Selasa, 04 Maret 2025

PERTENGAHAN BULAN RAMADAN DAN KEUTAMAAN KEDERMAWANAN

 KEUTAMAAN SEPULUH HARI PERTENGAHAN BULAN RAMADAN, KEUTAMAAN INFAK DAN KEDERMAWANAN.


Segala puji bagi Allah yang memilih dalam ciptaan-Nya apa yang Dia kehendaki dan menyucikan serta mengangkat sebagian makhluk-Nya atas sebagian yang lain.

 Dengan kebijaksanaan-Nya, Dia menentukan keutamaan bagi makhluk-makhluk-Nya, menjadikan kitab-kitab suci sebagai petunjuk, membentangkan bumi sebagai hamparan, meneguhkan gunung-gunung sebagai pasak, dan menahan langit dari jatuh ke bumi kecuali dengan izin-Nya.

Dia menurunkan wahyu yang berisi penjelasan dan petunjuk bagi orang-orang yang berakal. 

Al-Qur’an adalah firman yang jelas, tiada keraguan di dalamnya. 

Di dalamnya terdapat petunjuk yang lurus dan penjelasan yang nyata. 

Allah menganugerahkan keutamaan kepada orang yang membaca dan memahami maknanya serta menjadikannya sebagai petunjuk dan cahaya.

Kemuliaan itu diberikan kepada orang yang mengamalkan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. 

Maka beruntunglah orang yang diberikan petunjuk oleh Allah dan beramal dengan ilmu yang dia miliki.

Ramadhan adalah bulan keberkahan, bulan yang dipilih Allah di antara bulan-bulan lain. Di dalamnya terdapat rahmat, ampunan, dan pembebasan dari api neraka. 

Barang siapa yang mengerjakan kebaikan di dalamnya, maka Allah akan melipatgandakan pahalanya.

Maha Suci Dia yang paling tinggi dan memberi manfaat, yang merendahkan dan mengangkat, yang menyambung dan memutuskan. 

Dia mensyariatkan hukum-hukum yang disyariatkan agar manusia dapat mendekatkan diri kepada-Nya dengan kebajikan dan kesempurnaan. 

Kitab-Nya yang mulia adalah kunci segala amal dan pusat keberhasilan. Keberadaan-Nya dan anugerah-Nya meliputi seluruh makhluk-Nya, yang telah tersebar dan tetap.

Aku memuji-Nya dengan pujian yang akan membawa pahala dan kembali kepada-Nya. 

Aku bersyukur kepada-Nya atas segala yang telah Dia berikan, yang diketahui maupun yang tidak diketahui.

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. 

Dialah yang tidak membutuhkan sesuatu dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya. 

Dengan-Nya Islam menjadi sempurna, dengannya pilar tauhid ditegakkan, dan dengannya kesyirikan diperjelas. 

Semoga shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad, sebaik-baik Rasul dan pemimpin yang paling mendapat petunjuk, serta kepada para sahabatnya yang selalu menjaga shalat malam hingga wajah mereka bersinar terang.

Allah Ta’ala berfirman:

  “Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakannya dengan banyak lipatan?”

Ini adalah janji dari Allah Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang berinfak di jalan-Nya dan menempuh jalan-jalan kebaikan agar mereka mendapatkan pahala yang berlipat ganda.

Abu Hurairah berkata:

"Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, aku telah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:

 'Sesungguhnya satu kebaikan dilipatgandakan menjadi seribu kebaikan'." (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Khaitsamah).

Rasulullah ﷺ adalah orang yang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan. Beliau tidak pernah menolak permintaan seseorang. Jika seseorang meminta, maka beliau memberikan, baik dalam keadaan lapang maupun sulit.

Jika harta Islam tidak mencukupi, maka beliau lebih memilih memberikan kepada orang yang membutuhkan daripada menyimpannya untuk keluarganya.

Pernah suatu ketika seorang laki-laki datang meminta sesuatu, lalu beliau memberinya. Namun orang-orang mengatakan bahwa lelaki itu bukan orang yang benar-benar membutuhkan. Maka Rasulullah ﷺ bersabda: 'Aku memberinya karena dia meminta, dan aku tahu bahwa dia tidak akan meminta jika tidak memiliki kebutuhan'.

Suatu ketika Nabi pernah merasa lapar, lalu Fatimah datang kepada beliau meminta sesuatu dari hasil pelayanan yang didapatkan dari putri Nabi. Maka beliau menyuruhnya agar beristighfar, bertakbir, dan bertahmid ketika hendak tidur. Beliau bersabda:
"Aku tidak akan memberimu (sesuatu) dan membiarkan ahli shuffah (orang-orang miskin yang tinggal di serambi masjid) dalam keadaan lapar."

Beliau juga dikenal sangat dermawan di bulan Ramadan, di mana kedermawanannya berlipat ganda dibandingkan bulan lainnya. Sebagaimana kemurahan Tuhan beliau juga dilipatgandakan pada bulan itu.

Sungguh menakjubkan bagaimana Nabi ini dihiasi akhlak yang mulia, perbuatan yang baik, amal yang terpuji, dan kebiasaan yang suci. Jibril selalu menemui beliau setiap malam untuk membacakan Al-Qur'an dan bersamanya. Tidak diragukan bahwa pergaulan dan interaksi yang baik mampu mempengaruhi akhlak dari orang yang bergaul.

Disebutkan bahwa sebagian penyair pernah diundang oleh seorang raja yang memberinya hadiah. Penyair tersebut keluar dengan hadiah itu lalu mengangkatnya di hadapan manusia sambil bersyair:
"Aku merasa cukup dengan pemberian raja, dan aku tidak akan meminta dari siapapun setelahnya."

Raja itu berkata kepadanya:
"Jika rasa cukupmu berasal dari tanganku, maka aku akan menambah pemberian untukmu."

Sebagian penyair berkata bahwa sebagian raja memberikan hadiah untuk menjaga reputasi mereka. Namun, tidak ada yang melakukan hal itu kecuali Rasulullah ﷺ.

Suatu ketika, seekor kucing melompat ke dalam bejana yang berisi air untuk diminum. Nabi ﷺ membiarkan kucing itu dan tidak mengusirnya. Ketika ditanya, beliau berkata:
"Sesungguhnya kucing bukan najis, ia termasuk hewan yang sering berkeliling di antara kalian."

Diriwayatkan oleh Ibn Abi Hatim dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahuanhu, ia berkata: Ketika turun ayat; 

"Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakannya untuknya dengan kelipatan yang banyak?"

Maka Abu al-Dahdah al-Anshari bertanya:
"Wahai Rasulullah, apakah Allah menghendaki pinjaman dari kita?"
Beliau menjawab: "Ya, wahai Abu al-Dahdah."

Maka Abu al-Dahdah berkata: "Tunjukkan tanganmu, wahai Rasulullah."
Lalu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengulurkan tangannya, dan Abu al-Dahdah berkata: "Aku telah meminjamkan kebunku kepada Tuhanku."
Kebun itu berisi sekitar 600 pohon kurma, dan istrinya serta anak-anaknya tinggal di dalamnya.

Kemudian Abu al-Dahdah mendatangi kebunnya dan memanggil istrinya:
"Wahai Umm al-Dahdah!"
Istrinya menjawab: "Ada apa?"
Ia berkata: "Keluarlah, karena aku telah meminjamkan kebun ini kepada Tuhanku."
Istrinya pun menjawab: "Beruntunglah jual-belimu, wahai Abu al-Dahdah!"
Kemudian ia mengumpulkan barang-barangnya dan membawa serta anak-anaknya.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Betapa banyak pohon kurma yang penuh buahnya dan istana yang megah bagi Abu al-Dahdah di surga!"

Diriwayatkan dari Anas bahwa Abu Thalhah adalah orang Anshar yang paling banyak hartanya di Madinah. Harta yang paling ia cintai adalah kebun Bairuha', yang berlokasi di dekat masjid dan sering dikunjungi oleh Rasulullah ﷺ, di mana beliau meminum airnya yang segar dan jernih. 

Anas berkata: "Ketika turun ayat: 

{Kamu tidak akan memperoleh kebajikan sebelum kamu menginfakkan sebagian dari apa yang kamu cintai} (Ali 'Imran: 92),

 Abu Thalhah berdiri dan berkata:

 'Wahai Rasulullah, Allah telah menurunkan ayat ini kepadamu, dan harta yang paling aku cintai adalah kebun Bairuha'. Aku ingin menyedekahkannya di jalan Allah agar menjadi simpanan di sisi-Nya.' 

Maka Rasulullah ﷺ bersabda: 'Sungguh itu adalah harta yang menguntungkan. Aku mendengar apa yang engkau katakan, dan aku berpendapat sebaiknya engkau menyedekahkannya kepada kerabat terdekatmu.'" Maka Abu Thalhah membagikannya kepada kerabatnya. (Muttafaq 'alaih)

Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya Allah akan memasukkan ke dalam surga orang yang lemah, miskin, dan berwibawa. Dan sesungguhnya Allah akan mengumpulkan orang-orang kaya yang memiliki harta melimpah di tempat yang tinggi untuk dihisab, sedangkan orang-orang miskin lebih dulu masuk surga tanpa hisab." 

Lalu beliau bersabda:

 "Segeralah melakukan amal sebelum datang tujuh perkara. Bukankah kalian menunggu kemiskinan yang melupakan, kekayaan yang menyombongkan, penyakit yang melemahkan, usia tua yang menua, kematian yang mendadak, Dajjal yang merupakan seburuk-buruk hal ghaib yang dinantikan, atau datangnya kiamat yang lebih mengerikan dan lebih pahit?"

Beliau juga bersabda: "Jagalah diri kalian dari api neraka, meskipun hanya dengan sebutir kurma."

Hadis-hadis tentang hal ini sangat banyak.

Seorang pemuda berkata: "Wahai Jawad (orang yang dermawan)!" 

Maka Rasulullah menoleh kepadanya dan bersabda: "Bagaimana aku bisa menjauhkan diri dari sifat dermawan, sedangkan dermawan adalah nama Allah dan sifat-Nya?" Lalu beliau menyebutkan ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat dermawan. Kemudian beliau bersabda: "Benar wahai Jawad, engkau telah menyebutkan sesuatu yang besar, dan perkataanmu akan menjadikan mereka bersikap lebih dermawan, karena sesungguhnya sifat dermawan ada pada setiap orang yang murah hati."

Pemberian dan anugerah-Mu tiada batas dan tiada sifat tertentu. Maka bagaimana mungkin kemurahan hati dapat diketahui oleh setiap orang yang murah hati, sedangkan Engkau adalah sumber segala kemurahan hati?

Diriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda setiap malam di bulan Ramadan sebanyak tiga kali:

"Adakah orang yang meminta, maka Aku akan memberinya permintaannya? Adakah orang yang bertaubat, maka Aku akan menerima taubatnya? Adakah orang yang memohon ampun, maka Aku akan mengampuninya?"

Yang dimaksud bukan hanya sekadar menyesal dan berniat untuk tidak mengulangi kezhaliman, tetapi juga mencakup sedekah yang dilipatgandakan pahalanya oleh Allah.

Dalam hadis yang terdapat dalam dua kitab shahih, dari Abu Sa'id Al-Khudri, ia berkata:
"Rasulullah ﷺ biasa beri’tikaf pada sepuluh hari pertengahan bulan Ramadan. Maka, beliau beri’tikaf selama satu tahun hingga tiba malam kedua puluh satu. Itu adalah malam yang pada pagi harinya beliau keluar dari i’tikafnya. Lalu beliau bersabda: 'Barang siapa yang beri’tikaf bersamaku, maka hendaknya ia beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir.'”

Pada malam itu, Rasulullah ﷺ bersujud di atas tanah yang basah dan lumpur. Ini menunjukkan bahwa sepuluh hari pertengahan bukanlah waktu i’tikaf yang pasti, melainkan sepuluh hari terakhir-lah yang lebih utama.

Rasulullah ﷺ bersabda mengenai keutamaan bulan Ramadan:
"Bulan ini, awalnya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka."

Sebagian ulama menyatakan bahwa pertengahan Ramadan merupakan waktu pengampunan bagi orang-orang yang bertaubat, sementara akhirnya adalah pembebasan dari neraka bagi mereka yang terus memperbaiki diri. Oleh karena itu, janganlah meremehkan dosa-dosa kecil, karena bisa jadi dosa tersebut akan menjadi besar di hadapan Allah. Sebagaimana firman Allah:

"Sesungguhnya engkau menganggapnya perkara kecil, padahal di sisi Allah itu adalah perkara besar."

Wahai saudaraku, telah berlalu sepuluh bulan dari tahun kalian yang lalu, dan kini kalian berada di pertengahan bulan Ramadan. Maka waspadalah terhadap kelalaian dan penyimpangan. Perbanyaklah sedekah, karena Allah akan melipatgandakan pahala amal kalian. Waspadalah terhadap perkataan sia-sia dan sifat tergesa-gesa.

Wahai orang yang hidupnya habis dalam mengejar hawa nafsu dan kepentingan dunia, wahai orang yang sibuk mencari keinginan sementara kematian terus mengintai tanpa henti! Wahai orang yang tertipu oleh panjang angan-angan, dan wahai tangan-tangan yang sibuk membangun dunia, sementara ajal mendekati pemiliknya!

Wahai orang yang tertipu! Wahai yang disibukkan dengan dosa dan kelalaian setiap hari dalam kehidupan ini! Wahai yang terbuai dalam ketidakpedulian! Wahai yang lupa akan hari pembalasan, yang menambah dosa di atas dosa, padahal telah diberikan peringatan dan tanda-tanda! Wahai yang menertawakan nasibnya sendiri, yang berpaling dari kebahagiaan abadi! Wahai yang berjalan dalam kegelapan, sementara ia melihat orang-orang berjalan dengan cahaya! Wahai yang tertinggal di belakang tanpa pegangan! Wahai yang telah diperingatkan oleh Al-Qur’an dan telah ditunjukkan jalan yang lurus, tetapi tidak juga mengambil pelajaran dan tidak juga sadar!

Sungguh mengherankan keadaan orang-orang yang lalai dan terus dalam kelalaian mereka! Apa jawaban mereka nanti atas kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan? Bagaimana mereka bisa tenang dalam ketidaktahuan ini? Apa yang membuat mereka tetap tertidur dalam kelalaian? Padahal hari telah terang, kebenaran telah nyata, dan peringatan telah datang. Kalian akan mengetahui nanti, ketika khutbah besar telah disampaikan, ketika teriakan kebangkitan menggema, dan ketika seluruh perbuatan terungkap serta kerugian menjadi nyata!

Syair:

Engkau datang ke pengadilan dengan jalan yang sesat,
Engkau ingin mendapatkan kebahagiaan tanpa usaha dan kerja keras.

Engkau berpakaian indah untuk menarik perhatian,
Namun lupa bahwa keindahan sejati adalah kesucian hati.

Orang-orang telah memperingatkanmu, namun engkau tetap lalai,
Kau kira dunia ini abadi, padahal ia hanya sementara.

Ketahuilah bahwa perjalanan ini akan berakhir,
Dan engkau akan berdiri sendiri menghadapi akibatnya.

FASLUN; 

Allah Ta’ala berfirman:

"Dan mereka mengutamakan orang lain atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dijaga dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Al-Hasyr: 9)

Ayat ini merupakan pujian bagi orang-orang yang lebih mengutamakan kepentingan orang lain daripada dirinya sendiri, terutama mereka yang mendahulukan kepentingan orang miskin dan yang membutuhkan.

Mereka (para sahabat) lebih mengutamakan orang lain atas diri mereka sendiri, meskipun mereka sendiri dalam keadaan membutuhkan. Ayat ini diturunkan tentang kaum Anshar. Rasulullah ﷺ memiliki sifat kedermawanan yang berlipat ganda pada bulan Ramadan, dan dalam hal ini terdapat beberapa faedah.

Di antaranya adalah keutamaan waktu dan dilipatgandakannya pahala amal di dalamnya. 

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Anas disebutkan:

 "Sedekah yang paling utama adalah sedekah di bulan Ramadan."

Di antaranya juga adalah membantu orang-orang yang berpuasa dan para ahli ibadah serta orang-orang yang berzikir untuk tetap menaati Allah. 

Orang yang menyiapkan perbekalan bagi mujahid akan mendapatkan pahala seperti mujahid itu sendiri. Begitu pula, orang yang memperhatikan keluarganya akan mendapatkan pahala seperti mereka.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Zaid bin Khalid dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:

 "Barang siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi sedikit pun dari pahalanya." 

Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad, dan At-Tirmidzi menambahkan dari hadis Aisyah:

 "Amal orang yang berpuasa termasuk amal orang yang tidak akan tertolak, selama ia tidak menyakiti orang yang memberi makan kepadanya."

Juga dalam hadis Salman yang panjang disebutkan:

 "Bulan ini adalah bulan kasih sayang, bulan di mana rezeki seorang mukmin bertambah. Barang siapa memberi makan kepada orang yang berpuasa untuk berbuka, maka ia mendapatkan ampunan atas dosa-dosanya dan kebebasan dari api neraka, serta mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi sedikit pun dari pahalanya."

 Mereka berkata: "Wahai Rasulullah, tidak semua dari kami mampu memberi makan orang yang berpuasa."

 Maka Rasulullah ﷺ bersabda:

 "Allah memberikan pahala ini bagi siapa saja yang memberikan buka puasa kepada orang yang berpuasa, walaupun hanya dengan sebutir kurma atau seteguk air atau setetes susu. Bulan ini adalah bulan di mana permulaannya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka."

Dalam hadis lain disebutkan:

 "Allah Maha Pengasih terhadap hamba-hamba-Nya yang pengasih. Barang siapa yang berbuat baik kepada hamba-hamba Allah, maka Allah akan berbuat baik kepadanya."

Abu Darda berkata:

 "Salatlah dalam kegelapan malam untuk mendapatkan cahaya di hari kiamat. Berpuasalah di hari yang sangat panas sebagai bekal untuk hari kebangkitan. Bersedekahlah secara diam-diam karena itu dapat menghapus dosa-dosa di hari yang penuh kesulitan."

Banyak dari kalangan salaf yang menyantuni orang-orang miskin dengan diam-diam atau melihat mereka dengan kasih sayang.

Abdullah bin Umar berpuasa tetapi tidak berbuka kecuali bersama orang-orang miskin. Jika keluarganya menyiapkan makanan lezat untuknya di malam hari, ia tidak akan menyentuhnya. Ketika seseorang datang meminta makanan, ia memberikan bagiannya kepada peminta itu. Maka, esoknya ia tetap dalam keadaan berpuasa dan tidak makan apa pun.

Sebagian orang saleh dari kalangan salaf memiliki kebiasaan makan dalam gelap. Jika ada orang miskin datang meminta makanan saat mereka berbuka, mereka mendengar suara sang peminta dan memberikan makanan kepada mereka, tanpa mengetahui apakah makanan yang mereka berikan adalah makanan enak atau tidak.

Suatu hari, seorang peminta datang kepada Imam Ahmad bin Hanbal. Lalu Imam Ahmad mengambil dua potong roti dan memberikannya kepada si peminta, kemudian ia melipat kembali makanannya dan melanjutkan puasanya.

Al-Hasan biasa memberi makan saudara-saudaranya ketika ia sedang berpuasa sunnah, sementara ia sendiri duduk melihat mereka makan.

Ibnu al-Mubarak juga memberikan makanan kepada saudara-saudaranya saat safar dari manisan dan selainnya, sedangkan ia sendiri tetap dalam keadaan berpuasa.

Salam Allah atas mereka, para pemilik jiwa yang luhur. Semoga rahmat Allah terlimpah atas mereka, cahaya dari zaman mereka yang penuh berkah. Betapa banyak orang yang melaksanakan hak yang wajib atas mereka, tetapi hanya sedikit yang mengutamakan orang lain dalam berbagi.

Syair:

Tidak dikenal dalam zikir mereka,
Yang benar bukanlah menyebut mereka saja.
Kami kehilangan mereka, seperti hilangnya bintang-bintang,
Yang menyinari dalam kegelapan malam.

Jika kami diuji dengan orang-orang yang lebih memilih dunia,
Yang larut dalam dosa dan beban hidup,
Maka Allah adalah Maha Dermawan dan Maha Mulia.

Ya Allah, muliakanlah orang yang datang kepada-Mu,
Dan berilah kebaikan bagi yang memohon kepada-Mu.
Tidak ada yang lebih berhak untuk dipenuhi permintaannya selain Engkau,
Dan tidak ada yang lebih baik dari orang yang berlindung kepada-Mu.

Syair:

Janganlah kalian keberatan jika kami menyebut mereka,
Bukanlah seseorang yang sehat akan berjalan seperti orang lumpuh.

Betapa ruginya kami jika kami tidak seperti mereka, para tokoh pilihan,
Kami akan selamat dari dosa dan kesalahan.

Betapa ruginya kami jika kami tidak mengikuti jejak para leluhur yang mulia,
Kami akan meninggalkan hal-hal yang meragukan dan yang haram.

Maka kami memohon kepada Allah petunjuk-Nya,
Sungguh, Dia Maha Dermawan lagi Maha Pemurah.

Doa:
Ya Allah, wahai yang paling dermawan dari yang dimintai,
Wahai yang paling layak untuk diharapkan,
Wahai yang terbaik dari yang memberi, amankanlah kami.

Ya Allah, anugerahkanlah ampunan-Mu kepada kami,
Perlakukanlah kami dengan karunia dan kebaikan-Mu,
Jadikanlah kami di antara para pewaris surga-Mu,
Dan lindungilah kami dari azab dan siksa-Mu.

Ya Allah, jadikanlah iman sebagai cahaya penerang bagi kami, dan janganlah Engkau menjadikannya sebagai istidraj (hukuman terselubung). Jadikanlah ia sebagai keselamatan yang membawa kami kepada surga-Mu, dan janganlah Engkau jadikan ia sebagai tipu daya dari kehendak-Mu.

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami segala sesuatu yang Engkau berikan kepada hamba-hamba pilihan-Mu. Berikanlah keamanan kepada kami dari rasa takut pada hari yang tidak bermanfaat alasan-alasan. Dengan rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha Mulia dan Maha Pengampun.

Ya Allah, ampunilah kami, kedua orang tua kami, dan seluruh kaum muslimin, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal, dengan rahmat-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih di antara para pengasih."


Tidak ada komentar:

Posting Komentar