Sabtu, 20 Agustus 2016

ANTARA AHLI SEDEKAH DAN RENTERNIR

As-Saikh Prof.DR Abdurrozak Al-Badr hafidhohullah Ta'ala. 

Alhamdulillah, was sholaatu was salaamu ala Rosulillah, wa ba'du; 

Dua jenis golongan manusia, yang satu adalah dipenuhi dengan keberkahan bersama masyarakatnya, membawa kebaikan untuk bangsa dan negri nya, dan sedangkan satunya adalah suatu penyakit masyarakat, kejelekan dan kejahatan yang terselubung, mereka yaitu orang-orang ahli sedekah dan  renternir. 

Adapun ahli sedekah, mereka memberikan hartanya dan tidak mengambil ganti dari pemberian nya, dan diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan uluran tangan dari kalangan orang-orang fakir miskin dan lemah, semata-mata mencari pahala disisi Allah Ta'ala.

Allah Ta'ala berfirman : 

إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ ٱللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنكُمْ جَزَآءً وَلَا شُكُورًا ﴿٩﴾

"Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih."
(Q.S. Al - insan :9)

Adapun renternir, maka mereka lawan dari yang pertama, mengambil harta dari orang-orang yang lemah dan membutuhkan, menggunakan kesempatan dibalik kesempitan dan kefakiran, merampas harta mereka tanpa timbal-balik, penuh kezaliman, keserakahan dan melampaui batas. 

Allah Ta'ala didalam Al-Kitab Al-Adhim, telah menerangkan keadaan mereka masing-masing, dan serta balasan dari perbuatan masing-masing, sehingga orang-orang yang dianugerahi taufik dan hidayah dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari nya. 

Allah Ta'ala berfirman : 

يَمْحَقُ ٱللَّهُ ٱلرِّبَوٰا۟ وَيُرْبِى ٱلصَّدَقَٰتِ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ ﴿٢٧٦﴾

"Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa." (Q.S. Al-Baqorah :276)

Sesungguhnya harta yang diambil dari riba, sedikit atau banyak merupakan harta yang jauh dari barokah dan ujungnya adalah kemusnahan. 

Dan telah sah riwayat hadist dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda : 

 مَا أَحَدٌ أَكْثَرَ مِنْ الرِّبَا إِلَّا كَانَ عَاقِبَةُ أَمْرِهِ إِلَى قِلَّةٍ

" Sesungguhnya tidak seorangpun yang memperbanyak harta dari hasil riba, kecuali akibat dari urusan nya adalah kemusnahan ". (HR. Ibnu Majah)

Adapun orang yang bersedekah, maka sesungguhnya ia akan mendapatkan barokah sedekah nya harta yang melimpah dan berlipat ketika didunia dan akhirat, walaupun harta yang disedekahkan tersebut hanya sedikit. 

Allah Ta'ala berfirman : 

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍ ۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ﴿٢٦١﴾

" Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."
(Q.S. Al-Baqorah :261)

Walaupun harta yang disedekahkan tersebut hanya sebutir kurma, maka sesungguhnya Allah Ta'ala akan memberikan lipatan ganda pada hari kiamat sehingga menjadi sebesar gunung. 

Dan diantara penjelasan yang terdapat dalam Al-Qur'an Al-Karim mengenai keadaan golongan pertama dan golongan kedua adalah firman Allah Ta'ala : 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَأْكُلُوا۟ ٱلرِّبَوٰٓا۟ أَضْعَٰفًا مُّضَٰعَفَةً ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴿١٣٠﴾  وَٱتَّقُوا۟ ٱلنَّارَ ٱلَّتِىٓ أُعِدَّتْ لِلْكَٰفِرِينَ ﴿١٣١﴾  وَأَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ ﴿١٣٢﴾  ۞ وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٣٣﴾  ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ ﴿١٣٤﴾

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda] dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan."

"Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir."

"Dan taatilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat."

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,"

"(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan."

(Q.S Al - Imran : 130-134)

Dalam ayat yang mulia ini, Allah Ta'ala menyebutkan bahwasanya riba lawan dari sedekah, dan orang-orang yang bersedekah berlawanan dengan para renternir, dan diberikan ancaman dengan siksa neraka, dan kemudian disebutkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi sebagai balasan yang disediakan bagi orang-orang senantiasa berinfak baik dalam keadaan lapang atau terbatas, yaitu orang-orang yang rajin berbagi, bersedekah, berinfak, dan berderma. Dan ayat ini menyebutkan balasan masing-masing dari orang-orang yang menjalankan bisnis riba dan balasan orang yang bersedekah. 

Diantara balasan orang-orang yang menjalankan praktik riba, dijelaskan dalam firman Allah Ta'ala : 

ٱلَّذِينَ يَأْكُلُونَ ٱلرِّبَوٰا۟ لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ ٱلَّذِى يَتَخَبَّطُهُ ٱلشَّيْطَٰنُ مِنَ ٱلْمَسِّ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوٓا۟ إِنَّمَا ٱلْبَيْعُ مِثْلُ ٱلرِّبَوٰا۟ ۗ وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلْبَيْعَ وَحَرَّمَ ٱلرِّبَوٰا۟ ۚ فَمَن جَآءَهُۥ مَوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّهِۦ فَٱنتَهَىٰ فَلَهُۥ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ أَصْحَٰبُ ٱلنَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَٰلِدُونَ ﴿٢٧٥﴾

" Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."
(Q.S. Al-Baqorah :275)

Para Ahli tafsir berkata : " Ini merupakan penjelasan tentang keadaan orang-orang yang menjalankan usaha riba, tatkala mereka bangkit dari kubur mereka, dalam kondisi seperti apa yang digambarkan dalam ayat ini, seperti orang yang mabuk karena kerasukan setan, sehingga ia berdiri sempoyongan terbebani dengan harta-harta riba yang telah memenuhi mulut dan perutnya, sehingga menjadikan dirinya seperti ini. 

Maka sangat berbeda sekali antara keadaan seperti ini dengan orang yang digambarkan oleh Nabi Sallallahu alaihi wa sallam dalam sabdanya : 

 (كُلُّ امْرِئٍ فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ)

" Setiap manusia berada dalam naungan sedekah nya sehingga urusan kepada para manusia telah diselesaikan nya ". ( HR. Ahmad ) 

Golongan pertama mereka bangkit dalam keadaan sempoyongan seakan kerasukan setan, dan golongan kedua orang yang bersedekah bangkit dalam keadaan diberikan naungan sedekah nya hingga urusan para manusia diputuskan dihadapan Allah Ta'ala. 

 Diantara keadaan orang-orang yang yang melakukan transaksi riba, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Shahabat Samurah bin Jundub radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : 

رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ رَجُلَيْنِ أَتَيَانِي فَأَخْرَجَانِي إِلَى أَرْضٍ مُقَدَّسَةٍ فَانْطَلَقْنَا حَتَّى أَتَيْنَا عَلَى نَهَرٍ مِنْ دَمٍ فِيهِ رَجُلٌ قَائِمٌ وَعَلَى وَسَطِ النَّهَرِ رَجُلٌ بَيْنَ يَدَيْهِ حِجَارَةٌ فَأَقْبَلَ الرَّجُلُ الَّذِي فِي النَّهَرِ فَإِذَا أَرَادَ الرَّجُلُ أَنْ يَخْرُجَ رَمَى الرَّجُلُ بِحَجَرٍ فِي فِيهِ فَرَدَّهُ حَيْثُ كَانَ فَجَعَلَ كُلَّمَا جَاءَ لِيَخْرُجَ رَمَى فِي فِيهِ بِحَجَرٍ فَيَرْجِعُ كَمَا كَانَ فَقُلْتُ مَا هَذَا ؟ فَقَالَ: الَّذِي رَأَيْتَهُ فِي النَّهَرِ آكِلُ الرِّبَا

“Tadi malam aku melihat (bermimpi) ada dua orang laki-laki mendatangiku. Lalu keduanya mengajakku keluar menuju tanah yang disucikan. Kemudian kami berangkat hingga tiba di sungai darah. Di dalamnya ada seorang lelaki yang sedang berdiri, dan di bagian tengah sungai tersebut ada seorang lelaki yang di tangannya terdapat batu-batuan. Kemudian beranjaklah lelaki yang berada di dalam sungai tersebut. Setiap kali lelaki itu hendak keluar dari dalam sungai, lelaki yang berada di bagian tengah sungai tersebut melemparnya dengan batu pada bagian mulutnya sehingga si lelaki itu pun tertolak kembali ke tempatnya semula. Setiap kali ia hendak keluar, ia dilempari dengan batu pada mulutnya hingga kembali pada posisi semula. Aku (Rasulullah) pun bertanya: ‘Siapa orang ini (ada apa dengannya)?’ Dikatakan kepada beliau: ‘Orang yang engkau lihat di sungai darah tersebut adalah pemakan riba’.” ( HR. Al-Bukhari ) 

Dan ini merupakan hukuman yang diberikan kepada orang yang melakukan riba setelah kematiannya, dan sungguh sangat berbeda dengan orang-orang yang bersedekah, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Ta'ala, yang mereka mendapatkan pahala besar dan ganjaran yang melimpah didunia dan akhirat. 

Orang-orang yang ber transaksi riba memiliki kesamaan dengan orang-orang Yahudi, sebagaimana firman Allah Ta'ala : 

وَأَخْذِهِمُ ٱلرِّبَوٰا۟ وَقَدْ نُهُوا۟ عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَٰلَ ٱلنَّاسِ بِٱلْبَٰطِلِ ۚ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَٰفِرِينَ مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا ﴿١٦١﴾

"Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih." (Q.S. An-Nisaa :161)

Demikian juga dalam masalah ini memiliki penyerupaan dengan orang-orang musyrik, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi Sallallahu alaihi wa sallam dalam haji wada' yang telah membatalkan riba jahiliah : 

(إِنَّ كُلَّ رِبًا مِنْ رِبَا الْجَاهِلِيَّةِ مَوْضُوعٌ)

" Sesungguhnya segala bentuk riba jahiliah tercampakkan ". ( HR. Al-Bukhari ) 

Agama islam datang untuk membatalkan riba dan memberikan ancaman dari nya, maka barangsiapa yang diberikan taufik untuk menghindari dan meninggalkan nya, sungguh Allah Ta'ala telah menganugrahkan keselamatan baginya, dan adapun orang-orang yang terjerumus dalam praktik riba dan tergelincir, sungguh ia telah menyerupai dengan orang-orang Yahudi dan musyrikin, padahal Nabi Sallallahu alaihi wa sallam telah memberikan peringatan dan ancaman dalam sabda beliau : 

 (لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُمُوهُ)

" Sungguh, kalian akan mengikuti jalan-jalan orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga sekalipun mereka masuk lobang dhob, niscaya kalian akan mengikuti nya ". 

Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah, hakikat nya Allah Ta'ala memakmurkan hati orang tersebut sehingga hati nya penuh dengan rasa kasih sayang terhadap orang yang lemah dan fakir, ketika menjumpai suatu hajat atau kebutuhan atau keadaan genting atau membutuhkan santunan, hatinya tergerak untuk menyalurkan hartanya di jalan Allah Ta'ala, demi mengharapkan pahala dan ganjaran Allah Ta'ala.

Berbeda dengan para renternir, tatkala melihat saudara mendapatkan kesusahan, maka dengan rasa tamak nya ia meminjamkan sekelumit harta, dengan niat dan syarat untuk mendapatkan imbalan yang berlipat ganda, terlebih lagi ketika semakin panjang jangka waktu nya, maka semakin menjerat, tanpa melihat belas kasihan, karena rasa iba telah tercabut dari dalam hati nya. 

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : 

 (لاَ يَرْحَمُ اللَّهُ مَنْ لاَ يَرْحَمُ النَّاسَ)

" Allah Ta'ala tidak akan belas kasih terhadap orang-orang yang tidak berbelas kasih terhadap sesama nya ".

Dan disebutkan pula dalam hadist, bahwasannya orang yang sengsara mereka adalah orang-orang yang tercabut didalam hatinya rasa belas kasih, dan hal ini berbeda dengan orang-orang yang bersedekah, dalam kondisi seperti ini, mereka memiliki rasa kasih sayang terhadap sesama, sehingga tertarik untuk saling berbagi dan mengulurkan tangan. 

Adapun harta yang dihasilkan dari riba, merupakan harta yang tidak memiliki barokah dan kebaikan sama sekali, adapun harta sedekah, walaupun sedikit, akan tetapi menjadi berlipat ganda, ber pahala, langgeng, penuh barokah, di dunia dan akhirat. 

Jika kita merenungkan, para renternir didalam masyarakatnya, niscaya ia akan dibenci dan tidak disukai oleh para masyarakatnya, dikarenakan sifat yang tidak terpuji, tamak, dan rakus yang dimiliki nya, sehingga di Cibir, dibenci, dipojokkan oleh banyak manusia, dan hal ini berbeda keadaannya dengan orang-orang yang ringan tangan dan berbagai dengan sesama, sesungguhnya orang yang demikian di cintai oleh Allah Ta'ala dan disenangi oleh para manusia. 

  

Adapun orang yang menjalankan riba, ia mendapatkan doa yang tidak baik, lantaran kezaliman yang ia lakukan dan menggunakan kesempatan dari seseorang dikala mendapatkan kesusahan dan kesempitan, adapun orang yang bersedekah, ia senantiasa mendapatkan sanjungan dan doa kebaikan dan keberkahan atas perbuatan baiknya dan kedermawanan nya. 

Dan telah sah riwayat dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, bahwasanya seorang hamba tatkala dibangkitkan pada hari kiamat dihadapan Allah Ta'ala, akan ditanya tentang hartanya, dari mana ia dapatkan ? dan untuk apa ia pergunakan ? 

Nabi Sallallahu alaihi wa sallam bersabda : 

(لا تَزُولُ قَدِمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعِ) وذكر منها «عَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ؟» .

" Tidaklah bergeser kaki seorang hamba ketika hari kiamat hingga ia akan ditanya tentang empat perkara. ....

Dan disebutkan diantara : " Dan hartanya, dari mana ia memperoleh dan untuk apa ia gunakan. .....? ".

Ketahuilah, alangkah baik dan mulianya keadaan seseorang, ketika bangkit dihadapan Allah Ta'ala Yang Maha Agung, dan ia ditanya tentang hartanya, kemudian ia menjawab, bahwasanya hartanya diperoleh dari cara yang mubah dan halal, dan digunakan untuk perkara yang halal dan kebaikan serta berbuat ihsan kepada sesama. 

Dan alangkah buruknya keadaan seseorang yang bergelimang dengan harta riba, tatkala dibangkitkan dihadapan Allah Ta'ala, dan ditanyakan tentang hartanya, padahal ia memperoleh dari hasil riba dan berbagi cara yang haram, dan digunakan untuk perkara yang haram dan yang mendatangkan murka Allah Ta'ala. 

والمقام لا يسع ذكر أكثر من هذا ، وفيما ذُكر عظة وعبرة لمن وفقه الله تبارك وتعالى للاتعاظ والاعتبار ، والله وحده الموفق لا شريك له.

Dan kesempatan kita di sini terbatas, tidak dapat membahas dengan panjang dan lebar, dan apa yang telah kita sampaikan disana terdapat pelajaran dan peringatan bagi orang-orang yang diberikan taufiq oleh Allah Ta'ala, dan hanya milik Allah Ta'ala petunjuk jalan yang lurus dan tiada sekutu bagi-Nya. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar