Rabu, 10 Januari 2024

TABARUK YANG SYAR`I

#DAURAH_SYAR’IYYAH_SOLO_MAHAD_IMAM_AL_BUKHARI
#PERTEMUAN_KEENAM

KITAB 
سبيل الرشاد في تقرير مسائل الإعتقاد


Syaikh Dr. Ibrahim bin Amir ar-Ruhaily hafizhahullah menjelaskan:


*TABARUK YANG DISYARI’ATKAN:*

1. Tabaruk dengan al-Qur’an (sudah dibahas di tulisan sebelumnya)
2. Tabaruk dengan dzikir kepada Allah (sudah dibahas di tulisan sebelumnya)
===========================
*3. TABARUK DENGAN NABI ﷺ 
==========================
--- ini ada tiga :
a. Tabaruk dengan cara beriman kepadanya
Yaitu dengan mentaati apa yang menjadi perintahnya, memegang teguh petunjuknya ﷺ dan ini adalah sebab terbesar bagi seorang muslim untuk bisa mendapatkan kebarokahan dalam umur, ilmu, amal dan rezkinya.
Allah Ta’ala berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-A’raaf: 96).

اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ

Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.” (QS. Al-Baqarah: 285)
Ini menunjukkan sebab kebarokahan itu dengan beriman kepada Nabi ﷺ.

b. Tabaruk dengan dzatnya Nabi ﷺ

Nabi ﷺ diberikan kebarokahan dalam jasadnya, anggota badannya dan telah banyak hadits yang menjelaskan tentang hal tersebut. 
Hadits yang mulia:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَيَنْفُثُ فَلَمَّا اشْتَدَّ وَجَعُهُ كُنْتُ أَقْرَأُ عَلَيْهِ وَأَمْسَحُ بِيَدِهِ رَجَاءَ بَرَكَتِهَا
dari Aisyah radhiallahu'anha, Bahwasanya Rasulullah ﷺ apabila menderita sakit, maka beliau membacakan AL MU'AWWIDZAAT (surah Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas) untuk dirinya sendiri, lalu beliau meniupkannya. Dan ketika sakitnya parah, maka akulah yang membacakannya pada beliau, lalu mengusapkan dengan menggunakan tangannya guna mengharap keberkahannya. (HR. Al-Bukhari no. 5016 dan Muslim no. 2192).

c. Tabaruk dengan Peninggalan Nabi ﷺ

=====Tabaruk dengan peninggalan Nabi ﷺ ketika Beliau masih hidup:
Seperti:
1.) Tabaruk dengan rambut Nabi ﷺ
Sebagaimana hadits :

عَنْ أَنَسٍ قَالَ لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْحَلَّاقُ يَحْلِقُهُ وَأَطَافَ بِهِ أَصْحَابُهُ فَمَا يُرِيدُونَ أَنْ تَقَعَ شَعْرَةٌ إِلَّا فِي يَدِ رَجُلٍ

Dari Anas dia berkata, "Sungguh saya pernah melihat Rasulullah ﷺ sedang dicukur oleh seorang tukang cukur dengan dikerumuni oleh para sahabat beliau. Sebenarnya yang mereka inginkan adalah agar setiap helai rambut beliau yang tercukur itu jatuh ke tangan seorang sahabat yang mengerumuninya." (HR. Muslim no. 2325). 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَمَى جَمْرَةَ الْعَقَبَةِ ثُمَّ انْصَرَفَ إِلَى الْبُدْنِ فَنَحَرَهَا وَالْحَجَّامُ جَالِسٌ وَقَالَ بِيَدِهِ عَنْ رَأْسِهِ فَحَلَقَ شِقَّهُ الْأَيْمَنَ فَقَسَمَهُ فِيمَنْ يَلِيهِ ثُمَّ قَالَ احْلِقْ الشِّقَّ الْآخَرَ فَقَالَ أَيْنَ أَبُو طَلْحَةَ فَأَعْطَاهُ إِيَّاهُ

dari Anas bin Malik bahwasanya; Setelah Rasulullah ﷺ melempar Jamratul 'Aqabah, beliau langsung bergegas menuju Unta (hewan kurbannya) dan menyembelihnya. Sementarara tukang bekam sedang duduk di sekitar itu. Maka beliau memberi isyarat dengan tangannya ke arah kepala (agar ia mencukurnya). Lalu tukang cukur itu pun mencukur rambut beliau yang sebelah kanan dan kemudian beliau membagikannya kepada orang yang berada di dekatnya. Setelah itu, rambut yang sebelahnya lagi, kemudian beliau bertanya, "Mana Abu Thalhah?" maka beliau pun memberikan rambut itu padanya. (HR. Muslim no. 1305).

2.) Mengambil Keberkahan dari tahnik yang dilakukan oleh Nabi ﷺ: 

عَنْ أَسْمَاءَ أَنَّهَا حَمَلَتْ بِعَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ بِمَكَّةَ قَالَتْ فَخَرَجْتُ وَأَنَا مُتِمٌّ فَأَتَيْتُ الْمَدِينَةَ فَنَزَلْتُ بِقُبَاءٍ فَوَلَدْتُهُ بِقُبَاءٍ ثُمَّ أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَضَعَهُ فِي حَجْرِهِ ثُمَّ دَعَا بِتَمْرَةٍ فَمَضَغَهَا ثُمَّ تَفَلَ فِي فِيهِ فَكَانَ أَوَّلَ شَيْءٍ دَخَلَ جَوْفَهُ رِيقُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ حَنَّكَهُ بِالتَّمْرَةِ ثُمَّ دَعَا لَهُ وَبَرَّكَ عَلَيْهِ وَكَانَ أَوَّلَ مَوْلُودٍ وُلِدَ فِي الْإِسْلَامِ

dari Asma', Ketika dia mengandung anaknya 'Abdullah bin Zubair, dia masih berada di Makkah. Dia berkata, "Kemudian aku hijrah ke Madinah, padahal aku sudah hamil tua. Kemudian aku berhenti di Quba, dan aku melahirkan di sana. Lalu aku bawa anakku kepada Rasulullah dan meletakkannya di pangkuan beliau. Rasulullah meminta sebuah kurma lalu dikunyahnya. Sesudah itu disuapkannya ke mulut bayiku. Itulah makanan yang pertama kali masuk ke mulut bayi itu, kurma yang telah bercampur dengan air ludah beliau. Kemudian Nabi ﷺ mendoakan keberkahan baginya. Dialah bayi yang pertama-tama lahir dalam Islam." (HR. Al-Bukhari no. 5469 dan Muslim no. 2146).

3.) Tabaruk dengan keringat Nabi ﷺ:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ دَخَلَ عَلَيْنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ عِنْدَنَا فَعَرِقَ وَجَاءَتْ أُمِّي بِقَارُورَةٍ فَجَعَلَتْ تَسْلِتُ الْعَرَقَ فِيهَا فَاسْتَيْقَظَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا أُمَّ سُلَيْمٍ مَا هَذَا الَّذِي تَصْنَعِينَ قَالَتْ هَذَا عَرَقُكَ نَجْعَلُهُ فِي طِيبِنَا وَهُوَ مِنْ أَطْيَبِ الطِّيبِ

dari Anas bin Malik dia berkata, Nabi ﷺ pernah berkunjung ke rumah kami. kemudian beliau tidur sebentar (Qailulah) di rumah kami hingga berkeringat. Lalu Ibu saya mengambil sebuah botol dan berupaya memasukkan keringat Rasulullah ﷺ itu ke dalam botol tersebut. Tiba-tiba Rasulullah terjaga sambil berkata kepada ibu saya, 'Hai Ummu Sulaim, apa yang kamu lakukan terhadap diriku? Ibu saya menjawab, 'Kami hanya mengambil keringat engkau untuk kami jadikan wewangian kami.' keringat beliau merupakan salah satu wewangian yang paling harum wanginya. (HR. Muslim no. 2331).

Terdapat di Shohih Muslim hadits:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْخُلُ بَيْتَ أُمِّ سُلَيْمٍ فَيَنَامُ عَلَى فِرَاشِهَا وَلَيْسَتْ فِيهِ قَالَ فَجَاءَ ذَاتَ يَوْمٍ فَنَامَ عَلَى فِرَاشِهَا فَأُتِيَتْ فَقِيلَ لَهَا هَذَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَامَ فِي بَيْتِكِ عَلَى فِرَاشِكِ قَالَ فَجَاءَتْ وَقَدْ عَرِقَ وَاسْتَنْقَعَ عَرَقُهُ عَلَى قِطْعَةِ أَدِيمٍ عَلَى الْفِرَاشِ فَفَتَحَتْ عَتِيدَتَهَا فَجَعَلَتْ تُنَشِّفُ ذَلِكَ الْعَرَقَ فَتَعْصِرُهُ فِي قَوَارِيرِهَا فَفَزِعَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا تَصْنَعِينَ يَا أُمَّ سُلَيْمٍ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ نَرْجُو بَرَكَتَهُ لِصِبْيَانِنَا قَالَ أَصَبْتِ

"Rasulullah ﷺ pernah berkunjung ke rumah Ummu Sulaim. Lalu beliau tidur di atas tempat tidur Ummu Sulaim, ketika ia sedang tidak berada di rumah. Anas berkata, 'Pada suatu hari, Rasulullah ﷺ datang ke rumah kami dan tidur di atas tempat tidur Ummu Sulaim. Kemudian Ummu Sulaim disuruh pulang dan diberitahu bahwasanya Nabi ﷺ ﷺ sedang tidur di atas tempat tidurnya. Anas berkata, 'Ketika Ummu Sulaim tiba di rumah, Nabi ﷺ telah berkeringat, dan keringat beliau tergenang di tikar kulit di atas tempat tidur.' Maka Ummu Sulaim segera membuka tasnya dan segera mengusap keringat Rasulullah dengan sapu tangan dan memerasnya ke dalam sebuah botol. Tiba-tiba Nabi ﷺ terbangun dan terkejut seraya berkata, 'Apa yang kamu lakukan hai Ummu Sulaim? Ummu Sulaim menjawab, 'Ya Rasulullah, kami mengharapkan keberkahan keringat engkau untuk anak-anak kami. Rasulullah ﷺ bersabda, "Kamu benar hai Ummu Sulaim!" (HR. Muslim no.  2331)
Hadits ini menunjukkan bolehnya mengambil kebarokahan dengan keringat Nabi ﷺ dengan apa yang dilakukan oleh Ummu Sulaim dan dibenarkan oleh Rasulullah ﷺ.

4.  Mereka mengambil kebarokahan dari apa yang disentuh  oleh badan Nabi ﷺ yaitu:
a. Mereka mengambil kebarokahan dengan pakaian Nabi ﷺ
sebagaimana hadits di Shohih al-Bukhari 

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ جَاءَتْ امْرَأَةٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِبُرْدَةٍ فَقَالَ سَهْلٌ لِلْقَوْمِ أَتَدْرُونَ مَا الْبُرْدَةُ فَقَالَ الْقَوْمُ هِيَ الشَّمْلَةُ فَقَالَ سَهْلٌ هِيَ شَمْلَةٌ مَنْسُوجَةٌ فِيهَا حَاشِيَتُهَا فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَكْسُوكَ هَذِهِ فَأَخَذَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُحْتَاجًا إِلَيْهَا فَلَبِسَهَا فَرَآهَا عَلَيْهِ رَجُلٌ مِنْ الصَّحَابَةِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَحْسَنَ هَذِهِ فَاكْسُنِيهَا فَقَالَ نَعَمْ فَلَمَّا قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَامَهُ أَصْحَابُهُ قَالُوا مَا أَحْسَنْتَ حِينَ رَأَيْتَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَهَا مُحْتَاجًا إِلَيْهَا ثُمَّ سَأَلْتَهُ إِيَّاهَا وَقَدْ عَرَفْتَ أَنَّهُ لَا يُسْأَلُ شَيْئًا فَيَمْنَعَهُ فَقَالَ رَجَوْتُ بَرَكَتَهَا حِينَ لَبِسَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَعَلِّي أُكَفَّنُ فِيهَا

Dari Sahl bin Sa'd dia berkata, "Seorang wanita datang kepada Nabi ﷺ dengan membawa selimut bersulam. Sahal bertanya: Apa kalian tahu selimut apakah itu? Mereka menjawab, "Ya, ia adalah mantel." Sahal berkata, Ia adalah mantel bersulam yang ada rendanya. Lalu wanita itu berkata, "Wahai Rasulullah! aku membawanya untuk mengenakannya pada Anda." Lalu Nabi ﷺ mengambilnya karena beliau sangat memerlukannya. Kemudian beliau mengenakan mantel tersebut ternyata salah seorang dari sahabat melihat beliau mengenakan mantel itu lalu berkata, "Alangkah bagusnya selimut ini, kenakanlah untukku wahai Rasulullah!" Rasulullah ﷺ bersabda, "Ya." Ketika Nabi ﷺ beranjak pergi, orang-orang pun mencela sahabat tersebut sambil berkata, "Demi Allah, kau berlaku kurang ajar. Kamu tahu, Rasulullah ﷺ diberi selimut itu saat beliau memerlukannya, malahan kau memintanya, padahal kau tahu beliau tidak pernah menolak seorang peminta pun." Sahabat itu berkata, "Aku hanya mengharap keberkahannya ketika Nabi ﷺ mengenakannya semoga kain itu menjadi kafanku pada saat aku meninggal." (HR. al-Bukhari no. 6036)

Hadits mulia:
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ الْأَنْصَارِيَّةِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ دَخَلَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ تُوُفِّيَتْ ابْنَتُهُ فَقَالَ اغْسِلْنَهَا ثَلَاثًا أَوْ خَمْسًا أَوْ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ إِنْ رَأَيْتُنَّ ذَلِكَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ وَاجْعَلْنَ فِي الْآخِرَةِ كَافُورًا أَوْ شَيْئًا مِنْ كَافُورٍ فَإِذَا فَرَغْتُنَّ فَآذِنَّنِي فَلَمَّا فَرَغْنَا آذَنَّاهُ فَأَعْطَانَا حِقْوَهُ فَقَالَ أَشْعِرْنَهَا إِيَّاهُ تَعْنِي إِزَارَهُ

dari Ummu 'Athiyyah seorang wanita Anshar radhiallahu'anha, ia berkata, Rasulullah ﷺ menemui kami saat kematian putrinya, lalu beliau bersabda, "Mandikanlah dengan mengguyurkan air yang dicampur dengan daun bidara tiga kali, lima kali atau lebih dari itu jika kalian anggap perlu dan jadikanlah yang terakhirnya dengan kafur barus (wewangian) atau yang sejenis. Dan bila kalian telah selesa,i beritahu aku." Ketika kami telah selesai, kami memberitahu beliau. Maka kemudian beliau memberikan kain beliau kepada kami seraya bersabda, "Pakaikanlah ini kepadanya." Maksudnya pakaian beliau". (HR. Al-Bukhari no. 1253 dan Muslim no. 939).

b. Mereka para shahabat mengambil kebarokahan dengan posisi jari-jarinya pada makanan. 
Shahabat Abu Ayub al-Anshori pernah menyaksikan:

فَكَانَ يَصْنَعُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا فَإِذَا جِيءَ بِهِ إِلَيْهِ سَأَلَ عَنْ مَوْضِعِ أَصَابِعِهِ فَيَتَتَبَّعُ مَوْضِعَ أَصَابِعِهِ

 Abu Ayyub Al Anshari pernah membuatkan makanan untuk Nabi ﷺ. Bila tempat makanan di kembalikan Abu Ayyub Al Anshari bertanya dimanakah tempat jari-jari Nabi ﷺ, lalu ia makan pada bekas jari-jari Nabi ﷺ. (HR. Muslim no. 2053)
Al-Nawawi rahimahullah berkata: jika makanan diberikan kepadanya dan Nabi ﷺ makan darinya sesuai kebutuhannya lalu mengembalikan sisanya, maka Abu Ayyub memakannya dari posisi jari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk mencari berkah” (Lihat Syarah an-Nawawy 10/14)
c. Mereka para shahabat mengambil kebarokahan dengan posisi minum Rasulullah ﷺ dan kelebihan dari air minumnya.
Hadits yang mulia:

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُتِيَ بِشَرَابٍ فَشَرِبَ مِنْهُ وَعَنْ يَمِينِهِ غُلَامٌ وَعَنْ يَسَارِهِ الْأَشْيَاخُ فَقَالَ لِلْغُلَامِ أَتَأْذَنُ لِي أَنْ أُعْطِيَ هَؤُلَاءِ فَقَالَ الْغُلَامُ لَا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَا أُوثِرُ بِنَصِيبِي مِنْكَ أَحَدًا قَالَ فَتَلَّهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي يَدِهِ

dari Sahal bin Sa'ad As-Sa'idiy radhiallahu'anhu bahwa kepada Rasulullah ﷺ disuguhkan minuman, lalu beliau meminumnya sementara disamping kanan beliau ada seorang anak kecil sedangkan di sebelah kiri beliau ada para orang-orang tua. Maka beliau berkata, kepada anak kecil itu, "Apakah kamu mengizinkan aku untuk memberi minuman ini kepada mereka?" Anak kecil itu berkata, "Demi Allah, tidak wahai Rasulullah, aku tidak akan mendahulukan seorangpun daripadaku selain Anda." Maka beliau memberikan kepadanya. (HR. Al-Bukhari 2451 dan Muslim no. 2030) 

d. Mereka para shahabat mengambil kebarokahan dari sisa air wudhu Nabi ﷺ:
hadits Abu Juhaifah radhiallahu’anhu, pernah berkata:

خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْهَاجِرَةِ فَأُتِيَ بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ فَجَعَلَ النَّاسُ يَأْخُذُونَ مِنْ فَضْلِ وَضُوئِهِ فَيَتَمَسَّحُونَ بِهِ

"Rasulullah ﷺ pernah keluar mendatangi kami di waktu tengah hari yang panas. Beliau lalu diberi air wudhu hingga beliau pun berwudhu, orang-orang lalu mengambil sisa air wudhu beliau seraya mengusap-ngusapkannya. (HR. Al-Bukhari no. 187 dan Muslim no. 503)

(فضل وضوئه) محتمل لمعنيين ذكرهما شراح الحديث

(Fadhlu wadhuihi) dimungkinkan karena dua makna yang disebutkan oleh para ahli tafsir hadis  
Yang pertama: sisa air wudhunya yang ada di dalam bejana, dan yang kedua: sisa air wudhunya yang mengalir dari anggota tubuh Beliau ﷺ. Dari sini jelas bahwa para sahabat bermaksud mencari keberkahan dari air yang menyentuh anggota badan dan badannya, dan tujuan mencari keberkahan dengan air tersebut didasarkan pada makna pertama bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah mengambil dengan tangannya dari bejana untuk membasuh organ-organ tubuhnya, maka sisa air itu mendapat keberkahannya karena Rasulullah ﷺ mencelupkan tangannya yang mulia ke dalamnya, Kedua: Air memperoleh keberkahannya dengan mengalir dari organ-organ tubuhnya ﷺ

===== Tabaruk dari peninggalan Nabi ﷺ setelah kematian Nabi ﷺ
Ini dibolehkan manakala ada dasar yang ilmiyah sebagaimana hadits mulia:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ قَدَحَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْكَسَرَ فَاتَّخَذَ مَكَانَ الشَّعْبِ سِلْسِلَةً مِنْ فِضَّةٍ قَالَ عَاصِمٌ رَأَيْتُ الْقَدَحَ وَشَرِبْتُ فِيهِ

Dari Anas bin Malik radhiallahu'anhu berkata, "Gelas milik Nabi ﷺ pecah lalu beliau mengumpulkan dan mengikatnya dengan Rantai terbuat dari perak." 'Ashim berkata, "Aku melihat gelas tersebut lalu kupergunakan untuk minum". (HR. Al-Bukhari no. 3109)

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَوْهَبٍ قَالَ أَرْسَلَنِي أَهْلِي إِلَى أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بِقَدَحٍ مِنْ مَاءٍ وَقَبَضَ إِسْرَائِيلُ ثَلَاثَ أَصَابِعَ مِنْ قُصَّةٍ فِيهِ شَعَرٌ مِنْ شَعَرِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ إِذَا أَصَابَ الْإِنْسَانَ عَيْنٌ أَوْ شَيْءٌ بَعَثَ إِلَيْهَا مِخْضَبَهُ فَاطَّلَعْتُ فِي الْجُلْجُلِ فَرَأَيْتُ شَعَرَاتٍ حُمْرًا

Dari Utsman bin Abdullah bin Mauhab berkata, "Keluargaku pernah menyuruhku menemui Ummu Salamah istri Nabi ﷺ dengan membawa mangkuk berisi air, sementara Isra'il memegang mangkuk tersebut menggunakan tiga jarinya yang di dalamnya terdapat beberapa helai rambut Nabi ﷺ yang diikat, apabila ada seseorang yang terkena sihir atau sesuatu, maka tempat mewarnai rambut beliau diberikan kepada Ummu Salamah, lalu aku mendongakkan kepala ke wadah yang menyerupai lonceng, aku melihat rambut beliau sudah berubah merah." (HR. Al-Bukhari no. 5896)

FENOMENA PENYIMPANGAN DALAM TABARUK
1. Tabaruk dengan tempat-tempat yang Nabi ﷺ pernah singgah dan Beliau ﷺ lewati.
Seperti Jabal Tsur, Goa Hira, Jabal Arafah, Jabal Uhud, Jabal ar-Ramaah/Jabal ‘Ainain dekat Jabal Uhud, Tempat di khondaq, tempat perang badar, dan lainnya. Tempat-tempat tersebut tidak bisa diambil kebarokahannya.
2. Tidak Tabaruk dengan kubur Nabi ﷺ
3. Tidak Tabaruk dengan Masjidl Haram, Masjid Nabawi dan Masjid Al-Aqsho, baik dengan menyentuhnya, tiangnya, pintu-pintunya dan lainnya.
4. Tabaruk dengan orang-orang Sholih dari ulama atau ahli ibadah dari badannya mereka ataupun peninggalan mereka ataupun bajunya mereka.

يقول ابن رجب رحمه الله : والتبرك بالآثار إنما كان يفعله الصحابة رضي الله عنهم مع النبي ولم يكونوا يفعلونه مع بعضهم بعضا ولا يفعله التابعون مع الصحابة مع علو قدرهم فدل على أن هذا لا يفعل إلا مع الرسول ﷺ مثل التبرك بالوضوء وغيره.» (۳).

Ibnu Rajab rahimahullah berkata: Tabaruk dengan peninggalan, itu hanya dilakukan oleh Para sahabat radhiyallahu 'anhu dengan peninggalan Nabi ﷺ, dan mereka tidak melakukannya sebagian kepada sebagian lainnya, dan para Tabi’in  tidak melakukannya dengan peninggalan para Sahabat, padahal kemampuan mereka tinggi, hal ini menandakan bahwa hal tersebut hanya dilakukan terhadap Rasulullah ﷺ, seperti mencari kebarokahan melalui wudhu dan lainnya. (Lihat Majmu’ Rasa’il Ibni Rajab 1/252)

Semoga bermanfaat.

Bersambung ke tulisan selanjutnya, inSya Allah.




==============

Tidak ada komentar:

Posting Komentar