas dan anginnya api neraka dan dipersempitlah kuburnya atasnya sehingga tulang belulangnya berselisih. Kemudian datanglah kepadanya (di dalam satu riwayat; diserupakan baginya) seseorang yang buruk wajahnya, jelek pakaiannya dan busuk baunya. Ia berkata, “Bergembiralah engkau dengan yang menyusahkanmu. Ini adalah harimu yang telah dijanjikan kepadamu”. Ia (yaitu orang kafir itu) berkata, “Dan engkau, mudah-mudahan Allahpun menggembirakanmu dengan keburukan, siapakah engkau?, maka wajahmu adalah wajah yang datang membawa keburukan”. Ia menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk, maka demi Allah tidaklah aku mengenalmu melainkan engkau lambat di dalam mentaati Allah dan bersegera di dalam mendurhakai Allah. Maka mudah-mudahan Allah memberikan balasan keburukan kepadamu”. Lalu didatangkan baginya seorang malaikat yang buta, tuli lagi bisu yang pada tangannya ada gada. Andaikan sebuah gunung dipukul dengannya niscaya gunung itu hancur menjadi debu. Lalu malaikat itu memukulnya dengan sekali pukul sehingga orang kafir itu menjadi debu, kemudian Allah mengembalikannya sebagaimana sediakala. Lalu malaikat  itu kembali memukulnya dengan pukulan yang lain, lalu orang kafir itu berteriak dengan suatu teriakan yang didengar oleh segala sesuatu kecuali dua makhluk yaitu jin dan manusia. Kemudian dibukalah untuknya satu pintu ke arah neraka dan dibentangkan untuknya sebahagian dari permadani neraka. Lalu ia berkata, “Wahai Rabb-ku janganlah Engkau tegakkan hari kiamat”.

[HR Abu Dawud: 4753, Ahmad: IV/ 287-288, 295-296 , al-Hakim, ath-Thoyalisiy dan al-Ajuriy .









Minggu, 11 Januari 2015

PERNIAGAAN YANG HAKIKI

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du; 

Allah Ta'ala telah memberikan suatu kabar gembira bagi para hamba yang beriman dengan diberikan kepada mereka tempat yang kekal abadi yang penuh kenikmatan sebagai balasan atas amal saleh yang mereka kerjakan. 

Allah Ta'ala berfirman, " Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar ". ( QS At-Taubah 72 ).

Keberuntungan bagi mereka hamba-hamba Allah Ta'ala yang diberikan kemuliaan dan taufiq, untuk senantiasa mengesakan Tuhan nya, beribadah dan taat kepada Robb pencipta semesta, hingga menggapai surga yang penuh kenikmatan yang sempurna. 

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda dalam hadist Qudsi yang Allah Ta'ala berfirman, " Telah Aku siapkan bagi para hamba-Ku yang soleh suatu tempat yang tidak pernah terpandang oleh mata, terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terdetak oleh hati manusia ", Sebagaimana telah difirmankan, "Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan ". (QS As-Sajadah 17).

Kelompok pertama kali yang akan memasuki surga mereka adalah orang yang memiliki iman, takwa, amal saleh yang menjulang tinggi bagai gunung yang kokoh dan senantiasa istiqomah diatas agama yang hak ini, mereka berwajah bersinar terang bak layaknya bulan purnama. 

Allah Ta`ala berfirman, "Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa". (QS Ar Ra`d: 35).

Allah Ta`ala berfirman, "(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka". (QS Muhammad: 15).

Allah Ta`ala berfirman, "Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya". (QS Al Baqarah: 25).

Allah Ta`ala berfirman, "Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutra. Di dalamnya mereka duduk bertelakan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan. Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca. 
(yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. Di dalam surga itu mereka diberi minum segelas (minuman) yang campurannya adalah jahe. (Yang didatangkan dari) sebuah mata air surga yang dinamakan salsabil. Dan mereka dikelilingi oleh pelayan-pelayan muda yang tetap muda. Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka, mutiara yang bertaburan.
Dan apabila kamu melihat di sana (surga), niscaya kamu akan melihat berbagai macam kenikmatan dan kerajaan yang besar. Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih. Sesungguhnya ini adalah balasan untukmu, dan usahamu adalah disyukuri (diberi balasan)". (QS Al Insan: 12-22).

Allah Ta`ala berfirman, "Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri. Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan isteri-isteri kamu digembirakan". Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya". Dan itulah surga yang diwariskan kepada kamu disebabkan amal-amal yang dahulu kamu kerjakan. Di dalam surga itu ada buah-buahan yang banyak untukmu yang sebahagiannya kamu makan". (QS Az Zukhruf: 68-73).

Dari Abu Hurairah radiyallahu‘anhu ia berkata, bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya orang yang pertama kali masuk Surga laksana bulan di malam pertama. Orang yang masuk setelah mereka laksana bintang yang sangat terang di langit yang cerah. Mereka tidak buang air kecil, tidak buang air besar, tidak beringus, dan tidak meludah. Sisir mereka terbuat dari emas. Keringat mereka adalah minyak kesturi. Tempat BUKHUR (PEWANGI RUANGAN DAN TUBUH) mereka adalah batang kayu gaharu. Isteri-isteri merreka semuanya adalah bidadari,bentuk tubuh mereka semuanya sama yaitu seperti bentuk tubuh bapak mereka Adam: tingginya enam puluh hasta di langit”. (HR Bukhari dan Muslim).

Dari Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ”Berangkat pagi-pagi atau siang hari di jalan Allah lebih baik daripada dunia dan seisinya. Sungguh tempat satu hasta kalian di Surga lebih baik daripada dunia dan seisinya. Kalaulah seorang wanita penduduk Surga menampakkan dirinya kepada penduduk dunia, niscaya dia akan menerangi antara keduanya dan bumi akan penuh dengan wewangian. Sungguh, penutup kepalanya lebih baik daripada dunia dan seisinya”. (HR Bukhari).

Dari Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Nabi bersabda: “Aku masuk ke Surga, ternyata di sana ada sungai yang di pinggirnya ada kemah-kemah yang terbuat dari mutiara. Maka aku memukulkan tanganku ke air yang mengalir itu, ternyata airnya adalah minyak kesturi yang sangat harum, lalu akau bertanya: "Apa ini, Wahai Jibril?" Jibril menjawab: "Ini adalh kautsar yang diberikan Allah kepadamu.” (Shahiihul Jaami’ no.3260).

Dari Anas bin Malik radiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ”Di Surga ada sebuah pasar yang diadakan hanya pada hari Jum’at. Maka ketika itu angin berhembus dari utara kemudian menerpa wajah-wajah mereka hingga menjadikannya semakin indah, merekapun kembali kepada isteri-isteri mereka dalam keadaan yang semakin bagus dan tampan, maka isteri-isteri mereka berkata: ‘Demi Allah, kalian semakin bagus dan tampan setelah meninggalkan kami.’Mereka juga berkata: ‘Kalian juga semakin bagus dan cantik setekah kami tinggalkan”. (HR Muslim).

Dari Shuhaib bin Sinan ia berkata, bahawa Rasulullah bersabda : “Bila penduduk Surga telah masuk Surga dan penduduk Neraka telah masuk Neraka, maka ada yang berseru: "Wahai penduduk Surga, sesungguhnya kalian memiliki janji di sisi Allah yang ingin Dia tunaikan kepada kalian", maka mereka bertanya: "Apakah itu?".bukankah Allah telah memberatkan timbangan amal kebaikan kami, memasukkan kami ke Surga dan menyelamatkan kami dari Neraka?’ Maka disingkaplah tirai, merekapun melihat kepada Allah. Demi Allah, Allah tidak pernah memberikan sesuatu yang paling mereka cintai dan yang paling menyejukkan pandangan mereka dai pada melihat-Nya.” (Shahiihul Jaami’ no.535).

Dari al-Mughirah bin Syu’bah ia berkata, bahwa Rasulullah bersabda: “Musa bertanya kepada Rabbnya: ‘Siapa penduduk Surga yang paling rendah tingkatannya?’ Allah menjawab: ‘Seseorang yang datang setelah seluruh penduduk Surga masuk ke Surga.’ Maka dikatakan kepadanya : ‘Masuklah ke dalam Surga.’ Orang itu berkata : ‘Bagaimana caranya,Wahai Rabbku? semuanya telah menempati tempatnya dan mengambil bagiannya’ maka dikatakan kepadanya : ‘Apakah kamu rela bila memiliki kerajaan seperti milik seorang raja di dunia?’ Orang itu menjawab : ‘Tentu..aku rela wahai Rabbku.’ Allah berkata kepadanya : ‘Inilah bagianmu dan yang semisalnya, semisalnya dan semisalnya lagi. Pada yang kelima kalinya dia berkata :‘Tentu..aku rela wahai Rabbku.’ Selanjutnya Allah berkata : ‘Ini adalh bagianmu dan sepuluh kali lipatnya. Bagimu pula segala apa yang diingini oleh jiwamu dan yang menyenangkan pandanganmu.’ Maka dia berkata : ‘Aku rela wahai Rabbku, siapa yang paling tinggi derajatnya?’ Mereka orang-orang yang aku pilih. Aku menanam kemuliaan mereka dengan tangan-Ku sendiri dan Aku tutup dengannya. Kenikmatan itu tidak pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia.” (HR. Muslim).

Semoga Allah Ta`ala menjadi kan kita tergolong kelompok yang dibebaskan dari api neraka serta di masukkan kedalam surga-Nya yang kekal abadi.

Minggu, 04 Januari 2015

MUHASABAH

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du; 

Allah Ta'ala berfirman, " Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik ". ( QS Al Hashr 18-19 ).

Didalam tafsir ayat ini dikatakan, " Hendaknya setiap jiwa diantara kalian melihat apa yang ia siapkan untuk hari kiamat dari amalan sholih sehingga dapat menyelamatkan atau bahkan keburukan yang akan membinasakan....? 

Imam Qotadah rahimahullah berkata, " Allah Ta'ala memberikan gambaran tentang datangnya hari kiamat dan dinamakan hari esok.  Sehingga baiknya hati manusia dengan bermuhasabah, dan buruk nya hati dengan meninggalkan dan menunda-nunda untuk bermuhasabah. 

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, " Muhasabah ada dua jenis, yaitu sebelum beramal dan sesudah beramal. 

Adapun sebelum beramal, yaitu hendaknya ia menimbang dan berfikir secara mendalam terhadap perbuatan yang hendak ia lakukan, sehingga jelas akan manfaat yang ia dapatkan dari mudhorot yang dihasilkan sehingga sepantasnya untuk ditinggalkan. 

Al Hassan Al Basry rahimahullah berkata, " Semoga Allah Ta'ala melimpahkan rahmat kepada seorang hamba berfikir dan merenung tatkala ia menghendaki sesuatu, jika dilakukan karena Allah, maka ia lanjutkan, dan apabila tidak karena Allah Maka ia berhenti " . 

Sebagian Ahli Ilmu memberikan keterangan, " Apabila seseorang tergerak hatinya untuk melakukan suatu amalan maka hendaknya ia menimbang dan mencermati, apakah perbuatan tersebut mampu ia kerjakan atau tidak, sekiranya ia tidak mampu maka hendaknya ia meninggalkan nya, dan sekiranya mampu untuk dilakukan, maka ia berfikir, apakah perbuatannya mendatangkan kebajikan atau keburukan, jika ternyata membawa dampak buruk maka ia tinggalkan, jika membawa manfaat dan mendatangkan kebaikan maka ia menimbang kembali, apakah niat yang mendorong untuk melakukannya adalah karena Allah Ta'ala semata atau karena semata keinginan duniawi dan pujian manusia, jika sekiranya bukan karena Allah Ta'ala maka hendaknya ia meninggalkan nya, dan sekiranya ia mengerjakan perbuatan tersebut karena Allah Ta'ala semata, maka hendaknya ia melihat, apakah perbuatan baik ini membutuhkan penolong dan dilakukan secara bekerja sama atau tidak, sekiranya membutuhkan dan tidak dijumpai rekanan untuk saling bahu membahu maka hendaknya ia menunggu kesempatan hingga ia mendapatkan nya, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Sallallahu alaihi wa sallam untuk berjihad di Makkah sehingga memiliki kekuatan yang memadai dan pasukan yang kokoh. 

Adapun muhasabah setelah selesai nya suatu amalan, maka disana terdapat tiga bagian; 

@. Muhasabah dalam perkara ketaatan yang ia lalai dan terbengkalai sehingga tidak dikerjakan secara maksimal, dan dalam perkara ini mencakup enam perkara, yaitu ikhlas dalam beramal, memurnikan tujuan hanya kepada Allah Ta'ala, mutabaah kepada Nabi Sallallahu alaihi wa sallam, bertepatan dengan perilaku ihsan, sejalan dengan ridho Allah Ta'ala, dan senantiasa melakukan koreksi diri. 

@. Muhasabah dalam perkara yang sekiranya ditinggalkan lebih utama daripada mengerjakan nya, yaitu suatu perkara fudhuli yang melebihi batas kewajaran, sehingga jikalau perkara tersebut dihindari dan dijauhi niscaya lebih utama dan sempurna. 

@. Muhasabah dalam perkara perkara yang mubah. 





KEHIDUPAN DUNIA

Alhamdulillah, wassholatu wassalamu ala Rosulillah, wa ba'du; 

Kehidupan dunia merupakan kehidupan yang semu, sesuatu yang dirasa nikmat tidak lain adalah cobaan dan ujian, hidup didalam nya adalah beban, perjalanan mengarungi nya sangat terasa cepat, tidak pernah akan lepas dari suka yang lenyap, duka yang datang, angan-angan yang kosong. 

Betapa kasihan orang-orang yang menjadikan dunia sebagai tujuan akhirnya, di setiap perkara halal nya terdapat hisab dan perhitungan, barangsiapa yang menerjang haram nya mendapatkan siksa, orang yang serakah pada nya ia akan terfitnah, orang yang senantiasa butuh pada nya pasti ia akan merana, barangsiapa yang cinta pada nya akan terhina, barangsiapa yang menoleh pada nya ia akan terlena. 

Allah Ta'ala memberikan suatu gambaran tentang kehidupan dunia dalam firman Nya, " Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang turun menguyur tanam-tanaman sehingga mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu ". ( QS Al Hadid 20 ).

Didalam ayat yang mulia ini, Allah Ta'ala Dzat Yang Maha Mengetahui lagi Maha Hikmah memberikan gambaran tentang kehidupan duniawi yang mana para manusia saling berebut dan berkorban untuk nya, banyak yang terfitnah pada nya, digambarkan bahwasanya kehidupan tersebut tidak lebih dari suatu permainan yang tidak menghasilkan kecuali kelelahan, perbuatan sia-sia yang menyibukkan dari perkara yang lebih penting, perhiasan yang tidak akan merubah takdir seseorang, kemegahan yang tidak pernah membahagiakan pemilik nya, dibalik itu semua kehidupan ini sangatlah cepat berlalu, segera berubah dan berpindah, ibarat guyuran air hujan yang menimpa biji-bijian sayuran yang telah ditebarkan oleh para petani, sehingga menjadi tumbuh dan berkembang dengan cepat, lebat, hijau, rimbun, kemudian menguning, layu, dan membusuk. Hal ini adalah gambaran terang tentang hakikat dunia yang mungkin seseorang berumur puluhan tahun didunia ibarat tumbuhan yang segera layu yang tidak akan bertahan lebih dari satu tahun bahkan separuh nya. 

Gambaran cepat berlalu nya kehidupan ini adalah sebagai peringatan agar kita tidak tergiur dan bernafsu untuk menguasai nya jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang lebih kekal dan abadi yang didalam nya tidak pernah terlihat pandangan mata, terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terpikirkan oleh jiwa manusia. 

Kehidupan akhirat adalah kehidupan yang tidak akan bermanfaat harta benda dan keturunan, yaitu hari yang seorang karib tidak dapat memberi manfaat kepada karibnya sedikitpun, dan mereka tidak akan mendapat pertolongan, hari itu setiap manusia akan lari dari saudara nya, dari ayah dan ibunya, anak dan istrinya, masing masing memiliki urusan yang akan menyibukkan diri nya. 

Manusia dalam mengarungi dunia ini terdapat dua kelompok; 

Pertama, adalah orang-orang yang sadar akan nilai kehidupan dunia sehingga ia tidak terlena, tidak menyibukkan urusan dunia dari ketaatan Tuhan nya, tidak menerjang batas dan rambu halal haram nya, ia akan lebih giat berbekal untuk akhirat nya dari dunia nya, orang-orang ini senantiasa takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, sehingga surgalah tempat kembalinya. 

Kedua, adalah orang-orang yang tidak kenal Tuhan nya, lalai akan batas dan rambu halal haram nya, mengutamakan dunia memenuhi nafsu dan syahwat nya, dan tidak berharap perjumpaan dengan Sang Pencipta nya, maka sesungguhnya neraka Jahannam merupakan tempat kembali bagi nya. 

Allah Ta'ala berfirman, " Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupannya  itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan ". ( QS Yunus 7-9 ).