Kamis, 02 Februari 2023

DAMPAK DOSA DAN MAKSIAT

DAMPAK DOSA DAN MAKSIAT 


Alhamdulillah, Was Sholatu was Salamu ala Rosulillah, wa ba'du;


Bertakwalah kalian kepada Allah Ta'ala dengan sebenar ketakwaan, sesungguhnya ketakwaan merupakan sebaik-baik kemuliaan yang kalian simpan dan kemuliaan yang agung dari apa yang kalian nampakkan, dan sebaik-baik pakaian yang dikenakan. 


Sesungguhnya kehidupan adalah hidupnya hati, seorang mukmin ia hidup dengan keimanan nya, sedangkan orang kafir adalah mayit walaupun ia hidup dikarenakan ia berpaling dari syariat Allah Ta'ala. 


Allah Ta'ala berfirman; 


أَمْوَٰتٌ غَيْرُ أَحْيَآءٍ ۖ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ ﴿٢١﴾


"(Berhala-berhala itu) benda mati, tidak hidup, dan berhala-berhala itu tidak mengetahui kapankah (penyembahnya) dibangkitkan." (Q.S.16:21)


Umur manusia berguna jika dimakmurkan dengan ketaatan kepada Allah Ta'ala, jika tidak maka tidak bermanfaat Umur panjang baginya. 


Seorang hamba jika berpaling dari ketaatan kepada Allah Ta'ala maka ia terjatuh didalam kemaksiatan dan ia akan kehilangan hari-hari dunianya dan yang tersisa adalah penyesalan yang tidak berguna. 


Allah Ta'ala berfirman; 


يَقُولُ يَٰلَيْتَنِى قَدَّمْتُ لِحَيَاتِى ﴿٢٤﴾


"Dia berkata, "Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini." (Q.S.89:24)


Sesungguhnya dosa dan maksiat sangat berbahaya bagi manusia dan hatinya, dampaknya sangat buruk bagi negeri dan kehidupan masyarakat yang akan mendatangkan keburukan dan bencana dan musibah yang besar, nikmat akan berganti menjadi adzab dan mengundang petaka dan kehancuran yang silih berganti, dengan kemaksiatan menjadikan segala urusan dan perkara terbelenggu dan terkunci kemudahan berganti dengan kesulitan, diharamkan rizki dari langit dan bumi, terangkatnya keberkahan, berubahnya kebaikan menjadi keburukan, pujian berganti dengan celaan dan cercaan pahala berganti menjadi dosa.


Sesungguhnya ketaatan kepada Allah Ta'ala merupakan benteng yang kokoh barangsiapa yang memasukinya ia mendapatkan jaminan rasa aman dan ketentraman, dan barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah Ta'ala akan menganti keamanan dengan ketakutan kerendahan dan kehinaan. 


Kemuliaan hanya diraih dan dicapai dengan keimanan dan ketaatan.


Allah Ta'ala berfirman; 


مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلْعِزَّةَ فَلِلَّهِ ٱلْعِزَّةُ جَمِيعًا ۚ  ﴿١٠﴾


"Barangsiapa menghendaki kemuliaan, maka (ketahuilah) kemuliaan itu semuanya milik Allah. " (Q.S.35:10)


Jiwa manusia akan mulia dan berderajat tinggi dengan ketaatan kepada Allah Ta'ala dan kemaksiatan mendatangkan kerendahan dan kehinaan, pelaku maksiat akan tertunduk dan terhina walaupun ia berpangkat dan berderajat. 


Allah Ta'ala berfirman; 


إِنَّ ٱلَّذِينَ يُحَآدُّونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓ أُو۟لَٰٓئِكَ فِى ٱلْأَذَلِّينَ ﴿٢٠﴾


"Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina. "

(Q.S.58:20)


Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda;


 وَجُعِلَ الذِّلَّةُ وَالصَّغَارُ عَلَى مَنْ خَالَفَ أَمْرِي.....


" Dan dijadikan kerendahan dan kehinaan bagi orang yang menyelisihi perintahku ".(HR. Ahmad)


Al Imam Al Hasan Al Basry rahimahullah berkata: " Allah Ta'ala enggan untuk memberikan kepada orang-orang yang bermaksiat kecuali kehinaan ".


Sesungguhnya dosa merupakan penyakit yang menjalar, kapan penyakit tersebut menguasai hati maka niscaya akan menjadikan dirinya binasa, dan merebaknya maksiat niscaya akan mendatangkan kebinasaan dan kehancuran bagi negri dan masyarakat. 


Sahabat mulia Abdullah Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu berkata; " Jika merebak perbuatan zina dan riba pada suatu negeri niscaya Allah Ta'ala mengumandangkan kehancuran dan petaka bagi mereka ".

 (HR. Ahmad)


Tiada keburukan dan kehancuran didunia yang lebih mengerikan yang disebabkan karena dosa dan maksiat. 


Allah Ta'ala berfirman; 


وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍ ﴿٣٠﴾


"Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)."

(Q.S.42:30)


Keburukan maksiat senantiasa menghantui dan mengikuti pelakunya sepanjang masa, sebagaimana iblis yang senantiasa terlaknat dan terbelenggu oleh dosa masa lalu. 


Allah Ta'ala berfirman; 


وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِىٓ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلدِّينِ ﴿٧٨﴾


"Dan sungguh, kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan." (Q.S.38:78)



Sebahagian orang mengira jika dosa tidak mendatangkan bencana secara seketika maka ia tidak menganggap nya sebagai dosa, ia lalai dan tertipu bahwa hukuman Allah Ta'ala akan datang secara tidak terkira walau pada masa akan datang tanpa kesadaran nya. 


Allah Ta'ala berfirman; 


 ۗ مَن يَعْمَلْ سُوٓءًا يُجْزَ بِهِۦ وَلَا يَجِدْ لَهُۥ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا ﴿١٢٣﴾


" Barangsiapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu, dan dia tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah." (Q.S.4:123)


Iblis dilaknat dan direndahkan derajat nya oleh Allah Ta'ala dikenakan enggan taat terhadap perintah Nya, Adam alaihi salam tersingkap aurat nya dan diturunkan ke bumi karena menerjang larangan Allah Ta'ala, seorang wanita yang rajin puasa dan sholat malam dicampakkan ke neraka dikarenakan memenjarakan tanpa makan dan minum pada seekor kucing peliharaan nya, dan seseorang yang sedang sombong akan derajat dan hartanya tiba-tiba Allah Ta'ala tenggelamkan dan benamkan kedalam bumi sepanjang masa ia merintih kesakitan dan merana. 


Maka takutlah dari melakukan dosa dan jangan pernah merasa aman dari hukuman Allah Ta'ala yang tertunda, dikarenakan merendahkan dosa dan menganggap kecil suatu kemaksiatan merupakan tanda kebinasaan dan kehancuran, setiap dosa yang diremehkan maka ketahuilah bahwa maksiat tersebut sangat besar dihadapan Allah Ta'ala Yang Maha Kuasa. 


Allah Ta'ala berfirman; 


 وَتَحْسَبُونَهُۥ هَيِّنًا وَهُوَ عِندَ ٱللَّهِ عَظِيمٌ ﴿١٥﴾


"Dan kamu menganggapnya sesuatu yang remeh, padahal dalam pandangan Allah itu suatu yang sangat besar." (Q.S.24:15)



Diriwayatkan dari sahabat mulia Sahal bin Sa’ad radiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda:


 إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ فَإِنَّمَا مَثَلُ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ كَقَوْمٍ نَزَلُوا فِي بَطْنِ وَادٍ، فَجَاءَ ذَا بِعُودٍ، وَجَاءَ ذَا بِعُودٍ حَتَّى أَنْضَجُوا خُبْزَتَهُمْ، وَإِنَّ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ مَتَى يُؤْخَذْ بِهَا صَاحِبُهَا تُهْلِكْهُ.


“Berhati-hatilah dari dosa-dosa yang dianggap remeh, karena permisalan dosa-dosa yang dianggap remeh ibarat sekelompok rombongan yang bersafar yang bermalam di suatu lembah, setiap orang mengumpulkan sebuah  kayu bakar, ini dengan kayu nya, itu dengan kayu nya, hingga mereka dapat memasak roti mereka. Sesungguhnya dosa-dosa yang dianggap remeh jika terhitung  keseluruhan nya dapat membinasakan pelakunya ” (HR. Ahmad)



Diriwayatkan oleh sahabat mulia Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan; 


إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُونَ أَعْمَالاً هِىَ أَدَقُّ فِى أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعَرِ ، إِنْ كُنَّا نَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – الْمُوبِقَاتِ


“Sesungguhnya kalian mengerjakan amalan (dosa) di hadapan mata kalian tipis seperti rambut, namun kami (para sahabat) yang hidup di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganggap dosa semacam itu seperti dosa besar.” (HR. Al-Bukhari)


Al Imam Muhammad bin Munkadir rahimahullah tatkala ajal menjemputnya beliau menangis, maka dikatakan kepada nya, apa yang menjadikan dirinya menangis? Maka ia berkata: " Aku tidak sedang menangisi dosa yang aku sadar melakukan nya, namun aku sedang menangis karena dosa yang aku tidak sadar melakukan nya sedangkan aku mengira itu dosa yang kecil namun ternyata dihadapan Allah Ta'ala itu merupakan dosa yang sangat besar ". 


Sesungguhnya jika suatu dosa dilakukan secara sembunyi dan tidak nampak dihadapan banyak orang, maka tidak akan mendatangkan keburukan kecuali hanya kepada pelakunya, namun jika dosa tersebut dilakukan secara terbuka terang-terangan dihadapan khalayak umum dan tidak ada upaya pengingkaran maka sungguh akan mendatangkan kehancuran dan petaka secara umum. 


Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda;


ما من قومٍ يُعملُ فيهم بالمعاصي ، هم أعزُّ و أكثرُ ممن يعملُه ، ثم لم يغيِّروه ، إلا عمَّهم اللهُ تعالى منه بعقابٍ


“Tidaklah suatu kaum berbuat maksiat, sementara di tengah-tengah mereka ada seorang yang lebih kuat dari mereka dan lebih disegani, namun orang yang lebih kuat dan disegani itu bersikap diam dan tidak mau mengubah kemaksiatan orang-orang tersebut, kecuali Allah akan meratakan siksa-Nya kepada mereka semua ". (HR. Ahmad)



Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda;


ما ظهرَ في قومٍ الزِّنا والرِّبا ؛ إلَّا أحلُّوا بأنفسِهِم عذابَ اللهِ .

Apabila perbuatan zina dan riba sudah terang-terangan di suatu negeri, maka penduduk negeri itu telah rela terhadap datangnya adzab Allah untuk diri mereka,“ (HR. Al Hakim)


Dosa akan menjadi besar dan berbahaya jika pelakunya menerjang dengan terang-terangan atau menganggap remeh atau berbangga atau menyebar luaskan dosa dan maksiat tersebut. 


Sebahagian manusia dengan sengaja mendatangkan kotak hitam(tv)  dirumahnya yang dapat merusak akidah muslim dan menyaksikan kemunkaran dan kemaksiatan dengan leluasa. 


Sebahagian manusia menebar benih-benih riba ke segala penjuru bahkan ke daerah pelosok yang penduduknya sangat jarang dengan menawarkan pinjaman dengan mengembalikan lebih banyak dari yang dipinjamkan, bahkan praktik riba telah masuk hingga dalam segala jenis transaksi di kota maupun desa. 


Sebahagian manusia menyebar luaskan praktik sihir dan perdukunan dengan menawarkan pengobatan, melariskan perdagangan, dan aneka ragam ramalan rizki, perjodohan, kesehatan, dan kesuksesan. 


Sebahagian manusia menjadi penggerak kemunkaran dengan membuka pintu ikhtilat, mensejajarkan antara pria dan wanita, menggalakkan lepas dari hijab, berdandan, bersolek, menampilkan aurat dengan dalih explorer seni dan budaya. 


Al Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata; " Dan jenis manusia semacam ini mereka tidak diampuni dosa-dosanya dan akan menutup pintu taubat dan menempuh jalan yang buntu ". 


Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda; 


كُلُّ أُمَّتِـي مُعَافًى إِلاَّ الْـمُجَاهِرِيْنَ وَإِنَّ مِنَ الْـمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحُ وَقَدْ سَتَرَهُ اللهُ فَيَقُولُ: يَا فُلاَنُ، عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا؛ وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللهِ عَنْهُ


“Seluruh umatku akan dimaafkan oleh Allah, kecuali orang-orang yang berbuat (maksiat) secara terang-terangan.

Di antara bentuk menampakkan maksiat adalah ketika seseorang melakukan dosa di malam hari, dan Allah telah menutupinya. Namun, pagi harinya ia berkata kepada para manusia, "Wahai Fulan! Semalam aku telah melakukan dosa ini dan itu". 

Sungguh, pada malam itu Rabbnya telah menutupi aibnya, namun di pagi hari ia justru membeberkan sendiri apa yang telah Allah subhanahu wa ta’ala tutupi.” (HR. Al-Bukhari)


Sesungguhnya dosa bukan sebatas menerjang larangan saja, namun ketika seseorang meninggalkan kewajiban yang telah dibebankan, maka perbuatan tersebut adalah dosa. 


Seperti meninggalkan kewajiban sholat, puasa, zakat, haji dan sebagainya, demikian juga meninggalkan berdakwah dan amar ma'ruf dan nahi mungkar seperti seorang ayah yang tidak peduli dengan kehidupan anak dan istri nya secara nafkah, pendidikan, ibadah dan tarbiyah. 


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menerangkan, " Dan sungguh kebanyakan orang-orang yang bodoh mengira bahwa ber-istigfar hanya dilakukan oleh hamba tatkala menerjang larangan muharrom saja, bukan tatkala meninggalkan suatu kewajiban ". 


Sebagaimana dikatakan, barang siapa yang tidak mengerjakan dan melangkah menuju kewajiban atau ketaatan maka niscaya ia mundur dan terjatuh dalam dosa dan keburukan. 


Allah Ta'ala berfirman; 


لِمَن شَآءَ مِنكُمْ أَن يَتَقَدَّمَ أَوْ يَتَأَخَّرَ ﴿٣٧﴾


"(Yaitu) bagi siapa di antara kamu yang ingin maju atau mundur." (Q.S.74:37)



Jika suatu negeri dipenuhi pelaku dosa dan maksiat serta kedholiman, maka saat itulah adzab dari Allah Ta'ala segera turun. 


Allah Ta'ala berfirman; 


وَكَمْ قَصَمْنَا مِن قَرْيَةٍ كَانَتْ ظَالِمَةً وَأَنشَأْنَا بَعْدَهَا قَوْمًا ءَاخَرِينَ ﴿١١﴾  فَلَمَّآ أَحَسُّوا۟ بَأْسَنَآ إِذَا هُم مِّنْهَا يَرْكُضُونَ ﴿١٢﴾  لَا تَرْكُضُوا۟ وَٱرْجِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَآ أُتْرِفْتُمْ فِيهِ وَمَسَٰكِنِكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْـَٔلُونَ ﴿١٣﴾  قَالُوا۟ يَٰوَيْلَنَآ إِنَّا كُنَّا ظَٰلِمِينَ ﴿١٤﴾ فَمَا زَالَت تِّلْكَ دَعْوَىٰهُمْ حَتَّىٰ جَعَلْنَٰهُمْ حَصِيدًا خَٰمِدِينَ ﴿١٥﴾



"Dan berapa banyak (penduduk) negeri yang zalim yang telah Kami binasakan, dan Kami jadikan generasi yang lain setelah mereka itu (sebagai penggantinya)."

" Maka ketika mereka merasakan azab Kami, tiba-tiba mereka melarikan diri dari (negerinya) itu."

"Janganlah kamu lari tergesa-gesa; kembalilah kamu kepada kesenangan hidupmu dan tempat-tempat kediamanmu (yang baik), agar kamu dapat ditanya."

" Mereka berkata, "Betapa celaka kami, sungguh, kami orang-orang yang zalim."

" Maka demikianlah keluhan mereka berkepanjangan, sehingga mereka Kami jadikan sebagai tanaman yang telah dituai, yang tidak dapat hidup lagi." (Q.S.21:11-15)


Allah Ta'ala berfirman; 


وَكَذَٰلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَآ أَخَذَ ٱلْقُرَىٰ وَهِىَ ظَٰلِمَةٌ ۚ إِنَّ أَخْذَهُۥٓ أَلِيمٌ شَدِيدٌ ﴿١٠٢﴾


"Dan begitulah siksa Tuhanmu apabila Dia menyiksa (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zalim. Sungguh, siksa-Nya sangat pedih, sangat berat." (Q.S.11:102)



وعَنِ أَبِى قَتَادَةَ بْنِ رِبْعِىٍّ الأَنْصَارِىِّ أَنَّهُ كَانَ يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرَّ عَلَيْهِ بِجِنَازَةٍ فَقَالَ : مُسْتَرِيحٌ ، وَمُسْتَرَاحٌ مِنْهُ . قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْمُسْتَرِيحُ وَالْمُسْتَرَاحُ مِنْهُ قَالَ: الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ ، وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلاَدُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ


Dari Abu Qatadah bin Rib’i al-Anshâri radhiyallahuanhu, dia menceritakan bahwa ada jenazah yang dipikul melewati Rasûlullâh Shallallahu alaihiwasallam, maka beliau bersabda, “Orang yang beristirahat, dan orang yang diistirahatkan darinya”. 

Mereka para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah maksud orang yang beristirahat, dan orang yang diistirahatkan darinya?”

Beliau menjawab, “Seorang hamba yang Mukmin beristirahat dari kepayahan dan gangguan dunia menuju rahmat Allâh. Sedangkan hamba yang fajir yang jahat berlumuran dosa maka seluruh manusia, bumi, pepohonan, dan binatang, beristirahat dari keburukan nya”. (HR. Al Bukhari dan Muslim)


Allah Ta'ala berfirman;


وَذَرُوا۟ ظَٰهِرَ ٱلْإِثْمِ وَبَاطِنَهُۥٓ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَكْسِبُونَ ٱلْإِثْمَ سَيُجْزَوْنَ بِمَا كَانُوا۟ يَقْتَرِفُونَ ﴿١٢٠﴾


"Dan tinggalkanlah dosa yang terlihat ataupun yang tersembunyi. Sungguh, orang-orang yang mengerjakan (perbuatan) dosa kelak akan diberi balasan sesuai dengan apa yang mereka kerjakan."

(Q.S.6:120)




Sesungguhnya bentuk tertipunya seorang hamba adalah terus menerus bergelimang dengan dosa dan maksiat dengan berbesar harapan atas ampunan Allah Ta'ala tanpa ada penyesalan dan berhenti dari dosa, ia merasa dekat dengan Allah Ta'ala walaupun menerjang banyak dosa, mengharapkan buah surga dengan menanam perbuatan kemaksiatan dan keburukan di neraka. 


Ketahuilah bahwa berusaha sekuat tenaga menghindari dosa dan maksiat merupakan bentuk pengagungan terhadap larangan, namun sebagian manusia bersandar dengan rahmat dan ampunan Allah Ta'ala tanpa melakukan amal, ia menelanartarkan perintah perintah Nya dan lupa bahwa Ia adalah Dzat Yang Maha Keras Siksa-Nya dan adzab Nya tidak akan jauh dari pelaku pelaku dosa. 


Maka hendaklah orang-orang yang sentiasa bermaksiat sadar sebelum melakukan kemaksiatan bahwa bersabar menahan kemaksiatan lebih ringan dan mudah daripada bersabar atas dampak buruk dari suatu kemaksiatan, dikarenakan dosa memiliki dampak buruk yang berupa adzab dan siksaan, atau menghilangkan suatu nikmat yang sangat berharga, atau tercabut nya karunia dan limpahan rahmat yang lebih besar daripada sekadar syahwat yang ia dapatkan. 


Maka berlarilah menggengam agama dan  menjauh dari fitnah, pegang eratlah dengan Al Qur'an dan As Sunnah dan bergabunglah bersama orang-orang yang saleh dan hindari teman buruk dan pelaku maksiat, jangan pernah terlena dengan dosa dan harapan kosong, bangkit dan lawanlah godaan dan tipudaya syetan yang terkutuk, dan berusahalah untuk senantiasa memperbaiki keluarga dan masyarakat sekitar dengan mengajak kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran dan jangan berputus asa tatkala mereka bergelimang dengan dosa, sesungguhnya fitrah suatu jiwa mencintai kebaikan dan benci keburukan, dan sabar dan bersabar dalam berdakwah dan membimbing manusia menuju jalan kebenaran. 


Allah Ta'ala berfirman; 


وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ ٱلْقُرَىٰ بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ ﴿١١٧﴾وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ ٱلنَّاسَ أُمَّةً وَٰحِدَةً ۖ وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ ﴿١١٨﴾  إِلَّا مَن رَّحِمَ رَبُّكَ ۚ وَلِذَٰلِكَ خَلَقَهُمْ ۗ وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ لَأَمْلَأَنَّ جَهَنَّمَ مِنَ ٱلْجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ أَجْمَعِينَ ﴿١١٩﴾



"Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, selama penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan."

"Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat),"

"kecuali orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat (keputusan) Tuhanmu telah tetap, "Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya." (Q.S.11:117-119)

📓📓📘📘📔📔