Kamis, 11 Agustus 2016

DAMPAK NEGATIF DARI GAYA HIDUP BERLEBIH-LEBIHAN

Makkah, 02 Dzul Qa’dah 1437 H.
05 Agustus 2016 M.

*KHUTBAH JUM’AT*
*OLEH: DR. SHALIH BIN ABDULLAH BIN HUMAID*

*Dampak Negatif dari Gaya Hidup Berlebih-Lebihan*

Dalam kesempatan Jum’at kali ini, Syaikh Shalih bin Abdullah bin Humaid menyampaikan khutbah dengan judul “Dampak Negatif dari Gaya Hidup Berlebih-lebihan”. Dalam khutbahnya, Syaikh Shalih bin Abdullah bin Humaid membahas tentang gaya hidup berlebih-lebihan dan hukumnya dalam syariat serta akibat yang timbul ketika seorang muslim berlebih-lebihan dalam hal makanan, minuman, pakaian, dan lain sebagainya sembari mengemukakan dalil Al Qur`an, Sunnah, serta pendapat ulama salaf.   

Khutbah Pertama :

*الْحَمْدُ ِللهِ، الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي خَلَقَ الْخَلْقَ وَبَرَأَ، وَأَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ وَذَرَا، ﴿لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرَى﴾ [طه: 6]، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ، وَأَتُوْبُ إَلَيْهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ، عَلَى نِعَمٍ تَتَكَاثَرُ، وَآلاَءٍ تَتْرَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةَ الْحَقِّ وَالْيَقِيْنِ وَالإِخْلاَصِ، بِلاَ شَكٍّ وَلاَ امْتِرَاءٍ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، الْمَبْعُوْثُ مِنْ أُمِّ الْقُرَى، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ، وَأَصْحَابِهِ الْغُرِّ الْمَيَامِيْنِ، وَأَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، خَيْرِ الْقُرُوْنِ وَسَادَةِ الْوَرَى، وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا مَا صُبْحٌ أَقْبَلَ، وَلَيْلٌ سَرَى، أَمَّا بَعْدُ:* 

*فَأُوْصِيْكُمْ -أَيُّهَا النَّاسُ- وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوْا اللهَ -رحمكم الله-، فَالْمِيْزَانُ عِنْدَ اللهِ التَّقْوَى، وَلَيْسَ الأَغْنَى وَلَيْسَ الأَقْوَى.*   

Al Hamdulillah. Segala puji hanya bagi Allah yang menjadikan dan menciptakan makhluk, membaguskan semua ciptaan-Nya serta memperbanyak jumlahnya. _“Kepunyaan-Nya semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya, dan semua yang di bawah tanah.”_ (Qs. Thaahaa [20]: 6) Aku memuji Allah Yang Maha Suci, bersyukur, bertobat, dan memohon ampun dari-Nya atas limpahan nikmat dan anugerah yang tak berhitung banyaknya. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata tiada sekutu bagi-Nya kesaksian yang didasarkan pada kebenaran, keyakinan, keikhlasan, dan tanpa keraguan sedikit pun. Aku juga bersaksi bahwa Junjungan dan Nabi kita, Muhammad, adalah hamba dan utusan-Nya, yang diutus dari Ummul Qura (Makkah). Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat, salam, dan keberkahan  kepada beliau, keluarga beliau yang baik lagi suci, istri-istri beliau Ummahatul Mukminin, dan para sahabat yang memancarkan kemilau cahaya, generasi terbaik dan pemimpin umat manusia, juga tabiin dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan. Tak lupa pula salam penghormatan yang tak terhitung banyaknya tercurah kepada beliau selama pagi dan malam silih berganti. Amma ba’d: 

Saudara-saudaraku! 
Aku berwasiat kepada Anda dan diriku untuk bertakwa kepada Allah, maka bertakwalah kepada Allah —semoga Allah merahmati Anda—. Sebab, timbangan amal di sisi Allah adalah ketakwaan seseorang, bukan siapa yang paling kaya dan siapa yang paling kuat. 

Para hamba Allah! 
Perhatikan kedudukan Anda di mata Allah dan bukan di mata manusia. Berapa banyak orang tersohor di muka bumi tak dikenal di langit, dan berapa banyak orang yang tak dikenal di bumi tersohor di langit! 

Allah  menyembunyikan diterimanya amal perbuatan, agar manusia senantiasa merasa khawatir. Dia juga membiarkan pintu tobat tetap terbuka agar hamba senantiasa berharap, dan menjadikan akhir hidup sebagai tolok ukur agar seorang hamba tidak teperdaya dengan amalnya. 

Allah  berfirman, 

*﴿قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لاَ تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ  إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53) وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لاَ تُنصَرُونَ (54) وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنتُمْ لاَ تَشْعُرُونَ﴾* [الزمر: ٥٣ – ٥٥]  

_“Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang adzab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi), serta ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang adzab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya.”_ (Qs. Az-Zumar [39]: 53-55) 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Allah  menjadikan kehidupan manusia tak lepas dari peran harta, agar kehidupan tetap berjalan, menjadi lebih sempurna, mulia, bahagia, berilmu, sehat, kuat, lapang, dan unggul. Allah  juga menjadikan harta sebagai penopang kehidupan manusia, sebagaimana ditegaskan Allah  dalam firman-Nya, 

*﴿وَلَا تُؤْتُوا السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا﴾* [النساء: ٥]  

_“Dan janganlah kamu serahkan harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya.”_ (Qs. An-Nisaa` [4]: 5)  

Maksudnya bahwa harta berfungsi sebagai penopang kehidupan manusia dan digunakan untuk kemaslahatan yang bersifat umum serta khusus. 

Selain itu, Allah  juga menggambarkan harta sebagai perhiasan dunia dalam firman-Nya, 

*﴿الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا﴾* [الكهف: ٤٦]  

_“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.”_ (Qs. Al Kahfi [18]: 46) 

Dalam Islam, perlindungan terhadap harta merupakan kebutuhan darurat, agar kelangsungan hidup beragama dan kehidupan dunia tetap berjalan dengan baik. 

Berkenaan dengan hal ini, Al Hafizh Ibnul Qayyim  berkata, “Perlu diketahui bahwa Allah  menciptakan harta sebagai penopang kehidupan manusia, dan memerintahkan kita agar menjaganya serta tidak menyerahkan harta kepada pria, wanita, anak-anak, dan orang lain yang tidak memiliki kemampuan menggunakannya dengan baik.” 

Salah seorang ulama salaf berkata, “Kemuliaan tak akan diraih tanpa usaha, dan usaha tidak bisa dilakukan tanpa harta.” 

Maka dari itulah Umar  berkata, “Ketidakmampuan dalam hidup lebih aku takutkan daripada kepapahan. Sesuatu tidak akan berkurang ketika individu baik, dan sesuatu bisa berkurang lantaran individu rusak.” 

Syariat tidak melarang kita mencari, mengelola, dan menjaga harta, bahkan syariat sangat menganjurkan hal tersebut. Yang dilarang syariat adalah cara-cara terlarang dalam mencari nafkah. 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Satu umat akan menjadi besar dan maju dalam kejayaan dan kekuatan karena beberapa hal, yang paling utama adalah: kemampuan mengelola harta dengan baik, sederhana dalam hidup, dan tidak berlebih-lebih dalam belanja. Satu umat tidak akan unggul karena jamuan makanan yang beraneka ragam yang disajikan, tetapi satu umat akan unggul jika kaum prianya berbadan sehat, memiliki tekad yang kuat, mata hati yang terang, obsesi yang tinggi, dan cita-cita yang besar.  

Terlalu memanjakan diri dengan makanan lezat dan terjebak dalam kemilau dunia lebih rendah derajatnya dari kondisi negatif yang dialami sebagian generasi muda masa kini. 

Saudara-saudaraku tercinta! 
Gaya hidup boros dan berlebih-lebihan hanya berujung pada kemiskinan dan krisis. Orang yang berlaku boros biasanya membelanjakan hartanya untuk memuaskan syahwatnya dan menuruti keinginannya. Berapa banyak rumah tangga yang dibangun oleh orang tua yang mampu secara ekonomi dan membelanjakan hartanya secara tepat, namun melahirkan generasi penerus yang berlaku boros. Mereka menumpahkan syahwat sepuasnya, hingga rumah mereka pun rubuh dan kekayaan mereka habis. Itulah konsekuensi logis dari gaya hidup berlebih-lebihan dan akhir yang tragis bagi orang-orang yang dirusak oleh hartanya. 

Suka memanjakan diri dengan kesenangan hidup dan syahwat hanya menguatkan jiwa untuk menggapai dunia, menghilangkan semangat rela berkorban, memberi, memuliakan diri, dan bercita-cita tinggi. Ketika jiwa berlaku boros maka obsesi yang dimilikinya pun menurun, karena kesenangan dunia mengalihkan dirinya untuk fokus, serius, berkarya, dan berinovasi. 

Seperti yang diketahui bersama, bahwa kematangan, kecerdasan, dan prestasi hanya bisa diraih dengan kemampuan mengatasi hal-hal yang tidak disukai, bekerja keras, dan mengambil resiko. Sementara orang yang boros dan berlebih-lebihan biasanya memiliki semangat juang yang lemah dan tidak memiliki visi hidup. Siapa pun yang menyandingkan keinginannya dengan obsesi besar dan berusaha untuk menggapainya, maka dia harus menjauhkan diri segala bentuk perbuatan sia-sia dan kesenangan. Sebab, harapan tak akan terwujud jika kesenangan semu tidak dihindari.

Orang-orang yang suka mengenyangkan dirinya dan sibuk mencari ragam masakan serta kesenangan lainnya tak layak untuk melakukan perbuatan mulia dan semangat mereka tidak akan menggerakkan mereka untuk melakukan perbuatan mulia dan pengorbanan. 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Gaya hidup berlebih-lebihan menyebabkan jiwa berani melakukan kedurhakaan dan kezhaliman. Sebab, yang menjadi obsesinya hanyalah memuaskan syahwat pribadi, tanpa memedulikan apa yang diambil, apakah dengan cara syar’i atau tidak. Oleh sebab itu, dia mengambil milik orang lain dengan berbagai cara dan menggunakan sarana yang tidak jelas kehalalannya. Ketika seorang hamba yang larut dalam kesenangan maka sikap amanahnya melemah, sebab menuruti syahwat menurutnya adalah sebuah keharusan, dan kegemaran terhadap hal-hal yang menyenangkan menurutnya adalah hal yang biasa. 

Gaya hidup berlebih-lebihan biasanya mendorong seseorang untuk menahan diri melakukan kebajikan dan kebaikan. Kenikmatan yang dirasakannya menyihir hatinya, sehingga cita-cita dan tekadnya hanya sebatas memuaskan keinginan pribadi dalam hal makanan, pakaian, kendaraan, dan perabotan. Orang yang berlebih-lebihan biasanya enggan mengulurkan tangan, sedangkan orang yang dermawan biasanya mau mengulurkan tangan kepada orang lain yang membutuhkan bantuan, baik kaum fakir miskin, yang tertimpa musibah atau pun yang terusir dari kampung halamannya, karena mencari keridhaan Allah, merasa memiliki tanggungg jawab sosial, serta mengakui karunia dan nikmat Allah. Hal itu pun diikuti dengan perilaku positif berupa etika yang baik, menjaga hak persaudaraan, dan empati. 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Gaya hidup berlebih-lebihan sangat mengancam harta. Pepatah mengatakan, bahwa siapa yang mampu menjaga hartanya maka dia telah menjaga dua hal, yaitu agama dan kehormatan. 

Ketika Bisyir bin Al Harits mendapat berita bahwa ada satu keluarga yang membelanjakan harta warisan keluarganya secara berlebihan, maka dia pun menasihati mereka, “Kalian sebaiknya berlaku baik dan tidak boros dalam membelanjakan harta. Sungguh, jika kalian tidur di malam hari dalam keadaan lapar tapi masih memiliki harta, maka itu lebih aku sukai daripada kalian tidur dalam kondisi kenyang namun tidak memiliki harta.” 

Abu Ad-Darda`  juga berkata, “Salah satu tanda kecerdasan seseorang adalah, tidak boros dalam membelanjakan hartanya.” 

Ketika manusia sudah merasa cukup dan kaya, maka dia cenderung melampaui batas, sebagaimana ditegaskan Allah  dalam firman-Nya, 

*﴿وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَٰكِن يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ  إِنَّهُ بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ﴾* [الشورى: ٢٧]  

_“Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat.”_ (Qs. Asy-Syuuraa [42]: 27) 

*﴿كَلَّا إِنَّ الْإِنسَانَ لَيَطْغَى (6) أَن رَّآهُ اسْتَغْنَى﴾* [العلق: ٦–٧]  

_“Ketahuilah, bahwa manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.”_ (Qs. Al Alaq [96]: 6-7) 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Gaya hidup boros di zaman ini muncul dalam bentuk yang tidak sepatutnya. Orang yang memiliki kecukupan harta berlaku boros dan orang yang tidak punya berlaku boros dengan berhutang untuk memenuhi kebutuhan mewah yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Inilah salah satu bentuk paham materialisme yang menjadi fenomena di zaman ini. Yang diketahuinya hanya sebatas memenuhi keinginan, syahwat, dan hal-hal yang melalaikan. 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Gaya hidup berlebih-lebihan juga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Al Miqdad bin Ma’dikarib , dia berkata: Rasulullah  bersabda, 

*مَا مَلَأَ ابْنُ آدَمَ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنِهِ، بِحَسْبُ ابْنِ آدَمَ لُقَيْمَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لاَ مُحَالَةَ، فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ، وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ، وَثَلُثٌ لِنَفَسِهِ.*    

_“Tidak ada tempat paling buruk yang diisi penuh oleh anak Adam (manusia) daripada perutnya. Anak Adam cukup mengisi perutnya dengan beberapa suapan yang berguna untuk menegakkan tulang sulbinya. Jika itu tidak bisa dilakukan, maka sediakankanlah sepertiga ruang perut untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk napasnya.”_ (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasa`i, dan Ibnu Majah)

Setelah meriwayatkan hadits ini At-Tirmidzi berkomentar, “Hadits _hasan_.” 

Makan berlebihan, mengisi perut hingga kenyang, dan menuruti syahwat pribadi menyebabkan kesehatan jiwa dan tubuh terganggu, harta dihambur-hamburkan, dan semangat beraktivitas menurun. Orang beriman biasanya menyantap makanan sesuai etika yang dibuat syariat, maka dia menyantap makanan yang diperlukan tubuhnya. Sedangkan yang tidak beriman biasanya menyantap makanan sesuai keingingan syahwat dan nafsunya, sehingga dia melahap semua yang ada melebihi kapasitas kebutuhan tubuhnya. Dengan menjaga atau membatasi asupan makanan yang dikonsumsi, maka kesehatan pun terjaga dan harta tidak dihambur-hamburkan. 

Salah satu nasihat yang diberikan ulama dalam hal ini adalah, yang dikemukakan oleh Ibnu Hubairah , dia berkata, “Seorang muslim tidak sepantasnya mengonsumsi makanan dan minuman melebihi kebutuhan yang diperlukan. Sebab, nutrisi yang tersedia adalah nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuhnya dan orang lain. Pembagian porsi asupan tubuh hanya bisa diukur dengan standar kebutuhan yang diperlukan seseorang. Apabila seseorang mengambil jatah yang menjadi bagian dirinya dan orang lain melebihi kapasitas yang dibutuhkan, maka dia telah berbuat zhalim kepada orang lain.” 

Para ulama juga berkata, “Menyediakan makanan melebihi kebutuhan adalah sikap berlebih-lebihan. Menyajikan beragam makanan untuk disantap sendiri pun merupakan sikap berlebih-lebihan.” 

Imam Ahmad  berkata, “Seseorang akan makan dengan suasana hati bahagia ketika dia bisa makan bersama saudara-saudaranya yang lain, ketika dia mampu berbagi dengan kaum fakir, ketika dia bisa menjaga etika dengan orang lain di seluruh dunia, serta ketika dia bisa belajar, meneladani, dan beretika bersama ulama.”  

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Penduduk dunia saat ini cenderung berlebih-lebihan dalam mengonsumsi sesuatu. Bahkan, ada sebagian orang yang pandangan dan mata hatinya tak jauh dari tanah dan apa yang mirip dengan tanah, melahap semua yang ada dihadapannya lantaran ikut-ikutan dengan gaya hidup konsumtif atau bisa juga diistilahkan dengan kebodohan dalam mengonsumsi. 

Gaya hidup berlebih-lebihan ditunjukkan dalam hal berpakaian, berhias, dan mengikuti trend terbaru dengan menghabiskan sejumlah besar uang, mengunakan cara-cara yang tidak benar, dan tingkah laku yang tidak baik. Gaya hidup berlebih-lebihan juga ditunjukkan dalam perayaan yang mengungkapkan kegembiraan dengan memasang standar mahar yang terlalu besar, biaya hidup yang membebani, acara yang terlalu mewah, dan makanan yang melimpah. Mirisnya, sisa makanan yang disediakan biasanya dibuang ke tong sampah. Semoga Allah  melindungi kita dari perbuatan kufur nikmat seperti ini. 

Gaya hidup berlebih-lebihan juga ditunjukkan ketika melakukan perjalanan dan memakan biaya yang besar. Apalagi jika perjalanan yang dilakukan termasuk yang diharamkan, sehingga bala demi bala pun terkumpul menjadi satu. Sikap berlebih-lebihan juga ditunjukkan dalam penggunaan air dan listrik untuk memenuhi kebutuhan penerangan, pendingin ruangan, dan lain sebagainya. Padahal, air adalah material yang paling murah dan paling dibutuhkan, namun digunakan secara serampangan tanpa perhitungan. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Allah  dalam menggunakan nikmat-Nya. 

Jika gaya hidup berlebih-lebihan yang dilakukan oleh individu tidak bisa diterima, maka ini pun berlaku pada kelompok, organisasi, lembaga, perusahaan, dan negara. Sebab, perilaku seperti ini menimbulkan dampak negatif yang sangat besar dan ancaman serius terhadap perekonomian dan kekayaan negara, karena bisa menyebabkan kerugian dan kebangkrutan. Ujung dari gaya hidup berlebih-lebihan hanyalah kerugian dan penyesalan, sementara Allah  telah mengingatkan kita dalam firman-Nya, 

*﴿وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلاَ تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَّحْسُورًا﴾* [الإسراء: ٢٩]  

_“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu di lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya sehingga kamu menjadi tercela dan menyesal.”_ (Qs. Al Israa` [17]: 29) 

Para hamba Allah! 
Islam mengajarkan pemeluknya untuk tidak berlebihan dalam segala hal, namun itu tidak berarti kita bersikap abai. Tujuannya adalah, agar umat manusia tidak menjadi budak harta. Apalagi sikap meremehkan hal-hal kecil bisa menyebabkan kita meremehkan hal-hal besar, sehingga terpuruk di dunia dan menuai dosa di akhirat. 

Allah  berfirman, 

*﴿فَلَوْلَا كَانَ مِنَ الْقُرُونِ مِن قَبْلِكُمْ أُولُو بَقِيَّةٍ يَنْهَوْنَ عَنْ الْفَسَادِ فِي الْأَرْضِ إِلاَّ قَلِيلًا مِّمَّنْ أَنجَيْنَا مِنْهُمْ وَاتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا مَا أُتْرِفُوا فِيهِ وَكَانُوا مُجْرِمِينَ (116) وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ﴾* [هود: ١١٦ – ١١٧]   

_“Mengapa tidak ada orang-orang yang mempunyai keutamaan dari umat-umat sebelum kamu yang melarang (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, sedangkan orang-orang yang zhalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa. Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zhalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.”_ (Qs. Huud [11]: 116-117)  

*نَفَعَنِيَ اللهُ وَإِيَّاكُمْ بِكِتَابِهِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ وَخَطِيْئَةٍ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.*  

Semoga Allah memberikan manfaat kepada aku dan Anda dengan Kitab-Nya dan Sunnah Nabi-Nya . Aku cukupkan khutbahku sampai di sini. Aku memohon ampun kepada Allah untuk diriku, Anda, dan seluruh kaum muslimin dari semua dosa dan kesalahan, sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Khutbah Kedua :

*الْحَمْدُ ِللهِ، الْحَمْدُ ِللهِ طَاعَتُهُ أَفْضَلُ مُكْتَسَبٍ، وَتَقْوَاهُ أَعْلَى نَسَبٍ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ، لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَى، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا سَلَبَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شَهَادَةً أَرْجُو بِهَا النَّجَاةَ، يَوْمَ الشَّدَائِدِ وَالْكُرَبِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ، النَّبِيُّ الْمُنْتَجَبُ، وَالرَّسُوْلُ الْمُنْتَخَبِ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ، وَعَلَى أَصْحَابِهِ حَازُوْا أَعْلَى الْمَقَامَاتِ وَعَالِيَ الرُتَبِ، وَالتّابِعِيْنَ وَمَنْ تبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا مَزِيْدًا، مَا أَضَاءَ شِهَابٌ وَنَجْمٌ غَرَبَ، أَمَّا بَعْدُ:*  

Al Hamdulillah. Segala puji hanya bagi Allah. Taat kepada-Nya adalah pencapaian yang paling utama dan takwa kepada-Nya adalah prestasi yang paling tinggi. Aku memuji Allah Yang Maha Suci dan bersyukur kepada-Nya. Tak ada yang mampu menghalangi apa yang Dia berikan dan tak ada yang mampu memberi apa yang Dia ambil. Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata tiada sekutu bagi-Nya kesaksian yang dengannya aku mengharapkan keselamatan pada Hari Kiamat. Aku juga bersaksi bahwa Junjungan dan Nabi kita, Muhammad, adalah hamba dan utusan-Nya, Nabi yang mulia dan Rasul pilihan. Semoga Allah melimpahkan shalawat, salam, dan keberkahan kepada beliau, para sahabat yang berhasil meraih kedudukan tertinggi dan pangkat terhormat, tabiin, dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan. Tak lupa pula salam penghormatan yang sebanyak-banyaknya tercurah kepada beliau selama cahaya bersinar dan bintang terbenam di ufuk Barat. Amma ba’d: 

Saudara-saudaraku kaum muslimin! 
Para ahli sepakat bahwa tubuh memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi dan jika kebutuhan tersebut tidak dipenuhi dengan baik, maka kesehatan tubuh pun terganggu. Perilaku tercela dan dimurkai adalah jalan hidup yang dipilih oleh orang-orang yang berlebih-lebihan. Gaya hidup yang tidak berlebih-lebihan dalam berpakaian dan menikmati kesenangan tanpa melampaui batas ditegaskan dalam firman Allah ,  

*﴿يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلاَ تُسْرِفُوا  إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ﴾* [الأعراف: ٣١]  

_“Hai anak Adam, kenakanlah pakaianmu yang indah setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, serta janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”_ (Qs. Al A’raaf [7]: 31) 

*﴿قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ  قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ﴾* [الأعراف: ٣٢]   

_“Katakanlah, ‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?’ Katakanlah, ‘Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman di kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di Hari Kiamat’. Demikian Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.”_ (Qs. Al A’raaf [7]: 32) 

Gaya hidup sederhana dan tidak berlebih-lebihan adalah gaya hidup yang dipilih oleh hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih, sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah , 

*﴿وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا﴾* [الفرقان: ٦٧]   

_“Orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, serta (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara demikian itu.”_ (Qs. Al Furqaan [25]: 67) 

Mengambil harta milik orang lain, menggunakan harta tidak pada tempatnya, menjadi budak harta, dikendalikan oleh harta, serta disibukkan oleh harta hingga melalaikan dirinya untuk memenuhi hak Allah, Akhirat, keluarga dan saudara-saudaranya adalah perbuatan tercela. Ketika mereka mengatakan, tak ada kebaikan yang bisa ditemukan dalam gaya hidup berlebih-lebihan, maka mereka pun mengatakan, tak ada gaya hidup berlebih-lebihan dalam kebaikan. 

Sufyan bin Uyainah  berkata, “Membelanjakan harta yang tidak ditujukan untuk taat kepada Allah, adalah sikap berlebih-lebihan, meskipun yang dibelanjakan itu jumlahnya kecil.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah  berkata, “Berlebih-lebihan dalam hal-hal yang mubah adalah perbuatan melanggar batas dan termasuk perilaku memusuhi yang terlarang. Sedangkan meninggalkan sikap berlebih-lebihan termasuk sikap zuhud yang dibolehkan.” 

Bahkan ada yang mengatakan, bahwa harta yang dibelanjakan untuk sesuatu yang patut dan melebihi batas yang sepatutnya adalah sikap berlebih-lebihan yang tak ada baiknya. Sungguh celaka hamba yang dibuat pongah oleh nikmat dan harta, hingga berlaku durhaka dan larut dalam syahwat. 

Maka dari itu, bertakwalah kepada Allah —semoga Allah merahmati Anda— dan sadarlah bahwa media dengan semua sarana dan propagandanya memiliki tugas dan tanggung jawab besar untuk memberikan arahan, penyuluhan, rangsangan, dan ancaman. Iklan dan gaya hidup konsumtif yang tidak terarah memegang peran yang sangat besar dalam hal ini, sehingga harus dikontrol, ditata, serta diberdayakan guna membantu masyarakat menjaga kesehatan tubuh dan harta mereka. 

*هَذَا، صَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى الرَّحْمَةِ الْمُهْدَاةِ، وَالنِّعْمَةِ الْمُسْدَاةِ: نَبِيِّكُمْ مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ، فَقَدْ أَمَرَكُمْ بِذَلِكَ رَبُّكُمْ، فَقَالَ عَزَّ قَائِلاً عِلِيْمًا: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ [الأحزاب: ٥٦]* 

Demikianlah! Bacalah shalawat dan salam kepada rahmat yang diberi hidayah dan nikmat yang dianugerahkan, yaitu Nabi Anda, Muhammad Rasulullah, sebab Tuhan Anda telah memerintahkan Anda melakukan hal tersebut. Dia Yang Maha Mulia ucapan-Nya lagi Maha Mengetahui berfirman,  _“Sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”_ (Qs. Al Ahzaab [33]: 56) 

*اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ نَبِيِّنَا مُحَمدٍ، النَّبِيِّ الأُمِّيِّ الْحَبِيْبِ الْمُصْطَفَى، وَالنَّبِيِّ الْمُجْتَبَى، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ، وَعَلَى أَزْوَاجِهِ أُمُّهَاتِ الْمُؤْمِنِيْنَ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ اْلأَرْبَعَةِ الرَّاشِدِيْنَ: أَبِي بَكْرٍ، وَعُمَرَ، وَعُثْمَانَ، وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِعَفْوِكَ وَجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ، يَا أَكْرَمَ اْلأَكْرَمِيْنَ.* 

Ya Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan keberkahan kepada hamba dan utusan-Mu, Nabi kita Muhammad, Nabi yang Ummi, kekasih terbaik dan Nabi terpilih, juga kepada keluarga beliau yang baik lagi suci, istri-istri beliau Ummahatul Mukminin, sebagaimana shalawat yang Engkau berikan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, ridhailah keempat Khulafaurrasyidin, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Ridhai pula seluruh sahabat, tabiin, dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan hingga Hari Kiamat. Ridhai juga kami bersama mereka dengan ampunan, kedermawanan, kemuliaan, dan kebaikan-Mu, wahai Dzat yang paling pemurah dari semua yang paling pemurah. 

*اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، اللَّهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وأذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَاخْذُلِ الطُّغَاةَ وَالْمُلاَحِدَةَ وَسَائِرَ أَعْدَاءِ الْمِلَّةِ وَالدِّيْنِ.*   

Ya Allah, muliakanlah Islam dan umat Islam. Ya Allah, muliakanlah Islam dan umat Islam. Ya Allah, muliakanlah Islam dan umat Islam, hinakanlah kesyirikan dan orang-orang musyrik, serta hancurkanlah para penindas, orang-orang atheis, serta seluruh musuh Islam.

*اللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا، وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلاَةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ، وَاتَّبَعَ رِضَاكَ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.* 

Ya Allah, hadirkanlah keamanan di tanah air kami. Ya Allah, perbaikilah imam dan pemimpin kami, serta serahkanlah tampuk kekuasaan kami kepada orang yang takut kepada-Mu, bertakwa, dan mencari keridhaan-Mu, wahai Tuhan semesta alam. 

*اللَّهُمَّ وَفِّقْ إِمَامَنَا وَوَلِيَّ أَمْرِنَا بِتَوْفِيْقِكَ، وَأَعِزَّهُ بِطَاعَتِكَ، وَأَعْلِ بِهِ كَلِمَتَكَ، وَاجْعَلْهُ نُصْرَةً لِلإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَلْبِسْهُ لِبَاسَ الصِّحَّةِ وَالْعَافِيَةِ، وَمُدَّ فِي عُمْرِهِ عَلَى طَاعَتِكَ، وَوَفِّقْهُ وَنَائِبَيْهِ وَإِخْوَانَهُ وَأَعْوَانَهُ لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى، وَخُذْ بِنَوَاصِيْهِمْ لِلْبِرِّ وَالتَّقْوَى.*  

Ya Allah, berilah taufik kepada imam dan pemimpin kami dengan taufik-Mu, kuatkanlah dia dengan taat kepada-Mu, tinggikanlah kalimat-Mu dengannya, jadikanlah dia sebagai penolong Islam dan umat Islam, kenakanlah pakaian sehat dan keselamatan baginya, serta panjangkanlah usianya untuk taat kepada-Mu. Berilah taufik pula kepada kedua putra mahkotanya, saudara-saudaranya, dan para pembantunya untuk melakukan apa yang Engkau cintai dan ridhai, serta arahkanlah dia kepada kebajikan dan ketakwaan.  

*اللَّهُمَّ وَفِّقْ وُلاَةَ أُمُوْرِ الْمُسْلِمِيْنَ للْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَبِسُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَاجْعَلْهُمْ رَحْمةً لِعِبَادِكَ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَاجْمَعْهُمْ عَلَى الْحَقِّ وَالْهُدَى، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.*  

Ya Allah, berilah taufik kepada para pemimpin umat Islam untuk mengamalkan Kitab-Mu, mengikuti Sunnah Nabi-Mu Muhammad , dan jadikanlah mereka sebagai rahmat bagi hamba-hamba-Mu yang beriman, serta satukanlah kalimat mereka di atas kebenaran dan petunjuk, wahai Tuhan semesta alam. 

*اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالِ الْمُسْلِمِيْنَ، اللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالِ الْمُسْلِمِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، وَاحْقِنْ دِمَاءَهُمْ، وَاجْمَعْ عَلَى الْحَقِّ وَالْهُدَى وَالسُّنَّةِ كَلِمَتَهُمْ، وَوَلِّ عَلَيْهِمْ خِيَارَهُمْ، وَاكْفِهِمْ شِرَارَهُمْ، وَابْسُطِ الأَمْنَ وَالْعَدْلَ وَالرَّخَاءَ فِي دِيَارِهِمْ، وَأَعِذْهُمْ مِنَ الشُّرُوْرِ وَالْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ.* 

Ya Allah, perbaikilah kondisi umat Islam. Ya Allah, perbaikilah kondisi umat Islam di setiap tempat, lindungilah darah mereka, satukanlah kalimat mereka di atas kebenaran, hidayah dan Sunnah, angkatlah yang terbaik dari mereka sebagai pemimpin, hindarkanlah mereka dari orang-orang yang jahat dari mereka, berikanlah kedamaian, keadilan, dan kesejahteraan di negeri mereka, serta lindungilah mereka dari keburukan dan fitnah, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. 

*اللَّهُمَّ مَنْ أَرَادَنَا وَأَرَادَ دِيْنَنَا وَدِيَارَنَا وَأَمْنَنَا وَأُمَّتَنَا وَوُلاَةَ أَمْرِنَا وَعُلَمَاءَنَا وَأَهْلَ الْفَضْلِ وَالصًّلاَحِ وَالاِحْتِسَابِ مِنَّا، وَرِجَالَ أَمْنِنَا وَقُوَّاتِنَا وَوِحْدَتَنَا وَاجْتِمَاعَ كَلَمَتِنَا بِسُوْءٍ فَأَشْغِلْهُ بِنَفْسِهِ، اللَّهُمَّ فَأَشْغِلْهُ بِنَفْسِهِ، وَاجْعَلْ كَيْدَهُ فِي نَحْرِهِ، وَاجْعَلْ تَدْبِيْرَهُ تَدْمِيْرًا عَلَيْهِ يَا قَوِيُّ يَا عَزِيْزُ.*  

Ya Allah, sibukkanlah orang yang menginginkan keburukan pada agama kami, negeri kami, ketenangan kami, umat kami, para pemimpin kami, ulama kami, orang-orang yang baik lagi istimewa dari kami, aparat keamanan kami, kekuatan kami, persatuan dan kesatuan kami, dengan dirinya. Ya Allah, sibukkanlah dia dengan dirinya sendiri, jadikanlah tipu dayanya berbalik menyerangnya, dan rencana jahatnya menjadi kehancuran bagi dirinya, wahai Yang Maha Kuat, wahai Yang Maha Perkasa. 

*اللَّهُمَّ انْصُرْ جُنُوْدَناَ، اللَّهُمَّ انْصُرْ جُنُوْدَناَ الْمُرَابِطِيْنَ عَلَى الْحُدُوْدِ، اللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ وَسَدِّدْ رَأْيَهُمْ، وَصَوِّبْ رَمْيَهُمْ، وَشُدَّ أَزْرَهُمْ، وَقَوِّ عَزَائِمَهُمْ، وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ، وَارْبِطْ عَلَى قُلُوْبِهِمْ، وَانْصُرْهُمْ عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيْهِمْ، اللَّهُمَّ أَيِّدْهُمْ بِتَأْيِيْدِكَ، وَانْصُرْهُمْ بِنَصْرِكَ، اللَّهُمَّ احْفَظْهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَمِنْ فَوْبقِهِمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ اللَّهُمَّ أَنْ يُغْتَالُوْا مِنْ تَحْتِهِمْ، اللَّهُمَّ ارْحَمْ شُهَدَاءَهُمْ، وَاشْفِ مَرْضَاهُمْ، وَاحْفَظْهُمْ فِي أَهْلِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ، إِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاءِ.*  

Ya Allah, tolonglah pasukan kami. Ya Allah, tolonglah pasukan kami yang sedang menjaga wilayah perbatasan. Ya Allah, tolonglah mereka, benarkanlah cara pandang mereka, tepatkanlah sasaran mereka, eratkanlah ikatan mereka, kuatkanlah tekad mereka, teguhkanlah pendirian mereka, satukanlah hati mereka, dan tolonglah mereka melawan orang yang semena-mena terhadap mereka. Ya Allah, kuatkanlah mereka dengan sokongan-Mu dan tolonglah mereka dengna bantuan-Mu. Ya Allah, lindungilah mereka dari arah depan, belakang, kanan, kiri, dan atas. Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari tipu daya yang menimpa mereka dari arah bawah mereka. Ya Allah, sayangilah para syuhada mereka, sembuhkanlah yang sakit dari mereka, serta peliharalah mereka di tengah keluarga dan keturunan mereka, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa. 

*اللَّهُمَّ يَا وَلِيَّ الْمُؤْمِنِيْنَ، وَيَا نَاصِرَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ، وَيَا غِيَاثُ الْمُسْتَغِيْثِيْنَ، يَا عَظِيْمَ الرَّجَاءِ، وَيَا مُجِيْرَ الضُّعَفَاءِ، اللَّهُمَّ إِنَّ لَنَا إِخْوَانًا مُسْتَضْعَفِيْنَ وَمَظْلُوْمِيْنَ فِي فَلِسْطِيْنَ، وَفِي سُوْرِيَا، وَفِي بُورْمَا، وَفِي أَفْرِيْقِيَا الْوُسْطَى وَفِي لِيْبِيَا، وَفِي الْيعِرَاقِ، وَفِي الْيَمِنِ، اللَّهُمَّ وَقَدْ مَسَّهُمُ الضُّرُّ، وَحَلَّ بِهِمُ الْكَرْبُ، وَاشْتَدَّ عَلَيْهِمُ الأَمْرُ، تَعَرَّضُوْا لِلظُّلْمِ وَالطُّغْيَانِ وَالتَّشْرِيْدِ وَالْحِصَارِ، سُفِكَتْ دِمَاؤُهُمْ، وَقُتِلَ أَبْرِيَاؤُهُمْ، وَرُمِّلَتْ نِسَاؤُهُمْ، وَيُتِّمُ أَطْفَالُهُمْ، وَهُدِّمَتْ مَسَاكِنُهُمْ وَمَرَافِقُهُمْ.* 

Ya Allah, wahai Pelindung orang-orang beriman! Wahai Penolong orang-orang yang tertindas! Wahai Penyelamat orang-orang yang meminta tolong! Wahai Yang memiliki harapan paling besar! Wahai Penyelamat orang-orang lemah! Ya Allah, sesungguhnya kami memiliki saudara-saudara yang tertindas di Palestina, Suria, Burma, Afrika Tengah, Libia, Irak, dan Yaman. Ya Allah, sungguh mereka sedang tertimpa marabahaya, terkena musibah, terhimpit masalah, dihadapkan dengan kezhaliman, kesewenang-wenangan, pengusiran dan pengepungan. Darah mereka ditumpahkan, orang-orang yang tak berdosa dari mereka dibunuh, kaum wanita mereka dibuat menjadi janda, anak-anak mereka menjadi yatim, serta tempat tinggal dan tempat peraduan mereka dihancurleburkan. 

*اللَّهُمَّ يَا نَاصِرَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ، وَيَا مُجِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ، انْتَصِرْ لَهُمْ، وَتَوَلَّ أَمْرَهُمْ، وَاكْشِفْ كَرْبَهُمْ، وَارْفَعْ ضَرَّهُمْ، وَعَجِّلْ فَرَجَهُمْ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ، وَاجْمَعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الْحَقِّ وَالْهُدَى، وَمُدَّهُمْ بِمَدَدِكَ، وَأَيِّدْهُمْ بِجُنْدِكَ، وَانْصُرْهُمْ بِنَصْرِكَ.*  

Ya Allah, wahai Penolong orang-orang yang tertindas, wahai Penyelamat orang-orang beriman! Tolonglah mereka, mudahkanlah urusan mereka, hilangkanlah musibah mereka, angkatlah kemudharatan dari mereka, segerakanlah jalan keluar bagi mereka, damaikanlah hati mereka, satukanlah kalimat mereka di atas kebenaran serta Sunnah, bantulah mereka dengan uluran tangan-Mu, kuatkanlah mereka dengan bala tentara-Mu, dan tolonglah mereka dengan pertolongan-Mu. 

*اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ لَهُمْ نَصْرًا مُؤَزَّرًا، وَفَرَجًا وَرَحْمَةً وَثَبَاتًا. اللَّهُمَّ سَدِّدْ رَأْيَهُمْ، وَصَوِّبْ رَمْيَهُمْ، وَقَوِّ عَزَائِمَهُمْ.*   

Ya Allah, sesungguhnya kami meminta kepada-Mu pertolongan yang kuat, jalan keluar, rahmat, dan keteguhan. Ya Allah, luruskanlah pandangan mereka, tepatkanlah sasaran mereka, dan kuatkanlah tekad mereka.  

*اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالطُّغَاةِ الظَّالِمِيْنَ، وَمَنْ شَايَعَهُمْ وَمَنْ أَعَانَهُمْ، اللَّهُمَّ فَرِّقْ جَمْعَهُمْ، وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ، وَمَزِّقْهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍٍ، اللَّهُمَّ وَاجْعَلْ تَدْمِيْرَهُمْ فِي تَدِبْيِرْهِمْ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.* 

Ya Allah, hukumlah para penindas lagi zhalim, dan orang-orang yang mendukung serta membantu mereka. Ya Allah, cerai-beraikanlah kesatuan mereka, lemahkanlah kekuatan mereka, dan cabik-cabiklah mereka sehancur-hancurnya. Ya Allah, jadikanlah kehancuran mereka berada di balik rencana jahat mereka, wahai Tuhan semesta alam. 

*اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالْيَهُوْدِ الْغَاصِبِيْنَ، اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالْيَهُوْدِ الْغَاصِبِيْنَ الْمُحْتَلِّيْنَ، فَإِنَّهُمْ لاَ يُعْجِزُوْنَكَ، اللَّهُمَّ وَأَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِي لاَ يُرَدُّ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِيْنَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَدَرْأُ بِكَ فِي نُحُوْرِهِمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شُرُوْرِهِمْ.* 

Ya Allah, hukumlah orang-orang Yahudi yang merampas. Ya Allah, hukumlah orang-orang Yahudi yang merampas lagi menjajah, sebab mereka tak mampu melemahkan-Mu. Ya Allah, turunkanlah siksaan-Mu yang tidak bisa ditolak dari para pelaku dosa. Ya Allah, sesungguhnya kami menjadikan-Mu sebagai tameng untuk menghadapi mereka, dan kami berlindung kepada-Mu dari perbuatan jahat mereka. 

*اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذُنُوْبَنَا، اللَّهُمَّ اغْفِرْ ذُنُوْبَنَا، وَاسْتُرْ عُيُوْبَنَا، وَنَفِّسْ كُرُوْبَنَا، وَعَافِ مُبْتَلاَنَا، وَاشْفِ مَرْضَانَا، وَارْحَمْ مَوْتَانَا.* 

Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami. Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, tutupilah aib kami, ringankanlah musibah kami, selamatkanlah yang tertimpa bala dari kami, sembuhkanlah yang sakit dari kami, dan sayangilah yang meninggal dari kami. 

*﴿رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ﴾* [الأعراف: ٢٣]  

_“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami serta memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.”_ (Qs. Al A’raaf [7]: 23) 

*سُبْحَانَ رَبِّنَا رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، والْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.* 

Maha Suci Tuhan kami, Pemilik kemuliaan dari semua yang manusia sifatkan kepada-Nya. Salam penghormatan kepada para rasul, dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar