Jumat, 11 November 2016

HUKUM TA'ZIYAH KEPADA ORANG-ORANG KAFIR, DAN HUKUM IKUT HADIR PEMAKAMAN JENAZAH NYA, ATAU IKUT SERTA DALAM PENGUBURAN NYA

حكم تعزية الكفار ، وحكم حضور جنائزهم أو المشاركة في دفنهم.

السؤال : ما الحكم في حضور جنائز الكفار ، الذي أصبح تقليداً سياسياً وعرفاً متفقاً عليه ؟.

Pertanyaan : Apa hukum menghadiri jenazah orang-orang kafir, yang sekarang menjadi gaya hidup bernegara dan menjadi adat-istiadat setempat ?

الجواب : إذا وجد من الكفار من يقوم بدفن موتاهم فليس للمسلمين أن يتولوا دفنهم ، ولا أن يشاركوا الكفار ويعاونوهم في دفنهم ، أو يجاملوهم في تشييع جنائزهم ؛ عملاً بالتقاليد السياسية ، فإن ذلك لم يعرف عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ، ولا عن الخلفاء الراشدين ، بل نهى الله رسوله صلى الله عليه وسلم أن يقوم على قبر عبد الله بن أُبَي بن سلول ، وعلل ذلك بكفره ، قال تعالى : ( ولا تصل على أحد منهم مات أبداً ولا تقم على قبره إنهم كفروا بالله ورسوله وماتوا وهم فاسقون ) التوبة 81 ، وأما إذا لم يوجد منهم من يدفنه دفنه المسلمون كما فعل النبي صلى الله عليه وسلم بقتلى بدر، وبعمه أبي طالب لما توفي قال لعلي : ( اذهب فواره ) . 
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم .
"فتاوى اللجنة الدائمة"

Jawaban : Jika dijumpai dari orang-orang kafir yang telah mengurusi  penguburan jenazah mereka, maka tidak dibolehkan bagi kaum muslimin untuk melakukan penguburan nya, dan tidak boleh ikut serta mengurus atau membantu mereka dalam penguburan, ataupun bermujamalah ( memperlihatkan peduli kepada mereka ) untuk berduka atas jenazah mereka , dalam rangka mengikuti gaya bernegara, karena hal ini tidak pernah diketahui bersumberkan dari Rosulillah Sallallahu alaihi wa sallam, juga dari para Kholifah Rosidiin, bahkan Allah Ta'ala telah melarang Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk berdiri di kuburan Abdullah bin Ubaiy bin Salul  (tokoh munafiqun) atas dasar kekufuran nya. 

Allah Ta'ala berfirman : 

وَلَا تُصَلِّ عَلَىٰٓ أَحَدٍ مِّنْهُم مَّاتَ أَبَدًا وَلَا تَقُمْ عَلَىٰ قَبْرِهِۦٓ ۖ إِنَّهُمْ كَفَرُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَمَاتُوا۟ وَهُمْ فَٰسِقُونَ ﴿٨٤﴾

" Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik."

(Q.S. At-Taubah :84)

س: هل يجوز للمسلم أن يعزي الكافر إذا كان أباه أو أمه ، أو من أقاربه ، إذا كان يخاف إذا مات ولم يذهب إليهم أن يؤذوه ، أو يكون سببا لإبعادهم عن الإسلام أم لا ؟

Perayaan : Apakah diperbolehkan bagi seorang muslim untuk berbelasungkawa kepada orang yang kafir jika ia adalah ayah atau ibu atau kerabat nya, dan jika tidak datang untuk ikut serta maka muslim tersebut mendapatkan gangguan atau menjadi sebab menjauhkan dari dakwah agar masuk islam ?

فأجابت :

" إذا كان قصده من التعزية أن يرغبهم في الإسلام فإنه يجوز ذلك ، وهذا من مقاصد الشريعة ، وهكذا إذا كان في ذلك دفع أذاهم عنه ، أو عن المسلمين ؛ لأن المصالح العامة الإسلامية تغتفر فيها المضار الجزئية " انتهى .
"فتاوى اللجنة الدائمة" (9/132).

Jawaban : Jika tujuan dari melakukan takziyah atau belasungkawa tersebut adalah agar menarik masuk ke dalam agama islam maka hal ini boleh, dan ini merupakan salah satu dari tujuan syariat, demikian pula jika tujuan nya adalah dalam rangka menangkal keburukan untuk dirinya atau untuk kaum muslimin, karena jika terdapat maslahat yang umum yang islamiah niscaya akan dapat menutup mudhorot yang bersifat sebagian. (Fatwa Lajnah Da'imah : 9 / 132 )

وقال الشيخ ابن عثيمين رحمه الله :
" تعزية الكافر إذا مات له من يُعَزَّى به من قريب أو صديق . وفي هذا خلاف بين العلماء فمن العلماء من قال : إن تعزيتهم حرام ، ومنهم من قال : إنها جائزة . ومنهم من فَصَّل في ذلك فقال : إن كان في ذلك مصلحة كرجاء إسلامهم ، وكف شرهم الذي لا يمكن إلا بتعزيتهم ، فهو جائز وإلا كان حراماً .
والراجح : أنه إن كان يفهم من تعزيتهم إعزازهم وإكرامهم كانت حراماً ، وإلا فينظر في المصلحة " انتهى .
"مجموع فتاوى ابن عثيمين" (2/236) .

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullaah berkata : 

Takziyah kepada orang kafir yang mati dari kalangan kerabat atau teman, dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat diantara para ulama, sebahagian berpendapat haram, dan sebahagian berpendapat boleh, dan sebahagian memberikan rincian sebagai berikut : 

jika disana terdapat maslahat seperti diharapkan dapat membawa mereka masuk agama islam, atau dapat  menolak keburukan dari gangguan mereka yang tidak dapat diperoleh kecuali dengan melakukan takziyah, maka ini diperbolehkan. 
Namun jika tidak demikian maka hukumnya adalah haram. 

Dan pendapat yang kuat adalah : jika perbuatan takziyah tersebut dipahami sebagai penghormatan dan memberikan kemuliaan kepada mereka maka hukumnya haram. Jika tidak, maka dilihat maslahat nya. (Kumpulan fatwa As-Saikh Ibnu Utsaimin : 2 / 236)

وما سبق إنما هو في تعزية الكافر ، أما حضور المسلم جنازة الكافر فلا يجوز ذلك ، لأنها من تعظيم الكافر وموالاته .

Dan apa yang terdahulu merupakan pembahasan tentang hukum takziyah atau belasungkawa kepada orang kafir, adapun seorang muslim jika ikut hadir dalam acara jenazah orang kafir, maka hukumnya tidak diperbolehkan, karena ini termasuk memberikan pengagungan terhadap orang kafir dan bentuk loyal kepada mereka. 

وقد سئل شيخ الإسلام ابن تيمية عن قوم مسلمين مجاوري النصارى فهل يجوز للمسلم إذا مرض النصراني أن يعوده وإذا مات أن يتبع جنازته وهل على من فعل ذلك من المسلمين وزر أم لا؟ 
فأجاب :
"الحمد لله رب العالمين ، لا يتبع جنازته ، وأما عيادته فلا بأس بها ، فإنه قد يكون في ذلك مصلحة لتأليفه على الإسلام ، فإذا مات كافرا فقد وجبت له النار ، ولهذا لا يصلى عليه . والله أعلم" انتهى .
"مجموع الفتاوى" (24/265)

As-Saikh Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah pernah ditanya tentang orang islam yang bertetangga dengan orang nasrani, apakah diperbolehkan bagi si muslim untuk menjenguk tetangga nasrani jika sakit, dan mengantarkan jenazahnya jika ia mati, dan jika itu dilakukan oleh kalangan  muslimin maka mendapatkan dosa atau tidak. ..? 

Maka dijawab : Segala puji bagi Allah Ta'ala Robb semesta alam. Tidak boleh mengantarkan jenazahnya, adapun menjenguk ketika sakit maka boleh, karena bisa jadi terdapat maslahat yaitu menarik dia agar dapat masuk ke dalam agama islam, adapun jika orang kafir telah mati, maka ia penghuni neraka, maka darinya tidak boleh di sholatkan. Allah Ta'ala yang lebih mengetahui. ( Majmu' Fatawa : 24 / 265)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar