Kamis, 06 Maret 2025

KEUTAMAAN AL-QUR'AN


Keutamaan Al-Qur'an

Segala puji bagi Allah yang menampakkan kebesaran-Nya dalam kitab-Nya, yang menjadikan sahabat sejati seseorang adalah keabadian bersama firman-Nya.

 Dengan cahaya-Nya, hati menjadi bercahaya, dan dengan petunjuk-Nya, orang-orang beriman dipanggil menuju Tuhannya serta orang-orang sesat diperingatkan akan kesesatannya. 

Kitab ini adalah peringatan dan penglihatan bagi mereka yang ingin mengambil pelajaran. 

Pendengaran, penglihatan, dan akal tidak akan mampu menyembunyikan satu gerakan pun darinya, sebagaimana bintang di malam hari tidak tersembunyi di tengah gelombang lautan.

Allah menurunkan Al-Qur'an pada bulan Ramadan, sebagai perkataan yang diturunkan dan bukan makhluk. 

Firman-Nya adalah cahaya zaman, dengan aturan, perintah, dan larangan-Nya, serta janji dan ancaman-Nya.

Sungguh, Allah menjadikannya cahaya untuk petunjuk dan pengobat bagi kebingungan. 

Ia juga merupakan azab bagi orang-orang kafir dan peringatan bagi orang-orang yang lalai di antara jin dan manusia. 

Ia menghidupkan jiwa dari kegelapan menuju negeri kebahagiaan, menerangi mereka yang merenungkan maknanya, dan memberikan cahaya kepada mereka yang mengambil petunjuk darinya.

Al-Qur'an adalah perbendaharaan yang diberikan kepada para pencari ilmu dan hikmah, serta pengetahuan yang tidak akan habis dikaji. 

Tidak ada satu huruf pun yang tersembunyi dari ilmu Allah di bumi maupun di langit. Maka, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam penciptaan dan perintah-Nya. 

Barang siapa menerima-Nya, maka ia akan mendapatkan keselamatan, dan barang siapa menolak-Nya, maka ia akan mendapatkan kehancuran dan kebinasaan.

Maha Suci Allah yang telah mendekatkan kebaikan-Nya dan penyayang-Nya, menerangi petunjuk-Nya ke dalam hati para hamba-Nya, dan mendekatkan kepada mereka sifat-sifat-Nya, sehingga mereka dapat mengingat dan menyeru-Nya. Mereka memanggil-Nya dengan nama-nama-Nya yang indah, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya:


"Hanya milik Allah nama-nama yang paling baik, maka berdoalah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu."

Aku memuji-Nya dengan pujian yang mensucikan-Nya dari segala kekurangan, menambah kebesaran dan keagungan-Nya.

Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, satu-satunya, tiada sekutu bagi-Nya.

Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya, penutup para nabi, dan pemimpin para rasul. 

Semoga Allah mencurahkan shalawat kepada beliau, keluarga, sahabat, serta seluruh pengikutnya, dan kepada siapa saja yang bertakwa hingga hari kiamat.

 Maka sungguh beruntunglah orang yang mengikuti jejak langkahnya dan berserah diri dengan sebenar-benarnya.

Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Al-Isra' (17:106-109): 

"Dan (Al-Qur'an itu) Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar engkau membacakannya perlahan-lahan kepada manusia, dan Kami menurunkannya secara bertahap."

Katakanlah, “Berimanlah kepadanya atau tidak usah beriman (tidak menjadi soal). Sesungguhnya orang-orang yang telah diberi ilmu sebelumnya, apabila (Al-Qur'an) dibacakan kepada mereka, mereka menyungkurkan wajah mereka bersujud.”

Dan mereka berkata, “Maha Suci Tuhan kami! Sungguh, janji Tuhan kami pasti dipenuhi.”

Dan mereka menyungkurkan wajah mereka sambil menangis, dan mereka bertambah khusyuk.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
"Orang yang mahir dalam membaca Al-Qur'an akan bersama para malaikat yang mulia dan taat. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata dan mengalami kesulitan dalam membacanya, maka ia mendapatkan dua pahala."

Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
"Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an adalah seperti buah utrujah, aromanya harum dan rasanya manis. Sedangkan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti kurma, rasanya manis tetapi tidak berbau. Perumpamaan orang munafik yang membaca Al-Qur’an adalah seperti bunga raihanah, aromanya wangi tetapi rasanya pahit. Sedangkan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an adalah seperti labu pahit, tidak berbau dan rasanya pahit."

Diriwayatkan juga dari Utsman radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda:
"Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya."

Diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

"Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah untuk membaca kitab Allah dan saling mempelajarinya di antara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rahmat meliputi mereka, para malaikat menaungi mereka, dan Allah menyebut mereka di hadapan makhluk-Nya."

Diriwayatkan dari Abdullah bin 'Amr, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:

"Akan dikatakan kepada pemilik Al-Qur'an: Bacalah dan naiklah, serta bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membaca dengan tartil di dunia, karena sesungguhnya kedudukanmu berada pada akhir ayat yang engkau baca." (HR. Abu Dawud dan lainnya).

Al-Khathabi berkata:

"Dalam hadis ini terdapat dalil bahwa jumlah tingkatan di surga sesuai dengan jumlah ayat dalam Al-Qur'an. Maka dikatakan kepada pembaca: Naiklah ke tingkatan surga sesuai dengan kadar bacaan yang engkau baca dari Al-Qur'an. Maka siapa yang membaca seluruh Al-Qur'an, ia akan mencapai tingkatan tertinggi di surga pada hari kiamat."

Diriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

"Pemilik Al-Qur'an akan datang pada hari kiamat, lalu Al-Qur'an akan berkata: Wahai Tuhanku, pakaikanlah kepadanya mahkota kemuliaan. Maka diberikan kepadanya mahkota kemuliaan. Kemudian Al-Qur'an berkata: Wahai Tuhanku, tambahkanlah untuknya. Maka diberikan kepadanya pakaian kemuliaan. Lalu Al-Qur'an berkata: Wahai Tuhanku, ridhailah dia. Maka Allah pun meridainya. Lalu dikatakan kepadanya: Bacalah dan naiklah, serta bertambah dengan setiap ayat satu kebaikan." (HR. Tirmidzi, An-Nasa'i, dan Hakim, dan ia mengatakan hadis ini sahih).

Diriwayatkan dari Jabir, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

"Al-Qur'an adalah syafaat yang dikabulkan dan pembela yang dipercaya. Siapa yang menjadikannya sebagai pemimpinnya, ia akan membawanya ke surga. Dan siapa yang meninggalkannya di belakang punggungnya, ia akan menyeretnya ke neraka."

Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Umamah, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:

"Bacalah Al-Qur'an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi para pembacanya."

Diriwayatkan dari Ali, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:

"Akan terjadi fitnah (ujian dan kekacauan)." Aku bertanya: "Bagaimana cara keluar darinya, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab: "Kitab Allah. Di dalamnya terdapat kabar tentang orang-orang sebelum kalian, berita tentang apa yang akan datang setelah kalian, dan hukum di antara kalian.Dan yang terbaik dari apa yang dikatakan kepadamu dan hukum yang memutuskan di antara kamu adalah Al-Qur’an. Ia adalah pemisah (antara yang benar dan salah), bukan sesuatu yang main-main. Barang siapa meninggalkannya karena sombong, Allah akan menghancurkannya. Dan barang siapa mencari petunjuk dari selainnya, Allah akan menyesatkannya. Ia adalah tali Allah yang kokoh, peringatan yang bijaksana, dan jalan lurus yang lurus. Ia adalah sesuatu yang tidak dapat dikelirukan oleh hawa nafsu, tidak dapat dicampur dengan kebatilan, tidak usang karena banyaknya pengulangan, dan keajaiban-keajaibannya tidak akan pernah habis. (Hadis) ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan ia berkata: hadis ini hasan gharib.

Dari Sayyid al-Maqburi, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Wahai Abu Dzar, jika engkau pergi dan mempelajari satu ayat dari Kitab Allah, itu lebih baik bagimu daripada shalat seratus rakaat. Dan jika engkau pergi dan mempelajari satu bab dari ilmu, baik diamalkan atau tidak, itu lebih baik bagimu daripada shalat seribu rakaat." (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

Ketahuilah bahwa Al-Qur’an lebih utama daripada semua zikir, dan ia lebih utama daripada semua kitab yang diturunkan. 

Ia lebih utama daripada puasa, kecuali jika seseorang berpuasa lalu menangis karena membaca Al-Qur’an. 

Oleh karena itu, keadaan para salaf saleh adalah mereka memperbanyak membaca Al-Qur’an di bulan Ramadan, baik dalam shalat maupun di luar shalat. 

Mereka menyempurnakan khatam Al-Qur’an setiap waktu, tidak ada batasan khusus dalam bulan ini.

Di antara mereka ada yang mengkhatamkan Al-Qur’an setiap tujuh hari, ada juga yang mengkhatamkannya dalam setiap tiga hari.

Imam asy-Syafi’i pada bulan Ramadan mengkhatamkan enam puluh kali di luar shalat. 

Dari Humaid al-A'raj, ia berkata: 

Qatadah mengkhatamkan Al-Qur’an setiap tujuh hari, dan di bulan Ramadan setiap tiga hari, dan pada sepuluh hari terakhir setiap malam.

Dan az-Zuhri jika Ramadan masuk, ia berkata: "Ini adalah bulan membaca Al-Qur’an dan memberi makan (orang miskin)."

Ibnu Abdul Hakam berkata: 

"Ketika Ramadhan datang, Imam Malik bin Anas menjauh dari membaca hadis dan pertemuan dengan para ulama. Beliau lebih fokus membaca Al-Qur'an dari mushaf."

Sufyan Ats-Tsauri berkata:

  "Ketika Ramadhan tiba, aku meninggalkan semua ibadah lain dan hanya fokus membaca Al-Qur'an."

Aisyah Radhiyallahu Anha membaca Al-Qur'an dari mushaf pada awal siang di bulan Ramadhan. Jika matahari telah terbit, ia tidur.

Zaid bin Tsabit, ketika Ramadhan tiba, beliau mengumpulkan mushaf-mushaf dan membacakannya kepada para sahabatnya.

Itulah keadaan para ulama. 

Maka, amalan terbaik yang bisa mendekatkan seorang hamba kepada Allah di bulan yang penuh keutamaan ini adalah memperbanyak membaca Al-Qur'an, merenungkannya, serta mengamalkan ajaran-ajarannya dengan penuh kesadaran dan khusyuk.

Ibnu Abbas berkata:

  "Sesungguhnya Allah tidak mendekatkan diri kepada makhluk dengan sesuatu yang lebih dicintai-Nya dibanding firman-Nya sendiri."

Ibnu Mas’ud berkata: 

"Barang siapa mencintai Al-Qur'an, maka sesungguhnya ia mencintai Allah dan Rasul-Nya."

Utsman bin Affan berkata: 

"Jika hati kita bersih, kita tidak akan pernah merasa cukup dengan membaca firman Allah."

Ibnu Mas’ud berkata: 

"Janganlah seseorang bertanya tentang dirinya kecuali dengan Al-Qur'an. Jika ia mencintai Al-Qur'an, maka ia mencintai Allah dan Rasul-Nya."

Diceritakan bahwa ada seseorang yang biasa membaca Al-Qur'an dengan baik, tetapi kemudian ia disibukkan oleh hal lain hingga melalaikan Al-Qur'an. Lalu, ia bermimpi melihat seseorang berkata kepadanya:


  1. إن كنتَ تزعمُ حبّي فلم جفوتَ كتابي
    "Jika engkau mengaku mencintaiku, maka mengapa engkau menjauhi kitabku?"

  2. أما تأمّلتَ ما فيهِ، ومن ألذٍّ من خطابي؟
    "Tidakkah engkau merenungi isinya, dan adakah sesuatu yang lebih manis dari perkataanku?"

Pembahasan;

Allah Ta'ala berfirman:

"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan mata air-mata air." (Al-Hijr: 45)

Dan dalam ayat lain:

"Di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring." (Muhammad: 15)

Dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:

  "Sungai-sungai surga memancar dari gunung-gunung kesturi."
(HR. Ibnu Hibban dan selainnya).

Al-Baghawi meriwayatkan dari Mu'awiyah bin Hunaidah, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: 

"Di dalam surga terdapat lautan air, lautan madu, lautan susu, dan lautan khamar, lalu dari lautan-lautan itu sungai-sungai bercabang."

Dari Anas secara marfu': 

"Di surga terdapat pasar, di mana penduduk surga mendatanginya setiap hari Jumat, lalu bertiuplah angin utara yang menebarkan wewangian pada wajah dan pakaian mereka, sehingga bertambah kecantikan dan keelokan mereka."
(HR. Muslim).

Imam Ahmad dan selainnya meriwayatkan dari Al-Mughirah bin Sulaiman, ia berkata:

  "Di surga terdapat sungai bagi kaum Khawarij dan orang-orang yang suka berbuat bid'ah."

Dari Abu Sa'id Al-Khudri secara marfu':

  "Seorang mukmin akan diberi minuman di surga dengan segelas minuman dari dua sumber yang termeterai."

Dalam kitab Hadi Al-Arwah disebutkan setelah penjelasan ayat ini:

"Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa adalah seperti (taman yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; buahnya tiada henti, dan (demikian pula) naungannya. Itulah balasan bagi orang-orang yang bertakwa, sedangkan balasan bagi orang-orang kafir adalah neraka."

Disebutkan bahwa minuman yang berasal dari berbagai jenis unsur empat ini, dan setiap unsur darinya memiliki kondisi khusus yang diubah di dunia: seperti air yang kehilangan rasa segarnya, berubah karena lamanya mengendap, dan bercampur dengan kotoran. 

Api yang kehilangan nyalanya, menjadi redup dan padam. 

Batu yang kehilangan kekerasannya dan hancur menjadi debu. 

Demikian juga anggur (khamr) yang kehilangan daya memabukkannya.

Semua kenikmatan di dunia memiliki cela dan kekurangan, karena dunia bukan tempat kesempurnaan yang hakiki. 

Dalam ayat-ayat yang menyebutkan nikmat surga, disebutkan bahwa kenikmatan di sana sempurna, tidak berubah dan tidak berkurang, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat tentang khamr surga, yang tidak menyebabkan mabuk atau menyakiti peminumnya.

Begitu pula perumpamaan khamr dunia: ia dapat menghilangkan akal, mengarah kepada tindakan buruk, menyebabkan seseorang berbicara sia-sia, berbuat keji, dan melakukan tindakan maksiat lainnya.

 Ia merusak akhlak, membuat seseorang melakukan perbuatan yang dibenci, menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara manusia, menjauhkan dari mengingat Allah dan shalat, serta menyeret seseorang ke dalam kehinaan. 

Ia mendorong orang untuk melakukan kejahatan, melakukan perbuatan yang tidak bermoral, menjerumuskan ke dalam perzinahan, serta menimbulkan dosa dan kerusakan dalam kehidupan.

Para pecandu khamr kehilangan harga diri dan kehormatan, terjerumus dalam aib dan keburukan. 

Mereka kehilangan sifat amanah, jujur, dan kesucian hati. 

Khamr memadamkan cahaya akal dan menggiring seseorang untuk menganggap remeh larangan-larangan Allah. 

Akibatnya, mereka terjerumus dalam berbagai bentuk kebinasaan dan penderitaan.

Berapa banyak orang yang kehilangan harta benda karena mabuk? 

Berapa banyak yang jatuh miskin karena kecanduan? 

Berapa banyak yang kehilangan orang-orang tercinta dan menjauh dari orang-orang terdekatnya? 

Berapa banyak yang terjerumus dalam permusuhan dan perselisihan karena khamr? 

Berapa banyak orang mulia yang menjadi hina, orang terhormat yang jatuh dalam kehinaan, serta orang kaya yang menjadi miskin karenanya?

Berapa banyak wajah yang awalnya bercahaya, kemudian menjadi suram dan kusam karena minuman ini? 

Berapa banyak orang yang berangkat dengan hati bahagia, namun pulang dalam keadaan sengsara? 

Berapa banyak orang yang awalnya hidup tenang, tetapi akhirnya terseret dalam kesulitan dan kesedihan akibat mabuk?

Dan dia (khmar, minuman surga) memiliki keindahan yang mempesona, berapa kali ia menunggu untuk diminum, dan berapa kali ia menenangkan di malam hari, serta ia memperindah orang yang menikmatinya.

 Berapa banyak ia dituangkan dari gucinya, dan dituangkan ke dalam gelas, dan dituangkan di atas jalan cinta, serta dituangkan ke dalam dada yang meminumnya, dan mengalir dalam tubuhnya dengan lembut. 

Ia adalah gabungan dari kenikmatan, kunci kebahagiaan, ketenangan hati, kebersihan jiwa, dan kesejahteraan batin. 

Seandainya ia tidak termasuk dalam kenikmatan surga dan kemuliaan yang tinggi, niscaya sudah cukup baginya bahwa ia dikumpulkan dalam bejana surga yang terbuat dari emas dan perak.

Kami dahulu pernah bersama Rasulullah ﷺ, lalu beliau bersabda:

 "Barang siapa yang meminum khmar (arak) di dunia dan tidak bertobat darinya, maka dia tidak akan meminumnya di akhirat." 

Cukuplah sebagai peringatan bahwa arak dunia tidak dapat diperbandingkan dengan arak surga.

Lalu dikatakan kepadanya: 

Allah telah menggambarkan sungai-sungai surga dengan mengalir, dan kita mengetahui bahwa air yang mengalir tidak akan diam. Lalu bagaimana dengan firman-Nya:

  "Seperti air yang mengalir"

Dikatakan: Air yang mengalir tetap tenang, seakan-akan tidak ada sesuatu pun yang mengganggunya. Dan dikatakan juga bahwa air tersebut lebih jernih dari air yang pernah dikenal manusia.

Renungkanlah berkumpulnya keempat sungai ini, yang merupakan minuman terbaik bagi manusia: yang pertama untuk minuman dan penyucian mereka, yang kedua untuk kekuatan dan makanan mereka, yang ketiga untuk kenikmatan dan kegembiraan mereka, dan yang keempat untuk penyembuhan dan kesenangan mereka.

Sebagian ulama berkata: 

Jika surga adalah harga bagi jiwamu dan hartamu, namun engkau tidak mengorbankan jiwamu dalam ketaatan kepada Allah dan tidak menginfakkan hartamu dalam keridhaan-Nya, maka meminta surga tanpa memberikan harganya adalah kebodohan yang tidak pantas. Meminta surga tanpa usaha hanyalah angan-angan dan tipuan. Demikian pula meminta ampunan tanpa bertaubat adalah kebodohan dan kesia-siaan.

Syair:

Saat engkau meraih apa yang didambakan jiwa,
Maka berakhirlah segala kesulitan,
Kenikmatan mereka di sana sungguh besar,
Dan wajah-wajah mereka bercahaya, indah menawan.

Mereka menikmati makanan yang lezat,
Dan hunian mereka penuh kenikmatan.
Mereka mendapatkannya dengan mudah,
Air dari sungai Salsabil mengalir untuk mereka.

Salam damai bagi mereka dari para malaikat,
Yang menyapa mereka dengan kelembutan tanpa berubah.

Di dalamnya ada segala jenis buah-buahan,
Buahnya tumbuh sesuai keinginan mereka,
Pohon-pohonnya mengalirkan susu dan madu.

Dikatakan kepada mereka: "Kalian telah bersih, masuklah ke dalamnya dengan damai."
Sungguh, kenikmatan yang tiada bandingannya, tanpa penderitaan.

Ya Allah, bangunkan hati kami dari tidur panjang harapan kosong, ingatkan kami akan dekatnya ajal dan turunnya kematian. Teguhkan hati kami dalam keimanan, bimbinglah kami kepada amal saleh, dan terimalah taubat kami dari godaan setan dan ketakutan.

Ya Allah, terimalah amal kami dengan penerimaan yang baik dan jawaban yang tulus. Sucikan niat kami dan indahkan penghambaan kami. Jadikan kami termasuk orang yang Engkau kumpulkan di hadapan-Mu dan Engkau muliakan dengan Ka'bah-Mu. Masukkanlah kami ke dalam surga-Mu tanpa hisab. Berikanlah kepada kami sebagaimana yang Engkau berikan kepada para nabi-Mu.

Bantulah kami dalam kehidupan di alam barzakh, ampunilah kami, kedua orang tua kami, dan seluruh kaum muslimin, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat, dengan rahmat-Mu, wahai Yang Maha Pengasih di antara para pengasih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar