Sabtu, 23 November 2013

MENGHINDARI FITNAH

Dari sahabat Miqdad ibnul Aswad radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya orang yang beruntung adalah orang yang terhindarkan dari fitnah-fitnah". (HR.Abu Dawud no 4263).

Banyak orang yang baik dan orang yang memiliki ghiroh menghendaki untuk dirinya dan untuk umat agar meraih kebahagiaan. Bagaimana caranya? Dan bagaimana seseorang dapat terhindar dari fitnah? Bagaimana jalan selamat dari keburukan?

Seorang muslim yang memiliki ghiroh dan semangat nasihat niscaya akan berpegang dengan sabda Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, "Agama adalah nasihat". Dikatakan, "Untuk siapa?" Maka dijawab, "Untuk Allah, untuk kitab-Nya, untuk Rosul-Nya, dan para pemimpin kaum muslimin dan untuk kaum muslimin seluruhnya". (HR Muslim). Dan dari nasihat untuk kaum muslimin adalah mengajak umat agar terhindar dari fitnah, berjuang agar menjauhinya dan berlindung kepada Allah dari keburukan fitnah yang nampak dan yang tidak nampak.

Disini akan kita sebutkan beberapa kunci agar terhindar dari fitnah, diantaranya;

- Bertakwa kepada Allah secara sir dan 'alaniyah, baik sendiri maupun bersama orang banyak. Allah Ta'ala berfirman, "Dan barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya diberikan padanya jalan keluar. Dan dikaruniai rizki dari jalan yang ia tidak sangka". (QS At-Tholaq: 2-3).

Maksud ayat di atas adalah diberikan jalan keluar dari setiap fitnah dan cobaan dan keburukan baik di dunia dan di akhirat. Allah Ta'ala berfirman: "Dan barang siapa bertakwa kepada Allah niscaya akan dimudahkan segala perkaranya". (QS.AtTholaq: 4). Yaitu segala akibat kebaikan hanya ada bagi orang yang bertakwa.

Tatkala terjadi fitnah dimasa tabiin, datang beberapa orang kepada Tholk ibnu habib rohimahullah dan berkata, "Telah terjadi fitnah, bagaimana mengatasinya?" Maka dijawab, "Atasilah dengan bertakwa, yaitu beramal dengan ketaatan Allah, berdasarkan cahaya Allah, mengharap rahmat Allah dan menjauhi maksyiat kepada Allah atas dasar cahaya dari Allah, karena kawatir siksa Allah". Dari sini kalimat takwa bukan hanya sekedar ucapan semata, atau hanya sekedar seruan saja, akan tetapi takwa adalah usaha untuk meraih ketaatan yang mampu mendekatkan dirinya kepada Allah, dengan mengerjakan faridhoh dan menjauhi maksyiat dan munkarot.

- Berpegang teguh terhadap Al-Kitab dan As-Sunnah, dikarenakan hal ini akan menjadikan jalan kemuliyaan dan keberuntungan. Berkata Imam Malik rohimahullah, "As-Sunnah adalah ibarat bahtera Nabi Nuh, barang siapa menaikinya niscaya akan selamat dan siapa yang meninggalkannya akan tengelam". Maka barang siapa memakmurkan sunnah-sunnnah niscaya ia akan banyak mendapat hikmah serta selamat dari fitnah dan meraih keberuntungan dunia dan akhirat. Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya barang siapa diantara kalian yang hidup sepeninggalku maka ia akan menjumpai banyak perselisihan, maka berpeganglah dengan Sunnahku dan sunnah para kholifah yang mendapat petunjuk sepeninggalku, peganglah dengan erat dan hindari dari perkara yang diada-adakan, karena itu adalah bid'ah, dan dan setiap bid'ah adalah sesat". (HR Ibnu Majah, Abu Dawud dan Tirmidzy).

Maka cara selamat dari pertikaian dan fitnah dengan berpegang erat dengan Sunnah Nabi dan menjauhi bid'ah dan hawa. Adapun bila terjerumus dengan hawa nafsu dan mengikutinya maka akan mendatangkan keburukan dan fitnah untuk dirinya pribadi dan orang lain.

- Bersikap hati-hati dan tidak terburu-buru, melihat akan akibat dan dampak di masa yang akan datang. Dikarenakan keterburuan tidaklah mendatangkan kebaikan dan keberuntungan, bahkan ia akan terjerumus dan menyeleweng hingga ia menyesal. Sebaliknya, hati-hati adalah modal kebaikan dan keberkahan. Berkata Abdullah ibnu Mas'ud rodhiyallahu 'anhu, "Sesungguhnya akan datang kepada kalian perkara yang samar, maka hendaknya kalian hati-hati dan waspada, kalian menjadi seorang pengikut kebenaran itu lebih muliya daripada menjadi seorang pemimpin keburukan".

Sesungguhnya keterburuan, sikap ceroboh, tidak berhati-hati akan membawa pintu keburukan, sebagaimana diterangkan dalam sabda Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam, "Diantara manusia ada yang menjadi pintu keburukan dan menutup pintu kebaikan, maka celaka bagi mereka yang menjadi pintu keburukan ada pada dirinya". (HR Ibnu Majah).

Maka orang yang berakal hendaknya melihat akibat dari suatu perkara, berhati hati dalam bersikap, jauh dari terpancing semangat emosi dan hawa, karena hal itu akan membawa kepada dampak yg buruk.

- Berpegang dengan Jamaah Kaum muslimin, dan menjaui perpecahan dan perselisihan, karena dengan berjamaah akan menjalin kesatuan dan kekuatan diantara mereka, saling bekerjasama diatas birr dan takwa, sebaliknya, tatkala bercerai berai, akan menimbulkan kegagalan dan keburukan serta fitnah, yang akan menghasilkan kesengsaraan. Oleh karenanya Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Jama'ah adalah rahmat dan kasih sayang, dan perpecahan adalah adzab". (HR Ahmad).
Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Hendaknya kalian berjama'ah, dan hindari dari perpecahan". (HR Tirmidzy).
Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Janganlah kaliyan berselisih, sesungguhnya umat sebelum kaliyan berselisih, maka mereka binasa". (HR Bukhary).

- Mengambil ilmu dan pengalaman dari para ulama dan aimah yang kokoh ilmunya, dan menghindari dari mengambil ilmu dari ashoghir (dangkal ilmunya). Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam berpesan, "Barokah ada bersama mereka yang tua (ilmunya)". (HR Ibnu Hibban no 559). Yaitu keberkahan senantiasa turun menyertai mereka para ulama sepuh (senior) yang mana kaki mereka kokoh tegak diatas ilmu, lama menggeluti bidang-bidang ilmu, hingga mereka memiliki kedudukan dihadapan umat, dikarenakan ilmu, hikmah dan kehati-hatian mereka dalam melihat suatu permasalahan dan perkara, hingga memandang suatu perkara menatap jauh ke depan akan dampak yang akan terjadi.

Kepada mereka kita diperintah untuk berpegang dan bersandar, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman, "Dan apabila sampai kepada mereka suatu berita tentang keamanan atau ketakutan, mereka secara langsung menyiarkannya. Padahal apabila mereka menyerahkan urusan tersebut kepada Rasul dan Ulil Amri diantara mereka, tentulah orang orang yang ingin mengetahui kebenarannya akan dapat mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri ), sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah kalian akan mengikuti syaiton kecuali sebagian kecil saja". (QS.An-Nisaa': 83).

- Banyak memanjatkan doa, karena doa adalah pintu kebaikan, terlebih bila memohon agar dihindarkan dari segala fitnah yang tampak dan yang tidak tampak, dan berlindung dari ketergelinciran fitnah, maka barang siapa berlindung kepada Allah niscaya akan diberikan perlindungan dan pertolongan, sebagaimana janji Allah Ta'ala, "Jika para hamba-Ku betanya tentang-Ku, katakan Aku dekat, Aku akan mengabulkan seruan orang-orang yang menyeru-Ku". (QS Al Baqoroh: 186).

Marilah kita memohon kepada Allah Ta'ala dengan Nama dan Sifat-Nya, agar kita dihindarkan dari segala fitnah yang nampak dan yang tidak nampak, agar kita diberikan penjagaan iman kita, dan dijauhkan dari seluruh keburukan, dan diberikan pungkasan yang baik, Sesungghnya Allah Ta'ala adalah Dzat Yang Maha Mendengar do'a , Hasbunallah wa nikmal Wakil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar