As-Saikh Abdurrahman ibnu Sholeh Al-Hamud hafidhohullah Ta'ala.
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف الخلق والمرسلين محمد بن عبد الله الصادق الأمين.
Allah Ta'ala telah menjelaskan kepada kita didalam Al-Qur'an Al-Karim tentang berbagai jenis bentuk fitnah dan cobaan serta bahayanya, demikian pula Nabi Sallallahu alaihi wa sallam yang tidak berbicara kecuali dengan wahyu yang telah diwahyukan telah menyebutkan aneka ragam fitnah beserta mudhorot nya, dan semua itu memiliki hikmah agar kita berhati-hati tidak terjerumus kedalamnya, hingga kita diwafatkan dan keluar dari dunia fana ini dalam kondisi selamat terbebas dari fitnah dan pungkasan kehidupan kita dalam keadaan yang bahagia, menyandang syahadat la ilaha illallah, Muhammad Rasulullah, dengan penuh ikhlas dan yakin, serta di akhirat memperoleh ridwan dari Allah Ta'ala.
Maka, selanjutnya kita bertanya, bagaimana seseorang dapat selamat dari fitnah. ....?
Di antara jalan selamat dari fitnah sebagai berikut :
● Berlindung kepada Allah Ta'ala dari keburukan-keburukan fitnah.
Diantara sebab yang paling agung terbebas dari fitnah adalah memohon perlindungan kepada Allah Ta'ala agar dijauhkan dari keburukan fitnah, sedangkan seorang mukmin dituntut meminta perlindungan dari fitnah dan segala bentuk nya di setiap waktu dan keadaannya hanya kepada Allah Ta'ala.
Mari kita perhatikan, bagaimana sosok manusia yang telah dijaga dan dilindungi serta diampuni dosa-dosanya yang terdahulu ataupun yang akan datang, yaitu Rosulullah Sallallahu alaihi wa sallam berdoa meminta perlindungan kepada Allah Ta'ala dengan mengucapkan :
«اللهم إني أعوذ بك من الكسل والهرم والمأثم والمغرم، ومن فتنة القبر وعذاب القبر ومن فتنة النار وعذاب النار، ومن شر فتنة الغنى وأعوذ بك من فتنة الفقر وأعوذ بك من فتنة المسيح الدجال، اللهم اغسل عني خطاياي بماء الثلج والبرد» (رواه البخاري).
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan pikun, dan dari dosa dan hutang, dan dari fitnah kubur dan adzab kubur, dan dari fitnah neraka dan adzab neraka, dan keburukan fitnah kekayaan, dan aku berlindung kepada -Mu dari fitnah kefakiran, dan aku berlindung kepada -Mu dari fitnah al-masih dajjal, Ya Allah, bersihkan lah diriku dari kesalahan kesalahan dengan salju dan embun ". (HR. Al-Bukhari )
وعن أنس ابن مالك رضي الله عنه قال: "كان النبي صلى الله عليه وسلم يقول: «اللهم إني أعوذ بك من العجز والكسل والجبن والهرم، وأعوذ بك من عذاب القبر وأعوذ بك من فتنة المحيا والممات».
Dari Sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, ia berkata : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, pikun, bakhil, dan aku berlindung kepada-Mu dari azab kubur dan fitnah hidup dan mati.” (HR. Muslim)
Sesungguhnya setiap mukmin hendaknya senantiasa memohon doa kepada Allah Ta'ala di setiap waktu dan keadaan nya agar dijauhkan dan diselamatkan dari keburukan fitnah fitnah.
● Hendaknya senantiasa waspada dari mendekati fitnah.
Karena mendekati fitnah mengakibatkan terserap kedalam hati, hingga hati tersebut menjadi kelam, tidak dapat mengenali perkara yang makruf dan mengingkari sesuatu yang mungkar.
حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا أَبُو مَالِكٍ عَنْ رِبْعِيِّ بْنِ حِرَاشٍ عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّهُ قَدِمَ مِنْ عِنْدِ عُمَرَ قَالَ لَمَّا جَلَسْنَا إِلَيْهِ أَمْسِ سَأَلَ أَصْحَابَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّكُمْ سَمِعَ قَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْفِتَنِ فَقَالُوا نَحْنُ سَمِعْنَاهُ قَالَ لَعَلَّكُمْ تَعْنُونَ فِتْنَةَ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ قَالُوا أَجَلْ قَالَ لَسْتُ عَنْ تِلْكَ أَسْأَلُ تِلْكَ يُكَفِّرُهَا الصَّلَاةُ وَالصِّيَامُ وَالصَّدَقَةُ وَلَكِنْ أَيُّكُمْ سَمِعَ قَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْفِتَنِ الَّتِي تَمُوجُ مَوْجَ الْبَحْرِ قَالَ فَأَمْسَكَ الْقَوْمُ وَظَنَنْتُ أَنَّهُ إِيَّايَ يُرِيدُ قُلْتُ أَنَا قَالَ لِي أَنْتَ لِلَّهِ أَبُوكَ قَالَ قُلْتُ تُعْرَضُ الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ عَرْضَ الْحَصِيرِ فَأَيُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَتْ فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ وَأَيُّ قَلْبٍ أُشْرِبَهَا نُكِتَتْ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ حَتَّى يَصِيرَ الْقَلْبُ عَلَى قَلْبَيْنِ أَبْيَضَ مِثْلِ الصَّفَا لَا يَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتْ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ وَالْآخَرِ أَسْوَدَ مُرْبَدٍّ كَالْكُوزِ مُخْجِيًا وَأَمَالَ كَفَّهُ لَا يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلَا يُنْكِرُ مُنْكَرًا إِلَّا مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ
Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun, telah bercerita kepada kami Abu Malik dari Rib'i bin Hirasy dari sahabat Hudzaifah bin Al Yaman radhiyallahu anhu, bahwa ia pulang dari kediaman 'Umar radhiyallahu anhu. Saat kami menghampirinya, ia bertanya kepada sahabat-sahabat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa salam: " Siapa diantara kalian yang pernah mendengar sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam tentang berbagai fitnah? ”. Mereka berkata; "Kami mendengarnya". Berkata Hudzaifah bin Al Yaman: " Mungkin yang kalian maksudkan fitnah seseorang terhadap keluarga dan hartanya ". Mereka berkata; "Betul". Berkata Hudzaifah bin Al Yaman: " Bukan itu yang aku tanyakan yang dosanya bisa dihapus dengan shalat, puasa dan sedekah, tapi siapa diantara kalian yang pernah mendengar sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa salam tentang berbagai fitnah yang bergelombang layaknya samudera ". Mereka terdiam dan aku Hudzaifah bin Al Yaman mengira bahwa yang dituju adalah aku lalu aku menjawab:" Aku". 'Umar berkata;" Kamu, bagus". Aku Hudzaifah bin Al Yaman berkata; "Fitnah dibentangkan dihati seperti dibentangkannya tikar, setiap hati yang mengingkarinya maka diberi satu titik putih dan setiap hatinya menyerapnya maka diberi satu titik hitam hingga hati pun menjadi dua macam; hati putih seperti benda jernih, fitnah tidak akan membahayakannya selama langit dan bumi masih ada, dan yang lainnya hati hitam berdebu seperti panci yang terbalik (kotor dan menghitam) -beliau memiringkan telapan tangan- ia tidak mengenal kebaikan dan tidak mengingkari kemungkaran kecuali sesuatu yang terserap dari hawa nafsunya ". ( HR. Ahmad dan Muslim )
Dalam hadits ini terdapat peringatan agar hati kita tidak seperti hati yang kelam yang tidak mengenal kebajikan dan tidak dapat membedakan kemungkaran kecuali apa yang hanya di inginkan oleh hawa nafsunya dan urusan dunia nya, yang berkaitan dengan maslahat pribadinya secara materi.
● Menjauhi jalan-jalan yang mungkar.
Maka sepantasnya setiap kita berhati-hati dan menjauhi jalur jalur kemungkaran.
روى مسلم في صحيحه عن أم سلمة رضي الله عنها أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «ستكون أمراء ستعرفون وتنكرون، فمن عرف فقد برء، ومن أنكر سلم، ولكن من رضي وتابع» قالوا: "يا رسول الله أفلا نقاتلهم؟" قال: «لا ما صلوا».
Telah diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam kitab sohih nya, dari Ummu Salamah radhiyallahu anha, bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Akan datang dimasa mendatang, para pemimpin yang kalian kenal namun kalian mengingkari nya, maka barangsiapa yang mengenal nya sungguh ia telah berlepas diri, dan barangsiapa yang mengingkari nya sungguh ia telah selamat, namun bagi mereka yang ridho dan mengikutinya (niscaya mendapatkan dosa).
Kemudian para sahabat bertanya, ” Ya Rasulullah, apakah boleh kita memerangi mereka. ...? Maka dijawab : " Tidak boleh, selama mereka mengerjakan sholat ". ( HR. Muslim )
Al-Imam An-Nawawy rahimahullah berkata : " Perkataan : "maka barangsiapa yang mengenal nya sungguh ia telah berlepas diri ", artinya : barangsiapa yang mengetahui suatu kemungkaran dan tidak samar baginya, maka ia telah memiliki jalan untuk berlepas diri dari kemungkaran tersebut, dengan berusaha merubah kemungkaran tersebut dengan tangan atau lisan nya, dan jika merasa lemah maka dengan hatinya.
Adapun perkataan :" namun bagi mereka yang ridho dan mengikutinya (niscaya mendapatkan dosa)",ini merupakan akibat dari ridho dan mengikuti suatu kemungkaran, akan mendapatkan dosa.
Dan yang sangat disayangkan sekali, kita jumpai sebagian muslimin melakukan suatu kemungkaran lantaran para pemimpin mereka telah melakukan nya, atau mengucapkan nya, dan ini -demi Allah- adalah suatu kemunduran yang sangat berbahaya sekali, ketika seseorang mengetahui kemungkaran dan tidaknya, tanpa menggunakan timbangan dari Al-Qur'an dan As-Sunnah, bahkan ketika seorang pemimpin memerintahkan maka mengikuti nya secara buta, alangkah dahsyatnya suatu fitnah tatkala tidak hanya terpaparkan hati, namun telah menyelimuti para warga masyarakat. ...!
● Berpegang erat dengan Jama'ah
Diantara jalan keluar dari fitnah adalah berjalan dimasa nya dalam jalur jama’ah kaum muslimin dan iman nya.
عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَان رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ : كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُوْنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الْخَيْرِ وَ كُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ أِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرِّ فَجَاءَنَااللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ شَرِّ قَالَ نَعَمْ فَقُلْتُ هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرِ قَالَ نَعَمْ وَفِيْهِ دَخَنٌ قَلْتُ وَمَادَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَسْتَنُّوْنَ بِغَيْرِ سُنَّتِي وَيَهْدُوْنَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ فَقُلْتُ هَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرِّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيْهَا فَقُلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ نَعَمْ قَوْمٌ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَمُوْنَ بِأَلْسِنَتِنَا قثلْتُ يَا رَسُوْلُ اللهِ فَمَاتَرَى إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِيْنَ وَإِمَامَهُمْ فَقُلْتُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلُ تِلكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ عَلَى أَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ
Diriwayatkan dari sahabat Hudzaifah ibnu Al-Yaman Radhiyalahu ‘anhu, beliau berkata : “Dahulu manusia bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang hal-hal yang baik tapi aku bertanya kepada beliau tentang hal-hal yang buruk, agar jangan sampai menimpaku”
Aku bertanya : “Wahai Rasulullah, dahulu kami berada dalam keadaan jahiliyah dan kejelekan lalu Allah Ta'ala mendatangkan kebaikan ini, apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan ?”
Beliau berkata : “Ya”
Aku bertanya : “Dan apakah setelah kejelekan ini akan datang kebaikan?”
Beliau menjawab : “Ya, tetapi didalamnya ada asap”.
Aku bertanya : “Apa asapnya itu ?”
Beliau menjawab : “Suatu kaum yang membuat ajaran bukan dari ajaranku, dan menunjukkan manusia kepada selain petunjukku. Engkau akan mengenal mereka dan engkau akan memungkirinya”
Aku bertanya : “Apakah setelah kebaikan ini akan datang kejelekan lagi ?”
Beliau menjawab :”Ya, akan muncul para dai-dai yang menyeru ke neraka jahannam. Barangsiapa yang menerima seruan mereka, maka merekapun akan dilemparkan ke dalam neraka”
Aku bertanya : “Ya Rasulullah, sebutkan ciri-ciri mereka kepada kami ?”
Beliau menjawab : “Mereka dari kulit-kulit dan golongan kita, dan berbicara dengan bahasa kita”
Aku bertanya : “Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku temui keadaan seperti ini”
Beliau menjawab : “Pegang erat-erat jama’ah kaum muslimin dan imam mereka”
Aku bertanya : “Bagaimana jika tidak dijumpai imam dan jama’ah kaum muslimin?”
Beliau menjawab :”Tinggalkan semua kelompok-kelompok sempalan itu, walaupun kau menggigit akar pohon hingga ajal mendatangimu". ( HR. Ahmad dan Al-Bukhari )
Perhatian pada sifat bagian akhir yang dikhawatirkan oleh sahabat mulia Hudzaifah radhiyallahu anhuma :
■ "Para dai-dai yang menyeru ke neraka jahanam. Barangsiapa yang menerima seruan mereka, maka merekapun akan dilemparkan ke dalam neraka”
Renungkanlah keadaan umat islam sekarang ini, banyak dijumpai para dai-dai yang menyeru kepada neraka jahanam, dengan berbagai sarana, prasarana dan cara-cara, mereka mengajak kepada kemungkaran dan menutup pintu-pintu kebajikan, berdiri kokoh mendakwahkan kepada masyarakat agar mereka meninggalkan agama nya dan berpindah kepada kelompok mereka, maka mereka inilah para dai-dai penyeru kedalam neraka jahanam.
■ "Bahwasanya para dai-dai yang mengajak kepada kebathilan tersebut bukanlah orang asing, juga bukan dari kalangan yahudi atau nasrani, namun mereka adalah dari kalangan yang mengaku satu agama, satu kulit satu bahasa ".
Dan ini merupakan musibah yang amat besar, ketika terdapat penyeru kepada kemungkaran dan ke pintu jahanam, namun mereka dari orang-orang kita sendiri.
Bagaimana jalan selamat dari fitnah ini....?
Rosulullah Sallallahu alaihi wa sallam telah memberikan jawaban kepada kita semua : " Agar berpegang teguh dengan jamaah kaum muslimin dan imam yang ada".
Hanya satu jalan selamat, yaitu berpegang dan setia kepada imam atau pemimpin yang syar’i, karena kebenaran dan al-hak beserta mereka yang senantiasa lurus diatas siroth mustakim.
Namun, jika tidak dijumpai disana jamaah kaum muslimin atau tidak dijumpai imam atau pemimpin kaum muslimin, maka tidak dibolehkan begitu saja untuk ikut serta berkecamuk dengan fitnah tersebut, akan tetapi agar supaya meninggalkan kelompok kelompok yang ada, karena naungan tersebut adalah menyimpang, dan jika dijumpai satu kelompok yang sholih di negri nya atau pada waktu tersebut, maka niscaya wajib untuk berpegang dengan kelompok yang sholih tersebut.
■ Membekali diri dengan ilmu yang benar.
Diantara jalan selamat dari fitnah adalah seseorang membekali diri dengan ilmu yang syar’i sesuai Al-Kitab dan As-Sunnah, dan ini merupakan suatu keharusan, dikarenakan kebanyakan manusia berkecamuk menghadapi suatu fitnah dengan tidak berbekal ilmu, sehingga menimbulkan banyak masalah dan perilaku yang menyimpang dan semisalnya.
Sebagai contoh yang sangat disayangkan, banyak beredar cerita cerita bohong, khurafat, kepalsuan dan kedustaan,serta orang-orang yang tidak bertanggung jawab tatkala terjadi suatu fitnah.
روى ابن حبان في صحيحة عن عبد الله بن عمر رضي الله عنه قال: "لم يكن يقص في زمان رسول الله صلى الله عليه وسلم ولا أبي بكر ولا عمر ولا عثمان إنما كانت القصص زمن الفتنة".
Diriwayatkan oleh Al-Imam Ibnu Hibban rahimahullah dalam kitab sohih nya, dari sahabat Abdullah ibnu Umar radhiyallahu anhuma berkata : " Dahulu dimasa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah dijumpai orang-orang yang pandai membual dan bercerita, demikian juga dimasa Kholifah Abu Bakar atau Umar atau Utsman radhiyallahu anhum, namun dijumpai para pembual dan tukang cerita tatkala terjadi fitnah ".
Yang dimaksud tukang cerita dan pembual adalah orang-orang yang memalsukan cerita dan menyebarkan fitnah fitnah yang tidak benar, sehingga para manusia mempercayai nya, dan mengakibatkan pemahaman dan perbuatan yang menyimpang.
Dan membekali diri dengan ilmu yang benar, hendaknya memperhatikan beberapa perkara berikut ini :
1. Mencari kebenaran dengan berpijak dari Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman Salafush Shalih.
2. Mencari kebenaran, akan menimbulkan banyak ijtihadat yang beraneka ragam yang menggiring kepada kecenderungan dan hawa nafsu, oleh karenanya, hendaknya kembali kepada pokok pokok yang shohih.
3. Seyogyanya mencermati fitnah dengan penuh kehati-hatian dengan timbangan yang syar’i dan tidak mudah untuk terbawa arus.
4. Manusia sangat cepat berinteraksi dengan fitnah, sehingga dibutuhkan untuk senantiasa iltizam terhadap kebenaran dan menjauhi fitnah sejauh-jauhnya, walaupun hal ini dirasakan sangat pahit.
Sebagai contoh peringatan Nabi Sallallahu alaihi wa sallam kepada para sahabat dari fitnah dajjal dengan peringatan yang sangat keras, sehingga para sahabat sangat takut jika dajjal muncul di masa mereka, dan Nabi Sallallahu alaihi wa sallam memperingatkan seolah-olah dajjal muncul waktu itu.
قال صلى الله عليه وسلم: «من سمع منكم بالدجال فلا يأته».
Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Barangsiapa yang diantara kalian mendengar berita kedatangan dajjal, maka janganlah mendekati nya ".
يقول الرسول صلى الله عليه وسلم: «فلا يزال به الأمر حتى يأتي إليه فإذا أتى إلى الدجال فتن به واتبعه».
Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : " Dan senantiasa dalam keadaan seperti ini, sehingga datang kepada nya, dan apabila memberanikan diri untuk datang kepada dajjal, maka ia terfitnah dan akhirnya mengikuti nya ".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar