Senin, 22 Juni 2020

ROJA` BERHARAP KEPADA ALLAH TA`ALA


Alhamdulillah was sholatu was salamu ala` Rosulillah wa ba`du ;

Roja` adalah berharap, berangan dan bercita-cita.

Yang dimaksud disini adalah berharapnya seorang hamba kepada Allah Ta`ala terhadap karunia, rahmat dan ampunan Nya.

Roja` merupakan bentuk ibadah yang sangat agung kepada Allah Ta`ala, bahkan menjadi salah satu rukun ibadah yang harus di ikhlaskan semata kepada Allah Ta`ala.

Allah Ta`ala berfirman :

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱلَّذِينَ هَاجَرُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ أُو۟لَٰٓئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَتَ ٱللَّهِ ۚ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿٢١٨﴾

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S.2:218)

Berharap kepada Allah Ta`ala terdapat tiga bentuk :

1) Harapan yang benar sesui syariat.
Yaitu seorang hamba berharap kepada Allah Ta`ala bersamaan dengan mengambil sebab musabab yang menghantarkan kepada kesuksesan.

seperti :
Mengharapkan pahala kepada Allah dari orang orang yang berbuat ketaatan.

Mengharapkan ampunan dan rahmat Allah Ta`ala dari orang orang yang bertaubat dari melakukan dosa.

Mengharapkan karunia dan rizki Allah Ta`ala dari orang orang yang telah bekerja dan berusaha secara maksimal.

Allah Ta`ala berfirman :

ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَٰلِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا ﴿١١٠﴾

" Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (Q.S.18:110)

Allah Ta`ala berfirman :

إِنَّ ٱلَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَأَقَامُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَأَنفَقُوا۟ مِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَٰرَةً لَّن تَبُورَ ﴿٢٩﴾

"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,"
(Q.S.35:29)

2) Harapan palsu yang menyelisihi syariat

Yaitu mengharapkan karunia Allah tanpa beramal dan berusaha,
seperti :
Seseorang yang bergelimang dosa dan maksiat dan terus menerus terjebak pada dosa mengharapkan akan rahmat dan ampunan Allah Ta`ala.
orang yang demikian keadaannya adalah orang yang tertipu dalam harapan semu yang palsu.

Al Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata : `` Perbedaan antara berharap kepada Allah Ta`ala dan harapan palsu dan semu adalah kemalasan dan engan beramal serta tidak berjalan di jalan kesungguhan dan ketekunan.

sedangkan berharap kepada Allah Ta`ala seseorang beramal dan bersungguh sungguh yang disertai rasa tawakal kepada Allah Ta`ala.

Seperti keadaan orang yang berharap memiliki ladang, kebun dan memetik hasil perkebunannya tanpa ada usaha menebar benih dan berdiam diri berpangku tangan.

sedangkan yang satu ia mencangkul ladang, menebar benih, menjaga serta merawat tanaman dengan baik dan mengharapkan hasil panen yang melimpah.

oleh karena ini seluruh orang yang berakal sepakat bahwa harapan yang benar adalah bilamana disertai amal dan usaha``.(Madarijusalikin 2/37)

3) Harapan yang mensekutukan Allah Ta`ala.

Yaitu berharap kepada selain Allah Ta`ala yang menjadi kehususan Allah Ta`ala semata, dan ini tergolong syirik besar yang dapat mengeluarkan pelakunya dari agama islam.

Contoh :

~ Berharapnya kaum musyrikin terhadap berhala mereka dalam mendatangkan manfaat dan menghindarkan madhorot.

~ Berharapnya orang orang pengagung kubur terhadap kubur para wali agar dosa mereka dihapuskan atau berharap untuk mendapatkan keselamatan petaka dan musibah di dunia ataupun akhirat.

KEWAJIBAN MENGGABUNGKAN ANTARA KHOUF (rasa takut) DAN ROJA` (rasa berharap)

Kewajiban bagi seorang mukmin untuk menggabungkan antara rasa takut kepada Allah Ta`ala dan berharap akan rahmat Nya, sehingga menggapai derajat yang tengah antara khouf dan roja` , hingga tidak berat pada rasa takut yang mengakibatkan putus asa dari rahmat Allah Ta`ala ataupun berat pada sisi berharap yang berlebihan hingga menimbulkan rasa aman dari siksa Allah Ta`ala.

Allah Ta`ala berfirman :

أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَىٰ رَبِّهِمُ ٱلْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُۥ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُۥٓ ۚ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا ﴿٥٧﴾

"Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti." (Q.S.17:57)

Terdapat beberapa riwayat dari para salaf yang menetapkan manhaj ini, diantaranya :

* Umar bin Khottob radhiyallahu anhu berkata : Jika sekiranya dijumpai pangilan dari langit : Wahai para manusia, kalian semuanya akan masuk surga kecuali satu diantara kalian, niscaya aku merasa takut dan khawatir jika satu itu adalah diriku, ataupun jika terdengar dari langit : Wahai para manusia kalian semua akan masuk neraka kecuali satu orang, niscaya aku berharap satu itu adalah diriku .(Hilyah Abu Nuaim 1/53)

* Abu Aly Rudzaba`ry rahimahullah berkata : Kouf dan Roja` keduanya seperti dua sayap seekor burung, jika sejajar maka burung tersebut terbang dengan lurus dan mendatar, jika tidak berimbang salah satunya maka akan condong kearahnya, jika kehilangan kedua sayapnya maka ia diambang kematian.
Sehingga dikatakan : Sekiranya diukur rasa berharap nya seorang mukmin dan rasa takut nya niscaya akan berimbang satu dengan lainnya. (Al Baihaqi dalam Syuabul Iman 2/12 {1027})

* Muthorrif bin Abdillah berkata : Jika sekiranya diukur antara berharap nya seorang mukmin dan rasa takut nya niscaya didapati akan imbang . (Al Baihaqi 2/12 dan Hilyah 2/208 )

📔📔📓📓📓📓📓📔📔