Rabu, 28 Desember 2016

FIKIH MUSIBAH

Makkah : 24 Rabiul Awal 1438 H. / 23 Desember 2016 M
( dari grup sebelah )

Khutbah Jum’at, oleh : DR. MAHIR BIN HAMD AL MU’AIQALI hafidhohullah Ta'ala. 

Dalam kesempatan Jum’at kali ini, Syaikh Mahir bin Hamd Al Mu’aiqali menyampaikan khutbah dengan judul “Fikih Musibah”. Dalam khutbahnya, Syaikh Mahir bin Hamd Al Mu’aiqali membahas tentang musibah dan ujian yang merupakan Sunnatullah yang pasti terjadi, sembari menjelaskan bahwa manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian manusia lainnya. Selain menjelaskan bahwa ujian yang diberikan Allah Subhânahû wa Ta’âla tergantung tingkat keimanan hamba, khathib juga memberikan beberapa tips agar kita tidak kehilangan pahala saat diuji dan tertimpa musibah lewat kisah perang Ahzâb yang diabadikan dalam Al Qur`an dan Sunnah. 

Khutbah Pertama :

الْحَمْدُ ِللهِ، الْحَمْدُ ِللهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ عَظِيْمٌ فِي رُبُوْبِيَّتِهِ وَأُلُوْهِيَّتِهِ وَأَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ، حَكِيْمٌ فِي مَقَادِيْرِهِ وَأَحْكَامِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ابْتُلِيَ بِالسَّرَّاءِ فَشَكَرَ، وَبِالضَّرَّاءِ فَصَبَرَ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ لِقَائِهِ، أَمَّا بَعْدُ:

مَعَاشِرَ الْمُؤْمِنِيْنَ! فَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ التَّقْوَى، وَاسْتَمْسِكُوْا مِنَ الإِسْلاَم بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقََى، ﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ﴾

Al Hamdulillâh , Segala puji hanya bagi Allah dengan pujian yang sebanyak-banyaknya, baik lagi berkah sebagaimana yang dicintai dan diridhai Tuhan kita. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata tiada sekutu bagi-Nya, Yang Agung dalam Rububiyyah, Uluhiyyah, Nama dan Sifat-Nya, Yang Maha Bijak dalam takdir dan hukum-Nya. Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, yang diuji dengan kesenangan lalu beliau bersyukur, dan dengan kesusahan lalu beliau bersabar. Semoga Allah melimpahkan shalawat, salam, dan keberkahan kepada beliau, keluarga beliau, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan hingga Hari Kiamat, Amma ba'd:

Saudara-saudaraku kaum mukminin! 
Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya dan berpegangteguhlah dengan Islam sekuat-kuatnya. _“Hai orang-orang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan cahaya untukmu yang dengannya kamu dapat berjalan, serta mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al Hadîd : 28) 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Allah Subhânahû wa Ta’âla tidak menciptakan dunia sebagai tempat keabadian bagi hamba-hamba-Nya dan tempat kenikmatan bagi wali-wali-Nya, tetapi dengan hikmah-Nya Dia menciptakannya untuk menguji mereka, membersihkan jiwa mereka dari dosa dengan bala, dan menyeleksi mereka lewat cobaan.  

Allah Subhânahû wa Ta’âla berfirman :

﴿وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ﴾

 

“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Qs. Al Anbiyâ` : 35) 

Setiap hamba yang beriman kepada Allah dan Hari Kiamat pasti diuji, sebagaimana yang diinformasikan Allah Subhânahû wa Ta’âla dalam firman-Nya :

﴿أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لاَ يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ﴾

 

“Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (begitu saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sungguh Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sungguh Allah mengetahui orang-orang yang benar dan mengetahui orang-orang yang dusta.” (Q.S. Al Ankabût : 2-3) 

Ujian yang diberikan Allah Subhânahû wa Ta’âla sesuai dengan tingkat pengabdian hamba. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan dari Sa’d bin Abi Waqqash Radhiyallâhu Anhu, dia berkata: 

قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ! أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً؟ قَالَ: الأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ، فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ؛ فَإِنْ كَانَ دِيْنُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِيْنِهِ رِقَّةً ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ، فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ. 

Aku berkata, “Wahai Rasulullah! Manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau menjawab, _“Para nabi, kemudian orang yang lebih rendah imannya dari para nabi, lalu yang lebih rendah lagi. Seseorang diuji sesuai tingkat agamanya; jika agamanya kuat maka ujiannya pun berat, dan jika agamanya lemah maka ujiannya pun disesuaikan dengan tingkat agamanya. Ujian senantiasa diberikan kepada hamba sampai dia dibiarkan berjalan di atas bumi tanpa memikul dosa.” (HR. At-Tirmidzi) 

Setelah meriwayatkannya At-Tirmidzi berkomentar, “Hadits ini hasan shahih.”

Oleh karena itu, para nabi Alaihimussalâm adalah manusia yang paling lapang dadanya dan paling tinggi optimismenya lantaran ujian yang mereka terima. Khalîlullâh Ibrahim Alaihissalâm misalnya, ketika dilemparkan ke dalam kobaran api berkata :

﴿حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ﴾

“Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (Q.S. Âli Imrân : 173) 

Ketika Kalîmullâh Musa Alaihissalâm bersama kaumnya Bani Israil dikepung oleh bala tentara Firaun, para pengikutnya berkata :

﴿إِنَّا لَمُدْرَكُونَ (61) قَالَ كَلَّا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ﴾ 

“Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.” Musa menjawab, “Sekali-kali tidak akan tersusul. Sesungguhnya Tuhanku besertaku, Dia kelak memberi petunjuk kepadaku.” (Q.S. Asy-Syu’arâ` : 61-62) 

Ketika Nabi Ya’qub Alaihissalâm kehilangan putranya, Yusuf Alaihissalâm, dia berkata dengan penuh optimisme : 

﴿يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلاَ تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لاَ يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ﴾ 

“Hai anak-anakku, pergilah kamu lalu carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya serta jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir.” (Q.S. Yûsuf : 87) 

Nabi Muhammad Shallallâhu Alaihi wa Sallam pun tak luput dari ujian dan cobaan. Beliau disiksa oleh kaumnya dan diusir dari kampung halamannya, bahkan orang-orang kafir Quraisy berkonsipirasi untuk menghabisi nyawa beliau, sebagaimana dikisahkan Allah Subhânahû wa Ta’âla dalam firman-Nya: 

﴿وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ﴾

“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Allah adalah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (Q.S. Al Anfâl : 30) 

Oleh karena itu, Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam adalah manusia yang paling baik tingkat kesabarannya dan paling positif prasangkanya. Ketika terjadi perang Uhud, gigi geraham Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam tanggal, wajah beliau terluka, dan kepala beliau pecah, sampai darah yang suci itu pun mengalir di wajah beliau yang rupawan. Kemudian beliau mengusap darah dari wajahnya sembari berkata :

كَيْفَ يُفْلِحُ قَوْمٌ شَجُّوْا نَبِيَّهُمْ؟! 

“Bagaimana bisa kaum yang melukai Nabi mereka memperoleh keberuntungan?!” (HR. Al Bukhari dan Muslim) 

Hal serupa pun Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam lakukan ketika gigi geraham beliau tanggal. Tidak hanya sampai di situ, Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam bersama para sahabat juga mengalami ujian yang sangat berat saat perang Uhud, orang yang paling dihormati dan paling dekat dengan beliau, Hamzah bin Abdul Muththalib Radhiyallâhu Anhu, terbunuh dalam kondisi perut terkoyak, hidung putus dan anggota tubuhnya dimutilasi. Kemudian jasadnya dikebumikan di kaki bukit bersama 70 orang sahabat lainnya yang wafat sebagai syahid. Sampai-sampai Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam berharap andai saja beliau wafat sebagai syahid bersama mereka dalam perang tersebut. 

Diriwayatkan dengan sanad _hasan,_ bahwa Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam bersabda :

أَمَا وَاللهِ، لَوَدِدْتُ أَنِّي غُوْدِرْتُ مَعَ أَصْحَابِي بِحِضْنِ الْجَبَلِ. 

“Demi Allah! Ketahuilah bahwa aku sangat ingin ditinggalkan bersama sahabat-sahabatku (yang wafat) di kaki bukit.” (HR. Ahmad) 

Kendatipun demikian, kepasrahan beliau atas keputusan Allah Subhânahû wa Ta’âla senantiasa hadir menyelubungi kesedihan yang dialami, kembali memeriksa kondisi para sahabat, meringankan penderitaan mereka, serta memperlihatkan sikap menerima atas takdir Allah yang menimpa mereka. 

Diriwayatkan dengan sanad _shahih,_ bahwa setelah mengebumikan jasad para Syuhada Uhud, Rasulullah Shallallâhu Alaihi wa Sallam bersabda: 

اسْتَوُوْا حَتَّى أُثْنِيَ عَلَى رَبِّي، فَصَارُوْا خَلْفَه صُفُوْفًا، فَوَقَفَ طَوِيْلاً يُثْنِي عَلَى اللهِ تَعَالَى بِمَا هُوَ أَهْلُهُ.  

“Luruskan barisan kalian sampai aku memuji Tuhanku.”_ Maka, para sahabat pun berbaris dengan rapi di belakang beliau, lalu berdiri dalam waktu yang cukup lama memuji Allah Yang Maha Tinggi dengan pujian yang layak bagi-Nya". (HR. Ahmad) 

Salah satu doa yang beliau panjatkan saat itu adalah :

اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كُلُّهُ، اللَّهُمَّ لاَ قَابِضَ لِمَا بَسَطْتَ، وَلاَ بَاسِطَ لِمَا قَبَضْتَ، وَلاَ هَادِيَ لِمَنْ أَضْلَلْتَ، وَلاَ مُضِلَّ لِمَنْ هَدَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُقَرِّبَ لِمَا بَاعَدْتَ، وَلاَ مُبَاعِدَ لِمَا قَرَّبْتَ، اللَّهُمَّ ابْسُطْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِكَ وَرَحْمَتِكَ وَفَضْلِكَ وَرِزْقِكَ. 

“Ya Allah, segala puji hanya kepada-Mu. Ya Allah, tak ada yang mampu menahan apa yang Engkau hamparkan, tak ada yang mampu membentangkan apa yang Engkau tahan, tak ada yang mampu memberi petunjuk siapa yang Engkau sesatkan, tak ada yang mampu menyesatkan siapa yang Engkau beri petunjuk, tak ada yang mampu memberi anugerah siapa yang Engkau halangi, tak ada yang mampu menghalangi siapa yang Engkau beri anugerah, tak ada yang mampu mendekatkan siapa yang Engkau jauhkan, dan tak ada yang mampu menjauhkan siapa yang Engkau dekatkan. Ya Allah, bentangkanlah keberkahan, rahmat, karunia, dan rezeki-Mu kepada kami.”

Pada tahun ke-5 Hijriyah, semua kelompok kafir Quraisy bersatu untuk menghabisi nyawa Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam. Lalu mereka datang berbagai penjuru saat Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam dalam kondisi bersabar dan mengharapkan pahala dari Allah Subhânahû wa Ta’âla di tengah badai ujian dan musibah. 

Diriwayatkan dari Al Bara` bin Azib Radhiyallâhu Anhu, dia berkata: Saat terjadi perang Khandaq, Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam ikut menggali parit hingga perut beliau dikotori tanah, beliau bersabda, 

وَاللهِ لَوْلاَ اللهُ مَا اهْتَدَيْنَا، وَلاَ تَصَدَّقْنَا وَلاَ صَلَّيْنَا، فَأَنْزِلَنْ سَكِيْنَةً عَلَيْنَا، وَثَبِّتْ الأَقْدَامَ إِنْ لاَقَيْنَا، إِنَ الأُلَى قَدْ بَغَوْا عَلَيْنَا، إِذَا أَرَادُوْا فِتْنَةً أَبَيْنَا. وَرَفَعَ بِهَا صَوْتَهُ: أَبَيْنَا، أَبَيْنَا. 

“Demi Allah! Kalau bukan karena Allah, kita tidak akan memperoleh hidayah, tidak mengeluarkan zakat, dan tidak shalat, maka turunkanlah ketenangan kepada kami dan teguhkan hati kami saat bertemu musuh. Sesungguhnya orang-orang telah memperlakukan kami dengan melampaui batas. Apabila mereka menginginkan fitnah kami pun menolaknya.”_ Sambil mengeraskan suara, beliau berkata, _“Kami menolak. Kami menolak.” (HR. Al Bukhari) 

Setelah setengah bulan menggali parit, para sahabat pun diuji dengan kelaparan dan sulit tidur. Saat sedang menggali parit tersebut, tiba-tiba muncul sebongkah batu besar yang mematahkan cangkul mereka dan menguras energi mereka. Kondisi ini sempat dikisahkan oleh Jabir Radhiyallâhu Anhu, dia berkata, “Dalam perang Khandaq, kami menggali parit hingga terkendala oleh batu cadas yang besar. Lalu para sahabat mendatangi Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam dan berkata, ‘Ada batu cadas besar yang menghalangi penggalian parit’. Mendengar laporan tersebut Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam berkata, _‘Aku akan turun’._ Setelah itu bangkit dengan perut lapar dibalut batu lantaran tidak makan selama 3 hari. Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam lalu mengambil cangkul kemudian menghantam batu cadas tersebut hingga pecah berkeping-keping.” (HR. Al Bukhari) 

Ketika semua kelompok musuh yang berjumlah lebih dari 10 ribu pasukan berkumpul di sekitar kota Madinah di malam yang sangat dingin, sementara jumlah sahabat Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam tidak lebih dari 3 ribu orang, tak disangka orang-orang Yahudi Bani Quraizhah mengingkari janji yang mereka buat bersama Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam. Tak ayal hal itu membuat kondisi umat Islam semakin sulit, ujian yang dialami semakin berat, rasa takut muncul berbarengan dengan rasa lapar dan dingin, semua faktor pendukung kemenangan sirna, jumlah dan perbekalan tak ada artinya serta musibah yang mendera tak terperikan. 

Kondisi inilah yang digambarkan Allah Subhânahû wa Ta’âla dalam firman-Nya: 

﴿إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الْأَبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا (10) هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالًا شَدِيدًا﴾

 

“(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, serta ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan sedang kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Disitulah orang-orang mukmin diuji dan (hatinya) digoncangkan dengan goncangan yang sangat.” (Q.S. Al Ahzâb : 10-11) 

Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam _As-Sunan Al Kubrâ,_ bahwa ketika ujian yang menimpa Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam dan para sahabat semakin berat, banyak orang yang berubah menjadi munafik dan mengeluarkan pernyataan yang tidak positif. Tatkala melihat ujian dan musibah yang menimpa para sahabatnya begitu berat, Rasulullah Shallallâhu Alaihi wa Sallam pun berusaha membangkitkan semangat mereka dengan berkata :

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَيُفَرَّجَنَّ عَنْكُمْ مَا تَرَوْنَ مِنَ الشِّدَّةِ وَالْبَلاَءِ، فَإِنِّي لَأَرْجُو أَنْ أَطُوْفَ بِالْبَيْتِ الْعَتِيْقِ آمِنًا، وَأَنْ يَدْفَعَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مَفَاتِحَ الْكَعْبَةِ، وَلَيُهْلِكَنَّ اللهُ كِسْرَى وَقَيْصَرَ، وَلَتُنْفِقَنَّ كُنُوْزُهُمَا فِي سَبِيْلِ اللهِ.  

“Demi Dzat yang jiwaku yang berada di tangan-Nya! Allah pasti memberikan jalan keluar bagi kalian dari kesulitan dan ujian yang menimpa kalian. Sungguh aku berharap bahwa aku bisa Thawaf di Baitullah dalam kondisi aman, Allah Azza wa Jalla menyerahkan kunci-kunci Ka’bah, Allah membinasakan Kisra dan Kaisar, serta kalian mendermakan harta kekayaan Kisra dan Kaisar di jalan Allah.”

Para hamba Allah! 
Sadarlah bahwa jalan keluar terbaik dari semua ujian dan cobaan yang menimpa umat Islam saat ini adalah, mentauhidkan Allah Subhânahû wa Ta’âla. Buktinya, ketika Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam terkepung oleh musuh, beliau banyak membaca kalimat : 

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، أَعَزَّ جُنْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَغَلَبَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، فَلاَ شَيْءَ بَعْدَهُ.

“Lâ ilâha illallâh wahdah a’azza jundah wa nashara abdah wa ghalabal ahzâba wahdah falâ syai`a ba’dah (tidak ada tuhan yang berhak kecuali Alalh semata, yang memuliakan pasukan-Nya, menolong hamba-Nya, mengalahkan semua kelompok seorang diri, hingga tak ada sesuatu pun setelah-Nya).” (HR. Al Bukhari dan Muslim) 

Kondisi orang-orang munafik yang hatinya sakit kapanpun dan dimanapun tak pernah berubah. Mereka selalu menimbulkan kegaduhan, mengembosi dan melemahkan semangat umat agar rasa takut dan perasaan tak berdaya menghinggapi umat Islam. Contohnya, salah seorang munafik di zaman Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam pernah berkata, “Muhammad menjanjikan harta kekayaan Kisra dan Kaisar kepada kami, sedangkan salah seorang dari kami belum merasa aman untuk pergi memenuhi kebutuhannya!” 

Bahkan ada yang meminta izin dari Nabi Shallallâhu Alaihi wa Sallam untuk kembali ke tanah airnya dan berkata :

﴿إِنَّ بُيُوتَنَا عَوْرَةٌ وَمَا هِيَ بِعَوْرَةٍ إِنْ يُرِيدُونَ إِلاَّ فِرَارًا﴾ 

“Sesungguhnya rumah-rumah kami terbuka (tidak ada penjaga). Dan rumah-rumah itu sekali-kali tidak terbuka, mereka tidak lain hanya hendak lari.” (Q.S. Al Ahzâb : 13) 

﴿وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ إِلاَّ غُرُورًا﴾

 

“Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata, ‘Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya’.” (Q.S. Al Ahzâb : 12) 

Sedangkan umat Islam yang beriman dengan benar tidak pernah memutuskan hubungannya dengan Allah dan kepercayaannya dengan sang Pencipta, seberat apa pun musibah yang menimpa mereka. Para sahabat misalnya, tak pernah berpikiran negatif terhadap Allah Subhânahû wa Ta’âla, bahkan mereka tetap teguh pada pendiriannya dan bertawakal hingga Allah Subhânahû wa Ta’âla memberikan kemenangan untuk mereka. 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullâh berkata : “Dalam perang Al Ahzâb, Allah Subhânahû wa Ta’âla memberikan kemenangan kepada hamba-Nya dan memuliakan pasukan-Nya tanpa melalui peperangan tetapi dengan keteguhan hati orang-orang beriman melawan musuh-musuh mereka. 

﴿وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلاَّ إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا﴾ 

"Tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata, “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.” Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan’.” (Q.S. Al Ahzâb : 22) 

بَارَكََ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيِمْ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ؛ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.  

Semoga Allah memberkahi aku dan Anda dalam Al Qur`an yang agung, serta memberikan manfaat bagi aku dan Anda lewat ayat dan nasihat yang bijak. Aku cukupkan khutbahku sampai di sini. Aku memohon ampun kepada Allah untuk diriku dan Anda dari semua dosa, maka mintalah ampun kepada-Nya, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Khutbah Kedua :

الْحَمْدُ ِللهِ رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، إِلَهِ الأَوَّلِيْنَ وَالآخِرِيْنَ، وَقَيُّوْمِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرَضِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الأَمِيْنُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ. 

Segala puji hanya bagi Allah Tuhan semesta alam, Sembahan manusia pertama dan terakhir, serta Pengurus langit dan bumi. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata tiada sekutu bagi-Nya Yang Maha Menguasai, Maha Benar, lagi Maha Nyata. Aku juga bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya yang jujur lagi tepercaya. Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat kepada beliau, keluarga beliau, para sahabat, tabiin dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan hingga Hari Kiamat. 

Amma ba'd:

Saudara-saudaraku kaum mukmumin! 
Berprasangka baik kepada Allah Subhânahû wa Ta’âla adalah ibadah kalbu yang menyempurnakan keimanan hamba. Inilah salah satu konsekuensi beriman kepada Nama dan Sifat Allah yang baik. Siapapun yang berprasangka baik kepada Allah, maka Dia pasti memenuhi janji kepada hamba tersebut. 

Allah Subhânahû wa Ta’âla berfirman : 

أَنَا عِنْدُ ظَنِّ عَبْدِي بِي. 

“Aku menuruti prasangka hamba-Ku kepada-Ku.”(HR. Al Bukhari dan Muslim) 

Abdullah bin Mas’ud Radhiyallâhu Anhu berkata, “Demi Allah yang tidak ada tuhan selain Dia, tak ada anugerah terbaik yang diberikan kepada seorang hamba melebihi berprasangka baik kepada Allah. Demi Dzat yang tidak ada tuhan selain Dia, ketika seorang hamba berprasangka baik kepada Allah Azza wa Jalla maka Dia pasti mengabulkan prasangka baik hamba tersebut, sebab semua kebaikan berada di tangan-Nya.” 

Jika berprasangka baik kepada Allah adalah sikap yang dibutuhkan dalam semua hal, maka apatah lagi dalam kondisi umat Islam sedang diterpa musibah dan kesusahan. 

Diriwayatkan dari Khabbab bin Al Aratt Radhiyallâhu Anhu, dia berkata: “Kami pernah menyampaikan keluhan kepada Rasulullah Shallallâhu Alaihi wa Sallam saat beliau sedang berbantalkan serban di bawah teduhnya Ka’bah, kami berkata, ‘Tidakkah engkau meminta pertolongan untuk kami?! Tidakkah engkau berdoa untuk kami?!’ Maka beliau menjawab, _‘Dahulu sebelum kalian, ada seorang pria yang disiksa. Kemudian sebuah lubang di tanah dibuatkan untuk menimbun tubuhnya. Lalu gergaji dihadirkan dan diletakkan di atas kepalanya hingga tubuhnya  dibelah menjadi dua. (Tak hanya itu) pria itu pun disisir dan sisir besi dari kulit hinggatulangnya namun semua siksaan itu tak menyurutkan dia dari agamanya. Demi Allah! Allah pasti menyempurnakan agama ini hingga pengendara dari Shan’a berjalan ke Hadhramaut tanpa merasa takut kecuali kepada Allah dan dia pun tidak merasa takut dengan serigala yang menerkam dombanya. Akan tetapi kalian meminta agar doa kalian dikabulkan dengan segera’.” (HR. Al Bukhari) 

Dalam lembaran sejarah umat Islam yang panjang, terukir berbagai peristiwa besar dan realita hidup yang membuktikan bahwa Allah Subhânahû wa Ta’âla benar-benar memberikan jalan keluar dengan bertobat serta kembali kepada ajaran Al Qur`an dan Sunnah Rasulullah Shallallâhu Alaihi wa Sallam. 

Allah Subhânahû wa Ta’âla berfirman :

﴿إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ﴾

 

“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia serta pada hari berdirinya saksi-saksi (Hari Kiamat).” (Q.S. Ghâfir : 51)

Para hamba Allah! 
Ketika musibah, ujian, fitnah, kedukaan, dan kesedihan semakin berat dirasakan, orang beriman harus tetap berharap kepada Allah Subhânahû wa Ta’âla, optimis dengan pertolongan -Nya, menanti kemudahan dan kemurahan hati-Nya, serta melakukan semua hal yang mendatangkan kemenangan dan kejayaan sebagaimana yang diperintahkan. 

Semua peristiwa yang mengancam eksistensi negara-negara Islam, menista simbol-simbol kesucian mereka,  dan menimbulkan perpecahan hari ini wajib disikapi dengan tegas dan tegar. Umat Islam saat ini harus bahu-membahu dengan pemimpin mereka, agar persatuan mereka terwujud dan bersama-sama melawan musuh. Oleh karena itu, sudah seharusnya umat Islam tidak bertikai dan berselisih agar kekuatan mereka tidak melemah dan energi terbuang percuma.  

Allah Subhânahû wa Ta’âla berfirman :

﴿وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ﴾

 

“Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu serta bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S. Al Anfâl : 46) 

Saudara-saudaraku kaum mukminin! 

ثُمَّ اعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ كَرِيْمٍ ابْتَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، فَقَالَ عزَّ مِنْ قَائٍلٍ: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ 

 

Kemudian ketahuilah bahwa Allah telah menitahkan sebuah perintah mulia kepada Anda yang telah dilakukan-Nya terlebih dahulu, lalu Dia yang perkataan-Nya mulia berfirman: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Q.S. Al Ahzâb : 56) 

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكِ اللَّهُمَّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.  

Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Nabi kami, Muhammad, dan keluarga Nabi kami, Muhammad, sebagaimana yang Engkau limpahkan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, berkahi pula Nabi kami, Muhammad, dan keluarga Nabi Kami, Muhammad, sebagaimana keberkahan yang Engkau berikan Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.    

وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ: أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمَِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِعَفْوِكَ وَكَرَمِكَ وَجُوْدِكَ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. 

Ya Allah, ridhailah Khulafaurrasyidin, yaitu Abu Bakar, Umar, Ustman, dan Ali. Begitu pula para sahabat, tabiin, dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan hingga Hari Kiamat. Ridhai pula kami bersama mereka dengan ampunan-Mu, kemuliaan-Mu, dan kedermawanan-Mu, wahai Dzat yang paling mengasihi dari semua yang mengasihi. 

اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنِ، وَاجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا، وَسَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ.

Ya Allah, muliakan Islam dan umat Islam. Ya Allah, muliakan Islam dan umat Islam. Ya Allah, muliakan Islam dan umat Islam, jagalah keutuhan agama ini, serta jadikanlah negeri ini aman dan damai, begitu juga seluruh negeri umat Islam. 

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ فِي سُوْرِيَا، وَفِي الْعِرَاقِ، وَفِي الْيَمَنِ، وَفِي فَلِسْطِيْنَ، وَفِي أَرَاكَانَ كُلِّ مَكَانٍ، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. اللَّهُمَّ فَرِّجْ هَمَّهُمْ، اللَّهُمَّ فَرِّجْ هَمَّهُمْ، وَنَفِّسْ كَرْبَهُمْ، اللَّهُمَّ احْقِنْ دِمَاءَهُمْ، وَاحْفَظْ أَعْرَاضَهُمْ، وَاشْفِ مَرْضَاهُمْ، وَتَقَبَّلْ شُهَدَاءَهُمْ.  

Ya Allah, perbaikilah kondisi kaum muslimin di Suria, Irak, Yaman, Palestina, Arakan, dan seluruh tempat, wahai Dzat yang memiliki kebesaran dan kemuliaan. Ya Allah, hilangkanlah kedukaan mereka. Ya Allah, hilangkanlah kedukaan mereka, dan angkatlah musibah yang menimpa mereka. Ya Allah, lindungilah darah mereka, jagalah kehormatan mereka, sembuhkan yang sakit dari mereka, dan terimalah yang meninggal sebagai syahid dari mereka. 

اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِعَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ يَا قَوِيُّ يَا عَزِيْزُ، اللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُ، وَفَرِّقْ جَمْعَهُ، وَاجْعَلْ دَائِرَةَ السَّوْءِ عَلَيْهِ بِقُوَّتِكَ وَجَبَرُوْتِكَ، يَا قَوِيُّ يَا عَزِيْزُ، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.

Ya Allah, hukumlah musuh-Mu dan musuh umat Islam, wahai Yang Maha Kuat, wahai Yang Maha Perkasa. Ya Allah, cabik-cabiklah keutuhan mereka, cerai-beraikan persatuan mereka, dan jadikan akhir yang buruk kepadanya dengan kekuatan dan keperkasaan-Mu, wahai Yang Maha Kuat, wahai Yang Maha Mulia, wahai Dzat yang memiliki kebesaran dan kemuliaan. 
  
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ بِفَضْلِكَ وَمِنَّتِكَ وَجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ أَنْ تَحْفَظَ بِلاَدَ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ سُوْءٍ وَمَكْرُوْهِ، اللَّهُمَّ احْفَظْ بِلاَدَ الْحَرَمَيْنِ، اللَّهُمَّ احْفَظْهَا بِحِفْظِكَ، وَاكْلَأْهَا بِرِعَايَتِكَ وَعِنَايَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، اللَّهُمَّ أَدِمْ أَمْنَهَا وَرَخَاءَهَا وَاسْتِقْرَارَهَا، اللَّهُمَّ زِدْهَا خَيْرًا وَنَمَاءً وَبَرَكَةً، بِرَحْمَتِكَ وَفَضْلِكَ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. 

Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu dengan karunia, anugerah, kedermawanan, dan kemurahan hati-Mu, agar Engkau menjaga negeri kaum muslimin dari segala bentuk keburukan dan hal yang tidak disukai. Ya Allah, jagalah negeri Al Haramain. Ya Allah, jagalah negeri Al Haramain dengan penjagaan-Mu, lindungilah dia dengan pemeliharaan dan pertolongan-Mu, wahai Dzat yang paling mengasihi dari semua yang mengasihi. Ya Allah, langgengkanlah keamanan, ketenangan dan ketentraman padanya. Ya Allah, tambahkanlah kebaikan, kemajuan, dan keberkahan baginya, dengan rahmat dan karunia-Mu wahai Dzat yang paling mengasihi dari semua yang mengasihi. 

اللَّهُمَّ مَنْ أَرَادَ بِلاَدَ الْحَرَمَيْنِ بِسُوْءٍ فَاجْعَلْ تَدْبِيْرَهُ تَدْمِيْرًا عَلَيْهِ يَا قَوِيُّ يَا عَزِيْزُ، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. 

Ya Allah, siapapun yang menginginkan keburukan bagi negeri Al Haramain, maka jadikanlah rencananya sebagai kehancuran bagi dirinya, wahai Yang Maha Kuat, wahai Yang Maha Perkasa, wahai Dzat yang memiliki kebesaran dan kemuliaan. 

اللَّهُمَّ وَفِّقْ إِمَامَنَا بِتَوْفِيْقِكَ، وَأَيِّدْهُ بِتَأْيِيْدِكَ، وَاجْزِهِ خَيْرَ الْجَزَاءِ عَنْ الإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ يَا رَبّ الْعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلاَةِ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ لِمَا تُحِبُّهُ وَتَرْضَاهُ.  

Ya Allah, bimbinglah pemimpin kami dengan taufik-Mu, dukunglah dia dengan sokongan-Mu, serta berilah balasan terbaik baginya untuk Islam dan umat Islam, wahai Tuhan semesta alam. Ya Allah, berilah taufik kepada seluruh pemimpin umat Islam untuk melakukan apa yang Engkau cintai dan ridhai. 

اللَّهُمَّ انْصُرْ جُنُوْدَنَا الْمُرَابِطِيْنَ عَلَى حُدُوْدِ بِلاَدِنَا، اللَّهُمَّ أَيِّدْهُمْ بِتَأْيِيْدِكَ، وَاحْفَظْهُمْ بِحِفْظِكَ، اللَّهُمَّ سَدِّدْ رَمْيَهُمْ، اللَّهُمَّ سَدِّدْ رَمْيَهُمْ، وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ، وَقَوِّ عَزَائِمَهُمْ، اللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ مُعِيْنًا وَنَصِيْرًا، اللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ مُعِيْنًا وَنَصِيْرًا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. 

Ya Allah, tolonglah pasukan kami yang berjaga-jaga di wilayah perbatasan negeri kami. Ya Allah, kuatkanlah mereka dengan sokongan-Mu dan lindungilah mereka dengan perlindungan-Mu. Ya Allah, tepatkanlah sasaran mereka. Ya Allah, tepatkanlah sasaran mereka, teguhkanlah pendirian mereka, dan kuatkanlah tekad mereka. Ya Allah, jadilan penolong dan penyelamat mereka. Ya Allah, jadilan penolong dan penyelamat mereka dengan rahmat-Mu wahai Dzat yang paling mengasihi dari semua yang mengasihi. 

اللَّهُمَّ لاَ تَدَعْ لَنَا ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ، وَلاَ مَرِيْضًا إِلاَّ شَفَيْتَهُ، وَلاَ مُبْتَلًى إِلاَّ عَافَيْتَهُ، وَلاَ ضَالاًّ إِلاَّ هَدَيْتَهُ، وَلاَ مَيِّتًا مِنْ أَمْوَاتِنَا إِلاَّ رَحِمْتَهُ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. 

Ya Allah, janganlah Engkau biarkan dosa apa pun milik kami kecuali Engkau ampuni, yang sakit dari kami kecuali Engkau sembuhkan, yang tertimpa musibah dari kami kecuali Engkau selamatkan, yang tersesat dari kami kecuali Engkau tunjuki jalan, dan yang meninggal dari kami kecuali Engkau rahmati, dengan rahmat-Mu wahai Dzat yang paling mengasihi dari semua yang mengasihi. 

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.  

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan mukminin, baik laki-laki maupun perempuan, yang masih hidup dan yang telah meninggal, wahai Dzat yang paling mengasihi dari semua yang mengasihi.  

اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ، اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ، اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِيْنَ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا، بِرَحْمَتِكَ وَفَضْلِكَ وَجُوْدِكَ وَمِنَّتِكَ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. 

Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami dan jangan jadikan kami orang-orang yang berputus asa. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami dan jangan jadikan kami orang-orang yang berputus asa. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami dan jangan jadikan kami orang-orang yang berputus asa. Ya Allah, hujanilah kami. Ya Allah, hujanilah kami. Ya Allah, hujanilah kami, dengan rahmat-Mu, karunia-Mu, kedermawanan-Mu, dan anugerah-Mu, wahai Dzat yang paling mengasihi dari semua yang mengasihi.   

﴿سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ﴾ 

“Maha Suci Tuhanmu, Pemilik kemuliaan dari segala yang manusia sifatkan kepada-Nya. Salam penghormatan kepada para rasul, dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.” (Q.S. Ash-Shâffât : 180-182)

Minggu, 11 Desember 2016

JALAN SELAMAT DARI FITNAH


As-Saikh Abdurrahman ibnu Sholeh Al-Hamud hafidhohullah Ta'ala. 

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الخلق والمرسلين محمد بن عبد الله الصادق الأمين.

Allah Ta'ala telah menjelaskan kepada kita didalam Al-Qur'an Al-Karim tentang berbagai jenis bentuk fitnah dan cobaan serta bahayanya, demikian pula Nabi Sallallahu alaihi wa sallam yang tidak berbicara kecuali dengan wahyu yang telah diwahyukan telah menyebutkan aneka ragam fitnah beserta mudhorot nya, dan semua itu memiliki hikmah agar kita berhati-hati tidak terjerumus kedalamnya, hingga kita diwafatkan dan keluar dari dunia fana ini dalam kondisi selamat terbebas dari fitnah dan pungkasan kehidupan kita dalam keadaan yang bahagia, menyandang syahadat la ilaha illallah, Muhammad Rasulullah, dengan penuh ikhlas dan yakin, serta di akhirat memperoleh ridwan dari Allah Ta'ala. 

Maka, selanjutnya kita bertanya, bagaimana seseorang dapat selamat dari fitnah. ....? 

Di antara jalan selamat dari fitnah sebagai berikut : 

●  Berlindung kepada Allah Ta'ala dari keburukan-keburukan fitnah. 

Diantara sebab yang paling agung terbebas dari fitnah adalah memohon perlindungan kepada Allah Ta'ala agar dijauhkan dari keburukan fitnah, sedangkan seorang mukmin dituntut meminta perlindungan dari fitnah dan segala bentuk nya di setiap waktu dan keadaannya hanya kepada Allah Ta'ala.

Mari kita perhatikan, bagaimana sosok manusia yang telah dijaga dan dilindungi serta diampuni dosa-dosanya yang terdahulu ataupun yang akan datang, yaitu Rosulullah Sallallahu alaihi wa sallam berdoa meminta perlindungan kepada Allah Ta'ala dengan mengucapkan : 

 «اللهم إني أعوذ بك من الكسل والهرم والمأثم والمغرم، ومن فتنة القبر وعذاب القبر ومن فتنة النار وعذاب النار، ومن شر فتنة الغنى وأعوذ بك من فتنة الفقر وأعوذ بك من فتنة المسيح الدجال، اللهم اغسل عني  خطاياي بماء الثلج والبرد» (رواه البخاري).

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan pikun, dan dari dosa dan hutang, dan dari fitnah kubur dan adzab kubur, dan dari fitnah neraka dan adzab neraka, dan keburukan fitnah kekayaan, dan aku  berlindung kepada -Mu dari fitnah kefakiran, dan aku berlindung kepada -Mu dari fitnah al-masih dajjal, Ya Allah, bersihkan lah diriku dari kesalahan kesalahan dengan salju dan embun ". (HR. Al-Bukhari ) 

وعن أنس ابن مالك رضي الله عنه قال: "كان النبي صلى الله عليه وسلم يقول: «اللهم إني أعوذ بك من العجز والكسل والجبن والهرم، وأعوذ بك من عذاب القبر وأعوذ بك من فتنة المحيا والممات».

Dari Sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, ia berkata : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, pikun, bakhil, dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur dan fitnah hidup dan mati.” (HR. Muslim)

Sesungguhnya setiap mukmin hendaknya senantiasa memohon doa kepada Allah Ta'ala di setiap waktu dan keadaan nya agar dijauhkan dan diselamatkan dari keburukan fitnah fitnah. 

●  Hendaknya senantiasa waspada dari mendekati fitnah. 

Karena mendekati fitnah mengakibatkan terserap kedalam hati, hingga hati tersebut menjadi kelam, tidak dapat mengenali perkara yang makruf dan mengingkari sesuatu yang mungkar. 

حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا أَبُو مَالِكٍ عَنْ رِبْعِيِّ بْنِ حِرَاشٍ عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّهُ قَدِمَ مِنْ عِنْدِ عُمَرَ قَالَ لَمَّا جَلَسْنَا إِلَيْهِ أَمْسِ سَأَلَ أَصْحَابَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّكُمْ سَمِعَ قَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْفِتَنِ فَقَالُوا نَحْنُ سَمِعْنَاهُ قَالَ لَعَلَّكُمْ تَعْنُونَ فِتْنَةَ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ قَالُوا أَجَلْ قَالَ لَسْتُ عَنْ تِلْكَ أَسْأَلُ تِلْكَ يُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصِّيَامُ وَالصَّدَقَةُ وَلَكِنْ أَيُّكُمْ سَمِعَ قَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْفِتَنِ الَّتِي تَمُوجُ مَوْجَ الْبَحْرِ قَالَ فَأَمْسَكَ الْقَوْمُ وَظَنَنْتُ أَنَّهُ إِيَّايَ يُرِيدُ قُلْتُ أَنَا قَالَ لِي أَنْتَ لِلَّهِ أَبُوكَ قَالَ قُلْتُ تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ عَرْضَ الْحَصِيرِ فَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَتْ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ وَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا نُكِتَتْ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ حَتَّى يَصِيرَ الْقَلْبُ عَلَى قَلْبَيْنِ أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا لَا يَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتْ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ وَالْآخَرِ أَسْوَدَ مُرْبَدٍّ كَالْكُوزِ مُخْجِيًا وَأَمَالَ كَفَّهُ لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ

Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun, telah bercerita kepada kami Abu Malik dari Rib'i bin Hirasy dari sahabat Hudzaifah bin Al Yaman radhiyallahu anhu, bahwa ia pulang dari kediaman 'Umar radhiyallahu anhu. Saat kami menghampirinya, ia  bertanya kepada sahabat-sahabat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa salam: "  Siapa diantara kalian yang pernah mendengar sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam tentang berbagai fitnah? ”.  Mereka berkata; "Kami mendengarnya". Berkata Hudzaifah bin Al Yaman: " Mungkin yang kalian maksudkan fitnah seseorang terhadap keluarga dan hartanya ". Mereka berkata; "Betul". Berkata Hudzaifah bin Al Yaman: " Bukan itu yang aku tanyakan yang dosanya bisa dihapus dengan shalat, puasa dan sedekah, tapi siapa diantara kalian yang pernah mendengar sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam tentang berbagai fitnah yang bergelombang layaknya samudera ". Mereka terdiam dan aku Hudzaifah bin Al Yaman mengira bahwa yang dituju adalah aku lalu aku menjawab:" Aku". 'Umar berkata;" Kamu, bagus". Aku Hudzaifah bin Al Yaman berkata; "Fitnah dibentangkan dihati seperti dibentangkannya tikar, setiap hati yang mengingkarinya maka diberi satu titik putih dan setiap hatinya menyerapnya maka diberi satu titik hitam hingga hati pun menjadi dua macam; hati putih seperti benda jernih, fitnah tidak akan membahayakannya selama langit dan bumi masih ada, dan yang lainnya hati hitam berdebu seperti panci yang terbalik (kotor dan menghitam) -beliau memiringkan telapan tangan- ia tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran kecuali sesuatu yang terserap dari hawa nafsunya ". ( HR. Ahmad dan Muslim ) 

Dalam hadits ini terdapat peringatan agar hati kita tidak seperti hati yang kelam yang tidak mengenal kebajikan dan tidak dapat membedakan kemungkaran kecuali apa yang hanya di inginkan oleh hawa nafsunya dan urusan dunia nya, yang berkaitan dengan maslahat pribadinya secara materi.

●  Menjauhi jalan-jalan yang mungkar. 

Maka sepantasnya setiap kita berhati-hati dan menjauhi jalur jalur kemungkaran.

 روى مسلم في صحيحه عن أم سلمة رضي الله عنها أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «ستكون أمراء ستعرفون وتنكرون، فمن عرف فقد برء، ومن أنكر سلم، ولكن من رضي وتابع» قالوا: "يا رسول الله أفلا نقاتلهم؟" قال: «لا ما صلوا».

Telah diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam kitab sohih nya, dari Ummu Salamah radhiyallahu anha, bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Akan datang dimasa mendatang, para pemimpin yang kalian kenal namun kalian mengingkari nya, maka barangsiapa yang mengenal nya sungguh ia telah berlepas diri, dan barangsiapa yang mengingkari nya sungguh ia telah selamat, namun bagi mereka yang ridho dan mengikutinya (niscaya mendapatkan dosa).

Kemudian para sahabat bertanya, ” Ya Rasulullah, apakah boleh kita memerangi mereka. ...? Maka dijawab : " Tidak boleh, selama mereka mengerjakan sholat ". ( HR. Muslim ) 

Al-Imam An-Nawawy rahimahullah berkata : " Perkataan : "maka barangsiapa yang mengenal nya sungguh ia telah berlepas diri ", artinya : barangsiapa yang mengetahui suatu kemungkaran dan tidak samar baginya, maka ia telah memiliki jalan untuk berlepas diri dari kemungkaran tersebut, dengan berusaha merubah kemungkaran tersebut dengan tangan atau lisan nya, dan jika merasa lemah maka dengan hatinya. 

Adapun perkataan :" namun bagi mereka yang ridho dan mengikutinya (niscaya mendapatkan dosa)",ini merupakan akibat dari ridho dan mengikuti suatu kemungkaran, akan mendapatkan dosa. 
Dan yang sangat disayangkan sekali, kita jumpai sebagian muslimin melakukan suatu kemungkaran lantaran para pemimpin mereka telah melakukan nya, atau mengucapkan nya, dan ini -demi Allah- adalah suatu kemunduran yang sangat berbahaya sekali, ketika seseorang mengetahui kemungkaran dan tidaknya, tanpa menggunakan timbangan dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, bahkan ketika seorang pemimpin memerintahkan maka mengikuti nya secara buta, alangkah dahsyatnya suatu fitnah tatkala tidak hanya terpaparkan hati, namun telah menyelimuti para warga masyarakat. ...! 

●  Berpegang erat dengan Jama'ah 

Diantara jalan keluar dari fitnah adalah berjalan dimasa nya dalam jalur jama’ah kaum muslimin dan iman nya. 

عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَان رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ : كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُوْنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَ كُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ أِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرِّ فَجَاءَنَااللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ شَرِّ قَالَ نَعَمْ فَقُلْتُ هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرِ قَالَ نَعَمْ وَفِيْهِ دَخَنٌ قَلْتُ وَمَادَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَسْتَنُّوْنَ بِغَيْرِ سُنَّتِي وَيَهْدُوْنَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ فَقُلْتُ هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرِّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيْهَا فَقُلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ نَعَمْ قَوْمٌ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَمُوْنَ بِأَلْسِنَتِنَا قثلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ فَمَاتَرَى إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَإِمَامَهُمْ فَقُلْتُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلُ تِلكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ عَلَى أَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ

Diriwayatkan dari sahabat Hudzaifah ibnu Al-Yaman Radhiyalahu ‘anhu, beliau berkata : “Dahulu manusia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang hal-hal yang baik tapi aku bertanya kepada beliau tentang hal-hal yang buruk, agar jangan sampai menimpaku”
Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, dahulu kami berada dalam keadaan jahiliyah dan kejelekan lalu Allah Ta'ala mendatangkan kebaikan ini, apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan ?”
Beliau berkata : “Ya”
Aku bertanya : “Dan apakah setelah kejelekan ini akan datang kebaikan?”
Beliau menjawab : “Ya, tetapi didalamnya ada asap”.
Aku bertanya : “Apa asapnya itu ?”
Beliau menjawab : “Suatu kaum yang membuat ajaran bukan dari ajaranku, dan menunjukkan manusia kepada selain petunjukku. Engkau akan mengenal mereka dan engkau akan memungkirinya”
Aku bertanya : “Apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan lagi ?”
Beliau menjawab :”Ya, akan muncul para dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam. Barangsiapa yang menerima seruan mereka, maka merekapun akan dilemparkan ke dalam neraka”
Aku bertanya : “Ya Rasulullah, sebutkan ciri-ciri mereka kepada kami ?”
Beliau menjawab : “Mereka dari kulit-kulit dan golongan kita, dan berbicara dengan bahasa kita”
Aku bertanya : “Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku temui keadaan seperti ini”
Beliau menjawab : “Pegang erat-erat jama’ah kaum muslimin dan imam mereka”
Aku bertanya : “Bagaimana jika tidak dijumpai imam dan jama’ah kaum muslimin?”
Beliau menjawab :”Tinggalkan semua kelompok-kelompok sempalan itu, walaupun kau menggigit akar pohon hingga ajal mendatangimu". ( HR. Ahmad dan Al-Bukhari ) 

Perhatian pada sifat bagian akhir yang dikhawatirkan oleh sahabat mulia Hudzaifah radhiyallahu anhuma : 

■  "Para dai-dai yang menyeru ke neraka jahanam. Barangsiapa yang menerima seruan mereka, maka merekapun akan dilemparkan ke dalam neraka”

Renungkanlah keadaan umat islam sekarang ini, banyak dijumpai para dai-dai yang menyeru kepada neraka jahanam, dengan berbagai sarana, prasarana dan cara-cara, mereka mengajak kepada kemungkaran dan menutup pintu-pintu kebajikan, berdiri kokoh mendakwahkan kepada masyarakat agar mereka meninggalkan agama nya dan berpindah kepada kelompok mereka, maka mereka inilah para dai-dai penyeru kedalam neraka jahanam. 

■  "Bahwasanya para dai-dai yang mengajak kepada kebathilan tersebut bukanlah orang asing, juga bukan dari kalangan yahudi atau nasrani, namun mereka adalah dari kalangan yang mengaku satu agama, satu kulit satu bahasa ".
Dan ini merupakan musibah yang amat besar, ketika terdapat penyeru kepada kemungkaran dan ke pintu jahanam, namun mereka dari orang-orang kita sendiri.

Bagaimana jalan selamat dari fitnah ini....?  

Rosulullah Sallallahu alaihi wa sallam telah memberikan jawaban kepada kita semua  : " Agar berpegang teguh dengan jamaah kaum muslimin dan imam yang ada".

Hanya satu jalan selamat, yaitu berpegang dan setia kepada imam atau pemimpin yang syar’i, karena kebenaran dan al-hak beserta mereka yang senantiasa lurus diatas siroth mustakim.

Namun, jika tidak dijumpai disana jamaah kaum muslimin atau tidak dijumpai imam atau pemimpin kaum muslimin, maka tidak dibolehkan begitu saja untuk ikut serta berkecamuk dengan fitnah tersebut, akan tetapi agar supaya meninggalkan kelompok kelompok yang ada, karena naungan tersebut adalah menyimpang, dan jika dijumpai satu kelompok yang sholih di negri nya atau pada waktu tersebut, maka niscaya wajib untuk berpegang dengan kelompok yang sholih tersebut. 

■  Membekali diri dengan ilmu yang benar. 

Diantara jalan selamat dari fitnah adalah seseorang membekali diri dengan ilmu yang syar’i sesuai Al-Kitab dan As-Sunnah, dan ini merupakan suatu keharusan, dikarenakan kebanyakan manusia berkecamuk menghadapi suatu fitnah dengan tidak berbekal ilmu, sehingga menimbulkan banyak masalah dan perilaku yang menyimpang dan semisalnya. 

Sebagai contoh yang sangat disayangkan, banyak beredar cerita cerita bohong, khurafat, kepalsuan dan kedustaan,serta orang-orang yang tidak bertanggung jawab tatkala terjadi suatu fitnah.

روى ابن حبان في صحيحة عن عبد الله بن عمر رضي الله عنه قال: "لم يكن يقص في زمان رسول الله صلى الله عليه وسلم ولا أبي بكر ولا عمر ولا عثمان إنما كانت القصص زمن الفتنة".

Diriwayatkan oleh Al-Imam Ibnu Hibban rahimahullah dalam kitab sohih nya, dari sahabat Abdullah ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata : " Dahulu dimasa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah dijumpai orang-orang yang pandai membual dan bercerita, demikian juga dimasa Kholifah Abu Bakar atau Umar atau Utsman radhiyallahu anhum, namun dijumpai para pembual dan tukang cerita tatkala terjadi fitnah ".

Yang dimaksud tukang cerita dan pembual adalah orang-orang yang memalsukan cerita dan menyebarkan fitnah fitnah yang tidak benar, sehingga para manusia mempercayai nya, dan mengakibatkan pemahaman dan perbuatan yang menyimpang. 

Dan membekali diri dengan ilmu yang benar, hendaknya memperhatikan  beberapa perkara berikut ini : 

1. Mencari kebenaran dengan berpijak dari Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman Salafush Shalih. 

2. Mencari kebenaran, akan menimbulkan banyak ijtihadat yang beraneka ragam yang menggiring kepada kecenderungan dan hawa nafsu, oleh karenanya, hendaknya kembali kepada pokok pokok yang shohih. 

3. Seyogyanya mencermati fitnah dengan penuh kehati-hatian dengan timbangan yang syar’i dan tidak mudah untuk terbawa arus.

4. Manusia sangat cepat berinteraksi dengan fitnah, sehingga dibutuhkan untuk senantiasa iltizam terhadap kebenaran dan menjauhi fitnah sejauh-jauhnya, walaupun hal ini dirasakan sangat pahit.

Sebagai contoh peringatan Nabi Sallallahu alaihi wa sallam kepada para sahabat dari fitnah dajjal dengan peringatan yang sangat keras, sehingga para sahabat sangat takut jika dajjal muncul di masa mereka, dan Nabi Sallallahu alaihi wa sallam memperingatkan seolah-olah dajjal muncul waktu itu. 

 قال صلى الله عليه وسلم: «من سمع منكم بالدجال فلا يأته».

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : "  Barangsiapa yang diantara kalian mendengar berita kedatangan dajjal, maka janganlah mendekati nya ". 

 

يقول الرسول صلى الله عليه وسلم: «فلا يزال به الأمر حتى يأتي إليه فإذا أتى إلى الدجال فتن به واتبعه».

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Dan senantiasa dalam keadaan seperti ini, sehingga datang kepada nya, dan apabila memberanikan diri untuk datang kepada dajjal, maka ia terfitnah dan akhirnya mengikuti nya ".