Kamis, 11 Januari 2024

RUQYAH

#DAURAH_SYAR’IYYAH_SOLO_MAHAD_IMAM_AL_BUKHARI
#PERTEMUAN_KETUJUH

KITAB 
سبيل الرشاد في تقرير مسائل الإعتقاد


Syaikh Dr. Ibrahim bin Amir ar-Ruhaily hafizhahullah menjelaskan:


PASAL KETIGA
*AQIDAH AHLUS SUNNAH TENTANG RUQYAH*

==Definisi Ruqyah secara bahasa dan syar’i:
Definisi secara bahasa adalah:  jamak dari ruqyah. Meminta perlindungan dengan bacaan terhadap orang yang mendapatkan gangguan dan sakit.
Ruqyah secara syar’i belum ada definisi yang bagus, oleh karena Syaikh  hafizhahullah berijtihad dengan definisi ruqyah yang Beliau nukilkan di dalam kitab ini:

هي القراءة على المريض بالقرآن وأسماء الله وصفاته وبما ورد في السنة من التعاويذ، مع النفث بالريق وبدونه.

Yaitu membacakan kepada orang yang sakit Al-Qur’an, nama-nama dan sifat-sifat Allah, dan lafazh-lafazh doa  dari as-Sunnah yang termasuk meminta perlindungan, bersamaan tiupan  dengan air liur atau tanpanya.

MACAM-MACAM RUQYAH DAN HUKUMNYA

Macam yang pertama: Ruqyah yang dibolehkan secara syar’I, adalah adalah yang mencangkup berbagai syarat ruqyah yang shohihah dan ini dijelaskan bolehnya dengan berbagai hadits dari Nabi ﷺ yaitu:

عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ قَالَ كُنَّا نَرْقِي فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَرَى فِي ذَلِكَ فَقَالَ اعْرِضُوا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لَا بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيهِ شِرْكٌ

Dari 'Auf bin Malik Al Asyja'i dia berkata, "Kami biasa melakukan mantera pada masa jahiliah. Lalu kami bertanya kepada Rasulullah ﷺ, 'Ya Rasulullah! bagaimana pendapat Anda tentang mantera?' Jawab beliau: 'Peragakanlah manteramu itu di hadapanku. Mantera itu tidak ada salahnya selama tidak mengandung syirik.' (HR. Muslim no. 2200). 

Hadits yang dikeluarkan oleh Imam al-Bukhari rahimahullah:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَنْفُثُ عَلَى نَفْسِهِ فِي الْمَرَضِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ فَلَمَّا ثَقُلَ كُنْتُ أَنْفِثُ عَلَيْهِ بِهِنَّ وَأَمْسَحُ بِيَدِ نَفْسِهِ لِبَرَكَتِهَا

Dari 'Aisyah radhiallahu'anha bahwa Nabi ﷺ meniupkan kepada diri beliau sendiri dengan Mu'awwidzat (surah An-Naas dan Al-Falaq) ketika beliau sakit menjelang wafatnya, dan tatkala sakit beliau semakin parah, sayalah yang meniup dengan kedua surat tersebut dan saya megusapnya dengan tangan beliau sendiri karena berharap untuk mendapat berkahnya." Aku bertanya kepada Az Zuhri, "Bagaimana cara meniupnya?" dia menjawab, "Beliau meniup kedua tangannya, kemudian beliau mengusapkan ke wajah dengan kedua tangannya." (HR. Al-Bukhari no. 5735).

Hadits yang Ketiga:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ نَزَلْنَا مَنْزِلًا فَأَتَتْنَا امْرَأَةٌ فَقَالَتْ إِنَّ سَيِّدَ الْحَيِّ سَلِيمٌ لُدِغَ فَهَلْ فِيكُمْ مِنْ رَاقٍ فَقَامَ مَعَهَا رَجُلٌ مِنَّا مَا كُنَّا نَظُنُّهُ يُحْسِنُ رُقْيَةً فَرَقَاهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ فَأَعْطَوْهُ غَنَمًا وَسَقَوْنَا لَبَنًا فَقُلْنَا أَكُنْتَ تُحْسِنُ رُقْيَةً فَقَالَ مَا رَقَيْتُهُ إِلَّا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ قَالَ فَقُلْتُ لَا تُحَرِّكُوهَا حَتَّى نَأْتِيَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْنَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرْنَا ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ مَا كَانَ يُدْرِيهِ أَنَّهَا رُقْيَةٌ اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِي بِسَهْمٍ مَعَكُمْ

 Dari Abu Sa'id Al Khudri dia berkata, Kami singgah pada suatu tempat, lalu datanglah seorang wanita kepada kami dan berkata, "Sesungguhnya pemimpin wilayah ini sedang sakit, maka apakah dari kalian ada seseorang yang bisa meruqyah?" Abu Sa'id berkata, "Maka berdirilah seorang laki-laki mengikuti wanita tersebut, padahal kami tidak mengira bahwa laki-laki tersebut pandai meruqyah. lalu ia meruqyahnya dengan surah Al-Fatihah hingga iapun sembuh. Lalu mereka memberi seekor kambing kepadanya dan memberi kami minuman susu." Maka kami bertanya kepadanya; Apakah kamu pandai meruqyah? Dia menjawab, Aku tidak meruqyahnya kecuali dengan surah Al-Fatihah. Abu Sa'id berkata, Aku lalu berkata, "Kalian jangan melakukan apapun (mengenai surah Al-Fatihah) sehingga kita datang kepada Rasulullah ﷺ, " lalu kami menemui Rasulullah ﷺ, kemudian aku menceritakan hal tersebut kepada beliau, maka beliau pun bersabda, "Tidakkah dia tahu bahwa itu adalah ruqyah, bagilah (hadiah itu) dan ikutkan aku dalam pembagian kalian." (HR. Muslim no. 2201)

Maka Ketiga hadits ini membolehkan ruqyah dengan tiga sudut pandang yaitu: dengan izin dari Rasulullah ﷺ, hadits yang kedua dengan perbuatan Nabi ﷺ dan hadits Ketiga dengan persetujuan ketetapn Nabi ﷺ, dan hadits yang seperti ini pun masih banyak yang lainnya.

Dokter itu adalah memberikan perawatan dan terapi, sedangkan yang memberikan kesembuhan adalah Allah Azza wa Jalla.

SYARAT RUQYAH SYAR’IYYAH:

Ibnu Hajar rahimahullah memberikan penjelasan tentang syarat Ruqyah syar’iyyah yaitu:
1. Dengan kalam Allah, atau dengan Nama dan Sifat-sifat Allah
2. dengan bahasa arab, (karena kalau menggunakan bahasa lain bisa jatuh kepada kesyirikan).
3. Ruqyah tidak memberikan pengaruh secara dzatnya namun yang memberikan kesembuhan  dan kemanfaatan adalah dari Allah.

Berikut Ketiga syarat tersebut secara detailnya:
===================
==Syarat yang pertama: 
===================
Harus dengan Kalam Allah  atau dengan Nama-Nama dan Sifat-Sifat Allah yang ada dalilnya dari Nabi ﷺ dari ruqyah dan doa minta perlindungan kepada Allah. Dan para ulama menambahkan termasuk kedalamnya yaitu apa yang mempunyai makna yang berkaitan dengannya.
Seperti hadits Sa’id al-Khudry yang telah lalu yaitu Beliau pernah meruqyah pemimpin kaum yang terkena sengatan kalajengking, dan meruqyahnya dengan bacaan al-Fatihah

فَانْطَلَقَ فَجَعَلَ يَتْفُلُ وَيَقْرَأُ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 

Kemudian Beliau bergegas dan menjadikan ludahnya kemudian membaca alhamdulillah rabil ‘alamin .. (HR. Al-Bukhari no. 5749)
Dalam Riwayat yang Shohih:

فَجَعَلَ يَقْرَأُ بِأُمِّ الْقُرْآنِ وَيَجْمَعُ بُزَاقَهُ وَيَتْفِلُ

"Lalu seorang sahabat Nabi membaca Ummul Qur'an dan mengumpulkan ludahnya seraya meludahkan kepadanya. (HR. Al-Bukhari no. 5736 dan Muslim no. 2201). 

Hadits :

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَعَوَّذُ مِنْ عَيْنِ الْجَانِّ ثُمَّ أَعْيُنِ الْإِنْسِ فَلَمَّا نَزَلَتْ الْمُعَوِّذَتَانِ أَخَذَهُمَا وَتَرَكَ مَا سِوَى ذَلِكَ

dari Abu Sa'id dia berkata, "Seringkali Rasulullah ﷺ berlindung dari 'Ain (tatapan mata) Jin dan manusia, tatkala turun surat Mu'awidzatain, beliau menggunakannya dan meninggalkan yang lainnya." (HR. Ibnu Majah no. 3511, dishohihkan Syaikh al-Albani dalam Shohih dan Dhoif Sunan Ibni Majah 8/11).

Ibnu Bathol rahimahullah berkata:

‌وإذا ‌جازت ‌الرقية ‌بالمعوذتين وهما سورتان من القرآن كانت الرقية بسائر القرآن مثلها فى الجواز؛ إذ كله قرآن

Jika dibolehkan ruqyah dengan dua surah Al-Qur'an yang merupakan dua surah Al-Qur'an, maka ruqyah dengan sisa Al-Qur'an juga diperbolehkan. Karena semuanya Al-Qur'an. (Lihat Syarah Shohih al-Bukhari 9/429).

===================
==Syarat yang kedua: 
===================

Harus dengan bahasa arab atau dengan apa yang difahami maknanya sesuai syar’i.
Dalilnya adalah:

عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ قَالَ كُنَّا نَرْقِي فِي الْجَاهِلِيَّةِ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَرَى فِي ذَلِكَ فَقَالَ اعْرِضُوا عَلَيَّ رُقَاكُمْ لَا بَأْسَ بِالرُّقَى مَا لَمْ يَكُنْ فِيهِ شِرْكٌ

dari 'Auf bin Malik Al Asyja'i dia berkata, "Kami biasa melakukan mantera pada masa jahiliah. Lalu kami bertanya kepada Rasulullah ﷺ, 'Ya Rasulullah! bagaimana pendapat Anda tentang mantera?' Jawab beliau: 'Peragakanlah manteramu itu di hadapanku. Mantera itu tidak ada salahnya selama tidak mengandung syirik.' (HR. Muslim no. 2200)

وقال شيخ الإسلام ابن تيمية رحم الله : وعامة ما بأيدي الناس من العزائم والطلاسم والرقى التي لا تفقه بالعربية فيها ما هو شرك بالجن. ولهذا نهى علماء المسلمين عن الرقى التي لا يفقه معناها؛ لأنها مظنة الشرك وإن لم يعرف الراقي أنها شرك» 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: Pada umumnya jimat, jimat, dan mantra yang ada di tangan manusia yang tidak bisa dipahami dalam bahasa Arab merupakan bentuk kesyirikan dengan jin. Inilah sebabnya para ulama melarang ruqyah yang tidak dipahami maknanya; Karena ruqyah yang seperti itu bisa disangka bentuk kesyirikan, bahkan orang yang meruqyah pun tidak mengetahui bahwa itu kesyirikan” (LIhat Majmu’ al-Fatawa 13/19)

===================
==Syarat yang ketiga 
===================
أن يعتقد أن الرقية لا تؤثر بذاتها، وإنما هي سبب من الأسباب تنفع بإذن الله تعالى، وأن الشفاء بيد الله.

Ia harus meyakini bahwa ruqyah itu sendiri tidak mempunyai efek samping/pengaruh dari dzat ruqyahnya melainkan salah satu sebab yang manfaatnya, dengan izin Allah Ta’ala, dan kesembuhan itu hakekatnya ada di tangan Allah.
Dalilnya adalah:

عَلَى أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ فَقَالَ ثَابِتٌ يَا أَبَا حَمْزَةَ اشْتَكَيْتُ فَقَالَ أَنَسٌ أَلَا أَرْقِيكَ بِرُقْيَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَلَى قَالَ اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ مُذْهِبَ الْبَاسِ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شَافِيَ إِلَّا أَنْتَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
Maka Anas berkata, "Maukah kamu aku ruqyah dengan ruqyah Rasulullah ﷺ?" dia menjawab, "Tentu." Anas berkata, "ALLAAHUMMA RABBAN NAASI MUDZHIBAL BA`SA ISYFI ANTASY SYAAFI LAA SYAAFIYA ILLAA ANTA SYIFAA-AN LAA YUGHAADIRU SAQAMA (Ya Allah Rabb manusia, Dzat yang menghilangkan rasa sakit, sembuhkanlah, sesungguhnya Engkau Maha Penyembuh, tidak ada yang dapat menyembuhkan melainkan Engkau, yaitu kesembuhan yang tidak menyisakan rasa sakit)." (HR. Al-Bukhari no. 5675)
Dalam hadits tersebut:
Beliau ﷺ mengingkari kesembuhan dari selain Allah, Ruqyah berasal dari perbuatan seorang hamba, dan itu termasuk di antara sebab-sebabnya. Sebab-sebab itu tidak terlepas melainkan dipengaruhi oleh kehendak Allah, maka jika Allah memerintahkan kesembuhan melalui sebab-sebab itu, maka itu dari Allah, dan jika Dia tidak menetapkannya sebagai suatu kesembuhan maka dipastikan tidak ada obatnya kecuali obat dari-Nya.

TATA CARA RUQYAH
1. Membaca dengan disertai tiupan dan ludahan.
Dalilnya adalah:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَنْفُثُ عَلَى نَفْسِهِ فِي الْمَرَضِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ فَلَمَّا ثَقُلَ كُنْتُ أَنْفِثُ عَلَيْهِ بِهِنَّ وَأَمْسَحُ بِيَدِ نَفْسِهِ لِبَرَكَتِهَا فَسَأَلْتُ الزُّهْرِيَّ كَيْفَ يَنْفِثُ قَالَ كَانَ يَنْفِثُ عَلَى يَدَيْهِ ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ

Dari 'Aisyah radhiallahu'anha bahwa Nabi ﷺ meniupkan kepada diri beliau sendiri dengan Mu'awwidzat (surah An-Naas dan Al-Falaq) ketika beliau sakit menjelang wafatnya, dan tatkala sakit beliau semakin parah, sayalah yang meniup dengan kedua surat tersebut dan saya megusapnya dengan tangan beliau sendiri karena berharap untuk mendapat berkahnya." (HR. Al-Bukhari no. 5735)

Hadits mulia:

فَجَعَلَ يَقْرَأُ بِأُمِّ الْقُرْآنِ وَيَجْمَعُ بُزَاقَهُ وَيَتْفِلُ

"Lalu seorang sahabat Nabi membaca Ummul Qur'an dan mengumpulkan ludahnya seraya meludahkan kepadanya  (HR. Al-Bukhari no. 5736 dan Muslim no. 2201).

BEDA AN-NAFTS & AT-TAFL – النفث و التفل

- وقيل : إن النفث يكون معه ريق يسير والتفل أكثر منه في الريق

An-Nafts itu dengan tiupan yang ada ludah nya sedikit, sedangkan at-Tafl adalah  tiupan dengan ludah yang lebih banyak lagi. (itulah yang diambil oleh Ibnu Faris dan Ibnul Atsir).

2. Ruqyah tanpa dengan tiupan.
3. Ruqyah dengan meletakkan tangan menyentuh dan mengusap daerah yang sakit.
Dalilnya:

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي الْعَاصِ الثَّقَفِيِّ أَنَّهُ شَكَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَعًا يَجِدُهُ فِي جَسَدِهِ مُنْذُ أَسْلَمَ فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَعْ يَدَكَ عَلَى الَّذِي تَأَلَّمَ مِنْ جَسَدِكَ وَقُلْ بِاسْمِ اللَّهِ ثَلَاثًا وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ

Dari 'Utsman bin Abu Al 'Ash Ats Tsaqafi bahwa dia mengadukan kepada Rasulullah ﷺ suatu penyakit yang dideritanya sejak ia masuk Islam. Maka Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya, "Letakkan tanganmu di tubuhmu yang terasa sakit, kemudian ucapkan Bismillah tiga kali, sesudah itu baca tujuh kali: A'udzu billahi wa qudratihi min syarri ma ajidu wa uhadziru." (Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaan-Nya dari penyakit yang aku derita dan aku cemaskan). (HR. Muslim no. 2202).

4. Ruqyah dengan mencampurkan air liur dan tanah kemudian menyeka/mengusapkan kepada tempat yang sakit.
5. Ruqyah dengan air dan minyak atau benda cair lainnya.
Dalilnya:

عَنْ ثَابِتِ بْنِ قَيْسِ بْنِ شَمَّاسٍ ثُمَّ أَخَذَ تُرَابًا مِنْ بَطْحَانَ فَجَعَلَهُ فِي قَدَحٍ ثُمَّ نَفَثَ عَلَيْهِ بِمَاءٍ وَصَبَّهُ عَلَيْهِ

Dari Tsabit bin Qais bin Syammas, "Kemudian beliau mengambil tanah dari Bathhan dan memasukkannya ke dalam sebuah gelas, beliau kemudian menyemburkan air ke dalamnya, lalu menuangkannya kepadanya."  (HR. Abu Dawud no. 3885, tapi sanadnya dhoif, lihat Dhoif Abi Dawud no. 3885).

6.  RUQYAH BAGI ORANG KERASUKAN DENGAN PUKULAN 

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي الْعَاصِ قَالَ لَمَّا اسْتَعْمَلَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الطَّائِفِ جَعَلَ يَعْرِضُ لِي شَيْءٌ فِي صَلَاتِي حَتَّى مَا أَدْرِي مَا أُصَلِّي فَلَمَّا رَأَيْتُ ذَلِكَ رَحَلْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ابْنُ أَبِي الْعَاصِ قُلْتُ نَعَمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَا جَاءَ بِكَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ عَرَضَ لِي شَيْءٌ فِي صَلَوَاتِي حَتَّى مَا أَدْرِي مَا أُصَلِّي قَالَ ذَاكَ الشَّيْطَانُ ادْنُهْ فَدَنَوْتُ مِنْهُ فَجَلَسْتُ عَلَى صُدُورِ قَدَمَيَّ قَالَ فَضَرَبَ صَدْرِي بِيَدِهِ وَتَفَلَ فِي فَمِي وَقَالَ اخْرُجْ عَدُوَّ اللَّهِ فَفَعَلَ ذَلِكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ قَالَ الْحَقْ بِعَمَلِكَ قَالَ فَقَالَ عُثْمَانُ فَلَعَمْرِي مَا أَحْسِبُهُ خَالَطَنِي بَعْدُ

dari Utsman bin Abu Al 'Ash dia berkata, "Tatkala Rasulullah ﷺ menugaskan aku di Tha`if, tiba-tiba ada sesuatu yang selalu menggangguku di dalam shalat sehingga aku tidak menyadari shalat yang aku kerjakan. Ketika aku sadari, maka aku lekas pergi kembali menemui Rasulullah ﷺ, beliau lalu bertanya, "Ibnu Abu Al 'Ash?" Aku menjawab, Ya, wahai Rasulullah." Beliau bertanya lagi, "Kabar apa yang kamu bawa?" Aku menjawab, "Ada sesuatu yang mengganguku di dalam shalat, sehingga aku tidak menyadari shalat yang aku kerjakan." Beliau bersabda, "Itu adalah setan, mendekatlah kamu." Maka aku pun mendekat kepada beliau, dan aku duduk di atas kedua telapak kakiku. Dia melanjutkan, "Kemudian beliau menyentuh dadaku dengan tangannya, lalu meludah di mulutku dan bersabda, "Keluarlah wahai musuh Allah." Beliau melakukan hal itu hingga tiga kali, kemudian bersabda, "Kembalilah kepada tugasmu semula." (Perawi) berkata, "Utsman berkata, "Demi Dzat yang menghidupkan aku, aku tidak pernah lagi merasakan ada yang menggangguku." (HR. Ibnu Majah no. 3548 dan Dishohihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shohih dan Dhoif Ibni Majah no. 3548).
Ruqyah bagi orang yang kerasukan pernah dilakukan oleh Syaikhul Islam Ibni Taimiyah dan inipun diceritakan oleh Ibnul Qoyyim  dan ini pun diakui oleh sebagian ulama zaman sekarang.
Syaikhul Islam Ibni Taimiyah rahimahullah berkata:

وَلِهَذَا قَدْ ‌يَحْتَاجُ ‌فِي ‌إبْرَاءِ ‌الْمَصْرُوعِ وَدَفْعِ الْجِنِّ عَنْهُ إلَى الضَّرْبِ فَيُضْرَبُ ضَرْبًا كَثِيرًا جِدًّا وَالضَّرْبُ إنَّمَا يَقَعُ عَلَى الْجِنِّيِّ وَلَا يَحُسُّ بِهِ الْمَصْرُوعُ حَتَّى يَفِيقَ الْمَصْرُوعُ وَيُخْبِرَ أَنَّهُ لَمْ يَحُسَّ بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ وَلَا يُؤَثِّرُ فِي بَدَنِهِ وَيَكُونُ قَدْ ضُرِبَ بِعَصَا قَوِيَّةٍ عَلَى رِجْلَيْهِ نَحْوَ ثَلَاثِمِائَةٍ أَوْ أَرْبَعِمِائَةِ ضَرْبَةً وَأَكْثَرَ وَأَقَلَّ بِحَيْثُ لَوْ كَانَ عَلَى الْإِنْسِيِّ لَقَتَلَهُ وَإِنَّمَا هُوَ عَلَى الْجِنِّيِّ وَالْجِنِّيُّ يَصِيحُ وَيَصْرُخُ وَيُحَدِّثُ الْحَاضِرِينَ بِأُمُورٍ مُتَعَدِّدَةٍ كَمَا قَدْ فَعَلْنَا نَحْنُ هَذَا وَجَرَّبْنَاهُ مَرَّاتٍ كَثِيرَةً يَطُولُ وَصْفُهَا بِحَضْرَةِ خَلْقٍ كَثِيرِينَ

Oleh karena itu, untuk menyembuhkan penyakit epilepsinya dan mengusir jin darinya, maka ia perlu dipukul, maka ia akan sering dipukul, dan pemukulan itu hanya menimpa jin saja, dan orang yang mengidap penyakit itu tidak akan merasakannya sampai penderita epilepsi bangun dan diberitahu bahwa dia tidak merasakan semua itu dan itu tidak mempengaruhi tubuhnya, dan dia telah dipukul dengan tongkat yang kuat pada kaki Dia menimbulkan sekitar tiga atau empat ratus pukulan pada kakinya. apalagi kalau melawan manusia pasti sudah membunuhnya, tapi itu hanya terhadap jin, dan jin berteriak-teriak dan berbicara kepada yang hadir tentang berbagai hal, seperti Kami tidak melakukan ini. dan mengalaminya berkali-kali sehingga butuh waktu lama untuk menggambarkannya di hadapan banyak orang. (Lihat Majmu’ al-Fatawa: 60/19)

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:

شاهدت ‌شيخنا ‌يرسل ‌إلى المصروع من يُخاطب الروح التي فيه ويقول: قال لك الشيخ اخرجي، فإن هذا لا يحل لك، فيفيق المصروع ولا يحس بألم. وقد شاهدنا نحن وغيرنا منه ذلك مراراً. وكان كثيراً ما يقرأ في أذن المصروع: {أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لا تُرْجَعُونَ} [المؤمنون، الآية 115] . وحدثني أنه قرأها مرة في أذن المصروع، فقالت الروح: نعم. ومدّ بها صوته. قال: فأخذت له عصا، وضربته بها في عروق عنقه، حتى كلّت يداي من الضرب، ولم يشك الحاضرون أنه يموت لذلك الضرب، ففي أثناء الضرب قالت: أنا أحبه، فقلت لها: هو لا يُحبّك. قالت: أنا أُريد أن أحُجّ به، فقلت لها: هو لا يُريد أن يحجّ معك. فقالت: أنا أدعه كرامة لك. قال: قلت: لا، ولكن طاعة لله ولرسوله. قالت: فأنا أخرج منه. قال: فقعد المصروع يلتفت يميناً وشمالاً، وقال: ما جاء بي إلى حضرة الشيخ؟ قالوا له: وهذا الضرب كله؟ فقال: وعلى أي شيء يضربني الشيخ ولم أُذنب. ولم يشعر بأنه وقع به ضرب البتة

Aku melihat Syaikh kami (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah)  mengirimkan seseorang kepada orang lumpuh itu untuk menyapa roh yang ada di dalam dirinya dan berkata: Syaikh menyuruhmu keluar, karena hal ini tidak diperbolehkan bagimu, sehingga orang lumpuh itu bangun dan tidak merasakan sakit. Kami dan orang lain telah melihat hal ini berulang kali. Beliau (Syaikhul Islam) sering membacakan di telinga orang yang tertimpa musibah: “Maka apakah kamu mengira, bahwa Kami menciptakan kamu main-main (tanpa ada maksud) dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS Al-Mukminun : 115) . Dia menceritakan kepadaku bahwa dia pernah membacanya di telinga orang lumpuh, dan roh itu berkata: Ya. Dia memperluas suaranya padanya. Dia berkata: Maka aku mengambil tongkat untuknya dan memukul lehernya dengan tongkat itu, sampai tanganku lelah karena pemukulan itu, dan orang-orang yang hadir yakin bahwa dia sedang sekarat karena pemukulan itu. Aku mencintainya, dan aku berkata kepadanya: Dia tidak mencintaimu. Dia berkata: Aku ingin menunaikan haji bersamanya. Aku berkata kepadanya: Dia tidak ingin menunaikan haji bersamamu. Dia berkata: Saya akan meninggalkannya karena menghormati Anda. Dia berkata: Aku menjawab: Tidak, tapi karena ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Dia berkata: Saya akan keluar dari situ. Beliau berkata: Lalu orang yang terluka itu duduk sambil menoleh ke kanan dan ke kiri, seraya berkata: Apa yang membawaku ke hadapan Syaikh? Mereka berkata kepadanya: Dan pemukulan ini secara keseluruhan? Dia berkata: Untuk apa Syaikh  memukulku, dan aku tidak berbuat dosa? Dia tidak merasa telah dipukuli sama sekali. (Lihat Zaadul Ma’ad 4/62-63).

وقد سئل الشيخ عبد العزيز بن باز تعم الله : هل يجوز للذي يعالج المرضى بقراءة القرآن
الكريم أن يضرب ويخنق ويتحدث مع الجن؟»
فأجاب: «هذا قد وقع شيء منه من بعض العلماء السابقين مثل شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله تعالى، فقد كان يخاطب الجني ويخنقه ويضربه حتى يخرج، أما المبالغة في هذه
الأمور مما نسمعه عن بعض القراء فلا وجه لها .) 

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah pernah ditanya: Bolehkah seseorang yang merawat pasien dengan membaca Al-Qur'an untuk  memukul, mencekik, dan berbicara dengan jin yang meerasukinya?
Beliau rahimahullah menjawab: "Beberapa ulama sebelumnya, seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, rahimahullah, pernah mengalami hal seperti ini. Beliau rahimahullah biasa berbicara dengan jin, mencekiknya, dan memukulinya sampai dia keluar. Adapun hal yang berlebihan dalam hal ini,  dari Hal-hal yang kami dengar dari sebagian ahli ruqyah tidak ada dasarnya.) 

Semoga bermanfaat.

Bersambung ke tulisan selanjutnya, inSya Allah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar