Rabu, 26 Februari 2014

TASYABUH

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, "Allah Melaknati kaum lelaki yang menyerupai wanita, dan melaknati kaum wanita yang menyerupai lelaki". (HR Bukhary).

Berkata Al-Allamah As-Sa'dy rahimahullah, "Hukum asal segala sesuatu adalah mubah, maka tidak boleh diharamkan kecuali apa yang telah Allah سبحانه وتعالى dan Rasul-Nya haramkan, baik diharamkan dzatnya semisal barang rampasan, dan segala sesuatu yang keji cara mendapatkannya, baik untuk lelaki maupun wanita, ataupun diharamkan secara khusus untuk jenis tertentu tidak yang lainnya, seperti dibolehkannya memakai emas, perak, dan sutra  bagi wanita tetapi diharamkan bagi lelaki.

Adapun diharamkannya menyerupai wanita dan lelaki maka ini perkara umum baik berkenaan dengan pakaian, ucapan, dan segala keadaan. Bisa kita rangkum bahwa disana ada tiga keadaan;
¤ Perkara yang bersekutu antara lelaki dan wanita dalam jenis pakaian tertentu, maka ini dibolehkan untuk keduanya, dan tidak ada tasyabuh disana.
¤ Perkara yang dikhususkan untuk para lelaki, maka wanita dilarang padanya.
¤ Perkara yang dikhususkan untuk wanita yang para lelaki dilarang padanya.

Diantara hikmah larangan tasyabuh adalah, bahwasanya Allah سبحانه وتعالى menjadikan para lelaki derajatnya diatas para wanita, dan dijadikan lelaki sebagai tonggak dan pemimpin bagi wanita, yang Allah beri banyak kelebihan fisik dan perkara agama yang menjadikannya keutamaan di atas wanita. Maka tatkala lelaki menyerupai wanita niscaya akan menurunkan martabat dihadapan wanita dan menghilangkan identitas dari keduanya.

Demikian pula menyerupai wanita dalam ucapan dan pakaian dan semisalnya akan menjadikannya banci, jatuh akhlaknya, dan akan menimbulkan keinginan untuk membaur dan ikhthilat dengan para wanita yang dikhawatirkan melanggar aturan, demikian pula sebaliknya.

Diantara tasyabuh yang paling parah adalah menyerupainya kaum muslimin dengan orang kafir dalam perkara yang khusus bagi mereka. Nabi صلى الله عليه وسلم memberikan ancaman, "Barang siapa meniru suatu kaum maka ia tergolong dari bagian mereka". Dikarenakan menyerupai orang kafir dari segi dhohir niscaya akan membawa penyerupaan dari sisi bathin, sedangkan syariat mencegah dari kemungkinan yang terburuk dari segala sisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar